You are on page 1of 77

TUGAS AKHIR PENERAPAN MRP PADA PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU YANG OPTIMAL TERHADAP PRODUK KURSI ARMANDO

(CH-409)
(Studi Kasus Pada CV. Ambar Jati Furniture Klaten)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh: Nama : Tulus Indra Bhakti NIM : D 600 980 086 NIRM : 989.6.106.03064.50086

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2003

LEMBAR PERSETUJUAN PENERAPAN MRP PADA PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU YANG OPTIMAL TERHADAP PRODUK KURSI ARMANDO (CH-409)
(Studi Kasus Pada CV. Ambar Jati Furniture Klaten)

Hari/Tanggal: Jam :

Oleh: Nama : Tulus Indra Bhakti NIM : D600980086 NIRM : 98.6.106.03064.5.0086

Dosen Pembimbing I II

Dosen Pembimbing

(Ir. Munifah, MSIE)

(Siti Nandiroh, ST)

LEMBAR PENGESAHAN PENERAPAN MRP PADA PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU YANG OPTIMAL TERHADAP PRODUK KURSI ARMANDO (CH-409)
(Studi Kasus Pada CV. Ambar Jati Furniture Klaten)

Pada Hari / Tanggal: Jam :

Penguji Nama 1. Pembimbing I 2. Pembimbing II 3. Penguji 4. Penguji : Ir. Munifah, MSIE : Siti Nandiroh, ST : : Tanda Tangan

Mengetahui: Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Industri

(DR. Waluyo Adi Siswanto, M.Eng) ABSTRAKSI

(M. Djunaidi, ST, MT)

Perusahaan Ambar Jati Furniture adalah suatu perusahaan perorangan, yang hasil produksinya adalah mebel. Pada awal berdirinya hasil produksinya hanya untuk memenuhi permintaan masyaraat sekitar, kemudian dari tahun ketahun pangsa pasarnya telah mampu menembus pangsa pasar luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan pesanan maka perlu melakukan perencanaan kebutuhan bahan yang tepat. Dalam hal ini perencanaan bahan baku diangkat sebagai tema masalah yang harus dipecahkan, mengingat bahwa pengelolaan perencanaan kebutuhan bahan baku di perusahaan ini belum terlaksana dengan maksimal. Hal ini terlihat dengan adanya kelebihan bahan baku kayu menjadi menumpuk dengan nilai investasi yang sangat besar dalam jangka waktu yang lama,belum lagi adanya kerusakan akan bahan baku tersebut. Penerapan metode MRP dapat sedikit membantu perusahaan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku sehingga proses produksi berjalan lancar dengan biaya persediaan minimal. Dalam penelitian ini diterapkan metode MRP terbatas pada produk dominan dalam perusahaan yaitu kursi Armando (CH-409) dengan rata-rata permintaan yang cukup tinggi dibandingkan dengan produk lain dalam perusahaan. Dari hasil perhitungan MRP dapat diketahui apa saja komponen yang diperlukan, berapa dan kapan kebutuhan tiap komponen yang diperlukan untuk membuat unit kursi Armando (CH-409). Dalam perhitungan ini ditujukan pada hasil akhirnya untuk mengetahui berapa meter kubik kebutuhan kayu pada tiap periode untuk membuat komponen-komponen pembentuk kursi Armando . Dari perhitungan ukuran lot dengan menggunakan empat metode lot sizing yaitu metode Lot for lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ) dan Metode Akumulasi terlihat bahwa metode dengan biaya total pemesanan paling ekonomis adalah metode Akumulasi dengan interval periode waktu pemesanan setiap periode 12 minggu (156 unit/order) dengan total biaya pemesanan terendah yaitu sebesar Rp. 130.000,-.

KATA PENGANTAR

Bismilahirohman nirohim Puji dan syukur Alhamdulilah selalu dipanjatkan kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul PENERAPAN MRP PADA PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU YANG OPTIMAL TERHADAP PRODUK KURSI ARMANDO (CH-409) Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana teknik industri. Tugas akhir ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut : Untuk memperkenalkan kepada para pembaca bagaimana cara menerapkan MRP pada perencanaan kebutuhan bahan baku. Untuk menjelaskan metode metode yang terdapat dalam MRP. Dalam penulisan laporan tugas akhir ini terdiri atas lima bab yaitu : Bab satu pendahuluan : membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

Bab dua landasan teori : menjelaskan konsep dan prinsip dasar serta teori teori yang mendasari penelitian untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Bab tiga metodologi penelitian : membahas mengenai kerangka dalam memecahkan suatu masalah serta

menjelaskan secara garis besar bagaimana langkahlangkah pemecahan masalah dengan menggunakan

metode-metode yang diinginkan oleh penulis dalam memecahkan masalah. Bab empat pengumpulan dan pengolahan data serta analisa : manyajikan hasil-hasil data yang diperoleh dari obyek penelitian pengolahan data serta analisis dan pembahasanya. Bab lima kesimpulan dan saran : berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat memberikan masekan guna pertimbangan bagi perusahaan. Susunan bab dalam tugas akhir ini sudah diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pada para pembaca untuk memahami materi yang terdapat dalam laporan tugas akhir ini, dan terdapat hubungan keterkaitan antara bab satu dengan bab lainya. Penulis menyadari bahwa banyak terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan tugas akhir ini, oleh karena itu penulis minta maaf yang sebesar besarnya, semoga tidak membuat kecewa kepada

para pembaca, Segala bentuk kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan tugas akhir ini sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih pada semua oihak yang telah membantu dalam penulisan laporan tugas akhir ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1 Bapak Ir. Waloyo Adi Siswanto, M. Eng, selaku dekan fakultas teknik Universitas Muhamadiyah Surakarta. 2 Bapak M Junaidi, ST. sebagai ketua jurusan teknik industri Universitas Muhamadiyah Surakarta. 3 Bapak Ir. Boy Hendratmo selaku pembimbing akademik Fakultas teknik industri kelas B 98 Universitas Muhamadiyah Surakarta. 4 Ibu Ir. Munifah M. SIE, selaku pembimbing pertama yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan semangat selama menyelesaikan tugas akhir ini. 5 Ibu Siti Nandiroh ST. selaku pembimbing kedua dengan penuh kesabara memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama menyelesaikan tugas akhir ini. 6 Ibu Erna yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis di PT. Ambar Jati Furniture, Klaten. 7 Seluruh dosen teknik industri Universitas Muhamadiyah Surakarta yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.

Mbak Win yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir ini dan tak lupa rekan-rekan seperjuangan angkatan 98. Harapan penulis, semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, terima kasih. Alhamdulilahirrobil alamin. Surakarta, Desember 2003

Penulis DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO PERSEMBAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah................................................................1 i ii iii iv v vi vii ix xii xv

1.2. Identifikasi Masalah.......................................................................2 1.3. Batasan Masalah............................................................................2 1.4. Rumusan Masalah .........................................................................3 1.5. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .................................................4 1.6. Sistematika Penulisan....................................................................5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan......................................................................................5 2.1.1. Definisi Dan Peranaan Persediaan.......................................9 2.1.2. Jenis-Jenis persediaan..........................................................10 2.1.3. Biaya-Biaya Dalam Persediaan..........................................10 2.1.4. Empat Sasaran Manajemen Sediaan...................................11 2.1.5. Titik Pemesanan Kembali...................................................12 2.2. Peramalan.......................................................................................17 2.2.1. Pengertian Peramalan .........................................................19 2.2.2. Pengklasifikasian Metode Peramalan..................................20 2.2.3. Macam-Macam Metode Peramalan ....................................20 2.3. Perencanaan Kebutuhan Bahan......................................................21 2.3.1. Pengertian Perencanaan Kebutuhan Bahan.........................22 2.3.2. Tujuan Perencanaan Kebutuhan Bahan............................... 2.3.3. Masukan Dan Keluaran MRP.............................................. 2.3.4. Pendekatan Material Requirement Planing (MRP)............. 2.3.5. Langkah-Langkah Proses Pengolahan MRP........................ 2.3.6. Teknik Lot Sizing Dalam MRP............................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian............................................................................28 3.2. Pengumpulan Data.........................................................................28 3.3. Metode & Analisa Data.................................................................29 3.3.1. Peramalan............................................................................. 3.3.2. Penentuan Jadwal Induk Produksi (JIP).............................. 3.3.3. Perhitungan Material Requirement Planing (MRP)............ 3.3.4. Perhitungan Lot Sizing......................................................... 3.4. Kesimpulan Dan Saran.................................................................. 3.5. Kerangka Pemecahan Masalah...................................................... BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SERTA ANALISA 4.1. Hasil Penelitian..............................................................................32 4.1.1. Sejarah Dan Perkembangan Perusahaan (Di Lampiran)......32 4.2.Pengumpulan Data..........................................................................35 4.2.1. Data Pemesanan Kursi Armando (CH-409)........................36 4.2.2. Data Struktur Produk...........................................................37 4.2.3. Data Persediaan Dan Waktu Ancang...................................39 4.3. Pengolahan Data............................................................................39 4.3.1. Tahap Peramalan..................................................................40 4.3.2. Penentuan Jadwal Induk Produksi.......................................41 4.3.3. Tahap Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Bahan Dengan Metode Lot For Lot (LFL).....................................53 4.4. Analisa...........................................................................................61

4.4.1. Analisa Hasil Perhitungan Peramalan..................................61 4.4.2. Analisa Hasil Perhitungan Jadwal Induk Produksi (JIP).....61 4.4.3. Analisa Struktur Produk.......................................................62 4.4.4. Analisa Hasil Perhitungan MRP..........................................62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan....................................................................................76 5.2. Saran..............................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ LAMPIRAN DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Contoh Jadwal Kebutuhan Kotor.......................................................24 Tabel 2.2. Perhitungan Kebutuhan Bersih........................................................... Tabel 2.3. Hasil Keseluruhan Perhitungan Kebutuhan Bersih............................ Tabel 2.4. Contoh Proses Lotting Dengan Menggunakan Teknik LFL.............. Tabel 2.5. Contoh Proses Offsetting Dengan Waktu Ancang Dua Periode......... Tabel 2.6. Contoh Suatu Proses Explosion.......................................................... Tabel 2.7. Contoh Rencana Produksi.................................................................. Tabel 2.8. Bagan MRP Dengan Metode LFL...................................................... Tabel 2.9. Bagan MRP dengan Metode EOQ......................................................25 Tabel 4.1 Data Pemesaan Kursi Armando (CH-409) Dari BulanJuli 2002 Sampai Juni 2003................................................................................33 Tabel 4.2 Data Struktur Produk..........................................................................35

