You are on page 1of 20

di susun oleh : kelompok iv

M. kholid rohmani

KLS. XI IPS (1) SEKOLAH MENENGAH ATAS NAHDLATULWAHAN MATARAM.minggu 22 juli 2011.

kata pengantar

Salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang universal (ada pada setiap kebudayaan di dunia) adalah ragam hias.ragam hias merupakan ekspresi manusia akan keindahan dalam bentuk tarian,musik, nyanyian dan lain sebagainya. Suku bangsa Dayak yang hidup di Pulau Kalimantan pun mengembangkan ragam hias, baik seni rupa, seni musik, dan juga seni tari.Kebudayaan yang berwujud dalam suatu keragaman kesenian Dayak yang unik dapat ditemukan di Kalimantan. Berbagai macam kesenian, serta ke-khasan adat masyarakat dayak seharusnya tetap dipertahankan sebagai warisan dari leluhur. Untuk mempertahankan serta melestarikan kebudayaan Dayak yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman tidaklah mudah.Perlu kesadaran yang tinggi dari masyarakat Dayak sendiri.Oleh karena itulah perlu suatu apresiasi serta pengembangan khusus yang paling tidak dapat mengurangi arus dampak kemajuan atau globalisasi dunia.Oleh karena itulah makalah singkat tentang ragam hias daerah-daerah yang ada di indonesia ini disusun.Tujuannya adalah untuk menjelaskan sedikit tentang seni rupa yang ada di Kalimantan yang dalam hal ini adalah milik suku Dayak.

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis sangat berterima kasih kepada berbagai sumber informasi dan data yang telah penulis gunakan baik secara langsung maupun tidak langsung.Tentunya yang utama adalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat, pengetahuan, serta kemampuan bagi penulis.Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada keluarga, guru dan teman-teman yang telah senantiasa memberikan dukungan dan bantuannya yang sangat berarti dalam penulisan karya tulis ini. Semoga karya tulis sederhana ini dapat memenuhi syarat sebagai tugas dalambidang kesenian serta dapat berguna, sebagai pengetahuan dan dapat memberikandukungan terhadap pelestarian kebudayaan di Kalimantan. Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dalam karya tulis ini.Penulis juga berharap kepada bapak guru untuk memberikan kritik dan saran yang dapat membangun dan mengembangkan karya tulis ini. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

mataram 22 juli 2011

daftar isi
halaman sampul depan ..i kata pengantar.. ii daftar isi.. iii

bab 1. pendahuluan : ragam hias kalimantan. 1

RAGAM HIAS NUSANTARA


Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulangulang dalam suatu karya kerajinan atau seni. Karya ini dapat berupa tenunan, tulisan pada kain (misalnya batik), songket, ukiran, atau pahatan pada kayu/batu.Ragam hias dapat distilisasi (stilir) sehingga bentuknya bervariasi. Variasi ragam hias biasanya khas untuk suatu unit budaya pada era tertentu, sehingga dapat menjadi petunjuk bagi para sejarahwan atau arkeolog.

A. Ragam hias Nusantara


Ragam hias Nusantara dapat ditemukan pada motif batik, tenunan, anyaman, tembikar, ukiran kayu, dan pahatan batu. Ragam hias ini muncul dalam bentukbentuk dasar yang sama namun dengan variasi yang khas untuk setiap daerah. Dalam karya kerajinan atau seni Nusantara tradisional, sering kali terdapat makna spiritual yang dituangkan dalam stilisasi ragam hias. Terdapat ragam hias asli Nusantara, yang biasanya merupakan stilisasi dari bentuk alam atau makhluk hidup (termasuk manusia), dan ada pula ragam hias adaptasi pengaruh budaya luar, seperti dari Tiongkok, India, Persia, serta Barat.

