You are on page 1of 4

TEROBOSAN PILKADA PAYAKUMBUH

INDIKATOR KINERJA UNTUK MEMILIH DAN MENGAWAL WALIKOTA Wacana pendidikan politik bagi masyarakat Oleh: Yohanes Abdullah (Yan Gantiano)

Fakta Permasalahan Penyederhanaan sistem pemilihan umum menjadi pemilu nasional dan pemilu daerah dinilai mampu memperbaiki carut marut pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang terjadi selama ini. Demikian pendapat Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Djohermansyah Djohan dalam diskusi bertajuk Carut Marut Pilkada dan Korupsi di Daerah, di Gedung DPD, Jakarta, Jumat 4 Feb 2011. Dalam penyederhanaan tersebut, terbagi menjadi pemilu nasional untuk memilih DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, kemudian pemilu daerah untuk memilih Kepala Daerah dan DPRD. Djohermansyah menilai, tingginya ongkos politik di dalam setiap penyelenggaraan pilkada karena adanya pengerahan massa dan pemasangan iklan secara besar-besaran. Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A. Johansyah memperkirakan Pilkada yang berlangsung di berbagai daerah sepanjang tahun 2010 diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 4,2 triliun dari anggaran Pemda, belum termasuk dana kampanye yang dikeluarkan oleh para kandidat Pilkada. Ironisnya, hasil Pilkada jauh dari memuaskan, lebih banyak melahirkan Kepala Daerah yang hanya berkantong tebal namun minim kompetensi dan miskin integritas. Lebih memprihatinkan lagi, peluang kandidat yang sangat kompeten dan sungguh-sungguh ingin memajukan daerahnya nyaris tertutup hanya karena sistem pemilihan yang tidak efektif. Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform (Cetro) Hadar Nafis Gumay menyatakan, jual beli suara menjadi salah satu penyebab tingginya biaya pelaksanaan pilkada. Menurutnya, praktik jual beli suara tidak begitu saja diberikan kepada pemilih tetapi melalui mesin politik calon kepala daerah yakni tim sukses yang juga memerlukan biaya operasional. Hal ini terjadi karena masyarakat belum mendapat pendidikan politik yang baik serta terdesak oleh kebutuhan. Hal itu pula, menurut Hadar, yang membuat masyarakat rela suaranya dibeli calon kepala daerah dengan harga sangat murah, antara Rp10.000 hingga Rp20.000, masyarakat belum menyadari betapa mahalnya suara mereka. Dengan biaya yang sangat tinggi, maka kepala daerah terpilih cenderung melakukan tindakan korupsi. Ia ingin segera mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan pada saat pilkada, apalagi, jika biaya itu sumbernya dari sponsor. Menurut Hadar, agar pelaksanaan pilkada berlangsung efisien dan memberikan hasil yang baik, maka potensi terjadinya biaya tinggi harus dihilangkan. Pemerintah bersama partai politik, harus memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat sehingga menyadari bahwa memilih calon kepala daerah adalah berdasarkan kompetensi dan integritas bukan karena kandidat bagi-bagi uang. Sudah menjadi rahasia umum saat ini bahwa setiap kandidat harus mengeluarkan dana pribadi sampai milyaran rupiah, dimana investasi tersebut tidak mungkin bisa dikembalikan dari gajinya selama 5 tahun berkuasa. Sudah dapat diperkirakan gaji 5 tahun Kepala Daerah jauh dari mencukupi untuk mengembalikan investasi tersebut, sehingga terjadilah korupsi. Kondisi ini tentu saja tidak akan pernah selaras dengan tujuan meningkatkan kinerja pemda untuk memajukan daerahnya serta mensejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu SAY NO terhadap cara-cara pilkada yang tidak menghasilkan pemimpin yang kompeten dan jujur serta tidak akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Pilkada Model Lelang Pada saat kampanye Pilkada, rakyat biasanya disuguhi pidato kandidat Kepala Daerah yang menyampaikan visi, misi, program kerja, serta janji manis lainnya. Namun kalau dicermati, hampir
Page 1 of 4

semua janji-janji tersebut berbentuk kualitatif yang tidak terukur. Jarang sekali kita mendengar janji kampanye yang kuantitatif, apalagi berbentuk IKU (Indikator Kinerja Utama) dengan target tahunan yang jelas, sehingga masyarakat bisa mengawasi hasil kinerja yang terukur, bukan kesibukan aktivitas program kerja yang tidak jelas dampaknya bagi rakyat. Untuk mengukur kinerja walikota dan aparatnya diperlukan banyak indikator kinerja. Namun untuk rakyat cukup hanya 5 (lima) IKU saja yang merupakan induk atau muara dari semua indikator kinerja walikota beserta aparatnya. Pertama, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang merupakan indikator induk untuk kemajuan perekonomian daerah. Kedua, Jumlah rumah tangga miskin dan Ketiga, Pengangguran terbuka dimana keduanya merupakan indikator pemerataan kesejahteraan masyarakat. Keempat, Tingkat pendidikan yang diukur dari rata-rata lama sekolah masyarakatnya, dan yang Kelima tingkat kesehatan yang diukur dari Usia harapan hidup masyarakatnya, dimana keduanya merupakan indikator kualitas SDM masyarakat. Dapat dibayangkan, kalau saja kelima target IKU induk ini berhasil dicapai atau dilampaui dalam kurun 5 tahun periode pemerintahan, berarti daerah tersebut sedang maju pesat. Untuk itu calon walikota Payakumbuh yang berminat maju pada periode 2012-2017, perlu memahami kelima IKU di atas serta mengisi target-targetnya sesuai kemampuan masing-masing. Formulir isian meniru model lelang yang dapat dilihat pada Tabel 1. Dengan format yang murah ini, rakyat lebih mudah melihat kemampuan setiap calon, maka terjadilah penyaringan kualitas kandidat secara obyektif, sehingga kampanye massal di lapangan terbuka yang mahal dan menciptakan kemacetan sudah tidak diperlukan lagi. Berbekal informasi IKU dan TARGET yang terang benderang inilah masyarakat menentukan pilihannya tanpa keraguan dan pemenang pilkada tetap ditentukan oleh hasil pemilihan dengan suara terbanyak.

