You are on page 1of 7

Respon Tubuh Terhadap Tantangan Imunologik.

Untuk mempertahankan kehidupan suatu organism harus mampu melindungi diri dari ancaman terhadap individualitasnya dan mengenali perbedaan antara diri sendiri dan asing. Kunci bagi kemampuan tubuh untuk membedakan diri dari asing adalah kompleks histokompatibilitas mayor (MHC) , suatu kelompok gen di lengan pendek kromosom 6 yang mengendalikan produksi sekelompok tertentu molekul yang berfungsi sebagai antigen sel atau penanda diri. Tiga fungsi system imun adalah : 1. Pertahanan (destruksi zat asing seperti virus bakteri untuk mencegah infeksi oleh patogen). 2. Homeostasis (membersihkan dari bahan-bahan yang tidak bermanfaat dari tubuh misalnya sel yang rusak, mencegah sisa sel berkembang menjadi ancaman). 3. Surveilans (mengenali dan menghancurkan sel yang bermutasi, misalnya sel kanker). Antigen atau imunogen adalah suatu molekul atau sel yang merangsang respon imun. Karakteristik suatu bahan yang dapat berfungsi sebagai antigen antara lain adalah : 1. Harus cukup besar kompleks dan asing bai pejamu. 2. Terdapat dalam jumlah memadai . 3. Epitopnya harus dapat diakses dan 4. Biasanya merupakan protein dengan berat molekul > 10.000 dalton. Hapten adalah antigen yang sendirian terlalu kecil untuk memicu respon imun sehingga harus menyatu dengan protein tubuh untuk merangsang reaksi imun. Antibody atau immunoglobulin adalah glikoprotein plasma yang disekresikan oleh limfosit B(sel

plasma) yang bereaksi dengan antigen asing. Semua sel darah berasal dari sel bakal pluri potensial. Sel bakal pluri potensial adalah sel embrionok yang dapat membentuk beragam sel hematopoitik dan dapat membelah diri. Sel bakal pluripotensial ditemukan di sumsum tulang dan jaringan hematopoitik lain dan menghasilkan semua komponen dara. System limfoid mempertahankan tubuh dari gen penginvasi melalui pemanfaatan dua respon imun.: Imunitas seluler dan imunitas humoral Organ limfoid primer adalah sumsum tulang tempat berkembangnya sel B dituntaskan dan timus tempat berkembang sel T dituntaskan Jaringan limfoid sekunder mencakup kelenjar getah bening, tonsil, limpa, dan jaringan terkait mukossa di kulit, saluran nafas, saluran GI, dan Saluran GU. Respon imun adaptif dihasilkan di kelenjar getah bening, limfa, dan jaringan limpoid terkait mukosa. Di limpa dan kelenjar limfe pengaktifan limfosit oleh antigen terjadi di kompartemen sel B dan Sel T yang tersendiri. Respon imunitas seluler, atau cell mediated immunity adalah respon imun yang dilaksanakan oleh limfosit T Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama yaitu fungsi pengendali dan fungsi pelaksana. Fungsi pengendali terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T : sel T penolong (juga dikenal sebagai sel CD4 karena petanda CD di permukaan sel diberi nomor 4) Sel CD4 memiliki 4 fungsi : 1. Sel CD4 memiliki fungsi pengendali, mangaitkan system monosit-

makrofag ke system limfoid. 2. Sel CD4 berinteraksi dengan sel penyaji antigen (APC) untuk mengendalikan produksi immunoglobulin 3. Sel CD 4 menghasilkan sitoksin yang memungkinkan tumbuhnya sel CD4 dan CD8.. dan 4. Sel CD4 berkembang menjadi sel pengingat. Fungsi efektor imunitas selaluler dilakukan oleh sel T sitoksin (pemusnah) (juga dikenal sebagi sel CD8 karena cluster of differentiation-nya diberi angka 8). Sel CD8 mampu mematikan sel yang terinfeksi virus, sel tumor, dan jaringan transplantasi dengan menyuntikkanperforin (bahan kimia pembentuk pori-pori) ke sasaran asing dan memasukkan granzymes (enzim-enzim proteolitik) melalui porisehingga sel sasaran mengalami apoptosis (kematian sel terprogram atau bunuh diri) Imunitas seluler memiliki 4 fungsiyang seering dikutip : (1) sel T CD8 menyebabkan kematian secara langsung sel sasaran misalnya sel yang terinfeksi virus atau sel tumor. Sel T CD8 melakukan fungsi ini dengan mengikat sel sasaran dan mengeluarkan porforin untuk mematikan sel melalui proses aoptosis. (2) sel-sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat menghasilkan sitokin yang menyebabkan peradangan. Sitokin tidak saja secara langsung mempengaruhi jaringan tetapi juga mengaktifkan sel lain misalnya APC. (3sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat. Sel T pengingat memungkinkan terjadinya akselerasi respon imun apabila tubuh terpajan imunogen yang sama untuk kedua kalinya sering terjadi lama setelah pajanan pertama. (4) sel T juga memiliki peran penting dalam pengendalian

