You are on page 1of 10

Pengertian

Dari istilah Hak atas kekayaan intelektual, paling tidak ada 3 kata kunci dari istilah
tersebut yaitu :
1. Hak adalah benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan
untuk berbuat sesuatu ( karena telah ditentukan oleh undang-
undang ),atau wewenang menurut hukum.
2. Kekayaan adalah perihal yang ( bersifat, ciri ) kaya, harta yang
menjadi milik orang, kekuasaan.
3. ntelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan, atau yang mempunyai
kecerdasan tinggi, cendikiawan, atau totalitas pengertian atau
kesadaran terutama yang menyangkut pemikiran dan
pemahaman.
Kekayaan inteIektuaI adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual
manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan
sastra. Karya ini dihasilkan atas kemampuan intelektual melalui pemikiran, daya cipta
dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh
"produk baru dengan landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis.
Kekayaan intelektual (ntelectual property) meliputi dua hal, yaitu :
IndustriaI property right (hak kekayaan industri), berkaitan dengan
invensi/inovasi yang berhubungan dengan kegiatan industri, terdiri dari :
paten
merek
desain industri
rahasia dagang
desain tata letak terpadu
Copyright (hak cipta), memberikan perlindungan terhadap karya seni, sastra
dan ilmu pengetahuan seperti film, lukisan, novel, program komputer, tarian,
lagu, dsb.
Hak Atas Kekayaan ntelektual (HaK) atau Hak Milik ntelektual (HM) atau harta intelek
(di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa nggris intellectual property right.
Menurut World Intellectual Property Organisation (WPO), kata "intelektual tercermin
bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (the creations of the human mind).
$ecara substantif pengertian HaK dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan
yang timbuI atau Iahir karena kemampuan inteIektuaI manusia. Karya-karya
intelektual tersebut dibidang iImu pengetahuan, seni, sastra ataupun teknoIogi,
dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu dan bahkanbiaya.
Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai.
Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi
yang melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan (property) terhadap karya-karya
intelektual. Bagi dunia usaha, karya-karya itu dikatakan sebagai aset perusahaan.
Sejarah, Latar beIakang dan Landasan HaKI

Kalau dilihat secara historis, undang-undang mengenai HaK pertama kali ada di Venice,
talia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo dan
Guttenberg tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut
dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka.
Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan nggris di jaman
TUDOR tahun 1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di nggris
yaitu $tatute of Monopolies (1623). Amerika $erikat baru mempunyai undang-undang
paten tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HaK pertama kali terjadi tahun
1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang dan
desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah copyright atau hak cipta.
Tujuan dari konvensi-konvensi tersebut antara lain standarisasi, pembahasan masalah
baru, tukar menukar informasi, perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak.
Kedua konvensi itu kemudian membentuk biro administratif bernama the United
nternational Bureau for the Protection of ntellectual Property yang kemudian dikenal
dengan nama World Intellectual Property Organisation (WPO). WPO kemudian
menjadi badan administratif khusus di bawah PBB yang menangani masalah HaK
anggota PBB.
$ebagai tambahan pada tahun 2001 World ntellectual Property Organization (WPO)
telah menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan ntelektual $edunia.
$etiap tahun, negara-negara anggota WPO termasuk ndonesia menyelenggarakan
beragam kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari HaK $edunia
$ejak ditandatanganinya persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan (GATT)
pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh-Maroko, ndonesia sebagai salah satu negara
yang telah sepakat untuk melaksanakan persetujuan tersebut dengan seluruh
lampirannya melalui Undang-undang No. 7 tahun 1994 tentang Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Lampiran yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual (HaK) adalah %rade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIP's) yang merupakan jaminan bagi
keberhasilan diselenggarakannya hubungan perdagangan antar negara secara jujur dan
adil, karena:

1. TRP's menitikberatkan kepada norma dan standard
2. $ifat persetujuan dalam TRP's adalah Full Complience atau ketaatan
yang bersifat memaksa tanpa reservation
3. TRP's memuat ketentuan penegakan hukum yang sangat ketat dengan
mekanisme penyelesaian sengketa diikuti dengan sanksi yang bersifat
retributif.

