Professional Documents
Culture Documents
BIAS GENDER
APAKAH KONSEP-KONSEP POLITIK SEPERTI DEMOKRASI, KEWARGANEGARAAN, dan NASIONALISME KONSEP YANG NETRAL??? Konsep-konsep itu sangatlah bias gender. Hak-hak politik perempuan merupakan hak asasi yang paling mendasar.
Hak asasi manusia adalah bagian integral dari demokrasi. Keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam proses pengambilan keputusan adalah sebuah sine qua non (syarat mutlak) di dalam demokrasi.
PDI Perjuangan, Pemilu 1999 - 153 kursi perempuan 16 (10,5%). Pemilu 2004 -109 kursi- perempuan 13 (11,9%). PKS, Pemilu 1999 7 kursi - perempuan 1 (14,35). Pemilu 2004 - 45 kursi - perempuan 3 (6,7%). PDS mendapat 3 legislator perempuan atau 23,1% dari 13 kursi yang diraihnya. Pemilu 2004 ini ada masih ada tujuh partai yang belum menghasilkan anggota DPR perempuan: PBB, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK); PNI Marhaenisme, Partai Pelopor; Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI); Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) pimpinan R Hartono; dan Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI).
Masa Soeharto
Masa Orde Baru (era Soeharto) terjadi pemilihan umum dari tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 (6 kali) dengan konsep partai mayoritas tunggal, representasi perempuan dalam lembaga legislatif dan dalam institusi-institusi kenegaraan, ditetapkan oleh para pemimpin partai di tingkat pusat, sejumlah tertentu elit. Akibatnya, sebagian perempuan yang menempati posisi penting memiliki hubungan keluarga/ kekerabatan dengan para pejabat dan pemegang kekuasaan di tingkat pusat.
KETIDAKADILAN GENDER
Bentuk, posisi, kondisi, atau sifat yang memperlakukan pola hubungan yang tidak adil atau diskriminatif berdasarkan jenis kelamin yang sering kali terkait dengan kelas sosial, agama/kepercayaan, kelompok budaya, aliran politik, bentuk tubuh, usia dan suku bangsa.
Adanya status perempuan sebagai jenis kelamin yang lebih rendah dibandingkan laki-laki Pekerjaan reproduktif hanya merupakan tanggung jawab perempuan Kontribusi perempuan, yang umumnya melakukan pekerjaan domestik, pengasuhan anak, pekerjaan rumah tangga, pertanian subsisten, pekerjaan pengelolaan komunitas dan pekerjaan-pekerjaan sektor informal dianggap rendah sehingga tidak diperhitungkan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto
MARJINALISASI
Peminggiran peran ekonomi dan politik perempuan (dan laki-laki) yang mengakibatkan proses pemiskinan terhadap mereka
Contoh: Kerja perempuan dalam rumah tangga tidak dinilai/diperhitungkan Perempuan tidak memiliki akses yang sama terhadap sumber daya ekonomi dan politik. Kalaupun memiliki akses, perempuan tidak memiliki kontrol terhadap sumber daya tersebut Untuk pekerjaan yang sama perempuan mendapatkan upah yang lebih rendah dari laki-laki.
Perempuan tidak memiliki kesempatan yang luas dalam mengembangkan karir karena keterbatasan waktu maupun kurang mendapatkan dukungan dari suami Perempuan tidak mendapatkan dorongan atau setidaknya kebebasan kultural dan politik untuk memilih kariernya dan mendapatkan sanksi sosial jika dianggap kurang dalam melakukan pekerjaan domestik Perempuan tidak mendapat kesempatan yang sama masuk ke lapangan pekerjaan apapun dan dimanapun karena dibatasi oleh kemampuan reproduksinya
Laki-laki miskin kulit hitam disubordinasi oleh perempuan kaya kulit putih kasus di Afrika Selatan ketika masa apartheid Perempuan tidak setara dengan laki-laki di depan hukum dalam hal memperoleh waris, harta gono gini dan pengajuan cerai apabila mendapat perlakuan tidak adil dari suami
Feminisasi Kemiskinan
Proses memiskinkan perempuan baik secara politik, sosial maupun ekonomi. Feminisasi kemiskinan berkaitan erat dengan proses marjinalisasi (peminggiran) karena prosesproses pembangunan yang tidak berpihak pada rakyat miskin khususnya perempuan. Misalnya perempuan tidak mendapatkan akses pekerjaan yang layak sehingga perempuan rentan menjadi korban trafficking atau penipuan kerja di dalam maupun di luar negeri.
