You are on page 1of 9

MAKALAH DASAR-DASAR FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Nama

Disusun Oleh : : NISPA YUHANIS (10929) LUTFIANA NUGRAH (11479) SITI SAFFINATUNSALIS (115770 R. AHMAD MUARIF (11727)

LABORATORIUM ILMU TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS I. A. LATAR BELAKANG Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tubuhan, alga dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi dengan memanfaatkan energi cahaya matahari. Fotosintesis sangat penting bagi kehidupan dibumi karena hasil samping fotosintesis sebagian besar merupakan oksigen sebagai pengisi atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi dari fotosintesis disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebgai molekul penyimpan energi. Tipe fotosintesis tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO 2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti padi, gandum, kentang, kedelai, kacangkacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3. Sedangkan yang termasuk tanaman C4 misalnya tebu, jagung dan Panicum maximum. Sedangkan salah satu contoh dari tanaman CAM adalah kaktus. PENDAHULUAN

Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610-700 nm), hijau kuning (510-600 nm), biru (410-500 nm) dan violet (<400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Kloroplast mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang.

B. TINJAUAN PUSTAKA Dengan keberadaan cahaya, bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau menghasilkan bahan organik dan oksigen dari karbondioksida dan air. Dengan menggunakan rumus molekul, kita dapat merangkum fotosintesis dengan persamaan kimiawi ini : 12H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O Karbohidrat ialah glukosa. Air muncul pada kedua sisi persamaan itu karena 12 molekul dikonsumsi dan 6 molekul terbentuk lagi selama fotosintesis. Dengan menulis persamaan tersebut dalam bentuk ini, kita dapat melihat bahwa perubahan kimiawi secara keseluruhan selama fotosintesis merupakan kebalikan perubahan kimiawi yang terjadi selama respirasi seluler. Persamaan untuk fotosintesis seolah-olah merupakan rangkuman sederhana dari suatu proses yang sangat rumit. Sebenarnya, fotosintesis bukanlah proses tunggal, tetapi dua proses, yang masingmasing terdiri dari banyak langkah. Kedua tahap fotosintesis ini dikenal sebagai reaksi terang ( bagian foto dari fotosintesis ) dan Siklus Calvin ( bagian sintesis ). (Campbell, et.al., 2002). Untuk mengetahui bagaimana cahaya menyebabkan terjadinya fotosintesis, perlu diketahui terlebih dahulu sifat-sifat cahaya. Cahaya memiliki sifat gelombang ( wave nature ) dan sifat partikel ( particle nature ). Cahaya mencakup bagian dari energi matahari dengan panjang gelombang antara 390 nm sampai 760 nm dan tergolong cahaya tampak. Kisaran ini merupakan porsi kecil dari kisaran sprktrum elektromagnetik. Sifat cahaya sebagai partikel biasanya diekspresikan dengan pernyataan bahwa cahaya menerpa sebagai foton atau kuanta, yang merupakan suatu paket dikrit dari energi, di mana masing-masing dikaitkan dengan panjang gelombang tertentu. Cahaya biru dan ungu dengan gelombang yang lebih pendek memiliki lebih banyak foton energetik dibanding cahaya merah atau jingga dengan gelombang yang lebih panjang. Prinsip dasar penyerapan cahaya adalah bahwa setiap molekul hanya dapat menyerap satu foton

pada waktu tertentu dan foton ini menyebabkan terjadinya eksitasi pada satu elektron dalam suatu molekul. (Benyamin, 2008 ).

