You are on page 1of 26

Ideologi Bangsa Harus Ditanamkan Sejak Dini

08 Jun 2010

Opini Pelita

Sebagai warga negara, saya perlu mengingatkan pemerintah, khususnya dinas Pendidikan Nasional, agar Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa ditanamkan sejak dini melalui pendidikan. Hal inf mengingat sejak bergulirnya reformasi, seakan Pancasila dilupan dan diabaikan. Bahkan yang memprihatinkan banyo siswa dan mahasiswa sudah tidak hafal Pancasila. Saya setuju dengan rencana Kandidat Rektor Universitas Diponegoro Semarang. Prof Arief Hidayat, yang menyatakan bakal menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila di seluruh fakultas, jika dirinya terpilih. Selama ini sesuai Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata kuliah pendidikan Pancasila diintegrasikan dengan pendidikan kewarganegaraan (PKN). padahal keduanya berbeda. Menurut Arief yang juga Dekan Fakultas Hukum (FH) Undip flu. banyak perguruan tinggi yang akhirnya hanya mengajarkan mata kuliah PKn. termasuk Undip, tetapi tidak demikian dengan perkuliahan di FH Undip. FH Undip (etap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila dan filsafat Pancasila dalam perkuliahan, mengingat Pancasila adalah ideologi bangsa yang harus ditanamkan kepada generasi muda. Secara substansial keduanya berbeda, pendidikan Pancasila lebih berupa penanaman nilai-nilai luhur dan moralitas, sedangkan PKN adalah pendidikan bela negara yang bersifat implementatif. Negara-negara lain saja memasukkan pembelajaran ideologi yang dianutnya dalam kurikulum pembelajaran, mengapa Pancasila yang menjadi ideologi Indonesia justru tidak diajarkan secara spesifik. Penanaman Pancasila kepada generasi muda sangatlah penting, mengingat banyak peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi justru .tidak mencerminkan nilai-nilailuhur dan moralitas bangsa Indonesia. Di samping PKN. Pendidikan Pancasila tetap harus diberikan secara khusus sebagai mata kuliah tersendiri, mengingat pentingnya kuliah itu terhadap pemahaman pluralitas dan kebhinnekaan. Saya berharap, pemerintah melalui Dinas Pendidikan secara bertahap memasukkan Pancasila sebagai mala pelajaran disekolah dasar sampai perguruan tinggi guna menamkan nilai-nilai falsafah Pancasila sebagai ideologi negara. Jangan sampai generasi muda bangsa tidak kenal dengan Pancasila Pancasila sudah terbukti mampu mengatasi permasalahan bangsa, terutama dalam menjaga persatuan dan kesatuan nasional. Pancasila sebagai perekat bangsa.

Andi Fachrudin Jl Kebahagiaan Utara 14. Makassar. .Sulawesi Selatan-90245 Email andi/achru@gmaiLcom Entitas terkaitEmail | FH | Pancasila | Pendidikan | PKN | Sulawesi | Undip | Andi Fachrudin | Dinas Pendidikan | FH Undip | Menurut Arief | Pancasila Pancasila | Penanaman Pancasila | Pendidikan Pancasila | Prof Arief | Sistem Pendidikan | Dekan Fakultas Hukum | Jl Kebahagiaan Utara | Kandidat Rektor Universitas Diponegoro | Ideologi Bangsa Harus Ditanamkan Sejak Dini | Ringkasan Artikel Ini FH Undip (etap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila dan filsafat Pancasila dalam perkuliahan, mengingat Pancasila adalah ideologi bangsa yang harus ditanamkan kepada generasi muda. Saya berharap, pemerintah melalui Dinas Pendidikan secara bertahap memasukkan Pancasila sebagai mala pelajaran disekolah dasar sampai perguruan tinggi guna menamkan nilai-nilai falsafah Pancasila sebagai ideologi negara. Jangan sampai generasi muda bangsa tidak kenal dengan Pancasila Pancasila sudah terbukti mampu mengatasi permasalahan bangsa, terutama dalam menjaga persatuan dan kesatuan nasional.

Jumlah kata di Artikel : 333 Jumlah kata di Summary : 74 Ratio : 0,222Ideologi Bangsa Harus Ditanamkan Sejak Dini
08 Jun 2010

Opini Pelita

Sebagai warga negara, saya perlu mengingatkan pemerintah, khususnya dinas Pendidikan Nasional, agar Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa ditanamkan sejak dini melalui pendidikan. Hal inf mengingat sejak bergulirnya reformasi, seakan Pancasila dilupan dan diabaikan. Bahkan yang memprihatinkan banyo siswa dan mahasiswa sudah tidak hafal Pancasila. Saya setuju dengan rencana Kandidat Rektor Universitas Diponegoro Semarang. Prof Arief Hidayat, yang menyatakan bakal menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila di seluruh fakultas, jika dirinya terpilih. Selama ini sesuai Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata kuliah pendidikan Pancasila diintegrasikan dengan pendidikan kewarganegaraan (PKN). padahal keduanya berbeda.

Menurut Arief yang juga Dekan Fakultas Hukum (FH) Undip flu. banyak perguruan tinggi yang akhirnya hanya mengajarkan mata kuliah PKn. termasuk Undip, tetapi tidak demikian dengan perkuliahan di FH Undip. FH Undip (etap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila dan filsafat Pancasila dalam perkuliahan, mengingat Pancasila adalah ideologi bangsa yang harus ditanamkan kepada generasi muda. Secara substansial keduanya berbeda, pendidikan Pancasila lebih berupa penanaman nilai-nilai luhur dan moralitas, sedangkan PKN adalah pendidikan bela negara yang bersifat implementatif. Negara-negara lain saja memasukkan pembelajaran ideologi yang dianutnya dalam kurikulum pembelajaran, mengapa Pancasila yang menjadi ideologi Indonesia justru tidak diajarkan secara spesifik. Penanaman Pancasila kepada generasi muda sangatlah penting, mengingat banyak peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi justru .tidak mencerminkan nilai-nilailuhur dan moralitas bangsa Indonesia. Di samping PKN. Pendidikan Pancasila tetap harus diberikan secara khusus sebagai mata kuliah tersendiri, mengingat pentingnya kuliah itu terhadap pemahaman pluralitas dan kebhinnekaan. Saya berharap, pemerintah melalui Dinas Pendidikan secara bertahap memasukkan Pancasila sebagai mala pelajaran disekolah dasar sampai perguruan tinggi guna menamkan nilai-nilai falsafah Pancasila sebagai ideologi negara. Jangan sampai generasi muda bangsa tidak kenal dengan Pancasila Pancasila sudah terbukti mampu mengatasi permasalahan bangsa, terutama dalam menjaga persatuan dan kesatuan nasional. Pancasila sebagai perekat bangsa.

