You are on page 1of 31

GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

Laporan Kuliah Lapangan Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah IPBA Dosen : Prof. Dr. H. Bajong Tjasyono HK., DEA.

Oleh : Asniar Irfani Fitriani Lilit Rusyati Lunar Siahaan Finoli Marta Putri Suci Nurani Amalia 0909971 0909905 0910017 0909966 0909907

PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

GEMPA BUMI
A. Pendahuluan Menurut teori tektonik lempeng, bagian luar bumi merupakan kulit yang tersusun oleh lempeng-lempeng tektonik yang saling bergerak. Di bagian atas disebut lapisan litosfir merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari material yang kaku. Lapisan ini mempunyai ketebalan sampai 80 km di daratan dan sekitar 15 km di bawah samudra. Lapisan di bawahnya disebut astenosfir yang berbentuk padat dan materinya dapat bergerak karena perbedaan tekanan.

Gambar 1. Lapisan Bumi

Litosfir adalah suatu lapisan kulit bumi yang kaku, lapisan ini mengapung di atas astenosfir. Litosfir bukan merupakan satu kesatuan tetapi terpisah-pisah dalam beberapa lempeng yang masing-masing bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda-beda. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya arus konveksi yang terjadi di dalam bumi.

Gambar 2. Lempeng Gempa Bumi

Bila dua buah lempeng bertumbukan maka pada daerah batas antara dua lempeng akan terjadi tegangan. Salah satu lempeng akan menyusup ke bawah lempeng yang lain, masuk ke bawah lapisan astenosfir. Pada umumnya lempeng samudra akan menyusup ke bawah lempeng benua. Hal ini disebabkan lempeng samudra mempunyai densitas yang lebih besar dibandingkan dengan lempeng benua. Apabila tegangan tersebut telah sedemikian besar sehingga melampaui kekuatan kulit bumi, maka akan terjadi patahan pada kulit bumi tersebut di daerah terlemah. Kulit bumi yang patah tersebut akan melepaskan energi atau tegangan sebagian atau seluruhnya untuk kembali ke keadaan semula. Peristiwa pelepasan energi ini disebut gempa bumi. Gempa bumi memamcarkan energi melalui bumi dalam bentuk gelombang. Gelombang-gelombang ini dirasakan sebagai getaran (gempa) bumi, meskipun pada jarak yang jauh dari sumber. Gempa bumi terjadi di sepanjang batas atau berasosiasi dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Pada kenyataannya pergerakan relatif dari lempeng

berjalan sangat lambat, hampir sama dengan kecepatan pertumbuahan kuku manusia (0-20 cm pertahun). Hal ini menimbulkan adanya friksi pada pertemuan lempeng, yang mengakibatkan energi terakumulasi sebelum terjadinya gempa bumi. Kekuatan gempa bumi bervariasi dari tempat ke tempat sejalan dengan perubahan waktu. Batas lempeng tektonik dapat dibedakan atas tiga bentuk utama, konvergen, divergen, dan sesar mendatar. Bentuk yang lainnya merupakan kombinasi dari tiga bentuk batas lempeng ini. Pada bentuk konvergen lempeng yang satu relatif bergerak menyusup di bawah lempeng yang lain. Zona tumbukan ini diindikasikan dengan adanya palung laut (trench), dan sering disebut juga dengan zona subduksi atau zona Wadati-Benioff. Zona penunjaman ini menyusup sampai kedalaman 700 km dibawah permukaan bumi di lapisan astenosfir. Bentuk konvergen berasosiasi terhadap sumber gempa dalam dan juga gunung api. Pada bentuk divergen kedua lempeng saling menjauh sehingga selalu terbentuk material baru dari dalam bumi yang menyebabkan munculnya pegunungan di dasar laut yang disebut punggung tengah samudra (mid oceanic ridge), sedangkan pada tipe jenis sesar mendatar kedua lempeng saling bergerak mendatar. Sketsa jenis pertemuan lempeng tektonik dapat dilihat pada gambar berikut. Akibat pergerakan lempeng tektonik, maka di sekitar perbatasan lempeng akan terjadi akumulasi energi yang disebabkan baik karena tekanan, regangan ataupun gesekan. Energi yang terakumulasi ini jika melewati batas kemampuan atau ketahanan batuan akan menyebabkan patahnya lapisan batuan tersebut. Jadi gempa bumi tidak lain merupakan manifestasi dari getaran lapisan batuan yang patah yang energinya menjalar melalui badan dan permukaan bumi berupa gelombang seismik. Energi yang dilepaskan pada saat terjadinya patahan tersebut dapat berupa energi deformasi, energi gelombang dan lain-lain. Energi deformasi ini dapat terlihat pada perubahan bentuk sesudah terjadinya patahan, misalnya pergeseran. Sedang energi gelombang menjalar melalui medium elastis yang dilewatinya dan dapat dirasakan sangat kuat di daerah terjadinya gempa bumi tersebut .

