You are on page 1of 39

Situs 1.

Rahmat Blog 2005 - 2011


Pendidikan Islam Indonesia Dalam implementasi fungsi pendidikan Islam sangat memperhatikan aspek yg mendukung atau unsur yg turut mendukung terhadap tercapai tujuan dari pendidikan ... blog.re.or.id Pondok Pesantren - Tembolok - Mirip

Diakses tgl 30 -06 -2011 Pkl 11.06 Wita

Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni kepribadian muslim. kepribadian yg memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yg bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yg bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikan adl mewujudkan tujuan ajaran Allah (Djamaluddin 1999: 9). Menurut Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah pendidikan yg memiliki empat macam fungsi yaitu :

Menyiapkan generasi muda utk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yg akan datang. Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan hidup masyarakat sendiri.

Memindahkan ilmu pengetahuan yg bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.

Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan utk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.

Mendidik anak agar beramal di dunia ini utk memetik hasil di akhirat. An-Naquib Al-Atas yg dikutip oleh Ali mengatakan pendidikan Islam ialah usaha

yg dialakukan pendidik terhadap anak didik utk pengenalan dan pengakuan tempattempat yg benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yg tepat di dalam tatananwujuddankeberadaan(1999:10). Adapun Mukhtar Bukhari yg dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam adl seganap kegiatan yg dilakukan seseorang atau suatu lembaga utk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa dan keseluruhan lembagalembaga pendidikan yg mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan nilainilai Islam (2002: 12). Pendidikan Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg

diselenggaraka(Soebahar2002:13). Kendati dalam peta pemikiran Islam upaya menghubungkan Islam dgn pendidikan masih diwarnai banyak perdebatan namun yg pasti relasi Islam dgn pendidikan bagaikan dua sisi mata uang mereka sejak awal mempunyai hubungan filosofis yg sangat mendasar baik secara ontologis epistimologis maupun aksiologis. Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adl : pertama ia merupakan suatu upaya atau proses yg dilakukan secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan potensi mereka secara optimal agar nanti dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akherat. Kedua merupakan usaha yg sistimatis pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap individu dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk kepribadian yg utama menurut ukuran islam. Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik utk diarahkan mengikuti jalan yg islami demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. Menurut Fadlil Al-Jamali yg dikutip oleh Muzayyin Arifin pendidikan Islam adl proses yg mengarahkan manusia kepada kehidupan yg baik dan mengangkat derajat kemanusiaan sesuai dgn kemampuan dasar (fitroh) dan kemampuan ajar (2003: 18). Maka dgn demikian pendidikan Islam dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dari aspek rohaniah jasmaniah dan juga harus berlangsung secara hirarkis. oleh krn itu pendidikan Islam merupakan suatu proses kematangan

perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan transformatif dan inovatif. Pendidikan islam sebagaimana rumusan diatas menurut Abd Halim Subahar ( 1992 : 64) memiliki beberapa prinsip yg membedakan dgn pendidikan lain Prinsip Pendidikan islam antara lain : Prinsip tauhid Prinsip Integrasi Prinsip Keseimbangan Prinsip persamaan Prinsip pendidikan seumur hidup dan Prinsip keutamaan.

y y y y y y

Sedangkan tujuan pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk membentuk akhlakul karimah. Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi afeksi dan psikomotori guna memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku dan sikap mental.
y

y y

Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki

pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdulloh dan kholifatulloh.

Dengan demikian sesungguh pendidikan islam tak saja fokus pada education for the brain tetapi juga pada education for the heart. Dalam pandangan islam krn salah satu misi utama pendidikan islam adl dalam rangka membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin maka ia harus seimbang sebab bila ia hanya focus pada pengembangan kreatifiats rasional semata tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional maka manusia tak akan dapat menikmati nilai kemajuan itu sendiri bahkan yg terjadi adl demartabatisasi yg menyebabkan manusia kehilangan identitas dan mengalami kegersangan psikologis dia hanya meraksasa dalam tehnik tapi merayap dalam etik. Demikian pula pendidikan islam mesti bersifat integralitik arti ia harus memandang manusia sebagai satu kesatuan utuh kesatuan jasmani rohani kesatuan intelektual emosional dan spiritual kesatuan pribadi dan sosial dan kesatuan dalam

melangsungkan mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya.

Dasar-Dasar Pendidikan Islam Dalam tiap aktivitas manusia sebagai instrumen transformasi ilmu pengetahuan budaya dan sebagai agen perubahan sosial pendidikan memerlukan satu landasan fundamental atau basik yg kuat. Adapaun dasar yg di maksud adl dasar pendidikan Islam suatu totalitas pendidikan yg wajib bersandar pada landasan dasar sebagaimana yg akan dibahas dalam bagian berikut ini. Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yg bergaerak dalam rangka pembinaan kepribadian yg utuh paripurna atau syumun memerlukan suatu dasar yg kokoh. kajian tentang pendidikan Islam tak lepas dari landasan yg terkait dgn sumber ajaran Islam yaitu :

Al-Quran Al-Quran ialah firman Allah berupa wahyu yg disampaikan oleh Jibril kepada

Nabi Muhammad SAW. Di dalam terkandung ajaran pokok yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yg terkandung dalam Al-Quran itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yg berhubungan dgn masalah keimanan yg disebut aqidah dan yg berhubungan dgn amal disebut syariah. Oleh krn itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Quran sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam sesuai dgn perubahan dan pembaharuan (Darajat 2000: 19).

As-Sunnah As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul. Yang di

maksud dgn pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Quran yg juga sama berisi pedoman utk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek utk membina umat menjadi manusia seutuh atau muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan mendesak utk segara ditampilkan yaitu :

y y

Menerangkan ayat-ayat Al-Quran yg bersifat umum Sunnah mengkhitmati Al-Quran.

