You are on page 1of 41

I. PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Pasar modal menduduki posisi yang sangat strategis, karena dapat menjadi sarana yang handal untuk mobilitas dana dari masyarakat dan dapat berperan sebagai modal penyerta (saham), maupun dari pinjaman obligasi dalam jumlah besar. Dalam pasar modal dikenal dua kelompok, kelompok pertama adalah sekuritas penghasilan tidak tetap dimana return yang dihasilkan sesuai dengan berbagai macam variabel yang sesuai dengan pasar. Kelompok kedua adalah sekuritas dengan penghasilan tetap, dimana penghasilan tersebut telah dicantumkan pada kontrak pembelian dan bersifat tetap. Obligasi merupakan salah satu jenis dari sekuritas pendapatan tetap. Laporan keuangan pada masa krisis membuat bank indonesia dan pemerintah merasa khawatir akan kondisi perbankan yang menunjukkan kesulitan keuangan yang bisa mengarah pada default. Untuk menyehatkan industri perbankan pemerintah melakukan program penyehatan perbankan dengan membentuk BPPN dan merekapitilisasi modal perbankan sehingga neraca bank kembali sehat karena tidak lagi berisi kredit bermasalah yang kemudian dipindahkan ke BPPN untuk disehatkan. Pada sisi fiskal obligasi negara menjadi beban APBN karena merupakan surat utang tanpa syarat (unconditional debt) ori dalam denominasi rupiah yang pada saat jatuh tempo dilunasi pada nilai par. Obligasi negara pada perkembanganya dapat diperdagangkan dengan Bank Indonesia berfungsi clearing agent dan custody yang bertanggung jawab

untuk menyimpan catatan kepemilikan, menata usahakan perpindahan hak kepemilikan dan mendistribusikan pembayaran kupon. Bank Indonesia

menetapkan sistem penata usahaan twoitier terdiri dari central registry yaitu bank umum yang bertransaksi untuk diri sendiri dan beberapa sub registry yaitu bank umum yang memnyediakan jasa kustodian kepada nasabah diluar industri perbankan. Obligasi negara menjadi alternatif investasi yantortg menarik disaat sulitnya mencari alternatif investasi dalam jumlah besar karena diterbitkan dalam jumlah ratusan triliun rupiah sehingga banyak ditransaksikan oleh para investor dalam dan luar negeri yang berasal dari industri perbankan, reksadana, asuransi, dana pensiun dan pribadi. Bagi industri perbankan obligasi negara memegang peranan penting karena untuk menyalurkan kredit dalam jumlah besar dengan risiko yang rendah sangat sulit. Pemerintah sendiri menerbitkan obligasi negara dengan pendapatan tetap, tanpa bunga, floated rate dan obligasi retail. Meskipun tidak memiliki default risk harga obligasi negara di pasar sekunder dapat berubah mengikuti faktor fundamental dan teknikal sehingga investor perlu melakukan analisa kedua faktor tersebut dalam membuat keputusan investasi. Investasi obligasi relatif aman dibanding dengan instrumen investasi yang lain , kelebihan investasi obligasi adalah : 1. Tingkat bunga atau coupun obligasi bersifat konstan dalam arti tidak dipengaruhi harga obligasi, pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima sebab dalam kontrak perjanjian telah ditentukan secara pasti

hak akan diterima pemegang obligasi, jika dibandingkan dengan saham maka return saham sangat tergantung laba perusahaan. 2. Karena pendapatan obligasi dapat diprediksi maka para pemegang

obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik dibanding portofolio saham. 3. Investasi obligasi dapat pula melindungi resilo yang dialami oleh pemegang obligasi dari merosotnya nilai uang akibat kemungkinan terjadi inflasi. Terutama apabila tingkat bunga obligasi lebih tinggi dari tingkat inflasi sehingga kekuatan beli (purchasing power) tidak mengalami penurunan. 4. Obligasi dapat digunakan sebagai agunan kredit bank, dan membeli aktiva lain. Secara umum nilai kupon atau bunga obligasi akan lebih tinggi dibandingkan dengan bunga deposito di pasar. Hal ini untuk menarik minat para investor untuk menempatkan dananya di obligasi. Tapi fluktuasi dari harga obligasi akan terjadi setelah masuk ke pasar di mana sangat bergantung dengan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Aksi dari para investor untuk menjual, membeli atau menahan obligasi yang dimiliki sangat bergantung dengan bunga deposito yang berlaku di pasar. Jika kupon atau bunga obligasi yang ada lebih tinggi dari bunga deposito maka harganya relatif akan lebih tinggi dari nilai parinya. Sebaliknya, bila bunga deposito lebih tinggi maka harga obligasi akan merosot. Logika dari fluktuasi perubahan harga obligasi adalah sebagai berikut, jika suku bunga deposito lebih tinggi maka para investor akan lebih memilih menempatkan dananya di deposito,

