You are on page 1of 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Segiri yang terletak di pusat kota dengan wilayah 3 kelurahan, yaitu Sidodadi, Dadimulya, dan Gunung Kelua dengan 1 Puskesmas Pembantu. Membina 5 Posyandu Lansia, adapun nama-nama posyandunya yaitu Posyandu Kartika II, Posyandu Kembang Sepatu, Posyandu Asri, Posyandu Palapa, Posyandu PWRI. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam

penyelenggaraannya. Dalam Penelitian ini mengambil dua Posyandu Lansia yaitu Posyandu Asri dan Posyandu Kartika II. Posyandu Asri terletak di Jalan Pahlawan I RT.1 RW. 8, sedangkan Posyandu Lansia Kartika II terletak di Jalan Argamulya RT. 3 RW. 5 Kelurahan Dadi Mulya Kota Samarinda.

Kegiatan posyandu dilaksanakan setiap 1 bulan sekali untuk posyandu Kartika II setiap tanggal 5 dari pukul 09.00 WITA hingga selesai dengan jumlah lans ia yang terdaftar sebanyak 24 orang lansia, sedangkan posyandu Asri setiap tanggal 11 dengan jumlah lansia 45 orang. Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti

posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja. Kedua posyandu lansia ini menggunakan sistem 3 meja dengan kegiatan sebagai berikut : a. Meja I : Pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan serta pencatatan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) b. Meja II : Pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar gula darah dan asam urat serta pengobatan sederhana dan rujukan kasus. c. Meja III : Pengambilan obat, konseling, dan penyuluhan.
2. Distribusi Karakteristik Umum Responden

a. Usia Batasan usia lanjut yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia 60-74 tahun. Dari 52 responden rata-rata berusia

60-64 tahun. Distribusi responden menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 Frekuensi 21 15 16 Persentase (%) 40,4 28,8 30,8
100

No 1 2 3

Usia 60-64 tahun 65-69 tahun 70-74 tahun

Total 52 Sumber : Data Primer Terolah

Berdasarkan

tabel

4.1

diketahui

bahwa

distribusi

responden terbanyak pada usia 60-64 tahun yaitu 21 orang (40,4%) dan paling sedikit pada usia 65-69 tahun yaitu 15 orang (28,8%). b. Jenis Kelamin Jenis kelamin responden adalah kategori responden yang didasarkan pada perbedaan biologis seperti struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara dan karakteristik biologis lainnya. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 No Jenis Kelamin 1 Prempuan 2 Laki-laki Total
Sumber : Data Primer Terolah

Frekuensi 43 9 52

Persentase (%) 82,7 17,3 100

Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 43 orang

(82,7%) dan sisanya adalah responden berjenis kelamin lakilaki sebanyak 9 orang (17,3%). c. Pekerjaan Pekerjaan responden adalah segala sesuatu yang dilakukan responden untuk mencari nafkah atau penghasilan. Distribusi responden menurut pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 No Pekerjaan 1 Pedagang 2 Pensiun PNS 3 Tidak Bekerja Total
Sumber: Data Primer Terolah

Frekuensi 8 9 35 52

Persentase (%) 15,4 17,3 67,3 100

Data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi responden sebagian besar tidak bekerja sebanyak 35 orang (67,3%) sedangkan paling sedikit sebagai pedagang sebanyak 8 orang (15,4%). d. Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir adalah gambaran menurut tingkat pendidikan terakhir responden. Distribusi responden menurut pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 No Pendidikan Terakhir 1 Tidak Sekolah 2 SD 3 SMP 4 SMA 5 Perguruan Tinggi Total
Sumber : Data Primer Terolah

Frekuensi 10 13 17 7 5 52

Persentase (%) 19,2 25,0 32,7 13,5 9,5 100

Data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa distribusi responden sebagian besar berpendidian SMP (Sekolah

Menengah Pertama) sebesar 17 orang (32,7%) sedangkan paling sedikit berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang (9,6%). e. Tempat Tinggal Tempat tinggal meliputi keadaan responden tinggal dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Distribusi responden menurut tempat tinggal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 No Tempat Tinggal Frekuensi Persentase (%)

