You are on page 1of 11

PANCASILA SILA KELIMA: KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA CONTOH KASUS KETIDAKADILAN SOSIAL

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pancasila Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Kita ketahui bahwa keadilan adalah sebuah keadaan dimana seseorang atau semua orang mendapatkan hal apa saja yang menjadi haknya atau keadaan seseorang mendapatkan bagian yang sama seperti yang diterima orang lain.

Keadilan individual, berarti keadaan keadilan yang ditentukan oleh kehendak baik seseorang yang memberikan sesuatu pada yang lain seturut hak atau prestasi mereka.

Keadilan sosial berarti meletakkan keadilan dalam struktur dan system masyarakat. Jika keadilan individual tergantung dari kehendak baik seseorang dan respon baik orang yang menjadi sasaran tindakan orang tersebut, secara struktural kita tak bisa menyatakannya sesederhana itu. Ini disebabkan tindakan adil seseorang tidak hanya tergantung dari kemauannya saja tetapi ditentukan juga oleh unsur-unsur dalam keseluruhan struktur itu beserta dinamikanya.

Berkaitan dengan kemiskinan yang merupakan bentuk ketidakadilan sosial, kemiskinan tersebut bukan karena mereka bodoh, kurang terpelajar atau kurangnya sumberdaya alam, tetapi karena kemiskinan itu diciptakan dan bahkan dilestarikan oleh persoalan structural pada bidang-bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial budaya.

Dalam kesempatan ini kami ingin membahas keadilan-keadilan yang sesuai dengan Pancasila, sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tapi sayangnya, masih banyak ketidakadilan yang terjadi di Indonesia. Karena itu kami akan menyajikan kasus-kasus ketidak adilan yang terjadi di Indonesia.

Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Bandung, 27 Agustus 2010

Penulis

Masalah Keadilan Sosial di Indonesia

y Kemiskinan struktural.

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang bukan disebabkan oleh faktor alamiah seperti faktor alam, pendidikan, atau karakter manusia. Kemiskinan lebih disebabkan oleh produk langsung atau tidak lang sung dari sebuah struktur masyarakat di bidang politik, ekonomi, dan budaya. Misalnya: golongan elit kekuasaan sewenang-wenang mempekerjakan golongan bawah untuk mengeruk kekayaan alam bangsa demi keuntungan mereka saja; keunggulan kota dari desa menyebabkan orang desa lari ke kota meninggalkan pekerjaan utamanya demi mendapat pekerjaan yang lebih baik di kota; penanaman modal yang besar yang menghasilkan keuntungan besar tetapi tidak menambah lapangan kerja yang memadai sehingga tidak memecahkan masalah pengangguran; sistem pertanian modern yang lebih menguntungkan para petani kaya atau pemilik tanah ketimbang petani kecil.

y Masalah budaya.

Masalah keadilan sosial dari sudut budaya berkaitan dengan pola gaya hidup yang berkembang di Indonesia. Gaya hidup ini, berakar dari pola budaya agraris dan feodalistis yang menghasilkan pola hubungan social yang patron-klien dan bergantung pada otoritas di luar dirinya dalam meombuat keputusan, seperti raja, bangsawan dan alam. Pola perilaku tradisional ini, berhadapan dengan pola budaya modern yang mengutamakan kepentingan individu, kebebasan, dan supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi diatas nilai dan tradisi. Keadaan ini menimbulkan ketimpangan sosial, karena yang diuntungkan adalah golongan patron baik secara politis maupun ekonomis dan budaya naik melalui penanaman modal maupun akibat kolonialisme. Demokrasi yang dibawa oleh pola modernisasi gaya kapitalis tidak banyak berubah mentalitas rata-rata masyarakat karena kuatnya pola patron klien yang tidak demokratis dalam budaya feudal.

y Masalah daya beli masyarakat. y Jumlah penduduk yang besar memang peluang baik bagi pelemparan produk.

Namun pelemparan produk ke pasar ternyata tidak dibarengi dengan peningkatan daya beli masyarakat, sehingga harga-harga tidak pernah benarbenar terjangkau oleh masyarakat kebanyakan.

y Masalah penentuan orientasi pasar.

Daya beli masyarakat yang rendah membuat orientasi pasar hanya menjangkau golongan menengah ke atas yang jumlahnya hanya 10% penduduk. Kembali masyarakat kebanyakan, tak mampu menjangkau barang-barang ini, sehingga kesejahteraan mereka tidak meningkat. Ini merupakan bentuk lain dari kemiskinan structural yang berbentuk ketidakadilah social.

y Masalah pertanian.