atau control. Sel CD4 dan CD8 memfasilitasi dan atau menekan respons seluler dan humoral Sel natural killer (NK) mengkhussuskan diri dalam menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan neoplasma dengan mengeluarkan perforin seperti yang dihasilkan oleh sel CD8. Perbedaa utama antara sel CD8 dan sel NK adalah bahwa yang terakhir tidak spesifik untuk epitop tertentu dan tidak bertambah kuat oleh pajanan sebelumnya. Sel T sitotoksik (sel CD8) dapat mengenali hanya antigen yang berikatan dengan molekul MHC kelas I Sel T penolong (sel CD4) dapat mengenali hanya antigen yang berikatan dengan molekul MHC kelas II Respon imun humoral bersifat tidak langsung dan dilaksanakan oleh immunoglobulin spesifik (antibodi) yang dihasilkan oleh sel B aktif (sel plasma) Struktur dasar suatu immunoglobulin memiliki bentuk Y khas (dua rantai polipeptida berat dan dua rantai ringan yang disatukan oleh ikatan disulfida). Region variabel atau pengikat antibody (Fab) di ujung Y mengikat epitop antigen. Region konstan atau fragmen Fc di batang Y penting untuk emfiksasi komplemen dan merupakan tempat IgE mengikat basofil atau sel mast. IgG (globulin gama) adalah immunoglobulin yang paling banyak di tubuh serta banyak dijumpai di dalam darah. IgG adalah satusatunya Ig yang menembus plasenta dan penting untuk melindungi tubuh dari serangan bakteri IgM. Adalah immunoglobulin paling besar, beredar sebagai pentamer,

dan bertanggung jawab dalam respon imun primer. Imunitas humoral yang melibatkan IgG atau IgM dapat dibantu oleh system komplemen, suatu system amplifikasi yang menuntaskan kerja immunoglobulin dan menyebabkan lisis patogen dan sel tertentu. Komplemen adalah sekelompok protein (yang terdiri dari 9 atau lebih protein) yang dalam keadaan normal beredar dalam darah bentuk inaktif. Apabila diaktifkan, proteinprotein ini dapat menimbulkan respons peradangan. Jenjang komplemen dapat diaktifkan melalui jalur klasik (IgG atau IgM) atau jalur alternatif. Beberapa efek dari komponen komplemen adalah kemotaksis (C5a; C5b67); anafilatoksin atau pelepasan histamine (C3a; C5a; C4a); opsonisasi (C3b); sitolisis sel sasaran oleh membrane attack complex (C5-C9) IgA dapat berada dalam bentuk monomer, dimer atau trimer dan memiliki sebuah secretory piece. IgA terutama terdapat dalam sekresi tubuh kolostrum, air mata, air liur dan dalam sekresi saluran nafas, GI dan GU. Fungsi utama IgA adalah mempertahankan permukaan mukosa terhadap invasi oleh bakteri atau virus. IgE adalah suatuu Ig sitofilik dan terutama ditemukan melekat ke sel mast dan basofil. IgE terlibat dalam reaksi hipersensitifitas tipe I. Immunoglobulin memiliki lima fungsi efektor utama : (1) immunoglobulin menyebabkan ADCC (2) immunoglobulin memungkinakan terjadinya imunitas pasif (akuisisi imunitas karena mendapat immunoglobulin yang sudah terbentuk) (3) immunoglobulin meningkatkan opsosinasi (pengendapan pada suatu antigen yang mendorong kontak lekat stabil

