You are on page 1of 50

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian Perusahaan selalu dihadapkan dalam permasalahan-

permasalahan, baik persaingan pasar, minat konsumen, kelangkaan bahan baku dan sebagainya. Dalam menghadapi permasalahanpermasalahan tersebut perusahaan perlu menetapkan tujuan, antara lain yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan, sebagai strategi untuk bersaing dan tetap eksis dalam menjalankan kegiatan usahanya. Tujuan perusahaan akan menentukan strategi-strategi perusahaan. Berhasil atau tidaknya perusahaan ditentukan oleh faktor yang bermacam-macam. Sebagai contoh menurut James O.Gill Chatton (2004:2) : kegagalan dan keberhasilan perusahaan tidak selalu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan produk atau gagal mengamati pasar dalam jangka panjang, melainkan karena kurang memahami kondisi keuangan. Oleh karena itu perusahaan selain harus mengetahui kondisi pasarnya, perusahaan juga harus mengetahui kondisi keuanganya juga. Salah satu peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan adalah KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) NOMOR : KEP-

100/MBU/2002 , Tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN. 1

Penilaian tersebut meliputi tiga aspek yang menjadi dasar penilaian diantaranya : 1. 50% untuk perusahaan infra struktur 70% aspek keuangan dengan bobot masing-masing 50 dan 70 2. 35% untuk perusahaan infra struktur 15% aspek administrasi dengan bobot masing-masing 35 dan 15 3. 15% untuk perusahaan infra struktur 15% aspek operasional dengan bobot masing-masing 15 dan 15 Total skor yang akan dihasilkan dari penilaian tingkat kesehatan perusahaan adalah 100, dari ketiga aspek tersebut aspek keuangan memiliki porsi yang dominan yaitu 50% untuk perusahaan infra struktur, dan 70% untuk perusahaan non infra struktur, dari total skor maksimal 100. Dengan kata lain, untuk mendapatkan hasil penilaian kesehatan perusahaan yang baik perusahaan harus memperbaiki aspek keuangan yang dinilai dalam penilaian tingkat kesehatan perusahaan. Sehingga aspek keuangan perlu

diperhatikan agar perusahaan berada pada posisi tingkat kesehatan yang layak untuk bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Perseroan Terbatas (PT). Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) persero. adalah BUMN yang menjalankan peraturan

pemerintah

diantaranya

KEPMEN

No:

KEP-100/MBU/2002.

Sehingga PT. INTI (Persero) menggunakan analisis rasio keuangan seseuai dengan keputusan tersebut untuk menilai tingkat kesehatan

perusahaan dari aspek keuangannya. Berdasarkan laporan penilaian kinerja PT. INTI (Persero) perkembangan tingkat kesehatan dari aspek keuangan PT. INTI (Persero) selalu berubah dari tahun ke tahun. Begitu juga dengan perubahan laba yang dihasilkan. Di bawah ini terdapat penerimaan laba dan rugi bersih dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Tabel 1.1 Tabel penerimaan laba rugi bersih dari tahun 2000 - 2009
Penerimaan laba rugi bersih Perubahan keterangan (dalam jutaan rupiah) 2000 28.585 Tahun acuan 2001 46.376 17.791 Laba, naik 2002 (43.427) (89.803) Rugi, turun 2003 41.346 84.773 Laba, naik 2004 36.407 (4.939) Laba, turun 2005 18.071 (18.336) Laba, turun 2006 8.625 (9.446) Laba, turun 2007 1.384 (7.241) Laba, turun 2008 (15.319) (16.703) Rugi, turun 2009 2.789 18.108 Laba, naik Sumber : diperoleh dari divisi Satuan Pengawas Intern (SPI) PT. INTI (Persero) yang diolah kembali oleh peneliti Tahun

Dari tabel di atas perubahan laba terlihat mulai tahun 2001 memperoleh laba sebesar 46,376 milyar dengan kenaikan sebesar 17,791 milyar dari tahun sebelumnya. Tahun 2002 memperoleh kerugian sebesar 43,427 milyar dengan penurunan sebesar 89,803 milyar. Tahun 2003 memperoleh laba sebesar 41,346 milyar dengan kenaikan sebesar 84,773 milyar dari tahun sebelumnya. Tahun 2004 memperoleh keuntungan sebesar 36,407 milyar tapi terjadi

penurunan sebesar 4,939 milyar dari tahun sebelumnya. Tahun 2005 memperoleh keuntungan sebesar 18,071 milyar tapi terjadi

penurunan sebesar 18,336 milyar dari tahun sebelumnya. Tahun 3

2006 memperoleh keuntungan sebesar 8,625 milyar tapi terjadi penurunan sebesar 9,446 milyar dari tahun sebelumnya. Tahun 2007 memperoleh keuntungan sebesar 1,384 milyar tapi terjadi penurunan sebesar 7,241 milyar dari tahun sebelumnya. Tahun 2008

memperoleh kerugian sebesar 15,319 milyar dengan penurunan sebesar 16,703 milyar. Tahun 2009 memperoleh laba sebesar 2,789 milyar dengan kenaikan sebesar 18,108 milyar dari tahun

sebelumnya. Dengan menggunakan analisis rasio keuangan berdasarkan Keputusan Mentri tersebut, seharusnya PT. INTI (Persero) akan bisa memperbaiki tingkat kesehatan perusahaan terutama dari aspek keuangan perusahaan dan meningkatkan laba, sehingga fenomena di atas tidak terjadi. Sehingga akan lebih mudah dalam

pengembangan usaha dan lebih menarik investor untuk berinvestasi di PT. INTI (Persero). Penelitian-penelitian terdahulu tentang analisis rasio

keuangan Penelitian Zainudin dan Jogiyanto Hartono (1999) adalah manfaat rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan rasio keuangan pada construct rasio keuangan capital, assets, earnings, dan liquidity signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba

perusahaan perbankan untuk periode satu tahun ke depan, tetapi tidak untuk dua tahun ke depan. Agus Endro Suwarno (2004)

menguji

tentang penemuan empiris rasio keuangan khususnya

dalam memprediksi perubahan laba dari tahun 2000 sampai tahun 2002 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil dari penelitian ini adalah rasio long term liabilities to shareholder equity, operating profit to profit before taxes, dan net income to sales dapat digunakan dalam memprediksi perubahan laba tahun 2000. Takarini dan Ekawati (2003) melakukan penelitian terhadap 42 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan hasil penelitian Return on Equity, Current Liabilities to Equity, Work Capital to Assets, dan Net Profit Margin) mampu memprediksi perubahan laba satu tahun ke depan. Penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya

perbedaannya analisis rasio keuangan sesuai dengan Keputusan mentri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002 tentang penilaian tingkat kesehatan Perusahaan BUMN dalam memprediksi perubahan laba. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI

PERKEMBANGAN LABA

1.2

Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan Latar Belakang tersebut, tedapat masalahmasalah yang dapat diidentifikasi. 1. Bagaimana Analisis rasio keuangan di PT. INTI (Persero).