C. TUJUAN Mengetahui pengaruh factor lingkungan, antara lain: intensitas cahaya, warna cahaya, suhu dan PH terhadap laju fotosintesis. II. METODOLOGI Praktikum Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan acara 1 yang berjudul Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Laju Fotosintesis ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bahan yang digunakan adalah Ganggang Hydrilla verticillata, es, NaOH 1M, dan H2SO4 1M. Kemudian alat-alat yang diperlukan adalah 1 timbangan 100g, 1 pengukur waktu, 5 erlenmeyer, 5 statif, 5 pipet volume 5 ml, plastik naungan dengan penerusan cahaya berbeda, plastik penutup warna bening, merah, kuning, hijau, dan biru, 5 termometer, 3 tripot, 3 plat asbes, 3 lampu spiritus, 5 gelas piala volume 1 liter, serta pH meter atau kertas pH. Cara kerja pada praktikum ini adalah, pertama pipet diisi air sampai agak penuh, bagian pangkalnya ditutup dengan tangan sedangkan bagian ujungnya ditutup dengan selang plastik yang sudah dibakar, bagian pangkal dilepaskan dan seharusnya air tidak dapat keluar lagi. Bagian pangkal ditutup dengan Hydrilla hingga air tidak merembes keluar, Hydrilla tersebut kemudian ditimbang dan dicatat beratnya untuk semua sub acara praktikum sebanyak ulangan yang diperlukan. Perlakuan pada praktiku ini adalah: 1. Sub acara A: Pengaruh Intensitas Cahaya, disiapkan erlenmeyer dan diberi penutup plastik sesuai dengan perlakuannya, yaitu perlakuan intensitas cahaya 100%, 75 %, 50%, 25%, dan 0%. Kemudian ganggang pada pipet dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah diisi air sampai batas leher. 2. Sub acara B: Pengaruh Cahaya Warna, erlenmeyer ditutup dengan plastik penutup, satu warna untuk tiap erlenmeyer, yaitu warna bening, merah, kuning, hijau, dan biru. Ganggang dalam pipet dimasukkan ke dalam erlenmeter yang telah iisi air sampai batas leher. 3. Sub acara C: Pengaruh Suhu, ganggang dimasukkan dalam erlenmeyer yang telah diisi air sampai batas leher. Kemudian elenmeyer tersebut dimasukkan dalam gelas piala dengan perlakuan A: 50 C, B: 150 C, C: 250C ,D: 300 C, dan E: 450 C. Untuk perlakuan A dan B, gelas piala diisi dengan es sedangkan untuk D dan E gelas piala diisi dengan air, kemudian diletakkan diatas tripot dan plat asbes dan dipanaskan dengan lampu spiritus. Sedangkan untuk perlakuan C tergantung dari suhu air. Pengukuran suhu dilakukan pada air di dalam

erlenmeyer, dengan air selalu diaduk-aduk. 4. Sub acara D: Pengaruh pH, erlenmeyer diisi dengan air sampai penuh dan diperlakukan; A: pH 4; B: pH 5; C: pH 6; D: pH 7; E: pH 8. Untuk perlakuan A dan B ditambah H2SO4 sampai pH air sesuai dengan perlakuan, sedangkan untuk perlakuan D dan E ditambah NaOH hingga pH sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Kemudian untuk perlakuan C tergantung pH air. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan pH meter atau kertas pH. Untuk semua sub acara praktikum dilakukan pengamatan yang sama yaitu, dicatat permukaan air di dalam pipet apada awal dan akhir pengamatan selama 15 menit (diulang 2x), juga dicatat volume oksigen yang dibebaskan atau volume hasil fotosintesis bersihnya. Hasil pengamatan dimasukkan dalam tabel hasil pengamatan, dan dihitung laju fotosintesisnya. Dibuat grafik hubungan perlakuan dengan volume oksigen yang dibebaskan. III. No. Perlakua n Berat Hydrilla (gram) Volume O2 HASIL PENGAMATAN Waktu (jam) Laju Fotosinte sis (ml/gr/ 1 1,75 1,82 1,68 1,48 1,56 2,07 2,36 3,41 3,40 1,89 1,34 1,98 1,95 1,29 1,06 3,21 3,01 2,70 2,81 3,59 IV. 2 0,00 0,10 0,10 0,15 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0.02 0,15 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,10 0,05 0,05 0,05 0,24 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 jam) Rerata 0,05 0,08 0,08 0,10 0,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,01 0,10 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00

1.