*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net. http://bataviase.co.id/node/242806 Banyaknya persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, diyakini sebagian masyarakat karena lemahnya pengamalan Pancasila. Padahal, Pancasila seharusnya tetap menjadi dasar setiap pijakan berbagsa dan bernegara. Bukan hanya itu, ada tudingan bahwa pemerintah sengaja menciptakan suasana agar masyarakat "melupakan" Pancasila. Tudingan itu, dilandasi tidak lagi diajarkannya pendidikan Pancasila dalam mata pelajaran di sekolah. Bagaimana sebenarnya masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara, jika dikaitkan dengan Pancasila, berikut ini petikan wawancara wartawan aktualnews.com dengan Muslim SH anggota DPR RI Komisi X yang membidangi masalah Pendidikan Nasional. Muslim yang dari Fraksi Partai Demokrat, daerah pemilihan Aceh ini, sebelumnya bearada di Komisi II yang membidangi Pemerintahan. Tanya (T): Benarkah Pancasila makin dilupakan?

Muslim (M): Betul. Kita melihat pengamalan Pancasila semakin dilupakan. Kondisi pengamalan nilai-nilai Pancasila yang semakin menipis di masyarakat ini membuat kita semakin prihatin. Pancasila dulu menjadi mata pelajaran utama sejak sekolah dasar (SD) hingga SMA. Pada bangku kuliah, masih ada mata kuliah Kewiraan. Tetapi hari ini, sudah tidak ada lagi mata pelajaran dan mata kuliah seperti itu. Makanya, kita melihat sekarang ini adanya rasa memiliki terhadap Pancasila dari bangsa ini, semakin hari semakin menipis. Ini menjadi salah satu penyebab terkikisnya rasa nasionalisme. T: Apa yang salah dalam hal ini? M: Tentu kita tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Bahwa jika kita membandingkan antara kurikulum pendidikan yang dulu dengan sekarang, ada banyak program pendidikan kita yang sudah bagus. Dari evaluasi yang kita lakukan, maka perlu kembali lagi ke awal, di mana Pancasila dan UU Dasar 1945 itu sejak dini harus ditanamkan kembali bagi pendidikan dasar. Sebab Pancasila dan UUD 1945 itu sudah final dan harga mati. Kita tahu, bagaimana dulu 'founding father' kita membangun pondasi negara ini dengan perjuangan dan darah. Maka kita sekarang ini wajib menjalankannya secara detail. Bukan hanya formalistik, tapi harus terlihat dalam implementasi sikap dan perilaku kita. T: Apakah penanaman jiwa Pancasila cukup dengan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan mata kuliah Kewiraan? M: Saya pikir, ini harus terus-menerus dan secara konsisten dijalankan kesinambungannya. Kalau kita cermati, anak-anak didik kita sekarang ini, mungkin banyak yang sudah tidak tahu sejarah bangsanya. Termasuk misalnya, siapa Presiden RI pertama, kedua dan seterusnya. Bahkan kalau kita bandingkan kita di zaman orde baru dulu, nama para menteri pun kita sangat hafal. Tapi sekarang, jangankan anak didik kita, para anggota DPR pun mungkin belum tentu semua hafal nama-nama menteri. Nah, ini kan nilai-nilai positip yang perlu kita ambil. Dengan diajarkannya kembali PMP, maka saya pikir, itu akan menumbuhkan nasionalisme, rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air. Tentu pendidikan budi pekerti juga sangat penting. Jadi kalau dulu ada program pendidikan yang sudah bagus, rasanya kita tak perlu malu untuk menghidupkan kembali dalam kurikulum pendidikan kita sekarang.

T: Apakah perlu lembaga khusus untuk mensosialisasikan Pancasila dalam 4 pilar berbangsa dan bernegara? M: Selama tiga kali masa reses, memang kita sudah menjalankan sosialisasi itu dengan baik. Masyarakat di daerah pemilihan (dapil) saya juga begitu antusias mengikuti sosialisasi yang kami lakukan. Tapi memang, secara teknis pelaksanaan, jika kita hitung dengan budget yang sangat terbatas, yaitu sebesar Rp 15 juta per anggota DPR untuk sosialisasi setiap reses, paling banyak hanya bisa diikuti sekitar 75 orang peserta. Jumlah itu, jika dikalikan dengan total anggota DPR sebanyak 560 orang, baru akan tercover sebanyak ribuan peserta sosialisasi. Jadi bisa disimpulkan, jangkauan tangan anggota DPR RI dalam mensosialisasikan Pancasila sebagai empat pilar dalam berbangsa dan bernegara itu sangat kurang. Maka, kalau kita mau jujur, tentu perlu ada lembaga khusus yang betul-betul serius mengurusi soal sosialisasi empat pilar tadi, apapun namanya. T: Siapa saja yang mungkin dilibatkan dalam sosialisasi tersebut? M: Dalam pelaksanaannya, perlu melibatkan para akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), termasuk media massa, maupun unsur-unsur lainnya di lembaga khusus itu. Coba kita lihat Non Goverment Organization (NGO) di negara-negara lain. Mereka betulbetul bisa memberdayakan NGO-nya untuk hal-hal khusus bagi negaranya. Mestinya kita juga bisa. Tentu dengan catatan, tidak boleh digunakan penguasa untuk kepentingan tertentu seperti zaman Orde Baru. T: Jika memang perlu lembaga khusus mengurusi Pancasila, apakah ada kendala secara politis maupun keberatan soal anggaran? M: Saya pikir tidak ada. Memang perlu keberanian dan 'political will' dari pemerintah. Sepanjang itu benar, untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara, untuk masa depan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan betul-betul bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat secara transparan, jalan aja. Membangun bangsa ini kan memang perlu keberanian. Gak perlu takut terhadap siapa pun. T: Dalam penelitian pakar, banyak undang-undang (UU) yang tidak sinkron dengan roh Pancasila. Bahkan banyak dinilai ditunggangi kepentingan pengusaha, penguasa, bahkan pihak asing yang justru merugikan rakyat. Pendapat Anda? M: Ya itulah. Makanya begini. Ini sesuatu yang perlu diseriusi, khususnya bagi temanteman kami di DPR RI, agar semangat membuat UU itu adalah semangat kebangsaan. Semangat nasionalisme. Semangat kepentingan bangsa dan negara. Bukan kepentingan penguasa dan pengusaha semata.

