You are on page 1of 13

Peranan pemerintah dan masyarakat dalam pengembangan kewirausahaan di indonesia

Indonesia sebagai Negara yang kaya akan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Potensi Negara kepulauan ini sangat besar. Melihat potensi tersebut, khususnya generasi muda. Jumlah generasi muda sangat besar sekitar 80 juta daru usia 15 sampai 35 tahun. Paradigma pemuda masih ingin bekerja, padahal lapangan pekerjaan semakin sulit. Pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang besar, oleha karena mulai muncul trend untuk wirausaha. Sebagian besar pemuda Indonesia menjadi wirausaha, namun adanya pemahaman yang kurang pas terhadap kewirausahaan. Faktor penyebab ketidakinginan menjadi wirausaha adalah merasa tidak mempunyai modal, merasa tidak berbakat, dan risiko bisnis terlalu besar. Upaya menyadarkan masyarakat khususnya kelompok sasaran potensial, seperti: mahasiswa, generasi muda perlu terus dilakukan, terutama mengenai: 1. modal bukan satu-satunya kunci sukses wirausaha, 2. kesuksesan wirausaha lebih ditentukan oleh kejelian dan keuletan wirausaha daripada bakatnya, dan risiko usaha dapat diminimalisasi dengan cara membuat perencanaan bisnis yang baik Pemerintah sudah melakukan upaya yang komperehensif untuk meningkatkan dan menggalakkan kewirausahaan. Pada tahun 1995 terbitlah Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK). Tindak lanjut gerakan ini cukup bergema. Seminar, lokakarya, simposium, diskusi, sampai pelatihan kewirausahaan gaungnya begitu kuat. Pada tahun 2009, keluar Instruksi Presiden nomor 6 terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif. Hal tersebut menjadi landasan pengembangan kewirausahaan di bidang industri kreatif yang cukup kuat. Ditambah lagi, terbentuk sebuah perguruan tinggi negeri vokasi yang akan memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di bidang Industri Kreatif. Peraturan Menteri nomor 60 tahun 2008 tentang pembentukan Politeknik Negeri Media Kreatif. Perguruan tinggi ini diharapkan dapat menjadi jembatan kesenjangan antara pengangguran dan penciptaan lapangan kerja. Pada saat yang bersamaan secara tidak sadar telah hadir ditengah masyarakat kita pada saat ini, apa yang dikatakan oleh Richard Florida dalam bukunya The rise of the creative class disebut sebagai Creative Society (kelas masyarakat kreatif), yaitu kelompok masyarakat yang mata pencahariannya berbasis kepada ekonomi kreatif. Apa itu ekonomi kreatif? Adalah nilai tambah ekonomi yang bersumber dari kretivitas individu yang mempunyai kemampuan pengetahuan, teknologi dan seni-budaya sebagai penghasil barang, jasa ataupun karya seni. Kelas masyarakat kreatif inilah yang saat ini mulai tumbuh di berbagai negara termasuk di Indonesia, oleh Richard, masyarakat kelas inilah yang diprediksi akan memberikan warna baru dalam tata kehidupan ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan di masa depan.

Semakin memasyarakatnya entrepreneurship, dunia pendidikan seolah dapat memperluas lahan garapannya. Lembaga pendidikan formal, perguruan tinggi misalnya, mulai memberi muatan lokal mata kuliah ini. Pada awal abad 21, pembelajaran kewirausahaan sudah merambah ke satuan persekolahan walaupun belum begitu membumi. Demikian juga di lembaga pendidikan nonformal seperti kursus, entrepreneurship diterima sebagai mata pelajaran yang memiliki nilai lebih. Direktrorat jenderal pendidikan tinggi mulai tahun 2008 sudah meluncurkan program mahasiswa wirausaha, co-op, dan integrasi kurikulum kewirausahaan. Kewirausahaan tersebut yang dikembangkan semakin maju dan meluas. Industri kreatif tersebut dapat menjadi bidang wirausaha yang strategis dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta potensial dengan baik. Pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia sangat pesat dan dapat meningkatkan kualitas bangsa Indonesia, (2) Lembaga Pendidikan Formal, Non Formal, dan Informal dibutuhkan dan dikembangkan dalam menjawab kebutuhan Industri Kreatif di Indonesia, (3) Industri Kreatif dapat menjadi solusi pengangguran di Indonesia. Pembahasan ini menjadi masukan pemikiran dan melakukan kontribusi positif untuk kemajuan bangsa Indonesia. Penelitian ini dapat menjadi alternatif pengembangan industri kreatif, kewirausahaan, dan solusi pengangguran khususnya untuk generasi muda. Berdasarkan pengalaman langsung mengajar kewirausahan di Politeknik Negeri Media Kreatif, terdapat banyak hal yang dapat diambil, yaitu: 1. Pembelajaran kewirausahaan di Politeknik Negeri Media Kreatif berbeda dengan pembelajaran umumnya, karena pembelajaran kewirausahaan ini dilaksanakan dengan kolaborasi ahli di bidang industri kreatif. 2. Pengembangan kewirausahaan industri kreatif dapat dilaksanakan baik melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Demikian pemikiran-pemikiran yang dapat diberikan, semoga industri kreatif akan semakin maju dan berkembang.