sehingga mereka mengambil aksi jual dari obligasi yang dimiliki. Aksi jual ini akan mengakibatkan harga dari obligasi tersebut akan terkorekasi atau menurun. Sebaliknya juga benar bila suku bunga deposito cenderung menurun, para investor akan membeli obligasi yang mengakibatkan tingginya permintaan dan meningkatnya harga obligasi. Selain dari suku bunga deposito, penurunan harga dari sebuah obligasi bisa juga diakibatkan oleh risiko perusahaan yang mengeluarkan. Misalkan perusahaan penerbit obligasi mengalami kesulitan keuangan, sehingga tidak mampu membayar bunga atau kupon (default), harga dari obligasi tersebut bisa anjlok. Brigham (1996) menyatakan bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi perusahaan dalam menggunakan hutang jangka panjang (obligasi) yaitu : (1) biaya modal setelah pajak yang rendah, (2) bunga yang dibayarkan merupakan pengurang pajak penghasilan, (3) melalui financial leverage dimungkinkan laba per lembar saham akan meningkat, (4) kontrol terhadap operasi perusahaan oleh pemegang saham tidak mengalami perubahan. Bagi investor, apabila membeli obligasi, maka investor akan memperoleh bunga / kupon yang tetap secara berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo. Ketika obligasi tersebut jatuh tempo, maka penerbit harus membayar sesuai dengan nilai pari dari obligasi tersebut. Obligasi biasanya diperjual belikan dalam satuan Rp 1 miliar dan dengan satuan pemindah bukuan minimal Rp. 50 juta. Masa berlaku investasi obligasi sangat bergantung dengan badan yang menerbitkan. Yang paling umum adalah 5

tahun. Oleh karena itu sarana investasi dalam obligasi merupakan investasi jangka panjang. Return bagi pembeli / pemegang obligasi secara umum berbeda dengan return saham. Bagi pemegang obligasi, mereka pasti akan memperoleh kupon sebagai pembayaran bunga atas obligasi yang dibelinya, sedangkan bagi pemegang saham mereka akan memperoleh deviden apabila perusahaan memutuskan membagikan deviden. Return yang berupa capital gain juga mungkin diperoleh oleh pemegang obligasi. Apabila obligasi dibeli pada harga par dan dijual pada harga premium maka akan memberikan capital gain bagi pemegangnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga obligasi relatif berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham (Fabozzi, 2001). Hal ini dapat terjadi karena obligasi memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan saham. Faktor khusus yang pasti hanya mempengaruhi harga obligasi diantaranya adalah, kupon, dan jangka waktu jatuh tempo.Faktor-faktor inilah yang diteliti dalam penelitian ini. karena secara empiris pengaruh variabel ini terhadap perubahan obligasi masih belum diteliti. Sehingga diperlukan penelitian yang khusus mengkaji instrumen obligasi.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian mengenai obligasi dirasakan masih terbatas apabila dibandingkan dengan penelitian mengenai saham di Indonesia karena terbatasnya data dan instrumen ini relatif lebih sedikit jumlahnya apabila dibandingkan dengan saham.

Padahal saat ini instrumen obligasi mulai marak dijual dan diperdagangkan di Indonesia. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang secara khusus mengkaji obligasi. Adanya perbedaan hasil penelitian seperti penelitian Elton dan Green (1998) yang menyimpulkan bahwa likuiditas akan meningkatkan harga obligasi (berpengaruh positif) dan penelitian Amihud dan Mendelson (1991) yang menemukan bahwa likuiditas akan menurunkan harga obligasi (berpengaruh negatif); Racette dan Lewellen (1995) yang menemukan bahwa tingkat kupon berpengaruh positif terhadap harga obligasi .Oleh sebab itu dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga obligasi yang dikaji adalah inflasi,suku bunga pasar, kupon, dan jangka waktu jatuh tempo. Dalam penelitian ini obyek hanya dikhususkan pada Obligasi Ritel Indonesia

1.3 Batasan Masalah 1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi ? 2. Apakah suku bunga pasar berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi ? 3. Apakah kupon berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi ? 4. Apakah jangka waktu jatuh tempo berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi ?

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh likuiditas obligasi berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi.

2. Untuk mengkaji dan menganalisis coupon (bunga obligasi) berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi. 3. Untuk mengkaji dan menganalisis jangka waktu jatuh tempo berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Investor Memberikan kontribusi bagi para pelaku pasar modal di Indonesia, khususnya tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan harga obligasi ritel indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang efektif sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi calon investor dalam melakukan keputusan sebelum melakukan investasi. 2. Bagi Mahasiswa Untuk menambah wawasan ilmu dalam bidang manajemen keuangan, serta sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya.

II.

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka Kurniawati (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh perubahan suku bunga terhadap perubahan harga obligasi, obyek penelitian tersebut adalah ORI dengan bunga tetap yang ditawarkan bagi korporasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara perubahan suku bunga terhadap perubahan harga obligasi. Besarnya pengaruh perubahan

ditentukan oleh kupon obligasi dan jatuh tempo. Obligasi dengan kupon lebih rendahperubahan akan lebih besar, demikian juga dengan obligasi dengan jangka waktu lebih pannjang perubahannya akan lebih besar. Erika Sunarto(2008) melakukan penelitian tentang pengaruh volatilitas suku bunga terhadap perubahan harga obligasi ritel indonesia seri 2 dan obligasi ritel indonesia seri 3, suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito rata-rata antar bank yang terdapat pada harian bisnis indonesia. Hasil penelitian menunjukkan pada ori seri 002 dan ORI seri 003 suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan yield obligasi Dahlan (2007) menganalisa factor-faktor yang secara fundamental mempengaruhi yield obligasi Negara. Penelitian dilakukan pada periode tahun 2003-2005, hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga overnight

berpengaruh positif signifikan , ihsg berpengaruh negatif signifikan nilai tukar

rupiah berpengaruh positif signifikan, suku bunga SBI berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap yiel obligasi.