Pusat patahan didalam bumi dimana gempa bumi terjadi disebut fokus atau hiposenter, sedang proyeksi fokus yang berada di permukaan bumi disebut episenter. Gempa bumi selain terjadi pada perbatasan lempeng juga terjadi pada patahan-patahan lokal yang pada dasarnya merupakan akibat dari pergerakan lempeng juga. Gempa bumi yang terjadi di sekitar perbatasan lempeng biasa disebut gempa interplate, sedang yang terjadi pada patahan lokal yang berada pada satu lempeng disebut gempa intraplate, karena bentuk pertemuan lempeng ada tiga macam, dengan demikian gempa interplate juga bisa terjadi tiga macam, yaitu:

Gempa bumi yang terjadi di sepanjang sistem rift dimana lempeng samudra terbentuk.

Gempa bumi yang terjadi di sepanjang sistem subduksi dimana lempeng samudra menyusup di bawah lempeng kontinen.

Gempa bumi yang terjadi di sepanjang patahan transform atau sesar geser dimana pertemuan lempeng tektonik saling menggeser secara horizontal. Negara Indonesia gempa bumi interplate banyak terjadi di laut dengan

kedalaman dangkal dan yang terjadi di daratan kedalaman fokusnya menengah sampai dalam dan bisa mencapai kedalaman 700 km. Sedangkan gempa bumi intraplate di Indonesia mempunyai kedalaman sumber gempa relatif dangkal dan bisa terjadi di darat dan laut. Gempa bumi yang besar selalu menimbulkan deretan gempa susulan yang biasa disebut dengan after shocks. Kekuatan after shock selalu lebih kecil dari gempa utama dan waktu berhentinya aftershock bisa mencapai mingguan sampai bulanan tergantung letak, jenis dan besarnya magnitude gempa utama. B. Jenis Gempa bumi Gempa bumi yang merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan menimbulkan bencana dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu: a. Gempa bumi Vulkanik ( Gunung Api ) Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan

menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut. b. Gempa bumi Tektonik Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. c. Gempa bumi Runtuhan Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. d. Gempa bumi Buatan Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi. Berdasarkan kekuatannya atau magnitude (M), gempa bumi dapat dibedakan atas : a. Gempa bumi sangat besar dengan magnitude lebih besar dari 8 SR. b. Gempa bumi besar magnitude antara 7 hingga 8 SR. c. Gempa bumi merusak magnitude antara 5 hingga 6 SR. d. Gempa bumi sedang magnitude antara 4 hingga 5 SR. e. Gempa bumi kecil dengan magnitude antara 3 hingga 4 SR . f. Gempa bumi mikro magnitude antara 1 hingga 3 SR . g. Gempa bumi ultra mikro dengan magnitude lebih kecil dari 1 SR. Berdasarkan kedalaman sumber (h), gempa bumi digolongkan atas : a. Gempa bumi dalam h > 300 Km . b. Gempa bumi menengah 80 < h < 300 Km . c. Gempa bumi dangkal h < 80 Km . Berdasarkan tipenya Mogi membedakan gempa bumi atas: a. Tipe I : pada tipe ini gempa bumi utama diikuti gempa susulan tanpa didahului oleh gempa pendahuluan (fore shock).