Biasanya

kecendrungan

negara-negara

berkembang

adalah

ditandai

dengan

masyarakatyang memiliki pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan negara maju dan biasanyamemiliki populasi penduduk kondisi yang sangat besar.2 Sedangkan baru (negara baru dari perspektif istilah

Crouch,mengkarakteristikkan

negara-negara

ialah

Iamenggambarkan negara yangg merdeka pasca perang dunia ke II) sangat berbeda dengannegara maju. Menurutnya, negara baru belum mempunyai kondisi ekonomi dan social yangmakmur, kebanyakan penduduknya miskin, perekonomian menitik beratkan pada sectorpertanian dengan mata pencaharian sebagai petani, pemikiran-pemikiran modern

belummenyusup sampai ke desa-desa.3 Melihat kondisi yang dikemukakan oleh kedua ahli diatas,makamaka Indonesia merupakan salah satu Negara yang termasuk di dalamnya. Pendapatan masyarakat yang rendah dan tingkat populasi penduduk yang tinggimenjadi suatu permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintah negara berkembang

dalamupayamensejahterakan rakyatnya. Pada sisilainnya jumblah penduduk yang tinggi memilikiberkontribusi pada peningkatan pertumbuhan PDG Negara berkembang yang semakin lamasemakin meningkat dibandingkan dengan PDG di negara maju. misalnya, dalam beberapatahun terakhir PDG Amerika serikat tumbuh sekitar 3,5%/tahun, sedangkan pada Negara-negara berkembang seperti cina, malaysia, korea selatan telah melebihi 7%/tahunnya.4 Maka bisa dilihat, pertumbuhan hal di ini negara berkembang belum memiliki sepenuhnya potensi negara-

untukmenumbuhkan

perekonomian,

dikarenakan

negaraberkembang memamfaatkan sumber-sumber yang mereka miliki terutama sumber teknologidan SDM, sedangkan pada negara maju pertumbuhan ekonomi menjadi terbatas karenasumber-sumber yang ada telah maksimal dipergunakan.5 Untuk itu masih ada peluang untukNegara berkembang seperti Indonesia untuk mencapai kesejahteraan seperti halnya negaramaju, tentu dengan upaya memaksimalkan sumber-sumber yang ada,

kemudianmerumuskannya dalam susunan strategi pembangunan nasional yang ideal terhadap karaktermasyarakat. 1 Situmorang, Sansen. Tulisan ini merupakan tugas makalah dalam kuliah kewiraan, dilaksanakan di Universitas Indonesia, Depok (2010). 2 Thomson, Boone. Contemporary Busines, Penerbit Salemba Empat, 2007. Hal 152 3 Crouch, Harol. Masyarakat Politik dan Perubahan: negara baru, Perkembangan Politik & Modernisasi, FISIP UI, 1981. Hal.3 4 Thomson,i b i d 5 Madura, Jeff. Introduction To Busines, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Hal 135 Page | 2 Namun dalam penyusunan strategi pembangunan di negara-negara berkembang tidaksemuanya berjalan mulus, menurut penulis banyak factor yang terlibat dalam

prosespenyusunan strategi pembangunan nasional, hal ini dikarenakan cakupannya yang sangat luasdan makro sehingga pertimbangan-pertimbangan stakeholder baik dalam negeri