II.2 Landasan Teori 2.2.1 Inflasi Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga- harga umum barang-barang secara terus menerus. Tapi kenaikan harga tersebut tidak selalu dalam prosentase yang sama (Nopirin : 2000). Kenaikan harga tersebut diukur dengan beberapa cara antara lain dengan: a. Indeks biaya hidup (consumer price index) b. Indeks harga perdagangan besar (whole sale price index). c. GNP Deflator. Berdasarkan besarnya laju inflasi, kategori inflasi dapat

digolongkan menjadi tiga yaitu : a. Inflasi Merayap (creeping inflation) Biasanya ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu kurang dari 10 % per tahun. b. Inflasi Menengah (galloping inflation) Ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga pada bulan / minggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.

c. Inflasi Tinggi (hyper inflation) Adalah inflasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam (Nopirin : 2001). Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (over heated), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami mengalami kenaikan. Kondisi ekonomi yang over heated tersebut juga akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Tandelilin : 2001). Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. 2.2.2 Suku bunga Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak diamati dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan di surat kabar. Hal ini disebabkan oleh suku bunga yang langsung mempengaruhi kehidupan kita dan mempunyai konsekwensi penting bagi kesehatan perekonomian. Suku bunga mempengaruhi keputusan pribadi seperti memutuskan untuk dikonsumsi atau ditabung, akan membeli rumah, membeli obligasi, ditabung di bank atau untuk investasi pada aktiva tetap

Ada suatu konsep yang dikenal yaitu imbal hasil hingga jatuh tempo (yield to maturity) yaitu ukuran yang paling akurat mencerminkan suku bunga, adalah suku bunga yang sama dengan nilai sekarang dari pembayaran dimasa depan dari suatu instrumen utang dengan nilai hari ini. Aplikasi dari prinsip ini menunjukkan bahwa harga obligasi dan suku bunga berhubungan negatif. Ketika suku bunga meningkat, harga obligasi turun demikian sebaliknya Suku bunga yang tidak memperhitungkan inflasi disebut suku bunga nominal(nominal interest rate) Suku bunga riil yaitu suku bunga yang disesuaikan dengan mengurangi perubahan yang diharapkan dalam tingkat harga inflasi sehingga lebih akurat untuk mencerminkan biaya peminjaman yang sesungguhnya. Ini merupakan ukuran insentif untuk meminjam dan memberikan pinjaman yang lebih baik dari pada suku bunga nominal dan merupakan indikator yang lebih akurat mengenai keketatan kondisi pasar kredit dari pada suku bunga nominal Analisis penawaran dan permintaan untuk obligasi memberikan satu teori mengenai bagaimana suku bunga ditentukan. pasar obligasi dapat memperkirakan perubahan suku bunga ketika ada perubahan permintaan karena ada perubahan pendapatan (kekayaan) perkiraan imbal hasi , resiko atau likuiditas atau ketika ada perubahan penawaran karena perubahan peluang investasi yang menarik, biaya peminjaman riil atau anggaran pemerintah

2.2.3 Obligasi Obligasi merupakan surat tanda bukti bahwa pemegang obligasi (investor) memberikan pinjaman bagi penerbit obligasi (emiten) Emiten obligasi punya kewajiban untuk : 1. Membayarkan bunga dalam jumlah tertentu secara periodik selama obligasi tersebut belum jatuh tempo (sehingga obligasi disebut fixed income securities) 2. Melakukan pembayaran kembali nilai prinsipal obligasi tersebut pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan Kharakteristik obligasi : 1. Nilai intrinsik : merupakan nilai teoritis dari suatu obligasi. Diperoleh dari hasil estimasi nilai saat ini (present value) dari semua aliran kas obligasi di masa datang. Nilai intrinsik obligasi dipengaruhi oleh tingkat kupon yang diberikan, waktu jatuh tempo dan nilai prinsipalnya. 2. Kupon obligasi : menunjukkan besarnya pendapatan bunga yang akan diterima pemegang obligasi dari emiten obligasi selama umur obligasi. Kupon dibayarkan secara periodic 3. Waktu jatuh tempo : menunjukkan umur obligasi. 4. Nilai par atau nilai prisipal : nilai pokok obligasi yang ditentukan oleh emiten saat obligasi tersebut ditawarkan kepada investor 5. Nilai par berbeda dengan nilai pasar obligasi 6. Nilai pasar obligasi akan tercermin pada harga pasar obligasi

7. Jika tingkat bunga lebih tinggi dari dari kupon maka nilai pasar obligasi akan lebih kecil dari nilai par, dan sebaliknya 8. Nilai pasar obligasi akan mendekati nilai parnya saat tingkat bunga pasar sebanding dengan kupon yang diberikan 9. Call Provision : hak pemegang obligasi untuk melunasi obligasi sebelum waktu jatuh tempo. 10. Call provision akan dilaksanakan oleh emiten jika tingkat bunga pasar dibawah tingkat kupon obligasi. 11. Call provision pada dasarnya menguntungkan emiten. 12. Karena call provision umumnya merugikan investor maka emiten diharuskan membayar sejumlah uang yang disebut call premium 13. Obligasi yang punya peluang besar untuk dilunasi sebelum jatuh tempo adalah obligasi yang dijual pada harga premi (misalnya obligasi yang kuponnya tinggi dan mempunyai harga pasar diatas nilai par)

Jenis-jenis Obligasi 1. Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds) : obligasi yang diterbitkan perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu asset riil. Bila perusahaan gagal memenuhi kewajibannya, maka pemegang obligasi berhak mengambil asset tersebut First mortgage bond Second mortgage bond

2. Obligasi tanpa jaminan (debentures atau unsecured bond) : obligasi yang diterbitkan tanpa jaminan asset riil tertentu 3. Obligasi konversi : obligasi yang memberikan hak kepada

pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada harga yang telah ditetapkan. 4. Obligasi yang disertai warrant : dengan adanya warrant, pemegang obligasi mempunyai hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah ditentukan 5. Obligasi tanpa kupon ( zero coupon bonds) : obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga. Umumnya ditawarkan pada harga di bawah par, sehingga investor akan memperoleh keuntungan dari perbedaan harga pasar dan nilai par obligasi ketika dijual 6. Obligasi dengan tingkat bunga mengambang (floating rate bond) : obligasi yang memberikan tingkat bunga yang besarnya disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga yang berlaku 7. Putable bond: obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum jatuh tempo 8. Junk bond : obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon ) tinggi tetapi mengandung risiko yang tinggi juga

Pendapatan obligasi

1.