Karena itu, seharusnya dalam membuat, merancang, dan mengesahkan sebuah UU, semua pihak harus bisa menghilangkan kepentingan yang ada, selain kepentingan yang baik untuk bangsa dan negara serta rakyat. Ini bukan semata-mata kelemahan dan kesalahan teman-teman di DPR. Di sisi lain juga, pemerintah juga harus mendukung sepenuh hati terhadap UU yang disiapkan. Karena ada UU dari usulan pemerintah, ada juga yang inisiatif DPR. Kita berharap, ada sinergitas. Sebab kalau tidak, akan berdampak terhadap kepentingan rakyat. Karena UU-nya gak kelar-kelar, karena sarat kepentingan itu tadi. Kenapa lita tidak kompak, untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara? T: Kekompakan di era reformasi yang multi partai ini katanya sulit dicapai. Apa solusi terbaiknya? M: Saya pikir begini. Memang dalam dalam politik kan tidak ada yang ideal. Bicara politik, bicara kepentingan. Tapi, ketika ada kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara, maka kita menghimbau, kita mengharapkan, kepada semua partai politik, kita ajak berpikir bijak, dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara itu tadi. Tapi ini yang saya lihat belum dilakukan. Makanya, kita berharap di DPR ini ke depan, pimpinan DPR harus sering mengundang, apakah bentuknya cofee morning misalnya, dengan fraksi-fraksi di DPR, untuk berdiskusi atau dialog. Dengan teman-teman media, entah sebulan sekali. Ya, kita bicarakan persoalan bangsa ini di situ. Sehingga pihak media juga memahami keinginan dari wakil rakyat ini, demikian sebaliknya. Sebab saya melihat, ada mispersepsi dan miskomunikasi atara media dengan DPR dalam hal ini. Saya yakin, kalau komunikasi selalu dibangun, apapun produk yang dibikin di DPR, pasti di-back up oleh media. Karena apa? Yang dibuat DPR kan semata-mata untuk kepentingan rakyat juga. Sekarang ini, ada kecurigaan dari sebagian teman-teman media, terhadap adanya kepentingan penguasa maupun pengusaha itu tadi. Tapi ketika komunikasi itu dibangun, saya kira akan semakin menghilangkan jarak. Sehingga diharapkan, akan sampai ke tujuan kepentingan rakyat itu tadi. Bagi saya, penting sekali membangun komunikasi itu. Sebab, kalau pers tidak mendukung pemerintah, bagaimana negara bisa maju? Ya, itulah perlunya membangun komunikasi itu tadi. http://aktualnews.com/wawancara/?id=1084 DEMOKRASI Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Konsep Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan ( kratein ) dari, oleh, dan untuk rakyat (demos). Menurut konsep demokrasi kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga Negara. Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang tepatnya diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara. Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut. Pertanyaan: 1. Jelaskan bagaimana konsep demokrasi dalam sistem pemerintahan negara kita? -> Konsep Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan ( kratein ) dari, oleh, dan untuk rakyat (demos). Menurut konsep demokrasi kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga Negara. 2. Jelaskan bagaimana bentuk demokrasi dalam sistem pemerintahan kita? -> Bentuk Demokrasi dalam pemerintahan Negara, antara lain : a. Pemerintahan Monarki ( monarki mutlak, monarki konstitusional, dan monarki parlementer).

b. Pemerintahan Republik : berasal dari bahasa latin, res yang arti nya pemerintahan dan publica yang berarti rakyat. Demikian dapat diartikan sebagai pemerintahan yang dijalan kan oleh dan untuk kepentingan rakyat banyak. SUMBER REFERENSI: 1. Wikipedia mengenai Demokrasi 2. Diktat Kuliah Pendidkan Kewarganegaraan, Penerbit Gunadarma Diposkan oleh denny pratama di 03:15 0 komentar

Rabu, 10 Februari 2010


BELA NEGARA
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang[1]. Pertanyaan: 1. Mengapa diperlukan adanya pendidikan kewarganegaraan? -> Karena kualitas manusia yang semakin hari semakin ditutut untuk maju karena semakin ketatnya persaingan diera globalisasi sekarang ini, menjadikan manusia yang semakin mengejar materi dan teknologi sehingga mulai mengenyampingkan nilai-nilai, kepatuhan dan tata aturan yang ada dalam suatu Negara tempat mereka dilahirkan, dibesarkan hingga sekarang. Semakin hari semakin banyak manusia yang dilahirkan maka semakin banyak pula nilai-nilai tersebut yang mengandung jiwa-jiwa patriotisme semakin terkikis. Hal tersebut menuntut para pendidik, pembimbing dan penggagas kemajuan dan kesejahteraan negeri ini untuk bangkit. Bersama-sama berjuang untuk menjadikan dan mewujudkan cita-cita Negara yang sejahtera, adil dan makmur seperti yang dicantumkan dalam UUD 1945 yang diikrarkan para proklamator hampir 64 tahun silam. Kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran inilah yang seharusnya mulai ditanamkan sejak dini melalui pendidikan yang bisa membawa mereka mewujudkan citacita Negara yang mulia tersebut. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modaern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. [Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998]. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945] Dalam perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia sejak dini, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, kelompok belajar, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, 45 tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Selain hal tersebut hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara Indonesia. Selain itu hal yang senada termaktub dalam pasal-pasal pembukaan UU, yaitu antara lain: 1. Pasal 4 bab II. Bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. 2. Pasal 5 bab III. Dalam penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan dilakukan secara nasional oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Lembaga Masyarakat, dan Swasta.

3. Pasal 6 bab III. (a) Pemerintah menetapkan kebijakan umum yang meliputi penyusunan standar isi, standar kompetensi, standar proses dan kewenangan penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan. (b) Kebijakan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Presiden. 4. Pasal 7 bab III. (a) Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan : 1. nilai-nilai cinta tanah air; 2. kesadaran berbangsa dan bernegara; 3. keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara; 4. nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup; 5. kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta; 6. kemampuan awal bela negara. (b) Pengembangan standar isi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan dalam rambu-rambu materi pendidikan kewarganegaraan. (c) Rambu-rambu materi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi materi dan kegiatan bersifat fisik dan nonfisik. (d) Pengembangan rambu-rambu materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri sesuai lingkup penyelenggara pendidikan kewarganegaraan. Dari penjabaran pasal-pasal yang ada dalam UU tersebut maka dapat diambil banyak hal didalam pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya mengajarkan kita dan memberi masukan yang positif dari segi ilmu pengetahuan. Di mana kita dapat mempelajari berbagai hal mulai dari suatu individu hingga negara itu sendiri dan status-status lainnya. Pendidikan Kewarganegaraan dapat memberikan kita gambaran tentang cita-cita, harapan, dan lainnya yang kesemuanya tidak hanya kita lihat dari satu sudut, tetapi dari segi yang berbeda dan pandangan serta pendapat yang berbeda pula. Pendidikan kewarganegaraan mungkin bisa menjadi bahan untuk tindak ulang, misalnya dengan adanya pendidikan tersebut kita dapat lebih memperhatikan pola pikir generasi muda kita yang sekarang ini mungkin sudah berbeda dan menyimpang jauh. Pendidikan kewarganegaraan yang kini ada, mengadopsi pendekatan multidimensi. Karena itu tilikan moral terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi beragam (tidak lagi Pancasila sentris). Tentu saja demokrasi dan seluruh aspek yang berhubungan dengannya seperti partisipasi warga negara, peran pers, keadilan dan kepastian hukum, pemilihan umum, dan sebagainya mendapat perhatian istimewa guna mewujudkan citacita Negara uang berkesejahteraan, berkeadilan dan berkemakmuran.