Ijtihad Ijtihad adl istilah para fuqoha yaitu berfikir dgn menggunakan seluruh ilmu yg dimiliki oleh ilmuan syariat Islam utk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syara dalam hal-hal yg ternyata belum ditegaskan hukum oleh Al-Quran dan Sunnah. Namun dgn demikian ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan tetapi tetap berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah. Oleh krn itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yg sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yg diperlukan dalam kehidupan yg senantiasa berkembang. Ijtihad dalam bidang pendidikan sejalan dgn perkembangan zaman yg semakin maju bukan saja dibidangmateriatauisimelainkanjugadibidangsistem. Secara substansial ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yg diolah oleh akal yg sehat dari para ahli pendidikan Islam.

Al-Kaun Maksud Allah menurunkan ayat kauniyah tersebut yaitu utk mempermudah

pemahaman manusia terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat mengakui kebesaran seperti yg terdapat dalam Al-Quran surat Ar- Radu ayat 3 yg berbunyi :

Arti : Dialah Tuhan yg mmembentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung sungai-sungai padanya. Dia menjadikan pada buah-buahan berpasang-pasangan. Allah jualah yg menutup malam kepada siang sesungguh pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yg berfikir (Depag RI 1992: 368). Berdasarkan firman Allah di atas bahwa tiap orang berfikir harus mengakui kebesaran Allah dan hal ini relevan utk dijadikan dasar dalam pendidikan Islam.

Unsur-Unsur Pendidikan Islam


Dalam implementasi fungsi pendidikan Islam sangat memperhatikan aspek yg mendukung atau unsur yg turut mendukung terhadap tercapai tujuan dari pendidikan Islam. Adapun aspek atau unsur-unsur tersebut adl :

Tujuan Pendidikan Islam Menurut Fadlil Aljamali yg dikutip oleh Abdul Halim Soebahar sebagai berikut: Pertama mengenalkan manusia akan peran diantara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya. Kedua mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawab dalam tata hidup bermasyarakat. Ketiga mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka utk mengetahui hikmah diciptakan serta memberi kemungkinan utk mengambil manfaat dari alam tersebut. Keempat mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepada-Nya (2002: 19-20). Tujuan pendidikan Islam adl tercapai pengajaran pengalaman pembiasaan

penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Sedangkan menurut Zakiyah Dzarajat tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk insan kamil dgn pola taqwa dapat mengalami

perubahan bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Oleh krn itulah tujuan pendidikan Islam itu berlaku selama hidup utk menumbuhkan memupuk mengembangkan memelihara dan mempertahankan (2000: 31).

Hal yg sama pula tujuan pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah :

Arinya: Wahai orang-orang yg beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dgn sebenarbenar taqwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (QS. 3 Ali-Imron: 102). Sedangkan menurut Ahmad D Marimba yg dikutip oleh Halim Soebahar menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adl terbentuk muslim. Dan menurut bahwa tujuan demikian identik dgn tujuan hidup tiap muslim. Adapun tujuan hidup seorang muslim adl menghamba kepada Allah yg berkaitan dgn firman Allah Surat Dzariat 56 yg berbunyi :

Artinya: Dan aku (Allah) tak menjadikan jin dan manusia melainkan utk meyembahKu. Dan masih banyak beberapa deskripsi yg membahas tentang tujuan pendidikan Islam seperti konfrensi pendidikan di Islamabat tahun 1980 bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islam yg mencakup pengembangan kepribadian muslim secara meyeluruh yg harmonis yg berdasarkan fisiologis dan psikologis maupun yg mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara

berkeseimbangan sehingga terbentuklah muslim yg paripurna berjiwa tawakkal secara total kepada Allah sebagaimana firman Allah Surat Al-Anam Ayat 162:

Artinya: Katakanlah sesungguh sholatku ibadahku hidup dan matiku hanya bagi Allah tuhan semesta alam. Imam Al-Ghazali mengatakan tujuan penddikan Islam adl utk mencapai kesempurnaan manusia yg mendekatkan diri kepada Allah dan bertujuan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. (Langgulung 1990: 9).

Maka dari pada itu tujuan pendidikan Islam dirumuskan dalam nilai-nilai filosofis yg termuat dalam filsafat pendidikan Islam. Seperti hal dasar pendidikan maka tujuan pendidikan Islam juga identik dgn tujuan Islam itu sendiri. Sedanagkan Muhammad Umar Altomi Al-Zaibani yg dikutip oleh Djalaluddin mengatakan tujuan pendidikan Islam adl utk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak ul karimah. Tujuan ini sama dan sebangun dgn tujuan yg akan dicapai oleh misi kerasulann yaitu membimbing manusia agar berakhlak mulia. (2001: 90).

Maka dgn demikian tujuan pendidikan Islam yg berdasarkan deskripsi di atas ialah menanamkan makrifat (kesadaran) dalam diri manusia terhadap diri sendiri selaku hamba Allah kesadaran selaku anggota masyarakat yg harus meiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap pembinaan masyarakat serta menanamkan kemampuan manusia utk menolak memanfaatkan alam sekitar sebagai ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia dan kegiatan ibadah kepada pencipta alam itu sendiri. Telah kita ketahui bahwa dasar tujuan pendidikan ditiap-tiap negara itu tak selalu tetap sepanjang masa melainkan sering mengalami perubahan atau pergantian sesuai dgn perkembangan zaman. Perumbakan itu biasa akibat dari pertentangan pendirian atau ideologi yg ada di dalam masyarakat itu. Hal ini kerap kali terjadi lebih-lebih di negara yg belum stabil kehidupan politik krn mereka yg bertentangan itu sadar bahwa

pendidikan

memegang

peranan

penting

sebagai

generasi

bangsa.

