You are on page 1of 14

1

PEMODELAN KUANTITATIF BERBASIS UML (UNIFIED MODELING LANGUAGE)


PROSES LUMPUR AKTIF UNTUK
PENANGANAN LIMBAH CAIR AGROINDUSTRI

Agung Utomo
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Email : agungutomo07@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari parameter terbaik untuk konstruksi kolam
aerasi, kondisi pencampuran dan sistem aerasi, mengoptimalkan proses desain dan proses kontrol,
untuk mempelajari proses lumpur aktif yang terdiri dari penyisihan BOD, penyisihan BOD-
nitrifikasi , nitrogen removal secara biologis (proses anoxic / aerobik), dan penyisihan fosfor
secara biologis, serta menggunakan model komputasi perhitungan yang telah ada untuk
mengembangkan model proses lumpur aktif dalam pengolahan air limbah industri berbasis UML
(Unified Modeling Language). Dalam pemodelan ini, metode perancangan model proses lumpur
aktif dilakukan menggunakan UML yang merupakan metode pengembangan model berbasis
objek. Perancangan proses lumpur aktif dilakukan untuk menentukan: volume tangki aerasi,
jumlah produksi lumpur, jumlah oksigen yang dibutuhkan, dan konsentrasi efluen. Program
pemodelan proses lumpur aktif yang akan dihasilkan diberi nama Activatedsludge.0.1.

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkembangan sektor industri telah
memberikan peningkatan nilai tambah pada
komoditas pertanian. Seiring berjalan waktu,
telah terjadi dampak negatif dari aktivitas
tersebut terhadap lingkungan yang
disebabkan oleh buangan limbah, baik yang
berasal dari industri besar maupun industri
kecil. Semua industri pasti menghasilkan
limbah, termasuk di dalamnya adalah
industri berbasis pertanian (agroindustri).
Salah satu limbah yang dihasilkan yaitu
limbah cair. (Sawyer and McCarrty,1978).
Penanganan air limbah secara biologi
dapat dilakukan secara aerobik dan
anaerobik. Salah satu cara penanganan
limbah cair industri secara aerobik yaitu
dengan menerapkan proses Lumpur aktif.
Proses lumpur aktif yaitu teknik penanganan
limbah cair dengan cara mencampurkan
lumpur biologis (mikroorganisme) pada
limbah cair yang diaerasi dan diaduk secara
teratur (Metcalf and Eddy,2003).
Penggunaan peubah, parameter dan
ketetapan memiliki peran dalam pemodelan
untuk menghasilkan ketepatan rancangan
sesuai dengan limbah yang dihasilkan.
Dengan demikian, pemodelan yang baik dan
tepat sesuai dengan kebutuhan sangat
diperlukan untuk mendapatkan pemodelan
proses yang baik. Oleh karena itu,
pemodelan dilakukan dengan menerapkan
solusi analitikal (matematika) atau metode
kuantitatif dengan perancangan model
proses lumpur aktif yang dibangun
menggunakan UML (Unified modeling
language).

B. Tujuan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah
pembuatan model perhitungan proses
lumpur aktif pada pengolahan limbah cair
industri.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Melakukan pemodelan proses
lumpur aktif yang mencakup penyisihan
BOD (Biological oxygen demand),
2

penyisihan nitrogen (nitrifikasi dan
denitrifikasi), dan penyisihan fosfor.
2. Melakukan simulasi proses lumpur
aktif dan mendapatkan suatu kondisi optimal
pada proses lumpur aktif.
3. Menghasilkan perangkat lunak
perhitungan proses lumpur aktif untuk
mempermudah proses perhitungan.

II. Penelitian Terdahulu
Pemodelan proses lumpur aktif untuk
penanganan air limbah, sebelumnya pernah
dilakukan (Setiadi,1990), dari departemen
teknik kimia ITB Bandung, ia membuat
perhitungan penggunaan senyawa karbon
yang mengidentifikasi nilai substrat,
biomassa heterotrophy dan produk partikel
dari proses detruksi biomassa. Pemodelan
lumpur aktif juga pernah dilakukan oleh tim
peneliti dari London, yaitu Mogens Henze,
Willi Gujer, Takashi Mino, dan Mark van
Loosdrecht (Henze, Gujer et al.,2002).
Tujuan mereka adalah untuk menciptakan
sebuah platform pengembangan model untuk
proses penyisihan nitrogen pada proses
lumpur aktif (Activated sludge) dan untuk
mengembangkan model dengan
meminimalkan kompleksitas. Hasilnya
adalah Model Activated sludge No. 1, yang
sekarang dikenal dengan banyak nama:
IAWPRC (Asosiasi Internasional Air dan
Pengendalian Pencemaran Penelitian)
model, ASM1 (Activated Sludge Model 1 ).