Tabel 4.3 Data Persediaan Dan Waktu Ancang Komponen Kursi.....................36 Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Peramalan.............................................................38 Tabel 4.5 Hasil Peramalan..................................................................................40 Tabel 4.6 JIP Perkomponen Untuk Tiga bulan Yang Akan Datang...................41 Tabel 4.7 Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Produk Kursi Armando...........41 Tabel 4.8 Kebutuhan Bersih Produk Kursi Armando.........................................42 Tabel 4.9 MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(LFL& EOQ)....................42 Tabel 4.10 MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(Metode POQ)..................42 Tabel 4.11 MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(Akumulasi 39 unit).........42 Tabel 4.12 MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(Akumulasi 78 unit).........43 Tabel 4.13 MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(Akumulasi 156 unit).......43 Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Perbandingan Antara Empat Metode MRP..........43 Tabel 4.15 Rekapitulasi Rencana Kebutuhan Komponen Kayu Pembentuk Kursi (unit), Setiap Minggunya Untuk Tiga Bulan YangAkan Datang(Juli-September 2003) ............................................................43

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Titik Pemesanan Kembali Dengan Sediaan Pengaman....................11 Gambar 2.2 Sistem Lengkap MRP......................................................................11 Gambar 4.1 Struktur Produk Kursi Armando (CH-409)......................................34 Gambar 4.2 Data Pemesanan Kursi Armando(CH-409)......................................40

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini semakin pesat, khususnya pada bidang industri. Seiring dengan kemajuan tersebut perusahaan-perusahaan berusaha untuk dapat menghasilkan produk dengan optimal. Namun pemanfaatan kemajuan teknologi tersebut harus memperhatikan sumber daya yang ada. Perusahaan juga harus memperhatikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam

menjalankan kegiatannya. Salah satu industri kecil yang diandalkan Kabupaten Klaten adalah industri kerajinan kayu, dan kerajinan kayu yang ada di desa Gombang kecamatan Cawas tergolong potensial. Industri kerajinan kayu ini telah ada sejak dulu sebagai warisan turun temurun dalam masyarakat. Dan salah satu kerajinan kayu tersebut adalah Ambar Jati

Furniture yang memang mempunyai prospek cukup cerah dalam industri kerajinan kayu. Kerajinan kayu Ambar Jati Furniture tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri saja tetapi juga memasarkan produknya ke luar hegeri. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, perusahaah Ambar Jati Furniture belum menerapkan sistem perencanaan kebutuhan material dengan baik, sehingga dalam proses produksinya sering terjadi keterlambatan produksi terutama pada saat proses perakitan. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah penyediaan bahan baku untuk proses produksi. Persediaan bahan baku yang kurang untuk proses produksi akan menyebabkan kerugian karena kesempatan untuk melakukan produksi menjadi hilang. Sebaliknya persediaan bahan baku yang berlebihan juga berakibat kerugian, akibat kelebihan bahan baku menyebabkan persediaan bahan baku menjadi menumpuk dengan nilai investasi besar dalam jangka waktu yang lama, belum lagi adanya kerusakan akan bahan baku tersebut. Proses produksi akan berjalan dengan baik jika persediaan bahan baku seimbang dengan kapasitas persediaan bahan baku seimbang dengan kapasitas produksi perusahaan. Dalam arti

persediaan tersebut tidak kurang dan tidak lebih selama proses produksi berlangsung. Agar perencanaan kebutuhan baku pada CV Ambar Jati Furniture dapat berjalan dengan baik maka penulis memilih judul : PENERAPAN MRP PADA PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU YANG OPTIMAL TERHADAP PRODUKSI KURSI ARMANDO (CH-409) Setudi kasus pada CV Ambar Jati Furniture klaten. 1.2. Identifikasi Masalah Peranan pengendalian bahan baku pada perusahaan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang jalannya proses produksi, karena dengan adanya pengendalian bahan baku diharapkan tingkat kekurangan atau kelebihan bahan baku yang terjadi dapat

dikendalikan secara optimal. Permasalahan yang sering timbul yaitu adanya penumpukan bahan yang berlebihan yang biasanya digunakan untuk persediaan pengaman (safety stock).Akibat perencanaan kebutuhan bahan baku yang kurang terkoordinasi sehingga menimbulkan penyimpangan jumlah bahan baku yang berlebihan.

1.3.

Batasan Masalah Agar penelitian dapat dilakukan, maka kami memberikan batasan-batasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada perusahaan CV Ambar jati Furniture Klaten,dan terbatas pada penetuan kebutuhan bahan baku pada proses produksi salah satu jenis produk yaitu kursi Armando(CH-409). 2. Penentuan lot dalam persediaan menggunakan metode lot for lot (LFL), Economic Order Quantity(EOQ), Period order Quantity (POQ), Akumulasi. 3. Periode penjadwalan adalah Mingguan dan peramalan dilakukan untuk tiga bulan yang akan datang, yaitu bulan Juli Agustus 2003.

1.4.

Rumusan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang ada di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah perusahaan sudah melakukan pembelian bahan baku yang paling ekonomis? 2. Apakah perusahaan telah melakukan persediaan pengaman untuk kelancaran proses produksi? 3. Apakah sudah terdapat tenggang waktu (lead time) dalam mengadakan pemesanan bahan baku?

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan Penelitian : 1. Untuk mengetahui jumlah pembelian yang paling optimal dalam pengadaan bahan baku pada perusahaan Ambar Jati Furniture. 2. Untuk mengetahui kapan pemesanan kembali harus dilakukan agar kedatangan bahan baku tepat pada waktu yang telah ditentukan sehingga

perusahaan tidak kehabisan bahan baku untuk kelancaran proses produksi. 3. Untuk mengetahui apakah perusahaan telah menyelenggarakan persediaan pengaman guna kelancaran proses produksi Manfaat Penelitian: 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijaksanaan yang akan diambil perusahaan pada saat yang akan datang. 2. Bagi penulis Dapat dipergunakan untuk menerapkan teori-teori yang didapat dibangku kuliah dengan keadaan sebenarnya di dunia industri dan dapat menambah pengetahuan dalam menerapkan disiplin ilmu . 3. Bagi pekembangan keilmuan Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dipakai sebagai data sekunder bagi perlengkapan suatu penelitian dan dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam melanjutkan dan melakukan penelitian dengan topik yang hampir sama. 1.6. Sistematika Penulisan Dalam penulisan laporan penelitian tugas akhir ini terdiri dari lima bab. Adapun sistematika penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Menjelaskan konsep dan prinsip dasar serta teori-teori yang mendasari penelitian untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bab III Metodologi Penelitian Membahas mengenai kerangka dalam memecahkan suatu masalah serta menjelaskan secara garis besar bagaimana langkah-

langkahpemecahan masalah dangan menggunakan metode yang diinginkan oleh penulis dalam memecahkan masalah. Bab IV Pengumpulan dan pengolahan data serta analisa Menyajikan hasil- hasil data yang diperoleh dari obyek penelitian, pengolahan data serta analisis dan pembahasannya. Bab V Kesimpulan dan saran Berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat memberi masukan guna pertimbangan bagi perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Persediaan

2.1.1. Definisi dan peranan persediaan Setiap perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi produk jadi akan selalu mengadakan persediaan, baik persediaan bahan baku, persediaan bahan dalam proses, maupun persediaan produk jadi. Tanpa adanya persediaan perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi permintaan konsumen maupun permintaan dalam proses produksi. Disamping itu yang perlu diperhatikan dalam persediaan adalah biaya-biaya yang ditanggung perusahaan. Oleh karena itu persediaan yang ada pada perusahaan harus dalam keadaan seimbang antara persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan produk jadi. Apabila terjadi kekurangan persediaan akan mengakibatkan

terganggunya proses produksi, demikian pula apabila terjadi kelebihan persediaan perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan yang besar. Itulah resiko yang terjadi apabila perusahaan tidak dapat menerapkan adanya keseimbangan pengadaan persediaan. Beberapa definisi persediaan yang sering dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Persediaan didefinisikan sebagai suatu aktiva yang meliputi usaha barang milik dengan maksud dapat dijual dalam periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses

produksi atau persediaan bahan mentah yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi (Assauri. S, 1987). 2. Persediaan dapat didefinisikan sebagai bahan yang ada di gudang yang dapat digunakan pada masa yang akan datang (Biegel, 1974). Bahan yang dimaksud disini dapat berupa bahan mentah untuk keperluan produksi, bahan setengah jadi, atau barang jadi yang siap dipasarkan. 3. Teori persediaan memberikan penentuan proses yang optimal untuk mendapatkan perkiraan kebutuhan masa yang akan datang (Starr dan Miller, 1986). Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah merupakan barang atau bahan baik bahan mentah, bahan setengah jadi, maupun barang jadi yang dengan sengaja disimpan menurut cara-cara tertentu sehingga dapat digunakan pada masa yang akan datang dengan

menguntungkan. 2.1.2. Jenis-jenis persediaan Berjalan lancarnya proses produksi dalam perusahaan adalah suatu hal yang sangat diharapkan. Supaya proses produksi dapat lancar sesuai dengan tujuan perusahaan, maka perusahaan harus memperhatikan unsur persediaan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Persediaan dalam perusahaan dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu dilihat dari fungsinya dan dilihat dari jenis barang tersebut dalam pengerjaannya. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan antara lain, sebagai berikut : (Assauri, Sofyan, 1987).

