You are on page 1of 17

PENDAHULAN: KATA PENGANTAR

Oleh: Moedji Raharto Kepala Observatorium Boscha, Lembang, Bandung Guru Besar pada Jurusan Astronomi ITB Alam semesta adalah fana. Ada penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlangsung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan prosesproses lain yang tak diketahui. Dalam buku Penciptaan Alam Raya karya Harun Yahya ini penulis memperkokoh keyakinan akan terintegrasinya pemahaman Islam dan pemahaman manusia (ilmuwan) tentang asal muasal alam semesta. Adapun pertemuan pemahaman ayat Al Quran dan sains astronomi adalah bahwa alam semesta ini berawal dan berakhir; dan Al Quran lebih jauh memberi petunjuk bahwa alam semesta mempunyai Dzat Pencipta (Rabbul alamin). Fenomena ini diharapkan menjadi pembuka jalan dan pemicu integrasi Islam dalam kehidupan manusia. Seperti buku-buku Harun Yahya lainnya, penulis mengungkapkan renik-renik kehebatan, kemegahan, keindahan, keserasian, dan kecanggihan sebuah sistem di alam semesta, dan mengakhiri dengan pertanyaan: Apakah sistem yang demikian serasi terjadi dengan sendirinya, tanpa Yang Maha Perencana dan Yang Maha Pencipta? Eksplorasi semacam ini menggugah kecerdasan spiritual manusia, mendekatkan seorang muslim dengan khalik-Nya. Mari kita berbincang sedikit mengenai alam semesta ini.

Bumi dan Planet-Planet Lainnya Dimulai dari planet Bumi: sebuah wahana yang ditumpangi oleh bermiliar manusia. Kecerdasan spiritual manusialah yang akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini; perjalanan antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan akhir yang diketahui pasti, yang gratis dan tak berujung, hingga waktu kehancurannya tiba. Namun Bumi masih terlalu kecil dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar raksasa, lebih dari 1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi yang tak berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi pusat Galaksi lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar penuh. (Lalu apa rencana secercah kehidupan kita dalam pengembaraan panjang ini? Sangat sayang bila kita tidak sempat melihat kosmos hari ini. Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.)

Pengiring Matahari lainnya adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagainya. Ragam wahana dalam tata surya itu berupa sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang sangat panas; semuanya tak terpilih seperti planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana yang tersebar di alam semesta yang sangat luas itu tak semuanya mudah atau layak dihuni oleh kehidupan?) Putaran demi putaran waktu berlalu, kehancuran wahana bermiliar manusia akan menghampiri perlahan tapi pasti. Namun, berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta masih belum atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia telah dikerahkan dan pengetahuan bertambah, namun misteri alam semesta itu terus menjadi warisan bagi generasi berikutnya. Penjelajahan akal manusia mendapatkan fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia atom, planet, tata surya, hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas galaksi-galaksi muda. Dengan itu, pengetahuan manusia merentang dalam dimensi panjang 10-13 hingga 1026 meter, yang merupakan batas fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia sains. Pada abad ke-21 manusia masih berambisi untuk menyelami dunia 1035 meter (skala panjang Planck) atau 10-20 kali lebih kecil dari penemuan skala atom pada dekade pertama abad ke-20. Begitu pula dimensi lainnya seperti waktu, energi, massa, rentangnya meluas dari yang lebih kecil dan lebih besar. Tentang rentang waktu alam semesta, manusia mendefinisikan berbagai zaman (dan zaman transisi di antaranya): Zaman Primordial, ketika usia alam semesta antara 10-50 hingga 105 tahun, Zaman Bintang, (106 - 1014 tahun), Zaman Materi Terdegenerasi, (1015 1039 tahun), Zaman Black Hole, (1040 - 10100 tahun), Zaman Gelap ketika alam semesta menghampiri kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam Semesta, ketika materi meluruh. Tanpa fakta-fakta dan ilmu yang diketahui manusia (atas izin Allah), akhirnya manusia hanya bisa berspekulasi dan tak bisa mendefenisikan berbagai keadaan, misalnya sebelum kelahiran alam semesta dan setelah kehancuran. Penjelajahan akal manusia bisa menggapai penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di Matahari 1060 atau di Bumi 1050), energi ikat (antara Bumi dan Matahari sebesar 1033 Joule), energi radiasi matahari sebesar 1026 watt, energi Matahari yang diterima Bumi sebesar 1022 Joule, energi yang diperlukan manusia per tahun sebesar 1020 Joule, energi penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium sebesar 1013 Joule, energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108 Joule. Sebuah anugerah yang besar bagi manusia, walaupun melalui proses yang panjang.