2. 3.

Bagaimana perkembangan laba di PT. INTI (Persero). Bagaimana analisis rasio keuangan memprediksi

perkembangan laba di PT. INTI (Persero).

1.3

Maksud dan tujuan Penelitian Penelitian ini diadakan dengan maksud untuk mengetahui apakah analisis rasio berdasarkan Keputusan Mentri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 dapat memprediksi perkembangan laba di PT. INTI (Persero) . Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui: 1. Analisis rasio keuangan di PT. INTI (Persero) berdasarkan Keputusan Mentri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002. 2. 3. Perkembangan laba di PT. INTI (Persero). Kemampuan analisis rasio keuangan tersebut dalam

memprediksi perkembangan laba di PT. INTI (Persero).

1.3

Kegunaan Penelitian 1.3.1 Aspek Teoritis Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengetahui analisis rasio keuangan dalam memprediksi perkembangan laba. 1.3.2 Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak antara lain :

1.

Penulis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan baik secara teoritis, maupun secara praktis mengenai kemampuan analisis rasio dalam memprediksi perkembangan laba di PT. INTI (Persero). 2. Pihak Perusahaan Bagi pihak manajemen hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau yang digunakan suatu sebagai kebijakan alternatif yang dalam di

menentukan perusahaan. 3.

membuat

tepat

Bagi investor dan kreditor penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi dan memberikan kredit pada suatu perusahaan.

1.4

Kerangka Pemikiran dan Hipotesa 1.4.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan menggambarkan membutuhkan tingkat kesehatan informasi yang dapat Sehingga

perusahaan.

manajemen perusahaan dapat melakukan evaluasi berdasarkan kondisi perusahaan dari aspek-aspek perusahaan termasuk dari aspek keuangan. Agar manajemen dapat mengevaluasi tingkat kesehatan perusahaan manajeman perlu mengetahui standar dasar

penilaian dari tingkat kesehatan perusahaan itu sendiri. Keputusan mentri BUMN tentang penilaian tingkat kesehatan perusahaan BUMN nomor : KEP-100/MBU/2002 mencakup tiga aspek penilaian tingkat kesehatan perusahaan BUMN yaitu aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi. Penilaian tersebut mengelompokan perusahaan-perusahaan BUMN dalam kategori sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, yang didasarkan dalam skor akhir dari penilaian ketiga aspek penilaian tersebut. PT. INTI (Persero) sebagai BUMN yang dikelompokan dalam Keputusan mentri BUMN nomor : KEP-100/MBU/2002 sebagai perusahaan BUMN non infra struktur yang telah menerapkan keputusan tersebut PT. INTI (Persero) bisa membatasi rasio-rasio yang harus digunakan untuk menilai tingkat kesehatan perusahaan setiap tahunnya. Dengan penggunaan analisis rasio keuangan tersebut PT. INTI (Persero) mampu melakukan evaluasi kinerja perusahaan atas dasar tingkat kesehatan perusahaan sehingga manajemen dapat melakukan kebijakan-kebijakan yang strategis agar perusahaan dapat selalu mencapat target laba yang ditetapkan. Penilaian tingkat kesehatan perusahaan sangat penting dilakukan. Karena tingkat kesehatan perusahaan akan menentukan apakah perusahaan masih dapat menghasilkan keuntungan atau tidak. Sehingga penilaian tingkat kesehatan bermanfaat bagi pihakpihak antara lain pihak investor, kreditor, dan terutama bagi pihak

perusahaan. Analisis rasio keuangan akan menggambarkan kinerja

keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang sering digunakan sebagai alat ukur untuk menilai keberhasilan perusahaan. Prediksi atau peramalan akan mempermudah manajemen dalam mengambil keputusan untuk melakukan evaluasi kinerja perusahaan. Analisis rasio keuangan adalah salah satu teknik analisis laporan keuangan yang menggunakan rasio atau perbandingan dari aspek keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan

mempermudah mengetahui kinerja perusahaan secara cepat dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Freddy Rangkuti (1997, 69) analisis laporan keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Tujuannya untuk mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini. Dan untuk memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang. Seperti yang telah dibuktikan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Rasio-rasio dalam analisis laporan keuangan memiliki hubungan-hubungan yang signifikan terhadap perkembangan laba. Berdeda jenis perusahaan berdeda pula rasio keuangan yang berhubungan terhadap perkembangan laba perusahaan.

Secara ringkas kerangka pemikiran dalam penelitian ini terdapat dalam gambar di bawah ini.

Analisis Rasio Keuangan (Variabel X)


1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) 2. Imbalan investasi (ROI) 3. Rasio Kas 4. Rasio Lancar 5. Colection Periods 6. Perputaran Persediaan 7. Perputaran total asset 8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva

Laba (Variabel Y)
Total Pendapatan Total Beban

Gambar 1.1 kerangka pemikiran

1.4.2 Hipotesa Penelitian Berdasarkan berdasarkan kerangka atau alur yang telah dijelaskan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : ho : Analisis rasio berdasarkan Keputusan mentri BUMN nomor : KEP-100/MBU/2002 keuangan tidak berpengaruh dalam memprediksi perubahan laba di PT. INTI (Persero). ha : Analisis rasio berdasarkan Keputusan mentri BUMN nomor : KEP-100/MBU/2002 keuangan berpengaruh dalam memprediksi perubahan laba di PT. INTI (Persero).

