You are on page 1of 5

1 | H a l a m a n

SEPUTAR SYABAN


Al Quran:
Dalam surat al Fajr 1-2 disebutkan:
,>l. _!.l. :s '
1) demi fajar. 2) dan malam yang sepuluh,
Dalam ayat diatas, Allah SWT menjadikan fajar dan malam sepuluh sebagai sumpah. Menurut
para ahli tafsir, bila didalam al Quran ada ayat sumpah maka ayat itu memiliki maksud:
a. Untuk menarik perhatian.
b. Ada sesuatu yang spesial dibalik ayat tersebut (pengkhususan). Dalam hal ini, pengkhususan
berarti pemuliaan.
Malam yang sepuluh pada ayat diatas banyak sekali tafsirnya, kalau dihimpun dari pendapat
berbagai ulama ahli tahkik (ahli menyimpulkan kebenaran) maka ada 5 malam sepuluh yg dimuliakan.
1. Malam 10 pertama Rajab.
2. Malam 10 kedua Syaban.
3. Malam 10 ketiga Ramadan.
4. Malam 10 pertama Muharram.
5. Malam 10 pertama Dzulhijjah.
Setidaknya ada tiga sudut pandang dalam menjelaskan hal ini. Sudut pandang tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Diantara 365 malam, ternyata ada 5 malam-malam yang dimuliakan oleh Allah SWT sendiri,
karena bentuk ayat itu bukan saja sekedar kalam khobar (informasi), melainkan Allah SWT
menyebutkannya seraya bersumpah. Dengan kata lain, Allah bermaksud memuliakan malam-
malam tersebut. Jika Allah saja memuliakannya maka kitapun harus juga demikian (takholuq bi
khuluqillah = berakhlak sebagaimana akhlak Allah), yakni menjadikan malam-malam tersebut
malam yg special (berbeda dengan malam biasa).
2. Segala sesuatu yang dimuliakan Allah adalah termasuk al hurumat. Lihat surat al Hajj (22) ayat 30:
il: .. .L-`. ..`,`> < . .> .` ..s ..
30) Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan al hurumat (apa-apa yang terhormat) di sisi
Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya...

Setiap yang terhormat disisi Allah memiliki nilai syiar agama, perhatikan ayat 32 berikutnya,
sebagai penjelasan tentang al hurumat:
il: .. .L-`. ..-: < !. . ..1. ..l1l '
32) Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul
dari ketakwaan hati.
Al hurumat menurut para ulama, antara lain adalah
2 | H a l a m a n

(Dimensi tempat/alat) tanah Mekkah Madinah, masjid-masjid, makam para Nabi, sahabat dan
wali, mushaf al Quran.
(Dimensi waktu) malam Jumat, 5 malam yg dimuliakan (malam Raghoib, malam Nisfu Syaban,
malam Lailatul Qadar, malam 2 hari raya).
Sebagaimana ayat diatas, hanya yang memiliki ketakwaan hati (kepekaan hati) yang mampu
mengagungkan syiar-syiar Allah. Janganlah kita bersikap seperti orang bodoh yang dengan alasan
menjaga agama justru pada akhirnya merusak syiar-syiar Allah.
3. Ada dua jenis perintah dalam al Quran: perintah langsung (jelas) dan perintah persuasif. Untuk
orang-orang yang beriman (level imannya belum menghasilkan ketakwaan) Allah selalu
menggunakan perintah langsung, sedangkan kepada orang yang bertakwa, Allah menggunakan
bahasa persuasif (bukan kalimat perintah langsung). Dalam hal ini, doa pada malam nisfu Syaban
termasuk perintah persuasif (isyarat dengan kalimat sumpah), sehingga kita tidak mendapati
perintah yang secara jelas tentang malam nisfu Syaban didalam Quran.
Contoh perintah langsung didalam al Quran adalah perintah puasa dalam surat al Baqoroh 183:
!.!.. _ .`... .. `..l. `!..l !. .. _ls _ . .l. .>l-l _.1`. .
183) Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Dalam ayat diatas jelas sekali bahwa puasa diperintahkan pada orang-orang yang beriman agar
mereka mencapai derajat takwa. Contoh yang lain silahkan lihat diantaranya surata Ali Imran 102,
al Anfal 42 dan al Hujurat 11.
Contoh lain perintah persuasif dalam Ali Imran 133:
.`s!.. _|| :,-. . .. .>. !.`s .....l `N. ..s _.1`..ll _
_.1.`. _ ..l ..l. _..L.l. 1.-l _.!-l. s !.l <. .> _...`>.l '
133) dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134) (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.
Dalam ayat diatas, disebutkan ciri-ciri orang yang bertakwa yaitu menafkahkan harta dikala
sempit atau lapang, mampu menahan amarah, suka memaafkan kesalahan orang. Di akhir ayat
disebutkan bahwa Allah menyukai orang yg berbuat ihsan, maksudnya ini adalah sebagai isyarat
bahwa suka berbuat ihsan juga termasuk ciri orang yang bertakwa.