III. Metode
A. Konsep Pemodelan Lumpur Aktif
Pemodelan proses lumpur aktif
(Activated sludge) bertujuan untuk
memudahkan pengguna (staf pengolahan
limbah/operator) untuk menghitung
konstruksi penanganan air limbah yang tepat
sesuai air limbah yang dihasilkan oleh
industri. Informasi utama yang diberikan
pada pemodelan ini adalah hasil perhitungan
perancangan proses yang tepat dari jumlah
limbah yang dihasilkan oleh industri. Dalam
model proses lumpur aktif ini, nilai yang
dihasilkan yaitu kondisi pada Primary
Sedimentation (persentase penyisihan BOD
dan TSS (Total suspended solids)), total
produksi sludge, volume tangki aerasi,
jumlah oksigen yang dibutuhkan, laju alir
excess sludge, laju alir sludge yang diproses
kembali, laju alir effluent, dan konsentrasi
effluent.
Pemodelan Proses lumpur aktif terdiri
dari penyisihan BOD (Biological oxygen
demand), penyisihan BOD dengan
nitrifikasi, penyisihan nitrogen secara
biologis pada kondisi anoksik / aerobik, dan
penyisihan fosfor secara biologis. Pada
perhitungan proses penyisihan fosfor secara
biologis, perhitungan yang dilakukan terdiri
dari penentuan rbCOD yang tersedia untuk
proses penyisihan fosfor, perhitungan fosfor
yang tersisih, perhitungan fosfor yang
digunakan, perhitungan fosfor yang terlarut
dalam limbah, total fosfor yang terkadung
pada lumpur yang akan dibuang dan
persentase konsentrasi fosfor.

B. Metode Matematika Model Lumpur
Aktif
Model komputasi dari proses lumpur
aktif menggunakan rumus perhitungan yang
telah ada. Perumusan perhitungan
berdasarkan studi pustaka atau literatur yang
berhubungan dengan model proses lumpur
aktif. Proses perhitungan yang dilakuakan
yaitu penyisihan BOD, penyisihan nitrogen,
dan penyisihan fosfor. Informasi yang
dihasilkan dari perhitungan antara lain
Produksi biomasa, produksi lumpur, volume
tangki aerasi, efluen, dan jumlah oksigen
yang dibutuhkan selama proses berlangsung.
Satuan yang digunakan pada perhitungan
ditunjukkan pada tabel 1.





3

Tabel 1. Unit perhitungan (Metcalf and
Eddy,2003).

Unit Keterangan
DO Oksigen terlarut, mg/L
F/M Rasio food to microorganism
K Nilai maksimum utilisasi substrat,
0
C
k
d

Koefisien endogenous decay, g VSS/g
VSS hari
k
dn

Koefisien endogenous decay untuk
organism nitrifikasi, g VSS/g VSS hari
k
T
Koefisien reaction rate at temperature
0
C
K
n

half-velocity constant

oxygen inhibition coefficient


half-velocity constant,

.

half-velocity constant for nitrated
limited reaction,
volumetric organik loading rate
Nilai pertumbuhan spesifik, g/g.hari
Nilai maksimum pertumbuhan spesifik,
g/g.hari

Nilai pertumbuhan spesifik untuk


nitrifikasi g/g.hari

Nilai maksimum pertumbuhan spesifik


untuk bakteri nitrifikasi.
Konsentrasi nitrogen , mg/L
Rasio substrat-nitrat dengan oksigen
sebagai penerima elektron
Padatan, Kg/hari
Debit ( laju alir), m3/hari
Laju alir sludge yang dibuang,
m3/hari
Kebutuhan oksigen, g/g.jam
Nilai produksi biomassa bersih
Utilisasi soluble substrate
Tabel 1. Unit perhitungan (lanjutan).



Substrat effluent, mg/L
Safety factor
Konsentrasi influent, mg/L
solids retention time, hari
total suspended solids, mg/L
hydraulic retention time, hari
Koefisien aktifitas suhu
Nilai utilisasi substrat
Volum, m3
volatile suspended solids, mg/L
Konsentrasi biomassa, mg/L
Konsentrasi biomassa di influent,
mg/L


Konsentrasi sludge yang
diproses kembali, mg/L
Produksi yield biomassa, g TSS/g
BOD atau g VSS/g BOD

1. Penyisihan BOD
1.1. Identifikasi karakteristik air limbah
Karakteristik air limbah yang
diidentifikasi yaitu bCOD, nbVSS, and
iTSS. Karaktersitik air limbah tersebut akan
digunakan untuk menghitung produksi
biomasa dan lumpur.
1.2. Produksi biomasa






(Persamaan 1)

( )
( )
( )( ) ( )
( )
( )( )
( )
( )
0
0
,
3
3
(
( )
1
1 / 10
( ) ( )
1
)
1
d d
d
n
n
X SS
d
d
V
f k QY S S SRT
p
QY S S
P partA
K S
artB
k SRT
QY NO kg g
partC Q nbVSS partD
K SR
T
T
R

= +
+

+
+
+
+
4

Dengan S: Effluent substrate (bCOD)

(Persamaan 2)

m,T
=
m

T-20
(Parameter kinetik)

m,12
0
C
=
m

T-20
k
d.T
= k
20

(T-20)
k
d.12
0
C
= k
20

(T-20)

1.3. Produksi lumpur
(X
TSS
) (V) = (P
x, TSS
) SRT
(Persamaan 3)
, 0 0
( ) ( )
X TSS production
P Biomass Q nbVSS Q TSS VSS = + +

1.4. Volume tangki aerasi
(Persamaan 4)



1.5. Oksigen yang dibutuhkan

R
0
= Q (S
0
S) 1.42 P
X.bio

(Persamaan 5)
2. Penyisihan BOD-Nitrifikasi
Pada proses ini, perhitungan yang
dilakukan pada umumnya sama seperti pada
penyisihan BOD, tetapi nilai SRT (Solids
retention time) harus dicari terlebih dahulu.