Deskripsi dan Model Alam Semesta Kesan umum luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang seolah tak terhitung jumlahnya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar

dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu memerlukan waktu berabad-abad. Deskripsi pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut antargenerasi. Benda langit yang terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun. Karena periode orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada tahun 1959. Pada siang hari, pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan; sedang di saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat. Interaksi cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang berwarna warni. Matahari sendiri adalah satu di antara beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang lebih panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari 5.800o K), seperti bintang panas (bisa mencapai 50.000oK) yang memancarkan lebih banyak cahaya ultraviolet-cahaya yang berbahaya bagi kehidupan. Ada bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan cahaya merah dan inframerah dibandingkan cahaya tampak yang banyak dipergunakan manusia. Manusia bisa mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan Allah yang tidak pernah dikenali di muka bumi seperti Black Hole, bintang Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan bintang Nova atau Supernova, ledakan inti galaksi dan sebagainya. Akan tetapi, berbagai fenomena yang sangat dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan mahluk hidup yang rentan terhadap kerusakan. Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin bersungguh-sungguh menekuninya.

Dengan Sains Menangkap Realitas Alam Semesta Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang menghubungkan berbagai fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik materi, teori relativitas khusus) coba dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa, gagasan awal atau tentatif

dikemukakan untuk menjelaskan fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat dikatakan sebuah hukum. Dunia fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan konsep medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke Mekanika Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi pemecahan persoalan mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika untuk semua massa yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika Relativistik memecahkan persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10-27 kg dan bagi semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik) menjelaskan fenomena benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa dipergunakan sebagai pendekatan fenomena benda mikroskopik. Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik. Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya. Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta yang berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan). Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar, seperti Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar tahun). Itulah sebabnya ruang alam semesta yang pernah diamati manusia berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun, banyak benda langit yang tak memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi keberadaannya, protoplanet misalnya. Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini karena secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi. Berbicara tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan berdaya 10 watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 1026 watt dan berjarak satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu kota dengan daya lebih besarlah yang tampak terang. Menurut hukum cahaya, terang lampu akan melemah sebanding dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan pada jarak 2 meter, dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup. Maka, kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor cahaya juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan objek langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih besar. Teleskop yang besar pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek langit yang

lemah, walaupun berhasil mendeteksi obyek langit yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa dideteksi manusia. Pertanyaan lain muncul: Apakah semua objek langit bisa diamati melalui teleskop? Berapa banyak yang mungkin diamati dan dihadirkan sebagai pengetahuan? Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan kita juga merupakan pengamatan masa silam galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil informasi pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia berupaya menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan yang sangat jauh, yang akan dilalui melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya. Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat bergantung pada pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah sempurnakah, ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk ekstrapolasi persepsi yang salah? Sampai di batas mana manusia bisa membayangkan dan menjangkaunya? Bagaimana kondisi awal, bagaimana kondisi sebelumnya, bagaimana kondisi 5 miliar tahun ke depan, bagaimana kondisi 50 miliar tahun ke depan dan seterusnya? Apakah pengetahuan agama akan memberi jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut? Alam semesta yang megah akan runtuh, akan hancur, tapi entah bagaimana prosesnya, dan ada apa setelah kehancuran itu? Kita kembali kepada Allah untuk mencari jawaban-Nya, karena Dia adalah zat Maha Mengetahui atas segala ciptaan-Nya, dan manusia hanya diberi pengetahuan-Nya sedikit.

Khatimah Begitulah, melalui sains manusia mencoba dideskripsikan apa dan bagaimana proses fenomena alam bisa terjadi dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter yang bisa diamati dan diukur. Agama memperluas spektrum makna alam semesta bagi manusia tentang kehadiran benda-benda alam semesta, kehidupan dan manusia. Jawaban singkat tentang pertanyaan Siapa pencipta alam semesta beserta hukum-hukum alamnya: Allah adalah zat yang Maha Pencipta. Agama memperluas pengetahuan yang dicakup oleh metodologi sains dan rasionalitas manusia seperti berkenalan dengan alam gaib, akhirat dan sebagainya. Namun begitu, rupanya berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta di sekitar planet Bumi masih banyak yang belum terjawab atau mungkin tak berjawab hingga kehancuran Bumi

Oleh: Dr. T. Djamaluddin Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan

(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33} (Q.S. An-Naziat: 27-33) Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Quran atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Quran. Dari sejumlah ayat Al-Quran yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Naziat ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:

Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut big bang, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah. Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).

Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang

Gambar 1b) hembusan angin bintang dari kedua kutubnya

Gambar 1c) galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya

Gambar 1d) struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas

Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan

Dalam ayat 28 di atas terdapat kata meninggikan bangunan dan menyempurnakan. Kata meninggikan bangunan dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar 2).