2. Jelaskan apa landasan hukum diberikannya pendidikan kewarganegaraan? -> Pasal 4 bab II yang intinya mengenai tujuan pendidikan kewarganegaraan. 3. Jelaskan apa pengertian negara? ->Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang sama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengetahui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok manusia tersebut. 4. Apa syarat-syarat bisa disebut negara? -> Suatu negara apabila ingin diakui sebagai negara yang berdaulat secara internasional minimal harus memenuhi empat persyaratan faktor / unsur negara berikut di bawah ini : a. Memiliki Wilayah Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah yang terdiri atas darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang jauh dari laut tidak memerlukan wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat akan menjalani kehidupannya sebagai warga negara dan pemerintah akan melaksanakan fungsinya. b. Memiliki Rakyat Diperlukan adanya kumpulan orang-orang yang tinggal di negara tersebut dan dipersatukan oleh suatu perasaan. Tanpa adanya orang sebagai rakyat pada suatu ngara maka pemerintahan tidak akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. c. Pemerintahan Yang Berdaulat Pemerintahan yang baik terdiri atas susunan penyelengara negara seperti lembaga yudikatif, lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lain sebagainya untuk menyelengarakan kegiatan pemerintahan yang berkedaulatan. d. Pengakuan Dari Negara Lain Untuk dapat disebut sebagai negara yang sah membutuhkan pengakuan negara lain baik secara de facto (nyata) maupun secara de yure. Sekelompok orang bisa saja mengakui suatu wilayah yang terdiri atas orang-orang dengan sistem pemerintahan, namun tidak akan disetujui dunia internasional jika didirikan di atas negara yang sudah ada. 4. Jelaskan apa pengertian bangsa? -> Bangsa adalah oran-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarah serta berpemerintahan sendiri, atau bisa diarti kan sebagai kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayang tertentu di muka bumi. Jadi bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses didalam satu wilayah Nusantara/Indonesia. 5. Jelaskan perbedaan antara negara Indonesia dengan bangsa Indonesia? -> perbedaanya adalah jika negara Indonesia sebagai obyek dari suatu bentuk kenegaraan, kalau bangsa Indonesia adalah subyeknya. Bangsa Indonesia adalah subyek hukum yang

harus tunduk dan patuh terhadap Undang-Undang yang berlaku di negara Indonesia. 6. Jelaskan apa hak warganegara? -> Hak Warga Negara Indonesia 1) Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum 2) Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak 3) Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan 4) Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai 5) Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran 6) Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau negeri dari serangan musuh 7) Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku 7. Jelaskan apa kewajiban warganegara? -> Kewajiban Warga Negara Indonesia 1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh 2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda) 3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya 4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara indonesia 5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik SUMBER REFERENSI: 1. Wikipedia mengenai Pendidikan Kewarganegaraan 2. Diktat kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit Gunadarma http://denny-pratama.blogspot.com/

Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan ...Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar karena didukung oleh sejumlah fakta

positif yaitu posisi geopolitik yang sangat strategis, kekayaan alam dan keanekaragaman ...BAB I QUANTUM TEACHING A. Quantum Teaching 1. Pengertian, Asas dan Tujuan Quantum Teaching a. Pengertian Adapun pengertian Quantum Teaching Menurut Bobby De Porter yaitu:Regional Office Asia. Jakarta Indonesia . INDONESIAN. ACQUISITIONS. LIST . DAFTAR PENGADAAN. BAHAN INDONESIA . No. 4 December 2003. listing items acquired from ...OLEH: I PUTU GEDE PARLIDA DAMAYANTO, S.Pd. TAHUN 2010 Abstrak Pertambahan penduduk Indonesia terutama di kota besar menyebabkan areal tempat tinggal semakin sempit yang ...Visi dan Misi Program Studi PPKn. Visi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah : Menjadi program studi yang unggul

dalam pengembangan ...manfaat globalisasi dalam bidang pertahanan dan keamanan.pdf - PDFQueen - PDF Search engine. Free unlimited pdf search and download.tugas terstruktur pendidikan kewarganegaraan oleh: affendi (c20109044) anthony.g.l.t (c20110036) indriani dwi. n (c20110016) karno (c20110070) agus widodo (c20110030)Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Tetapi yang masih umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjangPENDAHULUAN. Pendidikan Kewargan egaraan pada dasarnya mengajarkan kita dan memberi masukan yang positif dari segi ilmu pengetahuan. Di mana kita dapat mempelajari berbagai ... http://imadiklus.com/search/manfaatpendidikan-pancasila-dalam-

membangun-karakter-bangsamakalahMunif Aprianto
Selasa, 05 April 2011
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
BAB I PENDAHULUAN

1 .Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, setiap suatu bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari para orang-orang terdahulu yang dinama terdapat banyak nilai-nilai nasionalis, patriolis dan lain sebagainya yang pada saat itu menempel erat pada setiap jiwa warga negaranya. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang makin pesat, nilai-nilai tersebut makin lama makin hilang dari diri seseorang di dalam suatu bangsa, oleh karena itu perlu adanya pembelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut agar terus menyatu dalam setiap warga negara agar setip warga negara tahu hak dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan berbangasa dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di nilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jejang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasikan penerus penerus bangsa yang berompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.

BAB II PEMBAHASAN 2. Kompetensi Yang Diharapkan Dari Pendidikan Kewarganegaraan a. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan agar mahasiswa memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Kemampuan Warga Negara. Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara serta ketahanan nasional dalam diri mahasiswa calon sarjana/ilmuwan warga negara Indonesia yang sedang mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kualitas warga negara akan ditentukan terutama oleh keyakinan dan sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di samping derajad penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dipelajarinya. c. Menumbuhkan Wawasan warga Negara. Setiap warga negara Republik Indonesia, harus mengusai ilmu npengetahuan, teknologi dan seni yang merupakan misi atau tanggung jawab pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela negara dan sikap serta perilaku yang bersendikan nilainilai budaya bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

d. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggungjawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik,

mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi ke masa depan. Jiwa patriotik, rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap mengharhai jasa para pahlawan dikalangan mahasiswa hendak dipupuk melalui pendidikan kewarganegaraan. Kehidupan kampus pendidikan tinggi dikembangkan sebagai lingkungan ilmiah yang dinamis, berwawasan budaya bangsa, bermoral keagamaan dan kepribadian Indonesia. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum dan isi pendidikan yang memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan terus ditingkatkan dan dikembangkan di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa materi instruksional pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi harus terus menerus ditingkatkan, metodologi pengajarannya dikembangkan kecocokannya, dan efektifitas manajemen pembelajarannya, termasuk kualitas dan prospek karier pengajarnya dibenahi. e. Kompetensi Yang Diharapkan. Kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa ranggung jawab yang harus dimiliki oleh seseorang agar ia mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi lulusan pendidikan kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam hubungannya dengan negara, dan memecahkan berbagai macam masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang dimaksud tampak pada kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sedangkan sifat tanggung jawab tampak pada kebenaran tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, etika maupun kepatutan ajaran agama dan budaya. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang :

