You are on page 1of 5

APLIKASI DATA GEOLOGI KELAUTAN GUNA MENGETAHUI INDIKASI BAHAYA GEOLOGI Studi Kasus: di Pesisir Perairan Lombok Timur

(NTB)
Versi PDF Cetak ke Printer Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan, D. Setiady dan Noor C.D.Aryanto. Mengingat Pulau Lombok merupakan bagian pulau dari gugusan pulau paling selatan dari Kepulauan Indonesia, yang berbatasan dengan Samudera Hindia, maka dengan adanya lempeng samudera (Oceanic Plate) yang bergerak menuju ke utara, maka gelombang pasang (tsunami) akibat gempa masih mungkin terjadi di daerah bagian pantai selatan, maka untuk daerah Perairan Lombok Timur akan terjadi Gelombang pasang kiriman dari Samudera Hindia.

Latar Belakang Mengingat Pulau Lombok merupakan bagian pulau dari gugusan pulau paling selatan dari Kepulauan Indonesia, yang berbatasan dengan Samudera Hindia, maka dengan adanya lempeng samudera (Oceanic Plate) yang bergerak menuju ke utara, maka gelombang pasang (tsunami) akibat gempa masih mungkin terjadi di daerah bagian pantai selatan, maka untuk daerah Perairan Lombok Timur akan terjadi Gelombang pasang kiriman dari Samudera Hindia. Morfologi daerah selidikan dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Morfologi pegunungan (G. Rinjani, G. Nangi dan G. Susuk) Morfologi perbukitan bergelombang Morfologi dataran pantai. Stratigrafi daerah telitian terdiri dari tua ke muda adalah sebagai berikut. Batuan tertua yang tersingkap adalah Formasi Pengulung, tersusun oleh batuan gunungapi dengan lensa batugamping mengandung biji sulfida dan urat kuarsa, berumur Oligosen akhir sampai Miosen Awal. Formasi ini menjemari dengan Formasi Kawangan yang terdiri atas perselingan batupasir kuarsa, batulempung dan breksi. Berdasarkan kedudukannya yang menjemari dengan Formasi Pengulung, maka umur formasi ini adalah Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Kedua satuan di atas diterobos oleh retas yang bersusunan dasit basal, diorit dan granodiorit yang diduga berumur Miosen Tengah. Formasi Pengulung dan Formasi Kawangan tertindih tak selaras oleh Formasi Ekas. Pada Miosen Akhir dalam kondisi memungkinkan terbentuknya endapan batugamping Formasi Ekas pada lingkungan darat terbuka. Pada akhir Tersier atau Awal Kuarter terjadi kegiatan tektonik yang menyebabkan timbulnya sesar geser dan sesar normal . Pada Pliosen sampai Awal Pleistosen terjadi kegiatan gunungapi dari kelompok Gunungapi Lombok yang membentuk Formasi Kalipalung ( perselingan breksi gampingan dan lava) dengan Anggota Selayar (batupasir tufan, batulempung tufan dan sisipan karbon), Formasi Kalibabak (breksi dan lava) dan Formasi Lekopiko (tuff batuapung, breksi lahar dan lava). Sejak Plistosen hingga Resen terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan gunungapi tak terpisahkan yang bersumber dari G. Rinjani G. Pusuk dan G. Nangi. Di sekitar Lombok Timur, bahaya gunungapi terdapat di sekitar puncak dan lereng bagian Tenggara G. Rinjani, karena merupakan alur terjadinya aliran lahar menuju pantai Lombok Timur. Bahaya Lingkungan Beraspek Geologi. Jenis potensi bahaya geologi daerah selidikan berdasarkan aspek geologi dapat dibedakan menjadi erupsi gunungapi dan banjir lahar, bahaya kegempaan dan daerah rawan gelombang tsunami. serta Terdapat juga pantai abrasi dan akrasi. Lokasi bahaya geologi ini dapat dilihat pada Peta Potensi Bahaya Alam. Ditinjau dari hasil penyebaran bahan hasil erupsi G. Rinjani daerah selidikan dapat dikelompokkan menjadi zona waspada gunungapi (Modifikasi dari Peta Bahaya Gunungapi di Indonesia). <center> <img src="fileupload/deny_cs_2.jpg"> </center>, Banjir bandang (lumpur) terjadi akibat hujan yang turun dengan intensitas yang cukup tinggi, di bagian hulu sungai yaitu pada bagian lereng bagian selatan - tenggara G. Rinjani, hal tersebut menyebabkan longsornya material-material hasil letusan G. Rinjani (abu vulkanik dan endapan lahar) dan membawa material-material yang terdapat di sepanjang sungai membentuk aliran arus

