Professional Documents
Culture Documents
1.
Oman Suherman 1 dan Awaludin Hipi 2 Ahli Peneliti Utama pada Balitsereal, Maros- Sulawesi Selatan 2. Peneliti pada BPTP Nusa Tenggara Barat
ABSTRAK
Benih jagung bermutu yang murni dari varietas unggul jagung komposit menjamin tercapainya produktivitas tinggi. Benih yang kemurnian genetiknya tinggi dapat diperoleh melalui penyiapan bahan genetik pilihan, budidaya tidak luas dan intensif, penggunaan sarana produksi yang berimbang sesuai lingkungan tumbuh dan pengelolaan yang optimum. Empat cara memelihara kemurnian genetik jagung komposit varietas unggul yaitu (a) penyerbukan campuran, (b) seleksi massa pada plot terisolasi, (c) konversi penanaman persilangan halfsib ke dalam blok yang terisolasi, dan (d) persilangan half sib satu tongkol per baris pada blok terisolasi. Keempat cara berpeluang dapat dilakukan oleh petani karena bahan genetik dan bahan lapangan tersedia disekitar petani, sebagian petani pada umumnya sedikit mengetahui cara menyiapkan benih yang baik berdasarkan seleksi ukuran/bentuk tongkol dan biji. Kata kunci : kemurnian genetik, benih, jagung bersari bebas
PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L) termasuk tanaman serealia yang bebas diperdagangkan dan dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan sederhana hingga olahan bergengsi tinggi. Ragam jenis makanan selingan seperti jagung manis dan jagung pop corn tersebar di desa dan perkotaan. Tepung jagung produk industri bahan setengah jadi banyak digunakan oleh berbagai jenis industri antara lain makanan ringan kerupuk (Chiki, Chitos, dll), pabrik biskuit, barbaque, roti, mie, spagheti, es krem, bumbu masak, kecap, saus, tauco, soun, pemanis, minuman penyegar, sirop, dan minyak sawit. Industri ransum pakan ternak, unggas, dan ikan berkembang pesat sejak tahun 1985, memenuhi perubahan pola konsumsi masyarakat yang meningkat terhadap konsumsi daging, telur dan susu sebagai akibat dari meningkatnya inovasi teknologi biologi, kimia, dan pendapatan masyarakat. Sejalan dengan itu permintaan jagung meningkat dengan laju pertumbuhan 3,4 % / tahun (Kasrino, 2002). Pasar jagung terbuka di dalam negeri dan ekspor ke Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand dan Filipina. Dalam mendukung peningkatan produksi jagung di Indonesia, Karama (2004), berpendapat bahwa kebijakan perbenihan jagung komersil tingkat nasional sebaiknya diproduksi di Indonesia. Namun hingga saat ini, sumber daya dan kelembagaan perbenihan jagung dalam negeri belum merupakan produsen pertanian yang mumpuni dan berdaya saing handal (Baihaki, 2004). Oleh sebab itu, aspek pemahaman ilmu pemuliaan praktis dalam kehidupan pertanian khususnya ilmu menghasilkan benih jagung bermutu oleh petani harus diperluas dan ditingkatkan. Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas usahatani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan lokasi akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, para industri benih jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang baru mencapai 27,91 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit (Nugraha dan Subandi, 2002). Bahkan menurut Paliwal, (2001), sebagian besar petani Indonesia masih menggunakan benih asalan, berupa turunan hibrida dan komposit keturunan. Selama masih banyaknya jumlah petani yang menanam varietas lokal, maka rata-rata produktivitas jagung di Indonesia tetap rendah 2,47 t/ha (Subandi, 1988).