1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa. 2. Berbudi pekerti yang luhur, berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. 4. Bersifat professional yang dijiwai kesadaran bela negara. 5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. KESIMPULAN Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan akan pentingnya suatu pendidikan berbangsa dan bernegara agar terciptanya keseibangan antara hak dan kewajiban bagi setiap warga negra dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan berbegara . Dan menjadi suatu penjelasan, bahwa sesuatu hal yang mungkin sebagian besar orang menganggapnya tidak penting pada hakikatnya memiliki peranan yang menentukan kelangsungan hidup kita di masa yang akan datang. Dan perlu kita ketahui dan pahami ketika hal itu terjadi, maka ketahuilah bahwa nilai-nilia terkandung dari hal tersebut sudah mulai menghilang dari diri kita,dan perlu kita pelajari kembali DAFTAR PUSTAKA

Muchji, Achmad dkk, 2007, PENDIDIKAN KEWARGANhttp://munifaprianto.blogspot.com/2011/04/pend idikan-kewarganegaraan.htmlMenafsir Ulang Pancasila, Mempertegas Ideologi Negara

Thursday, 2 June 2011. 11:00 SATU Juni di negeri ini biasa diperingati sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Tanggal tersebut merujuk pada pidato Presiden RI yang pertama, Ir. Soekarno, yang memang bertepatan dengan tanggal 1 Juni 1945, tentang Pancasila. Sejak itulah Hari Kelahiran Pancasila diperingati setiap tahun. Jika dihitung sejak tahun 1945 hingga tahun ini, berarti

Pancasila sudah memasuki usia 66 tahunsudah beranjak tua jika diasosiasikan dengan manusia. Namun, di tengah peringatan Hari Kelahiran Pancasila itu, beberapa waktu terakhir ini ada sejumlah kerisauan yang dilontarkan sejumlah kalangan. Pasalnya, secara jujur harus diakui, Pancasila kini telah dilupakan oleh banyak orang di negeri ini. Selama beberapa hari di bulan ini, Harian Republika, misalnya, bahkan menyoroti secara khusus fenomena makin terasingnya Pancasila, terutama di kalangan anak-anak terpelajar dari level pendidikan rendah hingga perguruan tinggi. Sebetulnya kerisiauan ini ini sudah lama. Paling tidak, sekitar dua tahun lalu, Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr. Mahfud MD melontarkan hal senada. Menurut dia, Pancasila telah banyak dilupakan oleh banyak orang terutama sejak Reformasi 1998. Sejak tahun 1978, ketika lahirnya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Pancasila telah ditempatkan di sebuah sudut sejarah. Setelah reformasi 98 Pancasila seolah hilang, tidak ada lagi pejabat-pejabat resmi yang mengutip Pancasila lagi dalam setiap pidatonya. Di kampus-kampus dan media juga hilang. Padahal sebelum itu banyak sekali kutipan Pancasila," kata Mahfud (Detik.com, 30/5/2009). Kerisauan banyak kalangan makin bertambah seiring dengan munculnya isu NII, melengkapi isu radikalisme bahkan terorisme akhir-akhir ini. Karena itu, Komisi VIII dan Komisi X DPR RI menyepati Pancasila akan tetap diajarkan di berbagai tingkatan pendidikan di Indonesia mulai tahun pelajaran 2011/2012 ini. Sesuai keputusan komisi VIII dan 10 maka pada tahun ajaran ini akan ada pelajaran wajib Pancasila, kata anggota Komisi VIII DPR RI asal Madura, MH Said Abdullah, dalam siaran persnya, Sabtu (21/5) malam. Menurut Said, pelajaran Pancasila adalah pelajaran wajib di semua jenjang tingkat pendidikan. Tidak hanya dari tingkat SD, namun tingkat pendidikan paling rendah sekalipun, yakni pendidikan anak usia dini (PAUD) juga harus menerima pelajaran Pancasila. Termasuk jenjang pendidikan perguruan tinggi, katanya menambahkan. Anggota fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menyatakan, jika bangsa ini lengah dan mengabaikan Pancasila sebagai ideologi bangsa, maka hal itu bisa mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) nantinya. Oleh karena itu, mari kita kembali pada jatidiri kita dengan satu ideologi kebangsaan, yaitu Pancasila," ucap Said Abdullah (Republika.co.id, 21/5/2011). Penegasan serupa disampaikan oleh cendekiawan senior Ahmad Syafii Maarif. Ia menegaskan, revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara mutlak diperlukan, tak terkecuali oleh umat Islam. Hal ini karena Pancasila merupakan pengejawantahan nilai-nilai dan prinsip Islam yang universal. Karena itu, kata Maarif yang berbicara dalam diskusi menyoroti Kebangsaan dan Kemanusiaan di Jakarta, Rabu (25/5), Pancasila bisa diterima oleh semua golongan. Kegagalan aktualisasi Pancasila tidak bisa digunakan sebagai alasan tidak mengamalkan dasar negara itu. Apalagi, menurut dia, kegagalan itu bukan akibat Pancasila, tetapi lantaran penyalahgunaan rezim Orde Baru untuk

