You are on page 1of 220

PROCEEDING

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Prospek dan Tantangan Pengembangan Program Keahlian Administrasi Perkantoran Modern Berbasis Teknologi Informasi

Vol. 1

No. 01

2010

ISSN 2087-2917

KATA PENGANTAR Seminar Nasional dan Call for Paper ini diselenggarakan oleh Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang (UNNES). Kegiatan ini bertujuan strategis memberi kontribusi dalam pengembangan Administrasi Perkantoran, baik dari sisi keilmuan maupun praktis, yang didasarkan pada perkembangan terkini yang terjadi. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk bertukar pikiran dalam mengembangkan Administrasi Perkantoran yang professional. Peserta dalam kegiatan ini berjumlah 200 orang yang berasal dari para akademisi dan praktisi di bidang Administrasi Perkantoran dari berbagai institusi seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Malang, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Surakarta, Universitas Diponegoro, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Brawijaya dan Universitas Merdeka Malang, serta beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang memiliki program studi/ jurusan Administrasi Perkantoran. Beragam topik, baik hasil riset empiris, studi literatur atau konsep praktis, dirangkum dalam sebuah tema besar Prospek dan Tantangan Pengembangan Program Keahlian Administrasi Perkantoran Modern Berbasis Teknologi Informasi. Kami berharap, bahwasanya kegiatan ini dapat memberikan dampak positif dan dukungan bagi pengembangan program keahlian Administrasi Perkantoran, baik pada institusi bisnis, nirlaba maupun pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Univeristas Negeri Semarang dan seluruh jajarannya, pihak sponsor (Bank Bukopin, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BPD Jawa Tengah, Harian Suara Merdeka, CV. Hamparan Karya) serta seluruh peserta dan pemakalah yang mendukung kesuksesan kegiatan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Panitia yang terlibat, juga tim Reviewer dan Editor, yang tanpanya, tujuan diadakannya kegiatan ini, tidak akan tercapai. Semarang, 16 Oktober 2010 Sri Wartini, S.E.,M.M. Ketua Panitia

PROCEEDINGS

Seminar Nasional dan Call for Paper Prospek dan Tantangan Pengembangan Program Keahlian Administrasi Perkantoran Modern Berbasis Teknologi Informasi

Reviewer: Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd. Dr. Kardoyo, M.Pd. Dra. Murwatiningsih, MM Drs. Martono, M.Si. Dra. Nanik Suryani, M.Pd. Editor Kepala: Arief Yulianto, SE,MM Editor Pembantu: Andhi Wijayanto, SE, MM Desti Ranihusna, SE, MM Moh. Khoiruddin, SE, MM Nury Ariani, SE, M.Sc. Vitradesie Noekent, SE, MM

DAFTAR ISI Kata Pengantar Dewan Redaksi Administrasi Perkantoran Dalam Perspektif Modern (Ade Rustiana) Pengarsipan Digital Pada Instansi Pemerintah :Sebuah Langkah Menuju Manajemen Perkantoran Modern (Vitradesie Noekent) Pengaturan Tata Ruang Kantor Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus (Wiwin Anugrahati) Memodernisasi Sistem Perkantoran Melalui Peran Teknologi Informasi (Wahyono) Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII B SMPN 1 Tersono Kabupaten Batang (Yulia Ratnaningsih) Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Mengelola Kearsipan Pada Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran Smk Taman Siswa Kudus (Nova Chotibul Umam) Model Manajemen Kearsipan Sebagai Upaya Unnes Meraih Sertifikat ISO 9001: 2008 (Agung Kuswantoro) Pengaruh Catatan Siswa Terhadap Ingatan Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi, Kelas X, SMA Negeri 1 Boja Kendal (Fridolin Palupi Sri Kurniawati) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Ungaran (Rizal Fadilla Septian) dan

Komparatif Pembelajaran Mengetik Sebelum dan Sesudah Menggunakan Media Audio Visual Program Macromedia Flash pada Siswa Kelas X Pemasaran di SMK Negeri 9 Semarang (Sri Sukariyah) Komparasi Pembelajaran Stenografi Dasar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Media Audiovisual filmstrip pada Siswa Kelas XI AP di SMK Widya Praja Ungaran (Wardah Rizqi Tourviana) Informatics-Based HR Quality Improvement in Dealing with Globalization and Industrial Era Challenges (Sri Wartini, SE, MM) Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Ungaran (Widya Latif Kartika) Pengaruh Strategi Guru Mengajar dan Strategi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Ips) Terpadu Kelas Vii di Smp Negeri 5 Ungaran (Winarti) Pengaruh Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga dan Strategi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas Xi Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Taman Siswa Kudus (Rita Trisna Deasyanti) Prosedur Pengelolaan Surat Masuk dan Surat Keluar Pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang (Sischa Apriliyanti)