Sama hal dgn tujuan pendidikan di Indonesia juga selalu berubah-rubah dikarenakan kondisi dan situasi politik tak stabil. Hal ini dibuktikan mulai tahun 1946 sampai pada saat sekarang. Dengan demikian tujuan pendidikan itu tak berdiri sendiri melainkan dirumuskan atas dasar hidup bangsa dan cita-cita negara dimana pendidikan itu dilaksanakan. Sikap hidup itu dilandasi oleh norma-norma yg berlaku bagi semua warga negara. Oleh krn itu sebelum seseorang melaksanakan tugas kependidikan terlebih dahulu harus memahami falsafah negara supaya norma yg melandasi hidup bernegara itu tercermin dari tindakan agar pendidikan yg diarahkan kepada pembentukan sikap posisi pada peserta didik hendak diperhitungkan pula bahwa manusia muda (peserta didik) itu tak hidup tersendiri di dunia ini. (Uhbiyati dkk2001:135-139)

Subjek Pendidikan. Subjek pendidikan adl orang yg berkenaan langsung dgn proses pendidikan dalam hal ini pendidik dan peserta didik. Peserta didik yaitu pihak yg merupakan sabjek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan atau tindakan pendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah utk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yg dicita-citakan. Dalam PPRI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa yg dimaksud dgn peserta didik ialah anggota masyarakat yg berusaha menyumbangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yg tersedia pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (PPRI 2005: 12)

Pendidik atau guru secara implisit ia telah merelakan diri dan memikul dan menerima

sebagai tanggung jawab pendidikan yg terpikul dipundak pada oranag tua. (Dzarajat 2000: 39)

Maka dgn demikian subjek pendidikan Islam yaitu semua manusia yg berproses dalam dunia pendidikan baik formal informal maupunn nonformal yg sama-sama mempunyai tujuan demi pengembangan kepribadiannya. Sehingga menjadi insan yg mempunyai kesadaran penuh kepada sang pencipta.

Kurikulum dan Materi. Hal penting yg perlu diketahui dalam proses belajar mengajar atau proses kependidikan dalam suatu lembaga adl kurikulum (Arifin 2003: 77).

Menurut Soedijarto yg dikutip Khoiron Rosyadi mengartikan kurikulum dgn lima tingkatan yaitu : Pertama sebagai serangkaian tujuan yg menggambarkan berbagai kemapuan (pengetahuan dan keterampilan) nilai dan sikap yg harus dikuasi dan dimiliki oleh peserta didik dari suatu satuan pendidikan; Kedua sebagai kerangka materi yg memberikan gambaran tentang bidang-bidang study yg harus dipelajari oleh peserta didik utk menguasai serangkaian kemampuan nilai dan sikap yg secara institusional harus dikuasi oleh peserta didik setelah selesai dgn pendidikannya; Ketiga diartikan sebagai garis besar materi dari suatu bidang study yg telah dipilih utk dijadikan objek belajar. Keempat adalah sebagai panduan dan buku pelajaran yg disusun utk menunjang terjadi proses belajar mengajar; Kelima adalah sebagai bentuk dan jenis kegiatan belajar mengajar yg dialami oleh para pelajar termasuk di dalam berbagai jenis bentuk dan frekuensi evaluasi yg digunakan sebagai bagian terpadu dari strategi belajar mengajar yg direncanakan utk dialami para pelajar. (2004:243-244)

Oleh karena itu kurikulum menggambarkan kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan tak hanya dijabarkan serangkai ilmu pengetahuan yg harus diajarkan pendidik kepada anak didik dan anak didik mempelajarinya. Tetapi juga segala kegiatan yg bersifat kependidikan yg dipandanag perlu krn mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Adapun pengertian kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa latin (suatu jarak yg harus ditempuh dalam pertandingan olahraga) kemudian yg dialihkan kedalam pengertian pendidikan menjadi suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya. Dan secara termenologi adl menunjukkan tentang segala mata pelajaran yg dipelajarai dan juga semua pengalamam yg harus diperoleh serta semua kegiatan ygharusdilakukananak. Adapun yg dimaksud dgn materi yaitu bahan-bahan atau pengalaman belajar ilmu agama Islam yg disusun sedemikian rupa atau disampaikan kepada anak

didik.(Uhbiyati2003:14) Materi dan kurikulum memiliki keterkaitan atau depadensi yg sangat erat mengingat meteri merupakan integral dari kurikulum dan pencapaian materi secara sistematis diatur dari kurikulum yg ada.

Metode Media dan Evaluasi.


Metode merupakan instrumen dan dipergunakan utk mencapai tujuan pendidikan atau alat yg mempunyai fungsi ganda yaitu yg bersifat polipragmatis dan monopragmatis. Oleh krn itu metode dalam pengertian litter lijk kata metode berasal dari bahasa grek yg terdiri dari meta yg berarti melalui dan hodos yg berarti jalan.

Jadi metode berarti jalan yg dilalui. Maka secara umum metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu cara itu mungkin baik mungkin tak baik. atau metode juag dapat diartikan sebagai cara utk mempermudah pemberian pemahaman kepada anak didik mengenai bahan atau materi yg diajarkan. (Arifin 2003: 89) Media menurut gerlach dan Eli sebagaimana dikutip Azhar Arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adl manusia materi atau kejadian yg membangun kondisi yg membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan

keterampilan atau sikap (1996: 1) Jadi media merupakan sarana utk mempermudah pemberian pemahaman kepadapesertadidik.Evaluasi adl suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi utk menilai keputusan-keputusan yg dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran atau yg dimaksud evaluasi dalam pendidikan Islam adl merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yg bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spritual religius krn manusia hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yg tak hanya bersikap religius melainkan juga berilmu dan

berketarampilan yg sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya. (Arifin2000:238) Dalam rangka menilai keberhasilan pendidikan evaluasi penting utk dilaksanakan krn sebagai pijakan dalam merumuskan program-program pendidikan yg akan datang.