BEBAN GANDA
Masuknya perempuan di sektor publik tidak senantiasa diiringi dengan berkurangnya beban mereka di dalam rumah tangga.
Contoh: Walau perempuan bekerja mencari nafkah tetapi peran dan tanggung jawab reproduksi dan domestik berupa pemeliharaan dan pengasuhan anak serta pekerjaan rumah tangga lainnya tetap ditangan perempuan Di tempat kerja menjalankan peran produksi/publik dirumah menjalankan peran reproduksi/domestik Di komunitas menjalankan peran pengelolaan komunitas
Laki-laki di Aceh setelah tsunami mengalami perubahan peran gender karena kehilangan istri. Mereka harus melakukan kerja-kerja domestik selain kerja produktif dan komunitas. Laki-laki yang berperan sebagai orangtua tunggal (walaupun kebanyakan dapat mengalihkan tanggung jawab pada keluarga perempuan atau saudara perempuan mereka).
Penculikan anak laki-laki untuk dijadikan tentara (kasus Rwanda). Perkosaan/kekerasan seksual yang dilakukan oleh tentara laki-laki Amerika di Guantanamo terhadap tahanan laki-laki yang diduga teroris.
STERIOTIPE/PELABELAN
Pemberian label atau cap yang dikenakan kepada seseorang sehingga menimbulkan anggapan yang salah atau sesat. Pelabelan umumnya dilakukan dalam hubungan sosial dan seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan sebuah tindakan dari satu kelompok ke kelompok lainnya atau didasari pada perbedaan kelas, ras, suku budaya, suku bangsa maupun jenis kelamin. Pelabelan juga menunjukkan adanya relasi kuasa yang tidak seimbang. Pada umumnya pihak yang lebih kuat atau dominan dapat lebih punya daya dalam membangun steriotipe pihak lainnya
Contoh: Dalam pengupahan, perempuan yang menikah dibayar sebagai pekerja lajang dengan anggapan setiap perempuan adalah pencari nafkah tambahan meskipun secara de facto harus menafkahi keluarga Perempuan sebagai pekerja reproduktif dan pengelolaan komunitas Sempitnya kesempatan kerja dimanapun dan kapanpun, karena anggapan bahwa perempuan lemah dan tidak berdaya sehingga banyak halangan dalam bekerja. Anggapan bahwa perempuan penurut, tidak berani protes sehingga diminati sebagai pekerja menjadi buruh karena pasti mau dibayar lebih murah.
Laki-laki tidak boleh menangis dan dianggap cengeng seperti perempuan bila menangis Karena dianggap sebagai pencari nafkah utama, laki-laki yang berperan dalam kerja domestik atau bekerja di rumah dianggap bukan laki-laki yang bertanggungjawab dan sering gunjingan tetangga Belis (mahar) sering membebani keluarga lakilaki
Melakukan kekerasan ekonomi terhadap perempuan seperti menggusur rumah/lahan pekerjaan perempuan, tidak membayar upah yang layak sesuai kerja mereka, PHK sewenang-wenang dan tindakan lainnya yang meminggirkan perempuan secara ekonomi yang berdampak pada kemiskinan terhadap perempuan atau menghilangkan sama sekali akses dan kontrol mereka terhadap sumber-sumber ekonomi. Melakukan, mendukung, membiarkan, bertanggung jawab atau menarik keuntungan dari perdagangan perempuan dan anak. Seperti membuat perempuan dan anak terjerat ke dalam pelacuran atau kerja eksploitatif/perbudakan di pabrik, menjadikan perempuan dan anak sebagai TKW tanpa perlindungan kerja serta bentukbentuk tindakan lainnya, mulai dari merekrut, menampung, mengirim, dan memulangkan ke daerah asalnya.