maupunadanya campur tangan pihak lain, di luar pemerintahan turut mempengaruhi arah kebijakanpembangunan nasional. Hal ini mengakibatkan salah sasaran orientasi bukan dalam tujuannya

mengemplementasikanstrategi

pembangunan

nasional

memberikan keadilan,mensejahterakan dan kemakmuran bagi rakyat sesuai pasal 33 UUD 1945 malah justrukebijakan pembangunan menjerumuskan rakyat pada kemiskinan structural. Maka orientasi dalam strategi pembangunan nasional menurut penulis bersifat dinamiskarena dipengaruhi oleh lingkungan pembentuk kebijakan tersebut. Dalam tulisan ini penulismemasukkan aspek politik, karena penulis sendiri merupakan mahasiswa ilmu politik, selainitu pembangunan nasional berkaitan erat dengan lingkungan politik. Dengan masukkan aspekpolitik dalam menerangkan bagaimana peran pendidikan dalam pembangunan,

penulisberharap tidak mengaburkan maksud penulisan. Untuk mengawali penulisan ini penulis awalidengan pendekatan-pendekatan pembangunan untuk melihat pembentukan

kebijakanpembangunan nasional di Indonesia. Perubahan Masyarakat dan Pendekatan Pembangunan Istilah pembangunan pertama kali diperkenalkan oleh Truman (presiden

Amerika),dengan dikeluarkannya kebijakan pembangunan. Dalam perkembangannya akhirnya menjadidokrin, atas reaksi dalam upaya membendung ide sosialisme-komunisme soviet di negaraberkembang.6 Runtuhnya soviet pada peran dingin memberikan gambaran bahwa negaraeropa barat dan amerika memiliki perekonomian yang mapan dan stabildisamping itumembuktikkan bahwa sistem demokrasilah yang unggul. Hal ini menjadikan

dokrinpembangunan atau biasa dikenal dengan pembangunan dengan pendekatan modernisasi. Konsep utama pendekatan pembangunan modernisasi terletak pada terbentuknyarelasi antara negara pusat (negara maju) dan pinggiran (negara berkembang).MenurutLerner, proses modernisasi yang terjadi di seluruh negara di dunia memiliki ciri pokok yangsama, hanya kebetulan modernisasi terlebih dahulu terjadi di negara barat.7 Lennermenyarankan agar masyarakat di negara-negara asia, afrika, timur tengah dan amerika latin 6 Irene, Gendzier. managing Political Change : Social Scientist and The Thir World, Boulder, Corolado, Westview Press, 1985. 7 Crouch, Harol. Masyarakat Politik dan Perubahan: A Comunications theory of Modernisation, FISIP UI, 1981. Hal.20 Page | 3

memasuki

proses

pembangunan

modernisasi,

sehingga

pada

nantinya

terjadi

perubahanmasyarakat dalam banyak hal mirip dengan masyarakat AS dan eropa barat hal inimerupakan strategi memecahkan masalah keterbelakangan negara pinggiran.8 Pendekatan modernisasi dalam pembangunan masyarakat menjadi popular padadecade 1950-an kepopuleran ini dibuktikan dengan keberhasilan doktrin ini meraih simpati62% negara didunia memilih system pemerintahan demokrasi pasca perang dingin.9Kemudian atas pilihan ini, menjadi pertanyaan. apakah pembangunan system demokrasi akanberkembang pada negaranegara yang memilihnya terutama negara berkembang? PendapatSeymour M. Lipset ada Prakondisi yang dapat menimbulkan transisi demokrasi: menurutnyasemakin kaya suatu negara, semakin besar peluang negara tersebut melangsungkandemokrasi.10 Kemudian Huntinton memperkuat tesis Lipset yang dalam kajiannya iamengaitkan antara modernisasi, kesejahteraan dengan demokrasi dengan variable tingkatmelek hurup, tingkat pendidikan, urbanisasi dan media massa.11 Tentu prakondisi yang dikemukakan Lipset dan Huntinton mengenai