1.Benang Bintik Batik Khas Dayak Kalimantan Tengah


Benang Bintik Batik Khas Dayak Kalimantan Tengah. Setifikasi batik sebagai produk budaya asli Indonesia yang dikeluarkan PBB melalui lembaga UNESCO merupakan momentum penting bagi perkembangan seni batik di Tanah Air.Citra positif batik di dunia internasional tersebut berlanjut di tanah air tatkala Presiden Republik Indonesia (RI) menetapkan tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Hari Batik Nasional.

Kondisi tersebut memberikan dampak positif bagi pelaku usaha dan pengrajin kain batik di berbagai daerah di Indonesia, tak terkecuali Kalteng dengan motif kain batik Benang Bintik sebagai Motif Batik Khas Suku Dayak di Kalimantan Tengah. Salah satu peluang ekonomi yang terbuka dari trend tersebut adalah pengembangan industri garmen Batik Benang Bintik di daerah.Industri kreatif ini memiliki potensi yang bagus.Syaratnya, seluruh elemen di daerah harus turut berperan aktif dalam mempromosikan beragam motif batik Benang Bintik khas Dayak Kalimantan Tengah tersebut kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar daerah. Beberapa waktu lalu, keharusan pemakaian Batik Khas Dayak Kalimantan Tengah (Benang Bintik) masih terbatas pada kegiatan formal seperti seragam sekolah dan kantor. Alhasil, kesan Batik Benang Bintik lantas lebih dikenal sebagai bahan busana dan pakaian resmi untuk upacara adat atau acara seremonial seperti pernikahan. Kini, Batik Benang Bintik memang semakin dikenal, ragam busana dari motif kain Benang Bintik sering pula dipakai pada kegiatan-kegiatan seperti festival, ajang pemilihan model atau kegiatan kebudayaan dan keseniah daerah lainnya. Di Kalimantan Tengah, utamanya di Kota Palangka Raya sendiri sentra pembuatan dan percetakan kain batik Benang Bintik masih sangat minim. Pembuatan maupun percetakan Benang Bintik lebih banyak dilakukan di luar wilayah Kalimantan Tengah.Padahal cakupan wilayah permintaan pasarannya telah tersebar luas di seluruh Kalimantan Tengah.Bahkan, model-model pakaian Benang Bintik selalu tampak di beberapa sentra usaha penjahitan. Dalam hal jenis, Benang Bintik tergolong ke dalam berbagai motif khas, diantaranya adalah motif Batang Garing, motif Huma Betang, motif ukiran, motif senjata, motif naga, motif Balanga, motif campuran dan motif-motif lainnya. Untuk warna dasar Benang Bintik memiliki warna yang lebih berani seperti warna merah maroon, biru, merah, kuning dan hijau. Ada juga bahan warna yang lebih gelap seperti hitam dan coklat. Bahan baku Benang Bintik umumnya menggunakan bahan kain jenis kain sutera, kain semi-sutera dan kain katun.

2.tenun Kalimantan
Banyaknya pengrajin tenun di Pulau Kalimantan, membuatnya menjadi produsen tenun yang diperhitungkan.Hampir di setiap daerah terdapat pengrajin tenun dengan kualitas yang apik. Belum lagi jika berbicara tentang corak, sudah pasti tidak kalah beragamnya dengan pulau lain. Beberapa contoh produksi tenun Kalimantan yang sudah diakui oleh mancanegara antara lain; tenun Sambas dari Kalimantan Barat, tenun Doyo dari Kalimantan Timur, tenun Pagatan dari Kalimantan Selatan dan masih banyak yang lain. Bahkan tenun Sambas, sempat mendapat klaim dari Malaysia.Hal ini membuktikan bahwa kain tenun asal Kalimantan sangat layak dijadikan harta budaya yang patut untuk dilestarikan.

5.Ukiran Kayu Suku Asmat


Karya ukir kayu khas suku Asmat adalah salah satu kekayaan budaya nasional yang sudah memiliki nama bagi para turis asing. Karakteristik ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis. Dari pola-pola itu terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir mereka bernilai tinggi dan cukup banyak diminati para turis asing. Dari segi model, ukiran suku Asmat sangat beragam, mulai dari patung manusia, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari sampai ukiran tiang.Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan lain-lain.Mengukir adalah sebuah tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang.Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak sekedar membuat pola dalam kayu tetapi mengalirkan sebuah spiritualitas hidup. Seni ukir Asmat termasuk aliran naturalis karena yang menjadi model ukiran adalah mahluk hidup seperti burung, ikan, katak, pohon, biawak atau manusia yang diwujudkan dalam ukiran patung kayu mereka.