Gambar 2) model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun. Sedangkan kata menyempurnakan, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi

Gambar 3) reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari Surat An-Naziayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil. Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.

Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi

Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi. Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam.

Gambar 4) daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi

Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet

Gambar 5) ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mulamula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air. Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya. Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.

Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia

Gambar 6) gunung sebagai pasak Bumi Dalam ayat 32 di atas, disebutkan gunung-gunung dipancangkan dengan teguh. Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi. Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orangorang yang bertanya. Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Quran, sejak kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu alam bisshowab.

Lokasi Bumi Di Alam Semesta. Bumi begitu kecil di Alam raya ini, begitu banyak halhal yang belum di ketahui oleh kita tentang isi dari alam raya ini. Baru-baru ini para peneliti astronom menemukan letak Lokasi Bumi Di Alam Semesta ini. Dan hal ini begitu mengagetkan tentunya. Di penjelasan ini bumi akan seperti pasir kerikil. Dimana lokasinya ? Penasaran ? Begitu banyak misteri di luar angkasa yang super duper luasnya. Misteri-misteri tak luput dari luasnya Alam Semesta ini. Bumi kita layaknya pasir kerikil putih yang amat sangat

kecil bagi galaksi-galaksi yang teramat besar. Inilah salah satu kebesaran-Nya. Betapa kecilnya kita dan betapa besarnya ciptaa-Nya.

Bumi

BUMI. Pernahkah anda berpikir lokasi bumi di Alam Semesta ini ? Alam Semesta yang begitu luas ini menyimpan banyak misteri. Kini bumi di buat sekecil mungkin.

Tata Surya

Bumi bersama planet-planet lain seperti Merkurius, Mars dan anggota Tata Surya lainnya. Termasuk planet-planet kerdil lainnya yang mengelili Matahari. Lalu dimanakah lokasi Tata Surya Di Alam Semesta Raya ini ?

Gugusan Solar Interstellar Neighborhood (Tetangga Antarbintang Tatasurya)

Coba anda lihat gambar di atas. Tata Surya bagai sebuah pasir butir yang teramat kecil yang siap di tabrak butir pasir lainnya. Tata Surya sendiri merupakakan Anggota Gugusan Solar Interstellar dimana orbit Tata Surya ini terlihat begitu kecil.

Bima Sakti (Milky Way)

Solar Interstellar Neighborhood itupun, berada dalam sebuah galaksi yang di beri nama Milkyway atau Bimasakti. Lihat pula pusat Galaksi Bima Sakti yang putih itu? Jaraknya 20.000 Tahun Cahaya dari Bumi kita! Waw jauh sekali bukan ?

Kelompok Antar Galaksi

Galaksi kita disini terlihat seperti batu kerikil. Galaksi Bimasakti atau Milkyway, berada dalam satu Cluster yang bernama Local Group. Isinya hanya beberapa Galaksi Kecil (Dwarf) sedangkan yang terbesar adalah Andromeda yang berjarak sekitar 2.500.000 Tahun Juta Tahun Cahaya dari kita.

Sekeliling Virgo Supercluster masih terdapat banyak Supercluster lainnya, termasuk tetangga kita Coma Supercluster yang berjarak 300 juta tahun cahaya! mereka bergabung dalam Gugus dari Gugus Super "Local" Dan, inilah Lokasi Local Supercluster di alam semesta yang bisa kita amati saat ini :

Begitulah Lokasi Bumi Di Alam Semesta ini. Bumi kita yang teramat kecil ini bisa saja di hantap oleh bebatuan-bebatuan besar lainya ( Galaksi ) Kecil sekali bukan ? Bagaimana pendapat anda ?

Jumat, 15 Oktober 2010 - Apakah hidup hanya unik pada bumi, ataukah umum dalam alam semesta kita? Dan jika ini adalah umum, seberapa dekat kita bisa menemukan kehidupan di luar bumi?

Penemuan Gliese 581g, sebuah planet asing yang mengorbit di zona habitasi bintang induknya, telah menambah bahan bakar baru ke arah perdebatan tentang keunikan bumi dan apakah ada kehidupan lain di alam semesta kita. Setiap planet adalah unik dalam rinciannya, tapi apa yang benar-benar kita pertanyakan adalah: apakah sifat-sifat umum dari bumi adalah sesuatu yang kita harapkan bersifat biasa di galaksi, ataukah langka? kata astrofisikawan Neil deGrasse Tyson, direktur Hayden Planetarium di Museum Sejarah Alam Amerika, minggu ini. Tyson berbicara selama diskusi panel Minggu (10 Oktober) untuk memperingati ulang tahun ke-10 museum Rose Center for Earth and Space. Topik utama panel: kemungkinan kehidupan di luar bumi, dan apakah bumi benar-benar hanya satu jenis atau tidak.