1 2 3
Total

Pasangan Anak/keluarga Pasangan dan anak/keluarga

8 26 18 52

15,4 50,0 34,6 100

Sumber: Data Primer Terolah

Data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tinggal dengan anak atau keluarga sebanyak 26

orang (50,0%) dan paling sedikit tinggal dengan pasangan sebanyak 8 orang (15,4%).
3. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian dengan cara membuat tab el distribusi frekuensi tiap variabel.
a. Status Gizi

Status Gizi adalah gambaran tentang keadaan gizi seseorang sebagian dimakan dan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga dapat menggambarkan seseorang tersebut dalam kondisi gizi baik atau gizi kurang . Status gizi pada penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu status gizi ba ik (18,5 - 25,0) dan status gizi kurang (<17,0-18,5). Distribusi status gizi di Posyandu Lansia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Status Gizi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 Frekuensi 45 7 52 Persentase (%) 86,5 13,5 100

No Status Gizi 1 Baik 2 Kurang Total


Sumber: Data Primer Terolah

Data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden status gizi baik yaitu 45 orang (86,5%) dan yang status gizi kurang sebanyak 7 orang (13,5%).

b. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

1) Tingkat Konsumsi Energi Tingkat konsumsi energi adalah gambaran menurut tingkat kecukupan energi pada lansia untuk melakukan

kegiatan. Keseimbangan energi bergantung pada asuapan dan keluaran energi. Distribusi responden menurut tingkat konsumsi energi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Tingkat Konsumsi Energi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 Frekuensi Persentase (%)

No

1 2 Total Sumber: Data Primer Terolah

Tingkat Konsumsi Energi Baik Kurang

34 18 52

65,4 34,6 100

Data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tingkat konsumsi energi baik yaitu 34 orang (65,4%) dan yang tingkat konsumsi energi kurang sebanyak 18 orang (34,6%). 2) Tingkat Konsumsi Protein Tingkat konsumsi protein adalah g ambaran menurut tingkat kecukupan protein pada lansia untuk membentuk struktur tubuh, trasportasi oksigen dan membentuk sistem kekebalan tubuh. Distribusi responden menurut tingkat

konsumsi protein dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Tingkat Konsumsi Protein di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 No Tingkat Konsumsi Frekuensi Persentase (%) Protein Baik 38 73,1 Kurang 14 26,9 Total 52 100 Data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar

1 2

responden tingkat konsumsi protein baik yaitu 38 orang (73,1%) dan yang tingkat konsumsi protein kurang sebanyak 14 orang (26,9%).
c. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah intensitas semua pergerakkan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga

(aktivitas) yang berbeda selama periode pengkajian dinyatakan dalam ekuivalen MET yang dikalikan dengan waktu yang digunakan bagi semua aktivitas dalam 1 minggu. Pengukuran aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) yang membagi aktivitas fisik ke dalam kategori ringa dan sedang Distribusi responden menurut aktivitas fisik responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 No Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)

1 Sedang 2 Ringan Total


Sumber: Data Primer Terolah

37 15 52

71,2 28,8 100

Data pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan aktivitas fisik sedang sebanyak 37 orang (71,2%) dan responden yang melakukan aktivitas fisik ringan sebanyak 15 orang (28,8%). Berdasarkan level intensitas aktivitas fisik, terlihat bahwa responden paling banyak melakukan aktivitas berjalan

kemudian aktivitas fisik dengan intensitas sedang karena sebagian besar responden tidak bekerja dan berjenis kelamin perempuan.
d. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah wawasan seseorang mengenai gizi. Distribusi responden menurut pengetahuan gizi dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Gizi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 Pengetahuan Persentase (%) Ya Tidak 21,2 78,8 Jum lah 100

dapat

No

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Keaneka ragaman makanan Jenis makanan sumber energi Jenis makanan sumber karbohidrat Jenis makanan sumber protein Bahaya minuman beralkohol Bahaya makanan diawetkan Manfaat sayur-sayuran Manfaat buah-buahan Manfaat minum air putih Manfaat olah raga