Upaya Peningkatan Kualitas Sekretaris Dalam Manajemen Perkantoran Pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang (Indah Fitria Rahayuningrum) Prosedur Administrasi Peralatan Kantor pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah (Rodhiana Dewi Nugrah Apriliana) Desain Implementasi TIK dalam Administrasi Perkantoran (Arief Yulianto) Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dalam Proses Belajar Mengajar dan Kebiasaan Membaca Buku terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII Smp Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes (Dede Atikah) Pengaruh Cara Belajar, Penggunaan Media Pembelajaran dan Motivasi terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Pringapus Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 (Erni Dwijayanti) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran Smk Negeri 1 Boyolali (Laela Nur Farida) Upaya Pengembangan Kompetensi Pegawai Pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik Dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang (Sri Haryati) Manajemen Administrasi Informasi Pertanian Berbasis IT di Provinsi Jawa Tengah (Sucihatiningsih DWP dan Himawan Arif S) Kompetensi Profesional Guru dan Fasilitas Belajar Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang (Nur Aeni Yuniarsih) Perbandingan Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Media Visual Berbasis Macromedia Flash Mx dalam Pembelajaran Mata Diklat Kearsipan pada Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran Smk N 1 Boyolali (Nurul Khaqim) Prosedur Administrasi Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor pada Up3ad Kabupaten Kendal (Khusnul Budi Ani) Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (Heni Maulidah) Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas XI Smk N I Punggelan Banjarnegara (Ristian Cahyo Saputro) Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dan Minat Siswa Memilih Program Keahlian Administrasi Perkantoran terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Produktif Siswa Kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran Smk Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal (Silfia Rizqi Amalia) Pengaruh Pendidikan Sistem Ganda, Penguasaan Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Dan Fasilitas Belajar terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Prodi Administrasi Perkantoran XI SMK N 1 Kendal Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2009/2010 (Siti Susanti)

Administrasi Perkantoran dalam perspektif modern Oleh: Ade Rustiana* Abstrak Perkembangan ilmu administrasi perkantoran tidak dapat dihindari dari tuntutan moderenisasi/ globalisasi , namun dalam parakteknya tuntutan tidak semua dapat dijalankan dalam semua aspek lebih-lebih dalam administrasi perkantoran. Hal ini disebabkan dua hal,yaitu pertama bahwa administrasi perkantoran adalah sistem pelayanan dalam sebuah organisasi perkantoran baik itu dalam organisasi yang berorientasi pada profit maupun pada organisasi nirlaba karena ini merupakan sistem dalam pelayanan tentu ada aspek-aspek administrasi perkantoran yang dapat disentuh oleh modernisasi tetapi ada hal lain yang harus dengan manual , kedua bahwa administrasi perkantoran adalah pelengkap dalam sistem administrasi perkantoran untuk pencapaian tujuan organisasi, pelengkap bukan berarti keberfungsiannya berkurang atau sewaktu-waktu dapat dihilangkan tetapi pelengkap yang dimaksud sebagai sistem yang tidak dapat dipisah satu dengan lainnya. Sehingga dari dua hal tersebut dapat dimaknai bahwa administrasi perkantoran ada yang dapat berkembang secara terus menerus tetapi ada pula yang harus mengikuti pola sebelumnya, hal itu seperti dikemukakan oleh Kuhn bahwa setiap disiplin ilmu mengalami pasang surut, perubahan, dan perkembangan terus menerus. Sebagai buktinya bahwa dalam ilmu administrasi perkantoran terjadi perubahan paradigma yaitu dari paradigma lama menjadi paradigma baru dengan tanpa meninggalkan esensi-esensi yang ada di paradigma sebelumnya (lama) yaitu paradigma administrasi perkantoran konvesional yaitu bahwa : 1) bersifat Tayloristik, 2) bersifat klerikalistik, 3) Bersifat Teknis, 4) bersifat sekunder sedangkan Paradigma baru administrasi perkantoran struktural yaitu : 1) bersifat Druckeristik, 2) bersifat fungsionalistik: administrasi perkantoran meliputi : menghimpun dan merekam data intern dan ekstern organisasi, menganalisis data, menyajikan informasi, dan merawat aktiva; 3) bersifat manajerial, 4) bersifat Partisipatif. Ada lima fakta yang jamak terdapat dan berlangsung dalam organisasi perkantoran yaitu: Setiap organisasi perkantoran pasti mencakup SDM baik disebabkan oleh struktur formal atau informal; 2) Interaksi baik berhubungan dengan arus pekerjaan maupun arus informasi; 3) hubungan timbal balik baik dalam organisasi intern ataupun ekstern; 4) Setiap orang dalam organisasi perkantoran memiliki tujuan individu, 5) pencapaian tujuan secara bersama, walaupun mungkin caranya berbeda-beda. Pandangan para ahli Manajemen terhadap pengaruh teknologi: Tidak banyak menaruh minat terhadap faktor teknologi (Fayol, Brech, Urwick, dan Drukcker), Pakar perilaku manusia menganggap penting arti teknologi seperti (a) Farrow, mengatakan bahwa suatu pandangan organisasi sebagai system teknologi memberikan kepada organisasi itu dasar yang lebih baik untuk pemahaman dan perbandingan, (b) Dubin, menaruh perhatian besar, (c) Walker, menunjukan sinyalemennya bahwa perubahan organisasi garis kepada organisasi garis dan staf disebabkan oleh dampak teknologi. i Frank J. Jasinki mengemukakan bahwa suatu perubahan dalam produksi atau teknologi mempengaruhi hubungan-hubungan organisatoris. Alternatif pendekatan untuk menghadapi masalah konflik antara kebutuhan teknologi dan kebutuhan organisasi seperti: 1. Manajemen memodifikasikan teknologi informasi agar dapat menyesuaikan diri dengan organisasi perkantoran yang telah ada dan telah berjalan. 2. Manajemen memodifikasikan organisasi perkantoran agar dapat menetapkan dan memformalkan hubungan-hubungan yang diminta oleh teknologi informasi. 3. Manajemen mempertahankan baik organisasi perkantoran yang ada maupun teknologi informasi yang tersedia namun pendekatan itu dibarengi oleh kegiatan untuk memperkenalkan mekanisme agar dapat mengurangi ketaksesuaian dan konflik diantara organisasi dan teknologi informasi tersebut.