Bond interest rate : imbalan yang dibayarkan oleh pihak peminjam

dana (emiten obligasi) kepada pihak yang memberikan pinjaman (pemegang obligasi/investor) sebagai kompensasi atas kesediaan investor meminjamkan dananya. Besarnya ditentukan saat obligasi diterbitkan dan tingkat kupon ini tetap hingga obligasi tersebut jatuh tempo 2. Bond yield : ukuran pendapatan obligasi yang diterima investor

yang sifatnya cenderung tidak tetap. Yield obligasi terkait dengan tingkat return yang diisyaratkan investor.

Beberapa ukuran yield 1. Nominal yield : tingkat kupon yang diberikan oleh obligasi. Misalnya

obligasi ABC memberikan kupon 18% per tahun, maka obligasi tersebut dikatakan mempunyai nominal yield sebesar 18% 2. Current yield : rasio tingkat bunga obligasi terhadap harga pasar obligasi

tersebut. CY = Dimana: CY : current yield obligasi Ci : pembayaran kupon pertahun untuk obligasi i Pm : harga pasar obligasi
Ci Pm

3.

Yield to maturity (YTM) : tingkat return majemuk yang akan diterima

investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo Ci Pp 2 + P= YTM t YTM 2 n t =1 (1 + ) (1 + ) 2 2
2n

P : harga obligasi pada saat ini (t=0) n : jumlah tahun sampai jatuh tempo obligasi Ci : pembayaran kupon obligasi I setiap tahunnya YTM : yield to maturity PP : nilai par obligasi

4.

Yield to call (YTC) : yield yang diperoleh obligasi yang bisa dibeli

kembali (callable) Ci PC 2 + P= YTC t YTC 2 n t =1 (1 + ) (1 + ) 2 2


2C

P : harga obligasi pada saat ini (t=0) c : periode sampai dengan saat obligasi dilunasi Ci : pembayaran kupon obligasi i setiap tahunnya YTC : yield to call PC : call price obligasi

5.

Realized (horizon) yield I: tingkat return yang diharapkan oleh investor

jika obligasi dijual kembali sebelum waktu jatuh temponya. Dapat digunakan untuk mengestimasi tingkat return yang dapat diperoleh investor dengan menggunakan strategi perdagaagan tertentu Penilaian Obligasi Nilai intrinsik suatu obligasi = nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan dari obligasi tersebut.Nilai intrinsik obligasi diperoleh dengan mendiskontokan semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon obligasi + pelunasan obligasi sebesar nilai par yang akan diterima pada saat jatuh tempo dengan yield yang disyaratkan investor Ci Pp + P= 2 r r t =1 (1 + ) t (1 + ) 2 n 2 2
2n

(asumsi bahwa waktu pembayaran kupon adalah 2 kali setahun) P : harga obligasi pada saat ini (t=0) n : jumlah tahun sampai jatuh tempo obligasi Ci : pembayaran kupon obligasi i setiap tahunnya R : tingkat diskonto yang tepat atau tingkat bunga pasar PP : nilai par obligasi Hubungan tingkat bunga dengan harga obligasi : Jika yield dibawah tingkat kupon, harga obligasi akan lebih tinggi dibanding nilai parnya (harga premi) Jika yield diatas tingkat kupon, harga obligasi akan lebih rendah dibanding nilai parnya (harga diskon)

Jika yield sama dengan tingkat kupon, harga obligasi akan sama dengan nilai par-nya Hubungan harga dan yield membentuk sebuah kurva cekung yang menunjukkan jika yield turun maka harga akan meningkat dengan kenaikan marginal yang semakin kecil dan Sebaliknya Pengaruh Maturitas

Obligasi yang mempunyai maturitas lebih lama, pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap harga obligasi relative lebih besar dibandingkan dengan obligasi yang maturitasnya lebih pendek

Presentase perubahan harga obligasi karena adanya perubahan tingkat bunga akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya maturitas obligasi

Pada obligasi yang mempunyai kharteristik yang sama (misalnya kupon dan nilai par sama), maka sensitivitas harga terhadap perubahan tingkat bunga merupakan fungsi dari maturitasnya Pengaruh tingkat kupon Bila terjadi perubahan tingkat bunga maka harga obligasi yang

mempunyai tingkat kupon yang lebih rendah akan relative lebih berfluktuasi dibandingkan dengan harga obligasi yang tingkat kuponnya lebih tinggi Durasi Mengukur rata-rata tertimbang maturitas aliran kas obligasi,

berdasarkan konsep nilai sekarang (present value)

Durasi suatu obligasi = jumlah tahun yang diperlukan untuk bisa mengembalikan harga pembelian obligasi tersebut.Caranya : menghitung nilai sekarang aliran kas yang bisa diperoleh dari obligasi tersebut hingga mencapai sebesar harga pembelian obligasi tersebut

