You are on page 1of 7

KOMPETENSI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL STANDAR KOMPETENSI : 5.

Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional KOMPETENSI DASAR: 5.1 Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan internasional 5.2 Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh Mahkamah Internasional 5.3 Menghargai putusan Mahkamah Internasional

Pada pertemuan ini akan dibahas KD 1 sistem hukum dan peradilan internasional INDIKATOR: 1. Menganalisa makna, asas dan sumber hukum internasional. 2. Mendeskripsikan proses ratifkasi hukum internasional menjadi hukum nasional.

MATERI: 1. Makna, asas dan sumber hukum internasional. 2. Proses ratifkasi hukum internasional menjadi hukum nasional.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

A. Makna , Asas dan Sumber Hukum Internasional 1. Makna Hukum Nasional Pernahkah kalian mendengar istilah hukum hukum bangsa-bangsa , hukum antarbangsa atau hukum antar negara dan hukum internasional.? Memang banyak istilah yang di tujukan untuk hukum internasional, setiap istilah memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dengan istilah lainnya. Hukum bangsa-bangsa ( Law of nation, droit de gens, volkerrecht ) berasal dari istilah hukum romawi, yakni ius gentium, yang berarti hukum yang mengatur hubungan antar orang romawi dengan orang bukan romawi dan hubungan antar orang bukan romawi satu sama lain. Hukum antar bangsa berasal dari istilah ius inter gentes yaitu hukum yang mengatur hubungan antar kerajaan yang ada di dunia. Hukum antar negara adlah hubungan hukum yang mengatur hubungan antar negara-negara di dunia. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, istilah yang populer karena dianggap lebih mendekati kenyataan adalah hukum internasional . Hukum internasional adalah keseluhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara : a. negara dengan negara b. negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain. Hukum internasional terdiri dari hukum perdata internasional dan hukum internasional publik. Hukum internasional publik adalah keseliruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata. Hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara. Ada banyak ahli hukum internasional tetapi yang dianggap sebagai bapak hukum internasional adlah Hugo de Groot ( grotius) yang menulis buku yang berjudul de jure belli ac pacis atau perihal hukum perang dan damai. Hukum damai adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antar negaranegar dalam keadaan damai, antara lain : a. hubungan diplomatik, hak dan kewajibannya b. Traktrat , prosedur pembuatan, berlaku, batal dan berakhirnya c. Penyelesaian secara damai sengketa internasional d. Batas-batas daerah suatu negara Hukum perang adalah hukum yang mengatur hubungan hukum amtara negara-negara yang berperang dan larangan larangan dalam perang yaitu: a. Peperangan tidak boleh melibatkan dan membinasakan penduduk sipil b. Tidak dibolehkan mengebom kota/ perkampungan penduduk, sekolah dan tempat peribadatan c. Perlakuan yang baik terhadap tawanan perang

53

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

d. Larangan perang kuman dan senjata kimia e. Kota-kota terbuka tidak bileh di bom f. Perlindungan petugas palang merah 2. Asas Hukum Internasional Apa daya berlaku hukum internasional? Mengapa hukum internasional dipatuhi oleh subyek hukum internasional,termasuk negara? Ada beberapa teori yang menjelaskan apa daya berlaku dan mengapa hukum internasional dipatuhi.Menurut penganut teori hukum alam yang dipelopori oleh Hugo de Groot,hukum alam adalah kesatuan kaidah-kaidah hukum ideal atau hukum yang paling tinggi yang diilhamkan alam pada akal manusia. Subjek hukum internasional tunduk pada hukum internasional karena hukum internasional merupakan bagian dari hukum yang lebih tinggi,yaitu hukum alam. Para pendukung dan pengikut aliran pada akhirnya dikenal dengan aliran naturalis. Menurut Selbst-limitation yang ditokohi oleh George Jellineck dan Zorn, hukum internasional adalah hukum tata negara yang mengatur hubungan luar suatu negara. Negara tunduk dan patuh pada hukum internasional semata-mata atas kehendak negara itu sendiri karena negara merupakan sumber segala hukum. Kedudukan hukum internasional tidak lebih tinggi dari negara sehingga ia tidak dapat mengikat negara kecuali atas kehendak negara itu sendiri. Menurut Vereibarungs theorie yang dicetuskan oleh Triepel, hukum internasional adalah hukum tata negara yang mengatur hubungan luar suatu negara.Kedudukan hukum internasional bukan karena kehendak masingmasing negara melainkan kehendak bersama negra-negara yang ada di dunia yang dengan sendirinya mengikat setiap negara. Para pendukung dan penganut aliran ini disebut aliran positivisme. Menurut Mazhab Wiena yang terkenal dan dipelopori oleh Kelsen, daya mengikat hukum internasional bersumber dari kehendak negara melainkan didasarkan pada grundnorm. Grundnorm adalah kaidah hukum tertinggi yang harus diterima sebagai suatu hipotesa akhir dan tidak dapat diterangkan secara hukum. Grundnorm yang berlaku sebagai daya mengikat hukum internasianl; adalah asas pacta sunt servanda. Terlepas dari teori daya mengikat hukum intermnasional, suatu fakta yang tidak bisa diingkari oleh siapapun bahwa pada dasa warsa ini pada umumnya semua subjek hukum internasional, termasul negra patuh tunduk pada hukum internasional. Dalam praktiknya ada beberapa asas yang diperhatikan dalam pemberlakuan hukum internasional,yaitu: a. Asas teritorial. Menurut asas ini, negara berkuasa atas daerahnya. Negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan benda yang berada