10

1.5

Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di PT. INTI (Persero). Menggambarkan analsis rasio keuangannya sebagai variabel (x) dan perkembangan laba sebagai variabel (y). Populasi adalah laporan keuangan PT. INTI (Persero) dan sampelnya diambil dari laporan keuangan PT. INTI (Persero) yang merupakan data sekunder dari tahun 2000 sampai dengan 2009 untuk diolah menggunakan Microsoft Office Exel 2007 untuk mencari nilai rasio berdasarkan Keputusan mentri BUMN nomor : KEP100/MBU/2002 untuk memprediksi perubahan laba. Kemudian dicari hubungan antara variabel X dan variabel Y dengan Program SPSS 16 For Windows .Secara rinci metode penelitian akan dibahas pada Bab III.

1.6

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kantor PT. INTI (Persero) yang berada di Jalan Moh. Toha 77 Bandung, yang dilakukan dari tanggal 10 Mei 20011 sampai dengan 10 Juli 2011.

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Analisis Laporan Keuangan Berikut ini adalah beberapa pengetian dari istilah-istilah tentang analisa laporan keuangan. Analisis adalah penguraian salah satu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2003 : 43) Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:03:07) Mendefinisikan

laporan keuangan sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuanga yang lengkap biasanya meliputi neraca, lapora rugi/laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai macam cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Kasmir (2009,7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam satu periode tertentu. Dari pengertian tersebut, maka analisis laporan keuangan analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai cara untuk menelaahan atau memehami maksud dari posisi atau kondisi keuangan perusahaan keuangan, dari laporan keuangan yang 12

dihasilkan perusahaan. Analisis laporan keuangan perusahaan juga digunakan untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini. Dan memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang. Freddy Rangkuti (1997,69)

2.1.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Agar kegiatan analsis laporan keuangan bermanfaat maka analsisi laporan keuanga harusnya memiliki tujuan-tujuan yang jelas. Ada beberapa tujuan dalam menganalisa laporan keuangan perusahaan. Menurut Pahala Nainggolan (2004, 109-110) adalah usaha untuk mengetahui: 1. Kondisi likuiditas jangka pendek. Pengguna informasi yang ingin mengetahui keberlanjutan dari suatu perusahaan dalam waktu dekat. 2. Arus dana. Analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan arus kas keluar dari perusahaan saat ini dan di masa depan.

13

3. Struktur permodalan dan solvabilitas. Lewat analisis pengguna informasi ingin mengetahui kemampuan perusahaan

menghasilkan pendapatan. 4. Return dari investasi. Sebagai pemilik saham di perusahaan tersebut tentu nilai saham yang ada merupakan investasi yang harus menghasilkan keuntungan atau memperbesar nilai dari periode ke periode. 5. Utilisasi atau penggunaan aset untuk memperoleh pendapatan dibutuhkan aset. diputuskan untuk menambah aset. 6. Kinerja operasi perusahaan. Dengan analisis, hendak diketahui kemampuan menutupi perusahaan pengeluaran menghasilkan sedemikian rupa pendapatan hingga dan dapat

menghasilkan laba operasi yang maskimal.

2.1.2 Teknis analisis laporan keuangan Analisis dimulai dari data finansial yang disajikan pada laporan keuangan untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan. Analisis dapat dilakukan atas beberapa tahun untuk kemudian didapat pola perubahan yang disebut sebagai tren. Bisa juga dilakukan terhadap komponen yang ada dalam laporan keuangan dalam satu periode. Untuk mendapatkan perbandingan kinerja perusahaan, maka akan lebih lengkap bila analisis juga dilakukan dengan jalan

membandingkan data yang ada dengan industri sejenis. Bila ketiga

14

perbandingan ini dapat dilakukan maka analisis atas suatu perusahaan relatif lengkap dan dapat diandalkan. Namun dalam rakteknya belum tentu semua data perbandingan tersedia apalagi data industri sejenis. Beberapa teknis analisis yang paling populer menurut Pahala Nainggolan (2004, 113-117) 1. Analisis perubahan tahun ke tahun Semua komponen laporan keuangan akan dibandingkan secara horisontal mencakup periode lebih dari dua tahun untuk kemudian diperoleh suatu pola atau tren dari perubahan pada komponen yang penting. 2. Analisis perubahan dengan indeks menetapkan suatu tahun menjadi tahun dasar (biasanya tahun terdahulu dari serangkaian tahun yang akan dianalisis). Besarnya perubahan akan terlihat dibandingkan dengan tahun dasar (base year). 3. Analisis common-size Analisis perbandingan kelompok-kelompok perkiraan dalam satu laporan keuangan. 4. Analisis rasio Perbandingan komponen dari laporan keuangan.

15

2.2

Analisis rasio keuangan Rasio atau perbandingan menurut Munawir (2000:64) Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar Analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik atau cara yang dilakukan untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam laporan keuangan seperti menurut Munawir (2002,37) Analisis rasio adalah suatu metode untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Komponen pembanding dalam laporan keuangan bisa jadi memiliki hubungan yang sangat erat hingga rasio yang dihasilkan sangat bermakna. Misalnya rasio antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek. Rasio juga bisa tidak bermakna karena komponen yang dibandingkan tidak bermakna apa-apa. Misalnya rasio antara biaya transportasi dengan investasi dalam bentuk deposito. Dengan demikian, kemampuan menarik hubungan antara komponen apa yang seharusnya dibandingkan dan apa arti pembandingan tersebut. Penganlisa laporankeuangan biasanya memiliki cara dalam melakukan anallisa atas laporan keuangan. Seperti menurut Riyanto (2001,329)

16

Penganalisa laporan keuangan dalam membandingkan rasio keuangan dapat dilakukan dengan dua cara. 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (ratio

perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard) untuk waktu yang sama

2.3

Kelebihan analisis rasio keuangan dan kekurangan analisis rasio keuangan Menurut Harahap (2002, dalam Sihombing, 2008) Kelebihan dari analisis rasio keuangan dari pada analisis laporan keuangan lainnya adalah sebagai berikut: 1. Rasio keuangan merupakan angka-angka statistik yang mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dari laporan keuangan yang rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk mengambil bahan-bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model