Pendahuluan Peradaban kemajuan zaman tak terasa begitu cepat bagaikan kilat, berlari tak ada ujung tujuan hingga semua orang hampir bahkan lupa dengan masa lalunya lebih-lebih pada masa sebelum hidupnya. Pertanyaan sederhana muncul mengapa? dan apa penyebabnya? Jawab sederhana hanya satu kata Kemajuan. Kemajuan sering diartikan sebagai cikal bakal dari segala perubahan yang diakibatkan karena tuntutan perkembangan yang semakin meneuntut. Perkembangan inilah pada semua aspek ilmu pengetahuan tak dapat dihalangi lagi termasuk pada aspek Administrasi Perkantoran. Era kemajuan identik dengan era Globalisasi yaitu bahwa semua orang memandang diera global sudah tidak trend lagi kalau berbicara ilmu pengetahuan modern masih membicarakan hal-hal yang tidak mengikuti perkembangan dan sangat ironis pada saat bicara global (kemajuan) di satu sisi masih ada yang berbicara tradisional (ilmu yang sudah jauh ketinggalan). Hal Inilah yang membuat penulis untuk mengungkapkan sepercik pemikiran lewat call paper ini. Berbicara Ilmu Administrasi Perkantoran tidak terlepas dari sistem yang ada pada sebuah organisasi lebih-lebih pada Dunia Pendidikan, persoalan yang muncul dalam sebuah organisasi tidak bisa kita melihat, memahami dan menganalisis hanya pada satu aspek saja lebih-lebih pada Dunia Pendidikan kita harus melihat sebagai sistem yang tak terpisahkan. Kita menyadari perkembangan dan kemajuan zaman adalah tuntutan ilmu pengetahuan untuk dapat mengimbanginya namun perlu pula disadari bahwa dalam perkembangan administrasi diamati dari waktu ke waktu dalam paradigma ontologi administrasi melalui metodologi ilmu, objek filsafat administrasi akan terlihat berlainan, pengamatan yang berlainan tersebut melahirkan pendekatan paradigmatik dimana pendekatan yang melihat dan mengkaji fokus dan lokus dari hal yang akan dikaji. Fokus bisa saja sama tetapi lokuslah yang membedakan satu disiplin dengan displin lainnya. Kuhn dengan judul the structure of scientific Revolution dalam Faried Ali berpendapat bahwa setiap disiplin ilmu mengalami pasang surut, perubahan, dan perkembangan terus menerus. Pasang surut itu digambarkan bahwa: Paradigma pertama mengembangkan sesuatu ilmu pengetahuan secara normal, semua persoalan dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan bersangkutan secara relevan. Namun jika suatu ketika ilmu pengetahuan bersangkutan tidak lagi dapat memecahkan masalah yang dihadapkan padanya, dimana terjadi apa yang diistilahkan oleh Kuhn sebagai anomali, akibat selanjutnya akan terjadi masa krisis. Dan kalau masa krisis berlanjut, akan mendobrak terjadinya revolusi berpikir yang dapat melahirkan Paradigma kedua atau berikutnya dan akan begitu seterusnya setiap ilmu pengetahuan seiring dengan pemikiran filsafat para pemikir. Pemikiran paradigmatik ini dapat di contohkan pada pemikiran filsafat tentang organisasi (dalam hal perkantoran). Pada paradigma yang berlaku dimana organisasi dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang normal dengan berbagai teori yang dikembagkannnya, dengan aliran pemikiran kausalitas (atau yang disebut filsafat determinisme), yaitu organisasi bekerja berdasarkan perilaku manusia yang membentuk kerjasama yang memiliki wadah atau tempat dengan segala fasilitas yang harus dimilikinya dengan etika dan segala ketentuan yang pada akibatnya melahirkan struktur yang baku. Teori organisasi ini secara normal dapat menjawab permasalahan yang timbul dalam kehidupan organisasi bagaimanapun bentuknya apalagi dalam organisasi negara. Dalam perkembangan, teori ini ternyata tidak lagi dapat menjawab persoalan-persoalan yang timbul dalam keorganisasian, seperti persoalan otonom dalam kerangka organisasi negara sehingga seakan terjadi anomali sebagaimana dikemukakan oleh Amien dalam kemandirian Lokal Perspektif Sains Baru terhadap Organisasi, Pembangunan dan Pendidikan. Disinilah terjadi krisis yaang mendobrak terjadinya revolusi ilmu, khususnya dalam ilmu organisasi yang melahirkan teori struktur yang antisipatif untuk terjadi proses pencapaian tujuan. Pemikiran paradigmatik ini melahirkan pertanyaan: Bagaimana ilmu administrasi Perkantoran dari pendekatan ini? Tentunya hal ini terkait dengan aspek ontologis sebagai sisi yang harus dipahami secara filsafat.