pembumbunan dilakukan umur 24 hari. Kelembaban tanah dipertahankan cukup selama pertumbuhan tanaman. Pada waktu penanaman yaitu harus 30 hari sebelum atau sesudah penanaman jagung disekitarnya atau berjarak 200 m (isolasi). Pada blok pertanaman dibuat saluran air pembatas anak petak setiap 5 m agar memudahkan dalam pelaksanaan seleksi. Pada fase pembungaan, tanaman yang menyimpang atau berpenampilan tidak sesuai dengan deskripsi bunga jantannya (malai) harus dicabut sebelum menyerbuk. Sebelum panen, tanaman yang tidak dipotong malainya dan berpenampilan baik sesuai deskripsi dari setiap plot 5 m x 5 m dipilih dan diberi tanda (kapuri) sedikitnya 1000 tongkol. Setelah panen dipilih 500 tongkol yang seragam bentuk tongkol dan bijinya. Campuran biji secara berimbang dari setiap tongkol pilihan merupakan benih sumber pertama yang bermutu tinggi. Setiap tongkol dapat dipilih 250 butir, sehingga dari 500 tongkol akan menghasilkan 125.000 butir atau sekitar 35 kg benih bermutu tinggi yaitu cukup untuk 1,5 ha.
Malai merupakan gudang tepungsari dan dalam satu malai terdapat jutaan serbuksari. Tanaman pilihan yang bermalai baik sesuai dengan deskripsi harus dipertahankan dan menyerbuki tanaman pilihan lainnya. Bentuk malai yang dikehendaki adalah tidak serak dan kuncup dan relatif seragam. Demikian pula untuk warna malai /glume yang dipertahankan adalah merah.
Untuk memperoleh hasil keturunan yang seragam dalam waktu 50% berbunga, maka pada penelitian ini dipilih tanaman yang berbunganya antara 65 hingga 73 hari atau selang berbunga seminggu. Tipe simpang terbanyak adalah pada bentuk malai (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah tanaman tipe simpang (%) varietas Bisma berdasarkan seleksi pembungaan. Maros. 2003 Bentuk malai Warna Malai Umur keluar malai Umur tanaman Serak Kuncup Ungu Kuning Cepat Lambat Sebelum umur 56 hari 23 (0,7 %) 34 (1,0%) 21 (0,6%) 29 (0,8%) 35 (0,1%) Setelah umur 73 hari 15 (0,5%) 10 (0,3%) 14 (0,5%) 10 (0,2%) 17 (0,6%)
Sumber : Data primer yang diolah
Populasi tanaman betina yang dipanen untuk menghasilkan benih sebanyak 44,3 % dari populasi 3.850 tanaman luas blok percobaan 25 m x 30 m. Total tongkol tipe simpang pada penelitian ini mencapai 758 atau sebesar 44,4 % dari total tanaman betina yang dipanen. Setiap tanaman dipanen satu tongkol yang letaknya dibagian atas. Tipe simpang tongkol yang terbanyak adalah pada karakter ukuran tongkol kecil mencapai 9,2 % disusul oleh tongkol terbuka dan tongkol tidak terisi biji secara penuh (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah dan persentase tongkol tipe simpang dalam produksi benih Bisma. Maros 2003 Saat seleksi Pengolahan Tongkol berkelobot Terbuka Berdaun 152 104 7,7 % 3,2% Tongkol kupas Kecil Tdk penuh 225 151 9,2 % 7,7 % Biji Kuning pucat Brs tdk lurus 58 68 1,8 % 2,1 %
Potensi hasil dalam perbanyakan benih ini mencapai 6.325 kg/ha pipilan yang terdiri dari 2.910 kg benih bermutu dan 3.415 benih konsumsi (Tabel 4). Jumlah tongkol tipe simpang sebanding dengan hasil tanaman pejantan masing-masing 1.192 kg/ha dan 1.248 kg/ha. Intensitas seleksi tongkol cukup tinggi agar dihasilkan benih bermutu yang lebih baik. Jika jagung konsumsi dinilai Rp. 1000/kg dan jagung untuk benih dinilai Rp. 5.000/kg, maka dalam satu hektar diperoleh pendapatan sebesar Rp. 17.968.000 /ha selama 4 bulan.