2.1. Menentukan nilai SRT
Find theoretical SRT using:
SRT = 1 /
n
FS = TKN peak / TKN average, and
Determine the design SRT using:
- Design SRT = (FS) (theoretical SRT)
(Persamaan 6)

2.2. Produksi Biomasa
Proses perhitungan sama seperti tahap 1.2
pada perhitungan penyisihan BOD

2.3. Jumlah nitrogen yang dioksidasi
menjadi nitrat
x e x, bio
NO TKN N 0.12 P / Q =

(Persamaan 7)

2.4. Produksi lumpur
Proses perhitungan sama seperti tahap 1.3
pada perhitungan penyisihan BOD
2.5. Volume tangki aerasi
Proses perhitungan sama seperti tahap 1.4
pada perhitungan penyisihan BOD.

2.6. Oksigen yang dibutuhkan
Proses perhitungan sama seperti tahap 1.5
pada perhitungan penyisihan BOD.

2.7. Estimasi nilai BOD efluen


(Persamaan 8)
3. Penyisihan Nitrogen
Proses penyisihan nitrogen yang akan
dihitung yaitu pada kondisi anoksiik -
aerobik

3.1. Produksi Biomasa


(Persamaan 9)

3.2. Jumlah NO
3
-N yang masuk ke tangki
anoksik



(Persamaan 10)
3.3. Volume tangki anoksik
nox
V x Q t =
(Persamaan 11)
3.4. Oksigen yang dibutuhkan



(Persamaan 12)

3.5. Energi pada proses pencampuran
anoxic zone mixing energy mixing energy x volume =
(Persamaan 13)


( )
( )
1
1
s d
m d
K K SRT
S
SRT k u
+

=

( )
3
,
10 /
X TSS
TSS
V g Kg
V
AtX
=
( )
0.85
1.42
gBOD gVSS
BOD sBODe TSS
gVSS gTSS
| || |
= +
| |
\ .\ .
0
b
( ( )
X
1 ( )
d
Y S S Q SRT
V K SRT

=


+

( )
x
ke tangki anoksik IR Q RQ
NO , feed ke tangki anoksik N
e
Flowrate
Flowrate
= +
=
( ) ( ) ( )
2 3 x
2 0 0
g O / g NO N x NO x Q
Net O Re R (R )
e
nonitrification
Oxygen credit N
quired oxygen credit

=
= =
5


4. Penyisihan Fosfor
Perhitungan dibawah merupakan
perhitungan proses penyisihan fosfor.
Pemodelan terhadap enyisihan fosfor
dilakukan karena proses ini merupakan salah
satu proses yang kompleks di dalam proses
lumpur (Barker and Dold,1997).

4.1. Menentukan nilai rbCOD berguna
untuk proses penyisihan fosfor secara
biologis dengan menggunakan
kesetimbangan nitrat.




(Persamaan 14)




(Persamaan 15)

4.2. Fosfor yang tersisih menggunakan
mekanisme biologis.



(Persamaan 16)

4.3. Menentukan nilai fosfor yang
digunakan untuk biomassa buatan.



(Persamaan 17)
( ) ( )
used x, bio
P x P
content
P =
(Persamaan 18)

4.4. Menentukan fosfor sebagai efluen.

( )
used
P removed P
Efluen soluble P Total Phosphorus P removed
Biological P removal = +
=
(Persamaan 19)

4.5. Total produksi lumpur
( )( ) Total P in sludge P removed flowrate =
(Persamaan 20)
( )
( )
( )( ) ( )
( )
( )
( )
( )
0
,
0
1 0.85
1 0.85
( )
1 0.85
X TSS
d
d d
d
n x
dn
QY S S
P
k SRT
f k QY S S SRT
k SRT
QY NO
Q nbVSS Q iTSS
k SRT

= +
+

+
+

+ +
+


(Persamaan 21)
( )
,
Phosphorus %
sludge
X TSS
P
P
=

(Persamaan 22)

C. Analisis komponen dan Desain Model
Analisis komponen model pada
pemodelan proses lumpur aktif terdiri dari
empat tahap. Tahap pertama yaitu analisis
kebutuhan pengguna (staf/ operator
pengolahan air limbah), kemudian
mendeskripsi model yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna, selanjutnya
mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan
dalam membangun model, dan yang terakhir
adalah identifikasi kebutuhan fungsional
model yang meliputi kebutuhan data,
perangkat lunak, perangkat keras, serta
pemeliharaan model yang telah dibangun.
Pada tahapan perancangan desain,
metode yang digunakan dalam perancangan
adalah metode pemodelan berbasis objek
yaitu dengan menggunakan UML (Unified
Modelling Language). Pemodelan dirancang
menggunakan empat diagram yaitu Use case
diagram (diagram kasus), Activity diagram
(diagram aktivitas), Statechart diagram
(diagram keadaan), dan Class diagram
(diagram kelas).