54

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

di wilayahnya. Terhadap orang dan barang yang berada di luar wilayahnya berlaku hukum internasional b. Asas kebangsaan. Menurut asas ini, hukum negara tetap berlaku bagi warga negaranya meskipun ia berada di negara asing. c. Asas kepentingan umum. Menurut asas ini,negara berwenang menerapkan hukum tanpa memperhatikan batas-batas wilayah untuk melindungi kepentingan dan keselamatan umum (masyarakat)

3. Sumber Hukum Internasional Apakah yang dimaksud dengan sumber hukum internasional? Pertama, sumber hukum internasional materiil diartikan sebagai dasar berlakunya hukum internasional,untuk menjawab persoalan apa penyebab hukum internasional itu mengikat. Kedua, sumber hukum internasional ada kalanya diartikan sebagai faktor atau kekuatan utama yang menyebabkan timbulnya hukum internasional. Faktor itu biasanya berupa faktor politik, kemasyarakatan, ekonomis, teknis, psikologis, dan sebagainya. Ketiga, sumber hukum internasional formal diartikan menurut pasal 38 piagam Mahkamah Internasional. Pasal 38 ayat 1 piagam Mahkamah Internasional menyatakan bahwa dalam mengadili perkara yang diajukan kepadanya , Mahkamah Internasional kan mempergunakan: a. Perjanjian internasional , baik yang bersifat umum maupun khusus, yang mengandung ketentuan yang diatur secara tegas oleh negara-negar yang bersengketa. b. Kebiasaan internasional , sebagai bukti dari suatu kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum c. Prinsip hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab d. Keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yang pailing terkemuka dari berbagai negara Sumber hukum internasional dalam arti formal diklasifikasikan menjadi sumber hukum utama (primer) dan sumber hukum tambahan (subsider). Sumber hukum primer meliputi perjanjian internasional, kebiasaan internasional dan prinsip hukum umum yang diakui bangsa-bangsa beradab. Sisanya dikatagorikan sebagai sumber hukum subsider. Bagi siapa saja berlaku hukum internasional? Hukum internasional berlaku bagi subjek hukum internasional yang terdiri dari : a. negara, merupakan subjek hukum internasional yang klasik dan telah demikian halnya sejak hukum internasional b. tahta suci (vatican), sudah menjadi subjek hukum internasional sejak dulu kala sebagai peniggalan bukti sejarah abhwa paus disamping menjadi kepala gereja juga pernah menjadi penguasa dunia.

55

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

c. Palang merah internasional, awalnya merupakan subjek hukum yang terbatas yang kemudian diperkokoh dalam konvensi Jenewa athun 1949 tentang perlindungan korban perang d. Organisasi internasional, pada awalnya posisinya diragukan tetapi pada saat ini atas dasar berbagai kasus masa lalu, sudah dipastikan bahwa organisasi internasional subjek hukum internasional e. Orang perorang (individu), sudah sejak lama orang perorang menjadi subjek hukum internasional , pastinya adalah sejak tahun 1919 ketika perjanjian versailes memuat pasal-pasal yang berisi kemungkinan mengajukan perkara ke Mahkamah internasional f. Pemberontak dan pihak dalam sengketa (billegerent), menurut hukum perang, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa (billegerent) dalam beberapa keadaan tertentu.

B. Proses Ratifikasi Hukum Internasional menjadi Hukum Nasional Perjanjian internasional merupakan salah satu sumber hukum internasional yang sangat penting. Penyebabnya adalah bentuknya yang tertulis sehingga lebih menjamin hukum subjek hukum internasional. Pembuatan perjanjian internasional melalui tiga tahapan , yaitu perundingan (negotiation), penandatangan (signature), pengersahan (ratification). Ratification merupakan proses yang sangat penting karena berhubungan dengan terikatnya suatu negara terhadap suatu perjanjian internasional atau proses hukum internasional menjadi hukum nasional. Persetujuan suatu negara untuk mengikat diri pada suatu perjanjian internasional (hukum internasional) diberikan dengan berbagai cara yaitu penandatanganan, pernyataan turut serta, penerimaan (acceptance), perjanjian dan ratifikasi. Suatu negara dapat mengikat dirinya dengan menadatangani perjanjian apabila hal itu memang menjadi maksud dari peserta perjanjian. Untuk perjanjian internasional (hukum internasional)yang sangat diperlukan proses ratifikasi agar perjanjian itu mengikat dan menjadi hukum nasional negaranya. 1. Pengertian dan Sistem ratifikasi Menurut Mochtar Kusumaatmadja pengertian ratifikasi adalah pesetujuan suatu negara untuk terikat kepada suatu perjanjian internasional dengan syarat bahwa persetujuan itu harus di sahkan atau dikuatkan oleh yang berwenag di negaranya. Dengan adanya ratifikasi ini maka persetujuan yang diberikan dengan penandatanganan naskah perjajian oleh wakil negara bersifa sementara dan harus disahkan oleh lembaga negara yang berwenang.