Paradigma Ontologi Administrasi Perkantoran Pada awalnya administrasi dilihat sebagai administraasi, bukan sebagai ilmu, bukan juga sebagai suatu disiplin yang memiliki objek, pendekatan dan terminologi. Pada saat itu administrasi dipandang tidak lain sebagai seni pengaturan. Hal ini berlangsung lama sejak seratus enam puluh lima tahun sebelum masehi yaitu yang ditandai dengan lahirnya teori Dichotomy yang dikenalkan dan dikembangkan oleh Woodrow Wilson yaitu bahwa apa yang menjadi keteraturan yang di aktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan kerja sama yang disebut dengan administrasi (tatkala admiinistrasi telah memperoleh kedudukan sebagai ilmu), secara ontologis melahirkan paradigma awal dari ilmu administrasi dengan melakukan pengaturan bahwa kegiatan-kegiatan harus dilihat sebagai kegiatan politik ( ini berarti berkaitan dengan kekuasaan-influencing) dimana secara dikotomi, harus dipahami dalam perspektif: Politik sebagai etik, dan politik sebagai teknik; politik dan administrasi. Dalam kerangka inilah administrasi Perkantoran dipahami sebagai politik sebagai etik yaitu suatu proses yang berkenaan denngan perumusan tujuan dan sebagai politik teknik yaitu suatu proses administrasi yang berkenaan dengan pelaksnanaan. Oleh karena itu dalam pemikiran dikotomi berkembanglah pemikiran pemisahan politik dan administrasi. Pemisahan ini didasarkan pada pertimbangan tuntutan keteraturan yang diharapkan dan dipengaruhi oleh aliran pemikiran yang berkembang pada saat itu, yaitu aliran struktural formal. Aliran struktural fungsional ini diadopsi dari teori-teori ilmu sosial. Pertimbangan aliran pemikiran ini adalah membagi keteraturan dalam jenjang kekuasaan yang secara formal (bentuk) terpisah (keteraturan dalam bentuk kegiatan administrasi dan keteraturan dalam bentuk politik). Perkembangan selanjutnya terjadi perubahan dalam paradigma yang secara ontologi ilmu administrasi perkantoran berkembang ke paradigma lanjut, setelah muncul aliran pemikiran yang mengembangkan pemikiran prinsip-prinsip administrasi secara universal, seperti prinsip pembagian kegiatan, pembagian kerja dan adanya sistem kerja. Aliran inilah yang disebut aliran manajemen dalam administrasi. Manajemen disini tidak dimaksudkan bahwa administrasi lebih luas dari manajemen, tetapi memikirkan, dan memahami administrasi sebagai proses manajemen. Pemikiran ini pula yang melahirkan pemikiran tentang fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan administrasi perkantoran seperti muncul fungsi perencanaan (Planning), Pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan pengawasan (controling). Konsekuensi perkembangan tersebut administrasi perkantoran yang semula paradigma administrasi perkantoran konvesional yaitu bahwa : 1) Bersifat Tayloristik: manajemen perkantoran sebagai kajian mengenai organisasi tingkat bawah; 2) Bersifat klerikalistik: manajemen perkantoran sebagai pekerjaan tatausaha (paper works); 3) Bersifat Teknis: manajemen Perkantoran hanya berhubungan dengan keputusan-keputusan operatif; 4) Bersifat sekunder yaitu administrasi perkantoran merupakan fungsi sekunder terhadap tujuan pokok usaha; manajemen produksi berfungsi sebelum administrasi perkantoran Itu berfungsi. Perkembangan menuntut sebagai konsekuensi keterbukaan pengetahuan maka perubahan paradigma dalam perkantoran pun terjadi dimana administrasi perkantoran struktural yaitu : 1) bersifat Druckeristik: administrasi perkantoran sebagai kajian mengenai sistem informasi untuk pembuatan keputusan; 2) Bersifat fungsionalistik: administrasi perkantoran meliputi : (a) menghimpun dan merekam data intern dan ekstern organisasi, (b) menganalisis data agar menjadi informasi yang signifikan, (c) menyajikan informasi untuk pembuatan keputusan, dan (d) merawat aktiva; 3) Bersifat manajerial, administrasi perkantoran menyajikan informasi untuk proses pembuatan keputusan bagi semua hierarkii manajemen, baik keputusan teknis, operatif, eksekutif maupun manajerial; 4) Bersifat Partisipatif, administrasi Perkantoran mempunyai yang sama dengan fungsi manajemen lainnya. Sebagai sebuah komponen dalam suatu keseluruhan sistem administrasi perkantoran Ikut membentuk kemitraan yang sederajat (partnership of equals) dan ikut serta bertanggung jawab dalam memasok masukan ketika proses pembuatan keputusan itu berlangsung. Bagaimana Adminiastrasi Perkantoran dalam perspektif modern Untuk menjawab hal tersebut perlu kita kembali pada persoalan dasar bahwa program administrasi perkantoran adalah sebagai sistem lebih-lebih sebagai suatu organisasi yang terprogram