Kharakteristik pasar obligasi a. Pasar obligasi umumnya akan menarik bila kondisi ekonomi cenderung menurun b. Pada kondisi dimana inflasi diestimasikan naik, harga obligasi akan turun tetapi yieldnya meningkat. Kondisi ini akan memberikan dampak negative terhadap nilai riil pendapatan tetap yang diperoleh dari obligasi Struktur tingkat bunga a. Adalah hubungan antara waktu jatuh tempo dengan yield untuk suatu kategori obligasi tertentu pada waktu tertentu. b. Semakin lama jangka waktu obligasi, maka risiko ketidakpastian juga akan semakin tinggi sehingga tingkat bunga yang diharapkan juga semakin tinggi Struktur risiko tingkat bunga (yield spread) a. Merupakan hubungan antara yield obligasi dengan kharkteristik tertentu yang dimiliki obligasi, misalnya kualitas, callability, kupon dan marketability b. Makin rendah kualitas obligasi maka yield yang diharapkan investor semakin besar

Strategi pengelolaan obligasi 1. Strategi pengelolaan pasif Didasari pemikiran bahwa pasar dalam kondisi efisien, sehingga harga-harga sekuritas dipasar sudah ditentukan secara tepat sesuai dengan nilai intrinsiknya Investor tidak secara aktif mencari kemungkinan strategi perdagangan tertentu yang bisa menghasilkan abnormal return Investor hanya memonitor kinerja portofolio yang dibentuk agar tetap sesuai dengan preferansi investor dan tujuan investasi mereka Strategi yang dapat dilakukan : strategi beli dan simpan (buy and hold) dan strategi mengikuti indeks pasar (indexing) 2. Strategi imunisasi Strategi yang berusaha untuk melindungi portofolio terhadap risiko tingkat bunga dengan cara meniadakan pengaruh dua komponen tingkat bunga yaitu risiko harga dan risiko reinvestasi Investasi obligasi dapat diimunisasi dengan cara menyamakan durasi obligasi dengan horizon investasi Strategi imunisasi : strategi kombinasi antara strategi pasif dan strategi aktif 3. Strategi aktif

Tujuannya investor ingin memperoleh return yang lebih besar (capital gain) tidak sekedar memperoleh pendapatan tetap dari kupon Cara : mengestimasi perubahan tingkat bunga dan

mengidentifikasi berbagai obligasi yang harganya tidak sesuai dengan nilai intrinsiknya

2.2.4 Obligasi Ritel Indonesia Obligasi Negara Ritel (ORI) merupakan bagian dari Obligasi Negara. Sementara Obligasi Negara merupakan bagian dari Surat Utang Negara. Dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara disebutkan bahwa Surat Utang Negara ialah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Obligasi Negara ialah surat utang yang diterbitkan Pemerintah yang memiliki jangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon dan atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. Obligasi Negara Ritel (ORI) adalah Obligasi Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia untuk dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual. Agen Penjual yang dimaksud ialah bank dan atau perusahaan efek yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan penjualan Obligasi Negara Ritel. Dasar Hukum Dalam menerbitkan ORI ini terdapat dasar hukum yang menyertainya, yaitu sebagai berikut: 1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara 2. Peraturan Menteri Keuangan No. 36/PMK.06/2006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana 3. Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.08/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan No. 36/PMK.06/2006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana Manfaat dan Tujuan Diterbitkan ORI Dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2002 disebutkan tujuan diterbitkannya Surat Utang Negara. Oleh karena ORI juga merupakan bagian dari Surat Utang Negara maka tujuan diterbitkannya ORI ialah sebagai berikut: a. Membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara b. Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran. c. Mengelola portofolio utang negara. d. Diversifikasi sumber pembiayaan.

Adapun manfaat diterbitkannya ORI ialah sebagai berikut: a. Memperluas dan memperkuat basis investor obligasi negara di pasar domestik sehingga mengurangi ketergantungan pada investor institusi, termasuk asing. b. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berperan aktif secara langsung dalam pembangunan nasional. c. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi langsung dalam Pembangunan Nasional. d. Pembayaran kupon dan pokok dilakukan tepat waktu dan secara online ke dalam rekening tabungan investasi Keuntungan dan Kerugian Investasi ORI ORI merupakan salah satu instrumen investasi. Oleh karena itu, juga terdapat risiko investasi. Akan tetapi, ORI juga memiliki keuntungan. Adapun keuntungan berinvestasi pada ORI antara lain sebagai berikut: a. Aman dan terjamin karena pembayaran kupon don pokoknya dijamin oleh Undang-Undang b. Memberikan keuntungan yang menarik karena kupon yang lebih tinggi dari suku bunga bank (di pasar perdana) dan adanya potensi capital gain di pasar sekunder. c. Prosedur pembelian dan penjualan yang mudah dan transparan. d. Dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder sesuai dengan harga pasar.

e.

Memberikan

kesempatan

kepada

masyarakat

untuk

berpartisipasi langsung dalam Pembangunan Nasional. Sementara itu, risiko yang menyertai investasi pada ORI ialah sebagai berikut:
a. Pada prinsipnya investasi pada ORI adalah investasi yang

bebas terhadap risiko gagal bayar (default risk) yaitu kegagalan Pemerintah untuk membayar kupon dan pokok kepada Investor. Investasi pada ORI terbebas dari risiko gagal bayar karena Pemerintah berdasarkan Undang-Undang SUN dan Undang-Undang APBN setiap tahunnya menjamin pembayaran kupon dan pokok SUN, termasuk ORI hingga masa jatuh temponya.
b. Tetapi, pada transaksi di Pasar Sekundar dimungkinkan adanya

risiko pasar berupa capital loss akibat harga jual yang lebih rendah dibandingkan harga beli, dimana risiko tersebut dapat dihindari dengan tidak menjual obligasi Negara yang dimiliki sampai dengan jatuh tempo.
c. Selain itu, investor juga dihadapkan pada risiko likuiditas

dimana adanya potensi kerugian apabila sebelum jatuh tempo pemilik ORI yang memerlukan dana tunai mengalami kesulitan dalam menjual ORI di pasar sekunder pada tingkat harga (pasar) yang wajar. 2.2.5 Hipotesis