Lingkungan

Lingkungan ialah sesuatu yg berada diluar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Lingkungan sendiri dibagi tiga macam yg keseluruhan mendukung terhadap proses implementasi pendidikan Islam misal masyarakat sekolah dan keluarga. Dalam arti yg luas lingkungan mencakup iklim dan geografis tempat tinggal adat istiadat pengetahuan pendidikan dan alam. Oleh krn itu dgn kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yg tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yg senantiasa berkembang. (Daradjat 2000: 63) Jadi lingkungan mempunyai andil yg sangat signifikan dalam pembentukan sikap dan prilaku yg pada akhir akan membentuk sebuah kepribadian yg sempurna.

Penghasilan 45.000.000 perbulan!!! OLES HERBAL UTK KUAT TAHAN LAMA REKOMENDASI BOYKE! RAHASIA PERKASA 5-8 JAM REKOMENDASI BOYKE!

PROGRAM INVESTASI DAHSYAT 2011 INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

KumpulBlogger.com isi pendidikan dalam islam konsep diri dan akhlakul karimah peranan dan fungsi pengenalan islam menanamkan tanggung jawab pada anak dalam islam peran pendidikan dalam kehidupan
y

Contact Info
"blog berisi pengertian sejarah definisi ringkasan data kuliah, script php mysql, ajax, javascripts, tips trik seo, download wordpress themes, sourcecode visual basic 6, delphi, sistem informasi, artikel islam...."

o o o o o o

orientalis tiga perkara pengertian visual workplace sabar menghadapi cobaan yang tidak boleh dilakukan saat haid kata kata kalbu

o o o o o y

Fadhilah baca tasbih tafsir al fatihah ibnu katsir cara melagukan bacaan quran Tentang nikah siri judi dalam islam Mesir Cara Menentukan Besarnya Sampel (Sample Size) Teknik Pengambilan Sampel, (Cluster Sampling) Pengambilan Sampel Kelompok Teknik Pengambilan Sampel, (Stratified Sampling) Pengambilan Sampel Berstrata Teknik Pengambilan Sampel, (Systematic Sampling) Pengambilan Sampel secara Sistimatis Teknik Pengambilan Sampel, Simple Random Sampling Apakah Bagi Waris Harus Menunggu Kedua Orang Tua Wafat? Nikah dengan Niat Talaq Larangan Bepergian Tanpa Adanya Muhrim Yang Mendampinginya Administrasi Negara Akuntansi Artikel Asy Syariah Bencana Alam Doa dan Dzikir Fatwa Muqbil bin Hadi al-Wadii figh fikih General Hadist Internet Lowongan CPNS Manajemen Manajemen Muslim Nikah Obat Herbal Organisasi Organisasi Islam Pertanian Pondok Pesantren Pondok Pesantren Profil Sholat Statistika Tafsir Al Qur'an

New Posts
o o o o o o o o o

Categories
o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

Tanaman ObatTechnologyTip Trik Windows

Situs 2
ASPEK-ASPEK EPISTEMOLOGI DALAM MEMBANGUN ILMU PENDIDIKAN ISLAM ASPEK-ASPEK EPISTEMOLOGI DALAM MEMBANGUN ILMU PENDIDIKAN ISLAM. diposkan pada tanggal 1 Jul 2010 17:32 oleh H. Mubarak, M.Pd.I. [ diperbarui4 Jul 2010 11:00 ... sites.google.com/site/websitemubarak/catatanterbaru/pesantanpajudul Sign in Ter

Menu Website Beranda Daftar Mata Kuliah Daftar Tugas Mata kuliah
y

y y y

Hubungi Saya

Profil Saya

Diakses tgl 30-06-2011 Pkl 11.10 Wita

ASPEK-ASPEK EPISTEMOLOGI DALAM MEMBANGUN ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Oleh : H. Mubarak

Klik di sini untuk mengetahui profil H. Mubarak, S.Pd.I., M.Pd.I

Dari

berbagai

efistemologi

yang

dipaparkan

Halaman Lainnya Informasi Perkuliahan

sebelumnya, dapat dipaparkan bahwa semua efistemologi

dalam filsafat ilmu dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan bidang masing-masing dan menutupi kelemahan yang ada di dalamnya untuk membuat sebuah bangunan keilmuan, termasuk Ilmu Pendidikan Islam. Sebelum membangun ilmu pendidikan Islam

y y y y y y

Kalender Perkuliahan Bahan Bacaan Daftar Tautan Galeri Foto Dokumen Beranda

dengan menggunakan efistemologi yang ada, maka terlebih dahulu perlu diketahui apakah yang dimaksud Kirim Pertanyaan dengan pendidikan Islam. Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani berdasarkan hukum Islam menuju terbentuknya

kepribadian menurut ukuran Islam.[1] Selanjutnya M.Arifin menambahkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengajarkan, mengarahkan,

melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[2] Dari sini, dapat diketahui bahwa

pendidikan Islam dan segala hal yang berhubungan dengannya harus didasarkan pada ajaran Islam itu sendiri yang menurut Nur Uhbiati berlandaskan pada Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam dan juga hadits Nabi SAW.[3] Hal ini mengindikasikan bahwa dalam membangun

ilmu pendidikan Islam harus berorientasi kepada Al-Quran dan Hadits yang statusnya adalah wahyu. Dalam

tulisannya, M.Solly Lubis, menyatakan bahwa dasar pengetahuan ada beberapa macam, yaitu wahyu, intuisi, dan penalaran (cirinya adalah logis dan analisis).[4] Menurutnya, wahyu dan intuisi termasuk dasar

pengetahuan yang non analitis. Melalui wahyu yang disampaikan Tuhan kepada para utusan-Nya dengan perantaraan malaikat dan diteruskan kepada umat

manusia, sehingga mereka memperoleh pengetahuan melalui keyakinan dan kepercayaan bahwa apa yang diwahyukan itu adalah suatu kebenaran. Demikian juga intuisi menjadi dasar pengetahuan, meskipun tidak

mempunyai logika dan pola pikir tertentu.[5] Dalam hal ini, M.Solly Lubis kembali menjelaskan bahwa seseorang harus bisa membedakan antara

kebenaran ilmu atau filsafat dengan kebenaran agama. Berbeda dengan ilmu, agama juga mempermasalahkan objek-objek diluar pengalaman manusia, baik sebelum manusia berada di bumi maupun sesudah kematiannya. Perbedaan lingkup permasalahannya juga menyebabkan berbedanya metode dalam memecahkan masalah. Hal ini

harus diketahui dengan benar agar mampu menempatkan keduanya dalam perspektif yang sungguh-sungguh.