dengan sel fagositik) (4) immunoglobulin mengaktifkan komplemen (sekelompok glikoprotein serum) dan (5) immunoglobulin juga dapat menyebabkan anafilaksis Komplek MHC atau HLA adalah sekelompok gen yang terletak di lengan pendek kromosom 6 yang mengkode antigen-antigen HLA. Antigen HLA dibagi menjadi 3 kelompok : antigen kelas I (HLA lokus A,B,C) ditemukan di permukaan sebagian besar sel dalam tubuh ; antigen kelas II (lokus DR,DQ,DP) ditemukan terutama di permukaan sel imunokompeten, termasuk monosit, makrofag, sel Bdan sel T. antigen kelas I dan II penting untuk menentukan kecocokan jaringan yang ditranplantasikan. Antigen kelas III berperan dalam jalur klasik alternative pada jaringan kompelem. Respon mun primer terjadi setelah pajanan awal ke suatu antigen; respon berlangsung lambat dan pada awalnya yang mendominasi adalh IgM diikuti oleh lonjakan ringan IgG. Pada pajanan kedua ke antigen yang sama, sel plasma menghasilkan terutama IgG dan respon yang timbul jauh lebih kuat dan lebih cepat dibbandingkan dengan pajanan pertama karena sel B pengingat. Terdapat dua kelompok besar imunitas di dapat : 1. Imuntas di dalam alami : a. aktif : antibody dihasilkan setelah mengidap da sembuh dari penyakit (misalnya cacar air) atau b. pasif : antibody yang sudah diperoleh bayi dari ibu melalui plasenta atau kolostrum 2. Imunitas didapat artificial : a. aktif : pembentukan antibody secra aktif oleh individu setelah vaksinasi (misalnya organism hidup yang sudah dilemahkan

misalnya rabies campak gondongan ; organism yang sudah mati misalnya tifoid pertusis, polio salk; modifikasi eksotoksin misalnya toksoid tetanus) atau b. pasif : peminjaman imunitas yang sudah jadi melalui penyuntikan serum imunitas (misalnya antitoksin tetanus). Imunitas aktif berlangsung perlahan dan memerlukan waktu beberapa minggu untuk timbul tetapi bertahan lama (tetapi mungkin memerlukan booster atau penguat) imunitas pasif bersifat segera tetapi temporer, bertahan hanya beberappa bulan. Penyakit imunologik dapat dibagi menjadi tiga kelas : 1. Penyakit imunodefisiensi : primer atau sekunder (misalkan AIDS); 2. Penyakit hipersensitivitas (misalnya alergi). 3. Penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik) Penyakit hipersensitivitas dibagi menjadi empat tipe : reaksi tipe I (anafilaktik); reaksi tipe II (sitotoksik); reaksi tipe III (kompleks imun); dan reaksi tipe IV (diperantarai oleh sel) Jawaban : IgA : Ig utama dalam sekresi missal air mata air liur serta sekresi saluran GI dan GU IgD : fungsi tidak jelas IgE : memperantarai anafilaksis IgG : Ig paling banyak dalam darah ber[peran dalam respon imun sekunder IgM : Ig paling primitive dan paling besar berperan dalam respon imun primer. RESPON TUBUH TERHADAP AGEN MENULAR Infeksi dapat timbul bila beberapa agen mikroba telah melekat pada beberapa permukaan tubuh atau

masuk dan menyerang jaringan hospes untuk kemudian tumbuh dan menjadi banyak. Infeksi adalah suatu keadaan yang sering timbul biasanya tanpa gejala dan jarang menimbulkan penyakit yang khusus. Garis pertahanan pertama yang melawan serangan agen penginfeksi yang potensial menyebakan penyakit adalah sawar fisik, kimia, dan biologi tubuh. Epitel, lapisan keratin yang kering dan penggantian sel-sel kulit membuat satu perlindungan mekanik bagi infeksi. Sifat kimia keringat dan kelenjar sebasea memiliki efek pembunuh bakteri yang ringan dan flora normal pada kulit memberikan perlindungan biologi. Saluran pencernaan yang dilapisi oleh membrane mukosa dan lapisan pelindung mucus. Memberikan perlindungan mekanik dan serangan mikroba. Aliran air liur membersihkan banyak mikroba secara mekanik. Gerakan paristaltik yang cepat pada lambung dan usus kecil memberikan pertahanan secara kimia. Pada akhirnya flora normal mulut tenggorokan dan usus besar memberikan pertahanan secara secara biologi bagi perkembangan mikroba. Mucus pada saluran pencernaan mengandung antibody yang memberikan pertahanan imuologik. Mukosiliaris yang bergerak pada saluran pernafasan memberikan pertahanan mekanis bagi infeksi. Makrofag alveolus yang memiliki daya gerak antibody yang terdapat pada sekresi saluran pernafasan mampu membunuh mikroba. Epitel berlapis dan pancaran dari aliran urin memberikan perlindungan dalam melawan infeksi pada traktus urinarius Aliran air mata dari mata merupakan satu pertahanan dalam melawan