1. Persediaan yang berlebihan (Batch stock atau lot zise inventory), yaitu persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jika dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah yang besar, sedangkan penggunaannya atau pengeluarannya dalam jumlah yang kecil. Terjadinya persediaan ini disebabkan oleh pengadaan bahan atau barang yang dilakukan lebih banyak dari yang dibutuhkan. 2. Persediaan yang berfluktuasi (Fluctuation stock), yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasinya tidak dapat diramalkan lebih dahulu. 3. Persediaan yang dapat diramalkan (Anticipation stock), yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat dan dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan terjadi kesulitan untuk memperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu operasi. Disamping persediaan berdasarkan fungsi, persediaan dapat pula dibedakan menurut jenis dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk, yaitu sebagai berikut :

1. Persediaan bahan baku, yaitu persediaan barang-barang yang berujud yang digunakan dalam proses produksi yang dapat diperoleh dari sumbersumber alam ataupun dibeli dari perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi bahan atau barang jadi. 2. Persediaan bagian produk yang dibeli, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari bagian produk yang diterima dari perusahaan lain yang dapat secara langsung dirakit dengan bagian produk yang lain tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan barang setengah jadi, yaitu persediaan yang keluar dari tiaptiap bagian dalam suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. 4. Persediaan barang jadi, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual kepada konsumen atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.

2.1.3. Biaya biaya dalam persediaan

Secara umum, biaya meliputi semua pengeluaran dan kerugian yang timbul akibat adanya persediaan. Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan menurut E. Harjanto (1997) dapat digolongkan menjadi : 1. Biaya Pemesanan

Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dengan kegiatan pemesanan bahan atau barang, sejak dari penempatan, pemesanan sampai tersediannya barang di gudang. Biaya pemesanan ini meliputi semua biaya yang dkeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang tersebut, yang terdiri dari : a. Biaya administrasi dan penempatan order b. Biaya pemasok c. Biaya pengangkutan dan bongkar muat, d. Biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan barang dan e. Biaya hubungan telepon Biaya pemesanan tidak tergantung dari jumlah yang dipesan, tetapi tergantung pada berapa kali pemesanan dilakukan. Sehingga total biaya pemesanan sama dengan frekuensi pemesanan dikalikan biaya satu kali pesan, dengan biaya konstan untuk setiap kali pesan. Formulasinya : Biaya pemesanan = frekuensi pemesanan X biaya satu kali pesan

2. Biaya Penyimpanan Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang yang termasuk biaya ini antara lain : a. Biaya sewa gedung b. Biaya administrasi pergudangan c. Biaya listrik d. Biaya kerusakan, dan e. Gaji pelaksana pergudangan Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk yaitu sebagai prosentase dari harga barang atau dalam bentuk per unit barang. Formulasinya.
Biaya penyimpanan = jumlah unit barang di akhir periode x (biaya simpan/periode/unit)

3. Biaya kekurangan persediaan Adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya yang timbul karena : a. Terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak adanya bahan yang diproses b. Biaya administrasi tambahan c. Biaya tertundanya penerimaan keuntungan, serta d. Biaya kehilangan pelanggan Biaya kekurangan persediaan biayasanya sulit untuk diukur dan sering hanya diperkirakan besarnya secara subjektif. 2.1.4. Empat sasaran manajemen sediaan 1. Memaksimalkan Pelayanan pada Pelanggan peramalan permintaan pelanggan yang tidak akurat, perubahan besar pada pesanan pelanggan, dan kurangnya manajemen yang bertanggung jawab merupakan penyebab utama lemahnya kinerja pelayanan pada pelanggan dalam hal pengiriman tepat waktu. Akibatnya timbul sediaan yang berlebihan, yang selanjutnya mengarah pada penghapusan sediaan, biaya produk yang tinggi, serta marjin keuntungan yang rendah. 2. Memaksimalkan Efisiensi Pembelian dan Produksi Ada beberapa contoh dimana sediaan disimpan demi efisiensi biaya pengadaan dan produksi. Bila terjadi pembelian barang tang lebih besar dari pada yang dibutuhkan untuk mencapai efisiensi pembelian dan tranportasi,maka akan timbul sediaan barang yang menumpuk dalam waktu yang lama. 3. Meminimalkan Investasi Sediaan Sediaan akan mengikat uang yang seharusnya dapat digunakan perusahaan untuk berbagai hal lain dalam bisnis. Sediaan yang berlebihan akan dapat menciptakan aliran kas negatif,dan ini harus dihindarkan. Itulah

sebabnya mengapa orang orang keuangan berusaha menjaga sediaan serendah mungkin. 4. Memaksimalkan Profit Profit dapat dimaksimalkan dengan meningkatkan pendapatan atau menurunkan biaya. Salah satu yang terbaik adalah melakukan dengan manajemen sediaan yang tepat. 2.1.5. Titik pemesanan kembali. Titik Pemesanan Kembalidengan Sediaan Pengaman. Diagram gigi-gergaji tradisional pada Gambar dibawah ini secara grafis menunjukkan rumus titik pemesanan kembali.
Jumlah Sediaan

Titik Pemesanan Kembali

A C
Waktu Tenggang

A B C
Waktu Tenggang

B
Waktu Tenggang

D Gambar 2.1 : Titik Pemesanan Kembali dengan Sediaan Pengaman

A = Titik Pemesanan Kembali Titik dimana pesanan harus dilakukan supaya dapat diterima sebelum tingkat sediaan menjadi nol. B = Titik dimana pesanan baru diterima dan posisi gudang meningkat sejumlah pesanan. C = Waktu tenggang sebelum pesanan diterima.

= Sediaan pengaman yang disimpan untuk menyangga kekurangan dan kehabisan (stockout).

Dalam sistem ini, tingkat sediaan diperiksa secara periodik dan semua pesanan terjadi di satu waktu, sering kali untuk semua jenis stok, untuk mengisi kembali sediaan sampai pada tingkat target tertentu. 2.2. Peramalan Untuk perkembangan dan kelangsungan suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan tersebut di dalam menyesuaikan strateginya di lingkungan yang berubah dengan cepat. Hal ini menuntut manajemen untuk secara tepat mengantisipasi kejadian di masa yang akan datang. Harga yang dibayar perusahaan akan sangat mahal jika sampai terjadi kesalahan peramalan. Bagaimana cara perusahaan melakukan peramalan lingkungan atau peramalan industri. Perusahaan besar memiliki departemen perencanaan yang melakukan peramalan jangka panjang atas faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pasarnya.

2.2.1. Pengertian Peramalan Peramalan merupakan penelitian tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang. Peramalan pada dasarnya merupakan suatu taksiran. Namun demikian dengan menggunakan teknikteknik tertentu maka peramalan akan menjadi bukan hanya sekedar taksiran.

Dapat dikatakan bahwa peramalan tersebut merupakan taksiran ilmiah. Peramalan akan semakin baik jika terjadi sedikit kesalahan, walaupun kesalahan peramalan tetap merupakan suatu hal yang sangat manusiawi. Agar berarti maka hasil peramalan seharusnya dinyatakan dalam bentuk satuan produk (unit) dan mencakup periode perencanaan tertentu. Peramalan dalam jangka yang terlalu pendek tidak mungkin untuk digunakan mengambil tindakan yang efektif. 2.2.2. Pengklasifikasian Metode Peramalan Ada banyak macam metode peramalan yang telah di

kembangkan.Pemakaian metode peramalan diharapkan dapat mengurangi sedikit ketidak pastian dimasa yang akan datang. Metode peramalan dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori utama,yaitu metode peramalan kualitatif dan kuantitatif. 1. Metode peramalan kualitatif Merupakan metode yang dalam pembuatanya tidak memerlukan data kuantitati. Masukan yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu yang akan dipakai dan biasanya merupakan hasil pemikiran dari pembuatnya,dengan didasarkan pemikiran dan pengalamanpengalaman yang dipunyai. Metode peramalan kualitati dapat diterapkan bila terdapat kondisi sebagai berikut:1.Tidak tersedianya data masa lalu 2. Penemuan ditujukan untuk memperkirakan perkembangan dan penemuan baru yang mungkin terjadi di masa depan.

2. Metode peramalan kuantitatif Merupakan metode yang berdasarkan data masa lalu. Peramalan ini dapat diterapkan apabila terdapat kondisi sebagai berikut : 1. Melihat informasi masa lalu 2. Informasi itu dapat disajikan dalam bentuk kuantitatif 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek masa lalu akan berkelanjutan pada pola data yang akan datang. 2.2.3. Macam-macam metode peramalan: Untuk menemukan metode peramalan yang paling tepat, maka pada penelitian ini digunakan juga program Quant system version 3.0, yang terdiri dari sepuluh metode antara lain metode peramalan : a. Simple Average Metode rata-rata secara sederhana menghitung rataan dari data yang tersedia (sejumlah n) Persamaan metode rata-rata yaitu :

F () = t n t -1
Dimana : F(t) = Ramalan untuk periode t A(t) = Data aktual permintaan untuk periode t n = jumlah obsevasi

"

A (t)

b. Trend

Double Moving Average = Moving Average With Linier

Peramalan double moving average meliputi 3 aspek, antara lain : a. b. Mengadakan single moving averange pada waktu t Terjadinya penyesuaian antara single moving average double moving average (St-St) pada saat t c. Terjadinya penyesuaian trend N+1.

Aspek ini dapat dilihat pada persamaan berikut ini :


t N + 1

St

i =t i =t

X i N X i N

t N + 1

St

= St + (St St) =
2 (St St) N 1

F1+m Dimana : St St

= 1+ t.m

= statistik perataan pertama = statistik perataan kedua

c.

Single Exponentional Smoothing

Peramalan Single Exponentional Smoothing dihitung berdasarkan hasil peramalan ditambah kesalahan peramalan

sebelumnya digunakan untuk mengoreksi peramalan berikutnya. Peramalan Single Exponentional Smoothing adalah ; F(t) = a. A(t) + (1-a) . F(t 1)

Dengan 0 a 1,0 pengaruh Smoothing a yaitu ; Semakin besar a, Smoothing yang dilakukan semakin kecil. Semakin kecil a, Smoothing yang dilakukan semakin besar.

Karena a berupa variabel, masalah yang diahadapi dalam melakukan peramalan Single Exponentional Smoothing adalah mencari a optimum. d. Exponential Smoothing Trend Metode penulisan Exponential Smoothing Trend ini digunakan untuk serial data yang memiliki unsur trend

(kecenderungan) yang konsisten. Metode ini melakukan smoothing trend secara terpisah. Pemisahan ini menciptakan fleksibilitas dimana Smoothing Trend dapat dilakukan dengan parameter yang berbeda dengan parameter yang dipakai series asli. Persamaannya adalah sebagai berikut : F(t) = . A(t) + (1 a) . (F(t-1) + T(t-1))

T(t) F(1+ ) e.