Masyarakat Asmat terdiri dari 12 sub etnis, dan masing-masing memiliki ciri khas pada karya seninya.Begitu juga dengan kayu yang digunakan, ada juga perbedaannya. Ada sub etnis yang menonjol ukiran patungnya, ada yang menonjol ukiran salawaku atau perisai, ada pula yang memiliki ukiran untuk hiasan dinding dan peralatan perang.Jika di beli di pasaran, ukiran kayu Asmat termasuk mahal.Tapi tidak demikian ketika kita membeli langsung di tempat asalnya.Jarak yang jauh dan sulitnya transportasi adalah salah satu sebab mengapa ukiran itu harganya mahal.

Yang paling istimewa dan unik adalah bahwa setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikatnya karena mereka tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam skala besar. Jadi, kalau kita memiliki satu ukiran dari Asmat dengan pola tertentu, itu adalah satu-satunya yang ada karena orang Asmat tidak membuat pola sama dalam ukirannya. Bentuk boleh sama, misalnya perisai atau panel, tetapi soal pola pasti akan berbeda. Itulah keunikan ukiran suku Asmat.

Bagi para pencinta ukiran bergaya etnik, ukiran suku Asmat adalah salah satu pilihan untuk hiasan rumah.Tapi harus waspada dan hati-hati ketika membeli ukiran suku Asmat di pasaran, karena banyak juga orang yang tidak bertanggungjawab yang memalsukan ukiran mereka.

6. Patung Kayu Etnis Dayak


Masyarakat Dayak terutama dalam Suku Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat,

mengenal seni pahat patung yang berfungsi sebagai ajimat,

kelengkapan upacara atau sebagai alat upacara.Patung sebagai ajimat terbuat dari berbagai jenis kayu yang dianggap berkhasiat untuk menolak penyakit atau mengembalikan semangat orang yang sakit.Patung-patung kecil untuk kelengkapan upacara biasanya digunakan saat pelaksanaan upacara adat seperti pelas tahun, kuangkai, dan pesta adat lainnya.Patung kecil ini terbuat dari berbagai bahan, seperti kayu, bambu hingga tepung ketan.

Patung sebagai alat upacara contohnya adalah patung blontang yang terbuat dari kayu ulin.Tinggi patung antara 2 4 meter dan dasarnya ditancapkan kedalam tanah sedalam 1 meter. Ada juga patung pahat yang dibuat dengan maksud tertentu, salah satunya adalah pantak.Masyarakat Dayak zaman dulu, memiliki suatu tradisi untuk mengenang tokoh penting dalam kelompoknya yang sudah meninggal, yaitu dengan membuat pantak. Pantak adalah patung kayu suku Dayak di Kalimantan Barat yang wajahnya secara simbolik serupa atau mirip dengan tokoh yang sudah meninggal dan akan dikenang tersebut. Pantak terbuat dari kayu pilihan. Kayu yang akan dibuat pantak tidak sembarangan. Dalam proses pembuatannya, dimulai dari proses

merencanakan, memilih kayu, membuat, hingga selesai harus menggunakan upacara adat. Cara pembuatannya tentu dengan cara dipahat. Patung-patung kayu suku Dayak memang memiliki kekhasan tersendiri.Dari mulai bentuk yang selalu menampilkan pahatan-pahatan khas suku Dayak sampai fungsi dan maknanya pun berbeda dengan patung lainnya. Kini patung-patung kayu hasil karya seni pahat suku Dayak sudah banyak digunakan untuk menghias rumah atau sebagai souvenir yang diminati banyak orang.[ndis]

