You are on page 1of 6

PENGETAHUAN BAHAN METALOGRAFI

PENDAHULUAN Metalografi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik struktur dari logam atau paduan. Mikroskop merupakan peralatan yang paling penting untuk mempelajari struktur mikro suatu logam. Mikroskop memungkinkan untuk menghitung ukuran butir, distribusi dari fasa-fasanya dan inklusi yang memiliki efek yang besar terhadap sifat logam. Fasa adalah suatu kondisi dimana komponen kimianya sama. Struktur mikro hanya bisa dilihat dengan bantuan alat, dalam hal ini mikroskop optik yang dijadikan sebagi alat yang penting dalam pengujian ini, sedangkan struktur makro dapat dilihat dengan cara visual/kasat mata. Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 10 - 1000 kali, dan metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 1000 kali. Pada analisa mikro digunakan mikroskop optik untuk menganalisa strukturnya. Berhasil tidaknya analisa ini ditentukan oleh preparasi benda uji, semakin sempurna preparasi benda uji, semakin jelas gambar struktur yang diperoleh. Pada dasarnya pengujian metalografi mencakup dua spesimen pengujian, antara lain : pengujian merusak atau Destructive Test (DT) yang mencakup pengujian tarik dan tekan, pengujian kekerasan, pengujian impak, uji charpy dan relaksasi tegangan, uji kelelahan dan pengujian keausan. Yang kedua adalah pengujian yang tidak merusak atau Non Destructive Test (NDT) yang menggunakan metode ultrasonik, metode magnetik, metode akustik, metode radiografi dan yang terakhir adalah pemeriksaan visual. Logam mempunyai sifat-sifat istimewa yang menjadi dasar penggunaanya. Salah satu sifat yang dimiliki oleh logam adalah sifat mekanik. Sifat-sifat mekanik yang dimiliki oleh logam antara lain kekuatan, kekerasan, ketangguhan, keuletan, mampu bentuk, dan mampu las. Sifat-sifat mekanik tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi kimia, perlakuan yang diberikan, dan struktur butirnya. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh struktur mikro baja terhadap sifat mekanik yang dihasilkan maka perlu dilakukan percobaan metalografi dengan sampel berupa baja AISI 1045 yang telah di lakukan perlakuan panas dan telah diuji kekerasannya. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metalografi Metalografi adalah salah satu ilmu tentang logam yang mempelajari dan menyajikan