b. Tipe II : Sebelum terjadi gempa bumi utama, diawali dengan adanya gempa pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempa susulan yang cukup banyak. c. Tipe III: Tidak terdapat gempa bumi utama. Magnitude dan jumlah gempa bumi yang terjadi besar pada periode awal dan berkurang pada periode akhir dan biasanya dapat berlangsung cukup lama dan bisa mencapai 3 bulan. Tipe gempa ini disebut tipe swarm dan biasanya terjadi pada daerah vulkanik seperti gempa gunung Lawu pada tahun 1979. C. Sumber Gempa bumi Seperti telah dijelaskan diatas bahwa pembangkit utama terjadinya gempa bumi adalah pergerakan lempeng tektonik. Akibat pergerakan lempeng maka di sekitar perbatasan lempeng akan terakumulasi energi, dan jika lapisan batuan telah tidak mampu manahannya maka energi akan terlepas yang menyebabkan terjadinya patahan ataupun deformasi pada lapisan kerak bumi dan terjadilah gempa bumi tektonik. Disamping itu akibat adanya pergerakan lempeng tadi terjadi patahan (sesar) pada lapisan bagian atas kerak bumi yang merupakan pembangkit kedua terjadinya gempa bumi tektonik. Sumber-sumber gempa bumi keberadaannya ada pada perbatasan lempeng lempeng tektonik dan patahan-patahan aktif. Indonesia merupakan salah satu wilayah yang sangat aktif terhadap gempa bumi, karena terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dan satu lempeng tektonik kecil. Ketiga lempeng tektonik itu adalah lempeng tektonik Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta lempeng kecil Filipina.

Gambar 3. Lempeng Tektonik

Terdapat tiga jalur utama gempa bumi yang merupakan batas pertemuan dari beberapa lempeng tektonik aktif : 1. Jalur Gempa bumi Sirkum Pasifik Jalur ini dimulai dari Cardilleras de los Andes (Chili, Equador dan Caribia), Amerika Tengah, Mexico, California British Columbia, Alaska, Alaution Islands, Kamchatka, Jepang, Taiwan, Filipina, Indonesia, Polynesia dan berakhir di New Zealand. 2. Jalur Gempa bumi Mediteran atau Trans Asiatic Jalur ini dimulai dari Azores, Mediteran (Maroko, Portugal, Italia, Balkan, Rumania), Turki, Kaukasus, Irak, Iran, Afghanistan, Himalaya, Burma, Indonesia (Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Laut Banda) dan akhirnya bertemu dengan jalur Sirkum Pasifik di daerah Maluku 3. Jalur Gempa bumi Mid-Atlantic Jalur ini mengikuti Mid-Atlantic Ridge yaitu Spitsbergen, Iceland dan Atlantik Selatan. Sebanyak 80 % dari gempa di dunia, terjadi di jalur Sirkum Pasifik yang sering disebut sebagai Ring of Fire karena juga merupakan jalur vulkanik. Sedangkan pada jalur Mediteran terdapat 15 % gempa dan sisanya sebanyak 5 % tersebar di Mid Atlantik dan tempat-tempat lainnya. Indonesia memiliki lokasi sumber gempa bumi berawal dari Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian berbelok ke Utara di Sulawesi, kemudian dari Nusa Tenggara sebagian terus ke timur Maluku dan Irian. Hanya pulau Kalimantan yang relatif tidak ada sumber gempa kecuali sedikit bagian timur. Lempeng Indo-Australia bergerak menyusup dibawah lempeng Eurasia, demikian pula lempeng Pasifik bergerak kearah barat. Pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia berada di laut merupakan sumber gempa dangkal dan menyusup kearah utara sehingga di bagian darat berturut-turut ke utara di sekitar Jawa Nusa tenggara merupakan sumber gempa menengah dan dalam. Kedalaman sumber gempa di Sumatra bisa mencapai 300 km di bawah permukaan bumi dan di Jawa bisa mencapai 700 km, sesuai dengan kedalaman lempeng Indo-Australia menyusup dibawah lempeng Eurasia. Disamping itu di

daratan Sumatra juga terdapat sumber sumber gempa dangkal yang disebabkan karena aktivitas patahan Sumatra, demikian pula di sebagian Jawa Barat terdapat sumber-sumber gempa dangkal karena aktivitas patahan Cimandiri di Sukabumi, patahan Lembang di Bandung, dan lain lain. Gempa-gempa dangkal di bagian timur Indonesia selain berasosiasi dengan pertemuan lempeng (trench) juga disebabkan oleh patahan- patahan aktif, seperti patahan Palu Koro, patahan Sorong, patahan Seram, dan lain-lain.