42,3 44,2 55,8 55,0 48,1 76,9 80,8 82,7 80,8

57,7 55,8 44,2 55,0 51,9 23,1 19,2 17,3 19,2

100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: Data Primer Terolah

Berdasarkan tabel 4.10 menjelaskan bahwa dari 52 responden, persentasi terendah mengenai ketidak tahuan keaneka ragaman makanan. Responden yang tahu keaneka ragaman pada makanan sebanyak 21,2% dan responden yang tidak tahu mengenai keaneka ragaman makanan sebanyak 78,8%. Sedangkan persentase tertinggi mengenai manfaat minum air putih sebanyak 82,7% dan responden yang tidak tahu manfaat minum air putih sebanyak 17,3%.
Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Gizi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011 Frekuensi Persentase (%)

No Pengetahuan Gizi

1 Baik 2 Kurang baik Total


Sumber: Data Primer Terolah

33 19 52

63,5 36,5 100

Data pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pemiliki pengetahuan gizi baik yaitu 33 orang (63,5) dan yang memiliki pengetahuan gizi kurang sebanyak 19 orang (36,5%).
4. Analisis Bivariat

Analisis

bivariat

dilakukan

untuk

mengetahui

besarnya

hubungan variabel bebas (indenpenden) dengan variabel terikat (dependen) dengan menggunakan uji statistik Chi-square. Dalam hal ini untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi dan protein, aktifitas fisik, pengetahuan gizi terhadap status gizi pada

lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011. Hubungan dikatakan berma kna secara statistik apabila diperoleh nila p value < 0,05. a. Hubungan antara tingkat konsumsi energi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 Gambaran untuk hubungan antara tingkat konsumsi energi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011. Status gizi lansia terbagi menjadi 2 yaitu status gizi baik (>18,5 - 25,0) dan status gizi kurang (<17,0 18,5). Dan untuk tingkat konsumsi energi terbagi menjadi 2 yaitu baik (80 - >100% AKG) dan kurang (<70-80% AKG). Pada tabel ini dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut :
Tabel 4.12 Hubungan antara tingkat konsumsi energi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Se giri tahun 2011
Status Gizi Tingkat Konsumsi Baik Kurang Energi n % n % Baik 33 63,5 1 1.9 Kurang 12 23,1 6 11,5 Total 45 86,5 7 13,5 Sumber: Data Primer Terolah Total N 34 18 52 % 65,4 34,6 100 P Value 0,001

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square pada tabel 4.12 ini diperoleh nilai value sebesar 0,002. Nilai p < (0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat


konsumsi energi terhadap status gizi pada lansia di

posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011.

b. Hubungan antara tingkat konsumsi protein terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 Gambaran untuk hubungan antara tingkat konsumsi protein terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011. Status gizi lansia terbagi menjadi 2 yaitu status gizi baik (>18,5 - 25,0) dan status gizi kurang (<17,0 18,5). Dan untuk tingkat konsumsi protein terbagi menjadi 2 yaitu baik (80 - >100% AKG) dan kurang (<70-80% AKG). Pada tabel ini dapat dilihat pada tabel 4.1 3 sebagai berikut :
Tabel 4.13 Hubungan antara tingkat konsumsi protein terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011
Status Gizi Tingkat Konsumsi Baik Kurang Protein n % n % Baik 36 69,2 2 3,8 Kurang 9 17,3 5 9,6 Total 45 86,5 7 13,5 Sumber: Data Primer Terolah Total N 38 14 52 % 100 100 100 P Value 0,004

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square pada tabel 4.13 ini diperoleh nilai value sebesar 0,004 Nilai p < (0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat


konsumsi protein terhadap status gizi pada lansia di

posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011.

c. Hubungan antara aktifitas fisik terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 Gambaran untuk hubungan antara aktifitas fisik terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011. Status gizi lansia terbagi menjadi 2 yaitu status gizi baik (>18,5 - 25,0) dan status gizi kurang (<17,0 18,5). Dan untuk aktifitas fisik terbagi menjadi 2 yaitu sedang (total aktifitas fisik > 600 MET-menit/minggu) dan ringan (total aktifias fisik < 600 MET-menit/minggu). Pada tabel ini dapat dilihat pada tabel 4.1 4 sebagai berikut :
Tabel 4.14 Hubungan antara aktifitas fisik terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011
Status Gizi Baik Kurang n % n % Sedang 33 63,5 4 7,7 Ringan 12 23,1 3 5,8 Total 45 86,5 7 13,5 Sumber: Data Primer Terolah Aktifitas Fisik Total N 37 15 52 % 100 100 100 P Value 0,379