17

prediksi. 5. Menstandari ukuran perusahaan. 6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan

perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Teknik analisis rasio keuangan juga memiliki sebagai berikut: 1. Kesulitan dalam memilih rasio keuangan yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini, seperti: a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu kelemahan

banyak mengandung taksiran yang dapat dinilai bias atau subjektif. b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan

rasio adalah nilai perolehan, bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak

pada angka rasio. d. Pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi

bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan

18

menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron. 5. Jika dua perusahaan yang dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi tidak sama sehingga jika dilakukan

perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Selain itu juga terdapat keterbatasan analisis rasio keuangan menurut Sawir (2005, dalam Sihombing, 2008) sebagai berikut: 1. Kesulitan perusahaan dalam yang mengidentifikasi dianalisis kategori industri dari

apabila

perusahaan

tersebut

bergerak di beberapa bidang usaha. 2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 3. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda. Misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode persediaan. 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

2.4

Rasio Keuangan PT. INTI (Persero) PT. INTI (Persero) dalam Keputusan Menteri BUMN No: KEP100/MBU/2002 lampiran II : 1/18 termasuk ke dalam kelompok BUMN Non Infra Struktur. Kelompok BUMN Non Infra Struktur

19

memiliki total bobot 70 dari 100 total skor (TS) dari aspek keuangan yang berasal dari perhitungan rasio keuangan yang digunakan dalam penilaian tingkat kesehatan perusahaan, sedangkan total bobot untuk aspek Operasional dan Administrasi yang juga digunakan

dalam penilaian tersebut masing-masing hanya 15 dengan rasiorasio dan indikator seperti dalam table daftar Indikator dan bobot aspek keuangan seperti dalam tabel berikut Tabel 2.1 aspek yang dinilai dalam penilaian tingkat kesehatan Aspek yang dinilai Aspek keuangan Aspek Operasional Aspek Administrasi Total Bobot / Total skor (TS) Infra Non Infra Struktur Struktur 50 70 35 15 15 15 100 100

Sumber: Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 yang diolah kembali oleh peneliti

Berikut ini adalah kriteria dari hasil penilaian tingkat kesehatan tingkat kesehatan yang terdapat dalam BAB II pasal 3 Keputuan Mentri BUMN No : KEP-100/MBU/2002 menjadi : a. SEHAT, yang terdiri dari : AAA apabila total skor (TS) lebih besar dari 95 AA A b. apabila 80<TS<=95 apabila 65<TS<=80 nomor 1

dikelompokan

KURANG SEHAT, yang terdiri dari :

20

BBB apabila 50<TS<=65 BB B c. apabila 40<TS<=50 apabila 30<TS<=40

TIDAK SEHAT, yang terdiri dari : CCC apabila 20<TS<=30 CC C apabila 10<TS<=20 apabila TS<=10

Adapun

bobot

maksimal

yang

dihasilkan

dari

tingkat

kesehatan dari aspek keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan seperti terlihat dalam tabel berikut ini Tabel 2.2 Daftar indikator dan Bobot dari penilaian aspek keuangan
Indikator 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) Imbalan investasi (ROI) Rasio Kas Rasio Lancar Colection Periods Perputaran Persediaan Perputaran total asset Rasio modal sendiri terhadap total aktiva Total Bobot Infra 15 10 3 4 4 4 4 6 50 Bobot Non Infra 20 15 5 5 5 5 5 10 70

Sumber : Keputusan Mentri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 salian tata cara penilaian tingkat kesehatan BUMN Non jasa keuangan

Peran rasio keuangan dalam penilaian tingkat kesehatan dari aspek keuangan adalah sebagai indikator dalam menilai tingkat kesehatan dari aspek keuangan perusahaan. Adapun rasio-rasio keuangan yang dimaksud adalah rasio keuangan dalam Tabel 2.2 Daftar indikator dan Bobot dari penilaian aspek keuangan

21

2.4.1 Imbalan kepada pemegang saham / Return On Equity (ROE) Laba setelah pajak Modal sendiri X 100%

ROE sering disebut sebagai rasio imbalan kepada pemegang saham atau return on net worth. Rasio ini dikelompokan ke dalam Rasio Profitabilitas atau Rentabiitas. ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemengan saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, semakin besar hutang maka semakin besar rasio ini. Agus Sartomo (2001, 124) 2.4.2 Imbalan investasi / Return on Investment (ROI) Laba Setelah Pajak Modal sendiri X 100%

Return on Investment atau Return on Asset menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Agus Sartomo (2001, 123) Rasio ini dikelompokan kedalam Rasio Profitabilitas atau Rentabiitas. 2.4.3 Rasio Kas / Cash Ratio Kas (setara kas) Hutang Lancar X 100%

Rasio kas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar 22

kewajiban lancar (kewajibannya yang harus dibawar dalam waktu kurang dari satu tahun) dengan menggunakan kas atau setara kas perusahaan (surat berharga, wesel dan sebagainya). Rasio ini dikelompokan kedalam rasio likuiditas.

2.4.4 Rasio Lancar / Current Ratio Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio lancar atau X 100% Current Ratio adalah kemampuan

perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya dengan dengan menggunkan aktiva lancar perusahaan. Rasio ini biasa dikelompokan kedalam rasio likuiditas. Semakin tinggi Current Ratio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga. Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar kurang liquid dibanding dengan aktiva lain. Agus Sartomo (2001, 116-117) 2.4.5 Periode Pengumpulan Piutang / Colection Periods Total Piutang Usaha Total Pendapatn Usaha X 365

Periode pengumpulan piutang, yaitu rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Biasanya ditentukan dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan harian Agus Sartomo (2001, 119)

23

2.4.6 Inventory Turnover Total Persediaan Total Pendapatan X 365

2.4.7 Perputaran total asset / Total Asset Turnover Total Pendapatan Capital Employed X 100

2.4.8 Rasio modal sendiri terhadap total aktiva Total Modal Sendiri Total Aktiva X 100

Berikut definisi-definisi tentang rasio-rasio keuangan di atas yang terdapat dalam Keputusan Mentri BUMN nomor: KEP100/MBU/2002 Tanggal : 04 Juni 2002 1. Laba setelah Pajak adalah Laba setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari : Aktiva tetap dan Aktiva Non Produktif. 2. Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku d ikurangi dengan komponen Modal sendiri yang digunakan untuk

membiayai Aktiva Tetap dalam Pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam Modal sendiri tersebut di atas termasuk komponen kewajiban yang belum ditetapkan statusnya.