yang akan memiliki output yang jelas yaitu menghasilkan tenaga ahli (profesional) dalam bidang administrasi perkantoran, oleh karena itu dalam upaya pengembangan Program administrasi perkantoran sebagai wujud nyata mengikuti perkembangan teknologi disamping sebagai konsekuansi paradigma baru yang bersifat struktural setidak-tidaknya ada lima buah fakta yang jamak terdapat dan berlangsung dalam organisasi perkantoran yaitu 1) Setiap organisasi perkantoran pasti mencakup SDM yang terlibat dalam interaksi sosial, baik disebabkan oleh struktur formal atau informal; 2) Interaksi dalam system sosial itu tersusun dalam sebuah struktur yang menjamin perintah dan laporan, baik berhubungan dengan arus pekerjaan maupun arus informasi; 3) Sebagai suatu system terbuka, setiap organisasi perkantoran mempunyai hubungan timbal balik baik dalam organisasi intern ataupun ekstern; 4) Setiap orang dalam organisasi perkantoran memiliki tujuan individu, sebagian daripadanya merupakan alasan tindakannya; mereka masing-masing mengharapkan organisasi dapat membantu mencapai tujuannya; 5) Interaksi sosial yang terjadi dalam menejemen perkantoran tersebut juga dapat membantu pencapaian tujuan bersama, walaupun mungkin berbeda namun berkaitan dengan tujuantujuan individu tesebut. Berdasarkan ke lima fakta itu dapat dikemukakan bahwa: 1) Organisasi perkantoran adalah suatu proses yang menjadi tempat orang-orang berinteraksi untuk mencapai tujuan kantor; 1) Organisasi perkantoran adalah suatu rangka dasar yang menjadi tempat orang-orang melangsungkan kegiatannya untuk menerima, menyimpan, mengolah, dan menyajikan informasi serta merawat aktiva; 3) Organisasi perkantoran mencakup susunan staf dan alokasi tugas dan tanggung jawab dalam mengolah data, memasok informasi untuk pembuatan keputusan dan merawat aktiva. Mengacu pada interaksi yang sering disebut sebagai komunikasi bagaimanapun yang terjadi akan di dapat dua jenis unsur yang umum terjadi dalam setiap organisasi perkantoran yaitu: 1) Unsur inti adalah manusia, yaitu orang-orang tertentu yang komunikasi dan interaksinya membentuk organisasi perkantoran., Baton Rauge dari Lousiana state university, mengatakan bahwa kondisi yang dibutuhkan organisasi adalah interaksi antara dua orang atau lebih yang merasa bahwa kebutuhankebutuhan individual mereka dapat lebih baik terpenuhi melalui perpaduan kemampuan atau sumber daya yang dimiliki secara pribadi; 2) Setelah organisasi kantor terwujud, unsur inti mulai terpengaruh oleh unsur kerja, maka Unsur kerja menentukan mutu interaksi. Para anggota yang berinteraksi membentuk sebuah organisasi perkantoran, sedangkan unsur kerja membuatnya efektif atau inefektif. Unsur kerja (Working elements) yang muncul dalam organisasi perkantoran meliputi: (a) Sumber daya insani, yaitu kemampuan para karyawan kantor dan pengaruh pribadi mereka, (b) Sumber daya nirinsani, yaitu barang ekonomi, seperti mesin-mesin, perlengkapan kantor dan komputer, serta fasilitas lainnya dan (c) Sumber daya konseptual dari kelompok khusus yaitu para manajer. Untuk dapat mewujudkan itu semua organisasi perkantoran memiliki prinsip kerja yang harus dipatuhi sebagai kesatuan sistem dalam mencapai tujuan yaitu Prinsip Organisasi Perkantoran, sebagaimana di ungkapkan J.J.W. Neuner dan L.B. Keeling menyatakan ada delapan prinsip organisasi perkantoran yang esensial meliputi: 1) Prinsip tujuan, organisasi perkantoran atau kelompok fungsi dalam organisasi perkantoran mesti dirumuskan dan dimengerti oleh setiap personalis. Tujuan yang dimengerti akan berubah menjadi motivasi untuk mencapainya; 2) Prinsip kesatuan fungsi, setiap organisasi perkantoran terdiri atas sejumlah fungsi yang mesti bekerja sama untuk mencapai tujuan utama organisasi perkantoran itu. Organisasi perkantoran merupakan suatu system yang terdiri atas sejumlah fungsi yang saling berhubungan dengan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan; 3) Prinsip hubungan individual, organisasi perkantoran yang efektif terbentuk oleh pribadi-pribadi yang mesti melaksanakan pekerjaan. Kendatipun organisasi perkantoran itu merupakan sebuah system, namun individu-individulah yang menyelesaikan pekerjaannya masing-masing; 4) Prinsip kesederhanaan, organisasi perkantoran yang efektif bekerja berdasarkan atas kesederhanaan dan interelasi yang jelas. Kesederhanaan memudahkan para pelaksana untuk memahaminya, sedangkan interelasi yang jelas mengurangi keraguan; 5) Prinsip wewenang sepadan dengan tanggung jawab, setiap orang dalam organisasi perkantoran mesti diberi wewenang yang sesuai dengan tugas tanggung jawabnya sehingga dapat bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya tersebut; 6) Prinsip laporan kepada atasan tunggal, agar tiap personalia mengetahui dengan jelas kepada siapa ia melapor, maka tiap petugas dalm organisasi perkantoran tersebut harus menerima perintah dari dan bertanggung jawab hanya kepada satu orang atasan; 7) Prinsip kepengawasan dan kepemimpinan, kepemimpinan dan pengawasan yang efektif mesti ditegakan sehingga tujuan organisasi perkantoran itu dapat

