You are on page 1of 4

Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Perubahan Sistem Pendidikan Perubahan Sistem Pendidikan Nasional dilakukan untuk memperbaiki visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia yang berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan produktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut : 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Membantu dan mengantisipasi perkembangan anak bangsa secara utuh sejak usia dini samapai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. 3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. 4. Meningkatkan keprofesionalisme dan akuntanbilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. 5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks NKRI. Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Carut Marut Dunia Pendidikan Memperbincangkan persoalan dunia pendidikan memang tidak pernah usai, mengapa demikian? Karena pendidikan merupakan bagian dari kehidupan dan kehidupan merupakan pendidikan (life is education). Beragam perspektif bakal senantiasa menyertai kita ketika kita memperbincangkan pendidikan. Pendidikan disatu sisi di cari-cari dan di puja-puja oleh banyak orang. Pasalnya melalui pendidikanlah seseorang akan mengalami proses konversi baik pengetahuan maupun status sosial, misalnya seseorang yang tadinya hanya sebagai rakyat biasa, ketika sudah mengenyam pendidikan apalagi tersemat gelar didapan atau dibelakang namanya, otomatis status sosialnya bukan lagi sebagai orang biasa. Kegandrungan terhadap institusi pendidikan ini, juga sangat terasa tatkala dimulainya tahun ajaran baru. Beribu-ribu orang tua bersama calon siswa berduyun-duyun mendatangi institusi pendidikan. Untuk apa, jika bukan untuk menjadi warga sekolah bahkan terkadang para orang tua rela melakukan cara apa saja agar putra-puti mereka bisa diterima di institusi tersebut (lewat belakang).

Disisi lain, pendidikan juga dibenci tatkala ia berubah orientasi serta tujuannya, jika semula tujuan pendidikan sebagai proses humanisasi, tapi pada kenyataannya justru berperan sebaliknya. Pada saat ini menurut penulis, pendidikan justru melakukan kerja pembodohan yang berlangsung sangat sistematis melalui pergantian dan perubahan kurikulum, materi pelajaran yang padat, inovasi pembelajaran, sertifikasi guru, kompetensi siswa, mahalnya biaya pendidikan, penghargaan terhadap guru, pemalsuan ijzah, penjualan gelar, kompetensi guru, dan yang terakhirnya seorang kepala sekolah yang tidak memiliki kemampuan (kompetensi). Kepala Sekolah Seorang pemimpin tertinggi pada institusi pendidikan baik pad tingkat SD sampai SLTA, baik sekolah yang berplat merah maupun berplat kuning disebut sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan karir tertinggi dari seorang guru, jika hal tersebut dikatakan karir tentunya. Penunjukkan dan pengangkatan kepala sekolah harus bahkan wajib memenuhi persyaratan yang sangat banyak. Persyaratan yang baku tersebut diantaranya pernah menjadi salah satu pembina, wakil kepala sekolah, menguasai berbagai manajemen sekolah, mampu memimpin, berwibawa, adil, mampu melaksanakan 12 langkah kepemimpinan, mampu mewujudkan visi dan misi sekolah dan kalau boleh penulis menambahkan wajib mengikuti uji kelayakan. Namun pada saat ini jabatan kepala sekolah tidak lagi jabatan professional tetapi sudah merupakan jabatan politis, dan sudah mengabaikan syarat-syarat diatas. Dan inilah salah satu penyebab mutu pendidikan kita jalan ditempat bahkan cenderung semakin merosot. n yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.lu berubah. 1. B. Masalah Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada sebuah sekolah, semua peran serta stakeholder (pemangku kepentingan) baik pemerintah, masyarakat maupun guru harus bahu membahu. Disamping itu peran tanaga kependidikan haruslah menjadi tulang punggung utama. Dan sebuah institusi pendidikan yang dikatan bermutu dapat dilihat dari prosentase kelulusan yang tinggi, banyaknya lulusan yang diterima di perguruan tinggi, sekolah yang aman, nyaman dan kondusif, tenaga pendidik yang berkualitas dan banyak indikator-indikator lainnya. Dan yang tidak kalah pentingnya untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu pada sebuah sekolah adalah peran seorang kepala sekolah sebagai Top Manager. Namun pada saat ini, banyak sekali kita menyaksikan seorang kepala sekolah yang gagal memimpin sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah yang bermutu. Sehingga muncul pendapat dari beberapa guru bahwa sekolah tanpa guru tidak akan jalan tetapi sekolah tanpa kehadiran kepala sekolah asalkan ada guru maka sekolah tetap jalan. Jadi saat ini kehadiran seorang kepala sekolah dianggap sudah tidak terlalu berpengaruh. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena seorang yang ditunjuk menjadi kepala sekolah pada umunya hanya memenuhi persyaratan administrasi saja dan memiliki kemampuan dasar diantaranya :