Dengan menguasai hakikat ilmu dan dengan secara baik, maka kedua pengetahuan tersebut justru akan bersifat saling melengkapi (komplementaristis).[6] Mengingat landasan ilmu pendidikan Islam ini adalah normativitasi yang terangkum dalam sebuah teks kitab suci, maka sisi ontologi dan aksiologi dalam hal ini lebih dominan, meskipun sisi epistemologi juga perlu diperhatikan. berbicara Berbicara tentang epistemologi, berarti cara menyusun ilmu

tentang

bagaimana

pengetahuan yang benar atau yang diistilahkan Hardono Hadi dengan filsafat pengetahuan, salah satu cabang filsafat yang mempelajari dan menentukan kodrat dan spoke pengetahuan.[7] Maka dari aspek epistemologi tersebut, hermeneutik nampaknya bisa diterapkan untuk bangunan ilmu ini. Hermeneutik adalah kiat untuk memahami teks-teks keagamaan dalam pencarian melalui pencarian makna dari susunan kalimat, konteks budaya, tafsir transendensi dan yang lainnya. Menurut Noeng Muhadjir, konsep teoritiknya berangkat dari linguistik, narasi bahasa,

historis, hukum, etika dan lain-lain.[8] Al-Quran yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam perlu untuk diinterpretasikan dalam pencarian kebenaran kontekstual. Dalam hermeneutik, Arkoun

membagi model-model teks menjadi dua, yaitu teks pembentuk (naskah al-Quran), dan teks

penjelas/hermeneutik (literatur-literatur yang memberikan interpretasi dan penjelasan terhadap teks pembentuk yang dimunculkan oleh para pemikir Islam sejak empat abad pertama hijriah hingga sekarang termasuk juga hadits Nabi SAW).[9] Dengan berangkat dari hermeneutik sebagai

efistemologinya, maka rangka bangunan ilmu pendidikan Islam akan menjadi kuat dan sesuai dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri, yaitu untuk membentuk kepribadian muslim sejati yang status sebagai Hamba Allah dan Khalifah-Nya di muka bumi ini. Satu hal yang harus diperhatikan bahwa

hermeneutik bisa diterapkan pada aspek-aspek tertentu, seperti keiman, ibadah (termasuk hukum), dan moral atau akhlak. Meskipun dalam Islam, wahyu merupakan dasar

pengetahuan yang utama, tetapi dalam wahyu (al-Quran) itu sendiri mengisyaratkan bahwa kebenaran juga bisa diperoleh melalui penalaran dan perenungan yang

mendalam terhadap alam ciptaan-Nya. Arkoun kembali menyatakan bahwa naskah alQuran secara hukum dan kandungannya diakui sebagai ungkapan otentik ajaran Tuhan, namun secara faktual telah dieksploitasi pada lima tataran pokok seperti layaknya sebuah karya manusia yaitu tataran etis yuridis (tauhid, fiqh dan akhlak); tataran metafisik astrobiologi ilmiah dan

(antropologi,

psikologi,

astronomi,

geobiologi); tataran historis (sejarah keagamaan bangsa semit yang kemudian diperluas menjadi sejarah dunia); tataran gramatikal dan tataran sastra (tata bahasa dan retorika).[10] Untuk tataran etis yuridis, kebenaran bisa diperoleh dari wahyu dan juga intuisi. Oleh karena itu, dalam pendidikan keimanan, yang dan ibadah menjadi realisme dan moral, maka dengan sebagai

normativitaslah hermeneutik

sandarannya metaphisik

epistemologinya melalui hermeneutik, anak didik diajarkan untuk memiliki keyakinan dan iman yang kokoh, ibadah

yang mantap dan budi pekerti yang mulia (akhlak alKarimah) dengan pemahaman makna agama yang

terkandung dalam nash al-Quran. Selain itu, dapat juga dipakai realisme metaphisik yang mengandalkan intuisi dan rasio, terutama untuk hal yang berhubungan dengan moral dan spritual. Epistemologi ini dapat membantu anak didik untuk memahami kebenaran rasional dan sekaligus menggali nilai-nilai yang transendental dalam mencapai kebenaran suprarasional, holistik dan universal dalam ajaran Islam. Dalam prediksinya Noeng Muhadjir

menyatakan bahwa kehadiran realisme metaphisik ini menggoyahkan paradigma sains Barat sekuler saat ini dan membuka peluang untuk diterimanya paradigma transendentalisme Islam dalam kancah sains pasca modern.[11] Pada tataran ilmiah al-Quran, juga dapat

diterapkan beberapa epistemologi. Positivistik misalnya untuk kajian keislaman yang mengarah kepada ilmu-ilmu kealaman, seperti biologi, fisika, astronomi yang sifatnya kuantitatif empirik dapat diterapkan dalam mencari

pemahaman yang tepat terhadap nash al-Quran yang menyinggung persolan-persoalan tersebut. Tidak sedikit