Tumbuhnya konsepsi kekayaan atas karya-karya intelektual pada akhirnya juga
menimbulkan untuk melindungi atau mempertahankan kekayaan tersebut. Pada
gilirannya, kebutuhan ini melahirkan konsepsi perlindungan hukum atas kekayaan tadi,
termasuk pengakuan hak terhadapnya. $esuai dengan hakekatnya pula, HaK
dikelompokan sebagai :hak milik perorangan yang sifatnya tidak berwujud (Intangible)
Pengenalan HaK sebagai hak milik perorangan yang tidak berwujud dan penjabarannya
secara lugas dalam tatanan hukum positif terutama dalam kehidupan ekonomi
merupakan hal baru di ndonesia. Dari sudut pandang HaK, aturan tersebut diperlukan
karena adanya sikap penghargaan, penghormatan dan perlindungan tidak saja akan
memberikan rasa aman, tetapi juga mewujudkan iklim yang kondusif bagi peningkatan
semangat atau gairah untuk menghasilkan karya-karya inovatif,inventif dan produktif.
Jika dilihat dari latar belakang historis mengenai HaK terlihat bahwa di negara barat
(western) penghargaan atas kekayaan intelektual atau apapun hasil olah pikir individu
sudah sangat lama diterapkan dalam budaya mereka yang kemudian diterjemahkan
dalam perundang-undangan.
HaK bagi masyarakat barat bukanlah sekedar perangkat hukum yang digunakan hanya
untuk perlindungan terhadap hasil karya intelektual seseorang akan tetapi dipakai
sebagai alat strategi usaha dimana karena suatu penemuan dikomersialkan atau
kekayaan intelektual, memungkinkan pencipta atau penemu tersebut dapat
mengeksploitasi ciptaan/penemuannya secara ekonomi. Hasil dari komersialisasi
penemuan tersebut memungkinkan pencipta karya intelektual untuk terus berkarya dan
meningkatkan mutu karyanya dan menjadi contoh bagi individu atau pihak lain, sehingga
akan timbul keinginan pihak lain untuk juga dapat berkarya dengan lebih baik sehingga
timbul kompetisi.
Konsekuensi HaK/akibat diberlakukannya HaK :
1. Pemegang hak dapat memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain.
2. Pemegang hak dapat melakukan upaya hukum baik perdata maupun pidana
dengan masyarakat umum.
3. Adanya kepastian hukum yaitu pemegang dapat melakukan usahanya dengan
tenang tanpa gangguan dari pihak lain.
4. Pemberian hak monopoli kepada pencipta kekayaan intelektual memungkinkan
pencipta atau penemu tersebut dapat mengeksploitasi ciptaan/penemuannya secara
ekonomi.
JAKARTA, KAMIS--Penegakan hak kekayaan intelektual (HK) di ndonesia masih 'tersandung'
sejumlah permasalahan klasik. Pertama, di bidang perbukuan, keterbatasan bahan atau referensi
ilmiah dan mahalnya harga buku asli, sementara daya beli relatif rendah, telah memicu tindakan
penggandaan atau fotokopi secara ilegal.
Kedua, kemajuan teknologi yang memungkinkan kualitas penggandaan sangat baik. Ketiga,
rendahnya kesadaran masyarakat terhadap sistem HK. Demikian disampaikan oleh Direktur Hak
Cipta, Desain ndustri, dan Desain Tata Letak $irkuit Terpadu Direktorat Jenderal HK Departemen
Hak Asasi Manusia Arry Ardanta $igit, Kamis (13/11). Hal itu disampaikannya pada $eminar
Nasional Perlindungan Hak Reproduksi yang diselenggarakan oleh katan Penerbit ndonesia dan
World ntellectual Property Organisation (WPO) di Hotel Atlet Century Park, Jakarta.
Menurutnya, hak cipta memiliki potensi memberikan dampak yang positif bagi perkembangan
ekonomi nasional, sehingga pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan penegakan hukum.