mempertahankan kekuasaan. Jangan lagi ada pikiran Pancasila gagal, katanya (Republika.co.id, 25/5/2011). Yang menarik, isu Pancasila sering muncul tiba-tiba dengan kemunculan gerakan radikalisme, isu syariah Islam, termasuk isu Negara Islam atau Khilafah Islam akhir-akhir ini. Tidak lain, karena isu-isu tersebut dianggap sebagai antitesis terhadap Pancasila yang telah lama diklaim sebagai dasar negara. Pertanyaannya: Mengapa isu Pancasila tidak dimunculkan saat maraknya kasus korupsi yang melibatkan banyak pejabat negara dan anggota parlemen dari tingkat daerah hingga tingkat pusat? Mengapa isu Pancasila tidak muncul saat penguasa negeri ini menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing atas nama privatisasi? Mengapa isu Pancasila juga tidak muncul saat negeri ini secara membabibuta menerapkan ekonomi neoliberalisme? Bukankah semua itu yang malah lebih pantas dianggap sebagai antitesis terhadap Pancasila? Namun demikian, tulisan berikut tidak akan membincangkan lebih jauh Pancasila. Tulisan berikutmeski diberi judul, Menafsir Ulang Pancasilahanya ingin membahas ideologi-ideologi besar dunia. Hal ini penting mengingat ideologi Pancasila saat ini bukan hanya berada di tengah arus besar ideologi-ideologi besar dimaksud. Pancasila bahkan sudah hanyut dan tenggelam ditelan arus besar ideologi-ideologi besar terebut. Tegasnya, tulisan ini sekadar ingin memaparkan kembali realitas ideologiideologi di dunia, termasuk posisi ideologi Pancasila di dalamnya. Realitas Ideologi Secara umum, ideologi (Arab: mabda') adalah pemikiran paling asasi yang melahirkan sekaligus menjadi landasan bagipemikiran-pemikiran lain yang menjadi turunannya (M. Muhammad Ismail, 1958). Pemikiran mendasar dari ideologi ini dapat disebut sebagai akidah ('aqdah), yang dalam konteks modern terdiri dari: (1) materialisme (almadiyah); (2) sekularisme (fashl ad-din an al-hayah); (3) Islam (Al-Islam). Akidah ini berisi pemikiran mondial dan global mengenai manusia, alam semesta dan kehidupan dunia; tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia; berikut kerterkaitan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan setelah dunia ini (M. Husain Abdullah, 1990). Akidah ini kemudian melahirkan pemikiran-pemikiran cabang yang berisi seperangkat aturan (nizhm) untuk mengatur sekaligus mengelola kehidupan manusia dalam berbagai aspeknyapolitik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Akidah dan seluruh cabang pemikiran yang lahir dari akidah itulah yang disebut dengan ideologi. Dengan ungkapan yang lebih spesifik, ideologi (mabda) dapat didefinisikan sebagai keyakinan rasional (yang bersifat mendasar, pen.) yang melahirkan sistem atau seperangkat peraturan tentang kehidupan (An-Nabhani, 1953: 22). Pada kenyataannya, di dunia saat ini hanya ada tiga ideologi: (1) Sosialisme-komunis, yang lahir dari akidah materialisme; (2) Kapitalisme-sekular, yang lahir dari akidah sekularisme; (3) Islam, yang lahir dari akidah Islam.

Realitas Akidah Materialisme, Sekularisme, dan Islam 1. Materialisme. Materialisme adalah akidah yang memandang bahwa alam semesta, manusia dan kehidupan merupakan materi belaka. Materi ini mengalami evolusi dengan sendirinya secara subtansial sehingga tidak ada Pencipta (Khalik) dan yang dicipta (makhluk). Dalam perspektif Karl Marx, peletak dasar ideologi Sosialisme-komunis, alam mengalami evolusi mengikuti hukum gerak materi; alam tidak membutuhkan Akal Holistik (Pencipta) (Ghanim Abduh, 2003: 3). Senada dengan Marx, Lenin, ideolog sekaligus realisator Marxisme, dengan mengutip filosof Heraclitus (540-480 SM), menyatakan, Alam adalah wujud tunggal yang tidak pernah diciptakan oleh Tuhan atau manusia manapun. Ia telah ada, selalu ada, dan akan selalu ada sebagai api yang terus menyala selama-lamanya. (Vladimir Ilich, 1870-1924). Oleh karena itu, penganut akidah materialisme pada dasarnya adalah ateis (mengingkari Tuhan). Bahkan penganut akidah ini memandang bahwa keyakinan terhadap Tuhan (agama) adalah berbahaya bagi kehidupan. Dalam bahasa Lenin, keyakinan terhadap agama adalah candu masyarakat dan minuman keras spiritual. Dalam manifesto politiknya, Lenin secara ekstrem menyebut agama sebagai salah satu bentuk penindasan spiritual yang, dimana pun ia berada, amat membebani masyarakat (Lenin, 1972: 83-87). Pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan ini kemudian melahirkan sebuah keyakinan, bahwa dunia ini harus diatur berdasarkan prinsip dialektika materialisme yang melibatkan semua unsur materi, yakni: manusia, alam dan sarana kehidupan (alat-alat produksi). Dari sini muncullah ideologi Sosialisme-komunis. Ideologi ini didasarkan pada akidah materialisme. Ideologi ini berisi seperangkat aturan yang khas, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dll); tentu di luar aspek religiusitas dan spiritualitas manusia yang telah dia ingkari. Dalam sejarah, pengemban terbesar dan terkemuka ideologi Sosialisme-komunis adalah Uni Sovyet sebelum bubar, selain Republik Rakyat China dan Korea Utara saat ini. 2. Sekularisme. Sekularisme pada dasarnya adalah akidah yang mengakui eksistensi Tuhan, tetapi tidak otoritas-Nya untuk mengatur manusia. Dengan kata lain, akidah ini mengakui keberadaan agama tetapi tidak otoritasnya untuk mengatur kehidupan. Singkatnya, sekularisme adalah akidah yang menetralkan (baca: memisahkan) agama dari kehidupan. Secara historis, sekularisme merupakan akidah jalan tengah yang lahir pada Abad Pertengahan, sebagai bentuk kompromi para pemuka agama yang menghendaki kehidupan manusia harus tunduk pada otoritas mereka (dengan mengatasnamakan agama), dengan para filosof dan cendekiawan yang menolak otoritas agama dan dominasi para pemuka agama dalam kehidupan. Dengan demikian, para penganut sekularisme sebetulnya tidak mengingkari Tuhan (agama) secara mutlak; mereka hanya menginginkan agar Tuhan (agama) tidak mengatur kehidupan mereka.

