You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir ini, kita seringkali membaca berita mengenai peristiwa kejahatan, misalnya kasus penganiayaan, pembunuhan, dan mati mendadak. Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hokum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah ini di tingkat lebih lanjut samapi akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli dibidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut.1 Dalam rangka penyelidikan tersebut penyelidik dapat meminta bantuan dokter, dalam kapasitasnya sebagai seorang ahli. Hal ini sesuai dengan Pasal 7 ayat 1(h) KUHAP dan Pasal 120 ayat 1 KUHAP dan sesuai pula dengan Undang-Undang Pokok Kepolisian tahun 1961 no.13 pasal 13. Bantuan dokter tersebut dapat berupa pemeriksaan jenazah di Rumah Sakit dan dapat pula berupa pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan fakta-fakta medis yang dapat digunakan untuk menentukan peristiwa itu berupa tindak pidana atau bukan. Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah suatu tempat penemuan barang bukti atau tempat terjadinya tindak pidana atau kecurigaan suatu tindak pidana, merupakan suatu persaksian. Adapun manfaat dilakukannya pemeriksaan TKP adalah menentukan saat kematian, menentukan pada saat itu sebab akibat tentang luka, mengumpulkan barang bukti, menentukan cara kematian. Dengan yang demikian sebelum pemeriksaan dilakukan TKP harus diamankan, dijaga keasliannya dan diabadikan dengan membuat foto-foto dan atau sketsa sebelum para petugas menyentuhnya. Perlu diingat motto: to touch a little as possible and to displace nothing. Dalam hal memberikan bantuan untuk memeriksa TKP dokter perlu memperhatikan berbagai hal mulai dari prosedur permintaan, alat yang diperlukan, pemeriksaan di TKP, dan pencatatan. Sampai akhirnya diperoleh kesimpulan.2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah suatu tempat penemuan barang bukti atau tempat terjadinya tindak pidana atau kecurigaan suatu tindak pidana, merupakan suatu persaksian. Pengertian tempat kejadian perkara di dalam petunjuk lapangan No. Pol: Skep/1205/IX/2000 tentang Penanganan Tempat Kejadian Perkara terbagi menjadi 2 (dua) yakni: a. Tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi atau akibat yang ditimbulkannya. b. Tempat-tempat lain yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut dimana barangbarang bukti,tersangka atau korban dapat ditemukan.3

2.2 Manfaat pemeriksaan TKP 1. Menentukan saat kematian. 2. Menentukan pada saat itu sebab akibat tentang luka 3. Mengumpulkan barang bukti. 4. Menentukan cara kematian.4 2.3 Penanganan Tempat Kejadian Perkara Ketika terjadi sebuah perisitiwa yang diduga adalah tindak pidana, maka penyelidik atau penyidik melakukan tindakan berupa:

Tindakan Pertama di TKP (TPTKP) Tindakan Pertama di TKP dilakukan setelah adanya: y y y Laporan Pengaduan Tertangkap tangan
2

Diketahui sendiri oleh Petugas

TPTKP dilakukan dengan Standar Operasi dan Prosedur sebagai berikut: a. Pengamanan TKP y y y y Police Line Tanda-tanda Pengawasan TKP Identifikasi

b. Penanganan Korban a. Ringan b. Berat c. Mati c. Laporan Ke SatResKrim (Satuan Resesre dan Kriminal)3,5 Pengolahan TKP Pencarian Tersangka/ Saksi/ Korban Tersangka/ Saksi/ Korban apabila ditemukan, maka perlu diadakan identifikasi yang berguna untuk: a. Melakukan penyidikan lebih terarah b. Mencari hubungan tersangka dengan korban c. Mempermudah membuat daftar orang yang dicurigai 1. Pencarian Barang Bukti 2. Pemotretan 3. Sketsa 4. BAP ( Berkas Acara Pidana ) 5. Pencarian Barang Bukti a. Metode Spiral (Hutan, semak dll) b. Metode Zone c. Metode Strip d. Metode Roda 6. Penanganan Barang Bukti

a.

Pelaku pada umumnya meninggalkan jejak / bekas di TKP dan pada tubuh korban, karena setiap terjadi kontak fisik antara dua objek akan terjadi perpindahan materiil dari masing-masing objek

b. c.

Makin jarang dan tidak wajar suatu barang di TKP makin tinggi nilainya Barang yang umum akan menjadi tinggi nilainya apabila ada ciri khusus dari barang tersebut

d.

Selalu beranggapan bahwa barang yang mungkin tidak berarti bagi kita bisa menjadi barang yang penting bagi orang yang ahli

e.