Tabel 4. Hasil benih jagung bermutu dan konsumsi varietas Bisma. Maros, 2003 Hasil perbanyakan Tanaman betina pilihan Tipe simpang tanaman betina fase vegetatif Tipe simpang tanaman betina fase generatif Tipe simpang tongkol Tanaman pejantan
Sumber : Data primer yang diolah
Menurut Abdul Bari et.al. (1974), tanaman tipe simpang yang mengekpresikan penampilan tanaman tidak normal pada bentuk tanaman adalah sebagai akibat silangdiri atau selfing. Selain itu tanaman tipe simpang dapat disebabkan akibat persilangan antar tanaman yang memiliki daya gabung baik sehingga membentuk tanaman superior. Hal ini terkait dengan istilah jagung komposit yang merupakan turunan multi hibrida (Subandi, 1988 dan Dahlan dan Sugiyatni, 1992). Bagi petani yang akan mempraktekan cara tersebut dapat mengenal tanaman tipe simpang dengan memperhatikan (visual) secara seksama diantara tanaman sekitarnya. Bentuk tanaman yang terlalu gemuk terlihat dari susunan daun pada batang yang rapat dengan ukuran, dan sudut yang berbeda. Tanaman yang kurus, berbatang kecil, daun sempit, internode panjang, termasuk tipe simpang. Semua tipe simpang saat menseleksi dianjurkan untuk dicabut agar seleksi berikutnya semakin ringan. Penandaan tanaman tipe simpang dengan cara memotong bagian atas tanaman harus dipanen umur 75-85 hari setelah tongkol berisi dengan cara menebas tanaman. Satu masalah dalam dalam produksi benih adalah persentase biji isi tidak penuh mencapai 7,7 %. Idealnya tongkol yang baik berisi penuh biji sepertihalnya jagung hibrida C7 dan C9 yang memiliki karakter good tip(Balitsereal, 2002). Untuk meningkatkan pengisian biji, disarankan melakukan persilangan bantuan yaitu mengumpulkan tepungsari dari tanaman pilihan lalu menyerbukan dengan bantuan tangan pada waktu rambut tongkol masih basah.
Cara menghasilkan benih jagung komposit bermutu tinggi dari populasi unggul mestinya bisa dikerjakan oleh petani. Tanaman tipe simpang cukup dipotong bagian atasnya agar tetap menghasilkan tongkol. Seleksi tongkol yang dilakukan oleh ibu tani cenderung akan menghasilkan kualitas yang lebih baik. Kebutuhan benih per hektar 80.000 butir. Jika setiap tongkol dapat dipilih menjadi benih sebanyak 350 butir maka dalam satu hektar dibutuhkan 250 tongkol.
1. Cara memelihara kemurnian genetik jagung komposit dan produksi benih jagung bermutu yang
kemungkinan besar dapat dilakukian oleh petani adalah metose seleksi massa dan modifikasi half sib ear-to-row. Cara tersebut menghasilkan benih bermutu 2.980 kg benih dan 3.210 kg konsumsi per hektar. Biji konsumsi marupakan hasil dari tanaman tipe simpang dan sortiran tongkol serta tipe simpang yang mencapai jumlah tinggi sebanyak 1.192 kg/ha (18,8 %). Perlu mensosialisasikan cara memelihara kemurnian jagung komposit di setiap sentra pengembangan jagung oleh Litbang dan Dinas Pertanian.