"Pemerintah terus melakukan sosialisasi mengenai sistem hak cipta secara berkesinambungan,
serta akan menyempurnakan berbagai ketentuan dan perundang-undangan hak cipta," ujar Arry.
$elain itu, pemerintah melakukan peningkatan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dalam
melakukan penegakan hukum hak cipta, termasuk pengawasan penggandaan ciptaan.
Lingkup HKI
Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang No. 19/2002 tentang Hak Cipta, hak-hal yang dilindungi
adalah buku-buku, program komputer, pidato, alat peraga pendidikan, lagu atau musik, drama, tari,
koreografi, pewayangan, pantomin, seni lukis, pahat, kaligrafi, seni batik, peta, arsitektur,
sinematografi, terjemahan, dan lainnya.
BANDUNG, KOMPAS.com - Para aparat penegak hukum masih memiliki perbedaan persepsi
dalam upaya penegakan hukum di bidang hak kekayaan intelektual (HK) di ndonesia. Akibatnya,
keputusan pengadilan yang menyangkut kasus pelanggaran HK tidak optimal.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bagian Bina Mitra Poltabes Bandung $utisto kepada pers, seusai
menghadiri Kampanye Nasional Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran Hak Kekayaan
ntelektual (PPHK) Tahap 2 di Bandung, Jawa Barat, Kamis, (29/10).
Kampanye Tim Nasional PPHK tahap 2 yang menyasar pusat perbelanjaan (mal) dan BUMN ini,
seperti tertulis dalam siaran pers Timnas PPHK, dipimpin oleh Koordinator Administrasi Tim
Nasional PPHK Ansori $inungan $H, LLM.
Menurut $utisto, beberapa kali Poltabes Bandung melakukan upaya penegakan hukum terhadap
para produsen dan pedagang produk bajakan. Namun, ketika sampai di pengadilan, hukuman yang
dijatuhkan hakim tidak maksimal seperti hanya beberapa bulan. "Akibatnya, para pelaku bisa
langsung bebas pascakeputusan hakim tersebut karena dipotong masa tahanan," ujarnya.
Padahal, lanjut dia, para aparat di pengadilan seharusnya memberikan hukuman maksimal supaya
ada efek jera bagi para pelaku pelanggaran. Pihak kepolisian akan terus bergerak melakukan upaya
penegakan hukum. "Namun, kami memerlukan dukungan seperti dari aparat di pengadilan supaya
upaya penegakan hukum ini sejalan," ucapnya.
Berdasarkan UU Hak Cipta No 19/2002, hukuman maksimal bagi pelanggaran kasus HK adalah 5
tahun penjara dan atau denda Rp 500 juta.
Menanggapi persoalan ini, Koordinator Administrasi Tim Nasional PPHK Ansori $inungan $H, LLM
berpendapat, Tim Nasional akan melakukan koordinasi agar persepsi di kalangan penegak hukum
seperti kepolisian dan jaksa/hakim sama. $ebenarnya Tim Nasional bisa melakukan itu karena Tim
Nasional PPHK dipimpin oleh Menko Polhukam dengan para anggota, antara lain, Kapolri dan
Jaksa Agung.
"Kami juga sebenarnya sudah memberikan pelatihan dan pendidikan soal HK kepada para aparat
penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim. ni akan terus kami tingkatkan, selain kami akan
mengundang para aparat ini semuanya secara bersama-sama supaya masalah perbedaan persepsi
ini bisa diatasi," ujar Ansori.
Jakarta, Kompas - Pemahaman tentang hak kekayaan intelektual atau HK di kalangan pelaku
usaha mikro, kecil, dan menengah masih rendah. Padahal, ini penting untuk mengembangkan dan
melindungi bisnis mereka secara menyeluruh.
Pemahaman HK amat penting bagi pengembangan usaha UMKM (usaha mikro, kecil, dan
menengah), kata Ketua katan Wanita Pengusaha ndonesia (WAP) Rina Fahmi dris dalam
pelatihan HK dan bisnis bagi WAP, $elasa (24/11) di Jakarta.