pekat, sungai yang dialiri yaitu K. Blimbing. Tragedi banjir bandang yang terjadi pada november 1994 di daerah Aikmel telah menelan korban 31 orang meninggal dunia, yaitu dengan adanya banjir bandang di daerah hulu dengan membawa serta material lahar sehingga membanjiri daerah hilir. Daerah selatan dari Pantai Korleko, potensi banjir tidak tetap kemungkinan terjadi, khususnya pada waktu musim penghujan pertemuan muara sungai Lonek Bonet (arus dari sungai) dan dari laut akan menjadikan luapan banjir, menurut penduduk setempat banjir yang menggenangi pantai cukup luas, dan digunakan untuk lahan pertanian, sedangkan pada musim kemarau, biasa dipergunakan penduduk untuk menangkap ikan. Faktor penyebab banjir terutama disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi. Penyebab lainnya adalah kondisi morfologi berupa dataran pantai yang rendah dan sudut lereng yang landai, serta batuan aluvium dengan kedalaman Muka air tanah yang dangkal.

Tindak cegah untuk mengurangi bahaya banjir adalah dengan melakukan pelurusan alur sungai, memperdalam alur sungai atau mempertinggi pematang sungai, penghijauan kembali (reboisasi) daerah hulu sungai. Sedangkan pemanfaatan lahan banjir adalah melakukan penghijauan dengan tanaman keras,dan pertambakan Abrasi pantai yang terjadi di daerah Lombok Timur yaitu di daerah sepanjang pantai antara selatan Kurleko sampai Labuhan Haji, begitu juga di daerah Rambang, gelombang laut yang mengikis kawasan pantai akan menimbulkan kerusakan pada sarana dan prasarana umum seperti jalan raya dan pemukiman penduduk, untuk menghindari hal tersebut dibuat pelindung pantai pada ruas jalan penduduk sebagai pencegah abrasi dan gelombang pasang. Untuk mencegah terjadinya proses abrasi, maka disarankan untuk Menanam pohon bakau dan pembuatan tanggul dan pemecah gelombang. yang berfungsi sebagai peredam hantaman ombak Di daerah utara selidikan tepatnya di Sambelia, Labuhan Pandan terjadi proses sedimentasi di depan garis pantai (akrasi), sehingga garis pantai cenderung lebih maju ke arah laut, biasanya terjadi pada kawasan hutan bakau untuk perangkap sedimen dan muara sungai, sehingga terjadi pembelokan arus sungai di daerah muara.

