You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

Sesuai dengan pasal 1 ayat (1) UUD 1945, Indonesia menganut konsep Negara kesatuan dimana terdapat pembagian kekuasaan Negara antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sehingga terdapat adanya koordinasi dan pengawasan. Kekuasaan Negara yang dibagi kepada daerah melalui desentralisasi kekuasaan karena pada prinsipnya dalam Negara kesatuan, semua wewenang pemerintahan pada dasarnya adalah kewenangan pemerintah pusat, tetapi pemerintah pusat dapat menyerahkan sebagian kekuasaan kepada pejabat-pejabatnya di daerah dalam rangka dekonsentrasi rangka atau kepada daerah berdasarkan hak asas

otonomi

dalam

desentralisasi.

Penyelenggaraan

desentralisasi menghasilkan daerah otonomi, sedangkan urusan yang diserahkan kepada daerah otonom yang menjadi hak atau wewenangnya disebut otonomi daerah. Menurut Bagir Manan, otonomi daerah adalah kebebasan dan kemandirian (vrijheid dan zelfstandigheid) satuan

pemerinyahan lebih rendah untuk mengatur dan mengurus sebagian urusan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang boleh diatur dan

diurus secara bebas dan mandiri itu menjadi urusan rumah tangga satuan pemerintahan yang lebih rendah. Realisasi otonomi daerah salah satunya terlihat dari pengelolaan keuangan daerah. Manajemen keuangan (anggaran) daerah yang dilaksanakan dengan baik dapat dijadikan indikasi keberhasilan otonomi daerah dan dan

desentralisasi.

Sehingga,

terciptanya

peningkatan

pelayanan

kesejahteraan masyarakat (social welfare), kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Untuk itu, penggunaan sejumlah dana tertentu telah mempunyai maksud dan tujuan yang

diperlukan untuk disusun dalam suatu anggaran yang ditentukan besar


1 |Page

kecilnya target yang hendak dicapai oleh suatu program yang menjadi pusat perhatian ialah kegunaan mengukur efisieni terhadap kegiatan dan penilaian terhadap hasil akhir. Seluruh jumlah dana-dana yang dipakai dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dari suatu unit pelaksana tertentu, pada hekekatnya meliputi biaya-biaya yang dapat pula diklasifikasikan dalam bentuk objek pembelanjaan. Dengan kata lain, jumlah biaya kegiatan sama dengan jumlah kinerja menurut objek pembelanjaannya. Dengan memperhatikan proses penyususan anggaran dalam performance budgeting system ini, maka anggaran yang dihasilkan jelas merupakan suatu program kerja. Konsekuensinya adalah menuntut kepada para penyusun dan pelaksana anggaran untuk selalu berorientasi kepada program. Anggaran pendapatan dan belanja daerah dalam era otonomi daerah disusun dengan pendekatan kinerja. Anggaran dengan pendekatan

kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. APBD pada dasarnya memuat rencana keuangan yang diperoleh dan digunakan Pemerintah Daerah dalam rangka melaksanakan kewenangannya untuk penyelenggaraan pelayanan umum dalam satu tahun anggaran.

BAB II PEMBAHASAN
2 |Page

A. Pengertian APBD APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan Daerah yang

ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah (Perda). Dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 1 angka 14 disebutkan bahwa Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Dimana di dalam penjelasan umum bagian keuangan daerah disebutkan bahwa penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang cukup

diikuti kepada

dengan daerah,

pemberian dimana

sumber-sumber besarnya

penerimaan dan

disesuaikan

diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Di dalam Undang-Undang mengenai Keuangan Negara, terdapat penegasan di bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan; dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari

presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan

mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan

pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa gubernur/bupati/walikota bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dengan keuangan
3 |Page

demikian daerah

pengaturan melekat

pengelolaan menjadi

dan satu

pertanggungjawaban dengan pengaturan

dan

pemerintahan

daerah,

yaitu

dalam

Undang-Undang

mengenai

Pemerintahan Daerah. B. Ruang Lingkup APBD Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 pasal 155 ayat (1),

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Saat ini, Anggaran pendapatan dan belanja daerah dalam era otonomi daerah disusun dengan pendekatan kinerja. Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember, hal ini sesuai dengan ketentuan UU No. 32 Tahun 2004 pasal 179. Dalam UU No. 17 Tahun 2003 pasal 16, APBD terdiri atas: anggaran pendapatan; anggaran belanja; dan pembiayaan. Dimana, Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Dalam penyusunan belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Menurut UU No. 1 Tahun 2004 pasal 13, disebutkan bahwa APBD dalam satu tahun anggaran meliputi:

4 |Page

a. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih; b. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih; c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. C. Aspek Yuridis Dalam Penyusunan APBD Sesuai dengan pendekatan kinerja yang digunakan dalam penyusunan APBD, setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atas hasil yang diharapkan dapat dicapai. Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan APBD.

