You are on page 1of 22

Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Membina Perilaku Siswa SMA Negeri 4 Pangkalpinang

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk dapat dilanjutkan menjadi Skripsi Oleh : NURVIYANTI CHOLID 0721022 Jurusan : Dakwah Program Studi : Bimbingan dan Penyuluhan Islam

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG 2010/2011

A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang demikian cepat menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti sosial, budaya, politik, ekonomi dan industri. Di satu sisi perkembangan IPTEK juga berdampak pada berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan pekerjaan tertentu. Disisi lain perkembangan IPTEK akan membawa dampak pada timbulnya masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran dan lain sebagainya. Seiring dengan hal tersebut , lajunya pertumbuhan penduduk juga semakin menambah kompleksnya masalah. 1 Kondisi-kondisi seperti diatas berdampak pula pada kehidupan individu baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Individu dihadapkan pada situasi yang penuh dengan perubahan-perubahan yang begitu cepat dan kompleks. Berbagai persoalan yang dihadapi individu seiring dengan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan itu antara lain : jenis dan pola kehidupan, hubungan sosial antara individu , kesempatan memperoleh pendidikan, kesempatan memperoleh pekerjaan, persaingan antara individu, dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, individu dituntut untuk mampu menghadapi berbagai masalah seperti kemampuan

menyesuaikan diri , perencanaan, masalah hubungan sosial,keluarga, masalahmasalah pribadi dan lain sebagainya. Tidak semua individu mampu mengatasi masalahnya sendiri. Berbagai problem yang amat kompleks sebagai akibat dari perkembangan IPTEK , juga berpengaruh dalam dunia pendidikan , khususnya dalam lingkup sekolah. lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah ( berbasis integrasi ), ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hal: 3

seperti yang dikemukakan diatas, dan memiliki tanggung jawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat, .2 Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler dan bidang pembinaan siswa ( bimbingan dan konseling ). Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan p engajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual.3 Ketiga bidang utama pendidikan tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Bidang Administratif dan kepemimpinan Bidang ini menyangkut kegiatan pengolaan program secara efisien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinan ( kepala sekolah dan staf administrasi lainnya ) yang terkait dengan kegiatan perencanaan, organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas , pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana, supervisi dan evaluasi program. b. Bidang Instruksional dan Kurikuler Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru. c. Bidang pembinaan siswa ( bimbingan dan konseling ) Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui
Ibid, hal.4 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006), hal. 4
3 2

interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor. Bidang yang ketiga ini lah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait dengan hal-hal yang menyangkut bimbingan dan konseling di sekolah khususnya pada anak usia remaja setingkat SMA. Sebagaimana lumrahnya yang terjadi bahwa masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Seperti kila lihat anak -anak setingkat SMA, tubuhnya kelihatan sudah dewasa, akan tetapi bila dilakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Hal-hal yang tampak pada diri seorang remaja diantaranya : a. Kegelisahan : keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi b. Pertentangan : pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka maupun orang lain. c. Berkeinginan diketahuinya. d. Keinginian menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas , misalnya melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, pencinta alam dan lain-lain. e. Menghayal dan berfantasi f. Aktivitas berkelompok 4 besar untuk mencoba segala hal yang belum

Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:Rineka Cipta,1995), hal.68

Selama masa remaja banyak masalah yang diihadapi karena remaja itu berusaha menemukan jati dirinya. Usaha penemuan jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan , agar ia dapat mengaktualisasi diri secara baik dan menghadapi remaja bukanlah hal yang mudah, ada lima aturan yang membantu remaja dalam menghadapi masalah mereka. Yang pertama adalah kepercayaan, yaitu harus saling percaya dengan para remaja yang kita hadapi. Tanpa itu jangan diharap ada komunikasi dengan mereka. Yang kedua, adalah murni, tidak purapura. Ketiga adalah empati yaitu kemampuan untuk ikut merasakan perasaan-perasaan remaja. Keempat adalah kejujuran.5 permasalahan yang dialami siswa usia remaja disekolah sering kali tidak dapat dihindari , meski dengan pengajaran baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak diluar sekolah. Dalam kaitan itu , permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya. Dalam proses pendidikan disekolah, siswa merupakan pribadi - pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan , siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lainnya . selain itu siswa sebagai pelajar , senantiasa terjadi perubahan perilaku sebagai akibat proses belajar yang telah dilakukan oleh siswa . beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari siswa dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis pula. Masalah-masalah psikologis yang timbul pada siswa
5