= . (F(t-1) + T(t-1)) + (1 ). T(t-1) = F(t) + . T(t)

Double Exponential Smoothing Metode ini merupakan linier yang dimaksudkan untuk memperbaiki model exponential tunggal yang cenderung F(t) = Statistik penghalusan yang dapat menyesuaikan trend untuk mengeliminasi kerlambatan yang terjadi sewaktu statistik utama dihitung. F(t) = Parameter untuk memperbaiki penaksiran trend daripada sebelumnya.

f.

Winters Model Salah satu dari metode peramalan yang khusus untuk data yang berpola musionan adalah metode penghalusan exponensial linier dan musiman dari winters, metode ini didasarkan atas tiga persamaan, yaitu masing-masing untuk unsur statoner, trend dan musiman,sebagai berikut : F(t) T(t) I(t) = . A(t) / I(t-m) + (1 ) . (F(t-1) + T(t-1)) = . (F(1) + F(t-1)) + (1 ). T(t-1) = Y . A(t) / F(t) + (1 - ) . T(t-m)

F(1+ ) = F(t) + . T(t) Tertinggal dari pergerakan waktu sebenarnya. Dengan model ini mampu menghasilkan ramalan yang tepat jika terdapat trend baik negatif maupun positif.

Persamaan dari model ini adalah sebagai berikut : F(t) = . A(t) + (1 ) . F(t-1) F(t) = . F(t) + (1 ) . F(t-1) f(t + ) = F(t) Dimana : F(t) = Statistik penghalus pertama F(t) = Statistik penghalus kedua = Parameter penghalus pertama

A(t) = Permintaan aktual untuk periode t F(t-1) = Peramalan permintaan untuk t-1 g. = Waktu dari t

Double Exponential Smoothing With Linier Trend Keunggulan dari teknik ini terletak pada fleksibilitasnya tetapi dengan dua parameter penghalus. Dengan rumus sebagai berikut : F(t) F(t) = . A(t) + (1 ) . F(t-1) = . F(t) + (1 ) . F(t-1)

Dimana : F(t) = Statistik penghalus pertama F(t) = Statistik penghalus kedua = Parameter penghalus pertama

A(t) = Permintaan aktual untuk periode t F(t-1) = Peramalan permintaan untuk t-1

h.

= Waktu dari t

Linier Regression Regresi linier adalah kecenderungan titik koordinat dari variabel bebas dan variabel titik bebas membentuk suatu garis linear. Bentuk umum persamaan regresi untuk dua variabel sebagai berikut : (t) T b = Variabel tidak bebas = Variabel bebas = Nilai daripada (t) bila t = 0 = Perubahan rata-rata (t) = terdapat perubahan per unit t

Nilai dan b yang meminimalkan jumlah kesalahan kuadrat dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut :

y( t ).t 2 t.t.y.( t )
=
t =1 t =1 N t =1

N.t t t =1 t =1
2 N

t =1 2

N .y( t ). y( t ) t .
t =1 t =1 t =1

N .t 2 t t =1 t =1
N N

2.3.

Perencanaan Kebutuhan Bahan

2.3.1. Pengertian Perencanaan Kebutuhan Bahan

Perencanaan kebutuhan bahan (material requirement planing) menggantungkan pengendalian pekerjaan dan pengendaian produk. Waktu yang digunakan untuk mengubah jadwal produksi akibat permintaan atau kelambatan tak terduga secara manual cukup panjang, sehingga

memungkinkan perhitungan kebutuhan bahan untuk keperluan produksi. Adanya komputer mempercepat perhitungan sehingga peramalan, saat pemesanan, jumlah pesanan, penjadwalan induk, waktu ancang, serta kondisi persediaan pada saat yang sama. MRP pada dasarnya dapat diterapkan untuk sebagian besar industri manufaktur yang bersifat diskrit, seperti industri mobil, elektronika, dan lain sebagainya. 2.3.2. Tujuan Perencanaan Kebutuhan Bahan Tujuan perencanaan ada tiga, yaitu : 1. Merupakan rencana produksi atau rencana pemesanan komponen dan material yang diperlukan untuk menyusun jadwal induk produksi. Rencana ini meliputi identifikasi produk yang harus dipesan, identifikasi jumlah dan menjadwalkan pada saat dibutuhkan (order rekose) dan batas penyerahan (duedate). 2. Menirukan prioritas berdasarkan pemesanan dengan berubahnya sistem. 3. Menjadi masukan perencanaan kebutuhan kapasitas untuk memprediksi kebutuhan sumber yang diperlukan untuk mencapai jadwal induk produksi. 2.3.3. Masukan dan keluaran MRP Masukan untuk MRP meliputi :

1. Jadwal Induk Produksi (JIP)/Master Production Schedule (MPS). Jadwal induk produksi merupakan rencana rinci tentang jumlah barang yang akan diproduksi pada beberapa satuan waktu dalam barisan perencanaan. Jadwal induk produksi merupakan optimasi ongkos dengan memperhatikan kapasitasnya yang tersedia dan ramalan permintaan untuk mencapai rencana produksi yang akan meminimasi total ongkos produksi dan persediaan. 2. Struktur Produk/Bill of Material (BOM) Setiap item dan komponen harus memiliki identifikasi yang jelas dan unik sehingga berguna pada saat komputerisasi. Hal ini dilakukan dengan membuat struktur produk dan bill of material tiap produk. Struktur produk berisi tentang informasi mengenai hubungan antar komponen dalam perakitan. Informasi ini penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen. Lebih jauh lagi, struktur produk juga mengandung informasi tentang semua item, seperti nama item, serta jumlah yang dibutuhkan pada tiap tahun terhadap perakitan. 3. Keadaan persediaan/Inventory Master File (IMF) Data jumlah persediaan yang dimiliki digunakan untuk membuat keputusan dalam memesan suatu barang dengan sebaik-baiknya. Keluaran MRP meliputi : Material Requirement Planning (perencanaan kebutuhan bahan) mempunyai beberapa keluaran antara lain:

1. Memberikan catatan mengenai pesanan. MRP dapat menentukan jumlah kebutuhan komponen serta waktu pemesanannya untuk memenuhi permintaan sesuai dengan JIP. 2. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang. MRP dapat memberi indikasi penjadwalan ulang apabila kapasitas produksi yang telah ada tidak dapat memenuhi pesanan yang dijadwalkan. 3. Memberi indikasi untuk pembatalan pesanan. Memberikan kepastian terhadap pembatalan pesanan yang dilakukan atas suatu komponen. 4. Memberi informasi mengenai keadaan persediaan. MRP dapat menentukan secara tepat penjadwalan setiap komponen sehingga dapat meminimumkan biaya pesan maupun biaya perawatan. 2.3.4. Pendekatan Material Requirement Planning (MRP) Pada tahap perencanaan kebutuhan material, dilakukan perencanaan terhadap produk/part/material. Pendekatan untuk menyelesaikan masalah ini dilakukan melalui logika sederhana, yaitu : Peramalan
Master Prod. Schedule Pesanan Langganan

Status Persediaan

Sistem MRP

Struktur Produk

Rencana Pemesanan

Pemesanan Pembelian

Pesanan Kerja

Penjadwalan Kerja

Pembatalan Kerja

Gambar 2.2 : Sistem legkap MRP 2.3.5. Langkah Langkah Dasar Proses Pengolahan MRP 1. Perhitungan Kebutuhan Bersih (Netting) Merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Masukan yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah : 1. Kebutuhan kotor setiap periode 2. Persediaan yang ada di tangan 3. Rencana penerimaan (schedule receipts) pada periode mendatang Tabel 2.1 adalah contoh jadwal kebutuhan kotor untuk setiap periode, jadwal penerimaan, dan persediaan di tangan untuk produk akhir (level nol). Dengan demikian kebutuhan bersih sesuai dengan persamaan (1) dan (2) dihitung sebagaimana diperlihatkan Tabel 2.2. Hasil keseluruhan perhitungan kebutuhan bersih ialah sebagaimana Tabel 2.3.
Tabel 2.1 : Contoh Jadwal Kebutuhan Kotor

Periode Kebutuhan Kotor Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : 23

2 10

3 30

4 15

6 25

7 22

total 72

Tabel 2.2 : Perhitungan Kebutuhan Bersih

Periode 1 2 3 4

Kebutuhan Kotor 0 10 0 15

Jadwal Penerimaan 0 0 30 0

Persediaan di Tangan 23 23 13 43

Kebutuhan Bersih 0 0 0 0

5 6 7 8

0 25 22 0 72 1 23 0

0 0 0 0 30 2 10 13 0 3 30 43 0

18 18 0 0

0 7 22 0 29 5 18 0 6 25 -7 7 7 22 -29 22 8 -29 Total 72 30 -29 29

Tabel 2.3 : Hasil Keseluruhan Perhitungan Kebutuhan Bersih

Periode Kebutuhan Kotor Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : 23 Kebutuhan Bersih

4 15 18 0

Dalam perhitungan bersih dapat ditambahkan faktor-faktor lain, misalnya faktor cadangan pengaman. Cadangan pengaman diperlukan apabila permintaan selalu berubah-ubah dan faktor kesalahan peramalan besar. Tetapi cadangan pengaman ini hanya dimasukkan untuk item-item yang independen. Sementara untuk item-item yang memiliki ketergantungan terhadap item lainnya, faktor cadangan pengaman sama sekali tidak dimasukkan. 2. Penentuan Ukuran Lot (lotting) Lotting merupakan proses untuk menentukan besarnya pesanan setiap item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari proses netting. Teknik lot sizing yang paling sederhana adalah dengan menggunakan konsep jumlah atau periode pemesanan yang tetap (lot for lot). Tabel 2.4 merupakan pengembangan Tabel 2.3 terdahulu dengan menggunakan teknik penentuan ukuran lot for lot.
Tabel 2.4 : Contoh Proses Lotting dengan MenggunakanTeknik Lot For Lot