Al Hadits dan Atsar
Mengenai nishfu Syaban, bertebaran hadis yang membicarakannya. Dalam memahami hadis
hendaknya kita mengerti tentang bagaimana ulama mujtahid mengambil suatu hukum/memutuskan
suatu masalah. Penggunaan hadis dalam kalangan ulama mujtahid ahlus sunnah wal jamaah harus
dilihat melalui 2 sisi:
1. Sisi sanad (riwayat), sehingga muncul derajat hadis ahad (diriwayatkan dari jalus tunggal
sahabat), mutawatir (banyak sahabat yang meriwayatkan), shohih, hasan, dloif, maudlu (palsu).
2. Sisi matan (dhiroyah), sehingga muncul derajat hadis yang menguatkan (al Quran/hadis yang
shohih) atau hadis yang melemahkan.
3 | H a l a m a n

Kadangkala ada hadis yang dari segi sanad shohih namun dari segi matan melemahkan
perintah dalam Quran atau hadis yang lebih shohih dan mutawatir, maka dalam kasus ini ulama
mujtahid ahlus sunnah wal jamaah menolaknya (tidak menggunakannya sebagai rujukan). Contoh
adanya hadis menggerak-gerakkan jari telunjuk ketika tasyahud dan Rasulullah menjama sholat
meski bukan dalam kondisi perjalanan. Menggerak-gerakan jari telunjuk berlawanan dengan prinsip
sholat yang dijelaskan dalam al Quran (khusyuk=tenang) dan bertentangan dengan banyak hadis lain
yang shohih dan lebih mutawatir. Begitu pula mengenai menjama sholat dalam kondisi muqimin.
Ada juga hadis yang berderajat hasan bahkan dloif dari segi sanad, namun bila isinya
menguatkan al Quran dan hadis shohih yang lain maka ulama mujtahid akan menaikkan derajatnya
menjadi hadis hasan sehingga juga menggunakannya sebagai pendukung dalam memutuskan suatu
masalah. Contoh hadis tentang amalan nisfu Syaban yang sebagian adalah dloif menurut ulama ahli
hadis.
Berikut beberapa hadis dan atsar yang berkenaan dengan Nisfu Syaban dan amalan
didalamnya:
1) Diriwayatkan oleh Tirmudzi didalam An-Nawadir dan oleh Thabarani serta Ibnu Syahin dengan
sanad Hasan, berasal dari Aisyah ra. yang menuturkan bahwa Rasulallah saw. pernah
menerangkan bahwa: Pada malam nishfu Syaban ini Allah mengampuni orang-orang yang mohon
ampunan dan merahmati mereka yang mohon rahmat serta menangguhkan (akibat) kedengkian
orang-orang yang dengki.
2) Dalam silsilah al-Ahadits al-Sahihah, No. 1144 oleh Syeikh Albani, disebutkan hadis yakni, Allah
melihat kepada hamba-hambaNya pada malam nishfu Syaban, maka Dia ampuni semua hamba-
hambaNya kecuali musyrik (orang yang syirik) dan yang bermusuhan (orang saling membenci).
3) Hadits dari Aisyah ra: Suatu malam Rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga
aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau
dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: Hai Aisyah engkau tidak
dapat bagian?. Lalu aku menjawab: Tidak ya Rasulullah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak
(menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama. Lalu beliau bertanya:
Tahukah engkau, malam apa sekarang ini. Rasulullah yang lebih tahu, jawabku. Malam ini adalah
malam nisfu Syaban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Dia memaafkan mereka
yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan
menyingkirkan orang-orang yang dengki . (HR. Baihaqi) Menurut perawinya hadits ini mursal
(ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.
Dari jalur lain yang semakna dengan hadis diatas. Anas bin Malik bercerita bahwa Rasulullah
pernah menyuruhnya pergi ke rumah Aisyah untuk suatu keperluan. Anas berkata kepada Aisyah,
Cepatlah, karena saya meninggalkan Rasulullah Saw. sedang membicarakan malam Nisyfu Saban.
Aisyah berkata kepadanya, Duduklah, saya akan menyampaikan kepada Anda hadis tentang Nisfu
Syaban. Pada malam Nisfu Syaban kebetulan ia adalah malam giliran saya. Pada malam itu, saya
terbangun, tetapi saya tidak menemukan beliau berada di sisi saya. Saya mengira beliau pasti
mengunjungi budak yang bernama al-Qibthiyah. Saya keluar melewati masjid, tiba-tiba kaki saya
menyandung Rasulullah Saw yang saat itu sedang berdoa, Jiwaku tunduk kepada Mu, hatiku
beriman kepada Mu. Inilah tanganku dan apa yang kusembunyikan dalam diriku. Wahai Yang
Mahaagung, ampunilah dosa-dosaku. Wajahku bersujud kepada Mu, duhai Sang Pencipta. Ya Allah,
berilah aku hati yang bersih dari perbuatan syirik, kufur dan dari perbuatan-perbuatan orang yang
celaka.
Beliau lalu sujud dan berdoa, Tuhanku aku berlindung kepada keridhoan Mu dari murka-Mu,
kepada pengampunan-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu memuji-Mu seperti Engkau memuji diri-
Mu sendiri. Aku hanya mampu berkata seperti apa yang diucapkan saudaraku Daud. Kubenamkan
wajahku kedalam tanah karena keagungan Tuhanku.
4 | H a l a m a n

