You are on page 1of 3

Arah Kiblat Yang Benar Leave a comment

1 Memilih

Kaum muslimin rahimakumullah, Baru-baru ini kita mendengar adanya perbedaan pendapat di antara para ulama, khususnya di Majelis Ulama berkenaan dengan isu perubahan arah kiblat akibat adanya pergeseran lempeng bumi akibat gempa. Fatwa MUI yang lama tentang arah kiblat, sebagaimana yang sering disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH. Ali Musthafa Yacub adalah menghadap ke Barat. Namun setelah itu muncul fatwa baru tentang koreksi arah kiblat, yakni menghadap ke Barat Laut dengan kemiringan sekitar 25 derajat. Perbedaan di kalangan ulama ini menimbulkan perbedaan di kalangan masyarakat. Pasalnya ada pengurus masjid yang segera mengubah arah kiblatnya. Namun di sisi lain adalah ada pengurus masjid yang bersikukuh agar arah kiblat ke barat tidak perlu diubah. Kaum muslimin rahimakumullah Bagaimana sesungguhnya tuntunan Al Quran tentang arah kiblat ini? Bagaimana hukum menghadap kiblat ? Haruskah tepat menghadap Kabah ataukah cukup arah Kabah saja? Kaum muslimin rahimakumullah, Berkaitan dengan kiblat ini Allah SWT berfirman: Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.. (QS. Al Baqarah 144). Dalam ayat di atas jelas bahwa Rasulullah saw. diperintahkan oleh Allah SWT untuk melaksanakan sholat dengan menghadap ke arah Masjidil Haram. Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan suatu hadits dari barra bin Azib bahwa Rasulullah saw. ketika pertama kali tinggal di Madinah, beliau tinggal di rumah pamannya dari kalangan Anshar dan bahwasannya beliau sholat menghadap kearah baitul Maqdis selama 16 bulan. Sedangkan beliau sangat menginginkan kiblatnya ke Baitullah.lalu turun ayat di atas pada saat sholat ashar Kaum muslimin rahimakumullah Apa yang dimaksud dalam firman Allah: Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram ? Umumnya para mufassir mengartikan ayat di atas sebagai menghadap kearah Kabah. As Shaabuni dalam Tafsir Ayatul Ahkam mengatakan bahwa kalimat Masjidil Haram sendiri dalam Al Quran dan Al Hadits mengandung beberapa pengertian. Pertama, Kabah sebagaimana dalam firman Allah SWT di atas. Kedua, Masjidil Haram secara keseluruhan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Sholat di masjidku ini lebih utama sholat seribu kali di masjid yang lain, kecuali Masjidil Haram..Ketiga, Mekkah.

Sebagaimana dalam firman Allah: Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. (QS. Al Isra 1).Keempat, tanah haram secara keseluruhan, yakni Mekkah dan sekitarnya. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidil haram sesudah tahun ini (QS. At taubah 28). Dan untuk makna Masjidil Haram dalam firman Allah SWT dalam Surat Al baqarah 144 adalah kearah Kabah. Kaum muslimin rahimakumullah, Menghadap kiblat adalah syarat sahnya sholat. Sehingga tidak sah sholat tanpa menghadap kiblat. Kecuali sholat Khauf atau sholat sunnah di atas kendaraan seperti perahu atau pesawat terbang. Dalam hal ini para fuqoha tidak ada beda pendapat. Yang menjadi perbedaan pendapat di antara para fuqoha adalah apakah menghadap kiblat itu maknanya wajib menghadap kabah itu sendiri secara tepat (ainul kabah) ataukah cukup menghadap kearah Kabah? Para fuqoha madzhab SyafiI dan Hanbali berpendapat bahwa kata syathr dalam kalimat fawalli wajhaka syathral masjidil haram maknanya adalah arah yang tepat bagi orang yang sedang sholat dan mengena dalam menghadapnya. Dengan demikian menghadap Kabah itu secara tepat adalah menjadi wajib. Juga mereka menggunakan dalil suatu hadits dari Usamah bin Zaid bahwa tatkala Nabi saw. masuk ke dalam baitullah (Kabah) beliau saw. berdoa di sekeliling Kabah dan beliau tidak sholat kecuali setelah di luarnya. Lalu beliau sholat 2 rakaat menghadap Kabah seraya beliau saw. bersabda: Inilah kiblat!. Sedangkan para fuqoha dari madzhab Maliki dan Hanafi berpendapat bahwa berdasarkan firman Allah: Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram, maka sholat itu menghadap ke Masjidil Haram. Maka barang siapa sholat menghadap salah satu sisi masjidil Haram, sesudah mencukupi makna ayat di atas, baik tepat kearah Kabah itu sendiri maupun tidak. Juga mereka berdalil dengan hadits Nabi saw: Antara timur dan Barat, itulah kiblat. Juga mereka berdalil dengan hadits Nabi saw.: Baitullah (Kabah) itu kiblat bagi orang yang sholat di Masjidil Haram. Dan masjidil Haram adalah kiblat bagi penduduk tanah haram (Mekah dan sekitarnya). Sedangkan tanah haram adalah kiblat bagi penduduk bumi di Timur maupun di Barat dari kalangan umat-Ku. (HR. Baihaqi). Kaum muslimin rahimakumullah, Oleh karena itu, menghadap kiblat dalam sholat secara tepat adalah kewajiban bagi orang-orang yang sholat di depan Kabah di Masjidil Haram. Adapun untuk kaum muslimin yang melaksanakan sholat di manapun berada jauh dari Masjidil Haram maka mengira-ngira arahnya saja sudah cukup karena tidak bisa melihat masjidil Haram yang mengelilingi Kabah. Sebab Allah SWT tidak membebani umat kecuali sekedar kemampuannya (QS. Al Baqarah 285).

Dengan demikian dalam pro kontra perubahan arah kiblat ini tidak perlu dibesar-besarkan dan dipaksakan sehingga tidak timbul perpecahan di antara umat. Sebab masalah amal ibadah bisa dikerjakan dengan persangkaan yang kuat (ghalabatud zhan), sebagaimana kita melaksanakan shaum Ramadhan dengan cukup melihat hilal (ruyatul hilal) sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan, walau menurut perhitungan astronomi hilal bulan Ramadhan belum masuk. Karena menyangkut masalah sahnya sholat, maka perlu difahamkan bahwa arah sholat yang secara global sudah memenuhi ke arah Masjidil Haram adalah sah sholatnya dan sudah mencukupi berdasarkan hadits Antara Timur dan Barat itulah kiblat dan hadits Baihaqi di atas. Yang sudah pasti tidak sah adalah orang sholat menghadap kearah yang sudah pasti bukan ke Masjidil Haram, seperti kaum muslimin di Indonesia menghadap kearah tugu Monas di Jakarta atau orang-orang Malaysia yang berkiblat kearah kota Kuala Lumpur. Baarakallahu lii walakum

Sumber : sumber inspirasi islam Nama: Luqman Abdurraahman Shaleh Alamat: Jl. Mastrip Gg. Manggis No. 4 Probolinggo 67239 Telp.: 085649335665 E-mail: arraahmanalshaleh.luqman856@gmail.com Jabatan: Ketua Umum Remas Nur Syamsi & Pengurus Remas Baithul Hikmah Muadzin Nur Syamsi Organisasi: Majelis Taklim Nur Syamsi & Baithul Hikmah

You might also like