Periode Kebutuhan Bersih Ukuran Lot 3. Proses Offsetting

1 0

2 0

3 0

4 0

5 0

6 7 7

7 2 2

total 29 29

Proses ini ditunjukan untuk menentukan saat yang tepat guna melakukan rencana pemesanan dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan bersih. Rencana pemesanan dilakukan pada saat material dibutuhkan dikurangi dengan waktu ancang. Tabel 2-5 berikut ini memberikan contoh offsetting dengan waktu ancang dua periode.
Tabel 2.5 : Contoh Proses Offsetting dengan Waktu Ancang Dua Periode Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 total Ukuran Lot 7 2 29 Renc. Pemesanan 7 2 29

4. Proses Explosion Proses explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat lebih bawah, didasarkan atas rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting. Dalam proses explosion ini data struktur produk dan bill of material memegang peran penting karena menentukan arah explosion item komponen. Proses explosion dilakukan dengan menggunakan persamaan (3). Tabel 2.6 di bawah ini memberikan gambaran proses explosion yang terjadi pada tiga tingkat.
Tabel 2.6 : Contoh Suatu Proses Explosion Item A-Tingkat I-Waktu Ancang 2 Periode Periode 1 2 3 4 5 6 Kebutuhan Kotor 10 15 10 20 5 Jadwal Penerimaan 14 Persediaan di Tangan : 12 2 2 1 -9 -29 -34 Renc. Pesan 9 20 5 10 7 -34 8 10 -44 Total 70 14 -44 44 Total 44 -31 31 Total 62

Item B Tingkat 2 (1/1) Waktu Ancang 1 Periode Periode 1 2 3 4 5 6 7 Kebutuhan Kotor 9 20 5 10 Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : 28 28 19 -1 -6 -6 -16 -31 Renc. Pesan 1 5 10 15 Item C Tingkat 3 (2/1) Waktu Ancang 2 Periode Periode 1 2 3 4 5 6 7 Kebutuhan Kotor 2 10 20 30 Jadwal Penerimaan

8 -31

Persediaan di Tangan : 8 Renc. Pesan

6 4

-4 20

-4 30

-24

-54

-54

-54

-54 62

2.3.6 Teknik Lot Sizing dalam MRP


Ukuran jumlah barang yang dipesan (lot size) akan berhubungan dengan biaya pemesanan (set up) dan biaya penyimpanan barang semakin rendah ukuran lot, berarti semakin sering melakukan pemesanan barang, akan menurunkan biaya penyimpanan, tetapi menambah biaya pemesanan barang akan menurunkan biaya penyimpanan, tetapi menambah biaya pamesanan. Sebaliknya semakin tinggi ukuran lot akan mengurangi frekuensi pemesanan, berarti mengurangi biaya pemesanan tetapi meningkatkan biaya penyimpanan. Untuk itu perlu dicari ukuran lot yang tepat agar dapat meminimalkan total biaya persediaan. Adapun teknik teknik lot sebagai berikut menurut Zulian Yamit (1998): 1. Lot for lot (LFL) Metode Lot for lot dikenal sebagai metode persediaan minimal berdasarkan ide penyediaan persediaan (memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jika pesanan dapat dilakukan dalam jumlah berapa saja,maka pesanan sesuai dengan jumlah yang sesungguhnya diperlukan (lot for lot) menghasikan tidak adanya persediaan. Biaya yang timbul berupa biaya pemesanan saja. Metode ini beresiko tinggi, yaitu apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang, maka akan mengakibatkan terhentinya produksi. Sebagai contoh:

Tabel 2.7.Contoh rencana produksi Minggu 1 Produk si Biaya setiap kali pemesanan (set-upt) Rp. 35.000 dan biaya simpan Rp 50 per komponen per tahun. Dengan menggunakan metode LFL maka rencana kebutuhan material dapat disusun seperti tabel dibawah ini: Tabel 2.8. Bagan MRP dengan Metode LFL(dalam ribuan unit) PERIODE Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan 1 5 15 10 2 5 5 3 5 0 0 0 5 4 5 0 5 5 5 5 5 0 5 5 5 6 5 0 5 5 5 7 5 0 5 5 5 8 5 0 5 5 5 9 10 11 5 5 5 - - 0 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 12 5 0 5 5 13 5 0 5 5
5000

2
5000

3
5000

4
5000

5
5000

6
5000

7
5000

8
5000

9
5000

10
5000

11
5000

12
5000

13
5000

Biaya total persediaan dapat dihitung sebagai berikut : Biaya pemesanan = 50 x Rp. 35.000 Biaya simpan Total biaya = Rp. 1.750.000 = Rp. 0+

= Rp. 1.750.000

2. Economic Order Quantity (EOQ) Metode ini digunakan untuk permintaan yang tidak seragam dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan dipergunakan untuk mendapatkan rata-rata jumlah bahan setiap kali pemesanan, rata-rata permintaan beberapa periode dijumlahkan selanjutnya dibagi dengan jumlah periode yang ada dan

hasilnya dibulatkan ke dalam angka integer. Angka terakhir yang menunjukkan jumlah ekonomis dalam setiap kali pemesanan. Dibawah ini contoh penerapan EOQ sederhana : Agen gallati adalah agen pembelian suatu perusahaan

manufakturing besar . Dia sedang melakukan negosiasi suatu komponen yang digunakan dalam sebagian produk yang sedang di produksi perusahaan. Permintaanakan komponen tersebut adalah 250.000 unit per 250 hari kerja per tahun . permintaan adalah konstan dan seragam. Biaya penyimpanan sebesar Rp 50,- per komponen per tahun. Biaya pemesanan Rp 35.000,- per order , dan penyedia (supplier) memerlukan waktu 2 minggu (10 hari kerja) untuk pengiriman . Tentukan (a) Titik pemesanan kembali (kuantitas dimana pesanan harus dilakukan ), (b) economic order quantity(EOQ), dan (c) biaya persediaan tahunan total pada EOQ. Pemecahan masalah diatas adalah sebagai berikut : (a) Dalam hal ini , Permintaan per minggu (d) = jumlah minggui kerja =
D 250 .000 50

= 5.000 unit jumlah minggu kerja =


250 5

= 50 Minggu lead time(L) =10 hari kerja (2 minggu) R=dL=5000(2) =10.000 unit.

Jadi, Kapan saja persediaan mencapai 10.000 unit, pesanan akan dilakukan sebesar EOQyang ditentukan dalam(b).

(b) EOQ =

2 SD H

2 (35.000) (250.000) 50

= 18.708 unit.

(c) Total biaya = Total biaya simpan + Total biaya pesan TC = H 2 +S Q TC = 50(
Q D

18.708 250.000 ) + 35 .000 ( ) 2 18.708

= 467.700 + 467.700 = Rp 935.400,Tabel 2.9. Bagan MRP dengan Metode EOQ (dalam ribuan unit) PERIODE Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan 1 2 5 5 - 15 10 50 3 5 0 0 4 5 14 5 19 5 5 9 6 5 4 7 8 9 10 11 12 5 5 5 5 5 5 - - - - - 18 13 8 3 17 12 1 2 19 19 19 13 5 7

19

19

3. Periode Order Quantity (POQ) Interval periode waktu pemesanan = 4 minggu atau setiap periode 4 minggu melakukan pemesanan sebanyak (4 x 20.000 = 80.000 unit/order). Frekuensi pemesanan dalam 1 tahun = 250.000 : 20.000 = 12.5 kali = 13 kali Total biaya pemesanan = 13 x Rp 35.000 Total biaya simpan =4x = Rp 455.000

Tabel 2.9. Bagan MRP dengan Metode EOQ (dalam ribuan unit) PERIODE Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan 1 2 5 5 - 15 10 50 3 5 0 0 4 5 5 5 - 15 10 5 20 6 5 5 7 5 0 8 9 5 5 - 15 10 5 20 10 5 5 11 5 0 12 5 15 5 20 13 5 10

20

20

20

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 OBYEK PENELITIAN


Penelitian dilaksanakan di perusahaan CV Ambar Jati Furniture yang berlokasi di Klaten. Obyek penelitian hanya terbatas pada kebutuhan bahan baku pada proses produksi kursi santai.

3.2 PENGUMPULAN DATA


Untuk memperoleh data yang baik dan akurat maka Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara cara sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Studi yang merupakan pengumpulan yang diperoleh dengan membaca dan mempelajari buku buku yang ada hubunganya dengan masalah yanga dihadapi. b. Studi Lapangan

Studi ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada perusahan yang bersangkutan sebagai sasaran penelitian. Penelitian di lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan penelitian atau pengamatan langsung terhadap kegiatan di lapangan. 2. Wawancara. Merupakan komunikasi langsung dengan mengadakan tanya jawab dengan yang bersangkutan untuk memperoleh data yang diperlukan. 3. Dokumentasi. Merupakan pengumpulan data yang berasal dari catatancatatan atau arsip yang dimiliki oleh perusahaan. 3.3 METODE & ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses perhitungan secara kualitatif dengan menggunakan perumusan yang telah ditentukan. 3.3.1. Peramalan Ada banyak macam metode peramalan yang telah di kembangkan. Pemakaian metode peramalan diharapkan mengurangi sedikit ketidak pastian dimasa yang akan datang. Dari data permintaan diolah dengan menggunakan program Quanyitative System 3.0. dan untuk mengukur tingkat kesalahan

menggunakan MAD yang terkecil sehingga mendapat hasil yang lebih akurat. Ada sepuluh metode peramalan yang dipergunakan antaralain: a) Simple Average b) Weight Moving Average c) Double Moving Average

d) Moving Average With Linier Trend e) Single Exponential Smoothing f) Exponential Smoothing With Linear Trend g) Double Exponential Smoothing h) Double Exponential Smoothing With Linear Trend i) Linear Regression j) Winters model Penentuan tingkat kesalahan terkecil dalam peramalan

Mean Absolut Deviation (MAD) =

( F
N t =1

(t)

Xi )

n
Dimana: F(t) = nilai peramalan periode ke-t Xi = data aktual periode ke 1 N = jumlah observasi Mean Error Mean Absolut Error Sum of Squared Error Mean Squared Error Standar Deviation Error Percentage Error : ME =
(ei)/n
i= 1 n n

: MAE = : SSE =

(| ei |)/n
i= 1 n

ei
i =1 n i= 1 n

: MSE = : SDE : PEI = =

(ei
(ei
i =1 n i= 1

)/n

)/(n - 1) 1/2

(ei/xi)x10

0%

Mean Percentage Error

: MPE =

PEi/n
i= 1 n

Mean Absolut Percentage Error : MAPE =

| PEi | /n
i =1

Untuk penelitian ini MAD (Mean Absolut Deviation) digunakan sebagai ukuran kesalahan untuk menentukan kebaikan suatu peramalan.