pembangunansystem demokrasi kurang sesuai dengan kondisi di negara-negara berkembang. Sebagaimanayang di kemukakan Harold Crouch, mengenai kondisi di negara-negara baru (negara baruialah istilah Ia menggambarkan negara yangg merdeka pasca perang dunia ke II) menurutnya,ada karakteristik yang berbeda dengan negara maju. sebagai berikut : Belum mempunyaikondisi ekonomi dan social yang makmur, kebanyakan penduduknya miskin, perekonomianmenitik beratkan pada sector pertanian dengan mata pencaharian sebagai petani, pemikiran-pemikiran modern belum menyusup sampai ke desa-desa.12 Tahun 1960-an lahirlah pendekatan dependensi/ pendekatan keterbelakangan

sebagaireaksi atas kegagalan pembangunan yang menyebabkan kemacetan, kemunduran, staknasimaupun keterbelakangan pembangunan di negara-negara Amerika latin. Secara keraspendekatan ini menentang ide dan konsep pembangunan modernisasi. Secara general konseppemikiran pendekatan ketergantungan melihat konsep yang ditawarkan model

modernisasiyang justru menghambat pembangunan negara berkembang yang penyebab timbulnya 8 ib id 9 Fareed, Zakaria. The future of freedom :Illiberal Demogracy at Home and abroad, Norton and Company, Inc New York. 2003, hal 13

10 Seymour M. Lipset. Some Social Requisites of Democracy: Economic Development and Politikal Legitimacy, American Political Science Review, No.53. 1959. Hal 75 11Huntington, Samuel. The Third Wave of Democratization in the Late Twentieh Century. (Norman: University of Oklahoma Press, 1991. Hal 199 dalam Widjajanto, Andi. Transnasionalisasi Masyarakat Sipil, LKIS. Yogyakarta, 2007. Hal 72-73 12Crouch, Harol. Masyarakat Politik dan Perubahan: negara baru, Perkembangan Politik & Modernisasi, FISIP UI, 1981. Hal.3 relasi antara negara maju dengan negara berkembang. relasi yang bertemu dalammekanisme pasar terbuka justru menjadikan negara maju dan perusahaan multi nasional akanmendominasi pasar dampaknya terjadi eksploitasi pada negara-negara berkembang.14 Wallerstein, salah satu pemikir pendekatan dependensi dengan konsepnya

mengenaimengenai system dunia modern (Modren world system) ia menjelaskan hubungan antaranegara-negara utara yang maju dengan negara selatan yang sedang berkembang. Wallersteinmenggambarkan dengan posisi center - semi periphery - periphery. Negara center merujukpada negara-negara industry maju dan memiliki capital yang besar. Negara semi peripheryadalah negara yang paling banyak memainkan peran perantara perdagangan sedangkanperiphery adalah negara miskin sumber eksploitasi.15 mengenai konsepnya Wallersteinmenggambarkan, negara-negara center mendominasi negara periphery melalui mekanismepasar yang timpang, negara center melakukan ekstraksi bahan dasar dari negaraperipherypada sisi lainnya negara periphery difungsikan sebagai pasar untuk membuang kelebihanproduksi. Gambaran ketiga actor dalam konsepnya akan bertemu dalam mekanisme pasarglobal.16 Konsep Wallerstein, Nnegara-negara di dunia ketiga yang mengikuti

jalankapitalisme menurutnya, umumnya melaksanakan pembangunan sesuai resep Rostow dalam The Strages of Ekonomic Growth: A Non Comunists Manifesto (1960). Dengan adanya bantuan modal, teknis dan managemen dari negara barat, banyak negara berkembang tertarik menjalankan pembangunanala non komunis ala Rostow. Pembangunan Nasional Priode Pemerintahan Orde Baru, Permasalahan Social Masyarakat pada pemerintahan Pasca Orde Baru dan Peran Wirausaha. Di Indonesia proses industrialisasi berlangsung dalam pemerintahan otoriter ordebaru. Naiknya Suharto kepanggung politik pada decade 1960-an mewarnai perubahanorientasi politik luar negeri Indonesia. Jika dimasa sukarno, Indonesia lebih banyak menjalinhubungan dengan negara penganut paham sosialis terutama Soviet dan RCC, dimanapemerintahan Suharto, Indonesia lebih berpaling ke negara barat seperti amerika dan jepang