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1988),hal.69

menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis antara lain melalui Bimbingan dan konseling. Siswa yang sedang dibimbing merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kedewasaan . agar tercapai perkembangan yang optimal memerlukan asuhan yang terarah . bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh penyesuaian diri dengan tingkat perkembangannya. Dalam konsepsi tentang tugas-tugas perkembangan dijelaskan bahwa setiap periode tertentu perkembangan siswa terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus diselesaikan . berhasil tidaknya individu menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan berikutnya. Melalui layanan bimbingan dan konseling , siswa dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Masalah perbedaan individu juga bisa jadi permasalahan bagi siswa maupun lingkungannya. Tidak ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribadinya. Individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya. Disekolah, masalah perbedaan siswa tampak dengan jelas seperti adanya siswa yang cerdas , cepat, dan lambat dalam belajar, berbakat, kreatif dan lain sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi dalam pelayanan pendidikan kepada para siswa , terutama yang menyangkut metode, media, evaluasi, dan lain sebagainya. Selain berbeda dalam hal perkembangannya , siswa disekolah juga berbeda dalam kebutuhannya. Tingkah laku individu berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhannya . artinya dalam rangka memenuhi kebutuhan , akan muncul perilaku tertentu dari individu . apabila individu mampu memenuhi kebutuhannya ia akan merasa puas , sebaliknya apabila ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

Disinilah dirasakan perlunya pelayanan Bimbingan dan Konseling disamping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, Bimbingan dan Konseling disekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka. Peserta didik hendaknya dibantu agar apa yang mereka dapat menjadi bekal guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapainya. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah khususnya di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an. Mulai tahun 1975 pelayanan bimbingan dan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah , yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada kurikulum 1975 yang berlaku disekolah sekolah seluruh indonesia, pada jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Pada kurikulum 1984 keberadaan bimbingan dan konseling lebih dimantapkan lagi. 6 Surat keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara , Nomor 026 Tahun 1989 menyebutkan secara eksplisit pekerjaan bimbingan dan koanseling dan pekerjaan mengajar yang satu sama lain brekedudukan seimbang dan sejajar. Dalam SK tersebut disebutkan bahwa seorang guru disekolah dapat mengerjakan kegiatan mengajar atau kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan pelayanaan bimbingan dan penyuluhan disekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No 28 tahun 1990 ( tentang pendidikan dasar ) dan No. 29 tahun 1990 ( tentang pendidikan menengah ). Dalam ke dua peraturan pemerintah itu disebutkan dalam Bab X , bahwa : 1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi , mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan

Prayitno dan Erman Amti ,Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,(Jakarta:Rineka Cipta, 1994), hal.29

2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Peraturan perundangan tersebut diatas memberikan legalisasi yang cukup mantap tentang keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.7 kemunculan bimbingan dan konseling di sekolah tidak serta merta langsung ada, tapi mengalami proses yang panjang dan bertahap yang dimulai dari sebelum kemerdekaan, dekade 40-an, dekade 50-an, dekade 60-an, dekade 70-an, dan dekade 80-an. Masing-masing dekade tersebut mempunyai karakter tertentu sesuai dengan situasi dan keadaan pada masing-masing dekade. a. Sebelum kemerdekaan Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah. Para siswa dididik untuk mengabdi untuk kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini upaya bimbingannya diarahkan untuk menghasilakan manusia pengabdi penjajah. Namun rakyat Indonesia yang cinta akan nasionalisme berusaha untuk

memperjuangkan kemandirian bangsa lewat Taman Siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang dengan gigih menanamkan nasionalisme dikalangan para siswanya. Beliau membantu siswa untuk mandiri melalui prinsip keteladanan, motivasi dan bimbingan. b. Dekade 40-an : Perjuangan Dekade 40-an bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah yang amat penting, karena pada masa ini lah rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Dalam bidang pendidikan pada dekade ini banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan . masalah kebodohan dan keterbelakangan