Head of Business Banking Bank H$BC Jeffrey C Tjoeng menyatakan, perbankan perlu mendorong
pengusaha, khususnya UMKM, untuk terus mengembangkan diri dan menangkap peluang. Caranya
dengan mempromosikan produk atau jasa yang dimilikinya.
Pelaku UMKM, kata Rina, menganggap mendaftarkan mereknya hanya membuang uang. Padahal,
pengurusan HK sederhana, biayanya terjangkau, dan bisa secara kolektif.
Hak kekayaan intelektual meliputi hak cipta, merek, paten, desain industri, rahasia dagang, dan
indikasi geografis. Untuk menjual produk atau jasa, pengusaha harus memiliki alat pembeda dari
produk pesaing. Kasus penjualan desain industri dan rahasia dagang banyak terjadi, misalnya
kuliner dan kerajinan tangan, yang dipatenkan pembelinya, ujarnya. (EVY)
OGAKARTA, KOMPAS.com - Pendaftaran hak kekayaan intelektual atas sebuah karya kreatif
menjadi salah satu cara untuk melindungi kreator dari pembajakan. Kepemilikan sertifikat HAK akan
memudahkan upaya advokasi sehingga seorang kreator bisa mendapat kompensasi dari karya-
karyanya yang dibajak pihak lain.
Hal itu disampaikan Direktur Pusat Hak Kekayaan ntelektual Fakultas Hukum Universitas slam
ndonesia, Budi Agus Riswandi dalam diskusi tentang industri kreatif dan pembajakan, Rabu
(16/12/2009).
Menurut dia, industri kreatif yang menjadi tulang punggung DY sangat rentan terhadap
pembajakan. Oleh karena itu, HAK menjadi penting. $ayangnya pemahaman tentang HAK baik di
kalangan pelaku industri kreatif, pemerintah, pedagang serta masyarakat umum masih sangat
kurang.
"Posisi kreator sulit karena dia harus terus berkreasi, memikirkan pemasaran karya, hingga
melindungi karyanya dari pembajakan. Kalau tidak ada perubahan, kreator dan inovator bisa putus
asa. Padahal perekonomian DY sangat tergantung pada kreativitas semacam itu," katanya.
Minimnya pemahaman soal HAK, lanjut dia, menjadi pemicu rendahnya penghargaan pemerintah
dan masyarakat terhadap karya seseorang. Bahkan, kepemilikan sertifikat HAK pun tidak
berpengaruh signifikan pada menurunnya angka pembajakan karena Direktorat Jenderal HAK tidak
pro aktif menindak para pembajak karya.
Direktur PT Aseli Dagadu Djokdja A Noor Arief menuturkan, karya dari Dagadu termasuk paling
banyak dibajak. Pembajakan terjadi baik pada label maupun desain. Dari penelusuran Dagadu, para
pembajak yang dulu banyak berasal dari kelompok ekonomi menengah ke bawah kini ternyata telah
berubah menjadi pembajak besar. "Kalau dulu ragu-ragu mengambil tindakan pada pembajak, ya
suatu saat mungkin saja kami tegas," ujarnya.
a berharap agar pemerintah daerah bisa lebih sensitif terhadap perlindungan karya. $elama ini,
pemerintah daerah pun kerap tidak memahami mana produk yang asli dan mana yang bukan,
sehingga justru mendorong para pembajak untuk memasarkan karyanya ke pasar yang lebih luas.
BANTUL, KOMPAS.com- Budaya lokal yang berkembang di Bantul, baik menyangkut sisi sosial
dan ekonomi harus didaftarkan segera sebagai kekayaan intelektual komunal. Hal itu penting untuk
menghindari klaim dari negara lain.
"Kami sudah menghimbau masing-masing daerah untuk menginventarisir kekayaan budaya mereka.
Kalau sudah terdata selanjutnya didaftarkan sebagai hak kekayaan intelektual (Haki) komunal," kata
$umardi Partoredjo, Direktur Hak Cipta, Desain industri, Desain Tata Letak $irkuit terpadu, dan
Rahasia Dagang pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam seminar tentang hak
kekayaan intelektual di gedung induk, $enin (9/8/2010).