Gambar 4. Sketsa Patahan Aktif Indonesia

Beberapa tempat di Sumatra, Jawa, Nusa tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian rentan terhadap bencana gempa bumi baik yang bersifat langsung maupun tak langsung seperti tsunami dan longsor. Gambar 4. menunjukkan sketsa patahan aktif di Indonesia yang merupakan dampak dari bertumbuknya tiga mega lempeng dan satu lempeng kecil Filipina. Peta historis Seismisitas di Indonesia (19651995) berdasarkan magnitude dan kedalamannya terlihat pada gambar 2. D. Skala Gempa Bumi Skala Richter adalah ukuran kekuatan gempa bumi berdasarkan energi yang dilepaskan dari pusat gempanya. Skala MMI ( Modified Mercalli Intensity ) adalah ukuran kerusakan akibat gempa bumi berdasarkan pengamatan visual disuatu tempat,dipermukaan bumi.

SKALA INTENSITAS GEMPA BUMI MODIFIED MERCALLI INTENSITY ( MMI ) 1931 Skala KUALITAS GETARAN GEMPA Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa I orang. Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda yang digantung bergoyang. II Getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk lewat. Pada siang hari dirasakan oleh banyak orang dihalaman rumah, diluar oleh beberapa orang, pada malam hari beberapa orang terbangun. Getaran hampir dirasakan oleh semua penduduk, orang banyak IV terbangun, gerabah pecah, jendela dan sebagainya pecah, barang-barang terpelanting, Pohon- pohon, tiang-tiang dan lain-lain barang besar tampak bergoyang, V bandul lonceng dapat berhenti. Getaran dirasakan oleh semua penduduk, kebanyakan terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap dari pabrik rusak ringan. Tiap-tiap orang lari keluar rumah, kerusakan ringan pada rumah-rumah VI dengan bangunan konstruksi yang baik dan tidak baik, cerobong asap pecah / retak-retak. Terasa oleh orang yang naik kendaraan. Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat, retakretak pada bangunan yang kuat, dinding dapat lepas dari rangka rumah, VII cerobong asap dari pabrik-pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh. Kerusakan pada bangunan-bangunan yang kuat, kerangka rumah menjadi tidak kuat. Kerusakan pada bangunan-bangunan yang kuat, kerangka rumah menjadi VIII tidak lurus, banyak yang retak-retak pada bangunan bangunan yang kuat, rumah tampak agak berpindah dari pondasinya, pipa dalam tanah putus. IX Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka-rangka rumah lepas dari

III

pondasinya, tanah terbelah, rel melengkung, tanah longsor ditiap-tiap sungai dan tanah tanah yang curam, serta air bah. Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri, jembatan rusak, X terjadi lembah, pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, rel melengkung sekali. XI Hancur sama sekali. Gelombang gempa tampak pada permukaan tanah. Pemandangan gelap. Benda-benda terlempar ke udara.

SKALA - RICHTER Kekuatan gempa (skala richter) < 3.0 3.0 3.4 3.5 4.0 4.1 4.4 4.5 4.8 4.9 5.4 5.5 6.0 6.1 6.5 6.6 7.0 7.1 7.3 Instrumental Hanya terdeteksi oleh seismograf Intensitas Akibat

hanya dirasakan oleh orang yang peka Sama dengan getaran akibat truk besar lewat Bendabenda lepas, benda yang

Lemah

Kecil

tergantung bergoyang Membangunkan orang tidur

Sedang Agak kuat Kuat Sangat kuat Merusak Menghancurkan Mendatangkan bencana

pohon bergoyang, sebagian roboh, Benda benda lepas berjatuhan Dinding retak, cerobong asap tumbang, sejumlah bangunan roboh Sebagian besar bangunan runtuh Tanah retak dan longsor Hanya beberapa bangunan yang masih berdiri, rel kereta api dan pipa pipa di Bawah tanah rusak

