You are on page 1of 39

SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA


PENGERTIAN SISTEM Secara etimologi, sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan, susunan yang teratur dari pandangan, teori, azas atau metode. Dalam Ensiklopedi Indonesia (1978:3205) disebutkan bahwa sistem berasal dari bahasa yunani sustema terjemahannya mengumpulkan yang artinya adalah suatu kesatuan bermacam-macam hal menjadi keseluruan dengan bagian-bagian yang tersusun dari dalam. PENGERTIAN PEMERINTAH Istilah Pemerintahan berasal dari kata Perintah, yang secara etimologi berarti perintah atau komando. Kata perintah diberi prefiks me- menjadi memerintah yang berarti: 1. Sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kekuasaan sosial, ekonomi dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya 2. Sekelompok orang yang secara bersama- sama memikul tanggungjawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. 3. Penguasaan suatu negara (bagian Negara) 4. Badan tertinggi yang memerintah suatu Negara/Kabinet 5. Negara atau Negeri PEMERINTAHAN Adalah Perbuatan atau cara-cara atau rumusan pemerintah, misal pemerintahan yang adil, pemerintahan demokratis, pemerintahan otoriter, dsb (Bayu Suryaningrat, 1990:11) Dalam istilah Governent paling sedikit mempunyai 4 arti : a. Menunjukkan kegiatan atau proses, yaitu melaksanakan kontrol atas pihak lain (The Activity of process of Governing) b. Menunjukkan masalah-masalah (hal ihwal) negara dalam mana kegiatan atau proses diatas dijumpai (State Of Affair) c. Menunjukkan orang-orang (pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-tugas untuk memerintah (People Charged Which The Duty Of Governing) d. Menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu diperintah (The Manner Method Of Sistem By Which A Particular Society Of Governed) Pemerintahan dapat dikatakan sebagai jawatan atau alat-alat kelengkapan Negara yang mempunyai wewenang yang sah melindungi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat berproses atau sedang berproses menurut suatu cara dan metode tertentu melalui pembuatan dan pelaksanaan berbagai keputusan PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA Proklamasi Kemerdekaan Indonesia : Tgl 17 Agustus 1945 : Proklamasi Kemerdekaan RI diumumkan di depan Gedung Jl. Pegangsaan Timur No 56 Jakarta (Jl.Proklamasi) Arti Proklamasi dalam garis besarnya adalah: a. Lahirnya NKRI

b. Puncak perjuangan pergerakan Kemerdekaan sejak tgl 20 Mei 1908 c. Titik tolak Amanat Penderitaan Rakyat, sejarah pemerintahan bangsa Indonesia bermula semenjak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya o Proklamasi Kemerdekaan telah mewujudkan Negara RI dari Sabang sampai Merauke o Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agt 1945) adalah sumber hukum bagi pembentukan NKRI o Dasar-dasar pemerintahan suatu negara terletak pada UUD bangsa yang bersangkutan UUD 1945 BENTUK-BENTUK SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA a. Sistem Presidensial o Sistem ini menganut azas Trias Politika klasik yang memegang teguh keseimbangan (Check and Balances) diantara Badan Legisletif, Eksekutif dan Yudikatif. o Menurut sistem ini, Presiden adalah Kepala Eksekutif yang dipilih oleh rakyat o Presiden membentuk Kabinet dan Mentri-mentri yang bertanggungjawab kepada Presiden o Parlemen tidak dapat memberhentikan Presiden, begitu pula sebaliknya o Presiden sama sekali terpisah dari Badan Legislatif dan tidak boleh mempengaruhi organisasi dan penyelenggaraan parlemen o Amerika Serikat (AS) merupakan Negara yang dianggap menerapkan sistem Presidensial murni o RUU dibuat oleh Kongres dan diajukan kepada Presiden untuk disahkan. Jika Presiden menolak maka ia dapat mengembalikan RUU itu kepada Kongres o Kongres akan melakukan pemungutan suara untuk mendapatkan dukungan dua pertiga suara Kongres agar bisa memaksa Presiden menerima RUU tersebut o Tahap akhir Presiden harus tunduk kepada keputusan Kongres b. Sistem Parlementer o Dalam bentuk sistem pemerintahan ini Eksekutif dan Legislatif saling tergantung satu sama lain o Eksekutif terdiri dari Raja atau Presiden yang disebut Kepala Negara dan Kabinet dipimpin Perdana Mentri atau Konselir o Raja atau Presiden sebagai Kepala Negara tidak dapat diganggu gugat o Kabinet sebagai pelaksana tugas-tugas eksekutif tunduk dan bertanggungjawab pada Parlemen, karena Kabinet dipilih oleh Parlemen atau dibentuk oleh partai mayoritas di Parlemen o Jika tidak ada partai mayoritas maka beberapa partai berkoalisi sehingga mendapat dukungan lebih dari separoh anggota Parlemen untuk membentuk Kabinet o Masa jabatan Kabinet tergantung pada Parlemen, artinya jika suatu Kabinet tidak mendapat kepercayaan dari Parlemen, Kabinet akan jatuh. Jika hal ini terjadi maka Kepala Negara menunjuk Ketua Partai Oposisi untuk membentuk Kabinet baru dan segera menyelenggarakan Pemilu o Masa kerja Kabinet selain ditentukan oleh Konstitusi juga tergantung dari dukungan Parlemen o Sistem Pemerintahan yang dianut setelah perubahan terhadap UUD 1945 adalah Sistem Presidensil

o o o o
o

Presiden adalah Kepala Negara dan sekaligus merangkap Kepala Pemerintahan yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari Presiden/Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat maka tidak bertanggungjawab kepada parlemen baik kepada DPR maupun kepada MPR Presiden dan DPR menempati kedudukan yang sejajar sehingga Presiden tidak berwenang untuk membubarkan parlemen Presiden mengangkat dan memberhentikan Mentri-mentri Presiden melaksanakan tugas dan wewenang selama 5 tahun atau dalam masa jabatan yang tetap (Fixed Term) PEMERINTAHAN PARLEMENTER DAN

PERBEDAAN SISTEM PRESIDENSIAL

NO

HAL

PARLEMENTER

PRESIDENSIL

1 2 3 4 5

Kepala Negara Kepala Pemerintahan

Raja atau Presiden Perdana Mentri

Presiden Presiden Parlemen Presiden dipilih oleh rakyat Dipilih rakyat

Pembuatan Parlemen Undang-undang Kepala Negara Kepala Pemerintahan Raja berdasarkan keturunan Presiden dipilih oleh rakyat Dipilih mayoritas Parlemen

TEORI KEKUASAAN
PENGERTIAN KEKUASAAN Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu (Max Weber). SUMBER-SUMBER KEKUASAAN Legitimate power Yaitu suatu kekuasaan yang diperoleh secara sah karena posisi seseorang dalam kelompok atau hierarki keorganisasian. Coersive power Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut, seorang pengikut merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman. Expert power Yaitu kekuasasan yang didasarkan atas ketrampilan khusus, keahlian atau pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya menganggap

bahwa orang itu mempunyai keahlian yang relevan dan yakin keahliannya itu melebihi keahlian mereka sendiri. Reward power Merupakan suatu kekuasan yang didasarkan atas pemberian harapan, pujian, penghargan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seseorang pemimpin terhadap bawahannya Referent power (French dan Raven dalam Gary A Yukl, 1994) Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas daya tarik seseorang, seorang pemimpin dikagumi oleh para pengikutnya karena memiliki suatu ciri khas, bentuk kekuasaan ini secara populer dinamakan kharisma. Pemimpin yang memiliki daya kharisma yang tinggi dapat meningkatkan semangat dan menarik pengikutnya untuk melakukan sesuatu, pemimpin yang demikian tidak hanya diterima secara mutlak namun diikuti sepenuhnya. TEORI PEMISAHAN KEKUASAAN Pada hakekatnya pembagian kekuasaan dapat dibagi ke dalam dua cara, (Zul Afdi Ardian, 1994: 62) yaitu: 1. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya. Maksudnya pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan, misalnya antara pemerintah pusat dengan dan pemerintah daerah dalam negara kesatuan, atau antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalam suatu suatu negara federal. 2. Secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Dalam pembagian ini lebih menitikberatkan pada pembedaan antara fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif. 3. Orang yg mengemukakan teori pemisahan kekuasaan Negara adalah John Locke dan Montesquieu. 4. John Locke seorang ahli ketatanegaraan Inggris, ia adalah orang pertama yang dianggap membicarakan teori ini. 5. John locke memisahkan kekuasaan dari tiap-tiap negara dalam : 1. Kekuasaan Legislatif : kekuasaan utk membuat undang-undang 2. Kekuasaan Eksekutif: kekuasaan utk melaksanakan undang-undang 3. Kekuasaan Federatif: kekuasaan mengadakan perserikatan serta segala tindakan dgn semua orang & badan badan di luar negeri. 6. Setengah abad kemudian dgn di ilhami oleh pembagian kekuasaan dari john locke,Montesque seorang pengarang, ahli politik dan filsafat prancis menulis tentang pemisahan kekuasaan menjadi 3 jenis : Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. 7. Menurut Montesque dalam suatu sistem pemerintahan negara, ketiga jenis kekuasaan itu harus terpisah, baik mengenai fungsi(tugas) maupun mengenai alat kelengkapan (organ) yg melaksanakan.Isi ajaran Montesque ini adalah mengenai pemisahan kekuasaan negara yg lebih di terkenal dgn istilah Trias Politica Keharusan pemisahan kekuasaan negara menjadi 3 jenis itu adalah agar tindakan sewenang-wenang oleh raja dapat dihindarkan. 8. Ajaran Trias Politica ini nyata-nyata bertentangan dengan kekuasaan pd zaman Feodalisme dalam abad pertengahan. 9. Pd zaman itu yg memegang ketiga kekuasaan dlm negara ialah seorang raja, yg membuat sendiri undang-undang, menjalankannya, dan menghukum segala pelanggaran atas undang-undang yg di buat dan dijalankan oleh raja tersebut. 10. Monopoli atas ketiga kekuasaan tsb dpt dibuktikan dlm semboyan Raja Louis XIV"L'Etat Cest moi" ( negara adalah saya ),