struktur mikro maupun topografi logam, fasa-fasa, ukuran butir dan distribusinya, serta sifat-sifat logam serta paduannya dengan menggunakan peralatan mikroskop. Metalografi merupakan pengujian dan pengamatan terhadap strukutur butir suatu logam. Dalam pengamatan secara metalografi dapat diperoleh gambaran struktur butiran suatu logam. Pengujian metalografi harus menggunakan bantuan dari mikroskop optik. Metalografi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang struktur makro dan mikro dari suatu logam, bisa juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sifat mekanik dan sifat fisik dari suatu material atau logam.Sebelum kita berbicara jauh tentang ilmu metalografi ada baiknya kita mulai dengan desain pengujian, pengujian yang ideal harus mempunyai arti (meaningfull), dapat dipercaya (reliable), dapat dilakukan kembali (reproducible), diketahui presisinya (of known precision), dan ekonomis (econonomical). Ada dua masalah dalam tahap pemilihan material, antara lain : 1. Pengaturan prosedur fisik (diuraikan dalam standar) 2. Penentuan jumlah spesimen (berdasarkan standar atau pengalaman) sebagai contoh adalah material pelat hasil giling (rolling plate) harus dibuat dalam 3 arah pengujian, yang pertama untuk casting metal, forging metal dan yang ketiga adalah heat treated metal yang mana kesemuanya itu harus dilakukan dengan representatif. Sebelum kita menguji suatu material logam, yang harus dipertimbangkan adalah dalam tahap pemotongan (shearing, punching, flame cutting) tidak boleh membuat cacat awal pada material logam uji, dimensi atau toleransi spesimen harus tercatat dan yang terakhir adalah penandaan (marking) harus dilakukan karena ditakutkan akan terjadi kekeliruan pada saat benda uji atau logam akan diuji. Karena pada dasarnya tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan sifat mekanik dan sifat fisik dari suatu material logam maka sangat penting sekali kita harus mempertimbangkan design dari suatu struktur atau mesin maka yang harus kita lakukan adalah melihat kekutan dari mesin yang akan kita coba, untuk menjalankan fungsinya secara aman dan baik. Contoh sebuah crane harus medukung (support) beban tanpa terjadi perpatahan atau tanpa pembengkokan (bending) sehingga tidak mempersulit operator crane. 2.2 Perlakuan Panas (Heat Treatment) Perlakuan panas (Heat Treatment) didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari pengendalian pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu tertentu untuk menghasilkan logam dengan sifat mekanik yang diinginkan. Perlakuan panas dilakukan untuk mendapatkan mikro struktur logam yang seragam, meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan, ketangguhan serta sifat mampu las, sifat mampu mesin, sifat mampu bentuk dan dapat mengurangi tegangan sisa, yang muncul dari hasil pengerjaan logam tersebut sebelumnya. Beberapa jenis perlakuan panas antara lain normalizing, annealing, spheroidizing, homogenizing, full annealing, stress relieving dan recristallization, dapat meningkatkan keuletan dan ketangguhan logam, sedangkan quenching atau hardening dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan logam.Sifat-sifat mekanik yang dihasilkan ini didukung oleh mikro struktur yang terbentuk setelah perlakuan panas, struktur mikro tersebut antara lain distribusi fasa ferit, pearlit, martensit dan fasa hasil transformasi lainnya. Mekanisme transformasi struktur dalam baja dipengaruhi pengaturan temperatur pemanasan, waktu penahanan (holding time), dan unsur paduan yang terkandung dalam baja. Dalam suatu proses laku panas, setelah mencapai temperatur austenit dan ditahan

pada temperatur tersebut secukupnya maka selanjutnya dilakukan pendinginan dengan laju pendinginan tertentu. Struktur mikro yang terjadi setelah pendinginan akan tergantung pada laju pendinginan. Sehingga akan dapat diprediksi sifat mekanik apa yang diharapkan. Beberapa jenis perlakuan panas yang umum dikerjakan antara lain: 1. Normalizing. Normalizing pada umumnya menghasilkan struktur yang halus, sehinga baja dengan komposisi kimia yang sama akan memiliki yiel strength, UTS, kekerasan, dan impact strength akan lebih tinggi dari pada hasil full annealling. Normalizing dapat juga dilakukan pada benda hasil tempa untuk menghilangkan tegangan dalam dan menghaluskan butiran kristalnya. Sehingga sifat mekanisnya menjadi lebih baik. Normalizing dapat juga menghomogenkan struktur mikro sehingga dapat memberi hasil yang bagus dalam proses hardening, sehingga ummnya sebelum dihardening baja harus di normalizing terlebih dahulu. Pada normalizing pemanasan sebaiknya tidak terlalu tinggi karena butir kristal austenit yang terjadi akan terlalu besar, sehingga pada pendinginan cepat ferit proeutektoid akan membentuk struktur Widmanstaten yang berupa pelat-pelat ferrit yang sejajar, yang tumbuh didalam butir kristal austenit kasar yang akan menurunkan keuletan/ketangguhan suatu baja. Pada pendinginan yang agak cepat inti ferrit proeutektoid tidak tumbuh secara normal menjadi butir-butir kristal, tetapi akan tumbuh dengan cepat membentuk ferrit berupa pelat kearah bidang kristalografik tertentu didalam butir austenit. Gambar 2.1. Struktur Mikro Hasil Normalizing Baja SS 0,52% C, Ferit Proeutektoid. Pada Gambar 2.1 memperlihatkan struktur mikro baja karbon 0,52% yang dinormalizing. Nampak ferit berwarna putih jumlahnya lebih sedikit, normalizing menyebabkan letak titik eutektoid juga akan berubah menjadi lebih kekiri untuk baja hypereutektoid, jadi titik eutektoid tidak lagi 0,8% C. Pendinginan yang lebih cepat akan menyebabkan lamel sementit pada perlit menjadi lebih tipis juga sementit network pada baja hipereutektoid menjadi lebih tipis atau terputus-putus. Normalizing pada umumnya menghasilkan struktur yang halus, sehingga baja dengan komposisi kimia yang sama akan memiliki yiel srength, UTS, kekerasan, dan impak strength akan lebih tinggi dari pada hasil full annealing. 2. Annealing. Annealing yaitu suatu proses laku panas yang dilakukan pada logam atau paduan dalam pembuatan produk. Prinsip annealing ialah memanaskan baja sampai suhu tertentu, kemudian menahannya selama waktu tertentu kemudian didinginkan dengan lambat. Tujuan utama proses annealing ialah melunakan, menghaluskan butir kristal, menghilangkan internal stress, memperbaiki machinability dan memperbaiki sifat kelistrikan/kemagnetan. 3. Quenching Quenching merupakan salah satu teknik perlakuan panas yang diawali dengan proses pemanasan sampai temperatur austenit (austenisasi) diikuti pendinginan secara cepat, sehingga fasa austenit langsung bertransformasi secara parsial membentuk struktur martensit. Austenisasi dimulai pada temperatur minimum 50C di atas Ac3, yang merupakan temperatur aktual transformasi fasa ferit, perlit, dan sementit menjadi austenit. Temperatur pemanasan hingga fasa austenit untuk proses quenching disebut juga sebagai temperatur pengerasan (haardening temperatur). Dan setelah mencapai