56

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Siapakah lembaga negara yang berwenang meratifikasi perjanjian internasional ? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan memahami sistem ratifikasi. Dari praktik-praktik selama ini , sistem ratifikasi terdiri dari 3, yaitu : a. Sistem ratifikasi oleh badan eksekutif, suatu perjanjian hukum internasional dapat menjadi hukum nasional apabila telah disahkan oleh kepala negara atau kepala pemerintahan negaranya.Sistem ini jarang sekali dilaksanakan pada saat ini dan merupakan peninggalan sejarah. Pernah berlaku di Jepang dari tanggal 11 februari 1829 ns/d 3 November 1946, di Italia dari tahun 1922 s/d 1943, di negara nasional sosialis (NAZI) Jerman dari tahun 1933 s/d 1954. b. Sistem ratifikasi oleh badan legislatif, suatu perjanjian internasional (hukum internasional) dapat menjadi hukum nasional apabila telah disahkan oleh lembaga perwakilan rakyat. Sistem ini jarang digunakan pada saat ini. Pernah berlaku di Turki pada tahun 1924, El salvador tahun 1950, dan Honduras tahun 1936. c. Sistem ratifikasi campuran antara badan eksekutif dan legislatif,suatu perjanjian internasional hukum internasional dapat menjadi hukum nasional apabila telah disahkan oleh kepala negara dan lembaga perwakilan rakyat negaranya secara bersama-sama.Sistem ini sanagat populer, negara yang mempraktikannaya, diantaranya adalah Inggris, Amerika Serikat, Indonesia. Menurut pasal 11 UUD 1945,presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Dari isi pasal ini disimpulkan bahwa sistem ratifikasi yang berlaku di indonesia adalah sistem ratifikasi campuran antara badan eksekutif dan legislatif. Hal ini di perkuat lagi oleh Undang-Undang nomor 24 tahun 2000 tentang perjanjian internasional,yang menyatakan bahwa ratifikasi dilakukan dengan undang-undang atau keputusan presiden. 2. Latar Belakang dan Materi Ratifikasi Latar belakang diadakannya ratifikasi adalah memberi kesempatan kepada negara peserta perjanjian internasional untuk mengkaji kembali apakah isi perjanjian sudah sesuai dengan kepentingan nasionalnya? Apakah pejabat yang mewakili negara dalam pembuatan perjanjian telah melaksanakan tugasnya dengan benar sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya? Apakah isi perjanjian internasional tidak bertentangan dengan hukum internasional? Setelah lembaga berwenang dalam suatu negara mengadakan pengkajian terhadap suatu naskah perjanjian internasional ditemukan jawaban bahwa isi perjanjian sudah sesuai dengan kepentingan nasional,bahwa pejabat yang mewakili negara sudah menjalankan tugas sesuai dengan wewenangnya dan bahwa isi perjanjian tidak bertentangan dengan hukum nasional maka tidak ada halangan lagi bagi negara tersebut untuk meratifikasinya. Bila jawaban yang ditemukan adalah sebaliknya maka ada alasan yang sangat

57

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

kuat bagi negara itu untuk tidak meratifikasinya. Sesuai dengan latar belakangnya,tujuan ratifikasi adalah : a. Memberi kesempatan kepada negara- negara peserta untuk mengadakan peninjauan secara seksama apakah negaranya dapat diikat oleh perjanjian tersebut. b. Memberi kesempatan kepada badan perwakilan rakyat untuk mengontrol tindakan pemerintah. Apakah semua perjanjian internasional daratifikasi? Tentu saja tidak. Tidak semua perjanjian internasional harus diratifikasi. Perjanjian internasional diratifikasi apabila ia memuat materi yang sangat penting. Materi penting dimaksud adalah: a. Masalah politik,perdamaian,pertahanan dan keamanan negara. b. Perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah suatu negara c. Kedaulatan atau hak berdaulat negara. d. Hak asasi manusia dan lingkungan hidup e. Pembentukan kaidah hukum baru. f. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri

58

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

You might also like