11. Setelah pecah Revolusi Prancis pada tahun 1789, barulah paham monopoli tsb

menjadi lenyap & timbul gagasan baru mengenai pemisahan kekuasaan yg dipelopori oleh Montesque KEKUASAAN LEGISLATIF Kekuasaan untuk membuat undang-undang harus terletak dlm suatu badan yg memiliki wewenang khusus utk itu. Jika penyusunan undang-undang tdk diletakkan pada suatu badan tertentu, maka memungkinkan tiap golongan / tiap orang mengadakan undangundang untuk kepentingannya sendiri. Di dalam negara demokrasi yg peraturan perundangan harus berdasarkan kedaulatan rakyat, maka badan perwakilan rakyat harus dianggap sebagai badan yg mempunyai kekuasaan tertinggi utk menyusun undang-undang. KEKUASAAN EKSEKUTIF Kekuasaan menjalankan undang-undang ini dipegang oleh kepala negara yg tentunya tdk dpt sendiri menjalankannya, oleh karena itu dilimpahkan(didelegasikan) kpd pejabatpejabat pemerintah yg bersama-sama dlm suatu badan(kabinet) KEKUASAAN YUDIKATIF Kekuasaan yudikatif/kehakiman berkewajiban mempertahankan undang-undang dan berhak utk memberikan peradilan kpd rakyat. Berkuasa memutuskan perkara, menjatuhi hukuman terhadap pelanggaran uu yg telah diadakan dan dijalankan. Para hakim mempunyai kedudukan yg istimewa dan mempunyai hak tersendiri, karena ia tdk diperintah oleh kepala negara, bahkan ia badan yg berhak menghukum kepala negara, jika melanggar hukum. Berbeda dg John Locke yg memasukkan kekuasaan yudikatif dlm kekuasaan eksekutif, dan sebaliknya oleh Montesque kekuasaan Federatif di masukkan kedalam kekuasaan eksekutif. Model Pembagian Kekuasaan menurut UUD 1945 yang ASLI Pada UUD 1945 yang Asli dikemukakan bahwa Presiden memegang kekuasaan membuat UU dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1). Presiden mengangkat duta besar. Fungsi-fungsi peradilan berada di bawah Presiden. Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan diangkat oleh Presiden. Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden. Model Pembagian Kekuasaan menurut UUD 1945 yang AMANDEMEN Kekuasaan menyusun UU berada di tangan DPR, dengan persetujuan Presiden (pasal 20 UUD 1945 Amandemen). Kekuasaan kehakiman berada di bawah Mahkamah Agung dan bebas dari pengaruh pemerintah.( lihat UU Nomor 4 Tahun 2004, khususnya pasal 2). Ketua BPK diangkat dari Presiden berdasarkan rekomendasi DPR. Dibangun Mahkamah Konstitusi untuk menyelesaikan persengketaan yang berkaitan dengan UUD.

KONSEP DAN FILOSOFI SPI MENURUT UUD 1945 AMANDEMEN IV


ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK Asas Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

1. Asas umum penyelenggaraan Negara, UU No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang bersih dari KKN PASAL 3 a. Asas Kepastian Hukum, adalah asas dalam Negara Hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, keputusan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara Negara b. Asas tertib Penyelenggaraan Negara, adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengenadalian penyelenggara Negara c. Asas Kepentingan Umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif dan selektif d. Asas Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan jujur dan tidak deskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara e. Asas Proposionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara Negara f. Asas Profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undnagan yang berlaku g. Asas Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Hak dan Kewajiban Penyelenggara Negara Setiap Penyelenggara Negara berhak untuk : 1. Menerima gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dari atasannya, ancaman hukuman dan kritik masyarakat. 3. Menyampaikan pendapat dimuka umum secara bertanggungjawab sesuai dengan wewenangnya, 4. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk :

1. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku jabatan. 2. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan setelah menjabat. 3. Melaporkan dan mengumumkan kekayaan-kekayaannya sebelum dan setelah menjabat. 4. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). 5. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan. 6. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untukkepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undnagan yang berlaku. 7. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi dan nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Penyelenggara Negara meliputi : 1. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara. 2. Menteri. 3. Gubernur. 4. Hakim. 5. Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pejabat lain memiliki fungsi strategis dalamkatannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku 3 (Tiga) Fungsi utama pemerintah : Pembuat Kebijakan - Regulasi, mediasi, problem solver Pelayanan Publik Sarana dan prasarana pelayanan umum (administratif). Sarana dan prasarana kepentingan umum (utilitas), seperti jalan, rumahsakit, sekolah, tempat ibadah, air, listrik, telpon, dll. Fasilitator - Menyediakan kebutuhan terhadap barang dan jasa publik, seperti sandang, pangan, papan,transportasi, lapangan kerja.

KILAS BALIK UUD 1945 Hukum Dasar Tertulis Konstitusi RI 18 Agustus 1945 disahkan oleh PPKI Konstitusi RIS 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1945 Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959 AMANDEMEN KONSTITUSI RI Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan. Amandemen Pertama, 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945, adalah perubahan pertama pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999 Pasal 5 Pasal 7 Pasal 9 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15

Pasal 17 Pasal 20 Pasal 21 Perubahan Kedua UUD 1945, adalah perubahan kedua pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000. Perubahan Ketiga UUD 1945, adalah perubahan ketiga pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2001 tanggal 1-9 November 2001. Perubahan Keempat UUD 1945, adalah perubahan keempat pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.

Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki: 20 bab, 73 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

KEDUDUKAN DAN SUSUNAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA


A. Fungsi-fungsi Negara

1. 2. 3. 4.
5.

Fungsi Konstitutif : fungsi penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penetapan UUD. Fungsi Eksekutif : fungsi penyelenggaraan pem-an negara. Fungsi Legislatif : fungsi pembentukan UU. Fungsi Yudikatif : fungsi penyelenggaraan kekuasaan kehakiman Fungsi Auditif : fungsi penyelenggaraan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan neg yg dikelola oleh Pemerintah

Majelis Permusyawaratan Rakyat Kedudukan : MPR berkedudukan sbg lembaga neg dgn susunan dan keanggotaannya sbb : MPR tdd anggota DPR dan anggota DPD yg dipilih dari Pemilu Keanggotaan MPR diresmikan dgn KepPres Masa jabatan anggota MPR 5 thn MPR bersidang sedktnya sekali dlm 5 thn Tugas dan Wewenang : Mengubah dan menetapkan UUD Melantik Pres dan Wapres berdsrkan hasil Pemilu Menetapkan Peraturan Tata Tertib & Kode etik MPR Alat Kelengkapan MPR : Pimpinan Panitia Ad Hoc; dan

Badan Kehormatan Pimpinan MPR Dalam UU No. 22 Thn. 2003, Pimpinan MPR terdiri atas seorang Ketua dan Tiga orang Wakil Ketua yang mencerminkan unsur DPR dan DPD PRESIDEN Kedudukan : Presiden selaku Kepala Pemerintahan Selaku Kepala Pem-an Presiden menjalankan 2 fungsi yaitu fungsi eksekutif dan fungsi legislatif. Dalam hal menjalankan fungsi eksekutif, presiden: Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. Dalam hal menjalankan fungsi legislatif, Presiden: Berhak mengajukan RUU kepada DPR Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden. Mengesahkan RUU yg telah disetujui bersama utk menjadi UU. Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti UU. Presiden selaku Kepala Negara Kewenangan dan tugas Presiden selaku Kepala Negara adalah : Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dgn neg lain, dgn persetujuan DPR Membuat Perjanjian Internasional Menyatakan keadaan bahaya Mengangkat duta dan konsul Menerima penempatan duta negara lain Memberi grasi dan rehabilitasi Memberi amnesti dan abolisi Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain Meresmikan keanggotaan MPR, DPR dan DPD Menetapkan Hakim Konstitusi pd MK Menetapkan Hakim Agung Mengangkat dan meberhentikan Anggota Komisi Yudisial Meresmikan Anggota BPK yang telah dipilih Pembantu Presiden Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Capres dan Wapres harus WNI Capres dan Wapres dicalonkan oleh Parpol Syarat2 menjd Pres dan Wapres diatur dlm UUD 45 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT Fungsi DPR : Fungsi Legislasi, membntk UU yg dibahas dgn Pres