Sangat 7.4 8.1 mendatangkan bencana

Untuk kedalaman hyposenter para ahli Seismologi mengklasifikasikan menjadi : a. Gempa Dangkal ( Shallow Earthguake ) H=0 65 Km. b. Gempa Menengah ( Inter Medite Earthguake ) H=66-450 Km. c. Gempa Dalam ( Deep Earthguake ) H=451 Km. Intensitas dapat didifinisikan sebagai suatu besaranya berusakan yang terjadi seperti pada bangunan , Permukaan tanah,reaksi manusia dan hal lain yang teramati sebagai dampak dari goncangan gempa bumi. Skala Intensitas pertama kali diperkenalkan pada tahun 1883 oleh seorang seismologis Italia M.S. Rossi dan ilmuwan Swioss E.A Forel yang dikenal dengan skala Rossi-Forel.Skala ini kemudian dikembangkan lagi oleh seismologis Italia. Giuseppe Mercalli pada tahun 1902,lalu tahun 1931 seismologis Amerika H.O. Wood dan Frank Neuman mengadaptasi standar yang telah ditetapkan maka dihasilkan Skala MMI (Modified Mercalli Intensity). Skala ini yang sifatnya yang kualitatif, skala ini sangat subyektif dan sangat tergantung pada kondisi lokasi dimana gempa terjadi. Menurut Hagi Wora klasifikasikan kekuatan magnitude : a. Great Earthquake (Gempa Besar) M >8,0. b. Mayor Earthquake (Gempa Utama) M 7,0<8,0. c. Moderate Earthquake (Gempa Sedang)M. 5,0 < 7,0. d. Small Earthquake (Gempa Menengah) 3,0 < M <5,0. e. Mikro Earthquake (Gempa Kecil) 1,0 < M < 3,0. f. Ultra Mikro Earthquake (Gempa sangat kecil ) M < 1,0.

SKALA KEKUATAN TSUNAMI MENURUT IMAMURA Magnitude Tsunami(SR) -1 0 1 Ketinggian Tsunami (m) < 0.5 1 2 Kerusakan Tidak ada Sangat sedikit Beberapa rumah dipantai rusak

Kapal terdampar ke pantai Kerusakan dan korban didaerah tertentu dekat pantai Kerusakan sampai sejauh 400 meter dari garis pantai Keruskan sampai sepanjang 500 meter dari garis pantai

4-6 10 30

>30

E. Mitigasi Apa yang harus anda kerjakan sebelum, saat dan sesudah terjadi gempa bumi ? 1. Sebelum Gempa a. Kunci Utama adalah

Mengenali apa yang disebut gempa bumi. Memastikan bahwa struktur dan letak rumah dapat terhindar dari bahaya anda. yang bumi

disebabkan

gempa

(longsor, liquefaction dll). Mengevaluasi struktur dan merenovasi ulang

bangunan

anda agar terhindar bahaya gempa bumi.

b. Kenali lingkungan tempat anda bekerja dan tinggal

Memperhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi, paling aman untuk berlindung. sudah mengetahui tempat

Belajar melakukan P3K. Belajar menggunakan Pemadam

Kebakaran.

Mencatat Nomor Telpon Penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempa bumi.

c. Persiapan Rutin pada tempat anda bekerja dan tinggal

Perabotan (Lemari, Cabinet, dll) diatur menempel pada dinding.

(dipaku/diikat dll) untuk menghindari jatuh,

roboh,

bergeser

pada saat terjadi gempa bumi. Menyimpan bahan yang mudah terbakar pada mudah

tempat pecah, agar

yang terhindar

tidak dari

kebakaran. Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila sedang tidak digunakan.

d. Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempa bumi adalah akibat kejatuhan material

Atur

benda

yang

berat

sedapat pada

mungkin bagian bawah.

berada

Cek

kestabilan yang gempa

benda dapat bumi

yang jatuh terjadi

tergantung pada saat

(misalnya: lampu dll).

e. Alat yang harus ada di setiap tempat


Kotak P3K. Senter/lampu Battery,disetiap kamar. Radio. Makanan Suplemen dan Air. 1 stel pakaian keluarga masing-masing masukkan dalam 1 tas,letakkan didaerah yang mudah terjangkau

Satukan masukkan ditempat dan aman.

surat-surat dalam satu

berharga,dan tas,letakkan terlihat

yang

2. Saat Gempa a. Jika anda berada dalam bangunan

Lindungi kepala dan badan anda dari reruntuhan bangunan (dengan

bersembunyi di bawah meja dll).