13Dapat di lihat dari tulisan : H.W Ardnt. Pembangunan Ekonomi : Studi Tentang Sejarah Pemikiran, LP3S, Jakarta. 1991. Hal 130-151 14Winarmo, Budi. Pertarungan negara VS Pasar. Media Pressindo, Yogyakarta. 2009. Hal 5455 15Teotonio Dos Santos. The Structure of Dependece, dalam George, T Crane dan Abla, Amawi. The Theoritical Evolution of International Political Ekonomy. New York, Oxford University Press. Dalam Mohtar Masoet. 1998. Hal 35 16Teotonio Dos Santos. The Structure of Dependece, dalam George, T Crane dan Abla, Amawi. The Theoritical Evolution of International Political Ekonomy. New York, Oxford University Press. Dalam Mohtar Masoet. 1998. Hal 34. Dalam Winarmo, Budi. Pertarungan negara VS Pasar. Media Pressindo, Yogyakarta. 2009. Hal 62 Page | 5 dikarenakan ada kepentingan pemerintahan untuk memulihkan perekonomian nasional. salahsatu cara pemerintah adalah dengan mengundang kembali para investor asing, terutamaninvestor yang dulu pernah membangun industrinya di Indonesia. Mengapa para investor asingpergi dari Indonesia? Dimasa pemerintah sukarno tahun 1958, mereka dipaksa untukmenyerahkan usahanya kepada pemerintah Indonesia dimana pada saat itu pemerintahansukarno mengeluarkan kebijakan untuk memprivatisasi perusahaan-perusahaan asing diIndonesia.17 Agar para investor kembali asing investor mau asing kembali dan Suharto mengutus pencairan Adam hutang Malik luar

untukmengundang

merundingkan

negeri.akhirnya konsolidasi politik dilakukan dengan cara membasmi sisa-sisa kekuatan komunis.Kemudian ilmuan politik Robinson (1995) memberikan gambaran mengenai alasan mengapapemerintahan ORBA memilih strategi penanaman modal asing sebagai strategi pembangunansaat itu? dan mengapa pemerintah mendominasi kehidupan masyarakat? 18 Menurut Robison,dikarenakan lemahnya kelompok-kelompok sosial ekonomi dalam berinteraksi dengannegara. Kedua gagalnya industrilisasi subsitusi import dimana pengusaha yang di proteksipemerintah dengan program benteng tidak menghasilkan pengusaha yang mandiri. Ketiga,peran negara dominan sebagai actor penggerak pembangunan. Karena gagalnya penguatankelompok-kelompok masyarakat, pemerintah juga ambil bagian dalam kehidupan ekonomimelalui BHMN. Keempat, menguatnya pandangan yang menganggap bahwa

pembangunanekonomi hanya efektif bila di jalankan oleh negara yang stabil, kuat dan

sentralistis-otoritatif.Alasan lainnya bisa bisa di telusuri dari karya Karl D. Jackson dengan konsepnya Bureaucratic Polity istilah Bureaucratic Polity merupakan model untuk menggambarkan pemerintahan Suharto. Ia mendevinisikannya sebagai sebuah system politik dimanakekuasaan dan pembuatan keputusan berada ditangan sejumbelah elit birokrasi yang langsungberada dibawah perlindungan kelompok militer.19 Kemudian ia menggambarkan, mengapakebijakan pembangunan pemerintahan ORBA lebih condong pada ekonomi liberal?Alasannya karena Suharto dikelilingi oleh para teknokrat (berpendidikan barat) yang sangatberperan dalam penentuan strategi industrialisasi. 17Wibisono, Charistianto. Kekuatan Bisnis di Indonesia Dalam Anatomi Empiris Historis. Kelola, No 10 IV, 1995 hal 9-10 18 Muhaimen, Yahya. Hubungan penguasa-pengusaha : Dimensi Politik Ekonomi Pengusaha Klien di Indonesia, Kelola, No 10 IV, 1995 hal22-24 19 Karl D. Jackson. Bureaucratic Polity: A Theoritical Framework for the Analysis of Power and Communication In Indonesia. Dalam Karl D. Jackson dan Lucian W Pye. Political Power and Communications in Indonesia, University of California Press, Ltd. 1978. Page | 6 Konsep pembangunan nasional di masa pemerintahan orde baru dengan konsepProgram Pembangunan Jangka Panjang (PJP) disusun setiap lima tahun (Repelita) denganGBHN sebagai landasannya. Kalau diperhatikan konsep pembangunan secara lebih terperincimaka akan sama seperti yang ditawarkan oleh Rostow. Menurut Data-data yang beredardisaat itu, Orde baru telah berhasil mengangkat angka pertumbuhan ekonomi yangmeyakinkan. Namun pada sisi lain, keterlibatan masyarakat baik dalam proses maupun dalampemanfaatan hasil, belum mencapai tingkatan yang merata (adil). Sebaliknya, proses danhasil pembangunan masih sangat terkonsentrasi pada sekelompok kecil masyarakat, terutamapara pemilik modal pribumi yang terproteksi oleh pemerintah, maka akibatnya terjadikesenjangan social di tengah-tengah masyarakat, akibat kebijakan pembangunan yang kurangberorientasi pada pembangunan kerakyatan yang berkeadilan.20 Kondisi pasca jatuhnya orba, indonesia memasuki masa transisi demokrasi denganberlandaskan pada semangat mereformasi. Menuntut bekerja kearah system yang lebihdemokrasi, hal ini membuka peluang besar kearah partisipasi masyarakat dalam mengontrolarah gerak pembangunan yang dilakukan pemerintah. Pada sisi lain sistem