Ibid,hal.31

merupakan masalah besar dan tantangan yang paling besar bagi pendidikan saat itu. Tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinnya sebagai bangsa yang merdeka sesuai dengan jiwa pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, hal ini pulalah yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu. c. Dekade 50-an : Perjuangan Menjelang dekade 50-an pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia tercapai, namun Indonesia masih harus menghadapi tantangan yang sangat besar yaitu menstabilkan beberapa aspek kehidupan. Termasuk dalam bidang pendidikan yaitu bagaimana memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Upaya yang diusahakan dalam dekade ini diantaranya adalah pembenahan sistem pendidikan dan persekolahan. Hal-hal yang berbau penjajahan mulai dikikis perlahanlahan dan diganti dengan yang lebih berbau Indonesia. Kegiatan bimbingan pada dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan melalui upaya membantu siswa dalam mencapai prestasi yang dilakukan oleh pihak guru. Tidak itu saja, karena pada saat itu banyak orang tua yan g enggan menyekolahkan anaknya dan putus sekolah terkait dengan kehidupan sosial ekonomi yang masih dipengaruhi oleh kehidupan kolonial, menantang para guru untuk mengajak dan meyakinkan orang tua dan anak akan pentingnya pendidikan atau bersekolah. Pendekatan bimbingan sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. d. Dekade 60-an : Perintisan Pada dekade ini situasi politik kurang begitu menguntungkan dengan klimaksnya pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965. Akan tetapi dalam dekade ini juga lahir orde baru pada tahun 1966 yang kemudian meluruskan dan menegakkan serta sudah mulai

mantap dalam merintis ke arah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional, lahirnya kurikulum SMA Gaya Baru 1964 dengan keharusan pelaksanaan bimbingan dan konseling juga lahirnya jurusan Bimbingan dan Konseling di IKIP tahun 1963. e. Dekade 70-an: Penataan Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade 70-an melalui penataan legalitas sistem, konsep dan pelaksanaannya. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa , mengapa, bimbingan dan konseling. f. Dekade 80-an : Pemantapan Setelah melalui penataa dalam dekade 70-an , maka dalam dekade 80-an ini bimbingan diupayakan agar mantap . pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal, pemantapan organisasi, pengembangan konsepkonsep bimbingan yang berorientasi Indonesia dan sebagainya. 8 bagaimana dan dimana

Adapun tujuan pokok bimbinga dan konseling di sekolah seperti dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 diantaranya adalah membantu siswa menemukan kepribadiannya , mengenal lingkungan , dan merencanakan masa depannya secara lebih baik, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi Agar siswa mengenal kemampuan dan kekurangan dirinya sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis, sebagai modal pengembangan lebih lanjut. b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2008), hal,27

Agar siswa mengenal secara obyektif lingkungan, baik lingkungan sosial dan ekonomi , lingkungan budaya yang sarat dengan nilai-nilai dan norma. Pengenalan lingkungan meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan alam dan masyarakat sekitar, serta lingkungan yang lebih luas, yang semua itu diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian peserta siswa dengan lingkungan itu, serta dapat memanfaatkannya untuk pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan. c. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan Dimaksudkan agar siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri , baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya dan kemasyarakatan. 9 Setelah pemaparan sederhana tentang problematika siswa di sekolah, hal tersebut menuntut peran serta guru bimbingan konseling dalam menangani dan sekaligus membina siswa siswa yang bersangkutan agar dapat melewati permasalahan yang dihadapai dalam melewati masa perkembangannya yang rawan dengan goncangan. Namun selain memperhatikan permasalahan yang ada pada siswa -siswa bermasalah , siswa-siswa yang tidak bermasalah pun tidak boleh diabaikan begitu saja, tapi perlu mendapatkan pelayanan konseling yang berpotensi untuk dikembangkan. Suatu persoalan yang sangat urgen mengenai orientasi bimbingan dan konseling pada sekolah-sekolah selama ini, sebagaimana dinyatakan oleh Sofyan S. Willis berikut, orientasi bimbingan dan konseling selama ini bersifat klinis , artinya memperhatikan para siswa yang bermasalah dan mengabaikan yang tidak bermasalah. Buruknya layanan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah bukan rahasia lagi. Kutipan diatas adalah sindiran ringan buat para guru bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah, yang mana peran mereka sebagai guru bimbingan dan koseling di
9