tercapai. Pengawasan yang efektif akan mencegah perubahan arah dalam mencapai tujuan. Sementara itu, pengawasan yang efektif pun merupakan proses belajar bagi organisasi di waktu yang akan datang; 8) Prinsip jangkauan pengawasan, agar pengawasan dan kepemimpinan dalam organisasi perkantoran efektif, jangkauan pengawasan di bawah pengawasan langsung dari seorang manajer kantor atau seorang pengawas seyogyanya dibatasi, semakin jauh pengawasan manajer kantor semakin besar kemungkinan menurunnya pertambahan kemampuan pengawasan. Gejala ini melahirkan apa yang disebut hukum semakin berkurangnya tambahan kemampuan pengawasan. Pada awalnya tambahan kemampuan pengawasan itu akan meningkat sampai mencapai titik optimum pengawasan. Setelah itu tambahan kemampuan pengawasan tersebut akan semakin berkurang, hingga akhirnya mencapai titik nol (bahkan negatif atau kekecauan pengawasan). Kebanyakan ahli menejemen melihat dua belas hingga lima belas bawahan sebagai jangkauan maksimum pada tingkat organisasi rendahan. lima hingga enam orang bawahan pada tingkat tinggi. Namun demikian berkat perkembangan teknologi khususnya komputer elektronika dan system mesin dengan pelaksanaan bawahan yang kurang lebih serupa melalui prosedur pengawasan rutin, jumlah bawahan yang dapat diawasi seorang atasan dapat bertambah. Teknologi dapat mendorong sentralisasi mamajemen. Organisasi Perkantoran dan Perubahan Teknologi Pendiri mazhab klasik dan master ekonomi negara dari Inggris, Adam Smith, menyatakan bahwa bentuk-bentuk organisasi usaha tumbuh dari kebutuhan manusia dan kondisi lingkungan, sekalipun bukan segala-galanya, mungkin dapat dibenarkan pernyataan. Manusia dalam usaha mengatur dan mengorganisasikan dirinya banyak dipengaruhi oleh kondisi produksi dan perkembangan teknologi. Bagaimana Sikap para ahli Manajemen terhadap pengaruh teknologiI: 1) Tidak banyak menaruh minat terhadap faktor teknologi (Fayol, Brech, Urwick, dan Drukcker). 2) Pakar perilaku manusia menganggap penting arti teknologi seprti (a) Farrow, mengatakan bahwa suatu pandangan organisasi sebagai system teknologi memberikan kepada organisasi itu dasar yang lebih baik untuk pemahaman dan perbandingan, (b) Dubin, menaruh perhatian besar, (c) Walker, menunjukan sinyalemennya bahwa perubahan organisasi garis kepada organisasi garis dan staf disebabkan oleh dampak teknologi. Memaslahatkan seperangkat teknologi baru, seperti komputer elektronik, seringkali terlalu ditekankan pada pentingnya peningkatan produktivitas organisasi dan efesiensi biaya. Peringatan dari Frank J. Jasinki mengemukakan bahwa suatu perubahan dalam produksi atau teknologi mempengaruhi hubungan-hubungan organisatoris. Perubahan-perubahan yang terjadi yang disebabkan oleh penerapan teknologi perkantoran akan mempengaruhi hubungan sosial diantara manajer dan bawahan, antara personalia dengan personalia lainya dalam manajemen perkantoran tersebut. Jika manajemen perkantoran mengabaikan perubahan hubungan sosial seperti itu (yang disebut sebagai perubahan unsur inti ), maka manajemen perkantoran akan mengalami kegagalan dalam memahami potensi penuh dari perubahan yang terjadi dalam teknologi. Ada beberapa alternatif pendekatan untuk menghadapi masalah yang menimbulkan konflik antara kebutuhan teknologi dan kebutuhan organisasi seperti: 1. Manajemen memodifikasikan teknologi informasi agar dapat menyesuaikan diri dengan organisasi perkantoran yang telah ada dan telah berjalan. 2. Manajemen memodifikasikan organisasi perkantoran agar dapat menetapkan dan memformalkan hubungan-hubungan yang diminta oleh teknologi informasi. 3. Manajemen mempertahankan baik organisasi perkantoran yang ada maupun teknologi informasi yang tersedia namun pendekatan itu dibarengi oleh kegiatan untuk memperkenalkan mekanisme agar dapat mengurangi ketaksesuaian dan konflik diantara organisasi dan teknologi informasi tersebut. Teknologi Perkantoran dalam Dimensi Metode dan Prosedur Kerja Teknologi dan menejemen kantor Suatu organisasi dalam aktifitasnya hampir dapat dipastikan tidak lepas dari aktifitas menejerial, sejak dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Suatu proses manajemen kantor selalu melahirkan dokumen-dokumen yang merupakan bagian dari bentuk hasil dari pengolahan data menjadi sebuah informasi yang berguna bagi pimpinan maupun unit-unit organisasi, maupun pihak lain yang membutuhkan.

Dalam suatu manajemen kantor, informasi yang dihasilkan baik berupa dokumen-dokumen maupun bentuk informasi lain, dilakukan pemrosesan dan pengolahannya dengan pemanfaatan peralatan dan mesin-mesin kantor, yang dalam perkembangannya merupakan teknologi yang sangat diperluka, karena organisasi turut berkembang dan tuntutan masyarakat semakin pesat dan kompleks, maka teknologi (khususnya teknologi perkantoran) ikut berkembang seiring dengan meningkatnya kecerdasan manusia dalam menciptakan teknologi modern, serta di sisi lain tuntutan kemajuan organisasi dan kebutuhan masyarakat sendiri akan informasi. Maka secara bertahap alat-alat konvensionalpun kemudian berkembang semakin pesat, dengan lahirnya peralatan yang menggunakan mesin-mesin modern. Keuntungan dari penggunaan alat-alat teknologi kantoran antara lain: 1. Untuk memperlancar efektifitas pengolahan data. 2. Untuk meniningkatkan ketelitian dan memperbaiki suatu pekerjaan. 3. Untuk menghemat waktu, karena pekerjaan dapat dikerjakan lebih cepat dan tepat. 4. Hasil pekerjaan akan lebih kuat, rapi dan tersistem. 5. Dapat menampung, mengorganisasi dan mengolah data secara lebih komprehensif dan terpadu. 6. Untuk mengurangi kelelahan pegawai sehingga tidak mengurangi semangat dan etos kerja.