1.Kerajinan Getah Nyatu, Karya Seni Khas Kalimantan Tengah


Kepulauan Nusantara dikenal dunia karena didiami oleh bermacam ragam suku bangsa asli yang cukup heterogen.Kepulauan Nusantara dihuni oleh ratusan suku bangsa asli Indonesia. Keragaman suku bangsa itu telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang kaya akan budaya. Ketersediaan sumber daya alam yang cukup melimpah di tanah air dipadukan dengan seni budaya yang sangat beragam telah menghasilkan berbagai produk kerajinan bernuansa etnik yang sangat kaya nilai seni. Salah satu kekayaan budaya itu adalah kerajinan getah kayu nyatu yang berasal dari pohon kayu nyatu.Pohon nyatu sendiri merupakan tanaman eksotis Kalimantan Tengah yang hanya tumbuh di dua wilayah tertentu di provinsi tersebut, yaitu di Kabupaten Pangkalan Bun dan di Kecamatan Bukit Tangkiling, Kota Palangkaraya. Getah kayu nyatu selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat adat suku Dayak di wilayah tersebut sebagai bahan baku untuk pembuatan kerajinan khas suku Dayak, seperti berbagai bentuk perayu, patung masyarakat adat suku Dayak dan berbagai bentuk kerajinan lainnya. Kini kerajinan getah nyatu telah menjadi salah satu ciri khas provinsi Kalimantan Tengah yang dikembangkan oleh masyarakat dengan dukungan Pemda setempat menjadi barang souvenir yang sangat unik dan menarik dari wilayah tersebut.Sejumlah kelompok usaha masyarakat adat suku Dayak setempat kini mengusahakan kerajinan kayu nyatu tersebut dan telah berkembang menjadi salah satu sektor usaha yang cukup menjanjikan bagi perkembangan ekonomi daerah. Salah seorang pengusaha kerajinan getah nyatu dari Palangkaraya yang sudah berhasil mengembangkan kerajinan tersebut menjadi salah satu produk kerajinan yang cukup dikenal masyarakat di tanah air hingga mancanegara adalah Katutu Tulus Galing dengan kelompok usahanya yang diberi nama Kahayan Jawed

(Kahayan diambil dari nama salah satu sungai di Kalteng, yaitu sungai Kahayan, sedangkan Jawed dalam bahasa Indonesia berarti anyaman).
Menurut Katutu, pohon nyatu selama ini hanya ditemukan tumbuh di areal berawa di Kabupaten Pangkalan Bun dan di Kecamatan Bukit Tangkiling, Kalimantan Tengah. Tanaman yang memiliki pertumbuhan relatif cepat tersebut selama ini tidak ditemukan di wilayah lain di Indonesia. Dalam kurun waktu hanya enam bulan tanaman nyatu bisa tumbuh hingga mencapai 8 meter. Umur enam bulan tersebut biasanya menjadi patokan bagi para perajin getah kayu nyatu untuk memanen pohon dengan cara mengambil getahnya. Dalam proses untuk mendapatkan getah, kata Katutu, para perajin getah nyatu biasanya menebang pohon nyatu. Kemudian batang pohon nyatu di kuliti untuk diambil bagian kulitnya.Selanjutnya, kulit kayu nyatu itu direbus di dalam air mendidih yang sebelumnya telah dicampur dengan minyak tanah. Proses perebusan tersebut dilakukan untuk memisahkan (mengekstrak) getah dari kulit kayu nyatu. Dalam keadaan air rebusan yang masih mendidih, getah pohon nyatu yang sudah terpisah dari kulit pohon itu kemudian diambil untuk selanjutnya direbus kembali untuk memisahkan getah