infeksi dan antibody terdapat dalam air mata. Garis pertahanan kedua dalam melawan infeksi mikroba adalah reaksi peradangan yang bertindak dalam membatasi menetralisir dan membunuh organism yang menyerang. Jika agen infeksius tidak dapat dikendalikan oleh respon peradangan atau kelenjar getah bening setempat, mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam darah (septikimia atau sepsis) dan dapt menyebar ke seluruh tubuh. Sel fagositik dalam system monosit magrofag dan imunitas khusus terutama dalam hati dan limpa, memberikan garis pertahanan akhir dalam membunuh mikroorganisme. Cara-cara infeksi termasuk melalui kontak permukaan (kulit atau membrane mukosa) dan melalui inhalasi atau menelan microorganism. Cara-cara ini termasuk juga tranmisi langsung dari orang ke orang atau pengiriman tidak langsung melalui kontak dengan objek air, makanan, tanah atau vector yang sudah terkontaminasi. Walaupun penyakit yang spesifik disebabkan oleh invasi organism yang pathogen, namun tetap bergantung pada interaksi karakteristik organnisme itu sendiri, keganasan, dan kemampuan menyebabkan penyakit jaringan pertahanan humoral serta keadaan umum kesehtan pejamu. Banyak orang yang dalam tubuhnya mengandung pneumokokus, meningokokus dan pathogen lain namun sangat sehat. Infeksi semacam ini itu aada, namun tidak cukup untuk menyebabkan penyakit infeksi. Infeksi oportunistik timbul akibat kesempatanyang disediakan oleh keadaan fisiologis hospes.

Sehingga ketika antibiotic atau kortikosteroid tertentu diberikan untuk waktu yang lama mikroorganisme tertentu yang dalam keadaan berbeda tidak bersifat pathogen menjadi pathogen karena penekan flora normal dan pertahanan imun infeksi oportunistik seringkali timbul pada pasien AIDS Jawaban pertanyaan : Vibrio cholera : membentuk koloni pada lumen dan usus tidak pernah menembus Basil tifoid : menyerbu lapisan usus dan memasuki aliran darah Spiroketa sifilis : menembus membrane mukosa atau kulit dan memasuki aliran darah secara luas di dalam tubuh Basil tetanus : tetap local, tetapi mnegaluarkan secret berupa toksin yang disebarkan melalui aliran darah GANGGUAN SIRKULASI Kongesit (hyperemia) adalah suatu keadaan berlebihnya darah dalam jaringan yang dapat bersifat aktif maupun pasif Kongesti aktif adalah peningkatan jumlah darah yang mengalir ke suatu daerah karena dilatasi arteri. Contohnya hyperemia yang menyertai radang akut atau peningkatan aliran darah ke otot yang sedang berkontraksi (hyperemia fungsional) Kongesti pasif timbul bila terjadi kerusakan pada system aliran darah dari jaringan. Contohnya termasuk kongesti paru pada kegagalan ventrikel kiri serta kongesti hepar dan sistemik pada keadaan adanya kegagalan ventrikel kanan. Kongesti pasif kronik dapat menimbulkan perubahan pada jaringan yang terkena seperti atrofi, fibrosis dan pengendapan pigmen tertentu (missal himosiderin)

