You are on page 1of 7

PENERAPAN KTSP DI INDONESIA

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

Disusun Oleh: Nanda Putri Pratiwi 107016100971

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:

kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan

kalender pendidikan. SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik

dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemberlakuan KTSP Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat Dalam panduan yang dikeluarkan BSNP KTSP (2006:5) KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur kurikulum dan satuan pendidikan tingkat, kalender pendidikan, dan silabus. Operasi ini, jika kita memeriksa lagi memilikimakna: a. KTSP di pengembang tidak perlu keluar dari ketentuan-ketentuan telah disiapkan adalah pemerintah nasional. Ini berarti bahwa sekolah dalam mengembangkan kurikulum yang diberikan hanya untuk pengembangan otoritas operasional, sedangkan nilai referensi adalah pembangunan pemerintah, misalnya penetapan jam mata pelajaran, mata pelajaran, isi pelajaran dan kompetensi yang harus dicapai oleh setiap subyek . b. Sebagai kurikulum operasional, pengembang kurikulum pada setiap tingkat satuan pendidikan diberikan fleksibilitas dalam mengembangkan unit-unit kurikulum pelajaran tertentu dalam. Misalkan kewenangan pengembang dalam mengembangkan model, pendekatan, metode dan belajar bagaimana untuk mengevaluasi hasil pertemuan termasuk dalam menentukan efektivitas belajar dengan siswa untuk mencapai kompetensi yang diinginkan c. KTSP pengembang harus mempertimbangkan karakteristik daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, ayat 2, kurikulum di semua tingkat dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

Penerapan KTSP masih sangat membingungkan bagi kalangan pendidikan terutama tenaga pendidik. Kehadiran KTSP tidak disertai kesiapan dari elemen pendidikan. jika syarat menjadi guru harus sarjana, maka tidak ada syarat untuk menjadi tenaga administratif (staf di Dinas) sehingga kadang para sarjana ditangani oleh sumberdaya manusia yang gak sambung. banyak informasi dari dinas yang bukan orientasi pendidikan, tapi lebih sekedar mencari nafkah. Kalau informasi itu jadi duit ya berebut, kalau informasi itu masalah kurikulum, sertifikasi guru sebagian orang dinas tidak memahaminya. Informasi yang seharusnya sampai ke sekolah/guru terkadang disampaikan secara asal termasuk KTSP. Nanti jika ada kesalahan dalam KTSP sekolah/guru menjadi sasaran, padahal dinas yang mengesahkan KTSP, berarti dinas juga harus memahami KTSP. Kenyataan di lapangan dinas hanya menyuruh tetapi tidak mampu memberikan koreksi tentang hal-hal yang dilakukan sekolah. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

2.2 Penerapan KTSP di Sekolah-Sekolah Hampir seluruh guru di Indonesia hanya bisa mengkopi KTSP yang sudah ada untuk diterapkan di sekolah mereka masing-masing tanpa memperhatikan dan disesuaika dengan potensi sebagai yang ada disekolah/ daerah rencana tersebut.Implementasi kurikulum dijelaskan kurikulum (program) dalam bentuk proses menerapkan

pembelajaran, melibatkan interaksi siswa-guru dan dalam konteks persekolahan. Problem konsep inilah yang bagi pengelola pendidikan sudah melaksanakan KTSP dengan bukti adanya dokumen yang tersusun rapi.Para supervisor menilai, para pengelola pendidikan belum menerapkan KTSP sebagaimana yang diharapkan. Di mana para pengembang kurikulum di satuan pendidikan ternyata belum mengembangkan KTSP dalam bentuk kurikulum di satuan pendidikan fungsional yang secara riil dikembangkan dalam pembelajaran. Rencana yang rapi dan sistematis menjadi tidak bermakna apabila tidak

diimplementasikan secara konsisten sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakannya.Begitu juga dalam problem pendekatan impelementasi KTSP. Di mana dalam implementasi KTSP sebenarnya lebih cenderung mengarah pada pendekatan enactment adaptif. mempunyai curriculum dibandingkan Pendekatan ciri utama pelaksana dengan kurikulum fidelity perspective maupun upaya mutual untuk enactment pernah dikembangkan oleh Jackson (1991 : 492) melakukan berbagai

mengoptimalkan pelaksanaan kurikulum. Mereka menjadi kreator dalam implementasi kurikulum, yang nantinya kurikulum sebagai proses akan tumbuh dan berkembang dalam interaksi guru dan siswa. Terutama dalam membentuk kemampuan berpikir dan bertindak.Sampai saat ini kenyataannya di lapangan masih ada beberapa sekolah yang belum benar-benar mengimplementasikan KTSP sesuai standar isi yang disusun Badan Standar Nasional. Pendidikan(BSNP).Munculnya persoalan-persoalan siapnya pemerintah membuat strategi seluruh pelosok tanah air. KTSP menjadi tidak logis karenasekolah diberi kebebasan untuk mengelaborasi kurikulum inti yang dibuat pemerintah, tetapi evaluasi nasional oleh pemerintah melalui ujian nasional (UN) yang justru paling menentukan kelulusan siswa. implementasi tadi disebabkan oleh di tidak

kebijakan

atas, misalnya

kurang diantisipasi kesiapan tenaga pendidik dan kurangnya sosialisasi sampai ke

BAB III PENUTUP


Segala persoalan yang muncul akibat penerapan KTSP ini yang seharusnya seharusnya

menjadi perhatian serius dari pemerintah (Depdiknas) agar tidak menambah daftar carut marut wajah pendidikan di Indonesia. Ada beberapa kebijakan dilakukan oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut: 1. Penentuan kelulusan siswa tidak harus berpatokan pada hasil nilai UN yang ditetapkan pemerintah sekolah tersebut. 2. Seharusnya pemerintah hanya menetapkan kerangka umum dari tujuan atau kompetensi, isi, rinci menjadi dikembangkan daerah, sosial strategi, dan evaluasi, siap pakai diserahkan sesuai dengan budaya masyarakat sedangkan pengembangannya sepenuhnya setempat kepada sekolah. didik secara KTSP dengan tetapi dikembalikan pada guru yang mengajar di

satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik dan peserta

berpedoman pada panduan yang disusun oleh BNSP. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi kelulusan, urusan dibawah supervisi di dinas bidang kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan (SD, SMP, SMA, SMK) dan departemen yang menangani agama (MI, MTs, MA) 3. Sosialisasi yang terus menerus harus dilakukan oleh pemerintah dengan ini sehingga pemerintahan

menggunakan beragam perangkat media secara tepat sasaran. Agar, para pelaku pendidikan mengerti secara jelas maksud dantujuan dari KTSP meningkatkan kualitas tenaga pendidik terkait konsep dan aplikasi KTSP. 4. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya KTSP. Kebijakan-kebijakan pelaksanaannya tersebut harus senantiasa diobservasi dan evaluasi

di lapangan, agar kebijakan itu benar-benar mencapai tujuan yang

diinginkan pemerintahKTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Proses penerapan KTSP belum terlaksanakan sepenuhnya dan memang sulit untuk penerapannya.

Hal ini disebabkan oleh: a. Tidak siapnya pemerintah membuat strategi implementasi kebijakan, misalnya

kurang diantisipasi kesiapan tenaga pendidik dan kurangnya sosialisasi sampai ke seluruh pelosok tanah air. b. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya KTSP. Seharusnya pemerintah melakukan sosialisasi yang terus menerus dengan menggunakan beragam perangkat media secara tepat sasaran dan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya KTSP.

You might also like