Mencari tempat yang paling aman dari reruntuhan goncangan.

Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan.

b. Jika berada di luar bangunan atau area terbuka

Menghindari dari bangunan yang ada di sekitar anda (seperti gedung, tiang listrik, pohon dll).

Perhatikan tempat anda berpijak hindari apabila terjadi rekahan tanah.

c. Jika anda sedang mengendarai mobil

Keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.

d. Jika anda tinggal atau berada di pantai dan daerah pegunungan

Jauhi

pantai

untuk

menghindari

terjadinya Tsunami.

Apabila terjadi gempa bumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.

3. Sesudah Gempa a.Jika anda berada dalam bangunan

Keluar dari bangunan tesebut dengan tertib.

Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa.

Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K.

Telpon/minta pertolongan apabila terjadi luka parah pada anda atau sekitar anda.

b.Periksa lingkungan sekitar anda


Periksa apabila terjadi kebakaran. Periksa apabila terjadi kebocoran gas. Periksa apabila terjadi arus pendek. Periksa aliran dan pipa air. Periksa segala hal yang dapat membahayakan (mematikan listrik, tidak menyalakan api dll).

c. Jangan masuk ke bangunan yang sudah terjadi gempa, karena kemungkian masih terdapat reruntuhan.

d. Jangan berjalan disekitar daerah gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.

e. Mendengarkan informasi mengenai gempa dari radio (apabila terjadi gempa susulan).

f. Mengisi angket yang diberikan oleh Instansi Terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi.

E. Seismometer Seismometer berasal dari bahasa Yunani yaitu seismos berarti gempa bumi dan metero yang berarti mengukur. Seismometer pertama kali ditemukan oleh Zhang Heng di China pada abad ke 2. Kemudian John Milne menemukan horizontal pendulum seismograf di Imperial of Engineering (Jepang) pada tahun 1880. Seismometer yang digunakan hingga merekam sinyal dari gempa bumi disebut seismograf. Seismometer sederhana menggunakan sebuah beban, pegas dan sebuah penunjuk skala. Beban digantungkan pada sebuah pegas dengan ujung pegas yang lain tergantung pada sebuah tempat seperti terlihat pada gambar. Ketika terjadi getaran atau gempa, maka pegas akan segera meregang atau memendek dan beban akan bergerak karena mempertahankan keadaan inersia/kelebaman akibat bergerak pegas tersebut. Kemudian jarum penunjuk pada beban akan menunjukan skala dari getaran yang timbul. Seismometer jenis ini digunakan untuk mengukur gempa yang arah geraknya vertikal.

Gambar 5. Seismometer Sederhana (a) Seismograf sederhana untuk merekam getaran horizontal, (b) Seismograf sederhana untuk merekam getaran vertikal

Seismometer yang menggunakan pendulum digunakan untuk mengukur gempa yang arah geraknya horizontal. Perangkat ini terdiri dari sebuah horizontal pendulum seperti terlihat pada gambar. Ketika terjadi getaran yang arah geraknya horizontal, maka bola pendulum akan bergerak kesamping dan dibagian bawahnya

ada alat seperti pena untuk menggambarkan grafik getaran yang terjadi pada sebuah kertas. Akan tetapi penggunaan pendulum yang sederhana ini belum dapat untuk merekam dengan bagus getaran dengan frekuensi rendah. Cara mengatasinya, digunakan inverted pendulum yang terdapat pegas pada kedua sisi bola pendulum, sehingga ketika bergetar salah satu pegas akan meredam getaran dan pegas yang lain memberikan tambahan gaya kepada pendulum yang berakibat pendulum dapat berosilasi dengan frekuensi yang kecil sehingga getaran berfrekuensi rendah tersebut akan dapat direkam pada kertas. Pada perangkat pendeteksi getaran modern menggunakan sensor elektronik, amplifier, dan perangkat untuk merekam data yang didapat. Berdasarkan gambar dibawah ini, seismometer modern terdiri dari sebuah pegas, sebuah beban yang pada bagian luarnya dililit kumparan, rangkaian amplifier dan perangkat untuk melihat grafik yang dihasilkan (seperti osiloskop). Prinsip kerjanya ketika getaran terjadi makan beban akan bergerak, akibat gerakan tersebut akan terjadi perubahan fluks magnet yang dihasilkan arus melalui kumparan untuk menuju ke amplifier. Oleh amplifier sinyal yang dihasilkan akan diperkurat dan akan direkam pada sebuah alat seperti osiloskop.