Edema adalah pengumpulan cairan yang berlebihan di antara sel-sel (kompartemen cairan interstisial) atau di dalam berbagai rongga tubuh. Empat mekanisme dasar yang menyebabkan edema dapat diperoleh dengan melihat kekuatasn normal pengontrolan pertukaran cairan melewati dinding-dinding pembuluh darah : 1. Peningkatan tekanan hidrolistik (missal gagal jantung kongesti). 2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah (missal radang akut). 3. Penurunan tekanan osmotic koloid (missal hipoalbuminemia) dan 4. Obstruksi limfatik (missal mastektomidengan pengangkatan kelenjar getah bening aksilia) Pengumpulan eksudat karena peningkatan permeabilitas vaskuler. Eksudat mengandung leukosit dan protein yang lebih banyak serta memiliki berat jenis yang lebih tinggi dari pada transudat. Eksudat juga mengandung fibrinogen yang menyebabkan pembekuan. Sebaliknya transudat yang terkumpul dalam jaringan atau ruangan untuk alasan selain peningkatan permeabilitas vaskuler dan mengandung sedikit protein, memiliki berat jenis yang lebih rendah, merupakan sel buruk dan tidak membeku. Pengumpulan cairan edema bermakna dalam paru atau otak dapat menyebabkan kematian seseorang Perdarahan adalah proses keluarnya darah dari system kardiovaskuler, dengan pengumpulan di jaringan lunak rongga tubuh atau keluar dari tubuh dan disebabkan oleh kelainan mekanisme hemostatik. Efek local dan sistemik perdarahan bergantung pada lokasi jumlah dan cepatnya darah yang hilang.

Hilangsnya sejumlah kecil darah secara local, seperti pada memar mungkin menimbulkan akibat ringan atau mematikan jika terjadi di dalam otak (perdarahan serebral), kantong pericardium (menyebabkan temponade jantung), atau pada paru (menyebabkan sesak nafas. Kehilangan darah dalam jumlah yang besar dan cepat dapat menimbulkan syok sirkulasi dan kematian; kehilangan darah dalam jumlah lebih sedikit dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan animea. Thrombosis adalah proses pembentukan bekuan darah yang tidak sesuai dengan system vaskuler manusia hidup, dan bekuan darah tersebut dinamakan thrombus. Jika radang mendominas diisebut tromboflebitis. Thrombus dapat terbentuk dalam system vena. Pembentukan thrombus timbul bila terjadi peningkatan kemampuan darah membeku atau bila terdapat kelainan aliran darah. Bagian thrombus (embolus) dapat menerobos dan tersangkut di ujung cabang-cabang kecil pembuluh darah, yang dalam keadaan ini sidebut embolisme. (bahan-bahan lain seperti lemak, sel-sel kanker, bahan-bahan asing atau gelembung udara juga dapat berlaku sebagai emboli). Emboli arteri terbentuk di bagian kiri system sirkulasi baik di bilik jantung kiri atau arteri besar. Thrombus vena terbentuk di bagian kanan sirkulasi, baik di bilik jantung kanan atau lebih sering di venavena dalam pelvis. Akibat dari embolus arteri yang tersangkut di pembuluh darah serebral bias merupakan stroke atau kehilangan tungkai, bila embolusnya tersangkut pada cabang arteri femoralis. Embolus besar yang berasal dari vena dalam

pelvis maupun tungkai yang menyumbat arteri utama paru dapat menyebabkan kematian. Arteriosklerosis adalah istilah umu yang memiliki arti pengerasan arteri dan termasuk juga sklerosis monckeberg (penumpukan garam kalsium pada dinding arteri), arteriosklerosis (penebalan dinding arteriol akibat hipertensi) dan aterosklerosis (pembentukan lpak lemak pada dinding arteri) Satu plak arterosklerosis mempersempit lumen arteri dan membantu pembentukan thrombus pada permukaan dinding arteri yang kasar. Thrombus yang menyumbat arteri berukuran sedang seperti arteri koronaria aterosklerotik, akan mengakibatkan trombosisi koronaria (serangan jantung). Atreosklerosis pada arteri yang berukuran besar seperti aorta dapat mengurangi keelastisan dan lapisan otot, yang menyebabkan aneurisma (pengembangan dinding arteri). Iskemia adalah suplai darah yang tidak adekuat ke jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen maupun zat-zat makanan dan hal tyersebut merupakan penyebab tersering kerusakan sel. Iskemia cenderung merusak jaringan lebih cepat daripada hipoksia (hanya kekurangan oksigen), karena jaringan kekurangan substrat untuk glikolisis sehingga menghentikan metabolisme anabolitik Akibat yang ditimbulkan iskemia bervariasi bergantung pada luasnya. Pada arteria koronaria yang menyempit akibat aterosklerosis , jika seorang mulai meningkatkan kerja kebutuhan metabolic, otot jantung yang mengalami iskemik dapat menyebabkan nyeri dada (angina pekrotis). Akibat iskemia yang paling parah adalah kematian

jaringan iskemik, yang disebut infark atau nekrosis iskemik.

You might also like