Fungsi Anggaran, menyusun & menetapkan APBN Fungsi Pengawasan, thdp pelaksanaan UUD 45 Hak DPR, dan Hak dan Kewajiban Anggota Hak Interpelasi, utk meminta ket kpd Pem mengenai kebijakan Pem yg penting dan strategis. Hak Angket, utk melakukan penyelidikan thdp kebijakan Pem yg penting dan strategis. Hak menyatakan Pendapat, thdp kebijakan Pem. Alat Kelengkapan Pimpinan Komisi Badan Musyawarah Badan Legislasi Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) Badan Kerjasama Antar Parlemen Badan Kehormatan Panitia Anggaran Alat Kelengkapan lain yang diperlukan. Pimpinan DPR, terdiri seorang Ketua dan 3 orang Wkl Ketua yg dipilih dari dan oleh Anggota DPR dlm Sidang Paripurna DPR Sekretariat Jenderal DPR Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR, dibentuk Sekretariat Jenderal yang ditetapkan dengan Kpts Pres dan personalnya terdiri atas PNS DEWAN PERWAKILAN DAERAH Tugas dan Wewenang Mengajukan kpd DPR RUU yang berkaitan dgn OTDA Ikut membahas RUU yang berkaitan dgn OTDA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN Tugas, Kewajiban, Wewenang dan Fungsi : Tgs pokok BPK adl memeriksa : Memeriksa tgg jwb Pem ttg Keuangan Neg Memeriksa semua pelaksanaan APBN, APBD anggaran BUMN dan anggaran BUMD berdsrkan UU BPK berkewjban unt memberitahukan : Hasil pemeriksaannya kpd DPR, DPD dan DPRD Hasil pemeriksaan tsb ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan/badan sesuai UU BPK berwewenang unt meminta ketrngan yg wjb diberikan oleh setiap org, Badan/Instansi Pem dan Badan Swasta, selama tdk bertentangan dgn UU BPK berfungsi : Fungsi Operatif : melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan atas tgg jwb keuangan neg sesuai wewenang Fungsi Rekomendasi : memberikan pertimbangan kpd Pem ttg penguasaan, pengurusan dan pertggjwban keuangan neg Fungsi Yudikatif : menyelenggarakan proses tuntutan perbendaharaan thdp bendaharawan

Alat Kelengkapan BPK: Sekretariat Jenderal Auditorat Utama, sbg Pelaksana Pengawasan dan Pemeriksaan Inspektorat Utama Perencanaan, Analisa, Evaluasi dan Pelaporan Inspektorat Utama Pengawasan Intern dan Khusus MAHKAMAH AGUNG Tugas dan Wewenang : Memutus permohonan kasasi thdp putusan Pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir dari semua lingkungan peradilan Memutus sengketa ttg kewenangan mengadili Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dll Fungsi : fungsi peradilan, fungsi pengawasan, fungsi pengaturan dan fungsi pemberian nasehat yg masing2 disertai dgn wewenang dan tgs tertentu MAHKAMAH KONSTITUSI Tugas dan Wewenang Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yg putusan bersifat final Wjb memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Pres dan Wapres menurut UUD Unt kelancaran tgs dan wewenang, MK dibantu oleh sebuah Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan.

KEKUASAAN MEMBENTUK UNDANG-UNDANG


DPR terdiri atas Partai Politik Peserta Pemilu yang dipilih melalui Pemilu (Pasal 671). DPR merupakan Lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai Lembaga Negara Pasal 69 (1) DPR mempunyai fungsi : a. Legilasi b. Anggaran c. Pengawasan Pasal 70 (1) Fungsi legilasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk Undang-undang. (2) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk membahas dn memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap RUU tentang APBN yang diajukan oleh Presiden. (3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang dan APBN. TUGAS DAN WEWENANG DPR Pasal 71 a) Membentuk UU yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. b) Memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan thd peraturan pemerintah pengganti UU yang diajukan oleh Presiden untuk mengganti UU. c) Menerima RUU yang diajukan oleh DPD berkaitan dengan Otonomi Daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

d) Membahas RUU sebagaimana dimaksud dalam huruf c bersama Presiden dan DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden. e) Membahas RUU yang diajukan oleh Presiden atau DPD yang berkaitan dengan Otonomi Daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, dengan menurut sertakan DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden. f) Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan Pajak, Pendidikan dan Agama. g) Membahas bersama, Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN yang diajukan oleh Presiden. h) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang dan APBN i) Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD terhadap pelaksanaan Undang-unang mengenai Otonomi Daerah, pembentukan pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, Pajak, Pendidikan dan Agama. j) Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, serta membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-undang. k) Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian Amnesti dan Abolisi. l) Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat Duta Besar dan menerima penempatan Duta Besar Negara lain. m) Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD. n) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara yang disampaikan oleh BPK. o) Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota komisi yudisial. p) Memilih 3(tiga) orang Hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk diresmikan dengan Keputusan Presiden. q) Memberikan peretujuan terhadap pemindahtanganan Asset Negara yang mejadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara. r) Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. s) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam Undang-undang. t) Memberikan peretujuan terhadap pemindahtanganan Asset Negara yang mejadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara. u) Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. v) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam Undang-undang. Pasal 77 1) DPR mempunyai hak : a. Interpelasi b. Angket, dan c. Menyatakan pendapat

2) Hak Interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. 3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu Undang-undnag dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis dan berdampak luas pada kehidupan masyarakt berbangsa dan bernegara, yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas : a. Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional. b. Tindak lanjut hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik berupa penghianatan terhadap Negara, Korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. Pasal 221 DPD terdiri atas Wakil-wakil Daerah Propinsi yang dipilih melalui Pemilihan Umum Pasal 222 DPD merupakan Perwakilan Daerah yang berkedudukan sebagai Lembaga Negara Pasal 223 1) DPD mempunyai fungsi: a. Pengajuan usul kepada DPR mengenai RUU yang berkaitan dengan Otonomi Daerah, hubungan pusat dan Daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah b. Ikut dalam pembahasan RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan, pemekaran danpenggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan pusat dan daerah c. Pemberian perimbangan kepada DPR atas RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama, dan d. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumberdaya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama. TUGAS DAN WEWENANG DPD 1) DPD mempunyai tugas dan wewenang : a. Dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan Otonomi Daerah, hubungan pusat dandaerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. b. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden, RUU yang berkaitan sebagaimana hal yang dimaksud dalam huruf a. c. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden RUU yang diajukan oleh Presiden atau DPR yang berkaitan dengan hal sebagaimana dalam huruf a.

d. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU tentangAPBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama. e. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama. f. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama kepada DPR sebagai bahan untuk ditindaklanjuti. g. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang RUU yang berkaitan dengan APBN. h. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan Anggota BPK. i. Ikut serta dalam penyusunan program legilasi nasional yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. 2) Dalam menjalankan tugas pengawasan sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, anggota DPD dapat melakukan rapat dengan PEMDA, DPRD dan unsur masyarakat di daerah pemilihannya. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) (UU RI No. 27 Tahun 2009) MPR terdiri atas Anggota DPR dan Anggota DPD yang dipilih melalui Pemilihan Umum (Pasal 2) MPR merupakan Lembaga Permusyawaratan Rakyat yang berkedudukan sebagai Lembaga Negara (Pasal 3)

Pasal 6 1) Keanggotaan MPR diresmikan dengan Keputusan Presiden 2) Masa jabatan Anggota MPR adalah 5 (liam) tahun dn berakhir pada saat Anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji Pasal 9 Anggota MPR mempunyai hak : a. Mengajukan usul perubahan Pasal UUD RI Tahun 1945 b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan c. Memilih dan dipilih d. Membela diri e. Imunitas f. Protokoler g. Keuangan dan administratif Tugas dan Wewenang MPR (Pasal 4) a) Mengubah dan menetapkan UUD RI Tahun 1945 b) Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden hasil PEmilihan Umum c) Memnutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tebukti melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidanan berat lainnya, atau perbuatan

tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden d) Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatannya e) Pemilihan Wakil Presiden dari 2(dua) calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya f) Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti, diberhentikan dan/atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, secara bersamaan, dari 2 (dua) pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik yang pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam PEMILU sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya Pasal 10 Anggota MPR mempunyai kewajiban : a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila b. Melaksanakan UUD RI Tahun 1945 dan mentaati peraturan perundnag-undangan c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan menjaga keutuhan NKRI d. Mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah Pasal 14 Ayat (1) Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang Ketua yang berasal dari Anggota DPR dan 4 (empat) orang Wakil Ketua yang terdiri atas 2 (dua) orang Wakil Ketua berasal dari anggota DPR dan 2 (dua) orang wakil ketua yang bersal dari Anggota DPD yang ditetapkan dalam Sidang Paripurna MPR Pasal 10 Anggota MPR mempunyai kewajiban : a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila b. Melaksanakan UUD RI Tahun 1945 dan mentaati peraturan perundnag-undangan c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan menjaga keutuhan NKRI d. Mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah Pasal 14 Ayat (1) Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang Ketua yang berasal dari Anggota DPR dan 4 (empat) orang Wakil Ketua yang terdiri atas 2 (dua) orang Wakil Ketua berasal dari anggota DPR dan 2 (dua) orang wakil ketua yang bersal dari Anggota DPD yang ditetapkan dalam Sidang Paripurna MPR Pasal 11 1) Fraksi adalah pengelompokan Anggota MPR yang mencerminkan konfigurasi partai politik 2) Fraksi dapat dibentuk oleh partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR 3) Setiap Anggota MPR yang berasal dari Anggota DPR harus menjadi anggota salah satu fraksi 4) Fraksi dibentuk untuk mengoptimalkan kinerja MPR dan anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai Wakil rakyat 5) Pengaturan internal fraksi sepenuhnya menjadi urusan fraksi masing-masing 6) MPR menyediakan sarana bagi melancarkan tugas fraksi Pasal 12