D. Implementasi Model
Tahapan implementasi model adalah
tahap penterjemahan desain sistem yang
telah dibuat ke dalam pemrograman
perangkat lunak atau pemodelan aplikatif.
( ) ( ) ( )( )
( )
( )
RAS 3 RAS 3 RAS 3 inf RAS React
RAS
3 react
Q NO N Q NO N Q Q NO N
Q x
NO N
Q
nitrate feed to reactor
+ = +
=
=
( ) ( )( )
3 3
React
rbCOD equivalent
NO N rbCOD/ nitrat NO N
rbCOD P
rbCOD rbCOD equivalent
available for removal
=


=


available
rbCOD
Biological P removal
rbCOD
ratio
P
=
0
x, bio
( ) ( )
P
1 ( ) 1 ( )
n x
d dn
QY S S QY NO
K SRT K SRT

= +
+ +
6

Tahapan implementasi meliputi perancangan
model, pembuatan perangkat lunak, dan
manajemen basis data. Implementasi
pemodelan activated sludge
(ActivatedSludge 0.1) pada proses
perancangan model menggunakan Microsoft
visio (Enterprise,2007) dan Sybase Power
Designer 15.3 (Enterprise,2009), proses
pembuatan perangkat lunak menggunakan
program Borland Delphi 7.0 (Borland,2007)
dan untuk manajemen basis data
menggunakan Microsoft Access 2007
(Enterprise,2007) dan MySQL .
E. Analisis Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan dibagi menjadi dua
yaitu hasil perhitungan perancangan proses
dan hasil perhitungan simulasi proses
activated sludge. Nilai yang didapatkan dari
perhitungan perancangan proses yaitu nilai
konstruksi terbaik untuk pengolahan air
limbah yang dihasilkan oleh industri.
Simulasi pemodelan dilakukan pada nilai
yang didapatkan dari perhitungan
perancangan proses dengan cara mengubah
beberapa nilai sehingga dapat dilihat
pengaruh yang ditimbulkan jika nilai
tersebut diubah. Nilai yang disimulasikan
adalah nilai SRT (Waktu tinnggal padatan)
pada tangki dan laju alir limbah (laju
effluent, laju excess sludge, laju sludge yang
akan diproses kembali).
F. Verifikasi Model
Tahapan verifikasi model merupakan
tahapan yang berfungsi untuk mengetahui
apakah program/ model yang telah dibuat
berhasil menghasilkan output yang
diinginkan. Pada pemodelan ini, verifikasi
dibagi menjadi dua, yaitu verifikasi proses
perhitungan dalam pemodelan dan verifikasi
program / perangkat lunak pemodelan.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi Model
Pemodelan proses lumpur aktif yang
akan dibangun ini diberi nama
activatedsludge.0.1 (as.0.1). Pemodelan
proses ini adalah pemodelan berbasis
komputer (perangkat lunak) yang dalam
perancangannya menggunakan UML
(Unified modeling language). UML dapat
memudahkan dalam perencanaan pemodelan
yang akan dibuat. Pemodelan proses
activated sludge ini memiliki tiga proses
perhitungan yaitu penyisihan BOD
(Biological Oxygen Demand), penyisihan
Nitrogen, dan penyisihan fosfor. Informasi
yang dibutuhkan dalam melakukan
perhitungan meliputi karakteristik air
limbah, nilai koefisien kinetik yang
digunakan, dan parameter lainnya pada
proses activated sludge (Debit
limbah,suhu,waktu proses, dan konsentrasi
padatan).
Sumber data karakteristik air limbah
industri pertanian yang digunakan untuk
melakukan perhitungan pada program
activatedsludge.0.1 berasal dari PTPN I
Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang provinsi
Aceh. Kemudian data karakteristik air
limbah tersebut akan dihitung untuk
penyisihan BOD, Nitrogen, dan fosfor.
Sehingga, keluaran yang diharapkan adalah
hasil perhitungan untuk perancangan proses
lumpur aktif.

B. Konfigurasi Model
Konfigurasi yang dilakukan yaitu
meliputi sistem manajemen dialog dan
sistem manajemen basis data. Sistem
manajemen dialog yaitu fasilitas yang
digunakan untuk terjadinya komunikasi
antara pengguna dan model yang telah
dibuat (Syaifudin,2011).
Sistem manajemen dialog yang meliputi
perancangan tampilan program
menggunakan perangkat lunak Borland
Delphi (Borland,2007). Sistem manajemen
basis data merupakan sistem pengatur data
yang digunakan untuk perhitungan. Pada
pengembangan pemodelan ini ke dalam
pemrograman manajemen database yang
digunakan yaitu dengan MySQL dan
7

didukung oleh Microsoft Access 2007
sebagai manajemen basis data lokal yang
jika dikembangkan dapat menjadi basis data
online.

C. Kebutuhan Fungsional Model
Kebutuhan fungsional model
menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dalam
membangun model yang meliputi perangkat
keras, perangkat lunak, dan pemeliharaan
sistem.

a. Kebutuhan perangkat lunak dan
perangkat keras.
Perangkat lunak yang dibutuhkan untuk
membangun program ActivatedSludge.0.1
dan menjalankan program ini antara lain
menggunakan sistem operasi Windows
Seven Ultimate, Microsoft Access
(Enterprise,2007), Adobe flashplayer 10.0,
serta perantara koneksi database MySQL
dengan ODBC connector.
Kebutuhan-kebutuhan perangkat keras
untuk menjalankan program
ActivatedSludge.0.1 antara lain prosesor
IntelI core duo 1.73 GHz atau yang setara,
RAM minimal 1.5 GB, Ruang kosong pada
hardisk sebesar 100 MB, Printer dan monitor
sebagai media keluaran data, dan perangkat
lain seperti keyboard dan mouse.

b. Pemeliharaan model.
Pemeliharaan model yang telah dibuat
diperlukan agar model yang telah dibangun
dan menjadi sebuah program aplikasi dapat
digunakan dengan baik dan mengurangi
terjadinya kerusakan pada program.
Kegiatan pemeliharaan meliputi pembaruan
data dan pemeliharaan data dari kerusakan
data yang disebabkan oleh pengguna
ataupun kesalahan sistem.