3.3.2. Penentuan Jadwal Induk Produksi (JIP) JIP merupakan rencana rinci tentang jumlah barang yang akan diproduksi pada beberapa satuan waktu dalam horison perencanaan.JIP merupakan optimasi ongkos dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia dan ramalanpermintaan untuk mencapai rencana produksi yang akan meminimasi total ongkos produksi dan persediaan. JIP =
Nilai Hasil Peramalan periode Per Periode

JIP untuk setiap periode dijadikan kebutuhan kotor dalam perhitungan MRP. 3.3.3. Perhitungan Material Requirement Planning (MRP) Berdasarkan perhitungan JIP maka dapat dilakukan perencanaan kebutuhan bahan. Data yang akan diolah dlam MRP adalah: a) JIP / MPS b) Status Persediaan c) Struktur Produk (Bill of Material) 3.3.4. Perhitungan Lot Sizing

Dalam menghitung ukuran lot dilakukan secara manual dan dibantu dengan menggunakan dua metode yaitu: 1. Lot for lot 2. Economic Order Quantity (EOQ) 3.4. kesimpulan dan saran Berisi kesimpulan dari hasil pengolahan data secara keseluruhan serta saran saran yang diberikan ke Perusahaan. 3.5. Kerangka Pemecahan Masalah

Mulai

Studi pendahuluan Perumusan Masalah Tujuan penelitian Pengumpulan Data


Data-data permintaan masa lalu Data struktur produk Data persediaan yang dimiliki Data Lead Time (waktu ancang)

Pengolahan Data & Analisa Peramalan Jadual Induk Produksi (JIP) MRP meliputi : Lot For Lot (LFL) Economic Order Quantity (EOQ) Period Order Quantity (POQ) Akumulasi Kesimpulan dan saran Selesai Kesimpulan dan Saran Selesai

Gambar 3.1.Kerangka pemecahan masalah

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SERTA ANALISA 4.1. Hasil penelitian 4.1.1. sejarah dan perkembangan Ambar Jati Furniture (di lampiran) 4.2. Pengumpulan Data Data yang telah diteliti dan dikumpulkan tentang produk kursi santai adalah sebagai berikut : 1. Data pemesanan produk kursi santai dari bulan Juli 2002 - Juni 2003. 2. Data struktur produk kursi Armando(CH-409) 3. Data persediaan komponen kuri Armando(CH-409) 4. Data waktu ancang (lead time) setiap komponen pembentuk kursi Armando(CH-409).

5. 4.2.1. Data Pemesanan Kursi Armando(CH-409) Dari bulan Juli 2002 sampai Juni 2003. Tabel 4.1. Data Pemesanan Kursi Armando(CH-409)

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tahun 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2003 2003 2003 2003 2003 2003

Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

Pemesanan 70 72 76 40 80 50 70 80 45 45 35 55

4.2.2. Data Strutur Produk Data struktur produk ini mengenai komponen-komponen penyusun kursi Armando (CH-409). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Tabel 4.2. Data Struktur Produk Kursi Armando(CH-409) Nama Komponen Kode Jumlah Level Produksi/Beli (P/B) Kursi CH-40901 1 0 P Rangka depan CH-40911 1 1 P Rangka belakang CH-40912 1 1 P Busa dudukan CH-40913 1 1 B Bingkai depan CH-40921 1 2 P Kaki depan CH-40922 2 2 P Bingkai samping CH-40923 2 2 P Bingkai belakang CH-40924 1 2 P Kaki belakang CH-40925 2 2 P Sandaran tangan CH-40926 2 2 P Busa sandaran CH-40927 1 2 B Busa CH-40928 1 2 B Rangka dudukan CH-40929 4 2 P Busa CH-40931 1 3 P Rangka sandaran CH-40932 4 3 P

4.2.3. Data Persediaan dan Waktu Ancang (Lead Time)

Data persediaan yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data persediaan komponen yang digunakan untuk membuat kursi. Tabel 4.3. Data Persediaan dan Waktu Ancang Komponen Kursi No Nama Komponen Kode Jumlah Lead time 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Kursi Rangka depan Rangka belakang Busa dudukan Bingkai depan Kaki depan Bingkai samping Bingkai belakang Kaki belakang Sandaran tangan Busa sandaran Busa Rangka dudukan Busa Rangka sandaran CH-40901 CH-40911 CH-40912 CH-40913 CH-40921 CH-40922 CH-40923 CH-40924 CH-40925 CH-40926 CH-40927 CH-40928 CH-40929 CH-40931 CH-40932 10 10 10 10 20 30 30 20 30 30 10 0 30 0 30 (Minggu) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Lead time untuk masing-masing komponen dihitung mulai dari pemesanan sampai bahan baku tiba ditambah dengan lamanya proses pengerjaan sampai komponen siap dipakai. Pada pembuatan kursi Armando(CH-409) ini, pembelian bahan baku dalam bentuk kayu olahan. Adapun ukuran komponen pembentuknya adalah sebagai berikut (dalam cm3 ). Bingkai depan Kaki depan = 45 x 5 x 4 = 900 Cm3 = 60 x 6 x 4 = 1440 Cm3

Bingkai samping = 40 x 5 x 4 =800 Cm3 Bingkai belakang = 45 x 5 x 4 =900 Cm3

Kaki belakang

= 80 x 6 x 4 = 1920 Cm3

Sandaran tangan = 45 x 5 x 2,5 = 562.5 Cm3 Rangka sandaran = 35 x 4 x 4 Rangka dudukan = 40 x 4 x 4 = 280 Cm3 = 640 Cm3

Total persediaan kayu olahan komponen kursi : Bingkai depan Kaki depan = 20 x 900 = 18000 Cm3 = 30 x 1440 = 43200 Cm3

Bingkai samping = 30 x 800 = 24000 Cm3 Bingkai belakang = 20 x 900 = 18000 Cm3 Kaki belakang = 30 x 1920 = 57600 Cm3

Sandaran tangan = 30 x 562.5 = 16875 Cm3 Rangka sandaran = 15 x 4280 = 64200 Cm3 Rangka dudukan = 15 x 640 = 9600 Cm3

4.3. Pengolahan Data Data yang akan diolah dan di analisis adalah data permintaan produk kuri santai, data Jadwal Induk Produksi (JIP) untuk tiga bulan yang akan datang yaitu bulan Juli sampai September 2003. Data perencanaan kebutuhan komponen dan penentuan lot perkomponen pembentuk kursi Armando. Pengolahan sebagai berikut : 1. Tahap peramalan data dilakukan berdasarkan langkah-langkah

2. Penentuan jadwal induk produksi 3. Perhitungan perencanaan kebutuhan bahan 4. Penentuan ukuran lot yang optimbal

4.3.1. Tahap Peramalan Tahap peramalan ini bertujuan untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku untuk masa yang akan datang. Pengumpulan data-data peramalan didapat dari data pemesanan produk kursi Armando(CH-409) pada bulan Juli 2002-Juni 2003. Dalam menentukan hasil peramalan digunakan program Qs Version 3.0 berdasarkan nilai MAD yang terkecil. Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Peramalan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Metode Simple Average Double Moving Average Single Exponential Smoothing Exponential Smoothing Trend Double Exponential Smoothing Winters Model Double Exponential Smoothing With linear Trend Linear Regression Adaptive Exponential Smoothing Weighted Moving Average MAD 15.25 25.26 16.15 17.96 14.86 33.94 18.75 19.33 15.24 18.74

Jadi metode peramalan yang dipilih adalah metode Double Exponential Smoothing karena memiliki nilai MAD yang terkecil. Tabel 4.5. Hasil Peramalan No 1 2 Tahun 2003 2003 Bulan Juli Agustus Jumlah (unit) 49.849 49.849

2003

September

49.849

4.3.2. Penentuan Jadwal Induk Produksi Jadwal induk produksi merupakan jumlah rincian produk akhir berdasarkan hasil induk produksi untuk tiga bulan yang akan datang yaitu bulan Juli, Agustus dan September 2003. Dan periode produksi dalam mingguan, sehingga didapat rumus sebagai berikut : Data hasil peramalan dalam periode bulanan dikonvermasikan kedalam satu periode mingguan. JIP =
Nilai Hasil Peramalan Per Periode 4

Jadi jadwal induk produksi untuk tiga bulan yang akan datang adalah : JIP =
Nilai Hasil Peramalan Per Periode 49.849 = 4 4

= 12.46 13 unit/minggu Tabel 4.6 Jadwal Induk Produksi perkomponen Untuk Tiga Bulan Yang Akan Datang 1. Bingkai depan(CH-40921). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Juli Juli Juli Juli Agustus Agustus Agustus Agustus September September September September Kebutuhan Bahan 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13

2. Kaki depan(CH-40922). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Juli Juli Juli Juli Agustus Agustus Agustus Agustus September September September September Kebutuhan Bahan 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

3. Bingkai samping(CH-40923). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Juli Juli Juli Juli Agustus Agustus Agustus Agustus September September September September Kebutuhan Bahan 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

4. Bingkai belakang (CH-40924). No 1 2 3 4 5 6 7 Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 Bulan Juli Juli Juli Juli Agustus Agustus Agustus Kebutuhan Bahan 26 26 26 26 26 26 26

8 9 10 11 12

8 9 10 11 12

Agustus September September September September

26 26 26 26 26

5. Kaki belakang(CH-40925). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Juli Juli Juli Juli Agustus Agustus Agustus Agustus September September September September Kebutuhan Bahan 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

6. Sandaran tangan(CH-40926). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Juli Juli Juli Juli Agustus Agustus Agustus Agustus September September September September Kebutuhan Bahan 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