ayat al-Quran yang berbicara tentang kejadian alam semesta, ilmu perbintangan (falak), proses penciptaan makhluk dan perkembangannya, mulai dari manusia, hewan dan tumbuhan. Ilmu-ilmu tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Nico Syukur Dister, adalah berpangkal dan bertolak dari fakta-fakta pengalaman, kemudian sasarannya adalah suatu intelgibilitas (yang jelas) dan dapat dikontrol secara diverifikasi (dibuktikan) oleh fakta pengalaman.[12] Semua itu memerlukan pendekatan positivistik dalam memahaminya, sehingga kebenaran yang dicari itu memang memiliki standar yang bisa diuji. Oleh karena itu, dalam dunia penafsiran al-Quran, ada dikenal istilah tafsir ilmi yang menggunakan kajian positivistik (pengamatan lahiriah), meskipun jenis tafsir ini masih diperdebatkan ulama. Selanjutnya untuk kajian antropologi, psikologi, sosial budaya, keberagamaan masyarakat yang sifatnya ekploratif, maka phenomenologik sebagai epistemologinya bisa diterapkan melalui proses intuisi yang intens dalam mencapai kebenaran hakiki yang sesuai dengan

kesadaran murni, tanpa adanya reduksi ilmiah. Kalau positivistik menggunakan pengamatan lahiriah, maka

phenomenologik

menggunakan

pengamatan

batiniah.

Banyak ayat al-Quran yang menyinggung tentang umat manusia, baik pada sisi kebudayaan, psikologinya,

perilakunya yang semua ini memerlukan pendekatan phenomenologik yang tolak ukurnya adalah fenomena (gejala). Dalam penafsiran al-Quran, dikenal bentuk tafsir adabi ijtimai yang menggunakan kajian phenomenologik untuk memahami sekian banyak ayat yang menyinggung masalah sosial. Selain itu, pada tataran gramatikal, sastra maupun sejarah dan segala yang bersifat deduktif kualitatif bisa dipergunakan Untuk kajian rasionalistik ilmiah sebagai

epistemologinya.

keislamanpun

rasionalistik dapat diterapkan pada aspek ini. Dalam alQuran sendiri Allah menyuruh manusia untuk

menggunakan akal (rasio) nya dalam menangkap isyarat ilahi yang ada di alam. Dengan epistemologi ini, anak didik dilatih penalaran rasionalitasnya. Dari uraian ini, jelas bahwa dalam ilmu pendidikan Islam dapat saja diterapkan berbagai epistemologi sesuai dengan aspeknya masing-masing dalam arti semua epistemologi tersebut dapat saling melengkapi

kekurangan yang ada antara satu epistemologi dengan

yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Al Maarif, 1987. M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1993. Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1997. M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Pendidikan, Bandung : Mandar Maju, 1994. Hardono Hadi, Epistemologi Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta : Kanisus, 1994. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komperatif,

Yogyakarta : Rake Sarasin, 1998. M.Arkoun, Membedah Pemikiran Islam, diterjemahkan oleh Hidayatullah, Bandung : Pustaka, 2000. Nico Syukur Dister, Filsafat kebebasan, Yogyakarta : Kanisus, 1993.

[1]

Ahmad

D.Marimba,

Pengantar

Filsafat

Pendidikan, Bandung : Al Maarif, 1987, h.23. [2] M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1993, h.15. [3] Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1997, h.24. [4] M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Pendidikan, Bandung : Mandar Maju, 1994, h.12-14. [5] Ibid. [6] Ibid.

[7] Hardono Hadi, Epistemologi Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta : Kanisus, 1994, h.5 [8] Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komperatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1998, h.85. [9] M.Arkoun, Membedah Pemikiran Islam, diterjemahkan oleh Hidayatullah, Bandung : Pustaka, 2000, h.234. [10] Ibid. [11] Noeng Muhadjir, op.cit., h.125. [12] Nico Syukur Dister, Filsafat kebebasan, Yogyakarta : Kanisus, 1993, h.124.

Situs 3
Sembilan Aspek Pendidikan Islam I Q R O ' : Media Pendidikan dan ... Sembilan Aspek Pendidikan Islam. Mei 2, 2009 paksalam Tinggalkan komentar Go to comments. syaikh1 Berbagai usaha dilakukan para ulama dari berbagai zaman ... paksalam.wordpress.com/.../sembilan-aspek-pendidikan-islam/ - Tembolok - Mirip

Diakses tgl 30- 06 -2011 Pkl 11.15 Wita


Sembilan Aspek Pendidikan Islam Mei 2, 2009 paksalam Tinggalkan komentar Go to comments

Berbagai usaha dilakukan para ulama dari berbagai zaman untuk menggali dan merumuskan manhaj Rasulullah serta tahap-tahapnya mandidik muslim generasi pertama menjadi manusia-manusia unggulan sepanjang masa. diantara para ulama agung itu adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyah (lahir di Damaskus 691 H) Hasan bin Ali Hasan al-Hijasy merangkum pemikiran Ibnu Qayyim yang tersebar itu dalam sebuah disertasi doktornya di fakultas ilmu-ilmu sosial jurusan tarbiyah Universitas Imam Muhammad bin Suud, Arab Saudi (Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, penerbit al-Kautsar, Jakarta Februari 2001) Dibawah ini adalah tips untuk melakukan 9 jenis tarbiyah yang digali Ibnu Qayyim rangkuman DR Hasan al-Hijazy.

1.

Tarbiyah Imaniyah (mendidik iman)

Ada tiga sarana (wasilah) untuk mendidik iman kita yaitu; Pertama, selalu mentadaburi (mengamati, mempelajari, menghayati) tandatanda kekuasaan Allah Dzat Pencipta serta keluasan rahmat dan hikmah perbuatanNya. Tadabur itu bisa dilakukan dengan penglihatan biasa (bashirah), bisa juga denga penalaran akal sehat, dengan mentadabur kekuasaan Allah, hasil-hasil ciptaan-Nya, gejala-gejala alam, kesempurnaan manusia, juga ayat-ayat al-quran. Kedua, selalu mengingat kematian yang penuh kepastian. Hendaknya kita harus bisa menempatkan kapan harus ingat mati, agar tibul keshusyukan dalam diri kita. Ketiga, mendalami fungsi semua jenis ibadah sebagai salah satu cara mendidik iman. Caranya denga banyak mengerjakan amal shalih yang sendi utamanya adalah keikhlasan; juga memperbanyak doa dan harapan kepada Allah semata, menghindari riya dalam berbakti dan bertindak, mencintai firman Allah, berkeyakinan bahwa kelak akan berjumpa langsung dengan Allah, dan terakhir melanggengkan ridlo dan rasa syukur dalam keadaan apapun serta dalam keadaan bagaimanapun.