2.2.5.1 Inflasi Jika dibandingkan dengan nilai tukar, tingkat inflasi mempengaruhi lebh banyak sendi kehidupan. Inflasi

mempengaruhi bunga bebas resiko (SBI) yang pada gilirannya akan menentukan suku bunga tabungan, kredit, obligasi, diskonto, dan yield. Bunga diskonto dan yield baru pada akhirnya akan membuat valuasi semua aset berubah. Terdapat banyak definisi inflasi. Yang paling sederhana mengatakan inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa atau penurunan daya beli uang. Inflasi terjadi karena harga-harga semakin tinggi atau ketika memerlukan uang yang lebih banyak untuk membeli barang yang sama. Tingkat inflasi yang tinggi akan membuat harga obligasi di pasar sekunder terkoreksi. Pergerakan suku bunga di Indonesia dan AS berbeda arah. Dengan laju inflasi yang cenderung menurun, suku bunga acuan (BI Rate) diperkirakan masih berpeluang turun. Jadi, investor obligasi rupiah tidak perlu merevisi valuasi harga obligasi karena ekspektasi penurunan suku bunga diperkirakan akan terealisasi. Perbedaan inilah yang diperkirakan akan membuat arah pergerakan yield obligasi di AS dan di Indonesia berbeda. Jadi, yield USTreasury diperkirakan tidak akan banyak turun dalam beberapa

bulan ke depan, sedangkan yield obligasi SUN masih berpotensi mengalami penurunan. H1: Inflasi berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi 2.2.5.2 Suku Bunga Pasar Besarnya tingkat suku bunga dipakai oleh pembeli obligasi sebagai benchmark dasar tingkat return yang diharapkan dan pada sisi emiten sebagai besarnya biaya modal. Tingkat suku bunga pasar dalam hal ini dapat berupa SBI rate atau suku bunga pasar pada umumnya. Perubahan tingkat suku bunga akan diproxy dari perubahan SBI rate karena setiap ada issu/ rencana perubahan pada SBI rate sudah langsung direspon oleh perubahan harga securitas (semi strong dan strong efficiency capital market) walaupun suku bunga pasar relatif tetap. Selama umur obligasi besarnya interest rate dapat berubah sesuai kondisi perekonomian secara keseluruhan. Dari sisi emiten jika suku bunga turun, beban biaya modal akan berkurang sehingga perusahaan akan melakukan ekspansi / investasi baru (dengan emisi obligasi baru atau credit baru) sehingga terjadi ekspektasi kenaikan pendapatan perusahaan. Ekspektasi yang positif ini menyebabkan nilai perusahaan naik sehingga terjadi peningkatan harga securitas (saham dan obligasi). Sebaliknya jika suku bunga

naik, beban biaya modal dan operational cost akan naik sehingga pendapatan operasional (EBIT) emiten akan turun. Para analis yang bekerja di pasar modal akan mengetahui informasi ini dari laporan keuangan yang diserahkan secara berkala per triwulan sesuai dengan persyaratan Bapepam. Informasi ini selanjutnya akan tersebar dan tercermin pada pada penurunan harga securitas (saham dan obligasi). Dari sisi bond holder pada saat tingkat suku bunga mengalami kenaikan sementara besarnya coupon rate tetap (fixed income bond), maka return riil dari investor relatif lebih kecil dibandingkan dengan suku bunga pasar. Hal ini akan menyebabkan terjadi aksi jual obligasi sehingga harga obligasi turun .Sebaliknya pada saat suku bunga turun, besarnya coupon rate tetap, return riil dari investor akan lebih besar/ naik sehingga terjadi aksi beli obligasi yang menyebabkan harga obligasi naik. Sebagai illustrasi, krisis moneter yang terjadi pada semester dua tahun 1998 banyak obligasi yang hanya ditawar dengan harga sebesar (20-40%) dari nilai nominalnya yang disebabkan tingginya tingkat suku bunga yang berlaku serta kemungkinan default yang cukup besar dari berbagai perusahaan sebagai akibat krisis moneter yang terjadi (Husnan, 2005) H2: suku bunga pasar berpengaruh negatif terhadap

perubahan harga obligasi.

2.2.5.3 Tingkat Kupon Obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas ratarata suku bunga deposito dan ratarata kupon obligasi lainnya bisa sangat diminati oleh banyak investor. Oleh karena itu, bila kupon obligasi tersebut cukup tinggi maka harga obligasi cenderung semakin meningkat. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat kupon obligasi yang diberikan relative kecil, harga obligasi tersebut cenderung turun karena daya tarik untuk investor atau bagi calon pembeli obligasi tersebut sangat sedikit. Kupon pengertiannya yaitu berupa pendapatan suku bunga yang akan diterima oleh pemegang obligasi sesuai perjanjian dengan penerbit obligasi tersebut. Biasanya pembayaran kupon tersebut dilakukan secara periode tertentu (Sapto Rahardjo, 2003). Bisa berjangka waktu kuartal, semesteran, atau tahunan.