Penemuan Gliese 581g memacu komunitas ilmiah karena planet itu ditemukan di zona habitasi bintang sebuah kawasan di mana rentang planet bisa mempertahankan suhu zat cair di permukaannya. Area ini juga dikenal sebagai zona Goldilock, karena suhu permukaannya yang tidak terlalu panas atau terlalu dingin, yang berarti zat cair dan kondisi yang berpotensi mendukung kehidupan lainnya bisa saja ditemukan di planet ini. Di bumi, di mana ada zat cair, di situ ada kehidupan, kata Tyson. Jadi, air merupakan kartu menggiurkan bagi kami sebagaimana kami melakukan pencarian untuk kehidupan di alam semesta. Diskusi panel pakar terjadi sehari sebelum beberapa ilmuwan meragukan keberadaan Gliese 581g. Rekan penemu planet itu, Steven Vogt, mengatakan dia berdiri di belakang penemuan planet tersebut. Bumi sebagai model Untuk menentukan kondisi yang dibutuhkan untuk memelihara dan mempertahankan kehidupan di planet lain, pemahaman planet rumah kita sendiri adalah tempat yang baik untuk memulai. Bumi tidak diragukan lagi adalah langka di dalam tata surya, kata Don Brownlee, seorang profesor Astronomi di Universitas Washington di Seattle, selama panel. Jika Anda membayangkan alam semesta secara keseluruhan, itu nyaris sebuah tempat yang benar-benar bermusuhan. Bahkan di bumi, keberadaan hewan dan manusia hanyalah sepotong kecil dari sejarah planet. Bumi akan terus berlangsung sekitar 10 miliar tahun, namun butuh 4 miliar tahun evolusi geologi dan biologi di planet kita untuk menghadirkan hewan-hewan di atasnya, kata Brownlee. Bumi telah banyak berubah. Bahkan jika ada kehidupan di bumi untuk sebagian besar umur hidupnya, itu hanyalah kehidupan mikroba, bukan kehidupan hewan. Namun, ada mekanisme unik pada pekerjaan di planet kita yang membantu menjaga kelayakhunian, seperti pergerakan lempeng tektonik yang kompleks, yang menyebabkan gempa bumi dan aktivitas gunung berapi, dan berkontribusi terhadap atmosfer dan stabilitas iklim planet kita. Di Mars, tektonik sudah terhenti dan ia kehilangan atmosfernya, kata anggota panel, Paul Falkowski, seorang profesor Geologi dan Ilmu Kelautan di Universitas Rutgers di Newark, NJ, Di Venus, ia terlalu panas untuk kehidupan bisa eksis seperti yang kita kenal. Bumi adalah satu-satunya yang berada zona layak huni.

Jika kehidupan ditemukan di planet lain dalam tata surya kita misalnya di Mars penemuan itu akan sangat memberi peluang bagi kita menemukan kehidupan di tempat lain di alam semesta, kata seorang anggota panel, Chris McKay, seorang ilmuwan riset di NASA Ames Research Science Center di Moffett Field, California Di sini, di dalam sistem surya kita, jika hidup dimulai dua kali, itu memberitahu kita beberapa hal yang menakjubkan tentang alam semesta kita, katanya. Artinya alam semesta ini penuh dengan kehidupan. Hidup menjadi sebuah fitur alam semesta, bukan hanya menjadi keunikan planet yang agak aneh ini di seputar bintang. Masalah waktu dan kesabaran Jadi, apakah hidup hanya unik pada bumi, ataukah umum dalam alam semesta kita? Dan jika ini adalah umum, seberapa dekat kita bisa menemukan kehidupan di luar bumi? Saya lebih optimis bahwa, dalam hidup saya, kita akan tahu jawabannya, Apakah kita sendirian? [Sebelum kita tahu] asal usul kehidupan, kata Falkowski. Dan sementara beberapa panelis tidak setuju tentang apakah bumi itu sendiri adalah unik, mereka lebih mudah bisa setuju bahwa menemukan beberapa bentuk kehidupan asing baik itu mikroba atau pun sebaliknya hanyalah masalah waktu. Saya akan mengatakan bahwa planet seperti-bumi adalah umum, kata Fred Adams, seorang profesor Fisika dari Universitas Michigan di Ann Arbor. Sifat planet dan bentangan untuk kehidupan bisa terbentuk, kita sudah mengalaminya. Hidup hanyalah proses fisik, dan proses fisik terjadi di mana-mana. Ini akan menjadi luar biasa jika hidup dalam beberapa bentuk tidaklah bersifat umum. Sumber: space.com

You might also like