24

3. Aktiva Tetap dalam pelaksan aan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva Tetap pembangunan. 4. EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari : Aktiva Tetap, Aktiva la in-lain, Aktiva Non Produktif, Saham penyertaan langsung. 5. Current Asset adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku 6. Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun buku. Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku. 7. Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku. 8. Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang. 9. Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang bersangkutan. 25 y ang sedang dalam tahap

10.

Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan

Non Usaha tidak termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap 11. Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku

total Aktiva dik urangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan 12. Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal

Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. 13. Total Asset adalah Total asset dikurangi dengan dana-

dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan

2.4

Prediksi laba menggunakan analisis rasio laporan keuangan

2.4.1 Pengertian laba, pendapatan dan biaya a. Laba Laba adalah selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut. Soemarso (1987,161) Definisi laba menurut Zaki Baridwan (2003 31) adalah sebagai berikut: Laba (Gain) adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang

26

mempengaruhi badan usaha selam suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (Revenue) atau investasi oleh pemilik." Sedangkan Abdullah.S (2001:46) mengemukakan bahwa

pengertian laba adalah: Pendapatan yang diterima oleh pemilik perusahaan. Pendapatan ini bukan sebagai harga perusahaan tetapi sebagai akibat dari pembentukannya diberbagai pasar. Pendapatan ini merupakan selisih antara hasil penjualan dengan biaya-biaya seperti biaya upah buruh, biaya bunga modal dan biaya bahan-bahan yang dipaki ditambah dengan penghapusan atas alat-alat modal. b. Pendapatan Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau

penurunan kewajiban yang timbul dari penyerahan barang/jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode. Soemarso (1987, 162) c. Biaya (beban) Kalau pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan modal bruto, maka biaya adalah penurunan modal bruto sehubungan dengan kegiatan usaha perusahaan. Penurunan modal bruto dapat terjadi melalui penurunan aktiva dan kenaikan kewajiban. Soemarso (1987, 164) 2.4.2 Analisis rasio keuangan terhdadap prediksi perubahan/

perkembangan laba a. memprediksi menggunakan analisis rasio keuangan Sebagaimana analisis yang lain, rasio hanya memberikan suatu sinyal yang harus ditindaklanjuti dengan analisis yang lebih mendalam. Dengan demikian, kegunaan analisis ini tergantung pada

27

bagaimana kemampuan menginterpretasikan rasio yang dihasilkan. Hal ini merupakan faktor yang amat dominan dalam analisis laporan keuangan. Rasio berorientasi ke masa depan sehigga meskipun rasio dihasilkan dari nilai historis, yaitu data keuangan pada periode yang sudah berlalu, namun penganalisisan harus ditempatkan dalam kerangka berfikir masa depan. Dengan demikian, informasi tambahan yang diperoleh haruslah membantu pendugaan atau prediksi mengenai potensi masa depan dari komponen laporan keuangan. Pahala Nainggolan (2004 :117-118) Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dengan cepat. Dengan rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu ke waktu serta mengidentifikasi perkembangannya (Muslich, 2000: 61).

b.

Penelitian

tentang

analisis

raio

dalam

memprediksi

perkembangan laba Roma Uly Juliana & Sulardi (2003) menguji manfaat rasio keuangan dalam manufaktur memprediksi perubahan laba perusahaan

dengan

periode penelitian

tahun 1998-2000. Rasio

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 10 rasio yaitu current ratio, gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, debt to equity, inventory turn over, total asset turnover, return on investment, return on equity dan leverage ratio, selain kesepuluh rasio tersebut penelitian ini juga menggunakan ukuran

28

perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kesepuluh rasio keuangan yang digunakan hanya rasio Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Profit Margin (OPM) yang signifikan dalam memprediksi perubahan laba yang akan datang. Roma Uly Juliana & Sulardi juga menemukan bukti empiris bahwa rasio keuangan dan ukuran perusahaan mampu memprediksi dan

berpengaruh terhadap perubahan laba perusahaan manufaktur. Agus Endro Suwarno (2004) menguji manfaat informasi

rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan manufaktur dengan periode penelitian tahun 1999-2002 yang menggunakan stepwise regression dalam memilih rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 rasio yang diseleksi terdapat 3 rasio tahun 1999 yang dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2000 yaitu long term

liabilities to shareholder equity 4 (LTLSE), operating profit to profit before taxes (OPPBT) dan net income to sales (NIS), dan terdapat 3 rasio tahun 2000 yang dapat digunakan untuk memprediksi laba tahun 2001 yaitu inventory to working capital

perubahan

(IWC), net income to sales (NIS) dan net income to net worth (NINW) sedangkan rasio tahun 2001 tidak dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2002.

29

BAB III METODE PENELITIAN DAN OBJEK PENELITIAN

3.1

Gambaran Umum Perusahaan

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Industry telekomunikasi pada abad ini memegang peranan penting. PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau disingkat PT. INTI, yang bergerak dalam bidang Industri

Telekomunikasi adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak diwilayah lindungan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi DITJEN POSTEL. Pada saat ini PT. INTI (Persero) mempunyai kantor pusat yang terletak di jalan Moh. Toha 77 Bandung, dengan pabriknya di jalan Moh. Toha 77 Bandung dan jalan raya Dayeuh Kolot 225 (Palasari) Bandung. Dalam perkembangannya PT. INTI (Persero) ini memiliki kator cabang yang terletak di jalan Cempaka Putih Jakarta dan di jalan Prapanca 15 Surabaya. Mengenai tahap-tahap perkembangan perusahaan ini adalah sebagai berikut: a. Periode 1945 Pada tahun 1926 didirikan laboratorium P.T.T di tegallega (sekarang jalan Moh. Toha 77 Bandung)kemudian di lanjutkan dengan didirikannya laboratorium radio dan pusat perlengkapan Radio atau lebih dikenal dengan nama Bengkel pusat radio pada tahun 1929.