Abdul Choliq Dahlan, Bimbingan dan Konseling Islami,(yogyakarta:Pura Pustaka, 2009) , hal. 32

sekolah hanya sebatas dokter jiwa yang mengatasi permasalahan-permasalahn siswa namun kurang dalam menjamah siswa yang tidak bermasalah di sekolah terkait mengenai perkembangannya.sedangkan salah satu tujuan dari bimbingan dan konseling disekolah adalah membantu mengembangkan perilaku perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungan. Tujuan tersebut belum sepenuhnya diterapkan dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 4 Pangkalpinang. Guru bimbingan dan konseling pada sekolah tersebut lebih terfokus pada pemecahan masalah siswa siswa yang bermasalah seperti bolos, tdak masuk i kelas tanpa berita, menyambung rambut, dan perbuatan-perbuatan negatif lainnya. Tapi dibalik kekurangan yang ada dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut, ada program tahunan yang menarik dan penulis juga berpartisipasi didalamnya yaitu living question yaitu membentuk kecerdasan dalam memaknai hidup pada diri siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut maka disini penulis akan mempelajari dan meneliti tentang peran guru bimbingan dan konseling dalam membina perilaku siswa di SMA Negeri 4 Pangkalpinang.

B. Batasan Masalah Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka perlu penulis batasi agar permasalahannya tidak melebar kemana mana hingga jauh dari substansi yang diinginkan dan terarah yaitu tentang bimbingan dan koseling dalam membina perilaku siswa yang ada di SMA Negeri 4 Pangkalpangkal.

C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana konsep Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 4 Pangkalpinang ? 2. Seperti apa peran guru bimbingan dan konseling dalam Membina Perilaku Siswa SMA Negeri 4 PangkalPinang ?

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah yang kemudian meningkatkan daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui penelitian. Selain itu juga sebagai alat belajar untuk mengintegrasikan bidang-bidang stadi yang diperoleh selama perkuliahan yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti. 10 Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui konsep bimbingan dan konseling di SMA Negei 4 Pangkalpinang. 2. Untuk mengetahui bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam membina perilaku siswa di SMA Negeri 4 Pangkalpinang.

E. Kegunaan Penelitian a. Secara praktis penelitian ini berguna untuk guru Ilmu bimbingan dan konseling dalam membinaan perilaku siswa. b. Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif bagi kalangan keilmuan yang membutuhkan dan bisa juga sebagai referensi bagi penelitian yang berikutnya

10

Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan,,(Malang:Bumi Aksara),hal. 9

F. Tela`ah Pustaka Telaah pustaka atau tinjauan pustaka merupakan uraian tentang hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang sedang direncanakan11. Beberapa hasil penelitian yang dapat diakses penulis yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti antara lain buku yang berjudul Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah oleh Tohirin tahun 2007 yang membahas bahwa dunia pendidikan tampaknya belum sepenuhnya mampu menjawab berbagai persoalan akibat perkembangan IPTEK, indikasinya adalah munculnya berbagai penyimpangan perilaku dikalangan peserta didik yang seyogianya tidak dilakukan oleh seorang atau orang-orang yang disebut terdidik. Selain itu potensi siswa sebagai individu sepertti bakat, minat, cita-cita dan lain sebagainya juga belum terkembangkan dan tersalurkan secara optimal melalui proses pendidikan dan pembelajaran di kelas . Dalam buku yang berjudul Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling yang ditulis Dr. Achmad Juntika Nurihsan , M.Pd, dijelaskan srategi-strategi , jenis-jenis layanan, manajemen bimbingan dan konseling serta penggungaan teknologi dal m a bimbingan dan konseling.12 Kemudian , ulasan tentang bimbingan dan konseling yang ditulis oleh Gerlald Corey dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh E, Koswara terbitan Refika Bandung tahun 2003 . berjudul Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Mengulas tentang teori-teori dan para pakar tentang konseling , juga bagaimana pelaksanaan psikoterapi yang harus dilakukan oleh seorang konselor kepada kliennya, serta pemberian contoh-contoh kasusnya. Konseling dan psikoterapi yang dimaksud
11 12