D. Desain Model Berbasis UML
Pada tahapan desain model, perancangan
dilakukan menggunakan UML (Unified
modeling language). UML adalah metode
pemodelan berbasis objek yang
memudahkan pengembang sistem dalam
perancangan model dan penterjemahan
modelnya ke dalam bahasa pemrograman
(Boggs and Boggs,2002).

1. Usecase Diagram (Diagram kasus)
Diagram kasus digunakan untuk
mendapatkan kebutuhan fungsional dari
sebuah sistem, menggambarkan interaksi
antara pengguna dan sistem, dan
menjelaskan secara naratif bagaimana sistem
akan digunakan (Raharjo and
Mahastama,2010).
Hal pertama yang dilakukan dalam
merancang model ActivatedSludge.0.1
berbasis objek menggunakan UML adalah
membuat diagram kasus (Usecase diagram).
Diagram kasus adalah diagram yang
menunjukkan hubungan antara aktor dan
kasus yang terjadi dengan sistem yang akan
dibuat. Diagram ini juga sering digunakan
untuk memberikan Gambaran bagian-bagian
yang dibutuhkan dalam membangun sistem
atau model proses bisnis dan analisis
kebutuhan yang digunakan pada model
diagram kasus sistem (Ambler,2005).

Gambar 1. Diagram kasus model proses
lumpur aktif.

<<i ncl ude>>
<<i ncl ude>>
<<i ncl ude>>
<<i ncl ude>>
<<extend>>
<<extend>>
<<extend>>
Obj ect-Ori ented Model
Model : usecase_acti vatedsl udge
Package:
Di agram: UseCaseDi agram_PAS
Author: agung utomo Date: 3/31/2011
Versi on:
Waste
management staff
DBMS
Manajer pabrik
Select Industry
Log In
Evaluation wastewater characteristic
BOD removal calculation process
BOD removal-nitrification calculation
process
Biological Nitrogen Removal calculation
process
Biological Phosphorus Removal
calculation process
Look at glosary
Look at coefficient table
Koneksi Database
Print Hasil Perhitungan
See the SDNR value in figure
8



2. Activity Diagram (Diagram aktivitas)
Diagram aktivitas digunakan untuk
menjelaskan kegiatan yang terjadi pada
sistem atau menjelaskan work flow suatu
sistem (Raharjo and Mahastama,2010).
Activity diagrams menggambarkan berbagai
aktivitas dalam sistem yang sedang
dirancang, bagaimana masing-masing
aktivitas berawal, keputusan (decision) yang
mungkin terjadi, dan bagaimana mereka
berakhir. Activity diagram juga dapat
menggambarkan proses paralel yang
mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.
Activity diagram menggambarkan proses-
proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas
secara umum. Sebuah aktivitas dapat
direalisasikan oleh satu use case atau lebih.
Aktivitas menggambarkan proses yang
berjalan . Activity diagram akan sulit
dipahami jika di dalamnya terdapat banyak
pemilihan atau alternatif (Boggs and
Boggs,2002).

Gambar 2. Diagram aktivitas model proses
lumpur aktif.

3. Statechart Diagram (Diagram keadaan)
Diagram ini digunakan untuk
mendeskripsikan bagaimana suatu objek
mengalami perubahan status dari kegiatan /
aktivitas yang terjadi pada sistem
(Anonim,2010). Statechart diagram
merupakan diagram yang mendefinisikan
perilaku suatu objek atau keseluruhan objek.
Ruang lingkup statechart adalah kehidupan
seluruh objek (Ojo and Estevez,2005).
Struktur diagram ini mirip flowchart atau
data flow diagram pada perancangan
terstruktur. Sangat bermanfaat apabila kita
membuat diagram ini terlebih dahulu dalam
memodelkan sebuah proses untuk membantu
memahami proses secara keseluruhan.
Statechart diagram dibuat berdasarkan
sebuah atau beberapa use case pada use case
diagram.

Gambar 3. Diagram aktivitas model proses
lumpur aktif.
4. Class Diagram (Diagram kelas)
Class Diagram digunakan untuk
menampilkan beberapa kelas/objek dan
hubungan antara objek yang terdapat pada
sistem. Class diagram merupakan alat
terbaik dalam perancangan perangkat lunak.
Class diagram membantu pengembang
mendapatkan struktur sistem dan
menghasilkan rancangan sistem yang baik
(Boggs and Boggs,2002).
Pada suatu kelas terdiri dari objek-objek
yang memiliki nama kelas, atribut, dan
operasi (Ojo and Estevez,2005). Menurut
Sumirat (2010), nama kelas haruslah unik,
karena ini adalah identitas yang dimiliki oleh
setiap kelas.
9



Gambar 4. Diagram kelas model proses
lumpur aktif.