Metode dan prosedur kerja Proses manajemen di dalam manajemen kantor adalah suatu sistem rangkaian aktifitas manajemen kantor, terdiri dari kegiatan-kegiatan subsistem-subsistem yang saling berkaitan serta tidak dapat di pisahkan satu sama lain. Pola sistem yang bekerja di dalam suatu manajemen kantor merupakan gambaran sempurna dari seluruh kantor untuk di ketahui, bahwa setiap pola sistem yang berlaku akan terdiri dari sejumlah prosedur. Prosedur merupakan urutan pekerjaan atau kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk menangani aktifitas yang berulang. Contoh sederhana adalah penanganan surat masuk atau keluar,sejak dari penerimaan atau pembuatan sampai pada tahap akhir penyimpanan adalah merupakan rangkaian kerja/mekanisme sistem yang terdiri dari prosedurprosedur kerja, demikian berulang-ulang pada setiap jenis kegiatan yang sama. Teknologi Perkantoran dalam dimensi Metode dan Prosedur Kerja Suatu aktifitas kantor yang merupakan suatu mekanisme sistem, adalah rangkaian kegiatan dari komponen-kompenen sistem yang saling terintegrasi untuk suatu sistem mekanisme kerja yang baik, harus di tunjang dengan prosedur dan metode kerja yang baik pula. Teknologi perkantoran ditinjau dari metode dan prosedur kerja dalam suatu organisasi kantor adalah menyesuaikan teknologi dengan metode dan prosedur kerja yang ditetapkan serta di sesuaikan dengan karakteristik kantor tersebut. Menciptakan metode kerja yang mengarah pada pencapaian tujuan yang efektif dan efisien dapat menimbulkan: a Menambah efisiensi kerja kantor; b) Membantu manajemen dalam menilai pekerjaan kantor dan subsistem-subsistem pekerjaan; c) Mengadakan penghematan waktu dan biaya; d) Memeriksa pengeluaran yang sifatnya memboroskan penggunaan pegawai dan catatan-catatan yang tidak perlu. Sedangkan dilihat dari prosedur kerja dapat mengakibatkan: a) Semakin mempermudah pelaksanaan kegiatan sehingga berjalan secara efisien dalam hal waktu dan tenaga; b) Semakin lancarnya kegiatan kerja sehingga menghasilkan pekerjaan tang efektif; c) Semakin sederhana (singkat); d)Semakin efisien kerja (cepat selesai). Teknologi Perkantoran dalam Dimensi Seperangkat Alat Bantu/Hardware Organisasi kantor menggarap bidang penyediaan dan penggunaan seperangkat bahan, alat inventaris,perabot, perkakas, dan mesin-mesin guna melaksanakan kegiatan-kegiatan kantor tersebut. Seperangkat alat Bantu/hardware inilah yang disebut dengan teknologi perkantoran. Semakin modern suatu organisasi, akan semakin menuntut seperangkat hardware yang modern pula. Perkembangan kemajuan teknologi perkantoran semakin pesat, berbagai macam dana corak, bentuk serta kecanggihannya semakin bermunculan saat ini. Semakin berkembangnya perangkat hardware yang mendukung bidang perkantoran ini, semakin memberikan keringanan dan kemudahan bagi manusia di dalam melaksanakan proses aktifitas kantor dalam manajemen kantor, sehingga perencanaan,

10

pengorganisasian, pengolahan serta pengawasan kantor dapat berjalan lancer, serta mampu mengolah dan memproses data menjadi suatu informasi yang tepat, akurat dalam kondisi kerja yang efektif dan efisien. Perkembangan perangkat alat Bantu/hardware bidang perkantoran Hardware kantor adalah seluruh paket atau komponen peralatan yang membentuk suatu sistem, yang lainnya prosedur dan metode kerja, sehingga memungkinkan kantor dapat melaksanakan aktifitasnya sesuai fungsinya. Perkembangan perangkat hardware kantor ini lebih tampak terlihat sejak manusia (baca: organisasi) mulai meminimalkan peran tanaga ekstra manusia yang dikerahkan pada alat-alat manusia konvensional masih berjaya. Jika diperinci perangkat hardware kantor ini dapat diklasifikasikan antara lain: 1. Machine activites by a person : yang termasuk di dalam klasifikasi ini antara lain type writer, copyng machine, adding and calculating, accounting machines. 2. Machines activated by a language : adalah mesin-mesin yang berada di dalam suatu sistem tertentu dengan menggunakan bahasa mesin. Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah unit record (Panch Card), telecommunication machines dan komputerisasi. Masing-masing perangkat ini pada dasarnya memiliki tugas yang sama yakni mengolah data sehingga menghasilkan informasi yang lebih akurat dan tersistem, baik dalam suatu integrated data processing system, maupun dalam bentuk electrical data processing system. Setiap perngkat hardware kantor, khususnya komputer atau microprocessor senantiasa melakukan apa yang disebut Rekayasa dan desain ulang atas dirinya sendiri sehingga perangkat ini akan berkembang dan sempurna dari generasi ke generasi. Komputer sebagai salah satu alat Bantu/hardware dalam bidang perkantoran, menjadi raja dalam suatu organisasi kantor. Seluruh proses aktifitas kantor yang berjalan secara efektif, efisien dan tersistem, hampir tidak lepas dari peranannya yang multiguna dan multifungsi. Maka pekerjaan kantor yang begitu kompleks khususnya dan proses manajemen kantor secara lebih luas, dapat diselesaikan dan dilakukan dengan waktu relatif singkat tetapi tetap akurat, efisien, terarah dan terpadu, dengan alat bantu komputer ini. Kesimpulan Tuntutan perubahan tak dapat dihindarkan sebagai konsekuensi dari perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi, namun disadari atau tidak bahwa setiap kemajuan bukan berarti semua harus diikutinya. Administrasi perkantoran memiliki prinsip keilmuan sebagai upaya efisiensi dan efektivitas pelayanan dalam proses pencapai tujuan organisasi, maka dalam upaya pelayanan tersebut tidak bisa meninggalkan pada aspek-aspek yang mendasar seperti apa yang dijelaskan dalam paradigma administrasi perkantoran konvensional yang pada akhirnya berkembang ke dalam paradigma struktural. Pekerjaan administrasi perkantoran tidak lepas dari pencatatan, pengklasifikasian, penyusunan, perhitungan,penyimpanan, pengambilan data kembali, pelaporan, dan komunikasi, oleh karena itu peran dari teknologi menjadi penting. Teknologi perkantoran ditinjau dari keberadaan dan pemanfaatan seperangkat alat Bantu/hardware adalah rangkaian upaya penyediaan dan pemanfaatan perangkat hardware yang dibutuhkan dalam seluruh aktifitas kantor, pada saat kapanpun proses manajemen kantor berlangsung. Penyediaan dan pemanfaatan hardware kantor di dalam suatu organisasi kantor diarahkan sepenuhnya terhadap upaya pencapaian tujuan organisasi, terutama tentunya dalam menghasilkan informasi yang dibutuhkan di dalam pembuatan keputusan, ataupun yang di butuhkan pula oleh unit-unit organisasi dan pihak lain yang memerlukan informasi. Sesempurna apapun perangkat hardware kantor yang tersedia, perhatian terhadap mekanisme kerja (system, prosedur, dan metode) serta memelihara dan perawatan hardware, menjadi penentu efektif tidaknya proses aktifitas kantor dapat berjalan. Untuk itu dianjurkan kepada pengguna teknologi hardware kantor: 1. Ikutilah system prosedur dan metode kerja yang ada. 2. Berikan perawatan kepada hardware kantor yang digunakan 3. Tingkatkan kemampuan, pengetahuan dan profesionalisme, agar mampu memanfaatkan hardware kantor secara efektif dan efisien, di samping kemampuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang terjadi secara pesat dan semakin sempurna