Pembayaran kupon ini ditentukan sebelumnya sampai masa jatuh tempo obligasi tersebut. Nilai kupon yang tinggi akan menyebabkan obligasi menarik bagi investor karena nilai kupon yang tinggi akan memberikan yield yang makin tinggi pula. Nurfaizah dan Adistien F.S. (2004) menyatakan bahwa kupon yang tinggi akan menyebabkan investor memperoleh manfaat yang lebih besar. Sapto Rahardjo (2003) juga menyatakan hal senada yaitu untuk

menarik investor membeli obligasi maka diberikan insentif yang berupa bunga yang menarik (kupon). Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H3 : Coupon (tingkat bunga) berpengaruh positif terhadap perubahan harga obligasi

2.2.5.4 Jangka Waktu Jatuh Tempo Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal dengan istilah maturity date yaitu tanggal di mana nilai pokok obligasi tersebut harus dilunasi oleh penerbit obligasi. Emiten obligasi mempunyai kewajiban mutlak untuk membayar nilai nominal obligasi kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo (biasanya tercantum pada kesepakatan yang dibuat sebelumnya). Kewajiban pembayaran pokok pada saat jatuh tempo dan bunga obligasi akan terhindar apabila dilakukan penebusan obligasi (redemption) atau pembelian kembali obligasi sebelum jatuh tempo oleh penerbit obligasi tersebut. Obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama maka akan semakin lebih tinggi tingkat risikonya sehingga yield yang didapatkan juga berbeda dengan obligasi yang umur jatuh temponya cukup pendek. Perubahan harga obligasi biasanya disebabkan juga oleh periode jatuh tempo obligasi tersebut. Apabila tingkat suku bunga

berubah, harga obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo lebih lama akan lebih banyak berubahnya dibanding obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo pendek. Semakin lama masa jatuh tempo obligasi, akan semakin tinggi tingkat risiko investasi. Karena dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun bisa saja terjadi. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati investor karena dianggap resikonya lebih kecil. Makin pendek jangka waktu jatuh tempo maka makin kecil durasi obligasi Temuan penelitian Amihud dan Mendelson (1991) dalam Kamara (1994) menyebutkan bahwa return obligasi akan menurun dengan meningkatnya jangka waktu jatuh tempo. Sehingga makin pendek jangka waktu obligasi maka diperkirakan mengurangi perubahan harga obligasi. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H4 : Jangka waktu jatuh tempo berpengaruh negatif terhadap perubahan harga obligasi

III. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian ex post facto. Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono, 1997:7), Sesuai dengan tingkat eksplanasi (level of explanation) atau tingkat penjelasannya, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 1997:11). Berdasar jenis datanya, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang datanya berbentuk angka-angka. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan pokok masalah dan hipotesis yang diuji maka variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel dependen (Y) Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah perubahan harga obligasi ritel indonesia. Prosentase perubahan harga obligasi dihitung dengan rumus:

P Pt 1 x100 % Pt 1

Dimana : P = Harga obligasi periode t Pt-1 = Harga obligasi periode t-1 2. Variabel independen (X) Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang diduga berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah sebagai berikut Inflasi (X1) Dalam penelitian ini data inflasi yang digunakan adalah inflasi bulanan yang ada di website bank indonesia 2) Suku bunga pasar (X2) Data suku bunga pasar dalam penelitian ini diperoleh dari rata-rata suku bunga pasar antar bank dalam JIBOR 3) kupon (X3) Diukur dengan menggunakan kupon yang diberikan oleh emiten obligasi. Data diperoleh dari harian bisnis indonesia 4) jatuh tempo (X4) Jatuh tempo menunjukkan umur obligasi

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2005,

pada bulan Desember 2006, di Pojok BEJ Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

C. 1.

Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun pengamatan 2002 sampai 2005.

2.

Sampel Definisi sampel menurut Sugiyono (2004:73) adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel dalam penelitan ini menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Obligasi Ritel Indonesia yang membayar kupon tetap. b. Obligasi Ritel Indonesia yang belum jatuh tempo. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data antara lain dari PT. Bursa Efek Indonesia, Bond Market Directory, , publikasi data finansial di harian bisnis indonesia, jurnal-jurnal, artikel, tulisan-tulisan ilmiah dan catatan lain dari media cetak maupun elektronik.

E.

Teknik Analisis Data 1. Uji Persyarat Analisis a. Uji Normalitas Menurut Sutrisno Hadi (1994:350), uji ini digunakan untuk mengetahui skor dari variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (uji K-S) dengan bantuan program komputer SPSS versi 12 . Prosedur uji normalitas data adalah sebagai berikut: Meregresi fungsi empirik, dan diperoreh nilai residual. 2) Menganalisis nilai residual dengan

metode uji one-sample Kolmogorov-Smirnov 3) Kesimpulan: apabila nilai Asymp. Sig

(2 tailed) > 0,05 maka residual berdistribusi normal. Bila n besar (secara empiris lebih besar dari 30)maka berlaku dalil limit pusat yaitu distribusi peluang rata-rata akan mengikuti distribusi normal (Dergibson Siagian dan Sugiarto, 2002:122) Uji normalitas diperlukan untuk melakukan uji t dan uji F. Namun demikian,dalam kenyataannya jika ukuran sampel cukup besar ( 30) teorema nilai pusat membolehkan kita untuk menggunakan uji validitas data tanpa asumsi normalitas ( Lincolin Arsyad, 2001: 181)

b. Autokorelasi Autokorelasi berarti terjadi korelasi antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Konsekuensinya, varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Model regresi tidak dapat untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu. Untuk menganalisis adanya autokorelasi dipakai uji Durbin-Watson. Pengaruh autokorelasi yang terdapat dalam suatu model regresi dihilangkan dengan memasukkan lagi variabel dependennya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1) Data observasi dimulai dari situasi kelesuan data observasi yang menarik jelas dipengaruhi oleh data sebelumnya 2) Tidak memasukkan variabel bebas tertentu yang sebelumnya dependen. 3) Bentuk model yang tidak tepat. Jika gejala korelasi serial terjadi, maka mengakibatkan varian residual akan diperoleh lebih rendah daripada semestinya yang mengakibatkan R2 menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi model regresi tersebut tidak mengandung autokorelasi diantara disturbance

termsnya, maka dipergunakan Durbin Watson Statistik, formulanya adalah sebagai berikut DW =
t :2 n