dari sisa-sisa minyak tanah. Getah pohon nyatu yang sudah terpisah dari minyak tanah itu kemudian dipilah-pilah untuk proses pewarnaan. Untuk memberikan warna warni pada getah, Katutu dan para perajin getah nyatu di Kalteng biasanya menggunakan bahan pewarna alami yang diambil dari tanaman asli di Kalteng. Proses pewarnaan dilakukan dengan cara merebus getah nyatu itu bersama-sama dengan bahan tanaman sumber pewarnaan alam. Biasanya pewarna alami yang dipakai terdiri dari empat jenis warna, yaitu hitam, kuning, merah dan hijau. Getah nyatu yang sudah diberi bahan pewarna alam itu kemudian diambil dan dalam keadaan masih panas (dalam rebusan air mendidih) langsung dibentuk dan dianyam menjadi berbagai bentuk kerajinan getah nyatu. Proses pembentukan getah nyatu harus dilakukan dalam keadaan masih panas karena dalam kondisi tersebut getah nyatu masih dalam keadaan meleleh sehingga mudah dibentuk. Sedangkan kalau sudah dingin, getah nyatu sulit dibentuk karena sudah berada dalam keadaan beku. Menurut Katutu, kerajinan anyaman getah nyatu umumnya mengambil bentuk perahu tradisional Dayak yang dilengkapi dengan awak dan berbagai asesorisnya. Bentuk perahu tersebut menggambarkan cerita tersendiri yang diambil dari cerita asli masyarakat suku Dayak di Kalteng. Sebagaimana diketahui di Kalteng sendiri

terdapat sejumlah suku Dayak, diantara-nya Dayak Manyan, Kapuas, Bakumpai, Katingan, Kahayan dan Siak atau Ngaju. Bentuk perahu yang biasanya dipergunakan dalam kerajinan anyaman getah nyatu umumnya dicirikan dengan bentuk kepala naga dan kepala burung antang (elang) yang terletak di bagian depan perahu. Perahu yang mengambil bentuk kepala naga biasanya dipakai untuk menunjukkan perahu perang dan perahu untuk upacara adat Tiwah (memindahkan kepala leluhur dalam agama Hindu Kaharingan), namun bentuk kepala naga pada perahu perang dan perahu untuk upacara adat Tiwah sedikit berbeda.Sementara perahu yang mengambil bentuk kepala elang biasanya menggambarkan perahu berburu. Perahu perang berkepala naga juga memiliki posisi kepala naga yang berbeda.Posisi kepala naga yang mendongak ke atas menggambarkan bahwa perahu tersebut telah berhasil memenangkan peperangan.Posisi kepala naga lurus menggambarkan perahu sedang menuju ke arah peperangan.Sedangkan posisi kepala naga menunduk ke bawah menggambarkan perahu sedang dalam perang. Selama ini Katutu memproduksi kerajinan anyaman getah nyatu hanya berdasarkan pesanan.Namun demikian setiap bulannya Katutu tidak pernah sepi dari pesanan.Rata-rata setiap bulannya Katutu bersama kelompok usaha kerajinannya yang terdiri dari 12 orang sanak keluarganya mampu memproduksi 200-300 unit kerajinan anyaman nyatu berbagai ukuran. Katutu biasanya menjual kerajinan anyaman getah nyatu itu dengan harga yang bervariasi tergantung kepada ukuran dan bentuk/model kerajinannya.Harga kerajinan anyaman getah nyatu itu berkisar mulai dari Rp 60.000 hingga jutaan rupiah per unitnya. Untuk melindungi kerajinan anyaman getah nyatu dari klaim illegal atau pemalsuan dan penjiplakan, pada bulan November 2007 lalu Katutu yang dibantu oleh Gubernur Kalteng Teras Narang telah berhasil mendaftarkan hak patennya kepada ke Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM di Jakarta.

2.Kerajinan Tembikar Dayak baik

berupaBejana,Tempayan,Belanganmerupakankerajinan tembikaryang sudah ada sejak ribuan tahun lalu dan merupakan bagian dari tradisi suku Dayak di Kalimantan. Fungsi Bejana inipun beraneka ragam, dari tempat penyimpanan beras, tuak dan benda-benda lainnya sampai kepada tempat penyimpanan mayat. Bentuk danmotif kerajinan tembikar milik suku Dayak Kalimantan juga beraneka ragam yang menetukan penggunaannya. Tembikar Dayak juga merupakan lambang kekayaan dan status sosial sesorang. Di kalangan sukusuku Dayak tertentu, kerajinan tembikar khususnya Bejana merupakan salah satu syarat sebagai mas kawin .