Lalu beliau mengangkat kepalanya kembali. Beliau berkata padaku, Wahai Humayra, apakah
engkau tidak tahu bahwa malam ini malam Nisfu Syaban ? Pada malam ini Allah membebaskan
hamba-hamba-Nya dari neraka sebanyak bilangan bulu kambing, kecuali 6 orang; peminum arak,
orang yang menyakiti kedua orang tuanya, orang yang berbuat zina, orang yang memutuskan
silaturahmi, para penjudi, dan orang yang suka marah-marah tanpa alasan.
4) Dalam hadits sayidina Ali k.w., Rasulullah bersabda: Malam nisfu Syaban, maka hidupkanlah
dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada
malam itu, lalu Allah bersabda: Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang
meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan,
hingga fajar menyingsing . (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).
5) Istimewanya malam Nishfu Syaban ini juga dikuatkan oleh atsar para sahabat. Sayyidina Ali k.w.
misalnya, sebagaimana dikutip Ibnu Rajab, apabila datang malam Nishfu Syaban, ia banyak keluar
rumah untuk melihat dan berdoa ke arah langit, sambil berkata: Sesungguhnya Nabi Daud as,
apabila datang malam Nishfu Syaban, beliau keluar rumah dan menengadah ke langit sambil
berkata: Pada waktu ini tidak ada seorang pun yang berdoa pada malam ini kecuali akan
dikabulkan, tidak ada yang memohon ampun, kecuali akan diampuni selama bukan tukang sihir
atau dukun. Sayyidina Ali lalu berkata: Ya Allah, Tuhannya Nabi Daud as, ampunilah dosa orang-
orang yang meminta ampun pada malam ini, serta kabulkanlah doa orang-orang yang berdoa pada
malam ini.
6) Sebagian besar ulama Tabiin seperti Khalid bin Madan, Makhul, Luqman bin Amir dan yang
lainnya, juga mengistimewakan malam ini dengan jalan lebih mempergiat ibadah, membaca al-
Quran dan berdoa. Demikian juga hal ini dilakukan oleh jumhur ulama Syam dan Bashrah.

Ulama Mujtahid
Dalam kitab Kanzun Najah wa Surur (terbitan 1998, cetakan pertama), ditulis oleh imam asy
Syeikh Abdul Hamid Muhammad Ali at Tusi (bermadzab Hambali), mudaris (pengajar) dan imam
Masjidil Haram (setiap mudaris disana harus hafal Quran dan ribuan hadis). Beliau menulis beberapa
hadis dalam bab Apa yg harus kamu perhatikan mengenai Syaban yg agung, diantaranya adalah
Syaban syahri wa huwa syahru sholati alan nabi SAW. (Syaban adlah bulanku dan dia adalah bulan
bersholawat atas Nabi SAW). Kemudian menjelaskannya, faaksiruu minash sholati allan nabi ayyuhal
ihkwan fi kulli azdman khusushon fi syahri nabiyukum, syaban. (maka perbanyaklah sholawat atas
Rasulullah SAW wahai sekalian ihkwan, dalam setiap masa, khususnya di bulan Rasulmu yakni bulan
Syaban.
Imam al-Gazali (madzhab Syafii) dalam kitabnya mengistilahkan malam Nisfu Syaban
sebagai malam Syafaat, karena menurutnya, pada malam ke-13 dari bulan Syaban Allah SWT
memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Lalu pada malam ke-14, seluruh syafaat itu
diberikan secara penuh. Meskipun demikian ada beberapa gelintir orang yang tidak diperuntukkan
pemberian syafaat kepadanya. Orang-orang yang tidak diberi syafaat itu antara lain ialah orang-orang
yang berpaling dari agama Allah dan orang-orang yang tidak berhenti berbuat keburukan.
Pendapat imam Syafii sendiri mengenai Nisfu Syaban, Telah sampai kepada kami riwayat
bahwa doa itu akan (lebih besar kemungkinan untuk) dikabulkan pada lima malam: Pada malam
Jumat, malam Idul Fithri, malam Idul Adha, malam awal bulan Rajab, dan pada malam Nishfu Syaban.
Imam Syafii berkata kembali: Dan aku sangat menekankan (untuk memperbanyak doa) pada seluruh
malam yang telah aku ceritakan tadi.
5 | H a l a m a n