1) Kelompok anggota adalah pengelompokan Anggota MPR yang berasal dari seluruh Anggota DPD 2) Kelompok anggota dibentuk untuk meningkatkan optimalisasi dan efektifitas kinerja MPR dan anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai Wakil daerah 3) Pengaturan internal kelompok anggota sepenuhnya menjadi urusan kelompok anggota 4) MPR menyediakan sarana bagi kelancaran tugas kelompok anggota Pasal 15 Pimpinan MPR mempunyai tugas: a. Memimpin sidang MPR dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan b. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil ketua c. Menjadi juru bicara MPR d. Melaksanakan putusan MPR e. Mengkoordinasikan Anggota MPR untuk memasyarakatkan UUD RI Tahun 1945 f. Mewakili MPR di pengadilan g. Menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran MPR h. Menyampaikan laporan kinerja pimpinan dalam sidang paripurna pada akhir masa jabatan

KEKUASAAN KEUANGAN NEGARA : BPK DAN BANK INDONESIA


-

Secara garis besar BPK diatur dalam UUD 1945 (ps. 23 E, 23 F dan 23 G) Secara khusus diatur dalam UU no. 5 tahun 1973 Dalam hal pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara ditetapkan UU no. 15 tahun 2004

WEWENANG BPK Sehubungan dengan pelaskanaan tugasnya , BPK berwenang meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan./ instansi pemerintah atau badan swasta sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang

Berdasarkan Surat Keputusan BPK no. 11/SK/K/1993 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana terdapat ketentuan mengenai kelembagaan (kedudukan, tugas dan fungsi) BPK, diantaranya : 1) BPK berbentuk dewan yang terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan lima orang anggota 2) Bertugas memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan pemerintah negara meliputi pelaksanaan APBN, APBD, anggaran perusahaan-perusahaan Milik Negara (BUMN dan BUMD), yang pada hakekatnya terhadap seluruh kekayaan negara 1) Pengujian penerimaan dan pengeluaran keuangan negara berdasarkan ketentuan penguasaan dan pengurusan keuangan negara 2) Penilaian pengunaan keuangan negara berdasarkan prinsip-prisip ekonomi, efisiensi dan efektifitas sesuai dengan tujuan penggunaan keuangan negara. 3) Rekomendasi kepada Pemerintah tentang penguasaan, pengurusan dan pertanggung jawaban keuangan negara 4) Tuntutan pembendaharaan (kontable) kepada DPR dan Pemerintah 5) Pemberitahuan hasil pemeriksaaan kepada DPR dan Pemerintah 6) Pemberitahuan hasil pemeriksaan BPK kepada Kepolisian dan/atau Kejaksaan dalam hal yang menimbulkan sangkaan tindak pidana atau perbuatan yang merugikan keuangan negara.

FUNGSI

SusunanOrganisasi Pelaksana BPK


1) Sekretariat Jenderal BPK

2) Inspektorat Utama Perencanaan, Analisa, Evaluasi, dan Pelaporan, yang membawakan : a. Inspektorat Perencanaan Operasional b. Inspektorat Analisa dan Evaluasi c. Inspektorat Pelatihan dan Pengembangan 3) Inspektorat Utama Pengawasan Intern dan khusus, yang membawahkan : a. Inspektorat Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan b. Inspektorat Pengawasan Pelaksanaan kegiatan Penunjang dan Pendukung c. Inspektorat Pengawasan Kerugian Negara. 4).Auditorat Utama Keuangan Negara I, II, III, IV, dan V 5). Perwakilan BPK di Daerah 6). Tenaga Ahli, Staf Ahli dan Pejabat Fungsional a) Tenaga Ahli, adalah seorang atau sekelompok orang yang ahli (bukan pegawai negeri), yang bertugas mengolah dan menelaah masalah-masalah sesuai dengan bidang keahliannya atas petunjuk Pimpinan BPK. Tenaga ahli ini diangkat dan diberhentikan oleh Ketua BPK dan secara administratif berada di lingkungan Sekretariat Jendral. b) Staf Ahli, adalah seorang atau sekelompok Pegawai Negeri yang ahli di bidangnya untuk memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan dan /atau pendapat kepada pimpinan BPK di bidang tugas pemeriksaan keuangan negara. Staf ahli berjumlah sebanyak-banyaknya lima orang dan bertanggung jawab kepada pimpinan BPK. Staf ahli merupakan Pejabat Struktural Eselon Ib yang diangkat dan diperhentikan oleh Presiden atas usul Ketua BPK

c) Pejabat Fungsional, adalah seseorang atau sekelompok Pegawai negeri yang

memiliki keahlian khusus dan diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas BPK. Pejabat Fungsional secara administratif berada di lingkungan Sekretariat Jendral, Auditorat Utama Keuangan Negara dan Inspektorat Utama, sesuai dengan keahlian menurut ketentuan yang berlaku. Pejabat fungsional bertanggung jawab kepada pimpinan satuan kerja sesuai dengan penugasannya. KEDUDUKAN a. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia, Artinya Bank dimaksud merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang, untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, mempunyai tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. b. Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan / atau pihak pihak lain, TUGAS DAN WEWENANG Untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia mempunyai tugas : 1) Metetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kabijakan dimaksud, Bank Indonesia berwenang : 2) Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan meperhatikan inflasi 3) Melakukan pengendalian moneter 3) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 4) Mengatur dan mengawasi bank SUSUNAN ORGANISASI Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur, yang anggotanya terdiri atas : 1) Seorang gubernur, selaku pimpinan 2) Seorang deputi gubernur senior, selaku wakil dan 3) Sekurang-kurangnya empat orang, atau sebanyak-banyaknya tujuh orang Deputi Gubernur. Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Sementara Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau melakukan tindak pidana kejahatan. GUBERNUR BI Sejak dibentuk, orang-orang yang terpilih sebagai Gubernur BI, sebagai berikut: 2009-sekarang Darmin Nasution (Pelaksana tugas) 2009 Miranda Gultom (Pelaksana tugas) 2008-2009 Boediono 2003-2008 Burhanuddin Abdullah 1998-2003 Syahril Sabirin 1993-1998 Sudrajad Djiwandono 1988-1993 Adrianus Mooy 1983-1988 Arifin Siregar 1973-1983 Rachmat Saleh 1966-1973 Radius Prawiro

1963-1966 T. Jusuf Muda Dalam 1960-1963 Mr. Soemarno 1959-1960 Mr. Soetikno Slamet 1958-1959 Mr. Loekman Hakim 1953-1958 Mr. Sjafruddin Prawiranegara

HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA


MPR DENGAN PRESIDEN a. Presiden dan Wapres dilantik oleh MPR b. Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wapres bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan MPR atau DPR. Jika MPR atau DPR tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wapres bersumpah atau berjanji di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan MA. c. Apabila Wapres berhalangan, Presiden dan/atau DPR dapat meminta MPR mengadakan Sidang Istimewa untuk memilih Wapres d. Presiden dan Wapres dapat diberhentikan oleh MPR sebelum habis masa jabatannya, baik apabila telah terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden/atau Wapres. e. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wapres, MPR memilih Wapres dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden f. Presiden dan/atau Wapres menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripurna MPR sebelum MPR memutuskan tentang pemberhentian Presiden dan atau Wapres g. Presiden meresmikan keanggotaan MPR dengan Keppres MPR DENGAN DPR Anggota DPR adalah Anggota MPR yang dipilih melalui Pemilu DPR mengusulkan pemberhentian Presiden dan/atau Wapres kepada MPR dan MPR mengadakan sidang untuk memutus usul DPR. MPR DENGAN DPD Anggota DPD adalah anggota MPR yang dipilih melalui Pemilu Pimpinan MPR terdiri atas seorang Ketua dan tiga orang Wakil ketua yang mencerminkan unsur DPD PRESIDEN DENGAN DPR Presiden bekerjasama dengan DPR, tetapi tidak bertanggung jawab kepada DPR dan tidak dapat dibekukan dan/atau membubarkan DPR, sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan presiden DPR berkewajiban mengawasi tindakan-tindakan Presiden dalam menjalankan Undang-Undang Sebelum memangku jabatannya Presiden dan Wapres bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sunggh dihadapan MPR atau DPR Sebelum memangku jabatannya Presiden dan Wapres bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan MPR atau DPR Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain Presiden mengangkat duta dan menerima penempatan duta dari negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Presiden memberi amnesti, abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

Presiden menetapkan Hakim Agung dan meresmikan anggota BPK yang telah dipilih dan disetujui DPR dan tiga orang Hakim Konstitusi yang diajukan DPR serta mengangkat dan memberhentikan Anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.