30

b.

Periode 1945-1960

Setelah perang dunia II berakhir, laboratorium Radio ditingkatkan kedudukannya menjadi laboratorium Telekomunikasi yang mencakup bidang-bidang Komunikasi melalui Telepon, Telegraph dan Radio. Sedangkan bengkel pusat Radio diubah menjadi brngkel pusat Telekomunikasi. c. Periode 1960-1969

Dengan berdasar pada peraturan pemerintah No.40 tahun 1961, Laboratorium Pos, Telepon dan Telegraph diubah status hukumnya menjadi perusahaan N egara Pos dan Telekomunikasi atau PN. Pada tanggal 25 Mei 1966, Telekomunikasi pelaksannaanya bekerja sama dengan SIEMENS A.G. penelitian yang dan

dibebankan

kepada

lembaga

pengembangan Pos dan Telekomunikasi (L.P.P.POSTEL) . Pada tanggal 17 Febuari 1968 dalam organidasi L.P.P. POSTEL dibentuk bagian pabrik Telepon. Karena adanya unsur industri L.P.P. POSTEL berubah menjadi lembaga penelitian, pengembanagan, dan Industri Pos dan Telekomunikasi (L.P.P.I POSTEL) pada tanggal 22 juni 1969 Industri Telekomunikasi yang berpangkal pada bagian pabrik Telepon diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yang diwakili oleh Menteri EKUIN Bapak Sri Sultan Hamengku Buwono IX. d. Periode 1969-1973

31

Pada tanggal 1-3 Oktober 1970 diadakan rapat kerja Pos dan Telekomunikasi di jakarta, yang hasilnya antara lain L.P.PI POSTEL diberika waktu kurang lebih empat tahun untuk mempersiapkan diri agar dapat berdiri sendiri di bidang keuangan, kepegawaian dan peralatan . Pada tahun 1971 diadakan pengembangan usaha antara lain :

1)

Lembaga

penelitian

dan

pengembangan

Pos

dan

Telekomunikasi yang mempunyai Tugas pokok dalam pengujian, penelitian dan pengembangan sarana pos dan telekomunikasi, baik dalam teknis operasional maupun teknis teknologi. 2) Bidang produksi sebagai badan hukum yang berdiri sendiri tugas pokok memproduksi sarana atau peralatan

dengan

telekomunikasi. 3) Pada tahun 1972 struktur organisasi formal L.P.P.I POSTEL

telah diubah menjadi L.P.P POSTEL. Oleh karena itu dianggap tepat apabila industri tersebut diatas ditetapkan sebagai Proyek industri Telekomunikasi. Pada tanggal 8 Maret 1973 keluar surat keputusan Menteri perhubunga RI. No. 3/R/Phb. 73,yang menetapkan langkahlangkah ; a) Untuk keperluan diatas ditetapkan bentuk usaha dan bentuk

hukum yang sebaik baiknya sehingga mendapatkan cukup fasilitas dalam lingkungan L.P.P.I. POSTEL DITJEN POSTEL.

32

b)

Oleh karena itu dianggap tepat apabila industri tersebut di

tetapkan sebagai proyek Industri Telekomunikasi. Maksud dan Tujuan dengan ditetapkan proyek industri dan telekomunikasi adalah :

4)

Meningkatkan hasil-hasil produksi dalam negeri berupa alat-

alat telekomunikasi baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun dalam keperluan ekspor. 5) Penghemetan devisa bagi kebutuhan alat-alat atau perangkat

telekomunikasi. 6) Membuka lapangan kerja baru yang dapat menampung

sejumlah tenaga kerja.

e.

Periode 1973-1984

Pada tahun 1974 dikeluarkan peraturan pemerintah tentang penyertaan pemeritah yentang penyrtaan modal negara RI untuk pendirian perusahaan persero (persero) dibidang industri

Telekomunikasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka proyek industri Telekomunikasi perlu dijadikan suatu pelaksanaan kegiatan produksi alat-alat dan perangkt Telekomunikasi untuk meningkatkan dan mengembangkan prasarana Telekomunikasi. Agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan berkembang secara wajar berdasarkan kemampuan sendiri maka dipandang perlu

33

untuk menentukan bentuk usaha sesuai dengan sift dan bidangnya . Dengan keputusan menteri keuangan RI. No.Kep.1771/Mk/12/1974 tertanggal 28 Maret 1974; Akte Notaris Abdul latief jakarta No. 332, Proyek Industri Telekomunikasi diubah bentuknya menjadi indutstri telekomunikasi dari tahun 1980, periode pembangunan selama dasawarsa sebelumnya (1970-1979) meliputi evaluasi ulang dan persiapan pembangunan. Pada saat ini PT.INTI (persero) memiliki kantor pusat di jln. Moch. Toha No.77 bandung, sedangkan kegiatan proses produksi di pabrik yang terletak di jln. Dayeh kolot no.225 (palasari) Bandung.

f. Periode tahun 1985-1990 (Periode Industri Teknologi Baru). Mencoba model-model baru telekomunikasi yang telah direncanakan sebelumnya. Jaringan dasar baik switching maupun transmisi yang merupakan bagian terpenting dari jaringan telekomunikasi nasional mulai diterapkan dan dikaji peranannya untuk menyusul model telekomunikasi di masa depan. Asumsi-asumsi yang digunakan meliputi data dan perencanaan yang dikaji kembali dan disesuaikan dengan kenyataannya. Pada tanggal 16 Oktober 1989 PT. INTI (Persero) yang berada di bawah DEPARPOSTEL diserah terimakan kepada Badan Pengembangan Industri Strategis (BPIS)

g. Periode tahun 1990-sampai saat ini (periode pemantapan)

34

Dalam periode ini diharapkan parameter pembangunan sudah tampak sehingga telah bentuk jaringan tahap telekomunikasi pemantapan nasional sehingga

diharapkan

mencapai

pembangunan telekomunikasi nasional praktis sudah dapat didukung sepenuhnya. Pada tahap ini Standar Internasional mengenai ISDN (Integrented Service Digital Network) akan tersedia dan akan dapat diramalkan.