Dia mengatakan, untuk sementara belum ada pengaturan terkait biaya pendaftaran Haki komunal
yang tergolong masih baru. "Pengaturan biaya saat ini baru untuk Haki yang sifatnya individu. Untuk
paten, misalnya, butuh biaya sekitar Rp 76 juta, sementara merek dagang Rp 600.000, dan hak
cipta Rp 250.000," paparnya.
Kalau pun sudah terdaftar dalam Haki komunal, tidak otomatis kekayaan budaya tersebut
terlindungi. Pemanfaatan dan pelestarian oleh masyarakat setempat menjadi faktor penentu
eksistensi budaya lokal. "Kalau tidak diuri-uri, jangan protes dong kalau suatu saat diklaim oleh
negara lain," katanya.
Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan hak yang diberikan kepada orang-orang atas hasil
dari buah pikiran mereka. Biasanya hak eksklusiI tersebut diberikan atas penggunaan dari hasil
buah pikiran si pencipta dalam kurun waktu tertentu. HAKI adalah hak yang berasal dari hasil
kegiatan kreatiI suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manIaat serta berguna dalam menuniang
kehidupan manusia, iuga mempunyai nilai ekonomis.
Hak cipta diberikan kepada pencipta atas karya ciptanya, orang/kelompok/badan hukum yang
menerima hak tersebut dari pemegangnya, atau orang/kelompok/badan hukum yang menerima
hak cipta dari orang/kelompok/badan hukum yang diserahi hak cipta oleh pemegangnya. Hak
kepemilikan didapatkan secara otomatis begitu seseorang menghasilkan karya cipta. Tidak ada
keharusan untuk mendaItarkannya pada suatu badan pengelola HAKI. Akan tetapi hak cipta
yang terdaItar akan sangat berguna untuk proses penyelesaian iika teriadi pelanggaran terhadap
hak cipta tersebut. Hak cipta bukan melindungi suatu ide atau konsep, tetapi melindungi
bagaimana ide atau konsep itu diekspresikan dan dikeriakan. Tidak diperlukan penguiian, tetapi
karya harus original, dibuat sendiri, bukan copy dari sumber lain, dan penciptanya harus
berkonstribusi tenaga dan keahlian.
Beberapa segi positiI dari pendaItaran hak cipta antara lain :
a. pencipta/pemegang hak cipta memperoleh kepastian hukum setelah pendaItaran hak ciptanya
disahkan oleh peiabat yang berwenang.
b. apabila teriadi sengketa tentang hak cipta, umumnya ciptaan yang telah didaItarkan
berkedudukan hukum lebih kuat, Iakta pembuktiannya lebih akurat.
c. pelimpahan hak cipta/pewarisan dan sebagainya lebih mudah dan mantap apabila telah
terdaItar.
Pada dasarnya, pelanggaran hak cipta teriadi apabila materi hak cipta tersebut digunakan tanpa
izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang ada. Si penuntut harus membuktikan bahwa
karyawanya ditiru atau dilanggar atau diiiplak atau karya lain tersebut berasal dari karay
ciptanya, menurut pasal 15 UU No 19 Th 2002, tidak dianggap pelanggaran hak cipta apabila :
a. Untuk kepentingan dipengadilan
b. Pengambilan, baik sebagian maupun seluruhnya, untuk kepentingan di ranah ilmiah dan
pendidikan asal tidak merugikan penciptanya.
c. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang
dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri. Menurut pasal 74 UU hak cipta indonesia,
pelanggaran hak cipta selalu bersiIat pidana dan perdata, penyidikan terhadap pelanggaran hak
cipta selalu dilaksanakan oleh penyidikan dari kepolisisan, iuga dapat dilaksanakan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Selain tuntutan pidan dan perdata, terdapat penanganan
melalui administrasi negara.