Para petani kecil yang jumlahnya tidak sedikit di saat pihak ingin meningkatkan pendapatan supaya daya beli mereka naik, namun dilain pihak mereka tidak dapat memenuhi standar penanaman tanaman pangan yang ditetapkan pemerintah. Petani kaya cenderung beralih dari tanaman pangan ke tanaman yang lebih menguntungkan dan lebih menghasilkan modal. Kebijakan semacam ini, akan mengurangi tanaman pangan sehingga harganya menjadi naik.

Menuju Keadilan Sosial di Indonesia

Salah satu cara untuk menuju keadilan sosial di Indonesia adalah menanamkan solidaritas dan subsidiaritas. Solidaritas berarti membela dan mengusahakan kehidupan bagi orang-orang yang dipinggirkan dalam proses atau mekanisme hubungan antar bidang kehidupan. Nilai subsidiaritas berkaitan dengan prinsip ekonomi. Nilai ini mendorong orang untuk tidak mengambil alih urusan yang bisa dikerjakan oleh level di bawahnya.

KETIDAKADILAN HUKUM DI INDONESIA DAN CONTOH KASUSNYA

1. CONTOH KASUS 1: A. Aksi sidak Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum berhasil. Seorang terpidana kasus penyuapan petugas, Artalyta Suryani, kedapatan mendapatkan fasilitas mewah di dalam Rutan Pondok Bambu, tempatnya ditahan. Bukan hanya mendapatkan ruangan yang serba wah, Satgas juga menemukan yang bersangkutan sedang dirawat oleh seorang dokter spesialis. Ia memperoleh perawatan khusus dari dokter yang didatangkan dari luar Rutan. Luar biasa! Seorang terpidana yang menyeret nama Jaksa Urip dan petinggi Kejaksaan Agung, berada dalam penjara dengan fasilitas luar biasa, mulai dari pendingin ruangan, telepon, ruang kerja, bahkan ruang tamu. Ia juga kabarnya bisa ditemui dengan bebas oleh para asistennya. Itu adalah wajah hukum kita, wajah yang semakin suram baik di luar maupun di dalam. Itu pun baru satu temuan, betapa mafia hukum memang berada dimana-mana, dan ada dimana saja. Temuan itu justru ditemukan oleh Satgas yang dibentuk dari luar, bukan oleh mereka yang bekerja untuk melakukan pengawasan di instansi pemerintah, yang bekerja setiap tahun memastikan prosedur Rutan dijalankan dengan baik. Bagi kita, amat mudah menemukan alasan bagaimana seorang bernama Artalyta itu bisa menikmati fasilitas yang begitu mewah. Jawabnya adalah uang. Ia punya uang untuk melakukan apapun caranya dan untuk membeli apa

yang dia mau. Karena uang itu pula maka para pejabat yang harusnya berwenang menegakkan peraturan menjadi tidak lagi bisa berkuasa. Mereka tunduk di bawah kekuasaan uang. Amat aneh kalau para petinggi Rutan tidak tahu menahu bahwa sebuah ruangan telah disulap oleh seorang terpidana. Mereka pasti merestuinya dan mengetahuinya.

Rumor mengenai uang ini bukan hanya berhembus pada kasus Arthalyta saja. Beberapa kasus lain, terutama yang menimpa mereka yang beruang dan berada dalam kasus yang melibatkan uang besar, juga ditengarai terjadi hal-hal serupa. Mereka tetap bisa bebas dalam penjara.

B. Pembahasan : Dengan menggunakan contoh itu pulalah maka kita mengerti mengapa keadilan dan kebenaran tidak pernah hadir di negeri kita. Wajah hukum kita sepertinya telah mudah dibeli oleh uang. Para pengusaha dan pelaku korupsi yang tidak juga ditangkap dan diperiksa, diyakini telah menggelontorkan sejumlah uang yang besarannya bisa mencapai miliaran rupiah supaya mereka tetap menghirup kebebasan. Setelah diperiksa, mereka juga bisa melakukan tindakan menyuap supaya mereka kalau bisa divonis bebas. Bahkan kalaupun sudah diyakini bersalah dan berada dalam tahanan, maka dengan uang pula mereka bisa tetap bebas merdeka dalam ruang tahanan, seperti Artalyta. Temuan terhadap Artalyta sebenarnya sudah cukup memperlihatkan bahwa mafia hukum ini terjadi karena dua pihak melakukan persekutuan jahat. Para pelaku kejahatan yang terbukti melakukan tindakan kejahatan, bersama-sama dengan para penegak hukum, melakukan tindakan tidak terpuji.