temperatur pengerasan, dilakukan penahanan selama beberapa menit untuk menghomogenisasikan energi panas yang diserap selama pemanasan, kemudian didinginkan secara cepat dalam media pendingin. Pada percobaan kami media pendingin yang didinginkan adalah air. Tujuan utama quenching adalah menghasilkan baja dengan sifat kekerasan tinggi. Sekaligus terakumulasi dengan kekuatan tarik dan kekuatan luluh, melalui transformasi austenit ke martensit. Proses quenching akan optimal jika selama proses transformasi, struktur austenit dapat dikonversi secara keseluruhan membentuk struktur martensit. Halhal penting untuk menjamin keberhasilan quenching dan menunjang terbentuknya martensit khususnya, adalah : temperatur pengerasan, waktu tahan, laju pemanasan, metode pendinginan, media pendingin dan hardenability. 2.3 Pengamatan metalografi Fase adalah suatu kondisi dimana komponen kimianya sama. Struktur mikro adalah suatu struktur yang hanya bisa dilihat dengan bantuan alat, dalam hal ini mikroskop optik yang dijadikan sebagi alat dalam pengujian ini, sedangkan struktur makro adalah suatu struktur yang hanya bisa dilihat dengan cara visual/kasat mata. Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu : metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 10 - 1000 kali, sedangkan metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 1000 kali. Pengamatan metalografi dibagi menjadi 2, yaitu : a. Metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 10-500 kali. b. Metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 1000 kali. Pada analisa mikro digunakan mikroskop optik untuk menganalisa strukturnya. Berhasil tidaknya analisa ini ditentukan oleh preparasi benda uji, semakin sempurna preparasi benda uji, semakin jelas gambar struktur yang diperoleh. Tahapan persiapan benda uji metalografi secara umum adalah sebagai berikut : 1. Memilih atau mengambil spesimen Ada tiga cara dalam memilih dan mengambil spesimen dari sifat dan tujuan penyelidikan 1. Kontrol kualitas 2. Analisa keruasakan 3. Keperluan penelitian 2. Pemotongan benda uji Pemotongan jangan sampai merusak struktur bahan akibat gesekan alat potong dengan benda uji. Untuk menghindari pemanasan setempat dapat digunakan air sebagai pendingin. Selain itu juga perlu menghindari perubahan bentuk spesimen akibat beban alat pemotongan. Pada dasarnya ada tiga arah pemotongan : 1. Arah memanjang 2. Arah menyilang 3. Arah sejajar 3. Mounting Dilakukan untuk benda uji yang kecil dan tipis sehingga memudahkan pemegang benda uji. Proses mounting biasanya menggunakan bakelit. 4. Pengampelasan Dilakukan pada permukaan yang hendak diamati. Dimulai dari amplas yang paling kasar (#400, #600, dan #800) sampai amplas yang paling halus (#1000 dan #1200) dengan