7. Rangka dudukan (CH-40929). No 1 2 3 Minggu ke 1 2 3 Bulan Juli Juli Juli Kebutuhan Bahan 52 52 52

4 5 6 7 8 9 10 11 12

4 5 6 7 8 9 10 11 12

Juli Agustus Agustus Agustus Agustus September September September September

52 52 52 52 52 52 52 52 52

8. Rangka Sandaran (CH-40931). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Juli Juli Juli Juli Agustus Agustus Agustus Agustus September September September September Kebutuhan Bahan 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52

4.3.3. Tahap Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Bahan dengan metode lot for lot Tabel 4.7. Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Produk Kursi Armando(CH-409) Nama Komponen : Kursi Armando(CH-409) Lead Time : 1 Minggu Periode
-3 -2 10 -1 10 0 10 3 3 3 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13

Level 0 Minggu
2 13 3 13 4 13 5 13 6 13 7 13 8 13 9 13 10 13 11 13 12 13 -

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanaan Rencana pemesanan

1 13 -

10

Nama Komponen : Rangka depan (CH-40911). Lead Time : 1 Minggu Minggu


-3 -2 10 -1 10

Level 1
3 13 13 13 13 4 13 13 13 13 5 13 13 13 13 6 13 13 13 13 7 13 13 13 13 8 13 13 13 13 9 13 13 13 13 10 13 13 13 13 11 13 13 13 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

0 3 7

1 13 6 6

2 13 13 13 13

10

13

Nama Komponen : Bingkai depan(CH-40921) Lead Time : 1 Minggu Minggu


-3 -2 20 -1 20 0 6 14 1 13 1 12 12 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 2 13 3 13 4 13 5 13 6 13 -

Level 2
7 13 13 13 13 8 13 13 13 13 9 13 13 13 13 10 13 13 13 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

20

Nama Komponen : Kaki depan(CH40922) Lead Time : 1 Minggu Minggu


-3 -2 30 -1 30 0 12 18 8 8 8 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 1 26 2 26 3 26 4 26 5 26 6 26 -

Level 2
7 26 26 26 26 8 26 26 26 26 9 26 26 26 26 10 26 26 26 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

30

Nama Komponen : Bingkai samping(CH-40923) Lead Time : 1 Minggu Periode


-3 -2 30 -1 30

Level 2 Minggu
3 26 26 26 26 4 26 26 26 26 5 26 26 26 26 6 26 26 26 26 7 26 26 26 26 8 26 26 26 26 9 26 26 26 26 10 26 26 26 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

0 12 18

1 26 8 8

2 26 26 26 26

30

26

Nama Komponen : Rangka belakang(CH-40912) Lead Time : 1 Minggu Periode


-3 -2 10 -1 10

Level 1 Minggu
3 13 13 13 13 4 13 13 13 13 5 13 13 13 13 6 13 13 13 13 7 13 13 13 13 8 13 13 13 13 9 13 13 13 13 10 13 13 13 13 13 13 11 13 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

0 3 7

1 13 6 6

2 13 13 13 13

10

13

Nama Komponen : Bingkai belakang (CH-40924) Lead Time : 1 Minggu Periode


-3 -2 -1

Level 2 Minggu
3 26 26 26 26 4 26 26 26 26 5 26 26 26 26 6 26 26 26 26 7 26 26 26 26 8 26 26 26 26 9 26 26 26 26 10 26 26 26 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan 20 20 20 8 Persediaan ditangan 18 26 Kebutuhan bersih 18 26 Rencana terima pesanan 18 26 26 Rencana pemesanan Nama Komponen : Kaki belakang(CH-40925) Lead Time : 1 Minggu Periode
-3 -2 30 -1 30

0 12

1 26

2 26

Level 2 Minggu
3 26 26 26 26 4 26 26 26 26 5 26 26 26 26 6 26 26 26 26 7 26 26 26 26 8 26 26 26 26 9 26 26 26 26 10 26 26 26 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

0 12 18

1 26 8 8

2 26 26 26 26

30

26

Nama Komponen : Sandaran tangan(CH-40926) Lead Time : 1 Minggu Periode


-3 -2 30 -1 30

Level 2 Minggu
3 26 26 26 26 4 26 26 26 26 5 26 26 26 26 6 26 26 26 26 7 26 26 26 26 8 26 26 26 26 9 26 26 26 26 10 26 26 26 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

0 12 18

1 26 8 8

2 26 26 26 26

30

26

Nama Komponen : Busa Sandaran (CH-40927) Lead Time : 1 Minggu Periode


-3 -2 -1 0 6 1 13 2 13 3 13

Level 2 Minggu
4 5 6 13 13 13 13 7 13 13 13 13 8 13 13 13 13 9 13 13 13 13 10 13 13 13 11 12

13 13 Kebutuhan kotor Skedul penerimaan 10 10 10 4 Persediaan ditangan 9 13 13 13 13 Kebutuhan bersih 9 13 13 13 13 Rencana terima pesanan 9 13 13 13 13 13 Rencana pemesanan Nama Komponen : Rangka Sandaran (CH-40931) Lead Time : 1 Minggu Periode Minggu -3 -2 30 -1 30 6 6 6 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52

Level 3
6 52 52 52 52 7 52 52 52 52 8 52 52 52 52 9 52 52 52 10 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

0 36 -

1 52 -

2 52 -

3 52 -

4 52 -

5 52 -

30

Nama Komponen : Busa dudukan(CH-40913) Lead Time : 1 Minggu Periode


-3 -2 10 -1 10

Level 1 Minggu
2 13 13 13 13 3 13 13 13 13 4 13 13 13 13 5 13 13 13 13 6 13 13 13 13 7 13 13 13 13 8 13 13 13 13 9 13 13 13 13 10 13 13 13 13 13 13 11 13 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

0 3 7

1 13 6 6

10

13

Nama Komponen : Rangka dudukan(CH-40929) Lead Time : 1 Minggu Periode


-3 -2 30 -1 30

Level 2 Minggu
3 52 52 52 52 4 52 52 52 52 5 52 52 52 52 6 52 52 52 52 7 52 52 52 52 8 52 52 52 52 9 52 52 52 52 10 52 52 52 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanan Rencana pemesanan

0 24 6

1 52 46 46

2 52 52 52 52

30

46

52

Untuk memenuhi kebutuhan bersih pada produk kursi Armando (CH-409) penulis menggunakan empat alternatif metode pengukuran lot pemesanan yaitu: 1. Lot For Lot (LFL) 2. Economic Order Quantity (EOQ) 3. Period Order Quantity (POQ) 4. Akumulasi
Tabel 4.8. Kebutuhan Bersih Produk Kursi Armando(CH-409)

Periode
-3 -2 10 -1 10 0 10 3 13 13

Minggu
1 13 2 13 3 13 4 13 13 5 13 13 6 13 13 7 13 13 8 13 13 9 13 13 10 13 13 11 13 13 12 13 13 10

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanaan Rencana pemesanan

1. Metode LFL Tabel 4.9 berikut ini menunjukkan MRP produk kursi Armando (CH-409) dengan lot pemesanan dengan menggunakan metode Lot For Lot. Tabel 4.9
MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(metode pemesanan LFL)

Periode
-3 -2 10 -1 10 0 10 3 3 3 13 13 13 13 13 13 13

Minggu
1 13 2 13 3 13 4 13 13 13 13 5 13 13 13 13 6 13 13 13 13 7 13 13 13 13 8 13 13 13 13 9 13 13 13 13 10 13 13 13 13 11 13 13 13 13 12 13 13 13 10

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanaan Rencana pemesanan

Dengan menggunakan lot pemesanan sistem LFL berarti pesanan dilakukan untuk setiap minggu. Maka total biaya yang dikeluarkan adalah: Biaya pemesanan = 12 x Rp 70.000 = Rp 840.000 Biaya simpan Total biaya = Rp 0+

= Rp 840.000

2. Metode EOQ Untuk menentukan jumlah lot dengan menggunakan metode EOQ , langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan besar EOQ dan kemudian membuat MRP produk kursi Armando (CH409) (metode EOQ) Diketahui : D = Rata-rata kebutuhan = 50 unit/minggu S = Biaya pesan Rp 70.000,-setiap kali pesan H = Biaya simpan = Rp5000,- setiap periode EOQ =
2 SD = H 2(70 .000 )( 50 ) (5000 )

= 37.416 = 38 unit (dibulatkan) Tabel 4.9


MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(metode pemesanan EOQ)

Periode
-3 -2 10 -1 10 0 10

Minggu
1 13 35 3 38 38 38 2 13 22 3 13 9 4 13 34 4 38 38 5 13 21 6 13 8 7 13 33 5 38 38 8 13 20 9 13 7 10 13 32 6 38 11 13 19 12 13 6 10

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanaan Rencana pemesanan

Frekuensi pembelian dalam tiga bulan = 150 : 38 = 3.9 kali = 4 kali Interval waktu order /order = 12 : 4 = 3 minggu Total biaya pemesanan = 4 x Rp 70.000 = Rp 280.000 Total biaya simpan = 3 x Rp 5.000 Total biaya 3. Metode POQ = Rp 15.000 + = Rp 295.000

Interval periode waktu pemesanan = 4 minggu atau setiap periode 4 minggu melakukan pemesanan sebanyak (4 x 13 = 52 unit/order). Frekuensi pemesanan dalam tiga bulan = 150 : 52 = 2.88 kali = 3 kali Total biaya pesan = 3 x Rp 70.000 = Rp 210.000 = Rp 20.000 + = Rp 230.000 Tabel 4.10
MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(metode pemesanan POQ)

Total biaya simpan = 4 x Rp 5.000 Total biaya

Periode
-3 -2 10 -1 10 0 10

Minggu
1 13 49 3 52 52 52 2 13 36 3 13 23 4 13 10 5 13 49 3 52 52 6 13 36 7 13 23 8 13 10 9 13 49 3 52 10 13 36 11 13 23 12 13 10 10

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanaan Rencana pemesanan

4. Metode Akumulasi Jumlah pemesanan dengan metode akumulasi terdapat banyak alternatif kemungkinan jumlah pemesanan, mulai dari 13 unit (12 kali) hingga 156 unit (1 kali). Oleh karena itu metode akumulasi akan menguji pemesanan dengan alternatif pembelian sebagai berikut : a. Pemesanan 39 unit dengan interval pemesanan 3 minggu. Biaya pemesanan = 4 x Rp 70.000 Biaya simpan Total biaya = 3 x Rp 5.000 = Rp 280.000 = Rp 15.000 + = Rp 295.000

b. Pemesanan 78 unit dengan interval pemesanan 6 minggu. Biaya pemesanan = 2 x Rp 70.000 Biaya simpan Total biaya = 6 x Rp 5.000 = Rp 140.000 = Rp 30.000 + = Rp 170.000

c. Pemesanan 156 unit dengan interval pemesanan 12 minggu. Biaya pemesanan = 1 x Rp 70.000 Biaya simpan Total biaya = 12 x Rp 5.000 = Rp 70.000 = Rp 60.000 + = Rp130.000

Perbandingan total biaya dari ketiga alternatif metode akumulasi, ternyata pemesanan setiap 156 unit menghasilkan biaya paling rendah, yaitu Rp 130.000. MRP permintaan produk kursi Armando (CH-409) dengan pemesanan sebanyak 39 unit, 78 unit, 156 unit dapat dilihat pada tabel 4.11, 4.12, 4.13 berikut ini.