Gambar 6. Seismogram

Seismogram atau rekaman gerakan tanah, atau grafik aktifitas gempa bumi sebagai waktu yang dihasilkan oleh seismometer. Rekaman ini dapat dipergunakan salah satunya untuk menentukan magnitudo gempa tersebut. Selain itu dari beberapa seismogram yang direkam ditempat lain, dapat menentukan pusat gempa atau posisi dimana gempa tersebut terjadi.

1.Prinsip prinsip Dasar Seismocope adalah suatu alat atau bagian alat yang hanya dapat menunjukkan bahwa suatu gempa bumi telah terjadi tetapi dia tudak mendapatkan catatan apa apa. Seismograf adalah suatu alat yang memberikan catatan catatan yang terus menerus dari gerakan tanah, catatan dimana dinamakan seismogram. Seismometer adalah seismograf yang konstanta fisiknya diketahui dengan baik sehingga gerakan tanah yang sebenarnya dapat dihitung dari seismogram. Tetapi seismogram ini mempunyai arti yang lain dari yang biasa dipakai. Sebuah seismograf elektromagnetik terdiri dari sebuah pencatat elektromagnetik (sensor atau detector) yang biasanya merupakan alat bandul dan merupakan galvanometer dengan sebuah alat pencatatnya (recorder). Dengan alat ini biasanya sensor tersebut dikatakan seismometer dan keseluruhannya dinamakan seismograf. Pada waktu sekarang ini karakteristik dari seismograf secara keseluruhan diketahui dengan baik sehingga dapat memperhitungkan dengan tepat gerakan tanah yang sebenarnya. Untuk selanjutnya istilah seismometer yang akan kita pakai ini berarti sensor atau detektornya. Prinsip bandul : Apabila terjadi suatu gempa bumi yang cukup kuat, maka gelombang gelombang elastik dipancarkan dari pusat gempa bumi kesemua arah. Apabila suatu seismograf dipasang dipermukaan bumi maka getarangetaran gempa bumi yang datang atau melewati seismograf tersebut akan tercatat oleh seismograf tersebut karena segala sesuatu yang berhubungan dengan bumi akan ikut bergetar sedangkan pada seismograf terdapat suatu titik tetap yang tidak ikut bergerak dengan gerakan dari bumi itu. Titik tetap ini adalah pendulum seismograf atau seismograf bandul. Titik tetap ini dibuat tidak berpengaruh oleh sekitarnya

dengan memakai suatu per yang khusus. Umpamanya dalam seismograf komponen vertikal dari model yang paling sederhana dimana masa statisnya ditahan oleh per spiral yang vertikal yang dihubungkan dengan rangkanya yang ikut bergetar dengan bumi. Apabila terjadi gempa bumi, masanya tidak bergerak. Seismograf yang paling baik adalah apabila masa statisnya betulbetul tidak ikut bergerak, tetapi hal ini sangat sulit untuk membuatnya dan biasanya masa

statisnya ini juga ikut sedikit bergerak. Tiga hal utama dalam seismograf : 1. Dumping (penahan) Untuk mendapatkan catatan yang jelas dari setiap macam gelombang diperlukan alat atau masa yang lebih stabil agar setelah seismograf selesai mencatat 1 gelombang/fase dia harus berhenti sebelum fase yang lain datang. Untuk kepentingan ini diperlukan adanya dumping (penahan). Cara men-dump suatu gerakan catatan gelombang haruslah dibuat kritis supaya hal ini tidak tergantung dari periodenya (unperiodic) yang akan menghasilkan catatan gerakan tanah yang terbaik. 2. Periode Dalam seismograf bandul untuk mendapatkan periode bebas seismograf 10 detik atau lebih diperlukan per sebesar 25 m (panjang per bertambah dengan kuadrat periodenya). Hal ini menjadikan seismograf tersebut menjadi tidak praktis. 3. Magnifikasi (pembesaran). Pada umumnya seismograf translasi menggunakan prinsip yang sama yaitu prinsip bandul yang berbeda hanya dalam cara pencatatanya dan untuk ini kita dapat membedakan 2 cara: a. Seismograf pencatatan langsung. b. Seismograf elektromagnetik. Seismograf pencatatan langsung pada umumnya terdapat pada seismograf Wienchert dimana gerakannya dipindahkan dari bandul kepada recording dengan cara mekanisasi murni dan diperbesar menurut panjangnya gelombang. Ada tiga macam gerakan yang penting dari gerakan partikel (tanah) yaitu : 1. Translasi atau salinan 2. Rotasi atau putaran 3. Deformasi atau perubahan bentuk Sebenarnya untuk mencatat setiap gerakan tersebut harus diciptakan seismograf yang khusus tetapi nyatanya seismografseismograf yang ada sekarang hanya untuk mencatat gerakangerakan translasi. Seismograf rotasi pernah dibuat tetapi pengaruh rotasi penting untuk gempagempa dekat dan menarik hanya