Berupaya

memperoleh

bermacam-macam

barang

bukti

dan

mencari

hubungannya f. Dalam penggeledahan badan harus teliti dan cermat dan selalu berprasangka.

7. Pengumpulan Barang Bukti. Pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus dilakukan dengan cara yang benar disesuaikan dengan macam barang bukti yang diambil. a. Pada jalur masuk/ keluar pelaku y Bekas ban kendaraan y Bekas Kaki/ sepatu/ sandal b. Pada tempat masuk/ keluar pelaku y Sidik jari y Bekas alat pembongkar c. Di dalam TKP y Sidik jari y Barang-barang yang tertinggal d. Pada tubuh korban y Darah y Luka y Bekas Perlawanan 8. Pengambilan dan Pembungkusan Barang Bukti a. b. Pisau menggunakan tali pada pangkal pisau. Dibungkus pada karton tebal. Senjata api, menggunakan tali diikat pada bagian pemegang dan pangkal larasnya. Dibungkus dengan karton tebal.
4

c.

Anak peluru, dibungkus dengan kapas dan pisahkan antara satu peluru dengan peluru yang lain

d. e.

Selongsong, sama dengan anak peluru Mesiu tetesi dengan lilin/ parafin, kemudian setelah kering masukkan kedalam plastik dan label. Darah. Basah berada ditempat lunak; pakaian. Gunting setengah tempat darah tersebut masukkan kedalam botol berisi cairan saline (larutan garam dapur NaCl 0.9 %).

f.

g.

Sperma. Basah pindahkan ke botol kaca dan tutup rapat sedangkan sperma kering biarkan pada tempatnya semula bungkus bersama tempatnya.

h.

Rambut. Ambil dengan pinset tempatkan pada kertas putih dan lipatlah sehingga posisi rambut ada ditengah, masukkan ke dalam kantong plastik dan label.

i.

Barang dari gas. Harus dengan bantuan ahli dengan cara mengumpulkan gas yang ada ke dalam kantung plastik terbuat dari nylon dari beberapa tempat di TKP

j.

Dokumen dan surat. Jangan sampai terjadi kerusakan pada saat pengambilan, jangan membuat coretan-coretan, simpan dalam amplop.

9. Pemotretan SOP Pemotretan: a. Visualisasi TKP b. Objek: TKP/ korban mati c. Waktu d. Merk kamera+lensa dll e. Sumber cahaya f. Jarak kamera dengan objek g. Nama dan pangkat juru potret 10. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanganan TKP a. Kemampuan diperoleh dari pendidikan formal b. Skill, diperoleh dari latihan dan mengikuti kinerja penyidik lain yang expert c. Dukungan peralatan d. Bantuan ahli yang memenuhi syarat
5

e. Tambahan keterangan saksi/ korban1,3

2.4 Peranan Dokter Dalam Pemeriksaan di TKP Bantuan dokter dalam menangani korban di TKP memang sangat dibutuhkan, bantuan tersebut tidak hanya ditujukan untuk korban mati saja tetapi korban hidup. Dasar hukum yang berkaitan dengan hal ini adalah : Penyidik mempunyai wewenang untuk mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara (KUHAP Pasal 7 ayat 1 sub h). Pasal ini perlu dikaitkan dengan KUHAP pasal 120 ayat 1 : dalam hal penyidik menganggap perlu ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. Bila dokter menolak maka ia dikenakan hukuman berdasarkan pada Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) pasal 224. Bantuan yang diminta dapat berupa pemeriksaan TKP atau di rumah sakit, pemeriksaan berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya, hasil pemeriksaan di TKP disebut dengan visum et repertum TKP.2,4

Prosedur permintaan pemeriksaan TKP adalah: y y y Untuk menyingkat waktu, secara lisan atau ditelpon, disusul dengan tertulis. Dokter di jemput dan diantar kembali oleh penyidik Untuk pemeriksaan ini, terutama di kota besar sedapat-dapatnya dokter didampingi oleh penyidik serendah-rendahnya berpangkat letnan dua.4

Bantuan dokter dapat berupa: 1. Persiapan : permintaan tertulis atau tidak, catat tanggal permintaan, siapa peminta, lokasi dimana, dan alat pemeriksa TKP. 2. Biaya : ditanggung yang meminta. 3. Jika korban masih hidup : y Identifikasi secara visual : pakaian, perhiasan, dokumen dan kartu pengenal lainnya. y Identifikasi medik : dari ujung rambut sampai kaki, termasuk gigi dan sidik jari.