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square pada tabel 4.14 ini diperoleh nilai value sebesar 0,379 Nilai > (0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara aktifitas


fisik terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011.

d. Hubungan antara pengetahuan gizi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 Gambaran untuk pengetahuan gizi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011. Status gizi lansia terbagi menjadi 2 yaitu status gizi baik (>18,5 - 25,0) dan status gizi kurang (<17,0 18,5). Dan untuk pengetahuan gizi terbagi menjadi 2 yaitu baik apabila menjawab Ya berjumlah 8 pertanyaan dan kurang baik apabila menjawab Tidak berjumlah 7 pertanyaan. Pada tabel ini dapat dilihat pada tabel 4.1 5 sebagai berikut :
Tabel 4.15 Hubungan antara pengetahuan gizi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011
Total N 33 19 52 % 100 100 100 P Value 0,039

Status Gizi Kurang Baik n % n % Baik 31 59,6 2 3,8 Kurang Baik 14 26,9 5 9,6 Total 45 86,5 7 13,5 Sumber: Data Primer Terolah Pengetahuan Gizi Baik

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square pada tabel 4.15 ini diperoleh nilai value sebesar 0,039 Nilai p < (0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan


gizi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011.

B.

Pembahasan

Pada penelitian ini, yang terbukti memiliki hubungan dengan status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 yaitu tingkat konsumsi energi , tingkat konsumsi protein dan pengetahuan gizi. Tidak terbukti ada hubungan dengan status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 yaitu aktifitas fisik. 1. Hubungan antara tingkat konsumsi energi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 Manusia membutuhkan energi perhari untuk menjaga kelangusungan hidup dan menjalankan kegiatan hidupnya. Energi diperoleh dari makanan yang masuk kedalam t ubuh dan tidak semua energi yang ada pada makanan dimanfaatkan tubuh (Almatsier, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada lansia di posyandu lansia didapati hasil meggunakan uji Chi-square dengan nilai value sebesar 0,002. Nilai p < (0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat


konsumsi energi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011

menunjukkan bahwa lansia yang memiliki tingkat konsumsi energi baik sebesar 63,5% (33 orang lansia) dengan status gizi baik , hal ini karena asupan makanan yang bersumber dari karbohidrat seperti nasi, roti, sayur-sayuran berwarna hijau dan lain-lain, sering di konsumsi oleh lansia. Selain itu pengatahuan lansia tentang manfaat mengkonsumsi sayur -sayuran mencapai (76,9%) sehingga lansia mengkonsumsi makanan mengandung gizi yang cukup. Tingkat konsumsi energi baik sebesar 1,9% (1 orang lansia) dengan status gizi kurang, hal ini karena sebagian lansia tingkat pendidikan lansia rendah mencapai (19,2%) sehingga lansia kurang memahami pentingnya mengonsum si makana yang bersumber energi (57,7%) selain itu lansia mengalami penurunan fungsi maka sering terjadi gangguan gizi. Contohya : pada lansia beberapa gigi -geligi, bahkan semua tinggal, sehingga terjadi kesulitan dalam mengunyah makanan di samping itu, al at pencernaan dan kelenjar kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga makanan yang mudah dicerna dan tidak memberikan fungsi kelencar

pencernaan. Tingkat konsumsi energi kurang sebesar 23,1% (12 orang lansia) dengan status gizi baik, hal ini karena sebagian lansia banyak yang tidak mengetahui pentingnya

mengkonsumsi makanan yang bersumber karbohidrtat (55,8%)

sehingga menyebabkan asupan energinya menjadi kurang (57,7%). Sedangkan tingkat konsumsi energi kurang sebesar 11,5% (6 orang lansia) dengan status gizi kurang. Hal ini karena secara keseluruhan lansia tidak mengetahui jenis makanan yang bersumber dari energi (57,7%) dan karbohidrat (55,8%) selain itu pula tingkat pendidikan lansia yang rendah (19,2%). Pada lansia hal ini dapat terjadi dikarenakan