3.1.2 Tujuan pendirian PT. INTI (Persero) PT. INTI (Persero) yang sampai dengan saat ini berada dalam pengelolaan BPIS, bergerak dalam bidang produksi, penjualan, dan jasa industri telekomunikasi. Tujuan pokok PT. INTI (Persero) adalah : 1. Meningkatkan kemampuan nasional di bidang telekominkasi dan elektronika nasional. 2. Menunjang system telekomunikasi nasional. 3. Mendorong perkembangan industry pendukung dalam bidang telekomunikasi dan elektronika professional. 4. Meningkatkan kemampuan untuk tumbuh dengan kemampuan sendiri. 5. Menjadi sumber penghasilan devisa.

3.1.3 Ruang lingkup Perusahaan

35

Sejak tahun 1975 sampai sekarang ini PT. INTI (Persero) telah melaksanakan kerjasama teknik dengan perusahaan mancanegara seperti: 1. Siemen AG (Jerman) 2. Bell Telephone Menufacturing Ltd./ ITT (Belgia) 3. Japan Radio Co. Ltd. (Jepang) 4. Nippon Company Ltd./Sumitomo (Jepang) 5. Ericson (Swedia) 6. VIZ Manufacturing Ltd. (Philadelphia, USA) Produksi-produksi yang dihasilkan oleh PT. INTI (Persero)

sebagian besar berupa rakitan, dimana komponen-komponennya didatangkan dari luar negeri dalam bentuk CKD (Completely Knocked Down) yaitu yaitu sebagian komponen diimpor dan sebagian lagi dibuat sendiri yang bahan bakunya juga diimpor dari Negara yang sama. Berikut ini contoh produk-produk yang dihasilkan oleh PT. INTI (Persero) : 1. Produk terminal, terdiri dari: a. Pesawat telpon elektronik. b. PTUS (Pesawat Telepon Umum Swalayan) c. PTUMK (Pesawat Telepon Multi Koin) 2. Produk Switching, terdiri dari: a. SLJJ

36

b. STDI (Sentral Telepon Digital Indonesia) c. STDI-K (Sentral Telepon Digital Indonesia- Kapasitas kecil) d. Remote Telepon System-TDMA 3. Produk Tranmisi, terdiri dari: a. Tranceiver HF-SSB b. Transmiter dan receiver SSB-LSB c. VHP Single Chanel d. SKTB (Sistem Telepon Kendaraan Bergerak) e. Multi Chanel Radio f. PCM (Pulse Code Mutation) g. Radio Marine Equipment h. Peralatan Meterologi dan Geofisika i. SKB 3 Kanal (Stasiun Bumi Kecil) j. Peralatan Lainnya 4. Pelayanan Purna Jual, terdiri dari: Konsultasi, Survey dan Desain, Instalasi, Perbaikan dan Perawatan. 5. Produk Prafabrikasi, terdiri dari: Komponen Rack STDI, Komponen MDF, Komponen Mini HVT, Komponen PTCS.

Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas

37

Struktur organsasi PT. INTI (Persero) dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DIreksi No. 01/SKD.PRT/VII/1982 tanggal 1 Agustus 1982. Struktur organisasi tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan penyesuaian. Struktur organisasi berdasarkan Surat yang berlaku sekarang ditetapkan Keputusan Direksi No.

KN.015/OT.002/209020/1995 yang ditetapkan pada tanggal 11 Desember 1995 yang terdiri dari : 1. Direksi Direksi adalah suatu dewan yang memimpin seluruh usaha korporasi dalam menjalankan misi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, dengan kinerja yang

mmenuntungkan, kepuasan pelanggan yang maksimal, serta tingkat pencapaian kinerja usaha setiap

perkembangan . Direksi terdiri dari : a. Direksi Utama b. Direktur Corporate Office c. Direktur Network Integration d. Direktur Engineering dan Product e. Direktur Administrasi dan Keuangan Direksi yang dapat dibantu oleh tenaga fungsional sesuai dengan bidang keahlian yang dibutuhkan.

38

2. Divisi Pembentukan Divisi ditunjukan untuk mendukung

kelancaran kegiatan bisnis SBU dengan menyusun kebijakan-kebijakan strategis sesuai dengan fungsinya yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan operasional pada unit kerja yang lain. Divisi terdiri dari: a. Divisi Internal Audit b. Divisi Sekretariat Perusahaan c. Divisi R & D d. Divisi SDM & Organisasi e. Divisi Keuangan f. Divisi Pengembangan Bisnis Dalam menjalankan kegiatannya Divisi dilengkapi dengan unit organisasi pendukung yang merupakan penjabaran dari fungsi utama yang dipunyai oleh Divisi yang bersangkutan terdiri dari: 1. Bagian 2. Urusan Sebagaimana tercantum dalam lampiran dari Keputusan ini, Divisi dapat dibantu oleh tenaga fungsional sesuai dengan bidang keahlian yang dibutuhkan. 3. Strategi Business Unit (SBU)

39

Pembentukan SBU ditunjukan untuk mendapatkan dan meningkatkan usaha Perusahaan dalam meraih

keuntungan sesuai dengan misi, visi Anggaran Dasar Perusahaan. SBU terdiri dari: a. SBU Fixed Network and Access b. SBU Mobile Communication Network

tujuan serta

c. SBU Customer Premises Equipment (CPE) d. SBU Engineering Service & Software e. SBU Manufaktur Untuk mendapai tujuan sebagaimana tersebut diatas, SBU mempunyai otonomi sebagai unit usaha yang mandiri tetapi tetap merupakan bagian dari organisasi perusahaan sehingga

40

3.2

METODE PENELITIAN

3.2.1 Asumsi

dan Keterbatasan

Penelitian Penelitian terbatas pada penggunaan kelompok analisis rasio keuangan yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan BUMN sesuai dengan Keputusan Mentri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002 tetang penilaian tingkat kesehatan perusahaan BUMN. Dan kemudian dicari hubungannya terhadap perubahan laba lalu dianalisis menggunakan analisis regresi berganda sehingga menghasilkan formulasi untuk memprediksi perubahan laba selama periode sepuluh tahun yaitu mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2009

3.2.2 Batasan Konsep / Variabel dan Operasionalisasi Variabel a. Batasan Konsep / Variabel Penyusunan operasionalisasi variabel dimaksudkan untuk mengetahui : 1) Mengetahui perkembangan tingkat kesehatan PT. INTI (Persero) dari aspek keuangan berdasarkan KepMen BUMN No: KEP-

100/MBU/2002 selama sepuluh tahun yaitu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009.