demokrasimemberikan kesempatan besar dibukanya liberalisasi di segala bidang. maka konsentrasikekuasaan tidak lagi berada pada sebagian kecil masyarakat dikarena kekuasan menjaditersebar. sebagai contohnya kekuasaan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah,tidak sebesar seperti halnya pada pemerintahan ORBA, pemerintah daerah

memilikikekuasaan otonom untuk menentukan arah pembangunan daerahnya, pesebaran kekuasaan inidiharapkan daerah-daerah akan lebih mengoptimalkan sumber-sumber yang ada di daerahnya. Contoh diatas menggambarkan bagaimana terjadinya perubahan pada systemmasyarakat. Dilihat dari pola berfikir, menurut penulis masyarakat telah memiliki polaberfikir masyarakat modern, paling tidak sudah memenuhi beberapa keriteria seperti yangdikemukakan Lipset ataupun Huntinton tentang kondisi berkembangnya demokrasi.Begitupun peraktek liberalisasi ekonomi di Indonesia yang telah ada sejak masa awalpemerintahan ORBA, hal ini memberikan peluang pembelajaran sejak dini pada masyarakatuntuk berinteraksi tingkat global, karena pemberlakuan free trade diwilayah Asia danPasifik dimulai pada tahun 2020. 20Munandar Aris Pembangunan Nasional, Keadilan Sosial dan Pemberdayaan masyarakat, Jurnal Universitas Paramadina Vol.2 No. 1, September 2002, hal 12

Page | 9 Contoh diatas sekiranya dapat memberikan gambaran betapa pentingnya peranwirausaha dalam membangun ekonomi suatu bangsa. David McClelland pun pernahmemperbandingkan jumblah wirausaha dibeberapa Negara, dengan hasil di AS pada tahun2007 memiliki 11,5 persen wirausahawan, kemudian Singapura 7,2 persen. SementaraIndonesia, tahun 2007 diperkirakan hanya mencapai 400.000 orang atau hanya 0.18 persendari yang seharusnya 4,4 juta wirausahawan atau sebesar 2% dari total jumbelah penduduk.Untuk itu dibutuhkan suatu strategi pembangunan kewirausahaan kedepannya. Peranan pendidikan dalam Mencetak Wirausahawan Pada pembahasan sebelumnya telah penulis betapa pentingnya peranan wirausahadalam meningkatkan perekonomian nagara dan mendorong tercapainya masyarakat yangsejahtera secara merata. Di dalam masyarakat pada umumnya memiliki tingkat perekonomianyang

berbeda-beda, baik itu dinegara berkembang maupun di negara maju, ini tidak lain disebabkan faktor kemampuan atau kesempatan untuk mengelola ekonomi dan juga tidakterlepas kemampuan mencari peluang yang ada didalam masyarakat itu sendiri.25 Untukmencapai peluang kesejahteraan, tidak semua orang mampu mencapai kondisi tersebut, orangtertentu dimana mereka mampu mencapainya dan orang-orang dimaksud adalah orang-orangyang terpelajar dimana individu mampu mencari peluang ataupun terobosan-terobosan baruyang ada dalam masyarakat, dan ini disebabkan karena mereka memiliki kemampuan danpemikiranpemikiran maju serta mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat dimanameraka berada, sementara orang-orang yang tidak terpelajar tentu meraka kurang memiliki,maka dari itu disinilah letaknya betapa peranan pendidikan itu sangat membantu orang-orangyang ada dalam masyarakat agar bisa lebih sejahtera.26 Banyak penulis yang lebih menekankan pentingnya pendidikan. seperti