E. Desain Basis Data
Perancangan basis data merupakan
tahapan pendukung sistem yang
menggunakan data-data pada
pengembangannya. Perancangan basis data
diperlukan untuk memudahkan pengembang
dalam pengembangan sistem/modelnya
dalam hal pemeliharan data. Perancangan
yang baik dapat memudahkan pengembang
jika terdapat kesalahan pada sistem atau
model yang akan dibangun. Desain basis
data terdiri dari data model dan kapasitas
akses data. Data model dibagi menjadi dua
yaitu secara konseptual (conceptual data
model) dan secara pisikal (physical data
model).
1. CDM (Conceptual Data Model)
Data model adalah sekumpulan konsep
yang digunakan untuk menjelaskan struktur
dari basis data dan memberikan Gambaran
tingkat-tingkat abstraksi data. Data model
juga mencakup sekumpulan operasi yang
dapat dilakukan terhadap data yang
dihimpun dalam basis data. Terdapat tiga
kategori dari model data yaitu conceptual
data model, implementation data model, dan
physical data model (Murni,2011).
2. PDM (Physical Data Model)
Merupakan model yang menggunakan
sejumlah tabel untuk menggambarkan data
serta hubungan antara data-data tersebut.
Setiap Tabel mempunyai sejumlah kolom di
mana setiap kolom memiliki nama yang
unik. PDM merupakan konsumsi spesialis
komputer yang mencakup detail
penyimpanan data di komputer. Pada konsep
ini data direpresentasi dalam bentuk record
format, record oredering, dan access path
(Setiawan,2009).
F. Implementasi Model
Tahapan implementasi perangkat lunak
model proses activated sludge
(activatedsludge.0.1) meliputi desain model
perangkat lunak, pemrograman, sehingga
akan dihasilkan tampilan program
activatedsludge.0.1. Diagram alir tahapan
implementasi model dapat dilihat pada
Gambar 1.
START
END
Desain Model
Perangkat Lunak
(Ms. Visio, Flash
Vortex, Paint, Ms.
Powerpoint)
Pemrograman
model activated
sludge
Dengan Borland
Delphi 7.0
Pengolahan
database dengan
MySQL dan ODBC
connector
Program
Activated
sludge 0.1

Gambar 1. Flowchart proses implementasi
model program activated sludge.

G. Hasil Perhitungan
1. Perhitungan Perancangan Proses.
Berikut ini adalah hasil tabulasi
perhitungan proses lumpur aktif. Evaluasi
perhitungan dilakukan dengan menggunakan
data karakteristik air limbah industri minyak
10

sawit stasiun perebusan, PTPN I Tanjung
Seumantoh, Aceh Tamiang, Indonesia,
dengan parameter kinetik pada suhu 20
0
C.
Tabel 2 menyajikan parameter karakteristik
air limbah. Tabel 3 dan Tabel 4 menyajikan
parameter kinetik yang digunakan dalam
perhitungan.
Tabel 2. Karakteristik air limbah pada
stasiun perebusan (PTPN I Tanjung
Seumantoh, Aceh Tamiang).

Unsur konsentrasi (mg/L)
BOD 20000
sBOD 10000
COD 45000
sCOD 22500
rbCOD 11250
TSS 45000
VSS 34615
TKN 70
NH4-N 50
TP 42

Tabel 3. Koefisien kinetik lumpur aktif
untuk bakteri heterotrofik pada suhu
20
0
C(Metcalf and Eddy,2003).

Koefisien Unit Rentang

m
g VSS/g
VSS.d
3.0-13.2
K
s
g bCOD/m
3
5.0-40.0
Y g VSS/g
bCOD
0.30-0.50
K
d
g VSS/g
VSS.d
0.06-0.20
f
d
0.08-0.20
values

m
1.03-1.08
K
d
1.03-1.08
K
s
1.00

Tabel 4. Koefisien kinetik proses nitrifikasi
activated sludge (Metcalf and Eddy,2003).

Koefisien Unit Rentang

mn
g VSS/g
VSS.d
0.20-0.90
K
n
g NH
4
-
N/m
3

0.5-10
Tabel 4. Koefisien kinetik proses nitrifikasi
activated sludge (lanjutan).

Y
n
g VSS/g
NH
4
- N
0.10-0.15
K
dn
g VSS/g
VSS.d
0.05-0.15
K
o
g/m
3
0.40-0.60
Koefisien Unit Rentang
values
n 1.06-1.123
Kn 1.03-1.123
Kdn 1.03-1.08

Dari parameter-parameter diatas, maka
proses perhitungan dapat dilakukan sehingga
hasil yang diperoleh berdasarkan
karakteristik air limbah yang masuk
ditunjukkan pada Tabel 5, Tabel 6, dan
Tabel 7.

Tabel 5. Hasil perhitungan proses penyisihan
BOD dan BOD-Nitrifikasi.

Perhitungan Penyisihan
BOD
Penyisiha
n BOD-
Nitrifikasi
Produksi Biomasa

(Persamaan 1)
9483.35 kg
VSS/day
6166.21 kg
VSS/day
Substrat efluen (S)
(Persamaan 2)
1.8 g
bCOD/m3
1 g
bCOD/m3
Produksi lumpur
(Persamaan 3)
31541.78
kg/day
27539.25
kg/day
Volume tangki aerasi
(Persamaan 4)
5000 m
3
12710 m
3

Oksigen yang
dibutuhkan
(Persamaan 5)
772.16
kg/hour
13467.25
kg/hour
BOD efluen
(Persamaan 8)
9.99 g/m3 9.99 g/m3
Waktu proses
keseluruhan
(Persamaan 6)
5 day 12.7 day





11

Tabel 6. Hasil perhitungan proses penyisihan
nitrogen.