Intensitas Cahaya

2.

Warna Cahaya

3.

Suhu

4.

PH

0% 25% 50% 75% 100% Bening Merah Kuning Hijau Biru 5 15 25 30 45 4 5 6 7 8

0,25

0,25

0,25

0,25

0,12 0,18 0,19 0,27 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,03 0,38 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00

PEMBAHASAN

Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Hal inilah yang disebut dengan fotosintesis. Reaksi kimia dalam fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut : 12H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang ( memerlukan cahaya ) dan reaksi gelap ( tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida ) a. Reaksi terang Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru ( 400-450 nanometer ) dan merah ( 650-700 nanometer ) dibandingkan hijau ( 500-600 nanometer ). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi. Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusatpusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai

dalam senter yang bekerja saling memperkuat. Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen. Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH. b. Reaksi gelap ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa ( gula seperti glukosa ). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap ( tanpa cahaya ). Proses fotosintesis itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Faktor internal Artinya bahwa fotosintesis dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dari tubuh tumbuhan itu sendiri misalnya pada stomata, kloroplas, atau organ-organ lain yang berhubungan dengan proses fotosintesis. 2. Faktor eksternal Artinya bahwa proses fotosintesis dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan diantaranya : a) Intensitas cahaya Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya. b) Konsentrasi karbon dioksida Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis. c) Suhu Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim. d) Kadar air

Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis. Kadar fotosintat ( hasil fotosintesis ) Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang. e) Tahap pertumbuhan Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh. f) pH Tumbuhan akan berfotosintesis dengan baik pada pH netral yaitu sekitar pH 6-7 dan akan mengalami penurunan laju fotosintesis pada pH yang terlalu asam atau terlalu basa. Dari ke empat faktor di atas, yang paling mempengaruhi laju fotosintesis adalah faktor cahaya baik intensitas ataupun panjang gelombangnya ( warna ). Cahaya di sini merupakan komponen yang sangat penting dalam fotosintesis karena tanpa bantuan cahaya proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Jadi, cahaya merupakan faktor mutlak yang harus dipenuhi dalam proses fotosintesis. Sedangkan untuk faktor-faktor lain seperti suhu dan pH hanya merupakan faktor pendukung terjadinya proses fotosintesis secara optimum. Tanpa adanya suhu optimum ataupun pH yang mendukung, proses fotosintesis masih dapat berlangsung hanya saja hasilnya kurang maksimal. Hal tersebut dapat dibuktikan pada grafik di atas, pada saat intensitas cahaya bernilai 0 atau tidak ada asupan cahaya sama sekali, laju fotosintesisnya juga bernilai 0 yang berarti tidak ada proses fotosintesis yang terjadi, tetapi untuk suhu atau pH yang kurang mendukung proses fotosintesisnya masih dapat berlangsung, hanya saja laju fotosintesisnya rendah. Pada praktikum ini didapat grafik dari data yang diperoleh. Dari grafik diatas dapat diperoleh hasil bahwa pada intensitas cahaya 0%, laju fotosintesis yang didapat 0,12 ml/gr/jam, pada intensitas 25%, laju fotosintesis yang didapat 0,18 ml/gr/jam, pada intensitas cahaya 50%, laju fotosintesis yang didapat 0,19 ml/gr/jam, pada intensitas cahaya 75%, laju fotosintesis yang didapat 0,27 ml/gr/jam, pada intensitas cahaya 100%, laju fotosintesis yang didapat 0,33 ml/gr/jam. Hasil ini sesuai dengan teori pada literatur bahwa, semakin tinggi intensitas cahaya, maka laju fotosintesis akan semakin tinggi juga. Hal ini disebabkan karena pada proses fotosintesis memerlukan cahaya matahari untuk mengubah CO2 dan H2O menjadi C6H12O6. (Kurang penjelasan dari literatur tentang perbandingan hasil praktikum dengan literatur).