halnyaSuyatno,lebih menekankan pada aspek globalisasi, pendidikan dan kondisi sumber dayamanusia di Indonesia. Menurutnya SDM yang terdidik di Indonesia masih belum mampuuntuk bersaing dalam pasar global dikarenakan belum terbentuknya karakter kuat untukberdayasaing, ini di karenakan pendidikan Indonesia belum mengarahkan pembentukan 25Peranan Pendidikan Formal Terhadap Aspek Kehidupan Ekonomi http://stain-samarinda.ac.id/news/file/Yahya-Peran%20pendidikan.pdf 26Yahya, H. Peranan Pendidikan Formal Terhadap Aspek Kehidupan Ekonomi (tidak ada data-data lengkap mengenai penulisan) Page | 10 sampai pada pembentukan karakter dimana proses pendidikan formal, non formal, dan informal tidak saling berkaitan.27 Dari pernyataan Suyatno ternyata pendidikan di Indonesia kurang mampu

mencetakwirausahaan karena arah pemdidikan untuk menghasilkan pekerja. Maka menurut Ciputra,(2008) maka harus merubah pola orientasi pendidikan dengan konsep

Pendidikanentrepreneurship. Dengan konsep menurutnya akan mampu menghasilkan dampak nasionalyang besar bila kita berhasil mendidik seluruh bangku sekolah kita dan mampu menghasilkanempat juta entrepreneur baru dari lulusan lembaga pendidikan Indonesia selama 25 tahunmendatang. Kesimpulannya Peranan Pendidikan Kewirausahaan dalam Pembangunan Nasional Ada perbedaan, antara Strategi pembangunan dimasa orde baru dan pasca orde barukeduanya dipengaruhi oleh seting lingkungan yang mempengaruhi bagaimana orientasisetrategi

pembangunan berlaku. orde lama meninggalkan kondisi ekonomi yangmemperhatikan, sehingga menuntut pemerintahan ORBA menanggulangi kondisi tersebut.Disamping itu menguatnya pengaruh barat dengan konsep strategi pembangunan modernisasiuntuk membenahi kondisi ekonomi di negara-negara ketiga. Selain itu struktur socialekonomi masyarakat yang lemah jika berhadapan dengan pemerintah membuat pemerintahlebih dominan dalam system, walaupun negara mendorong masyarakat pribumi dalamberwirausaha dan memproteksi usaha masyarakat dengan berbagai program pemerintahseperti program benteng . namun kebijakan-kebijakan tersebut justru tidak menghasilkanwirausaha-wirausaha pribumi yang professional justru menjadikan para pengusaha pribumimenjadi usaha yang hanya bergantung pada perlindungan dari pemerintah. Akibat berbagaikebijakan pemerintah melahirkan ketimpangan social ekonomi di masyarakat, hanya orangtertentu saja yang menikmati pembangunan ala ORBA. Kondisi pasca Orba, dilandasi atas semangat untuk mereformasi system yang terbentukdimasa orde baru, system diarahkan pada system yang lebih demokrasi. Demokrasi

telahmemberikanruang bagi setiap indidu berpartisipasi mengontrol berbagai kebijakankebijakan pemerintah dalam merumuskan program pembangunan, disamping itu demokrasijuga berkontibusi dalam membuka ruang bagi liberalisasi dalam segala hal, menuntut 27Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Peran pendidikan sebagai Modal Utama Membangun Karakter Bangsa. Makalah yangdisampaikan dalam Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kopertis Wilayah 3 DKI Jakarta, 12 Januari 2010. Page | 11 individu untuk bisa bersaing dan berkontribusi dalam pembangunan nasional. Untuk itu diharapkan peranan wirausaha dalam mencibtakan kesejahteraan dan menumbuhkan