Zulkifli, Metodelogi Penelitian Suatu Pengantar, ( STAIN SAS: Siddiq Press, 2007) hal. 113 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, ( Bandung: Refika Aditama, 2005)

dalam buku tersebut berlaku secara umum, tidak terbatas pada dunia pendidikan semata. 13 Kemudian oleh Bimo Walgito yang berjudul Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling yang membahas tentang peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi permasalahan siswa disekolah. Baik itu yang berhubungan dengan : a. pribadinya ,misalnya persoalan yang berhubungan dengan konflik pribadi, gangguan emosi, seks dan lain sebagainya. b. Lapangan social ajustmentnya misalnya kesukaran dalam mengadakan hubungan dengan teman, anak terisolasi, canggung dalam pergaulan, dan sebagainya. Senada dengan pembahasan diatas, Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling oleh departemen Pendidikan Nasional tahun 2004, yang membahas tentang pentingnya usaha pelayanan bimbingan dan konseling

dilaksanakan secara optimal agar perkembangan peserta didik dapat memenuhi tuntutan tujuan pendidikan. Ditemukan juga dalam buku yang berjudul Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling yang ditulis oleh Prof. DR. H. Prayitno dan Drs. Erman Amti terbitan Rineka Cipta Jakarta yang membahas tentang landasan-landasan bimbingan dan konseling , orientasi dan ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling dan juga membahas tentang bimbingan dan konseling sebagai profesi. Dalam buku Bimbingan dan Konseling yang ditulis oleh Dewa Ketut Sukardi dan Desak.P.E Nila Kusmawati yang membahas tentang Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah yang meliputi penyusunan program, pelayanan pelaksanaan,

13

E.Koswara, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung:refika, 2003)

penyelenggaraan

evaluasi

pelaksanaan

bimbingan

dan

konseling

serta

penyelenggaraan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling.14 Untuk dapat melihat kinerja bimbingan dan konseling pada sekolah, dapat ditemukan dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Bimbingan dan Penyuluhan terhadap prinsip belajar siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nurul Ikhsan Baturusa Bangka. Skripsi ini ditulis Azizah, Nim: 8601028, Jurusan:PAI, angkatan 1992 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Yayasan Perguruan Tinggi Islam Bangka. Penelitian ini fokus pada pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Penelitian tersebut menggali pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dilakukan guru bimbingan dan konseling dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Dari buku dan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pembahasan mengenai bimbingan dan konseling cukup banyak mendapat minat, namun di STAIN SAS BABEL belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang peran daripada guru bimbingan dan konseling dalam membina perilaku siswa siswanya . Dari skripsi yang ada, penelitian tentang bimbingan dan konseling banyak berkutat pada aspek pendidikan dan prestasi belajar. Hal inilah yang menjadi motivasi penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang peran guru bimbingan dan konseling dalam membina perilaku siswa SMA Negeri 4 Dengan harapan agar pihak lembaga sekolah yang penulis jadikan objek penelitian dapat meningkatkan mutu guru bimbingan dan konseling.

G. Kerangka Teoritis
14

Dewa Ketut Sukardi, Desak.P.E Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)

Kerangka Teoritis atau kerangka pikir adalah jalan pikiran menurut kerangka yang logis, memuat teori teori yang relevan dengan penelitian sebagai alat untuk menganalisis data-data yang ditemukan. Dalam buku yang berjudul Guru Profesional karya Kunandar S.Pd., Msi, dijelaskan bahwa seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal , antara lain : memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai , memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya , memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi, internet, buku, seminar dan semacamnya. Sebagai pembimbing atau konselor guru akan berperan sebagai sahabat siswa , menjadi tauladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa15 kerangka teori selanjutnya dalam adalah menurut DR.Rachman Nata Widjaya yang diikuti oleh Dewa Ketut Sukardi mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sungguh mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberi sumbangan yang berarti bagi masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.

15

Kunandar, Guru Profesional,(Jakarta:Rajawali Pers,2007), hal. 51

Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggung jawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). Landasan teori di atas merupakan pokok-pokok pikiran, karenanya merupakan tantangan bagi lembaga sekolah untuk menyediakan pelayanan bimbingan dan konseling yang baik untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.

H. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut pendapatnya Sudarwan Danim, penelitian deskriptif kualitatif adalah memberikan kebenaran hasil penelitian dengan mendeskripsikan dan memaparkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara , catatan lapangan, dan dokumentasi melalui kata-kata, gambar-gambar dan segala data penunjang . 16

16

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Cet.1 ( Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal. 61

2.