Pengingkaran terhadap otoritas Tuhan ini selanjutnya melahirkan sebuah pandangan bahwa manusialahmelalui mekanisme demokrasiyang berwenang secara mutlak untuk mengatur kehidupannya sendiri secara bebas, tanpa campur tangan Tuhan (agama). Dari sini lahirlah ideologi Kapitalisme-sekular. Ideologi ini berisi seperangkat aturan yang khas, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dll); tentu di luar aspek agama yang telah mereka singkirkan dari kehidupan. Dalam sejarah ideologi Kapitalisme-sekular ini diterapkan oleh negara-negara Eropa hingga saat ini. Adapun pengemban utama ideologi ini adalah Amerika Serikat, yang dengan Kapitalisme globalnya, mampu menjadi negara adidaya hingga hari ini, lengkap dengan segala keburukannya. 3. Islam. Islam adalah akidah yang meyakini eksistensi Tuhan sebagai Pencipta alam, manusia dan kehidupan ini; sekaligus mengakui bahwa Dialah satu-satunya yang memiliki otoritas untuk mengatur kehidupan manusia. Singkatnya, akidah Islam mengajari manusia tentang keyakinan dan kepasrahan total kepada Tuhan sang Pencipta, yakni Allah SWT. Keyakinan terhadap eksistensi sekaligus otoritas Tuhan inilah yang kemudian melahirkan keyakinan bahwa Tuhanlah satu-satunya Yang mutlak dan berhak membuat hukum, sementara manusia hanya sekadar pelaksananya saja. Dari sini lahirlah ideologi Islam. Ideologi ini juga berisi seperangkat aturan dalam berbagai aspek kehidupan manusia (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dll); termasuk tentu saja yang menyangkut aspek religiusitas dan spiritualitas manusia, atau yang menyangkut agama. Dalam sejarah, ideologi Islam diterapkan oleh Rasulullah saw. sejak beliau mendirikan Daulah Islam di Madinah dan oleh para khalifah sesudah beliau dalam sejarah panjang Kekhilafahan Islam selama lebih dari 13 abad. Sayangnya, sejak Khilafah Islam terakhir di Turki (Kekhilafahan Turki Utsmani) diruntuhkan oleh Inggris melalui anteknya Mustafa Kamal Attaturk tanggal 3 Maret 1924, ideologi Islam belum pernah diterapkan lagi hingga hari ini. Menimbang Ideologi Sosialisme-komunis, Kapitalisme-sekular dan Islam Dari paparan di atas, manakah akidah/ideologi yang masuk akal (rasional) dan sesuai dengan fitrah manusia? Jawabannya adalah sebagai berikut: 1. Sosialisme-komunis. Dalam perspektif rasio, dengan mengingkari eksistensi sang Pencipta, ideologi ini jelas tidak rasional. Alasannya: (a) Seluruh materi yang ada di dunia ini, termasuk manusia, memiliki keterbatasan dan bergantung pada yang lain. Akal kita yang jujur akan mengakui, bahwa segala yang terbatas ini pasti membutuhkan Zat Yang Tak Terbatas. Itulah Pencipta, Tuhan. (b) Manusia dan alam semesta memiliki keseimbangan, keteraturan, harmoni, dan keindahan yang luar biasa; yang semua itu tidak mungkin terjadi serba kebetulan tanpa ada Zat Yang menciptakan dan mengendalikannya. Adapun secara fitrah, ideologi ini jelas bertentangan dengan kenyataan bahwa dalam diri manusia ada naluri beragama (religiusitas), yang mendorongnya selalu cenderung untuk

melakukan pengagungan/pemujaan kepada Zat Yang lebih tinggi dari dirinya; baik mereka akui atau tidak; baik yang mereka agungkan itu Tuhan Yang sebenarnya atau "Tuhan" palsu. Pada faktanya, orang-orang ateis hanya mengalihkan pengagungan itu yang seharusnya kepada Tuhanmenjadi kepada manusia. 2. Kapitalisme-sekular. Dalam tinjauan nalar, pengakuan terhadap eksistensi Tuhan tetapi tidak otoritasnya untuk mengatur manusia adalah juga tidak rasional. Alasannya: (a) Pengingkaran atas otoritas itu telah melahirkan sikap manusia untuk membuat sendiri aturan bagi kehidupannya. Padahal manusia, sebagai makhluk, pada faktanya tidak bisa memahami hakikat dirinya sendiri. Yang tahu hakikat manusia adalah Pencipta-Nya, yakni Allah SWT. Apabila manusia tidak memahami hakikat dirinya sendiri, apalagi membuat aturan yang terbaik bagi dirinya. (b) Tuhandalam hal ini Allah SWTtelah menurunkan wahyuNya, yakni al-Quran, melalui utusan (Rasul)-Nya untuk mengatur kehidupan manusia. Secara rasional, al-Quran dapat dibuktikan kebenarannya sebagai wahyu Allah. Karena itu, menjauhkan otoritas Tuhan Yang Mahatahu untuk mengatur kehidupan manusia adalah tidak rasional. Adapun secara fitrah, manusia, ketika dibiarkan bebas membuat sendiri peraturan bagi kehidupannya, terbukti melahirkan banyak perbedaan, pertentangan, bahkan konflik. Peraturan yang dibuat juga sering berubah-ubah sesuai dengan kecenderungan dan hawa nafsu manusia. Lebih dari itu, fakta telah membuktikan bahwa peratuanperaturan yang dibuat manusiakarena lebih didasarkan pada kecenderungan dan hawa nafsunyatelah melahirkan banyak ekses negatif, menciptakan banyak kerusakan dan menimbulkan banyak kekacauan. Itulah yang terjadi seperti saat ini ketika hak membuat aturan/hukum diberikan kepada rakyat melalui mekanisme demokrasi. 3. Islam. Dalam perspektif akal, pengakuan terhadap eksistensi Tuhan sekaligus otoritas-Nya untuk mengatur kehidupan manusia adalah rasional. Alasannya: (a) Pada faktanya, di samping akal dapat membuktikan secara benar bahwa Tuhan sang Pencipta, yakni Allah SWT itu ada, akal pun dapat membuktikan bahwa Dia telah menurunkan wahyu-Nya berupa al-Quran kepada Rasul-Nya, yang kebenarannya sebagai wahyu bisa dibuktikan secara rasional. Di dalam al-Quran sendiri tidak akan ditemukan adanya pertentangan antar satu ayat dengan ayat lain, atau antar satu aturan dengan aturan lain, yang menunjukkan bahwa ia berasal dari Zat Yang Mahakuasa. (b) Sepanjang aturan-aturan alQuran diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, terbukti bahwa ia mendatangkan rahmat bagi umat manusia seluruhnya. Ini adalah fakta sejarah yang pernah terjadi dan berjalan selama-berabad-abad sejak zaman Nabi saw. mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah hingga keruntuhan Kekhilafahan Islam terakhir di Turki, yang diawali oleh banyaknya penyimpangan terhadap al-Quran yang dilakukan penguasa. Adapun secara fitrah, pengakuan atas eksistensi Tuhan sekaligus otoritas-Nya untuk mengatur manusia sesuai dengan fitrah manusia yang serba terbatas, serba kurang, dan serba lemah; yang menjadikannya butuh pada yang lain. Keserbaterbatasan,