2.

Tarbiyah Ruhiyah (mendidik ruhani) Ibnu Qayyim mencatat 7 cara melakukan tarbiyah ruhiyah, yaitu:

memperdalam iman kepada hal-hal (ghaib) yang dikabarkan Allah seperti azab kubur, alam barzah, akhirat, hari perhitungan; memperbanyak dzikir dan sholat; melakukan

muhasabah (intropeksi diri) setiap hari sebelum tidur; mentadaburi makhluk Allah yang banyak menyimpan bukti-bukti kekuasaan, ketauhidan, dan kesempurnaan sifat Allah; serta mengagungkan, menghormati, dan mengindahkan seluruh perintah dan larangan Allah.

3.

Tarbiyah Fikriyah (mendidik pikiran) Kegiatan tafakkur (merenung/berkonsentrasi) menurut Ibnu Qayyim adalah

menyingkap beberapa perkara da membedakan tingkatannya dalam timbangan kebaikan dan keburukan. dengan tafakkur, seseorang bisa memebedakan antara yang hina dan yagn mulia, dan antara yg lebih buruk dari yang buruk. kata Imam Syafii Minta tolonglah atas pembicaraan mu dengan diam dan atas analisamu dengan tafakur . Ibnu Qayyim mengomentari kalimat itu dengan berkata yang demikian itu dikarenakan tafakur adalah amalan hati, dan ibadah adalah amalan juwariyah(fisik), sedang kedudukan hati itu lebih muia daripada jawariyah, maka amal hati lebih mulia dari pada jawariya. disamping itu, tafakur bisa membawa seseorang pada keimanan yagn tak bisa diraih oleh amal semata. Sebaik-baik tafakur adalah saat membaca Alquran, yang akan mengantar manusia kepada marifatullah (menganal Allah).

4.

Tarbiyah Athifiyah (mendidik perasaan) Naluri (insting), kesediahan, kegambiraan, kemarahan, ketakutan, dan cinta

merupakan perasaan-perasaan utama yagn selalu mendera manusia. sedangkan cinta adalah perasaan yang bisa menjadi motivasi paling kuat untuk menggerakkan manusia malakukan apapun. Maka Ibnu Qayyim memberi 11 resep menundukan perasaan cinta,

yaitu: menanamkan perasaan yang kuat bahwa seorang hamba sangat buth Allah, bukan yagn lain; meyakinkan diri sendiri bahwa satu hati yang menjadi milik manusia harus dipenuhi hanya oleh satu cinta; mengokohkan perasaan bahwapemilik segala sesuatu di dunia ini hanya Allah semata; beribadah kepada Allah dengan nama-nama Yang Maha Awal, Maha Akhir, Maha Zhahir, dan Maha Batin demi menumbuhkan rasa fakir (butuh) kepada Allah; bersikap tegas bahwa tak ada yang lebih tinggi dan mulia kedudukannya sesudah Allah; menanamkan marifat tentang betapa banyak nikmat Allah dan batapa banyak kelemahan kita; menanamkan marifat bahwa Allah lah yang telah yang telah menciptakan semua perbuatan hambanya dan telah menanamkan iman didalam hatinya; menanamkan perasaan butuh pada hidayah Allah dalam setiap detik kehidupannya; serius memanjatkaqn doa-doa yagn meminta pertolongan Allah dalam menghadapi apapun; mananakan kesadaran penuh akan nikmat dan karuniaNya yagn begitu banyak; serta, menanamkan ilmu bahwa cinta kepada Allah merupakan tuntutan iman.

5.

Tarbiyah Khuluqiyah (mendidik akhlaq) Misi utama Rasulullah dimuka bumi untuk menyempurnakan akhlaq

manusia. contoh-contoh utama akhlak mulia yang diharapkan dari seorang manusia adalah sabar, syajaah(keberanian), al-itsar (mendahulukan kepentingan orang lain), syukur, jujur, dan amanah. Cara mendidikkan akhlaq yang mulia itu adalah: Pertama, mengosongkan hati dari itikad dan kecintaan kepada segala hal yang bathil.

Kedua mengaktifkandan menyertakan seseorang dalam perbuatan baik (albirr) serta melatih dan membiasakan seseorang dalam perbuatan baik itu ketiga, memberi gambaran yagn buruk tentang akhlaq tercela. Dan menunjukan bukti-bukti nyata sebagai buah dari akhlaq yang mulia.

6.

Tarbiyah Ijtimaiyah (mendidik bermasyarakat) Pendidikan kemasyarakatan yang baik adalah yang selalu memperhatikan

perasaan orang lain. Seorang muslim dalam masyarakat tidak dibenarkan menyakiti saudaranya walaupun hanya dengan menebar bau yang tidak enak. Ibnu Qayyim berpendapat, tidak cukup hanya tidak menyakiti perasaan, seorang muslim harus mampu membahagiakan dan menyenangkan hati saudara-saudara di sekiarnya.

7.

Tarbiyah Iradiyah (mendidik cita-cita) Tarbiyah Iradiyah berfungsi mendidik setiap muslim untuk memiliku

kecintaan terhadap sesuatu yang dicita-citakan, tegar menanggung erita di jalanny, sabar dalam menempuhnya mengingat hasil yang kelak akan diraihnya serta melatih jiwa dengan kesungguhan dalam beramal. Tanda-tanda iradah yang sehat adalah kegelisahan hati dalam mencari keridhaan Allah dan persiapan untuk bertemu denganNya. seseorang yang iradahnya sehat juga aka bersedih karena menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak diRidhai Allah. sedangkan iradah yang rusak akan lahir dalam bentuk penyakit ilmu, pengetahuan, dan keahlian yang berlawanan dengan syariat Allah.