Pada grafik diatas didapat hasil bahwa pada semua perlakuan warna cahaya menunjukan nilai laju fotosintesis 0 ml/gr/jam. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Seharusnya pada warna biru dan merah menunjukkan laju fotosintesis yang tinggi dibandingkan pada warna bening, kuning dan hijau. Hal ini disebabkan karena tanaman merespon dengan baik pada warna merah dan biru, serta merefleksikan (meneruskan atau memantulkan) warna hijau. Oleh karena itu, bila kita melihat tanaman, maka tanaman berwarna hijau. Ketidaksesuaian ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan beerupa pada saat perlakuan dilakukan, langit sangat mendung, akibatnya cahaya matahari tidak dapat diterima secara maksimal yang mengakibatkan laju fotosintesis menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis. (kurang menjelaskan tentang panjang gelombang pada tiap warna) Radiasi matahari dengan panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda (Anonimous ,2007). Kloroplast mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang (Franklin,1991).

Pada graafik diatas didapatkan hasil bahwa pada suhu 5 oC didapatkan hasil laju fotosintesis 0 ml/gr/jam, pada suhu 15 oC didapat hasil fotosintesis 0,10 ml/gr/jam, pada suhu 25 oC didapat hasil fotosintesis 0 ml/gr/jam, pada suhu 30 oC didapat hasil fotosintesis 0,03 ml/gr/jam, pada suhu 45 oC didapat hasil fotosintesis 0,38 ml/gr/jam. (Kurang jelasin suhu minimum, maksimum, dan optimum. Kenapa tidak sesuai dengan teori). Proses fotosintesis juga dibantu oleh enzim. Karena enzim terbuat dari protein, maka enzim bersifat termolabil. Kerjanya akan berhenti pada suhu rendah, dan akan rusak bila suhu terlalu tinggi. Jadi, kerja enzim akan optimum pada kisaran suhu tertentu. Fotosintesis masih dipengaruhi oleh kerja enzim. Karena enzim bersifat termo labil maka fotosintesis juga dipengaruhi oleh temperatur. Enzim bekerja secara optimum pada kisaran suhu 20oC 40oC. Selain itu, suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Apabila suhu turun, viskositas air naik, begitu juga untuk gas-gas energi kinetik dari karbodioksida, oksigen dan zat lain

berubah sesuai perubahan suhu. Dalam air dingin kelarutan karbodioksida dua kali lipat dari kelarutannya dalam air panas.

Pada grafik diatas didapatkan hasil bahwa pada PH 4, 5, 6 dan 8 laju fotosintesis yang diperoleh sebesar 0 ml/gr/jam, pada PH 7 didapat hasil laju fotosintesis sebesar 0.01 ml/gr/jam. Disini kita dapat mengambila kesimpulan bahwa semakin PH mempengaruhi laju fotosintesis pada tanaman. Semakin asam atau semakin basa laju tanaman akan semakin kecil. Fotosintesis pada tanaman berlangsung optimum pada PH 7 atau netral. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. (ini masih kurang jelas)

Pada percobaan kali ini menggunakan tanaman Hydrilla karena Hydrilla merupakan tanaman air sehingga berlangsungnya proses fotosintesis dapat teramati dengan cepat karena Hydrilla ini akan mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang merupakan penanda hasil fotosintesis berupa oksigen. Selain itu, karena Hydrilla merupakan tanaman air, proses penurunan air pada pipet juga mudah diamati karena air ini merupakan salah satu bahan dalam proses fotosintesis sehingga ketika digunakan dalam proses fotosintesis, volume air tersebut akan berkurang. Laju fotosintesis merupakan parameter yang secara teoritis dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat produktifitas tumbuhan. V. KESIMPULAN

1. Laju fotosintesis dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain berupa, intensitas cahaya, warna cahaya, suhu dan PH. 2. DAFTAR PUSTAKA Benyamin, L. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Campbell, N.A., J.B. Reece., L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Edisi kelima Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

You might also like