2. 3.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari, Sjarkani Musa, dan Endang Sjamsudin. 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. IPB. 90 halaman. Baihaki, A. 2004. Mengantisipasi persaingan dalam menuju swasembada varietas unggul. Makalah Simposium PERIPI di Balitro Bogor, 5-7 Agustus 2004. 17 halaman. Balitsereal 2002. Deskripsi varietas jagung edisi ketiga. Badan Litbang Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Serealia, 74 halaman. CIMMYT. 1994. Maintenace and seed multiplication of maize. CIMMYT. Mexico. 9 pp. Dahlan, M dan Sugiyatni S. 1992. Pemuliaan tanaman jagung. Dalam Astanto et.al., (Eds). Prosiding Simposium Pemuliaan I. Perhimpunan Pemuliaan Indonesia. Hal 17-29. Karama. S. 2004. Posisi perbenihan Indonesia sekarang dan antiisipasi terhadap benih impor. Makalah Simposium PERIPI di Balitro Bogor, 5-7 Agustus 2004. 3 halaman. Kasrino. F. 2002. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia selama empat tahun dekade lalu dan implikasinya bagi indonesia. Kumpulan Makalah Diskusi Agribisnis Jagung. Badan Litbang Pertanian. 39 halaman. Pingali P.L., and S. Pandey. 2001. Maize production in developing word. In Pingali L.P (Ed). CIMMYT. 60 pp. Poelman. 1987. Breeding Field Crops. Third edition. An Avi Book, New York. P.451-507. Subandi. 1988. Perbaikan varietas jagung. Dalam Subandi et.al., (Eds). Jagung Puslitbantan Bogor. Keterangan :
1. Penyerbukan campuran. Pada saat tanaman keluar malai dipilih 3.000 tanaman (selama 5
hari) yang keragaan tampilan tanamannya tumbuh baik dan seragam sesuai deskripsi dengan cara menutup tongkol dengan kantong plastik yang biasa dipakai untuk es lebar 3 cm. Setelah 4-6 hari tongkol dibungkus, dilakukan pembungkusan malai yang siap menyerbuk dari tanaman pilihan dengan menggunakan pembungkus dari kertas (20 cm x 25 cm). Waktu pembungkusan malai jagung adalah waktu sore hari, pengumpulan tepungsari dari pembungus dilakukan pagi hari (pukul 9-10 siang) keesokannya, tepungsari setiap kantong dicampur lalu ditumpahkan pada rambut tongkol ( 4 cm) yang ditutup kantong plastik. Persilangan dilakukan terhadap 1000 tanaman pilihan. Setelah 50 hari dari persilangan dilakukan panen, dan dipilih 500 tongkol hasil
persilangan yang bentuk tongkol dan bijinya seragam. Campuran biji secara berimbang dari setiap tongkol pilihan merupakan benih sumber pertama yang bermutu tinggi. Setiap tongkol dapat dipilih 250 butir, sehingga dari 500 tongkol akan menghasilkan 125.000 butir atau sekitar 35 kg bermutu tinggi yaitu cukup untuk 1,5 ha. Persilangan half sib satu tongkol per baris pada blok terisolasi. Cara ini merupakan yang paling efektif menghasilkan kelas benih pemulia. Benih sumbernya adalah 200-500 tongkol pilihan. Biji dari setiap tongkol akan dijfungsikan sebagai baris tanaman induk betina. Benih untuk induk jantan dipersiapkan dengan cara mencampur secara berimbang dari sejumlah biji setiap tongkol (15-40 butir/tongkol). Baris induk jantan ditanam secara berselang seling dengan baris induk betina secara simetris yaitu setiap 1-2 baris pejantan diselingi dengan 3-6 baris induk betina. Jaran tanam 75 cm x 25 cm, jumlah biji 1-2 butir per lubang, diperjaran umur 10-15 hari dan mensisakan satu tanaman per rumpun. Blok pertanaman harus terisolasi saat berbunganya. Sebelum berbunga, tanaman tipe simpang pada baris induk jantan harus dicabut malainya sebelum penyerbukan (20-40 %). Seluruh tanaman induk betina harus dicabut malainya sebelum penyerbukan. Sebelum panen, baris tanaman induk betina pilihan (50 %) yang sesuai deskripsi ditandai sebagai calon benih dengan pembanding tanaman induk jantan yang tumbuh baik dan sempurna. Setelah panen dipilih 2-4 tongkol pilihan sesuai deskripsi hingga mencapai 500 tongkol pilihan. Setiap tongkol dapat dipilih 250 butir, sehingga dari 500 tongkol akan menghasilkan 125.000 butir atau sekitar 35 kg benih bermutu tinggi yaitu cukup untuk 1,5 ha.