8.

Tarbiyah Badaniyah (mendidik jasmani) Seorang muslim harus secara terprogram memeperhatikan unsur badan

menjaganya dan memnuhi hak-haknya secara sempurna. Perhatikan yag demikian akan mengantarkan seseorang pada ketaatan penuh dan kesempurnaan dalam menjalankan semua yang diwajibkan Allah kepadanya. Tarbiyah badaniyah ini meliputi: pembinaan badan di waktu sehat; pengobatan di waktu sakit; pemenuhan kebutuhan gizi; serta olah raga (Tarbiyah riyadhah).

9.

Tarbiyah Jinsiyah (pendidikan seks) Insting seks merupakan sesuatu yang diciptakan Allah, yan gsegera

diwadahi ielh satu-satunya lembaga halal yaitu pernikahan. Faedah dari seks (jima) menurut Ibnu Qayyim adalah: pertama, menjaga dan melestarikan kehidupan manusia; kedua, mengeluarkan sperma yang jika tertimbun terlalu lama dalam tubuh akan membahayakan kesehatan manusia; ketiga, wasilah untuk memenuhi hajat seksual dan untuk meraih kenikmatan batin dan biologis. Tarbiyah Jinsiyah bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: memperbanyak pembicaraan tentang bahaya zinaq dan berbagai kerusakan yang ditimbulkan nya, termasuk ancaman terhadap dosa zina; menyebarluaskan peringatan dan penjelasan tentang bahaya serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan perilaku homoseksual; menjadikan kebiasaan untuk membatasi pandangan mata sebagai kebudayaan di tengah masyarakat; tidak berkata-kata maupun melangkahkan kaki kecuali kepada hal-hal yang pasti mendapat pahala Allah; menyatakan perang terhadap

semua bentuk nafsu dan keinginan yang buruk; meniadakan waktu yang kosong; memerbanyak ibadah sunnah; melarang anak-anak bergaul dengan teman yang buruk akhlaknya; melarang anak-anak dengan keras untuk mendekati khamr (minuman keras); serta melindungi anak-anak dari penyimpangan fitrah kelaminnya.

Taken From: Banyak Sumber Share this: StumbleUpon Digg Reddit

y y y y y

Categories: Hoeda Salam, Ma'had 'Aly Hasyim Asy'ari PP. Tebuireng Suka Be the first to like this post. Komentar (2) Lacak Balik (0) Tinggalkan komentar Lacak balik

RANGKUMAN

Pendidikan

islam

merupakan

bimbingan

jasmani

dan

rohani

menuju

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam,Pendidikan islam memiliki empat macam fungsi yaitu: a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. b. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dalam Mendidik seorang anak agar beramal di dunia ini untuk memetik hasil diakhirat harus dapat menanamkan prinsip-prinsip pendidikan islam diantaranya: Prinsip tauhid Prinsip Integrasi Prinsip Keseimbangan Prinsip persamaan Prinsip pendidikan seumur hidup dan Prinsip keutamaan.

y y y y y y

Sedangkan tujuan pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk membentuk akhlakul karimah. Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi afeksi dan psikomotori guna memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku dan sikap mental.
y

y y

Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdulloh dan kholifatulloh. Dalam tiap aktivitas manusia sebagai instrumen transformasi ilmu pengetahuan budaya dan sebagai agen perubahan sosial pendidikan

memerlukan satu landasan fundamental atau basik yg kuat. Adapaun dasar yg di maksud adalah dasar pendidikan Islam yaitu: 1. Al-quran 2. As-sunnah 3. Ijtihad

Selanjutnya

sebelum

membangun

ilmu

pendidikan

Islam

dengan

menggunakan efistemologi yang ada, maka terlebih dahulu perlu diketahui apakah yang dimaksud dengan pendidikan Islam. menyatakan bahwa Pendidikan Islam merupakan Ahmad D. Marimba bimbingan jasmani

berdasarkan hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian menurut ukuran Islam.Selanjutnya M.Arifin menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah

bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengajarkan, mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.Dari sini, dapat diketahui bahwa pendidikan Islam dan segala hal yang berhubungan dengannya harus didasarkan pada ajaran Islam itu sendiri yang menurut Nur Uhbiati berlandaskan pada Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam dan juga hadits Nabi SAW. Sebagai hamba Allah manusia mempunyai kewajiban untuk menyebarluaskan pendidikan.Atas dorongan perasaan kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada manusia itu dan juga atas dasar pemikiran bahwa pendidikan merupakan sarana bagi pengembangan islam dan khususnya untuk mengembangkan kemampuan menafsirkan inti ajaran islam. Berbagai usaha dilakukan para ulama dari berbagai zaman untuk menggali dan merumuskan manhaj Rasulullah serta tahap-tahapnya mandidik muslim generasi pertama menjadi manusia-manusia unggulan sepanjang masa.Dibawah ini adalah tips untuk melakukan 9 jenis tarbiyah yang digali Ibnu Qayyim rangkuman DR Hasan alHijazy:

1. Tarbiyah Imaniyah (mendidik iman) 2. Tarbiyah Ruhiyah (mendidik ruhani) 3. Tarbiyah Fikriyah (mendidik pikiran) 4. Tarbiyah Athifiyah(mendidik perasaan) 5. Tarbiyah Khuluqiyah (mendidik akhlak) 6. Tarbiyah Ijtimaiyah (mendidik bermasyarakat) 7. Tarbiyah Iradiyah (mendidik cita-cita) 8. Tarbiyah Badaniyah (mendidik jasmani 9. Tarbiyah Jinsiyah (pendidikan seks)

You might also like