rendahnya konsumsi energi dalam makan sehari -hari atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian di lakukan Sumiyati, mencari korelasi antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi di Panti Wreda Pucang Gading Semarang, di dapati hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai r= 0, 557 dan nilai p= 0,000 (p<0,05) (Sumiyati, 2007). Dari hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan tingkat konsumsi memiliki pengaruh terhadap status gizi. Hubungan yang diperoleh merupakan hubungan searah yang artinya semakin baik tingkat konsumsi energi maka akan semakin baik pula status gizinya. Hal ini sesuai teori bahwa tingkat konsumsi energi pada waktu dewasa jumlah kalori yang dibutuhkan

semakin menurun karena tingkat aktifitas juga menurun. Sementara itu asupan kalori cenderung berlebihan, sedangkan aktifiats fisik mengalami penurunan akibatnya kondisi ini dapat memicu terjadinya peningkatan berat badan atau kegemukan sehingga berat badan melebihi normal (Almatsier, 2004) 2. Hubungan antara tingkat konsumsi protein terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 Protein adalah fondasi sel pada manusia. Protein merupakan zat pembangun jaringan, membentuk struktur tubuh, pertumbuhan, transportasi oksigen, membentuk sistem kekebalan tubuh. Sumber protein yang baik yaitu berasal dari hewani dan nabati (Sumiyati, 2007). Berdasarkan hasil uji Chi-square dengan nilai sebesar 0,004. Nilai p < value

(0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara tingkat konsumsi protein


terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011.

Hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 terdapat 69,2% (36 orang lansia) yang memiliki protein baik dengan status gizi baik. Hal ini karena, sebagian lansia mengkonsumsi jenis makanan yang bersumber dari protein (55,8%) , dan lansia mengetahui manfaat sayur-sayuran (76,9%) selain itu sebagian

besar lansia tinggal dengan anak atau keluarga (50,0%) sehingga asupan protein yang di konsumsi terpenuhi. Tingkat konsumsi protein kurang dengan status gizi baik sebesar 17,3% (9 orang lansia). Hal ini karena lansia tidak mengetahui bahaya makanan yang diawetkan (48,1%) selain itu pula sebagian besar lansia tidak mengetahui jenis makanan yang bersumber protein (44,2%). Sedangkant tingkat konsumsi protein baik dengan status gizi kurang sebesar 3,8% (2 orang). Hal ini karena (55,8%) lansia mengetahui jenis makanan yang bersumber protein, Selain itu pula lansia tidak mengetahui manfaat minum air putih (17,3%), lansia yang tidak mengetahui manfaat mengkonsumsi sayur-sayuran (23,1%) dan buah-buahan (19,2%) hal ini akan terjadi gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus. Sehingga masalah gizi kurang terjadi akibat konsumsi pangan tidak cukup gangguan kesehatan. Lansia yang memiliki protein kurang dengan status gizi kurang sebesar 9,6% (5 orang lansia) karena masih ada lansia yang tidak mengetahui jenis makanan yang bersumber dari protein (44,2%) selain itu rata-rata pendidikan terakhir lansia yaitu sekolah menengah pertama yaitu (32,7%) ditambah dengan tidak tahunya bahaya minuan beralkohol (55,0%) dan kurangnya pengetahuan mengenai manfaat berolahrag a (19,2). mengandung protein serta karena

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan searah yang artinya semakin baik tingkat konsumsi protein maka semakin baik pula status gizi lansia tersebut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa lansia memb utuhkan protein untuk mengganti jaringan-jaringan yang rusak atau aus. Jika

konsumsi protein yang diperoleh dari makanan itu maka akan di peroleh status gizi yang baik (Sumiyati, 2007). Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian di lakukan Sumiyati, mencari korelasi antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi di Panti Wreda Pucang Gading Semarang, di dapati hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai r= 0,491 dan nilai p= 0,000 (p<0,05) (Sumiyati, 2007). 3. Hubungan antara aktifitas fisik terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 Menurut Sunita Almatsier (200 4) mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup sehat. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan aktivitas fisik merupakan suatu kondisi yang memerlukan tingkatan

gerakan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan energi yang dikeluarkan, sehingga kalori per jam akan berkurang tergantung tingkat aktivitasnya. Berdasarkan hasil uji Chi-square dengan nilai sebesar 0,379 Nilai > value

(0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap


status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011.