Ibnu Taimiyah menulis dalam Majmu Fatawa Kubra juz 2 halaman 262 demikian, Apabila
seorang itu sholat pada malam Nishfu Syaban sendirian atau berjamaah secara khusus sebagaimana
yang dilakukan oleh sebagian salaf, maka hal itu adalah sangat baik. Kemudian dalam juz 5 halaman
344 dijelaskan pula, Adapun mengenai malam Nishfu Syaban, maka padanya ada keutamaan dan ada
dari kaum salaf yang shalat pada malam tersebut.
Kemudian dalam juz 23 halaman 131 beliau menyebutkan, Adapun malam Nishfu (Syaban),
maka telah diriwayatkan mengenai kemuliaan dan kelebihan Nishfu Syaban dengan hadits-hadits dan
atsar, dinukilkan dari golongan Salaf (orang-orang dahulu) bahwa mereka menunaikan sholat khusus
pada malam Nishfu Syaban, sholatnya seseorang pada malam itu secara perseorangan sebenarnya
telah dilakukan oleh ulama Salaf dan dalam perkara tersebut terdapat hujjah/dalil, maka jangan
diingkari hal yang seperti ini. Sedangkan sholat secara jamaah pada malam Nishfu Syaban, maka hal
ini dibangun atas qaidah umum pada berjamaahnya dalam melakukan amalan ketaatan dan ibadah.

Kesimpulan:
a. Ada malam-malam tertentu yang Allah sendiri memuliakannya, yaitu
1. 10 malam pertama Rajab. Didalamnya ada malam Raghoib (malam pengharapan).
2. 10 malam kedua Syaban. Didalamnya ada malam nisfu Syaban.
3. 10 malam terakhir Ramadan. Didalamnya ada malam Lailatur Qodar dan malam Iedul Fitri.
4. 10 malam pertama Dzulhijjah. Didalamnya ada malam Iedul Adha.
5. 10 malam pertama Muharram. Diujungnya adalah hari kemenangan para Nabi ulul azmi,
tanggal 10 Muharrom.
b. Mengkhususkan artinya melebihkan kuantitas amal pada malam tersebut. Apa yang harus
dikerjakan? Disinilah banyak terjadi perbedaan dalam kalangan ulama karena tidak ada hadis yang
shohih yang menjelaskannya secara detail. Meskipun demikian, hal ini tidak menafikan/melarang
adanya pengkhususan amal pada malam-malam mustajabah, sebagaimana tidak ada riwayat yang
jelas bagaimana menghidupkan malam Lailatul Qadar.
c. Secara umum, amalan yang disunnahkan adalah memperbanyak shalawat. Dalam hadis shohih
disebutkan bahwa rajab syahrullah, syaban syahrur rasul wa ramadan syahrul ummah. Sehingga
dalam bulan Rajab dianjurkan memperbanyak istighfar (karena bulan Rajab adalah bulan untuk
memenuhi hak Allah, namun manusia yang terbatas tidak akan mungkin bisa memenuhi hak yg tak
terbatas), dalam bulan Syaban memperbanyak shalawat (bulan memenuhi hak2 Rasul) dan dalam
Ramadlan memperbanyak doa memohon surga dan terhindar dari neraka (bulan menumpahkan
harapan dan doa krn didalamnya terdapat curahan rahmat dr Allah).
Disamping itu, asbabun nuzul ayat perintah shawalat (ya ayyuhal ladzina amanu shollu alaihi wa
sallimu taslima) turun bertepatan pada bulan Syaban.
d. Sedangkan amalan khusus bulan Syaban: doa Nisfu Syaban (malam 15), puasa sunnah dan
qiyamul lail (berdzikir di waktu malam, dzikir secara formal adalah sholat) terutama pada 10
kedua bulan Syaban. Tentang bagaimana dan caranya tergantung madzhab masing-masing
tempat. Adanya beberapa bentuk amalan dalam hadis dloif (sholat 100 rekaat, membaca dzikir
tertentu ribuan kali) bukanlah merupakan perbuatan yang terlarang, justru ini sesuatu yang
mustahab (disukai) karena itu semua masuk dalam kategori sholat/dzikir mutlak (sholat/dzikir
yang semata-mata dilakukan untuk pendekatan kepada Allah) dalam rangka menghidupkan malam
10 kedua bulan Syaban.

Wallahu alam bishowab.

You might also like