Tabel 4.11
MRP Produk Kursi Armando(CH-409)(metode akumulasi 39 unit)

Periode
-3 -2 10 -1 10 0 10

Minggu
1 13 36 3 39 39 39 2 13 23 3 13 10 4 13 36 3 39 39 5 13 23 6 13 10 7 13 36 3 39 39 8 13 23 9 13 10 10 13 36 3 39 11 13 23 12 13 10 10

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanaan Rencana pemesanan

Tabel 4.12
MRP Produk Kursi Armando(CH-409)( metode akumulasi 78 unit)

Periode
-3 -2 -1 0 1 2 3

Minggu
4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan Kebutuhan bersih Rencana terima pesanaan Rencana pemesanan

13 10 10 10 10 65 3 78 78

13 52

13 49

13 36

13 23

13 10

13 65 3 78

13 52

13 49

13 36

13 23

13 10

78

Tabel 4.13
MRP Produk Kursi Armando(CH-409)( metode akumulasi 156 unit)

Periode
-1 1

Minggu
2 13 10 153 3 156 156 140 3 13 127 4 13 114 5 13 101 6 13 88 7 13 75 8 13 62 9 13 49 10 13 36 11 13 23 12 13 10

Kebutuhan kotor Skedul penerimaan Persediaan ditangan 10 Kebutuhan bersih Rencana terima pesanaan Rencana pemesanan

Tabel 4.14 Rekapitulasi hasil perbandingan antara empat metode MRP MRP Aspek Biaya pesan (Rp) Biaya simpan(Rp) Total biaya (Rp) Frekwensi pemesanan/mgg Ukuran lot pemesanan Waktu ancang LFL 840000 0 840000 12 13 1 EOQ 280000 15000 295000 4 38 1 POQ
3 minggu

Akumulasi
6 minggu 12 minggu 16 minggu

210000 20000 230000 3 52 1

280000 15000 295000 4 39 1

140000 30000 170000 2 78 1

70000 60000 130000 1 156 1

70000 90000 160000 1 208 1

grafik ukuran lot biaya total 900000 800000 700000 600000 840000 ukuran lot biaya pesan biaya simpan

biaya

500000 400000 300000 200000 100000 0 1 0 13 2 15000 38 3 20000 39 4 15000 52 5 295000 280000 295000 210000 280000 230000 170000 140000 30000 78 130000 70000 60000 6 156 7 160000 90000 70000 208

biaya total ukuran lot biaya pesan biaya simpan

840000 13 840000 0

295000 38 280000 15000

295000 39 210000 20000

230000 52 280000 15000

170000 78 140000 30000

130000 156 70000 60000

160000 208 70000 90000

ukuran lot

Tabel 4.7.

Rekapitulasi Rencana Kebutuhan Komponen Kayu Pembentuk Kursi (dalam unit), setiap minggunya untuk 3 bulan yang akan datang (juli september 2003) Minggu
Total

-3

-2

-1

0 8 8 8 8 8 6 46

1 12 26 26 26 26 26 52 52

2 13 26 26 26 26 26 52 52

3 13 26 26 26 26 26 52 52

4 13 26 26 26 26 26 52 52

5 13 26 26 26 26 26 52 52

6 13 26 26 26 26 26 52 52

7 13 26 26 26 26 26 52 52

8 13 26 26 26 26 26 52 52

9 13 26 26 26 26 26 52 52

10

Unit 116

Bingkai depan Kaki depan Bingkai samping Bingkai belakang Kaki belakang Sandaran tangan Rangka sandaran Rangka dudukan

242 242 252 242 242 474 514

4.3.4. Penentuan lot sizing 14. Metode economic order quantity (EOQ) Diketahui : D = Rata-rata kebutuhan per minggu 0.174045 S = Biaya pesan Rp 60.000,-setiap kali pesan H = Biaya simpan Rp70000,- pertahun L = 1 minggu Data : Permintaan kursi selama setahun = 718 unit. 1 unit kursi = 0.012145 m3

1 unit kursi ada 11 komponen

14. 718 unit kursi = 0.012145 x 718 = 8.72 m3 1 tahun = 250 hari kerja = 50 minggu

Dengan menggunakan metode EOQ di sapat hasil sebagai berikut: (a) titik pemesanan kembali adalah: permintaan per minggu(d) = jumlah minggu keja = 50 = 14.36 unit = 0.1744 m3 Lead time(L) = 1 minggu R= d L = 14.36(1) =14.36unit = 0.1744 m3 Jadi kapan saja persediaan mencapai 0.1744 m3 ,pesanan akan dilakukan sebesar EOQ yang telah ditentukan. 14. EOQ =
2 SD = H 2(60 .000 )( 0.1474045 ) (70000 )
0.25269

718

=0.50269m3

(b) Total biaya = Total biaya simpan + Total biaya pesan Total biaya = 70000 + 60 .000 (
8.72 ) 0.50269

= Rp 70.000 + Rp 1.040.800,= Rp 1.100.800

14. Metode lot for lot Total biaya pesan = 50 x Rp 60.000 = Rp3.000.000 Total biaya simpan Total biaya = Rp. 0 +

= Rp3.000.000

Tabel 4.8 Rekapitulasi Rencana Kebutuhan Komponen Kayu Olahan Pembentuk Kursi Santai (dalam Cm3)
Nama Komponen
Bingkai Depan Kaki Depan Bingkai Samping Bingkai Belakang Kaki Belakang Sandaran Tangan Rangka sandaran Rangka dudukan Total

0 11.520 6.400 16.200 15.360 4.500 1.680 29.440 85.100

1 10.800 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 204.825

2 11.700 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 205.725

3 11.700 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 205.725

4 11.700 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 205.725

Minggu 5 11.700 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 205.725

6 11.700 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 205.725

7 11.700 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 205.725

8 11.700 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 205.725

9 11.700 37.440 20.800 23.400 49.920 14.625 14.560 33.280 205.725

Tabel 4.9.MRP dengan menggunakan metode EOQ (dalam cm3)


Periode Kebutuhan bersih Ukuran lot Persediaan

1 53.980 502.690 472.920

2 156.985 315.935

3 157.885 158.050

4 157.885 165

5 157.885 502.690 344.970

6 157.885 187.085

7 157.885 29.200

8 15

50 37

Tabel 4.10.MRP dengan menggunakan metode LFL(dalam cm3)


Periode Kebutuhan bersih Ukuran lot Persediaan

1 53.980 53.980 0

2 156.985 156.985 0

3 157.885 157.885 0

4 157.885 157.885 0

5 157.885 157.885 0

6 157.885 157.885 0

7 157.885 157.885 0

Kursi Armando 1 unit (CH-40901)

Rangka depan 1 unit (CH-40911)

Rangka belakang 1 unit (CH-40912)

Data Strutur Produk


Bingkai depan 1 unit (CH-40921) Kaki depan 2 unit (CH-40922) Bingkai samping 2 unit (CH-40923) Bingkai belakang 2 unit (CH-40924) Kaki Belakang 2 unit (CH-40925) Sandaran tangan 2 unit (CH-40926) Busa Sandaran 1 unit (CH-40927)

(C

Busa 1 unit (CH-40931)

Rangka Sandaran 1 unit (CH-40931)

Gambar 4.1. Struktur Produk Kursi Armando (CH-409)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan analisis terhadap sistem perencanaan kebutuhan bahan baku pada CV Ambar Jati Furniture Klaten, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan.

5.1. Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari penentuan Jadual Induk Produksi dapat diketahui rencana produksi pembuatan kursi Armando (CH-409) untuk tiga bulan yang akan datang sebesar13 unit setiap periode.

2. Berdasarkan perhitungan Material Requirement Planing (MRP) dapat diketahui komponen apa saja yang dibutuhkan untuk pembuatan kursi Armando (CH-409), berapa jumlahnya dan kapan masing-masing komponen itu dibutuhkan. 3. Berdasarkan perhitungan ukuran lot (lot sizing) dengan menggunakan empat metode yaitu metode Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ) dan metode Akumulasi dapat disimpulkan bahwa ukuran pemesanan bahan baku yang optimal dan paling ekonomis dengan menggunakan metode Akumulasi dengan Frekwensi pemesanan setiap tiga bulan sekali dan biaya pemesanan sebesar Rp. 70.000,-, biaya simpan sebesar Rp 60.000,- sehingga total biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 130.000,-. karena dengan pemesanan secara bertahap akan meminimalkan total biaya yang dikeluarkan perusahaan. 5.2. Saran Dari hasil analisis dan kesimpulan diatas dapat diajukan beberapa saran, yaitu: 1. CV. Ambar Jati Furniture diharapkan dapat lebih memperhatikan sistem perencanaan kebutuhan bahan baku dengan lebih teliti dan terencana untuk kelancaran proses produksi. 2. Dalam sistem pengadaan bahan baku, sebaiknya diperhitungkan jumlah yang paling optimal dan waktu yang tepat dalam melakukan pemesanan

agar biaya pemesanan dapat ditekan seminimal mungkin dan dalam penelitian ini kami ajukan metode Akumulasi 156 unit. 3. Untuk mendukung pengolahan data dalam proses perencanaan bahan baku yang melibatkan banyak produk sebaiknya menggunakan program komputer.

You might also like