TABEL 1 INDIKATOR KINE Tabel Lelang Cawa


Kontrak Politik Setelah Pilkada selesai, pemenang pilkada dilantik sebagai Kepala Daerah dan siap bekerja. Pada tahap ini IKU dan TARGET yang telah diisi otomatis menjadi kontrak politik. Tabel 2 adalah contoh kontrak politik yang diharapkan dan akan dikontrol oleh masyarakat Payakumbuh setiap tahun, bahkan setiap bulan.

NO

Indikator K

Page 2 of 4

Setiap bulan Kepala Daerah wajib melaporkan capaian IKU versus TARGET nya melalui media cetak daerah atau website pemda, sehingga masyarakat dapat memantau secara langsung capaian yang dilaporkan. Informasi mengenai capaian IKU setiap bulan jauh lebih bermanfaat dari pada berita-berita seremonial yang dominan memenuhi halaman website pemda saat ini. Mass media dapat berperan mengulas dan menganalisa status capaian yang dilaporkan tersebut, termasuk kendala dan faktor eksternal yang dihadapi yang tentu akan melengkapi pemahaman masyarakat tentang progress kemajuan daerahnya. Pada setiap akhir tahun, kinerja walikota dievaluasi dan dilihat rapornya seperti contoh pada Tabel 3. Untuk IKU PDRB, Tingkat pendidikan dan Tingkat Kesehatan mempunyai polarisasi maksimal, artinya realisasi atau angka Aktual semakin tinggi semakin baik. Capaian dihitung dengan rumus (Aktual/Target) x 100%, sedangkan untuk IKU jumlah RT miskin dan jumlah pengangguran memiliki polarisasi minimal, artinya semakin kecil semakin baik. Capaian dihitung dengan rumus (2-Aktual/Target) x 100%. Rapor walikota dapat dilihat pada Tabel 3 dan sistem penilaian dijelaskan oleh Gambar 1 di bawah. Apabila tahun pertama kinerjanya sangat buruk, berdasarkan kontrak politik, walikota tersebut harus mundur, tidak perlu menunggu 5 tahun untuk kerusakan yang lebih parah.

TABEL 2 TABEL LELANG Y KONTRAK POLITI NO

Indikator Kin

TABEL 3 1 PDRB per kapita CONTOH EVALU 2 Proporsi Target Realisasi v.s pendudu
Page 3 of 4

3 Tingkat pengangg

TABEL 4 CAPAIAN, SKOR


GAMBAR 1 Hubungan Capaian dan Skor
4.5 4.0

Skor (skala 1-4)

3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 0% 70% 85%

CAPAIAN

100%

Capaian (%)

Capaian > 115


115%

Kesimpulan Dari ulasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, Pertama, Pilkada Sistem Lelang adalah alternatif solusi untuk mengubah sistem pilkada yang berlaku sekarang yang telah terbukti mahal dan tidak efektif menjadi sistem pilkada yang sederhana, murah dan mampu menghasilkan Kepala Daerah yang kompeten dan berintegritas tinggi untuk memajukan daerahnya. Kedua, Kontrak politik dengan alat ukur IKU merupakan metoda pengawasan yang efektif terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah, serta memberdayakan masyarakat agar lebih fokus mengawasi dan mendorong tercapainya Target kinerja pemerintah daerah. Ketiga, seandainya Capaian semua IKU di atas terwujud dengan trend meningkat sepanjang kurun waktu 5 tahun pemerintahan, dapatlah disimpulkan bahwa daerah dan rakyatnya sedang mengalami kemajuan pesat. dan itulah sesungguhnya keadaan yang ditunggu-tunggu oleh rakyat di seluruh wilayah nusantara ini. Keempat, apabila pilkada Payakumbuh dapat menerapkan konsep dan cara ini, berarti Payakumbuh menjadi pionir di Indonesia untuk sebuah pemilihan kepala daerah yang murah, terukur, dan efektif. Wallahu alam bissawab. Yohanes Abdullah CNOOC SES LTD. Strategy Management Office Project Leader of Balanced Scorecard Penerima Ventana Leadership Award 2010 category Overall Performance Management dari Ventana Research, Pleasanton, California, USA http://www.ventanaresearch.com/awards.

100% < Capaian <

85% < Capaian <

70% < Capaian <

Page 4 of 4

You might also like