Dampak Lingkungan dan Hubungannya dengan Pemanfaatan Sumber Daya Geologi Dampak lingkungan yang terjadi sebagai akibat ulah manusia terhadap alam sekitarnya di daerah telitian adalah pengambilan batuapung, pengambilan airtanah, pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang kurang berwawasan lingkungan, dan pembangunan tambak udang tanpa memperhatikan aspek daya dukung. Pengambilan batuapung secara setempat-setempat antara Pringgabaya dan korleko telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu: Penambangan batuapung dilakukan ditempat tanaman kelapa, dimana setelah digali tidak ditanami pohon lagi, dibiarkan begitu saja; Debu dari hasil penggalian batuapung yang mencemari pemukimaan sekitarnya; Terjadinya proses abrasi yang lebih cepat di tebing pantai daerah penambangan. Untuk itu perlu pengarahan dari aparat terkait menyangkut di dalamnya informasi tentang daya dukung lahan, karena batuapung ini merupakan komoditas ekspor yang bagus untuk daerah Lombok. Sumberdaya airtanah di daerah telitian di beberapa tempat menunjukkan potensi ketersediaan cukup potensial yaitu di Labuan Lombok sampai kurleko, serta Labuan Pandan, sedangkan di daerah Tanjung Ringgit ketersediaannya sangat terbatas, bahkan penduduk di P. Kera dan P. Maringki yang berpenghasilan cukup besar kebutuhan airnya dialirkan melalui pipa, karena tidak terdapat sumber air. Pengambilan airtanah di daerah pantai secara besar-besaran dapat mengakibatkan penyusupan air laut ke daratan. Upaya untuk melestarikan sumberdaya air adalah peningkatan kemampuan resapan air dengan menanami pepohonan terutama di daerah tadah airtanah utama. Untuk menjaga kualitas air bagi mataair perlu dijaga terutama penempatan TPA di daerah hulu sangat dilarang. Pembuangan sampah selama ini merupakan masalah yang sangat pokok terutama di pemukiman daerah pantai yang sangat mencemari lingkungan pantai sampai ke laut. TPA sampah di daerah telitian baru selesai dibangun untuk Kabupaten Lombok Timur di Daerah Korleko 200 m dari pantai. yang memperhatikan lapisan alas sebagai penghalang geologi buatan, sehingga tidak terjadi pencemaran airtanah akibat lokasi TPA. Daerah pertambakan merupakan potensi bencana geologi, karena pada umumnya pertambakan dibuat tepat dibibir pantai tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan, sehingga memperlemah daya tahan pantai terhadap gempuran gelombang dan arus laut, seperti di daerah Labuhan Haji ke selatan Kesimpulan Jenis potensi bahaya geologi daerah selidikan dapat dibedakan menjadi erupsi gunungapi dan banjir lahar, bahaya kegempaan dan daerah rawan gelombang tsunami. serta terdapat juga pantai abrasi dan akrasi. Dampak lingkungan yang terjadi sebagai akibat ulah manusia terhadap alam sekitarnya di daerah telitian adalah adanya aktivitas pengambilan batuapung, pengambilan airtanah, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah dan pembukaan lahan sebagai peruntukan tambak udang. Data data geologi kelautan digabungkan dengan data oceanografi dan data geofisika kelautan sangat berperan dalan mengamati dan mengantisifasi bahaya alam atau mitigasi bencana geologi Daftar Pustaka Andi Mangga, 1994, Geologi Lembar Lombok, Nusatenggara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

D. Setiady, Noor C.D Aryanto, A. Setyanto, 1998, Penyelidikan Geologi dan Geofisika, Perairan Lombok Timur. (Laporan Intern, PPPGL). Davis, R.A., 1978, Beach and Near-shore Zone in Davis, R. (ED.), Coastal Sedimentary Environments, New York, Springer-Verlag. Dolan, R., Hayden, B.P., and Vincent, M.K., 1975, Classification of Coastal Land form of the America, Zeithschr Geomorfology, In Encyclopedia of Beaches and Coastal Environment Donal R. Coates, 1972, Coastal Geomorphologi, Publication in Geomorphology, State Univ. of N.Y., Bringhamton. Folk, R.L., 1980, Petrology of Sedimentary Rocks, Hamphill Publishing Company Austin, Texas. 170 P. Ijima, T. & Tang, F.L.W., 1967, Numerical Calculation of Wind Wafe in Shallow Water, POC. 10th Cont Coastal Eng. P38-45. Komar, P.D., 1974, Beach Processes and Sedimentation, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersy, p.38-45

Tagged: Artikel

You might also like