(3) Mencabut dwi fungsi ABRI dan praktiknya di politik, bisnis dan territorial; (4) Membubarkan atau menegakkan hukum lustrasi terhadap lembaga Negara dan individu dari partai politik Orba antidemokrasi (kita tahu Golkar masih kuat bercokol bersama kelompok Islam garis keras setiap tahun mengkampanyekan anti komunis baik dengan cara memasang spanduk maupun dengan cara kekerasan); (5) Amandemen total dan progresif dari UUD 1945 menjadi konstitusi demokratis.
Ada perubahan
Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa juga mulai dikikis dengan dihapusnya kebijakan seperti Instruksi Presiden Nomor 14/1967 yang melarang orang Cina melaksanakan ibadah dan adat istiadatnya di muka umum oleh Gus Dur. Sudah ada Bupati etnis Tionghoa yaitu Basuki Tjahaja Purnama yang terpilih sebagai Bupati Belitung Timur pada tahun 2005.
Otonomi Daerah
Otonomi daerah dan Desentralisasi juga telah membuat anggaran pendapatan dan belanja daerah bisa membengkak menjadi tiga atau empat kali lipat namun anggaran besar ini tidak serta merta mengangkat kesejahteraan rakyat. Selain kita melihat juga perdaperda yang dihasilkan selain untuk menaikkan pendapatan daerah juga perda-perda yang bertentangan dengan Konstitusi dan Konvensi Anti Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) yaitu perda-perda formalisasi agama seperti pengharusan perempuan dengan dress-code tertentu dan juga pemberlakuan jam malam buat perempuan.
Dan tentu saja, Soeharto gagal disidangkan secara pidana karena keburu meninggal bulan Januari lalu. Soeharto seolah dibiarkan lolos dengan berlalunya waktu. Pihak Kejaksaaan Agung memang masih ada upaya untuk mengadilinya dalam perkara perdata. Kita juga tahu dalam soal kebebasan beragama, pihak garis keras lenggang kangkung, bisa membakari kelompok minoritas seperti Ahmadiyah atau beberapa waktu lalu dan beberapa kali pernah melarang orang Kristen beribadat atau mengusirnya dari kampung dan menutup jalan. Mereka baru ditangkap pasca 1 Juni setelah terjadi pembiaran selama bertahun-tahun atas aksi kekerasan yang dilakukan.
Selain kasus pelanggaran hak asasi manusia di atas, kasus Munir masih menjadi dark number case, dan memang militerisme masih kuat di Indonesia. Komnas Ham memanggil para petinggi militer dianggap tidak sopan dan arogan. Padahal para petinggi militer inilah yang memegang kendali kuasa ketika masa itu. Merekalah musuh dari demokrasi. Yang kita hadapi sekarang juga adalah harga-harga bahan pokok dan BBM yang naik, sudah tiga kali SBYJK menaikkan harga BBM selama masa pemerintahan mereka. Situasi ini menimbulkan kerinduan akan masa Pak Harto yang harganya stabil dan lebih gampang hidup. Ini seperti orang tua yang ingin kembali ke jaman normal atau kolonial. Sikap yang ingin mengembalikan statusquo, asal kenyang dan enak, diinjak atau ditindas pun tidak apa-apa.
Penutup - Refleksi
Dengan berkaca secara kritis pada situasi maka kita harus menatap masa depan (memilih menggunakan hak politik) dengan cerdas-kritis dan berhitung cermat dan praktis seperti siapa atau partai mana yang memastikan anggaran pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan (anti hutang anti kapitalisme) yang jelas dan besar alokasi anggarannya untuk kepentingan rakyat kecil (dan pro perempuan).
Juga dengan memegang prinsip-prinsip keadilan (anti KKN), kesetaraan, demokrasi (bukan semata yang prosedural), penegakan hukum (bukan hanya formalitasnya tapi hukum yang substantif dan menjadi bagian dari penegakan hak asasi manusia dan sesuai dengan Konstitusi), berkomitmen pada lingkungan hidup yang hijau, nir kekerasan serta non-diskriminatif untuk menciptakan Indonesia yang setara-adil, makmur-sejahtera, damai-berbeda dan beragam/pluralis.