4. Jika korban mati: buat sketsa foto, situasi ruangan, lihat TKP porak-poranda atau tenang.

y y y y

Identifikasi Suhu mayat, penurunan suhu, lebam mayat, kaku mayat, pembusukan. Luka : lokasi luka, garis tengah luka, banyak luka, ukuran luka, sifat luka. Darah: warna merah atau tidak, tetesan, genangan atau garis, melihat bentuk dan sifat darah dapat diperkirakan sumber darah, distribusi darah dan sumber perdarahan (gambar).3

5. Identifikasi lanjutan y y y Ada sperma atau tidak Pengambilan darah : jika di dinding kering,dikerok, jika pada pakaian, digunting Darah basah/segar, masukkan ke termos es, kirim ke la kriminologi.

6. Identifikasi lanjutan y y y Ada sperma atau tidak Rambut Air ludah, bekas gigitan.1,3

7. Membuat kesimpulan di TKP y y Mati wajar atau tidak Bunuh diri : genangan darah, TKP tenang tidak morat-marit, ada luka percobaan, luka mudah dicapai oleh korban, tidak ada luka tangkisan, pakaian masih baik. y Pembunuhan: TKP morat-marit, luka multipel, ada luka yang mudah dicapai, ada yang tidak, luka disembarang tempat, pakaian robek ada luka tangkisan. y Kecelakaan

Mati wajar karena penyakit4

Dokter bila menerima permintaan harus mencatat : 1. Tanggal dan jam dokter menerima permintaan bantuan 2. Cara permintaan bantuan tersebut (telpon atau lisan) 3. Nama penyidik yang meminta bantuan 4. Jam saat dokter tiba di TKP 5. Alamat TKP dan macam tempatnya (misalnya sawah, gudang, rumah, dsb) 6. Hasil pemeriksaan4

Yang dikerjakan dokter di TKP 1. Pemeriksaan dokter harus berkoordinasi dengan penyidik 2. Menentukan korban masih hidup atau sudah mati 3. Bila hidup diselamatkan dulu 4. Bila meninggal dibiarkan asal tidak mengganggu lalulintas 5. Jangan memindahkan jenzah sebelum seluruh pemeriksaan TKP selesai 6. TKP diamankan oleh penyidik agar dokter dapat memriksa dengan tenang. 7. Yang tidak berkepentingan dikeluarkan dari TKP 8. Dicatat identitas orang tersebut 9. Dokter memeriksa mayat dan sekitarnya dan mencatat: lebam mayat, kaku mayat, suhu tubuh korban, luka-luka, membuat sketsa atau foto.4

Mencari dan mengumpulkan barang bukti y y y y y y Dokter tetap berkoordinasi dengan penyidik terutama bila ada team labfor Dokter membantu mencari barang bukti Segala yang ditemukan diserahkan pada penyidik Dokter dapat meminjam barang bukti tersebut Selesai pemeriksaan TKP ditutup missal selam 3x24 jam Korban dibawa ke rumah sakit dengan disertai permohonan visum et repertum4

Kesalahan umum selama pemeriksaan TKP: a. Persiapan yang baik untuk persiapan b. Mengabaikan sebuah benda c. Mengejar pengakuan tersangka d. Menambah hal-hal yang sebenarnya tidak ada e. Mengganti/ memalsu f. Melompat-lompat atau tidak sistematis1,4,5 Hal-hal yang diperhatikan sebelum meninggalkan TKP: a. Cukup/ belum pemeriksaan b. Barang bukti sudah terkumpul/ belum c. Jumlah barang bukti d. Cara pembungkusan e. Konsep-konsep lengkap3

10

BAB III KESIMPULAN

Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah suatu tempat penemuan barang bukti atau tempat terjadinya tindak pidana atau kecurigaan suatu tindak pidana, merupakan suatu persaksian. Adapun manfaat dilakukannya pemeriksaan TKP adalah menentukan saat kematian, menentukan pada saat itu sebab akibat tentang luka, mengumpulkan barang bukti, menentukan cara kematian Sesuai dengan Pasal 7 ayat 1 (h) KUHAP dan Pasal 120 ayat 1 penyidik berwenang untuk meminta atau mendatangkan ahli, sehingga dokter sebagai ahli dalam kapasitasnya dapat memberikan bantuan di TKP apabila diminta. Bantuan berupa pemeriksaan korban, identifikasi, mencari barang bukti dan sampai pada kesimpulan. Banyak hal yang harus diperhatikan apabila seorang dokter diminta untuk memberikan bantuan di TKP diantaranya adalah persiapan dan yang paling penting tidak dapat dilupakan adalah pencatatan.

11

You might also like