Home ~~ Fiqih ~~ Pengertian Dan Ruang Lingkup Hak Cipta
Pengertian Dan Ruang Lingkup Hak Cipta
Artikel ini dipublish pada 9 June 2010 at 05:11 oleh Choir
Menurut pasal 1 UU no 19 Th 2002 yang dimaksud dengan hak cipta adalah hak eklusiI bagi
pencipta atas pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penciptaan adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imaiinasi, kecekatan, ketrampilan
atau keahlian yang dituangkan kedalam bentuk yang khas dan bersiIat pribadi. Sedangkanciptaan
adalah hasil setiap karya pencipta yang menuniukan keasliannya dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni atau sastra. Menurut pasal 12 UU hak cipta adalah sebagai berikut :
1. Buku-buku, program komputer, soItware, pamIlet, karya tipograIis
2. Ceramah, kuliah, pidato atau ciptaan lainnya yang diwuiudkan dengan cara pengucapan
3. Alat peraga yang dibuat guna tuiuan pendidikan dan ilmu pengetahuan
4. Karya siaran
5. Pertuniukan
6. Lagu-lagu, iuga rekamanya
7. Seni batik
8. Peta
9. Karya IotograIi
10. Karya senimatograIi
11. Teriemahan dan taIsiran meskipun hak cipta karya asli tetap dilindungi
Pekembangan pengaturan hukum hak cipta seialan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
dewasa ini, bahkan perkembangan perdagangan internasional, artinya bahwa konsep hak cipta
telah sesuai dengan kepentingan masyarakat untuk melindungi hak-hak si pencipta berkenaan
dengan ciptaannya bukan kepada penerbit lagi.
Pengertian Hak Kekayaan ntelektual
y admin | Published June 8, 2011
Hak Kekayaan ntel ektual (HK) yang merupakan terj emahan dari Intellectual Property Rights atau yang
disingkat PR dapat kita arti kan sebagai hak atas kekayaan yang timbul karena kemampuan intel ektual
manusia (Affil yonna Purba, Gazalba $al eh dan Adri ana Krisnawati, 2005:12).
Dal am menghasilkan suatu hasil karya, manusi a telah mengeluarkan waktu, bi aya dan tenaga yang ti dak
sedi kit. Ol eh karena itu, perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan ntel ektual sangat di perl ukan.
Karena dal am setiap karya, terdapat hak yang dapat dini kmati, khususnya hak ekonomi. Terjaminnya
perli ndungan hukum bagi suatu hasil karya, akan menumbuhkembangkan semangat dan kreatifitas untuk
berkarya dan menci pta.
Ol eh smail $al eh (1990:45) dij elaskan bahwa HK adalah pengakuan dan penghargaan pada seseorang
atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan karya i ntel ektual dengan memberi kan hak-hak khusus
bagi mereka, baik yang bersifat sosi al, maupun ekonomis.
Di dal am hukum perdata di kenal berbagai macam penggolongan benda. $alah satunya adalah benda
berwuj ud (materiil ) dan benda tidak berwuj ud (immateril). HK sendiri dapat digolongkan ke dal am benda
ti dak berwuj ud.
Hal i ni sej alan dengan pendapat Abdul Kadir Muhammad (1994:75) yang mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan barang (tangible goods) adalah benda materiil yang ada wuj udnya karena dapat dilihat
dan diraba, misal nya kendaraan; sedangkan yang dimaksud dengan hak (intangible goods) adal ah benda
imateril yang ti dak ada wujudnya karena ti dak dapat dilihat dan di raba, misal nya HK.
Pernyataan Abdul Kadir di atas, sesuai dengan rumusan Pasal 499 KUHPerdata :
Menurut Undang-Undang, barang adalah ti ap benda dan ti ap hak yang dapat menj adi obyek dari hak
milik.
Untuk menj aga keseimbangan antara pribadi i ndi vidu dengan kepentingan masyarakat, maka sistem HK
berdasarkan pada prinsip:
1. Prinsi p Keadil an (the principle of natural justice)
Berdasarkan prinsip i ni maka penci pta sebuah karya atau orang lai n yang bekerja membuahkan hasil dari
kemampuan i ntel ektualnya, waj ar memperol eh imbal an.
2. Prinsi p Ekonomi (the economic argument)
Dal am pri nsi p i ni suatu kepemilikan adal ah waj ar karena sifat ekonomis manusi a yang menj adikan hal itu
satu keharusan untuk menunjang kehidupannya di dalam masyarakat.