keserbakurangan, dan keserbalemahan manusia ini pada faktanya membuktikan bahwa manusia membutuhkan berbagai peraturan bagi kehidupannya yang tidak berasal dari dirinya, tetapi bersumber dari al-Khalik, Tuhan Pencipta alam. Posisi Pancasila Jika demikian, pertanyaannya adalah: Di manakah posisi Pancasila? Apakah Pancasila bisa disebut sebagai ideologi? Ataukah Pancasila hanya falsafah belaka yang tidak berdimensi apa-apa selain sebagai sebuah dogma atau sekumpulan nilai yang bersifat normatif? Jawaban atas pertanyaan ini sebetulnya bisa ditunjukkan melalui dua pendekatan: filosofis maupun praktis. Secara filosofis, jika kita sepakat dengan paparan tentang konsep ideologi di atas, nyata sekali bahwa Pancasila hanyalah sebuah falsafah atau sekumpulan nilai yang bersifat normatif karena tidak melahirkan sistem atau seperangkat aturan apapun. Buktinya, sampai hari ini tidak ada seorang ilmuwan, pakar atau cendekiawan di negeri ini yang mampu merumuskan, misalnya, bagaimana wujud sistem ekonomi Pancasila; bagaimana wujud sistem politik Pancasila; bagaimana wujud sistem hukum Pancasila; atau bagaimana wujud sistem sosial dan sistem pendidikan Pancasila? Adapun secara praktis, faktanya pengelola negara ini sejak zaman Soekarnosebagai perumus Pancasilahingga rezim yang tegak saat ini malah merujuk pada ideologi Sosialisme ataupun Kapitalisme dalam mengelola negara ini. Dari sisi ekonomi, misalnya, zaman Soekarno lebih bercorak sosialisjika tidak dikatakan campuran sosialis dan kapitalis; zaman Soeharto bercorak kapitalistik-liberal. Adapun pasca Orde Baru negara ini menganut sistem ekonomi kapitalisme yang bercorak neoliberal. Sementara itu, secara politik, yang diterapkan di negeri ini adalah sistem demokrasi; dari mulai Demokrasi Terpimpin ala Soekarno di zaman Orde Lama, Demokrasi Pancasila di zaman Orde Baru hingga Demokrasi Liberal di zaman Orde Reformasi kini. Padahal demokrasimeski diembel-embeli Pancasilatetaplah merupakan sistem politik yang merupakan subsistem dari ideologi Kapitalisme maupun Sosialisme Lalu, kalau begitu, di mana posisi Pancasila? Pancasila sebetulnya tidak pernah diterapkan oleh para penguasa di negeri ini. Karena hanya merupakan falsafah, tidak benar-benar merupakan ideologi, para penguasa negeri ini hanya merujuk pada ideologi selain Pancasilabaik bercorak sosialistik ataupun kapitalistikdalam mengelola negara ini, sebagaimana hal itu dipraktikkan justru sejak Kelahiran Pancasila sekitar 66 tahun lalu. Dengan kata lain, Pancasila hanyut bahkan tenggelam oleh arus besar ideologi Kapitalisme-sekular saat ini, yang bercorak sangat liberal. Walhasil, tidak aneh jika Pancasila akan selalu tergerus dan terlindas justru oleh bangsanya sendiri, khususnya oleh para penguasanya. Pentingnya Ideologi Islam Jika memang para penguasa negeri ini pada faktanya selalu merujuk pada ideologi di luar Pancasila, mengapa mereka tidak pernah tertarik apalagi mau merujuk pada ideologi

Islam? Mengapa selama bertahun-tahun mereka selalu merujuk pada ideologi Kapitalisme-sekular? Padahal bukankah Kapitalisme-sekular telah gagal bahkan di negeri Barat sendiri sebagai tempat kelahirannya? Bukankah secara nalar (rasio, akal) maupun fitrah, juga berdasarkan realitas sejarah manusia, terbukti bahwa hanya Islamlah satusatunya ideologi yang rasional dan sesuai dengan fitrah manusia? Sebaliknya, bukankah Sosialisme-komunis maupun Kapitalisme-sekular adalah ideologi yang tidak rasional dan bertentangan dengan fitrah manusia; di samping terbukti dalam sejarah telah menimbulkan banyak ekses negatif, kerusakan dan kekacauan? Karena itu, sudah selayaknya kaum Muslim segera kembali ke pangkuan ideologi Islam. Caranya adalah dengan menerapkan semua aturan-aturan Islam (syariah), yang memang telah sesuai dengan fitrah manusia, dalam semua aspek kehidupan, yang memang terpancar dari akidah Islam. Sebaliknya, sudah selayaknya kaum Muslim segera meninggalkan berbagai aturan yang berasal dari ideologi Sosialisme-komunis maupun Kapitalisme-sekular, yang nyata-nyata bertentangan dengan fitrah manusia, dan terbukti banyak menyengsarakan kehidupan umat manusia. Keengganan manusia untuk diatur dengan aturan-aturan Allah hanyalah merupakan bukti kesombongan, kelancangan dan kekurangajaran dirinya di hadapan Penciptanya, Allah SWT, Zat Yang Mahatahu atas segala sesuatu. Jika kita tetap bertahan untuk berkubang dalam aturan-aturan buatan manusia dan tetap enggan diatur dengan aturan-aturan Allah, layaklah kita merenungkan kembali firman Allah SWT. berikut: [ Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?! (QS al-Maidah [5]: 50). Ya, sekali ini kita patut merenungkan: Adakah hukum/aturan yang lebih baik dibandingkan dengan hukum/aturan-aturan Allah?! Apakah hukum/aturan-aturan yang berasal dari ideologi Sosialisme-komunis dan Kapitalisme-sekularyang notabene buatan manusia yang serba terbatas, serba kurang, dan serba lemahyang lebih baik ataukah hukum/aturan-aturan Islam yang notabene buatan Allah Pencipta manusia Yang Mahatahu atas segala sesuatu?! Lalu mengapa kita tetap betah berkubang dalam sistem/aturan yang berasal dari Kapitalisme-sekular yang terbukti buruk ini dan tidak segera beranjak menuju sistem/aturan yang bersumber dari ideologi Islam sebagai ideologi penebar rahmat?! Sekaranglah saatnya bangsa ini mempertegas ideologi negaranya, tidak lain dengan ideologi Islam! Wama tawfiqi illa billah! []

Arief B. Iskandar adalah penulis buku Tetralogi Dasar Islam dan editor buku Ilusi Negara Demokrasi, keduanya diterbitkan oleh Al-Azhar Press. Daftar Bacaan: Abduh, Ghanim, 1963, Naqd al-Isytirkiyah al-Marksiyah, t.p., Al-Quds. Abdullah, Muhammad Husain, 1990, Dirst f al-Fikr al-Islmi, Darul Bayariq, Beirut. An-Nabhani, Taqiyuddin, 1953, Nizhm al-Islm, t.p., al-Quds. Iskandar, Arief B., 2010. Tetralogi Dasar Islam, Al-Azhar Press, Bogor. _______________, 2009. Ilusi Negara Demokrasi, Al-Azhar Press, Bogor. Ismail, Muhammad Muhammad,. 1958, Al-Fikr al- Islmi, t.p, Kairo. Lenin, Collected Works, Progress Publishers, Moscow, 1972. Cet. ke-3. Komentar Anda? ( Komentar Masuk : 0 ) http://koranmuslim.com/2011/menafsir-ulangpancasila-mempertegas-ideologi-negara/ Sumber

You might also like