Hasil penelitian pada a ktifitas sedang pada lansia dengan status gizi baik sebesar 63,5% (33 orang lansia) . Hal ini tahun keatas

karena lansia paling banyak berumur 70

mencapai (30,8%) dan lansia banyak yang tidak bekerja lagi (67,3%) serta sebagian besar lansia tinggal dengan anak atau keluarga 50,0% sehingga asupan gizi yang di konsumsi terpenuhi. Lansia dengan aktifitas sedang dengan status gizi kurang sebesar 7,7% (4 orang lansia). Hal ini karena banyak lan sia yang tidak mengetahui bahaya mengkonsumsi makanan yang diawetkan (51,9%), tidak mengetahui keanekaragaman

makanan (78,8%) dan ada sebagian lansia tin ggal dengan pasangannya (15,4%). Lansia dengan aktifitas ringan dengan status gizi baik sebesar 23,1% (12 orang lan sia). Hal ini disebabkan karena

lansia mengetahui manfaat olahraga baik untuk tubuh (80,8%), dan lansia mengetahui manfaat minum air putih (82,7%). Lansia dengan aktifitas ringan dengan status gizi kurang sebesar 5,8% (3 orang lansia). Hal ini disebabkan karena lansia tidak bekerja (67,3%) dan lansia ada yang tidak menge tahui manfaat olah raga (19,2%) serta tidak mengetahui manfaat minum air putih (17,3%) Hal yang sama juga ditemukan di Puskesmas DKI Jakarta hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi status gizi lebih lanjut usia adalah sebesar 44.2%. Prevalensi lanjutusia dengan aktivitas fisik tingkat ringan sebesar 51.7%, sisanya dengan aktivitas fisik tingkat berat. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih (Zaenal,2000) 4. Hubungan antara pengetahuan gizi terhadap status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011 Pengetahuan gizi adalah wawasan seseorang mengenai gizi. Pengetahuan gizi dapat mempengaruhi keadaan gizi orang tersebut. Dengan pengetahuan yang luas diharapakan gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang gizi yang memadai. Seseorang dengan pengetahuan gizi yang luas diharapkan mampu menyusun menu makanan yang memenuhi

persyaratan

gizi,

dibandingkan

dengan

orang

yang

pengetahuan gizinya kurang. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai value sebesar 0,039 Nilai p < (0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi terhadap


status gizi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Segiri tahun 2011.

Lansia yang memiliki pengetahuan baik dengan status baik sebesar 59,6% (31 orang lansia). Hal ini terjadi karena banyak lansia mengetahui manfaat mengkonsumsi sayursayuran (76,9%), manfaat mengkonsumsi buah-buahan

(80,8%) dan manfaat minum air putih (82,7%) serta pendidikan terakhir lansia perguruan tinggi mencapai (9,6%). Lansia yang memiliki pengetahuan baik dengan status gizi kurang baik sebesar 3,8% (2 orang lansia). Hal ini terjadi karena rata-rata tingkat pendidikan terakhir lansia adalah sekolah menengah pertama (32,7%) dan tidak mengetahui jenis makanan sumber energi (57,7%). Pengetahuan kurang baik dengan status gizi baik sebesar 26,9% (14 orang lansia). Hal ini karena lansia sebagian tidak mengetahui keanekaragaman makanan (78,8%) dan bahaya mengkonsumsi makanan diawetkan (51,9%) serta rata-rata lansia pendidikan terakhirnya adalah sekolah dasar (25,0%).

Pengetahuan kurang baik dengan status gizi kurang sebesar 9,6% (5 orang lansia). Hal ini karena lansia pendidikan terakhir lansia paling banyak tidak sekolah (19,2%), banyak yang tidak mengetahui keanekaragaman makanan (78,8%), tidak mengetahui jenis makanan bersumber karbohidrat

(55,8%) dan tidak mengetahui jenis makanan bersumber protein (44,2%) Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian di lakukan Nurhayati, mencari korelasi antara status gizi dengan tingkat pengetahuan gizi di kabupaten propinsi Kalimantan Barat tahun 2007. Diketahui bahwa terdapat hubungan

bermakna (p<0,05) antara status gizi dengan tingkat konsumsi kalori (p=0,000), status gizi dengan tin gkat pengetahuan gizi (p=0,024) (Harmaini F, 2006).

You might also like