PRESIDEN DENGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DPD dapat melakukan pengawasan dan pelaksanaan Undang-Undang mengenai daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan Pusat dan Daerah, pengelolaan sumber daya dan belanja negara, pajak, pendidikan dan agama yang dilaksanakan oleh Presiden Presiden meresmikan keaggotaan DPD Pimpinan DPD berkonsultasi dengan Presiden sesuai putusan DPD PRESIDEN DENGAN BPK a. BPK memeriksa semua pelaksanaan APBN b. Presiden meresmikan anggota BPK dan calon-calon yang telah dipilih dan disetujui oleh DPR PRESIDEN DAN MAHKAMAH AGUNG MA dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum kepada presiden, baik diminta maupun tidak MA memberikan nasehat hukum kepada presiden selaku Kepala Negara dalam hal pemberian/penolakan grasi dan rehabilitasi Hakim Agung ditetapkan oleh Presiden atas calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan telah disetujui DPR MA mengajukan tiga calon untuk ditetapkan sebagai Hakim Konstitusi oleh Presiden PRESIDEN DENGAN MAHKAMAH KONSTITUSI MK memberikan putusan tentang dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau Wapres Presiden menetapkan Hakim Konstitusi Putusan MK mengenai Undang-undang yang bertentangan dengan UUD 1945 disampaikan kepada presiden Putusan MK mengenai sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD disampaikan kepada Presiden Putusan MK mengenai perselisihan hasil Pemilu disampaikan kepada Presiden DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DPD dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan Pusat dan Daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah DPD ikut membahas RUU tentang hal-hal tersebut pada butir a, serta memberikan pertimbangan kepada DPR atas rangcangan Undang-undang tentang APBN dan yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan Agama DPD menyampaikan kepada DPR hasil pengawasan pelaksanaan UndangUndang yang dimaksud butir a dan b

DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan Anggota BPK

DPR DENGAN BPK Hasil pemeriksaan BPK tentang keuangan negara diserahkan kepada DPR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DENGAN MAHKAMAH AGUNG MA dapat memberikan pertimbangan hukum kepada DPR, baik diminta maupun tidak DPR memberikan persetujuan calon untuk ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden yang diusulkan DPR DPR mengajukan usulan Calon Ketua dan Wakil Ketua MA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DENGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DPR mengajukan tiga orang Anggota Hakim Konstitusi untuk ditetapkan dengan Keppres DPR mengajukan permintaan kepada MK untk memeriksa, mengadili dan memutuskan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah melakukan pelanggaran hukum atau perbuatan tercela dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau Wapres. Putusan MK mengenai pendapat DPR tersebut wajib disampaikan kepada MPR BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN MAHKAMAH AGUNG MA dapat memberikan pertimbangan hukum kepada BPK, baik diminta maupun tidak Pengambilan sumpah/janji keanggotaan BPK dilakukan oleh Ketua MA BPK DENGAN DPD Hasil pemeriksaan BPK tentang keunagan negara diserahkan kepada DPD. MAHKAMAH AGUNG DENGAN MAHKAMAH KONSTITUSI MA mengajukan tiga orang calon anggota Hakim Konstitusi untuk ditetapkan oleh presiden MK memberitahukan kepada MA adanya permohonan pengujian Undang-Undang dalam jangka waktu paling lambat tujuh hari kerja sejak permohonan dicatat dalam buku Registrasi Perkara Konsitusi Pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang yang sedang dilakukan MA wajib dihentikan bila undang-undang yang menjadi dasar pengujian itu sedang dalam proses pengujian oleh MK sampai ada putusan MK KEMENTERIAN, LPNK DAN LEMBAGA EKSTRA STRUKTURAL LAINNYA TATANAN ORGANISASI PEMERINTAHAN pemerintah pusat adalah presiden yang memegang kekuasaaan pemerintahan negara ri sebagaimana dimaksud uud 1945 pemerintahan dibentuk untuk melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia presiden sebagai kepala pemerintahan dibantu oleh wapres dan menteri negara

pelaksanaan kekuasaan pemerintahan diwujudkan dalam - fungsi pelayanan - fungsi pengaturan - fungsi pemberdayaan masyarakat tugas dan fungsi pemerintah pusat dilaksanakan juga oleh segenap aparatur pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah organisasi pemerintah pusat adalah: - kementrian negara - lpnk - sekneg - sekretariat lln - kejaksaan ri - perwakilan ri di ln - lembaga alat negara (tni-polri) disamping itu terdapat lembaga ekstra stuktural. yang berada diluar tatanan organisasi pemerintahan namun tugasnya membantu kelancaran tugas pemerintahan dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (komisi kepolisian nasional) KEMENTRIAN NEGARA Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pem-an. 1) Kedudukan Kementerian berkedudukan di Ibu Kota Negara RI. Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kpd Presiden. 2) Urusan Pemerintahan Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pem-an, terdiri atas: a) Urusan pem-an yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan dlm UUD Negara RI Thn 1945; b) Urusan pem-an yg ruang lingkupnya disebutkan dlm UUD Negara RI Thn 1945; dan c) Urusan pem-an dlm rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah. LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN LPNK DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PRESIDEN NO. 64 TAHUN 2005 a. KEDUDUKAN Merupakan Lembaga Pemerintah Pusat yang dibentuk untuk melaskanakan tugas pem-an tertentu dari Presiden b. SUSUNAN ORGANISASI 1) Kepala, yg jika dipandang perlu dpt dibantu oleh Wakil Kepala 2) Sekretariat Utama, sbg pelaksana fungsi staf/penunjang dan menggkoordinasikan prencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program administrasi dan sumber daya. Sekretariat Utama dipimpin oleh Sekretaris Utama 3) Deputi , sebagai Pelaskana fungsi lini dan membawahi direktorat dan/atau pusat. Istilah Direktorat digunakan sebagai nomenklatur unit yang menjalankan fungsi pembinaan, sedangkan istilah pusat digunakan untuk unit yang menjalankan fungsi pelaksanaan

4) Unit pengawasan dapat berbentuk Inspektorat Utama atau Inspektorat, bertugas untuk melaksanakan pengawasan LNPK TERDIRI DARI a. LEMBAGA Administrasi Negara (LAN) b. Arsip Nasional (ANRI) c. Badan Kepegawaian Nasional (BKN) d. Perpustakaan Nasional (Perpusnas) e. Badan Perencanaan Pembangunan nasional (Bappenas) f. Badan Pusat Statistik (BPS) g. Badan Standarisasi Nasional (BSN) h. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) i. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) j. Badan Intelijen Negara (BIN) k. Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG) l. Badan Koordinasi Keluarga Berancana (BKKBN) m. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) n. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL) o. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) p. Lembaga Ilmu dan Pengentahuan Indonesia (LIPI) q. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) r. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) s. Badan Pertanahan Nasional t. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) u. Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS) v. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) SEKREATRIAT NEGARA DAN SEKREATRIAT KABINET a. SEKRETARIAT NEGARA 1) KEDUDUKAN Sekretariat Negara merupakan lembaga pemerintahan yang dipimpin oleh Menteri Sekretaris Negara, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden 2) TUGAS Memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wapres dalam menyelenggarakan kekuasaan negara 3) FUNGSI Sekretariat Negara Menyelenggarakan fungsi : a) Pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wapres dalam pelaksanaan tugasnya menyelenggarakan kekuasaan negara b) Penyiapan naskah-naskah Presiden dan Wapres c) Koordinasi pemberian pelayanan kerumahtanggaan dan keprotokolan kepada Presiden dan Wapres d) Koordinasi pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Laut dan Udara e) Penyelenggaraan administrasi pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan/pangkat PNS di lingkungan Sekretariat Negara dan Pejabat negara f) Pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisis dalam rangka penyiapan izin prakarsa dan penyelesaian Rancangan Undang-Undang, Perpu dan Peraturan Pemerintah ; serta pemberian pertimbangan kepada Sekretaris Kabinet dalam penyusunan rancangan Perpres

g) Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Presiden dan Wapres ; serta yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan h) SUSUNAN ORGANISASI a) Rumah tangga Kepresidenan b) Sekretariat Wapres c) Sekretariat Militer d) Sekretariat Menteri Sekretaris Negara, yang bertugas membantu Menteri Sekretaris Negara dalam menyelenggarakan pemberian dukungan teknis dan administrasi di bidang perencanaan program, administrasi keuangan, perlengkapan, ketatausahaan, kerjasama teknik luar negeri dan administrasi umum lainnya di lingkungan sekretariat Negara e) Deputi Mentri Sekretaris Negara Bidang Dukungan Kebijakan f) Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang SDM g) Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Hubungan Kelembagaan h) Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Perundang-undangan Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Pengawasan j) Staf Ahli, yang bertugas membantu menteri Sekretaris Negara dalam melaksanakan pengkajian, penyampaian hasil analisis dan sasaran dalam bidang tertentu berdasarkan keahliannya, baik atas permintaan Menteri Sekretaris negara maupun atas prakarsa sendiri Secara struktural, Rumah tangga kepresidenan dan sekreatariat MIliter berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, sedangkan Sekretariat Wapres berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Wapres. Secara administrasi, baik rumah tangga kepresidenan, sekretariat militer maupun sekretariat Wapres , dikoordinasikan oleh menteri sekretaris Negara b. SEKRETARIAT KABINET 1) KEDUDUKAN Sekretariat kabinet adalah Lembaga pemerintah yang dipimpin oleh sekretaris kabinet, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden 2) TUGAS Memberikan dukungan teknis dan administrasi, serta analisis kepada Presiden dan Wapres dalam hal ; (1) penyelenggaraan kekuasaan pemerintah ; (2) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebjijakan dan program pemerintah ; (3) penyiapan rancangan Perpres, Keppres, dan instruksi Presiden (Inpres) ; (4) penyiapan penyelenggaraan sidang kabinet, serta (5) pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan dan kepangkatan PNS yang wewenangnya berada di tangan Presiden dan PNS di lingkungan Sekretariat kabinet. Dalam hal Presiden dibantu oleh staf khusus, Sekretaris Kabinet melakukan tugas koordinasi pelayanan administrasi yang diperlukan untuk mendukung kelancaran tugas sehari-hari Staf Khusus tersebut Untuk melaksanakan keseluruhan tugas diatas, sekretaris kabinet mendapat petunjuk dari presiden dan wakil presiden. 3) FUNGSI Sekretariat kabinet menyelenggarakan fungsi : a) Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang politik dan keamanan, perekonomian , serta kesejahteraan rakyat b) Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang hukum, serta pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisis dalam rangka penyiapan Rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres

c) Penyelenggaraan dan pengadministrasian sidang-sidang kabinet, rapat atau pertemuan dengan para menteri dan/atau pejabat negara setingkat menteri dan /atau panglima TNI dan/atau Kepala POLRI dan/atau Kepala LPND dan/atau Pejabat Pemerintah Daerah yang dimpimpin oleh Presiden dan/atau Wapres, pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan Pemerintah dan kepangkatan PNS yang kewenangannya berada di tangan presiden, serta pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan atau pangkat PNS di lingkungan Sekretariat Kabinet d) Pemantauan rapat-rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh para menteri koordinator. e) Pelskanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Presiden dan Wapres. 4) SUSUNAN ORGANISASI Sekretaris Kabinet, susunan organisasinya terdiri atas : a) Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Pemerintahan b) Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum c) Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Persidangan dan Dokumentasi d) Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Administrasi, yang bertugas membantu sekretaris kabinet dalam menyelenggarakan administrasi pengangkatan, pemindahan, pemberhentian dan pensiun dalam jabatan serta kepangkatan PNS dan Pejabat Negara lainnya yang kewenangannya berada di tangan Presiden atau Sekretaris Kabinet, dan administrasi keuangan, umum serta administrasi lainnya di lingkungan Sekretariat Kabinet e) Staf Ahli Sekretariat ini merupakan Aparatur Pemerintah Pusat yang ditugasi untuk membantu masing-masing lembaga negara yang bersangkutan dalam menjalankan tugas dan fungsinya . Sekretariat dimaksud terdiri atas : SEKRETARIAT LEMBAGA NEGARA a. Sekretariat Jendral Majelis Permusyawaratan Rakyat Berdasarkan UU no. 22 tahun 2003, untuk mendukung kelancaran pelaskanaan tugas MPR, dibentuk Sekretariat Jendral MPR, yang ditetapkan dengan Keppres dan personalnya terdiri atas PNS Sekretariat Jendral MPR dipimpin oleh seorang Sekretaris Jendral dan seorang Wakil Sekretaris Jendral yang diangkat dan diberhentikan dengan Keppres atas Usul pimpinan MPR. Sekretaris Jendral dan Wakil Sekretaris Jendral MPR adalah Jabatan Karier PNS b. Sekretariat Jendral Dewan Perwakilan Rakyat Berdasarkan UU no. 22 tahun 2003, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR, dibentuk sekretariat Jendral DPR, yang ditetapkan dengan Keppres dan pesonalnya terdiri atas PNS Sekretariat Jendral DPR dipimpin oleh seorang Sekretaris Jendral dan seorang Wakil Sekretaris Jendral yang diangkat dan diberhentikan dengan Keppres atas Usul pimpinan DPR. Sekretaris Jendral dan Wakil Sekretaris Jendral DPR adalah Jabatan Karier PNS c. Sekretariat Jendral Dewan Perwakilan Daerah Berdasarkan UU no. 22 tahun 2003, untuk mendukung kelancaran pelaskanaan tugas DPD, dibentuk Sekretariat Jendral DPD, yang ditetapkan dengan Keppres dan personalnya terdiri atas PNS Sekretariat Jendral DPD dipimpin oleh seorang Sekretaris Jendral dan seorang Wakil Sekretaris Jendral yang diangkat dan diberhentikan dengan Keppres atas Usul pimpinan MPR. Sekretaris Jendral dan Wakil Sekretaris Jendral DPD adalah jabatan Karier PNS. Selama sekretariat Jendral DPD ini belum terbentuk, untuk sementara tugasnya dilaksanakan oleh Sekretariat Jendral MPR

Sekretariat Jendral Badan Pemeriksa Keuangan Sekretariat ini adalah unsur pelaksana sebagian tugas dari fungsi BPK yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dewan (badan). Sekretariat jendral BEPEKA dipimpin oleh Sekretaris Jendral LEMBAGA PEMERINTAH LAINNYA 1. KEJAKSAAN Tatanan Oerganisasi bedasarkan UU no. 16 tahun 2004 a. KEDUDUKAN Lembaga Pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan b. TUGAS DAN WEWENANG 1) Pidana melakukan penuntutan Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memeproleh kekuatan hukum tetap Menjalankan pengawasan terhadap putusan hukum bersyarat 2) Susunan Kejaksaan Agung Kejaksaan Tinggi Kejaksaan Negeri 2. PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI Satu-satunya aparatur yang mewakili kepentingan negara secara keseluruhan di negara lain atau pada organisasi internasional terdiri dari a) Perwakilan Diplomatik 1. KBRI 2. PTRI (Perw. tetap RI pada PBB) Dipimpin duta besar luar biasa dan berkuasa penuh Bertanggung jawab kepada presiden selaku kepala negara melalui menlu Tugas 1) Melaksanakan Hubungan diplomatik 2) Melindungi setiap kepentingan negara dan WNI di negara itu b) Perwakilan Konsulat 1 ) KONJEN bertangungjawab kepada 2) KONSULAT Menlu melalui Dubes BIdang : Ekonomi-perdagangan-perhubungankebudayaan dan ilmu pengetahuan Mengeluarkan izin prinsip PMA untuk Menlu 3. TNI a. KEDUDUKAN TNI berkedudukan dibawah : 1) Kekuasaan Presiden, dalam hal pengerahan dan Penggunaan kekuatan militer Koordinasi Departemen Pertahanan, dalam hal ini kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan administrasi. Artinya ; segala sesuatu uang berkaitan dengan perencanaan strategis yang meliputi aspek pengelolaan pertahanan negara, kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi industri pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya dikoordinasikan oleh Departemen Pertahanan. Sedangkan pembinaan kekuatan TNI berkaitan dengan pendidikan, latihan, penyiapan

d.

kekuatan dan doktrin militer, diselenggarakan oleh Panglima TNI, dibantu para Kepala Staf Angkatan Darat, Laut dan Udara 2) Selain terdiri atas unsur dan badan sebagaimana dimaksud butir a), untuk Markas Besar TNI Angkatan Darat, Laut dan Udara terdiri pula atas komando utama pembinaan, yaitu kekuatan TNI yang memiliki fungsi pembinaan kekuatan matra yang berada di bawah Komando Kepala Staf Angkatan Darat, Laut dan Udara. TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan DPR. Sedangkan untuk tiap tiap Angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan yang berkedudukan di bawah serta bertanggung jawab kepada Panglima TNI. Kepala Staf dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Panglima TNI. 4. KEPOLISIAN NEGARA RI Tatanan keorganisasian POLRI diatur berdasarkan UU no. 2 tahun 2002 . Menurut Undang-Undang tersebut, POLRI merupakan alat negara yang berperan untuk menyelenggarakan fungsi kepolisian seabagai salah satu fungsi pemerintahan negara dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. a. KEDUDUKAN POLRI berkedudukan dibawah Presiden dan dipimpin leh Kapolri yang pelaksanaan tugasnya, baik di bidang fungsi kepolisan preventif maupun represif yustisial, bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi intervensi yang dapat berdampak negatif terhadap pemulihan profesi kepolisian b. TUGAS POKOK POLRI mempunyai tugas pokok untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang dalam pelaksanaannya harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan serta menjunjung tinggi HAM Dalam rangka melaksanakan tugas pokok diatas, POLRI bertugas : 1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan 2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan , ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan 3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat , kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan 4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional 5) Memlihara ketertiban dan menjamin keamanan umum 6) Memelihara koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik PNS dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa 7) Melakukan penyelelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. 8) Menyelenggarakan identitas kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan kepolisian 9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi HAM 10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan / atau pihak yang berwenang

11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian ; serta tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. c. WEWENANG POLRI secara umum berwenang untuk : 1) Menerima laporan dan/atau pengaduan 2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum. 3) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat 4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa 5) Mengeluarkan peraraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administrasi kepolisian 6) Melsakanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan 7) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian 8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang 9) Mencari keterangan barang bukti 10) Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal nasional 11) Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat 12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang, dan pelaksanaan Putusan Pengadilan, Kegiatan Instansi lain serta kegiatan masyarakat 13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. Disamping itu , sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya POLRI berwewenang untuk : 1) Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya. 2) Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor 3) Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor 4) Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik 5) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan senjata tajam 6) Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan 7) Memberikan petunjuk , mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian. 8) Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional 9) Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait 10) Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional 11) Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian Sedangkan dalam rangka menyelenggarakan tugasnya di bidang proses pidana, POLRI berwewenang untuk : 1) Melakukan penangkapan , penahanan, penggeledahan dan penyitaan 2) Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tampat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan 3) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan 4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri

5) Melalakukan pemeriksaan dan penyitaan surat 6) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka/saksi 7) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara 8) Mengadakan penghentian penyidikan 9) Menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut Umum 10) Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana 11) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada Penyidik PNS serta menerima hasil penyidikan tersebut untuk diserahkan kepada Penuntut Umum; dan 12) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Tindakan lain dimaksud adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat berikut : a) b) c) d) Tidak betentangan dengan aturan hukum Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan Harus patut, masuk akal, dan termasuk kedalam lingkungan jabatannya Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa e) Menghormati HAM LEMBAGA EKSTRA STRUKTURAL Dalam rangka revitalisasi tugas pemnerintahan. Presiden dapat membentuk lembaga yang tidak termasuk dalam struktur organisasi Pemerintah Pusat yang secara fungsional bersifat independen dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. Untuk menjaga kemandirian pelaskanaan tugas dan efektifitas pengawasannya, keanggotaan lembaga dimaksud mengakomodasi pada unsur-unsur lain di luar Aparatur Pemerintah, baik yang berasal dari kalangan masyarakat, swasta maupun akademisi. Nomenklatur yang digunakan untuk lembaga ini bervariatif diantaranya : dewan, komisi, badan, lembaga dan tim. Beberapa contoh Lembaga Ekstra Struktural diantaranya adalah ; Dewan Riset Nasional ; Komisi Kepolisian nasional; Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanggulangan Pengungsi 1. Komisi Hukum Nasional, 2. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, 3. Komisi Kejaksaan, 4. Komisi Kepolisian Nasional, 5. Komisi Nasional Anti kekerasan Terhadap Perempuan, 6. Komisi Nasional Hak Azasi Manusia, 7. Komisi Nasional Perlindungan Anak, 8. Komisi Ombudsman Nasional, 9. Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 10. Komisi Pemberantasan Korupsi, 11. Komisi Pemilihan Umum, 12. Komisi Yudisial 13. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi

PEMERINTAHAN DAERAH
Indonesia adalah negara republik berbentuk kesatuan (unitaris) yang berkedaulatan rakyat.

Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di Indonesia terdiri dari : - Sistem Pemerintahan Nasional - Subsistem Pemerintahan Propinsi - Sub-subsistem Pemerintahan Kabupaten/Kota - Sub-sub-subsistem Pemerintahan Desa. Pasal 18 UUD 1945 ayat (1) Amandemen IV : Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. SUSUNAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA MENURUT UU 32 TAHUN 2004

Perubahan arah kebijakan Pemerintah Pusat Dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah sangat tergantung pada perubahan sistem pemerintahan yang dituangkan dalam perubahan konstitusi.Rencana Revisi UU No. 32/2004

# UUD 1945 telah mengalami amandemen empat kali, dan masih terbuka untuk diamandemen kembali karena adanya berbagai pasal yang tidak sinkron. Misaltentang Pemilihan Kepala Daerah. OTONOMI DAERAH DAN DAERAH OTONOM (UU 32/2004) Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Konsekuensi adanya desentralisasi Asas Penyelenggaraan Pemerintahan (Desentralisasi Versi Indonesia) 1. Asas Desentralisasi Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Asas Dekonsentrasi

Dekonsentrasi (deconcentration) pada hakekatnya hanya merupakan pembagian kewenangan dan tanggung jawab administratif antara departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan. 3. Asas Tugas Pembantuan (Medebewind) 4. Tugas pembantuan/medebewind sebagai pemberian kemungkinan kepada pemerintah/pemerintah daerah yang tingkatannya lebih atas untuk meminta bantuan kepada pemerintah daerah yang lebih rendah tingkatannya agar menyelenggarakan tugas atau urusan rumah tangga (Koesoemahatmadja dalam Koswara, 1999) Fungsi utama Pemerintah Daerah yang semula Sebagai Promotor Pembangunan berubah menjadi Pelayan Masyarakat Perlu mendayagunakan secara optimal unit-unit Pemerintahan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, seperti : Dinas Daerah Kecamatan & Kelurahan # Kecamatan bukan lagi merupakan wilayah administrasi Pemerintahan, melainkan sebagai lingkungan kerja, dengan konsekuensi Camat bukan lagi sebagai Kepala Wilayah Administrasi, melainkan sebagai Perangkat Daerah. Unsur Perbandingan UU No. 5/1974 Kedudukan Kecamatan Kedudukan Camat UU No. 22/1999

Wilayah AdministrasiLingkungan Kerja Perangkat Daerah Pemerintahan Kepala Wilayah Perangkat Daerah

Kewenangan Camat Bersifat Atributif (Psl 80 & 81)

Bersifat Delegatif (Psl 66 (4))

Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi : a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; b. mengordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. (tugas mengkordinasikan dan membina merupakan indirect service, sedangkan tugas terakhir merupakan direct service). Pasal 15 ayat 2 Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek :

a. perizinan; b. rekomendasi; c. koordinasi; d. pembinaan; e. pengawasan; f. fasilitasi; g. penetapan; h. penyelenggaraan; dan i. kewenangan lain yang dilimpahkan. (kaitan dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan)

HUBUNGAN PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH


A. Hubungan Kewenangan Setiap UU disusun dengan berdasarkan filosofi dan paradigma tertentu.Demikian pula dengan UU yang mengatur tentang desentralisasi di Indonesia. UU Nomor 5 Tahun 1974 menggunakan paradigma penyerahan urusan pemerintahan. UU Nomor 22 Tahun 1999 menggunakan paradigma penyerahan wewenang pemerintahan. UU Nomor 32 Tahun 2004 menggunakan paradigma pembagian dan penyerahan urusan pemerintahan. B. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemda berdasarkan UU Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan / atau hibah kepada Pemda atau sebaliknya; Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman yang berasal dari pemerintah/ lembaga asing kepada pemerintah/perusahaan daerah melalui penerusan pinjaman Ruang lingkup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dana desentralisasi dana dekonsentrasi dana tugas pembantuan C. Hubungan Perencanaan Perencanaan dan pengendalian pembangunan; merupakan urusan wajib bagi pemerintahan daerah propinsi dan kabupaten/kota. Karena urusannya bersifat konkuren, maka dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah mutlak diperlukan kerjasama dan saling pengertian antarsusunan pemerintahan. Obyek dan subyek perencanaan pembangunan antarsusunan pemerintahan bersifat tumpang tindih. Terdapat hubungan dalam bidang keuangan, pelayanan umum serta pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya sehingga mutlak diperlukan perencanaan bersama. UU NOMOR 25 TAHUN PEMBANGUNAN NASIONAL 2004TENTANG SISTEM PERENCANAAN

Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Perencanaan pembangunan Nasional dalam bentuk : a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); 20 tahun b) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); 5 tahunan c) Rencana Pembangunan Tahunan (RPT). PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional. RPJM Daerah memuat : - arah kebijakan keuangan Daerah - strategi pembangunan Daerah; - Kebijakan Umum; - Program Satuan Kerja Perangkat Daerah; - Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah; - Program kewilayahan serta rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif

KEDUDUKAN PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN INDONESIA

DESA

DALAM

SISTEM

Kekuatan rantai besi berada pada mata rantai yang terlemah. Jika mengibaratkan sistem pemerintahan nasional sebagai rangkaian mata rantai sistem pemerintahan mulai dari Pusat, Daerah, dan Desa, maka Desa merupakan mata rantai yang terlemah. Hampir segala aspek menunjukkan betapa lemahnya kedudukan dan keberadaan desa dalam konstalasi pemerintahan. Padahal Desa-lah yang menjadi pertautan terakhir dengan masyarakat yang akan membawa ke tujuan akhir yang telah digariskan sebagai cita-cita bersama. Klasifikasi Desa Berdasarkan pengaruh sejarah pemerintahan adat dan modernisasi birokrasi, maka desa-desa di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi : 1. Tipe self-governing community, atau biasa disebut sebagai Desa Adat sebagai bentuk desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep Otonomi Asli sebenarnya berasal dari pengertian desa adat ini. Desa Adat mengatur dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa campur tangan negara. Salah satu contoh tipe desa ini yang masih tersisa adalah Desa Pakraman di Bali. 2. Tipe Local-state government, identik dengan Desa Administratif sebagai satuan wilayah administratif yang berposisi sebagai kepanjangan negara dan hanya menjalankan tugas-tugas administratif yang berikan oleh negara. Desa administratif secara substansial tidak memiliki otonomi dan demokrasi. Kelurahan yang berada diperkotaan adalah contoh bentuk desa administratif. 3. Tipe Local-self Government. Tipe ini dulu disebut sebagai Desapraja dan dapat juga disebut sebagai Desa Otonom, Bentuk desa ini seperti halnya posisi dan bentuk Daerah Otonom di Indonesia. Secara konseptual tipe ini didasarkan atas asas desentralisasi sehingga memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

DESA Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang utk mengatur dan mengurus kepentingan masy setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI. SUSUNAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA MENURUT UU 32 TAHUN 2004 UU No. 32 Tahun 2004 Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

SUSUNAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA MENURUT UU 22 TAHUN 1999 UU No. 22 Tahun 1999 Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

SUSUNAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA MENURUT UU 5 TAHUN 1979 UU No. 5 Tahun 1979 Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung di bawah camat dan berhak menye-lenggarakan rumah tangganya sendiri dalam Ikatan NKRI.