ekonominasional. Disamping itu, Jumbelah wirausaha pribumi yang belum mencukupi angka yangideal sebesar 2% dari total jumbelah penduduk berkonsekuensi pada masalah-masalah socialekonomi masyarakat Indonesia. Untuk itu dibutuhkan peranan pendidikan yang berorientasipada pencibtaan wirausahawan-wirausahawan baru, sehingga pada nantinya diharapkan akanterbentuk kekuatan bisnis yang dapat menopang dan membangun ekonomi nasional,mencibtakan kesejahteraan yang berkeadilan dan menumbuhkan system kearah yang lebihdemokrasi Pustaka 1.Thomson, Boone. Contemporary Busines, Penerbit Salemba Empat, 2007 2.Crouch, Harol. Masyarakat Politik dan Perubahan: negara baru, Perkembangan Politik & Modernisasi, FISIP UI, 1981

3.Madura, Jeff. Introduction To Busines, Salemba Empat, Jakarta, 2007 4.Irene, Gendzier. managing Political Change : Social Scientist and The Thir World, Boulder, Corolado, Westview Press, 1985. 5.Fareed, Zakaria. The future of freedom :Illiberal Demogracy at Home and abroad, Norton and Company, Inc New York. 2003 6.Seymour M. Lipset. Some Social Requisites of Democracy: Economic Development and Politikal Legitimacy, American Political Science Review, No.53. 1959 7.Widjajanto, Andi. Transnasionalisasi Masyarakat Sipil, LKIS. Yogyakarta, 2007 8.H.W Ardnt. Pembangunan Ekonomi : Studi Tentang Sejarah Pemikiran, LP3S, Jakarta. 1991 9.Winarmo, Budi. Pertarungan negara VS Pasar. Media Pressindo, Yogyakarta. 2009 10.Teotonio Dos Santos. The Structure of Dependece, dalam George, T Crane dan Abla, Amawi. The Theoritical Evolution of International Political Ekonomy. New York, Oxford University Press. 11. Wibisono, Charistianto. Kekuatan Bisnis di Indonesia Dalam Anatomi Empiris Historis. Kelola, No 10 IV, 1995 12. Muhaimen, Yahya. Hubungan penguasa-pengusaha : Dimensi Politik Ekonomi Pengusaha Klien di Indonesia, Kelola, No 10 IV, 1995 13.Karl D. Jackson. Bureaucratic Polity: A Theoritical Framework for the Analysis of Power andCommunication In Indonesia. Dalam Karl D. Jackson dan Lucian W Pye. Political Power andCommunications in Indonesia, University of California Press, Ltd. 1978. 14. Munandar Aris Pembangunan Nasional, Keadilan Sosial dan Pemberdayaan masyarakat, Jurnal Universitas Paramadina Vol.2 No. 1, September 2002 15. Sedane, Civil Society, Globalisasi dan Buruh: Kaum Pekerja di Indonesia Pasca Suharto, Sedane Jurnal Kajian Perburuhan, Vol.2 No.2, Juli-Desember 2004 16. Seymour M. Lipset. Some Social Requisites of Democracy: Economic Development and Politikal Legitimacy, American Political Science Review, No.53. 1959 17.Peranan Pendidikan Formal Terhadap Aspek Kehidupan Ekonomi http://stain-samarinda.ac.id/news/file/Yahya-Peran%20pendidikan.pdf Makalah, Pidato, dll 1.Winarningsih, Srihadi.Menyikapi Globalisasi dan Meningkatkan Budaya Kewirausahaan,Disampaikan pada: Seminar Kewirausahaan dan Usaha Mikro Kecil Menengah GedungWahana Bakti Pos. Bandung, 25 Maret 2006 Page | 12 2.Asiaweek, November 1994 dalam M. SYAFIIE IDRUS Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Management Kuantitatif Pada Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Berjudul strategi Pengembangan Kewirausahaan (Entreprenuership) dan Peranan Perguruan Tinggi dalam Rangka Membangun Keunggulan Bersaing (Compotitive Admentage) Bangsa Indonesia Pada Millenium Ketiga Strategi Pengembangan Kewirausahaan 3.Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Peran pendidikan sebagai Modal Utama Membangun Karakter Bangsa. Makalah yangdisampaikan dalam Sarasehan Nasional PengembanganPendidikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kopertis Wilayah 3 DKI Jakarta, 12 Januari 2010

Nama huda Kelas

:Luthfan nur

:x kimia industri

You might also like