C. Solusi: Karena itu Satgas seharusnya segera melakukan langkah -langkah penting. Salah satu yang perlu dilakukan adalah memberikan efek jera kepada para pejabat yang ketahuan memberikan fasilitas lebih dan mudah kepada mereka yang terlibat dalam kejahatan. Para pimpinan Rutan dimana

Artalyta misalnya harus ditahan bersama-sama dengan mereka yang sebelumnya ditahan. Para pejabat itu harus jera. Selain itu, kepada para pelaku kejahatan yang terbukti mencoba atau melakukan transaksi atas nama uang, harus diberikan hukuman tambahan. Memberikan efek jera demikian akan membuat mereka tidak ingin berpikir melakukan hal demikian lagi. Arthalyta, harus diberikan hukuman tambahan atas suap yang dilakukannya pada pejabat Rutan, ketika dia masih di dalam penjara. Hal-hal seperti ini harusnya membuat kita menyadari betapa jahatnya kejahatan di negeri ini. Kejahatan itu bisa membeli dan merampas keadilan dan kebenaran hukum. Wajar saja kemudian orang kecil hanya bisa menangis ketika berada dalam persoalan hukum karena mereka hanya bisa menjadi korban ketidakadilan.

2. CONTOH KASUS 2: HUKUM HANYA BERLAKU BAGI PENCURI KAKAO, PENCURI PISANG, & PENCURI SEMANGKA Koruptor Dilarang Masuk Penjara Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia. Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan hukum.

A. Kasus: Kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah salah satu contoh ketidakadilan hukum di Indonesia. Kasus ini berawal dari pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Saya setuju apapun yang namanya tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Masak nenek-nenek kayak begitu yang buta huruf dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang hukum.

Menitikkan air mata ketika saya menyaksikan Nenek Minah duduk di depan pengadilan dengan wajah tuanya yang sudah keriput dan tatapan kosongnya. Untuk datang ke sidang kasusnya ini Nenek Minah harus meminjam uang Rp.30.000,- untuk biaya transportasi dari rumah ke pengadilan yang memang jaraknya cukup jauh. Seorang Nenek Minah saja bisa menghadiri persidangannya walaupun harus meminjam uang untuk biaya transportasi. Seorang pejabat yang terkena kasus hukum mungkin banyak yang mangkir dari panggilan pengadilan dengan alasan sakit yang kadang dibuat-buat. Tidak malukah dia dengan Nenek Minah?. Pantaskah Nenek Minah dihukum hanya karena mencuri 3 buah kakao yang harganya mungkin tidak lebih dari Rp.10.000,-?. Dimana prinsip kemanusiaan itu? Adilkah ini bagi Nenek Minah?

B. Pembahasan: Bagaimana dengan koruptor kelas kakap?. Inilah sebenarnya yang menjadi ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia. Begitu sulitnya menjerat mereka dengan tuntutan hukum. Apakah karena mereka punya kekuasaan, punya kekuatan, dan punya banyak uang ?, sehingga bisa mengalahkan hukum dan hukum tidak berlaku bagi mereka para koruptor. Saya sangat prihatin dengan keadaan ini.

Sangat mudah menjerat hukum terhadap Nenek Minah, gampang sekali

menghukum seorang yang hanya mencuri satu buah semangka, begitu mudahnya menjebloskan ke penjara suami-istri yang kedapatan mencuri pisang karena keadaan kemiskinan. Namun demikian sangat sulit dan sangat berbelit-belit begitu akan menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah hukum di negeri ini. Ini sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum dan keadilan di Indonesia. Apa bedanya seorang koruptor dengan mereka-mereka itu?

C. Solusi: Seharusnya para penegak hukum mempunyai prinsip kemanusiaan dan bukan hanya menjalankan hukum secara positifistik.

Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan. Mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang biasa seperti Nenek Minah dan teman temannya itu, yang hanya melakukan tindakan pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan bebasnya. Oleh karena itu perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara komprehensif mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling bawah dengan melakukan pembaruan dalam sikap, cara berpikir, dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kita ke arah kondisi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek kemanusiaan.

Daftar Pustaka Diktat Pancasila http://obaycendana.blogspot.com/2010/04/ketidakadilan-hukum-di-indonesiadan.html

You might also like