5 |Page

Dalam penyusunan APBD, Pemerintah Daerah harus memperhatikan Pedoman Penyusunan Anggaran Daerah yang setiap tahunnya

dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri, dengan produk hukumnya berupa Peraturan Menteri Dalam Negeri, seperti Permendagri No. 32 Tahun 2008 yang memuat pedoman penyusunan APBD Tahun anggaran 2009. Hal ini penting karena dalam rangka mencapai tujuan nasional diperlukan sinkronisasi kebijakan Pemerintah dengan Pemerintah

Daerah melalui kesamaan persepsi terhadap berbagai persoalan dan program pembangunan daerah dalam kerangka pembangunan yang

berkesinambungan. Dalam Permendagri No. 32 Tahun 2008 juga memuat pokok-pokok kebijakan penyusunan APBD.
6 |Page

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 pasal 180, Kepala daerah dalam penyusunan rancangan APBD menetapkan prioritas dan plafon anggaran sebagai dasar penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Berdasarkan prioritas dan plafon anggaran tersebut, Kepala SKPD menyusun rencana kerja dan anggaran SKPD dengan Rencana pendekatan kerja berdasarkan telah prestasi kerja yang akan kepada dicapai. pejabat

yang

disusun,

disampaikan

pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan Perda tentang APBD tahun berikutnya. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 pasal 181, Kepala Daerah mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD untuk memperoleh persetujuan bersama. Rancangan tersebut dibahas pemerintah daerah bersama DPRD berdasarkan kebijakan umum APBD, serta prioritas dan plafon anggaran. Arah pelayanan dan kebijakan tingkat umum APBD memuat komponen-komponen pada setiap

dan

pencapaian

yang

diharapkan

kewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan tersebut disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dengan

mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah, termasuk kinerja pelayanan yang telah dicapai dalam tahun-tahun anggaran sebelumnya. Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD dapat dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

7 |Page

Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD umumnya menggunakan sejumlah

asumsi dan

untuk mencapainya sering dijumpai berbagai permasalahan,

kendala, dan tantangan karena keterbatasan sumber daya. Dalam hal ini, diperlukan strategi atau cara tertentu yang diharapkan dapat memperlancar atau mempercepat pencapaian arah dan kebiajakan umum APBD. Prioritas diperlukan karena adanya keterbatasan sumber daya untuk mencapai arah dan kebijakan umum APBD. Strategi dan prioritas APBD dalam penganggaran daerah termasuk kategori perumusan kebijakan anggaran yang disusun berdasarkan arah dan kebijakan umum
8 |Page

APBD. Perumusan strategi dan prioritas APBD umumnya dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh daerah dalam pencapaian kebijakan umum APBD.

Pengambilan keputusan DPRD untuk menyetujui rancangan Perda tersebut dilakukan selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan. Atas dasar persetujuan DPRD tersebut, kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD dan rancangan dokumen pelaksanaan anggaran SKPD. Implikasi dari dianutnya konsep Negara kesatuan, maka terdapat hubungan hirarkis atara Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sehingga terdapat koordinasi dan pengawasan. Dalam penyusunan rancangan Perda tentang APBD, terdapat pengawasan preventif berupa evaluasi. Evaluasi untuk rancangan Perda Provinsi tentang APBD disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri, hal ini sesuai dengan yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 185. Pasal 185 (1) R a n c a n g a n P e r d a p r o v i n s i t e n t a n g A P B D y a n g t e l a h d i s e t u j u i b e r s a m a dan rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD sebelum

9 |Page

ditetapkan oleh Gubernur paling lambat 3 (tiga) hari disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi. (2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud. (3) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Gubernur tentang

penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Peraturan Gubernur. (4) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Gubernur tentang dan

penjabaran

APBD

bertentangan

dengan

kepentingan

umum

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. (5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Gubernur dan DPRD, dan Gubernur tetap menetapkan rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD menjadi Perda dan Peraturan Gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan Perda dan Peraturan Gubernur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya. Sedangkan untuk evaluasi rancangan perda kabupaten/kota tentang APBD disampaikan kepada Gubernur, hal ini sesuai dengan ketentuan UU No 32 tahun 2004 pasal 186 Pasal 186

10 | P a g e

(1) Rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga) hari disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur kepada Bupati/Walikota

paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda kabupaten/kota dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati/Walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Peraturan Bupati/Walikota. (4) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, Bupati/Walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi. (5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Bupati/Walikota dan DPRD, dan Bupati/Walikota tetap menetapkan rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD menjadi Perda dan Peraturan Bupati/Walikota, Gubernur

membatalkan Perda dan Peraturan Bupati/Walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

11 | P a g e

(6) Gubernur menyampaikan hasil evaluasi rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang

Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

12 | P a g e

You might also like