Sumber Data Adapun data primer yang diambil dan diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari

dua sumber yaitu : a. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber , antara lain Guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 4 Pangkalpiang, dan siswa kelas III SMA Negeri 4 Pangkalpinang b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder diantaranya kepustakaan yaitu menelaah buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang penyusun teliti dan Dokumentasi yaitu menelusuri dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. 3. Subjek Penelitian Adapun subjek dalam penelitian ini yaitu SMA Negeri 4 Pangkalpinang 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk melakukan pengumpulan data yang diperlukan dilakukan berbagai metode yaitu : a. Metode Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan menjadikan dokumen-dokumen sebagai sumber data. 17metode ini akan penulis gunakan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai jumlah siswa/i Sekolah Menengah Atas kelas III ( tiga) , jumlah guru, jumlah pegawai administrasi serta sarana dan fasilitas yang ada. b. Metode Observasi yaitu kegiatan yang dilakukan dengan panca indra mata yang dilengkapi dengan telinga, mulut, penciuman dan kulit.18 metode ini akan penulis gunakan untuk meneliti secara langsung pelaksanaan
17

Bustami Rahman dan Ibrahim, Menyusun Proposal Penelitian: kisi-kisi praktis, ( Bangka Belitung: UBB PRESS, 2009),hal.43 18 Zulkipli, Metodelogi Penelitian Suatu Pengantar.........., Hal . 68

Bimbingan dan Konseling oleh gurunya serta mendapatkan gambaran dari guru bimbingan dan konseling c. Wawancara yaitu usaha untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula.
19

metode ini akan penulis gunakan untuk

mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling oleh gurunya serta mendapatkan gambaran dari guru bimbingan dan konseling. d. Menelaah bahan-bahan kepustakaan , yaitu dengan jalan membaca dan

mempelajari literatur yang mengemukakan materi yang berhubungan dengan persoalan penelitian dan selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan pokok permasalahan.

5. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam menguraikan dan membahas isi dari skripsi ini, disusun berdasarkan sistematika pembahasan sebagai berikut : Bab pertama : Pendahuluan, menguraikan tentang penegasan istilah, alasan memilih judul, latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metodelogi penelitian yang mencakup jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, serta sistematika pembahasan. Bab kedua : Pembahasan yang menguraikan tentang kinerja Guru

bimbingan konseling yang meliputi pengertian , tujuan , fungsi bimbingan dan konseling, petugas bimbingan dan konseling dan syarat-syaratnya , jenis layanan, penyusunan program bimbingan dan konseling.

19

Bustami Rahman dan Ibrahim, Menyusun Proposal Penelitian: kisi-kisi praktis..........., Hal. 43

Bab ketiga

: Pembahasan yang menguraikan tentang kondisi objektif SMA

Negeri 4 Pangkalpinang, berisi tentang lokasi dan sejarah berdiri SMA Negeri 4 Pangkalpinang, keadaan pendidik dan siswa, sarana dan prasarana. Bab keempat : Menguraikan tentang peran dari guru bimbingan dan konseling dalam membina perilaku siswa SMA Negeri 4 Pangkalpinang. Bab kelima : Kesimpulan dan saran , merupakan bab akhir dari seluruh

rangkaian pembahasan laporan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Choliq Dahlan.2009. Bimbingan dan Konseling Islami,yogyakarta:Pura Pustaka Achmad Juntika Nurihsan.2005.Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.Bandung: Refika Aditama Bustami Rahman dan Ibrahim.2009.Menyusun Proposal Penelitian: kisi-kisi praktis.Bangka Belitung: UBB PRESS

Dewa Ketut Sukardi.2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta: PT Rineka Cipta Dewa Ketut Sukardi, Desak.P.E Nila Kusmawati.2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta: Rineka Cipta Koswara.2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung: Refika Kunandar.2007. Guru Profesional.Jakarta:Rajawali Pers Nurul Zuriah.2006 Metodelogi penelitian sosial dan pendidikan.Malang: Bumi aksara Prayitno, Erman Amti.2004.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka Cipta Sarlito Wirawan Sarwono. 1988. Psikologi remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sunarto, Agung Hartono. 1995. perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka cipta Sudarwan Danim.2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan.2006. Landasan Bimbingan dan Konseling.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Zulkipli. Metodelogi Penelitian Suatu Pengantar.2007. Bangka Belitung : SIDDIK PRESS

You might also like