KEBIJAKAN POLITIS PENGEMBANGAN DESA DI INDONESIA 1. Mengingat masalah yang dihadapi oleh Desa bersifat struktural, maka cara mengatasinya harus didasarkan pada kebijakan politik yang strategis dan bersinambungan serta tidak bersifat tambal sulam. 2. Strategi jangka panjang yang perlu diambil adalah menetapkan secara tegas kedudukan organisasional pemerintah desa. Secara politis hal ini sudah mulai nampak dalam TAP MPR RI No.IV/MPR/2000 yang berbeda dengan isi pasal 18B ayat (2) UUD 1945. Isi pasal ini yaitu sbb : Negara MENGAKUI dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU. Pada Tap MPR Nomor IV/MPR/2000 rekomendasi nomor 7 dikemukakan mengenai kemungkinan adanya otonomi bertingkat propinsi, kabupaten/kota serta desa. Kebijakan politik tersebut perlu ditindaklanjuti dengan peraturan perundangundangan tentang pemerintahan daerah dan desa. Isinya yaitu sbb : Sejalan dengan semangat desentralisasi, demokrasi, dan kesetaraan hubungan pusat dan daerah diperlukan upaya perintisan awal untuk melakukan revisi yang bersifat mendasar terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Revisi dimaksud dilakukan sebagai upaya penyesuaian terhadap Pasal 18 UUD 1945, termasuk PEMBERIAN otonomi bertingkat terhadap Propinsi, Kabupaten/Kota serta Desa/Nagari/Marga, dan sebagainya.

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG DESA ANTARA UUD 1945 (Amandemen) Dengan TAP MPR NO IV/MPR/2000 REKOMENDASI NOMOR 7
ASPEK YANG UUD 1945 DIBANDINGKA N Filosofi otonominya Sifat otonominya Bentuk kelembagaannya Pengakuan Tradisional Self community Arah TAP IV/MPR/2000 Pemberian Rasional governingSelf local (lembaga(Lembaga government pemerintah MPR NO

kemasyarakatan) Status kepegawaiannya Sumber keuangannya Bukan PNS

daerah skala lokal) PNS dari APBN dan

Pungutan dan Bantuan Bagian APBD

Hak memungut Tidak ada pajak dan retribusi atas nama Desa

Ada sesuai peraturan perundang-undangan

PENGATURAN TEKNIS TENTANG DESA Meskipun secara konstitusional disebutkan bahwa otonomi desa bersifat pengakuan, tetapi dalam kenyataannya sudah sejak dahulu pemerintah pusat melakukan intervensi kebijakan yang intens terhadap kehidupan desa. Pada masa orde lama bahkan telah ditetapkan UU Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desapraja, yang intinya menjadikan Desa sebagai daerah otonom tingkat III. Tetapi UU tersebut begitu lahir kemudian mati dan tidak sempat dilaksanakan karena ada pergantian rejim pemerintahan. Pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974, juga telah dibuat UU khusus tentang Desa yakni UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Pada masa UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah pula dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. Selanjutnya pada masa UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah dikeluarkan PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang diikuti dengan serangkaian Peraturan Menteri dalam Negeri. PP Nomor 72 Tahun 2005 memerintahkan kabupaten/kota membuat berbagai peraturan daerah untuk menindaklanjuti kebijakan umum yang diatur di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 72 Tahun 2005, disesuaikan dengan keadaan desa atau nama lain yang sejenis pada masingmasing kabupaten/kota. PENGATURAN TENTANG SUMBER KEUANGAN Dalam kedudukan organisasi yang ambivalen, Desa hanya memiliki sumber-sumber keuangan tradisional yang diatur berdasarkan hukum adat setempat dan dipelihara secara turun temurun. Seiring dengan perkembangan jaman, ikatan hukum adatnya semakin memudar, sehingga ikatan-ikatan sosial masyarakat desa digantikan oleh ikatan-ikatan ekonomi. Penghargaan sosial kepada pejabat desa sudah tidak memiliki makna yang tinggi, sehingga secara bertahap digantikan oleh penghargaan ekonomi berupa uang, yang pada gilirannya banyak desa yang mengalami kekurangan sumber keuangan desa. Untuk mengatasinya, pemerintah supradesa memberikan BANTUAN KEUANGAN. (lihat UU Nomor 22 Tahun 1999). Karena bentuknya bantuan, maka jumlahnya tergantung pada pihak yang memberi. Pengalaman empiris yang ada menunjukkan bahwa banyak desa di berbagai kabupaten tidak menerima bantuan keuangan, atau hanya menerima bantuan sekadarnya. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005, sumber-sumber pendapatan desa terdiri dari :

a. pendapatan asli desa; b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/kota. c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota. d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga. (Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004). Kepada desa diberikan ADD (Alokasi Dana Desa) yang mirip seperti dana perimbangan keuangan antara pemerintah dengan daerah otonom sebagaimana diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. ADD diatur dalam Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, khususnya Pasal 68 ayat (1). Pengelolaan keuangan desa dituangkan dalam APBDes (Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa), yang diatur mirip seperti APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, termasuk kewajiban diaudit oleh akuntan negara yang ditunjuk. Dalam hal keuangan memang ada ambivalensi, pada satu sisi Pemerintah desa tidak secara resmi disebut sebagai lembaga pemerintah, tetapi pengelolaan keuangannya menggunakan sistem yang sama dengan pengelolaan keuangan lembaga pemerintah yang resmi. SEKRETARIS DESA 1. Dari berbagai peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah yang telah ada di Indonesia, UU Nomor 32 Tahun 2004 memiliki kekhususan pengaturan tentang Sekretaris Desa. 2. Pada pasal 202 ayat (3) dikemukakan bahwa : Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. 3. Pada penjelasan pasal 202 ayat (3) UU tsb dikemukakan bahwa : Sekretaris Desa yang ada selama ini yang bukan PNS secara bertahap diangkat menjadi PNS sesuai peraturan perundang-undangan. (Diatur lebih lanjut dengan PP Nomor 45 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi PNS, juncto Permendagri Nomor 50 Tahun 2007. Pengisian jabatan Sekretaris Desa oleh PNS dilatarbelakangi oleh adanya Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah, khususnya rekomendasi Nomor 7, yang bermaksud mengubah otonomi desa dari PENGAKUAN menjadi PEMBERIAN. Untuk mempersiapkan otonomi pemberian dari pemerintah pusat tersebut, maka organisasi pemerintah desa harus diperkuat terlebih dahulu. Kelemahan utama organisasi pemerintah desa saat ini adalah status kepegawaian para perangkatnya yang tidak jelas. Tetapi apabila seluruh perangkat Desa diangkat menjadi PNS, sudah pasti memberatkan keuangan negara. Oleh karena itu, yang diangkat PNS hanya Sekretaris Desa, dengan alasan Sekretaris Desa menjadi otaknya proses manajemen dan administrasi di kantor pemerintah desa. Melalui pengangkatan Sekdes sebagai PNS dimulai proses modernisasi organisasi pemerintah desa, sampai pada kondisi siap untuk menerima pemberian otonomi dari pemerintah pusat.

# Kelebihan dan Kelemahan Pengisian Sekdes oleh PNS A. Kelebihan a. Sekdes memiliki kepastian kedudukan kepegawaian, penghasilan serta karier, sehingga dapat memberikan motivasi utk berprestasi. b. Adanya aktor penggerak perubahan di bidang manajemen dan administrasi pemerintahan untuk tingkat desa. c. Adanya aktor penghubung yang dapat menjadi perantara kebijakan perubahan yang datang dari pemerintah supradesa. B. Kelemahan : a. Menimbulkan kecemburuan bagi Kades dan perangkat desa lainnya, terutama pada desa-desa yang tidak memiliki sumber keuangan yang cukup untuk memberi imbalan bagi perangkat desanya. Kecemburuan ini dapat menimbulkan suasana kerja yang kontraproduktif. b. Rawan manipulasi dalam proses pengisian jabatan Sekdes, sehingga dapat menimbulkan konflik. c. Intervensi pemerintah supradesa terhadap desa menjadi lebih besar melalui tangan-tangan Sekdes. d. Terbuka peluang terjadinya konflik antara Kepala Desa dengan Sekdes dalam hal hubungan kerja, apabila tatakerjanya tidak diatur dengan rinci dan dilaksanakan secara konsisten, karena adanya duplikasi komando terhadap Sekdes. e. Menimbulkan beban pada keuangan negara, karena akan mendorong tuntutan pengangkatan PNS bagi perangkat desa lainnya. URUSAN PEMERINTAHAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DESA * UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005 mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun 2005 disebutkan bahwa: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa mencakup : a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/ kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangundangan diserahkan kepada Desa. Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya Pemerintah telah melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c). Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA, bukan desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugas pembantuan. ( PAKAI ASAS YANG BUKANBUKAN). Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah Otonom karena dapat MENERIMA tugas pembantuan dari pemerintah supradesa. Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu menimbulkan kerancuan dalam sistem dalam implementasi pemerintah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota

melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negara unitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat baik kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasi nonpemerintah maupun organisasi semi otonom. Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu, Desa telah dianggap sebagai daerah otonom. KEDUDUKAN PERATURAN DESA DALAM TATA URUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Secara umum dapat dikatakan bahwa ISI OTONOMI mencakup pada empat hal yakni : a. Hak untuk memilih pemimpinnya sendiri secara bebas; b. Hak untuk memiliki dan mengelola kekayaannya sendiri secara bebas; c. Hak untuk membuat aturan hukumnya sendiri secara bebas; d. Penggunaan hak kepegawaiannya sendiri secara bebas. Kebebasan menggunakan hak tidak bersifat mutlak, melainkan dibatasi oleh : a. Peraturan Per-UU-an yang lebih tinggi tingkatannya; b. Asas Kepatutan; c. Asas Kepentingan Umum (SALUS POPULIS SUPREMA LEX)

You might also like