posisi tegak lurus sekitar 90 o terhadap benda uji. Pada proses pengampelasan memakai mesin berputar, yang digunakan sebagai medianya adalah ampelas dengan tingkat kekasaran yang berbeda. Selama proses pengampelasan benda uji harus dialiri secara terus-menerus untuk menghindari terjadinya panas. Hasil yang diperoleh permukaan spesimen dengan goresan yang searah, halus dan homogen.. 5. Polishing Dilakukan untuk menghilangkan goresan-goresan yang masih ada bekas pengampelasan yang halus. Pemolesan dilakukan dengan bahan poles seperti pasta gigi atau autosol, dan aluminium oksida. Tujuan polishing yaitu untuk mendapatkan permukaan spesimen yang memenuhi syarat untuk diperiksa di bawah mikroskop. 6. Etsa Dilakukan untuk mengikis daerah batas butir sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan menggunakan mikroskop optik. Pada dasarnya ada perubahan atau perkembangan struktur mikro yang terjadi selama proses etsa, dikarenakan : 1. Perbedaan warna akibat distribusi struktur mikro. 2. Jenis kekerasan yang berbeda. 7. Proses Pencucian Proses pencucian benda uji dilakukan setelah proses pengampelasan, polishing, dan setelah etsa. Proses pencucian paling bersih menggunakan alkohol kemudian dikeringkan. Selain alkohol dapat juga menggunakan air bersih dan aquades untuk mencuci benda uji. 8. Analisa Struktur Mikro Proses analisa dilakukan dibwah mikroskop optik. Spesimen yang telah memenuhi syarat diamati dibawah mikroskop optik. Berhasil atau tidaknya dalam mengidentifikasi dan mengamati mikro struktur, lebih banyak ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman mengenai berbagai logam dan paduan. Mikroskop cahaya pada semua cabang metalurgi fisik, kegunaan mikroskop amat besar. Yang amat sederhana adalah mikroskop cahaya yang terdiri dari tiga bagian pokok : Lensa Pemantul ( illuminator), untuk memantulkan permukaan logam. Lensa Objektif, yang mempunyai daya pisah. Lensa Mata (eye lens), untuk memperbesar bayangan yang terbentuk oleh lensa objektif. Pengujian mikroskop dilakukan setelah pemolesan selesai dan setelah selesai proses etsa. Proses etsa dilakukan dengan bantuan larutan kimia yang sesuai dapat memberikan gambaran seperti kelarutan dan ukuran butir, distribusi fase, hasil deformasi plastis dan eksistensi dari pengotor dan cacat-cacat. Proses kimia atau etsa permukaan, mula-mula memperlihatkan batasan butir tetapi lebih lanjut etsa akan memperlihatkan bayangan yang berbeda antara satu butir dengan butir yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa larutan etsa tidak mengikis permukaan logam seluruhnya melainkan sepanjang bidangbidang kristalografi tertentu. Bagian yang memiliki orientasi yang sama kemudian terdapat dalam butir, dan karena setiap butir memiliki orientasi yang berbeda dari butirbutir sekitarnya, setiap butir akan menentukan sinar kelensa objektif pada mikroskop dan hasilnya akan timbul sinar, sementara butir-butir disekitarnya memantulkan semua sinar kelain arah dan tampak lebih gelap.

You might also like