untuk hubungannya dengan gerakangerakan tanah untuk berbagai konstruksi. Seismograf deformasi atau seismograf strain juga pernah dibuat hanya pada jumlah yang kecil. Untuk mendapatkan catatancatatan yang lengkap untuk seismograf translasi diperlukan catatan untuk 3 komponen yaitu vertikal, utara selatan dan timur barat. Dengan tiga komponen ini kita bisa mendapatkan arah gerakan tanah yang sebenarnya.

TSUNAMI

Tsunami berasal dari kata :

Tsu = Pelabuhan

Nami = Gelombang

Menjadi bagian bahasa dunia, setelah gempa besar 15 Juni 1896, yang menimbulkan tsunami besar melanda kota pelabuhan Sanriku (JEPANG) dan menewaskan 22.000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempabumi , tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat melanda daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau lebih. Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai. Berdasarkan Katalog gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempabumi tektonik. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba 1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.

Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah : 1. Air laut yang surut secara tiba-tiba. 2. Bau asin yang sangat menyengat. 3. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras. Tsunami terjadi jika : 1. Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6.3 SR 2. Lokasi pusat gempa di laut 3. Kedalaman dangkal < 40 Km 4. Terjadi deformasi vertikal dasar laut

Gambar 7 Tahapan terjadinya tsunami

Potensi Tsunami di Indonesia Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan. Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempabumi dan datangnya gelombang tsunami antara 20 s/d 30 menit

Gambar 8 Ptotensi tsunami di Indonesia

Dampak Peristiwa tsunami dapat mengakibatkan bencana (menelan korban jiwa maupun harta benda bahkan dapat melumpuhkan aktivitas perekonomian). Peristiwa ini berpotensi terulang lagi dikemudian hari. Oleh karena itu perlu tindakan penanggulangan gempa bumi dan tsunami. Bencana Tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atau permukaan laut yang terkoneksi dengan satelit. Kecepatan gelombang gempa jauh lebih besar dibanding kecepatan gelombang tsunami. Oleh karena itu beda waktu tiba gelombang gempa dan

tsunami dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan peringatan akan datangnya tsunami dengan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami (Tsunami Early Warning System, TEWS), sehingga korban jiwa dapat dikurangi. Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas. Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negaranegara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga

internasional, lembaga non-pemerintah.

Koordinator dari pihak Indonesia

adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi. Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.. Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.

Komponen TEWS 1. 2. 3. Sistem Pengamatan Gempabumi Sistem Pengamatan Muka Laut Sistem Penyebaran Infomasi

Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).

Peralatan Tews

Seismometer

DART-Buoy

Tide Gauge

DAFTAR PUSTAKA

Afnimar. (2009). Seismologi. Bandung : Penerbit ITB

BMKG.(2007).Tsunami.[Online].Tersedia: http://www.bmg.go.id/data.bmkg [19 Mei 2010]

BMG. . Gempa Bumi. [Online]. Tersedia : http://www.stageoflampung.com [4 Mei 2010]

Santoso, D. (2002). Pengantar Teknik Geofisika. Bandung : Penerbit ITB

Tjasyono, Bajong. (2009). Ilmu Kebumian dan Antariksa Cetakan Ketiga. Bandung : PT. Remaja Rodakarya.

You might also like