3.Ukiran Kayu Suku Asmat


Karya ukir kayu khas suku Asmat adalah salah satu kekayaan budaya nasional yang sudah memiliki nama bagi para turis asing. Karakteristik ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis. Dari pola-pola itu terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir mereka bernilai tinggi dan cukup banyak diminati para turis asing.

Dari segi model, ukiran suku Asmat sangat beragam, mulai dari patung manusia, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari sampai ukiran tiang.Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan lain-lain.

Mengukir adalah sebuah tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang.Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak sekedar membuat pola dalam kayu tetapi mengalirkan sebuah spiritualitas hidup.

Seni ukir Asmat termasuk aliran naturalis karena yang menjadi model ukiran adalah mahluk hidup seperti burung, ikan, katak, pohon, biawak atau manusia yang diwujudkan dalam ukiran patung kayu mereka.

Masyarakat Asmat terdiri dari 12 sub etnis, dan masing-masing memiliki ciri khas

pada karya seninya.Begitu juga dengan kayu yang digunakan, ada juga perbedaannya. Ada sub etnis yang menonjol ukiran patungnya, ada yang menonjol ukiran salawaku atau perisai, ada pula yang memiliki ukiran untuk hiasan dinding dan peralatan perang. Jika di beli di pasaran, ukiran kayu Asmat termasuk mahal.Tapi tidak demikian ketika kita membeli langsung di tempat asalnya.Jarak yang jauh dan sulitnya transportasi adalah salah satu sebab mengapa ukiran itu harganya mahal.

Yang paling istimewa dan unik adalah bahwa setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikatnya karena mereka tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam skala besar. Jadi, kalau kita memiliki satu ukiran dari Asmat dengan pola tertentu, itu adalah satu-satunya yang ada karena orang Asmat tidak membuat pola sama dalam ukirannya. Bentuk boleh sama, misalnya perisai atau panel, tetapi soal pola pasti akan berbeda. Itulah keunikan ukiran suku Asmat.

Bagi para pencinta ukiran bergaya etnik, ukiran suku Asmat adalah salah satu pilihan untuk hiasan rumah.Tapi harus waspada dan hati-hati ketika membeli ukiran suku Asmat di pasaran, karena banyak juga orang yang tidak bertanggungjawab yang memalsukan ukiran mereka.

Anyaman ;

Perahu perang berkepala naga :

Patung Kayu Etnis Dayak:

Batik Kalimantan:

Kerajinan Tembikar Dayak baik :

Daftar pustaka/internet :
Sumber : Majalah Kina (No.1-2008) Departemen Perindustrian RI

http://www.baju-murah.info/tag/selendang http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_hias http://www.indonesiaberprestasi.web.id/?p=2379 http://www.bateeque.com/?m=ourcatalogue&t=view&pid=26&lang=en http://samarinda.olx.co.id/pictures/ayilawa-batik-iid-128199170 http://ruang-budaya.blogspot.com/2011/01/batik-kalimantan-barat.html http://ruang-budaya.blogspot.com/2011/01/batik-kalimantan-barat-motif-angur-apel.html http://balikpapan.olx.co.id/pictures/jual-tas-laptop-batik-iid-155738453


http://www.dayakpos.com/2009/10/kerajinan-tembikar-dayak.html http://www.seruu.com/index.php/2011012538283/indonesiana/konservasi/patung-kayu-etnis-dayak-senitradisional-kalimantan-barat-38283/menu-id-673.html http://arifh.blogdetik.com/kerajinan-getah-nyatu-karya-seni-khas-kalimantan-tengah/ Foto : deateytomawin, cbn.net.id, depdagri

<<<<<<<<<<<<<<<<<<sekian

dan terimakasih>>>>>>>>>>>>>>>>>>

You might also like