3. Prinsi p Kebudayaan (the culture argument)
Pada hakikatnya karya manusia bertujuan untuk memungkinkan hi dup, selanjutnya dari karya itu akan
timbul pula suatu gerak hi dup yang harus menghasilkan l ebi h banyak karya l agi. Dengan demikian,
pertumbuhan dan perkembangan karya manusia sangat besar arti nya bagi peningkatan taraf kehidupan,
peradaban dan martabat manusi a.
4. Prinsi p $osial (%he Social Argument)
Pemberi an hak ol eh hukum tidak bol eh di beri kan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan perseorangan,
tetapi harus memenuhi kepenti ngan sel uruh anggota masyarakat.

PengeIompokan Hak Kekayaan InteIektuaI
Pada dasarnya HK dapat di kategorikan ke dalam dua bagi an, yaitu:
1. Hak Ci pta (copyright) yang terdiri dari hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta
(neighboring rights)
2. Hak kekayaan perindustri an yang terdi ri dari :
a. Paten (Patent)
b. Merek Dagang (%rademark)
c. Desain ndustri (Industrial Design)
$el ain itu Hak Kekayaan ntel ektual j uga dapat di gol ongkan berdasarkan j eni s kekayaan intel ektual yang
dilindungi.
HK meli puti :
1. Hak perli ndungan vari etas tanaman, yaitu hak khusus yang diberikan negara kepada pemuli a dan
atau pemegang Hak Perli ndungan Vari etas Tanaman untuk menggunakan sendiri Vari etas hasil
pemuli aannya, untuk memberi persetuj uan kepada orang atau badan hukum l ain untuk
menggunakannya selama waktu tertentu. (UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Vari etas
Tanaman, Pasal 1 angka 2);
2. Hak Rahasia Dagang, yaitu hak atas i nformasi yang ti dak diketahui ol eh umum di bi dang teknologi
dan/atau bisni s, mempunyai nilai ekonomis, karena berguna dal am kegiatan usaha dan dij aga
kerahasi aannya ol eh pemilik Rahasi a Dagang. Pemilik Rahasi a Dagang berhak menggunakan
sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya dan/atau memberikan lisensi kepada atau melarang pi hak
l ain untuk menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang i tu kepada pi hak
keti ga untuk kepenti ngan yang bersi fat komersial. (UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang, Pasal 1 angka 1, 2 dan Pasal 4);
3. Hak Desain ndustri, yaitu hak ekskl usif yang di beri kan ol eh negara Republi k ndonesia kepada
pendesain atas hasil kreasi nya sel ama waktu tertentu mel aksanakan sendiri atau memberi kan
persetujuannya kepada pi hak lai n untuk mel aksanakan hak tersebut. (UU No. 31 tahun 2000
tentang Desai an ndustri , Pasal 1 Angka 5);
4. Hak Desain Tata Letak Terpadu, yaitu hak ekskl usif yang diberikan ol eh Negara Republi k ndonesia
kepada pendesain atas hasil kreasinya sel ama waktu tertentu mel aksanakan sendiri atau
memberikan persetujuannya kepada pi hak lai n untuk mel aksanakan hak tersebut (UU No. 32 tahun
2000 tentang Desai n Tata Letak Terpadu, Pasal 1 Angka 6);
5. Paten, yaitu hak ekskl usif yang di beri kan ol eh Negara Republik ndonesi a kepada penemu atas
hasil i nvensi nya di bi dang teknol ogi selama waktu tertentu mel aksanakan sendiri atau memberikan
persetujuannya kepada pi hak lai n untuk mel aksanakan hak tersebut. (UU No. 14 tahun 2001
tentang Paten, Pasal 1 angka 1);
6. Hak atas Merek, yaitu hak eksklusif yang di berikan ol eh Negara Republi k ndonesi a kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri untuk Merek tersebut atau memberi kan i zin kepada pihak lai n yang menggunakannya. (UU
No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, Pasal 3); dan
7. Hak Cipta, yai tu hak ekskl usif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ci ptaannya atau memberikan i zin untuk itu dengan ti dak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta).

You might also like