1. Kemampuan Administrasi Hal ini dapat kita lihat pada salah satu contoh kecil saja, seperti tidak memili program kerja yang jelas, sering mengadakan rapat namun hasilnya tidak jelas. Dan tidak memiliki agenda rapat yang teratur padahal rapatnya memakan waktu berjam-jam. Ketika keluar dari ruang rapat para guru masih bertanya-tanya apa yang kita kerjakan tadi? Apa keputusannya? Walaupun ada keputusan yang dihasilkan, tapi jarang sekali terlaksanakan dengan baik. Disamping itu banyak kita temui pembuatan SK yang berulang-ulang karena keliru nama, NIP, tujuan, tugas, mata pelajaran, dan lain-lain yang seharusnya hal ini tidak perlu terjadi jika kepala sekolah lebih teliti. 1. Kemampuan Kurikulum Kita sering menjumpai guru yang kebingungan pada saat berada di kelas karena mengajari peserta didik dengan mata pelajaran yang ia sendiri tidak mengasainya, yang pada akhirnya terjadilah PBM dan KBM bohong-bohongan karena kepala sekolah menyerahkan pembagian tugas mengajar kepada wakil bidang kurikulum tanpa mempertimbangkan kemampuan yang bersifat kecenderungan. Disamping itu dalam hal pendelegasian tugas-tugas tertentu kepada seseorang berdasarkan senang atau tidak senang (pilih-pilih tebu). Kemudian penempatan guru di kelas-kelas tertentu pada mata pelajaran yang sama tanpa mempertimbangkan keadaan, situasi dan suasana kelas karena ada kelas yang harus mendapat perhatian khusus. 1. Kemampuan Memimpin Setiap guru memiliki masalah yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda. Kadangkadang tugas guru sering terganggu karena yang bersangkutan sedang menghadapi masalah dari rumah dan terbawa sampai ke sekolah. Dan mungkin saja ada guru yang sering tidak hadir karena ada sesuatu masalah. Oleh pimpinan, guru yang seperti itu langsung di cap guru pemalas atau guru yang tidak mampu mengajar, hal ini sangat keliru. Menghadapi kasus yang seperti inilah diperlukan peran kepala sekolah sebagai orang yang tut wyri handayani, mengayomi, kadang-kadang sebagai bapak, membimbing, dan sekaligus mengarahkan.
1. C. Pemecahan Masalah

1. Menguasai Adiministrasi Seseorang yang ditunjuk sebagai kepala sekolah wajib menguasai berbagai bentuk administrasi sekolah mulai dari administrasi umum sampai pada administrasi yang bersifat khusus. Administrasi umum diantaranya surat masuk, surat keluar, buku agenda rapat, buku tamu pada piket guru, buku tama pada ruangan kepala sekolah, pengarsipan surat-surat masuk dari manapun asalnya harus diperlihatkan dan diserahkan kepada kepala sekolah kemudia oleh kepala sekolah menyerahkan surat tersebut sesuai dengan tujuannya. Misalnya surat tersebut untuk undangan kegiatan olahraga diserahkan ke guru olahraga dengan membuat Acc jika memungkinkan untuk diikuti. Begitu juga surat keluar dikonsepkan oleh Tata Usaha (TU) dan diperlihatkan kepada kepala sekolah untuk di cek kebenarannya.

Sedangkan administrasi yang bersifat khusus diantaranya pembuatan SK-SK harus dipastikan dengan benar sebelum diperbanyak baik nama, NIP,tugas, golongan tentunya di cek terlebih dahulu oleh kepala sekola. Dan yang tidak kalah pentingnya kepala sekolah harus membuat program kerja yang jelas, agenda rapat yang pasti. 1. Mengusai Kurikulum Seorang kepala sekolah harus mampu melihat potensi dan kemampuan seorang guru. Dan pada suatu sekolah tidak semua mata pelajaran terpenuhi oleh guru yang benar-benar jurusannya. Oleh sebab itu kepala sekola memberikan tugas kepada seorang guru berdasarkan kecenderungan. Misalnya seseorang yang lebih menguasai komputer walaupun tidak memeliki ijazah komputer ditugaskan menjadi guru TIK. Disamping itu pembagian jumlah jam mengajar harus adil. Tenaga honorer yang ingin mengabdi dan membantu di sekolah harus benar-benar mampu, jika diperlukan harus melalui rangkaian prosedur yang benar agar sekalah benar-benar merasa terbantu.

You might also like