(et et 1 )

e
t :1

t2

Statistik Durbin Watson dapat menghasilkan nilai antara 0-4. Selanjutnya hasil Statistik Durbin Watson dibandingkan dengan nilai statistik dengan nilai tabel dL dan dU pada jumlah n pengamatan. Uji Durbin Watson : (4-dL) < DW < 4 (4-du) < DW < (4-dL) 2 < DW < (4-dL) DU< DW < 2 DL< DW < dU 0 < DW < dL = Autokorelasi negatif = Tidak ada kesimpulan = Tidak ada autokorelasi = Tidak ada autokorelasi = Tidak ada kesimpulan = Autokorelasi positif

Jika dalam pengujian terjadi korelasi, maka cara mengatasinya adalah dengan memasukkan variabel bebas yang hilang ke dalam model atau dengan mengubah bentuk model asli (yang linear) menjadi bentuk model-model linear dalam logaritma atau bentuk kuadratik kemudian menaksir kembali regresi untuk menguji statistiknya. c. Uji Heteroskedastisitas Uji ini menurut Singgih Santoso (2000:251) dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Uji ini dilakukan dengan melihat grafik scatterplot. Jika hasil pada grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu secara jelas dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. d. Uji Multikolinieritas Uji ini menurut Singgih Santoso (2000:282) dilakukan sebagai syarat digunakannya analisis regresi linier ganda, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Uji multikolinieritas VIF. Jika nilai tolerance maupun nilai VIF mendekati atau berada disekitar angka 1, maka antar variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Jika nilai VIF>5, maka variabel tersebut juga mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. 2. Teknik Analisis Data Model analisis statistik yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh pada variabel independen terhadap variabel dependen, dimana variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Model persamaan regresi linear ganda sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +ei

Keterangan : Y a b X1 X2 X3 X4 ei = Perubahan harga obligasi = Konstanta = Koefisien regresi = Inflasi = Suku bunga Pasar = Tingkat Kupon = Jangka Waktu jatuh tempo = Standart error Untuk menentukan koefisien a, b 1 , b 2 , b 3 dan b4 digunakan pengolahan dengan program SPSS 3. Uji Hipotesis Untuk menghitung apakah harga-harga yang diperoleh dari sampel tersebut benar-benar mewakili harga parameternya, maka untuk dilakukan uji hipotesis. a.Uji Parsial (Koefisien Regresi) Koefisien Regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel X1, X2, X3 dan X4 secara parsial terhadap variabel terikat. Untuk menguji signifikansi koefisien regresi digunakan t-hitung. Rumus untuk menghitung t-hitung adalah: th 1 =
ry 1.23 n k 1

(1 r 2 y1.23 )
ry 2.31 n - k -1

th 2

(1 - r 2 y 2.31 )

th 3 =

ry 3.12

n - k -1

(1 - r 2 y 3.12 )

Apabila probabilitas tingkat kesalahan dari t-hitung lebih kecil dari tingkat signifikansi tertentu (signifikansi 5%), maka variabel X1, X2, X3 secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. IV. Sistematika penulisan penelitian ini dirancang menjadi Bab I. Pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian. Bab II .Landasan Teori. Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang dapat digunakan sebagai kerangka pemikiran teori atau landasan penelitian ini dan hasil penelitian yang relevan. Bab III .Metode Penelitian Pada bab ini akan diuraikan mengenai ruang lingkup penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, definisi manfaat penelitian serta sistematika penulisan

operasional variabel, populasi dan sample penelitian, data dan sumber data, serta tehnik analisis data. Bab IV. Analisis Data dan Pembahasan.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil pengujian terhadap hipotesa yang dibuat dalam penelitian ini dan

implikasinya. Bab V . Penutup Bab ini akan berisi kesimpulan yang diambil dari hasil analisis data, keterbatasan penelitian dan saran saran

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. (2001). Peramalan Bisnis Edisi Satu, BPFE, Yogyakarta. Fabozzi J, Frank (1999). Manajemen Investasi Buku Satu. Salemba Empat, Jakarta , Franco Modigliani, Michael G Ferri. (1999). Pasar & Lembaga Keuangan Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta. Gitosudarmo, Indriyo (2003). Pengantar Bisnis edisi 2, BPFE, Yogyakarta.
Ghozali, 2009, Ekonometrika Diponegoro ,Badan Penerbit Universitas

Husnan, Suad. (1998). Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas edisi 3, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi edisi 3, BPFE, Yogyakarta

Nurfaizah dan Adistien F.S. (2004), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Yield Obligasi Perusahaan (Studi Kasus Pada Industri Perbankan dan Industri Finansial), Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 2 No. 9, p. 241-256

Santoso, Singgih. (2001). SPSS Versi 10 : Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Sharpe, William F, Gordon J Alexander, Jeffery V Bailey. (1997). Investasi Edisi Bahasa Indonesia, Alih Bahasa Henry Njooliangtik dan Agustiono PT. Prenhallindo, Jakarta. Siagian, Dergibson dan Sugiarto. (2002). Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Gramedia, Jakarta
Sapto Rahardjo (2003), Panduan Investasi Obligasi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugiyono. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis. CV. Alfa Beta, Bandung Zainul Arifin, Agus (2007) Inflasi, Kurva Yield Dan Durasi : Kajian Teori dalam Perspektif Praktis , Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5, No 10 p. 71-83

You might also like