Perhitungan Hasil
Konsentrasi biomasa
(Persamaan 9)
8898.19 g/m
3

Jumlah NO
3
-N yang
diproses di tangki
anoksik (Persamaan 10)
22020 g/day
Perhitungan Hasil
Volume tangki anoksik
(Persamaan 11)
2000 m3
Oksigen yang dibutuhkan
(Persamaan 12)
709.24 kg/h
Energi proses
pencampuran pada zona
anoksik (Persamaan 13)
20.0 kW

Tabel 7. Hasil perhitungan proses penyisihan
fosfor.

Perhitungan Hasil Perhitungan
rbCOD yang
tersedia untuk
penyisihan fosfor
(Persamaan 14)
11236.80 g F/m
3

Fosfor yang tersisih
dengan mekanisme
biologis
(Persamaan 16)
1123.68 g F/m
3

Fosfor yang
digunakan untuk
sisntesis biomasa
heterotrofik
(Persamaan 18)
120.07 g/m
3

Fosfor efluen
soluble
(Persamaan 19)
0 g/m
3

Persentase fosfor
pada lumpur yang
menjadi limbah
(Persamaan 22)
41.98%

2. Perhitungan Simulasi
Simulasi yang dilakukan terhadap
perhitungan model proses activated sludge
bertujuan untuk melihat perubahan yang
ditimbulkan apabila terdapat nilai yang
diubah variabelnya. Nilai-nilai yang akan
disimulasikan yaitu waktu keseluruhan
proses (SRT), laju alir lumpur yang dibuang
(Qw), konsentrasi lumpur yang dipross
kembali (Xr), dan nilai laju alir lumpur yang
dipross kembali (Qr).
Tabel 8. Hasil perhitungan simulasi nilai
SRT (Solids retention time)/ waktu
proses keseluruhan.

SRT
( hari )
Se
(mg/L)
Ro
(Kg/hari)
3.0 2.7 17040.0
5.0 1.8 18531.0
7.0 1.4 19699.0
25.0 0.8 24433.0

Tabel 9. Simulasi nilai Qw (Laju alir lumpur
yang dibuang).

Qw (m
3
/hari) SRT (hari)
Substrat
efluen (mg/L)
100.0 18.750 0.8416
200.0 9.375 1.1787
500.0 3.8 2.2587
1000.0 1.9 4.3261

Tabel 10. Simulasi nilai konsentrasi return
activated sludge (RAS).
Xr
(mg/L)
Qr
(m
3
/hari)
Qw
(m
3
/hari)
Q
efluen

(m
3
/hari)
4000.0 3000.0 750.0 250
8000.0 600.0 375.0 625.0
10000.0 428.6 300.0 700.0
120000.0 25.6 25 975.0

Tabel 11. Simulasi nilai laju alir return
activated sludge.
Qr
(m3/hari)
Xr
(mg/L)
Qw
(m
3
/hari)
Q
efluen

(m
3
/hari)
5000.0 3600.0 833.0 167
10000.0 3300.0 909.0 90.9
15000.0 3200.0 937.5 62.5
70000.0 3042.9 986.2 13.8
12

H. Verifikasi Model
Verifikasi adalah proses pemeriksaan
apakah logika operasional model (program
komputer) sesuai dengan logika diagram
alur. Tahapan verifikasi merupakan tahapan
yang digunakan untuk memeriksa
kesesuaian hasil keluaran. Kesesuaian yang
dimaksud adalah keluaran sesuai dengan apa
yang diinginkan berdasarkan perancangan
model yang telah dibuat sebelumnya
(Radecka and Zilic,2004). Tahapan
verifikasi menurut Wilcox (2004) dapat
dilihat pada Gambar 34.Verifikasi model
proses activated sludge dibagi menjadi dua
bagian, yaitu verifikasi perhitungan dan
verifikasi perangkat lunak.
V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Perancangan model proses lumpur aktif
menggunakan metode pemodelan berbasis
objek UML (unified modeling language).
Perancangan dilakukan dengan cara
membuat diagram-diagram pemodelan yang
meliputi usecase diagram, activity diagram
,statechart diagram, dan class diagram.
Perancangan pemodelan selanjutnya akan
diterjemahkan ke dalam bahasa
pemrograman yang akan menjadi sebuah
perangkat lunak aplikatif yang diberi nama
activatedsludge.0.1 (AS 0.1). Perhitungan
proses yang digunakan berdasarkan
pemodelan yang telah ada sebelumnya
dnegan penambahan pemodelan perhitungan
penyisihan BOD.
Model proses lumpur aktif yang akan
dijadikan perhitungan yaitu penyisihan
BOD, penyisihan BOD-nitrifikasi,
penyisihan nitrogen, dan penyisihan fosfor.
Masing-masing perhitungan menggunakan
koefisien yang berbeda. Koefisien tersebut
antara lain: koefisien penyisihan BOD dan
BOD-nitrifikasi, koefisien nitrifikasi, dan
koefisien biokinetik untuk penyisihan
nitrogen.
Proses perhitungan yang akan dihitung
salah satunya adalah proses penyisihan BOD
. Data yang digunakan merupakan
karakteristik air limbah dari pabrik Industri
kelapa sawit PT.Perkebunan Nusantara I,
Aceh Tamiang. Debit limbah yang
dihasilkan yaitu 1000 m
3
/hari. Berdasarkan
nilai debit limbah, maka konstruksi proses
penyisihan BOD yang tepat untuk volume
tangki aerasi yaitu sebesar 5000 m
3
, dengan
total produksi sludge 31541.78 kg/hari dan
oksigen yang dibutuhkan untuk proses
sebesar 772 kg/jam, untuk kualitas effluent,
konsentrasi yang di dapatkan adalah 1.8 mg
bCOD/L dan 9.9 mg BOD/L.
Pada perhitungan simulasi model proses
activated sludge, simulasi dilakukan
terhadap nilai laju alir excess sludge (Qw),
laju alir return activated sludge (Qr) dan
konsentrasi suspended solids yang akan
dikembalikan ke dalam proses (Xr).
Berdasarkan simulasi pada nilai Qw
diketahui bahwa, perubahan nilai Qw
mempengaruhi perubahan nilai SRT (solid
retention time/waktu tinggal), perubahan
nilai SRT akan mengakibatkan perubahan
konsentrasi yang dihasilkan pada effluent
(Se) dan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk proses (Ro). Pada simulasi nilai Qr,
perubahan nilai Qr mempengaruhi
perubahan nilai Xr, perubahan nilai Xr akan
mempengaruhi nilai Qw dan nilai laju alir
limbah effluent atau output (Qe). Pada
simulasi nilai Xr, perubahan nilai Xr
mempengaruhi nilai Qr,Qw, dan Qe.