41

2)

Mengetahui hubungan dari variabel-variabel penelitian yang mana sumber pokok dari penelitian ini adalah : Variabel independensi adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen Nur Indriantoro & Bambang Supomo (2002, 63).

42

1)

Variabel Independen (Variabel Bebas / Variabel X)


2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) Imbalan investasi (ROI) Rasio Kas Rasio Lancar Collection Periods Perputaran Persediaan Perputaran Total Aset Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva

2)

Variabel Dependen (Variabel Terikat / Variabel Y) Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam hal ini adalah perubahan laba. Rumus menghitung perubahan laba: = perubahan laba Y it = laba = periode laba perusahaan

it-n = periode laba terkait sebelumnya

43

b.

Operasionalisasi Variabel Tabel Operasionalisasi Variabel

KONSEP

VARIABEL

DEFINISI VARIABEL metode analisis untuk mengukur efektifitas keseluruhan manajemen yang dapat dilihat dari keuntungan yang di hasilkan Freddy Rangkuti (1997,69) Indikator perubahan laba yang dipakai dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar periode yang dianalisis Agus Endro Suwarno (2004)

INDIKATOR KepMen BUMN No: KEP100/MBU/ 2002

KATEGORI Persentase perbandingan saldo sektor-sektor keuangan dalam laporan keuangan (.. %) Periode yang laba tercatat dalam laporan keuangan bulan januari 2008 s.d. desember 2009 Perubahan laba dalam persentase (%) ataupun dalam nominal (Rp.)

SKALA

Laporan Keuangan

Analisis rasio laporan keuangan

RASIO

Periode laba

RASIO

Laba

Perubahan Laba

Perubahan laba

RASIO

3.2.3 Populasi Penelitian

dan

Sampel

Sugiyono (2003,72) Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya., Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan, sedangkan sampelnya adalah saldo-saldo yang terdapat pada laporan keuangan selama periode 2000 sampai dengan 2009 yang diperlukan dalam perhitungan tingkat kesehatan menurut KepMen BUMN No: KEP-100/MBU/2002 yang kemudian digunakan untuk

44

memprediksi perubahan laba menggunakan analisis rasio keuangan di PT. INTI (Persero).

3.2.4 Metode Studi Berdasarkan data yang diambil oleh peneliti dan lokasi penelitian yang hanya dilakukan di Horison Bandung saja, maka metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan Studi Kasus karena Metode Deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melalui analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku umum. Sugiono (2006, 21)

45

3.2.5 Sumber

dan

Instrumen

Pengumpulan Data a. Sumber Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer seperti hasil wawancara dan model laporan keuangan dan data sekunder, berupa data keuangan perusahaan yang meliputi neraca, laporan arus kas, dan laporan laba rugi selama bulan januari 2003 sampai dengan desember 2005. Data diperoleh menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan merangkum data atau catatan kertas kerja yang dianggap berhubungan dengan penelitian, yaitu laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi (Widayat, 2004) dalam Yuli Orniati (2009, 209). b. Instrumen Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif yang dibutuhkan. Peneliti melakukan kegiatan : a) Dengan melakukan observasi untuk mendapatkan peranan penerapan analisis rasio keuangan bagi perusahaan. Serta data lainnya mencakup objek penelitian. b) Wawancara secara langsung kepada pihak-pihak intern perusahaan untuk mengetahui lebih dalam tentang kinerja

perusahaan, jenis kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Serta penggunaan analisis rasio keuangan, untuk menentukan jenis analisis yang sesuai untuk menganalisis laporan keuangan di

46

Horison Bandung.

3.2.6 Model analisis dan teknik analisis data a. Model Analisis Data Penelitian ini akan menggunakan metode Regresi

Berganda (Multiple Regression)

untuk analisis pengaruh dari

variable independent terhadap variable dependent. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan yang mempunyai pengaruh terhadap variable dependent. Model yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Dimana: y b0 = perubahan laba = koefisien konstanta = perubahan rasio keuangan e = koefisien error

b.

Teknik Analisis Analisis data dapat digunakan software SPPS 16 for windows sebagai alat untuk regresi model formulasi. Untuk menghasilkan suatu model yang baik, hasil analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik. Pengujian dengan asumsi klasik dilakukan dengan

47

tahap-tahap sebagai berikut: 1) Melakukan uji Multikolineritas Pengujian ini diperlukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau variabel independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji multikolineritas juga bertujuan untuk

menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika terjadi multikolineritas, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: a) Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai kolerasi tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel

independen lainnya untuk membantu prediksi. b) c) menggabungkan data crossection dan time series (pooling data). Mengurangi hubungan linear di antara variabel independen, dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural.

2)

Melakukan uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka ada terjadi masalah pada autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena

48

residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Jika nilai Durbin Watson hitung mendekati atau di sekitar angka 2, maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi.

c)

Melakukan uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi heterogenitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik heterogenitas dan layak digunakan dalam penelitian, jika output

catterplot menunjukkan penyebaran titik-titik data sebagai berikut: Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka nol. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. Penyebaran titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemuadian menyempit da melebar kembali.

49

Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.2.10 Pengujian Hipotesis Selanjutnya dilakukan uji teoritis dimana uji ini dilakukan untuk menguji kesesuaian teori dengan hasil regresi yang didasarkan pada koefisien regresi dengan masing-masing independen variabel. a. Hipotesis pengaruh kelompok rasio memprediksi perubahan laba yaitu: Ho: analisis rasio dalam penilaian tingkat kesehatan menurut KepMen BUMN No: KEP-100/MBU/2002 tidak berpengaruh dalam memprediksi perubahan laba. Ha: analisis rasio dalam penilaian tingkat kesehatan menurut KepMen BUMN No: KEP-100/MBU/2002 berpengaruh dalam memprediksi perubahan laba. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F yang beertujuan untuk menguji variable independen dan variable dependen secara bersama-sama. secara simultan dalam

50

You might also like