B. Saran
Pengembangan lebih lanjut terhadap
paket program Activatedsludge.0.1 perlu
dilakukan untuk lebih menyempurnakan
paket program tersebut meliputi,
pengembangan database karakteristik air
limbah industri-agro, dan konten-konten
yang memudahkan pengguna dalam
melakukan perhitungan. Pengembangan
lebih lanjut yang dimaksudkan yaitu
penambahan pemilihan perhitungan proses
lumpur aktif.
13

Daftar Pustaka
Ambler SW. 2005. The Elements of UML
2.0 Style. Cambridge: Cambridge
University Press.

Anonim. 2010. Statechart Diagram,Activity
Diagram,Sequence
Diagram,Collaboration Diagram.
www.toki.or.id/rbpl/task/rbpl-
p04.pdf. [23 Mei 2011]

Barker PL. and Dold PL. 1997. General
Model for Biological Nutrient
Removal Activated Sludge Systems :
Model Presentation

Boggs W. and Boggs M. 2002. UML with
Rational Rose 2002. Marina Village
Parkway: SYBEX Inc.

Borland. 2007.Borland Delphi 7.0. Borland
Software Corporation.7.0 (Build
4.453).www.borland.com

Enterprise MO. 2007.Microsoft Office.Santa
Rosa, California: Microsoft
Corporation.

Enterprise PS. 2009.Sysbase Power
Designer.United States of America:
Sybase
Incoporation.15.3.0.3248.www.syb
ase.com

Henze M, Gujer W, Mino T. and Loosdrecht
Mv. 2002. Activated Sludge Models
: ASM1, ASM2, ASM2d AND
ASM3.

Metcalf. and Eddy. 2003. Wastewater
engineering : treatment and reuse.
Singapore: McGraw-Hill Higher
education.

Murni A. 2011. Konsep dan Arsitektur Basis
Data.
www.cs.ui.ac.id/WebKuliah/BasisD
ata/FileKuliah/db02-2.PDF. [23
Mei 2011]

Ojo A. and Estevez E, Eds. 2005. Object-
Oriented Analysis and Design with
UML. Macao: e-Macao Report.

Radecka K. and Zilic Z. 2004. Verification
by Error Modeling. New York,
Boston, Dordrecht, London,
Moscow: Kluwer Academic
Publishers.

Raharjo WS. and Mahastama AW. 2010.
Modeling of Software System :
UML Case Model.
lecturer.ukdw.ac.id/willysr/pspl-
ti/silabus.pdf. [23 Mei 2011]

Sawyer. and McCarrty. 1978. Chemistry for
Enviromental Engineering. New
York: McGraw-Hill.

Setiadi T. 1990. Modeling Techniques for
Wastewater Treatment System of
Activated Sludge. Makalah Seminar
Pemodelan, Simulasi, dan Optimasi
Sistem Teknik Kimia. 6-7
September 1990. Bandung

Setiawan JHH. 2009. Konsep Conceptual
Data Model [CDM] dan Physical
Data Model [PDM].
http://tutorialpemrograman.wordpre
ss.com/2009/08/08/konsep-
conceptual-data-model-cdm-dan-
physical-data-model-pdm/. [May 23
2011]

Sumirat LP. 2010. Membuat Class Diagram.
http://lambang.wordpress.com ,
http://blog.unitomo.ac.id/lambang.
[23 Mei 2011]

Syaifudin A. 2011. Sistem Informasi Bisnis
Berbasis UML (Unified Modeling
Language) Industri Biopelet
[Skripsi]. Bogor:Program Strata-1,
Institut Pertanian Bogor.

Wilcox P. 2004. Profesional Verification: A
Guide to Advanced Functional
Verification. New York, Boston,
Dordrecht, London, Moscow:
Kluwer Academic Publishers.





14

You might also like