11

Daftar bacaan Ali, M. Faried, Filsafat Administrasi, PT Raja Grafindo, Jakata 2006. Badri Munir Sukoco,. Manajemen Adminstrasi Perkantoran Modern, Erlangga Jakarta 2007 Inu Kencana Syafiie, Ilmu Administrasi Publik, Rineka Cipta, Jakarta. 2006 J.J.W. Neuner dan L.B. Keeling, Modern Office Management, D.B. Taraporevala Sons & Co., Private Ltd, Bombay, 1970 Komaruddin, Manajemen Kantor (Teori dan Praktek), Sinar Baru, Bandung 1985 Miftah Thoha,.Aspek-Aspek Pokok Ilmu Administrasi Ghalia Indonesia Jakarta Sondang P. Siagian, MPA Kerangka Dasar Ilmu Administrasi,. Rineka Cipta Jakarta The Liang Gie & Drs. Sutarto; Pengertian, Kedudukan, & Perincian Ilmu Administrasi,. Super Sukses Yogyakarta The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Liberty Yogyakarta. 1992 Pariata Westra, dkk.. Balai Pembinaan Administrasi, Aneka Sari Ilmu Administrasi, Akademi Administrasi Negara Yogyakarta. 1980 Wilson,Woodrow, Te Study of Administration, reproduced in Peter Woll (ed) Public Administration Harper and Rom,

12

PENGARSIPAN DIGITAL PADA INSTANSI PEMERINTAH (Sebuah Langkah Menuju Manajemen Perkantoran Modern) Vitradesie Noekent Abstrak Kesadaran institusi pemerintah akan pentingnya arsip telah memicu pemikiran, bagaimana cara menyimpan dan mengemas arsip agar tetap memiliki nilai, tidak rusak, mudah penyimpanan, mudah ditemukan kembali, serta hemat biaya. Salah satu solusinya adalah memanfaatkan teknologi informasi berupa suatu aplikasi yang terkomputerisasi untuk menyimpan arsip, dengan kata lain arsip yang dikemas dalam bentuk elektronik atau digital yang dapat diakses bagi yang berkepentingan dan mempunyai otoritas untuk mengakses arsip tersebut. Proses alih media arsip menjadi arsip digital dilakukan dengan proses scanning dan arsip disimpan dalam format PDF agar keabsahan dokumen atau arsip tetap terjamin. Kata Kunci: arsip, arsip digital. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan masyarakat pada instansi pemerintah untuk dapat menerapkan good corporate governance semakin menjadi hal yang tak terhindarkan. Aparatur pemerintah yang professional, berkompeten dan memiliki etos kerja yang tinggi seolah menjadi harga mati, setelah pemerintah menggulirkan reformasi birokrasi di beberapa departemen. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk menata pekerjaan organisasi yang beragam agar bersinergi ke arah tujuan yang ditetapkan. Muara akhir dari tujuan tersebut adalah efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan roda kepemerintahan. Perubahan besar telah terjadi dalam lingkungan perkantoran. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan TIK bahkan telah mengharuskan instansi pemerintah untuk selalu siap menghadapi perubahan yang terjadi. Dalam kenyataannya, masih banyak kantor pemerintah yang belum menggunakan sistem pengolahan data dengan memanfaatkan TIK, terutama di kota-kota kecil atau di daerah terpencil. Di sisi lain, manajemen informasi berbasis TIK, telah secara nyata memberi berbagai keuntungan, seperti keuntungan dalam hal kecepatan, kecermatan, kehandalan dan kemutakhiran komunikasi dan pengolahan data. Berikut petikan pernyataan Menpan :
"Ada konsep digitalisasi arsip, secara bertahap akan ditentukan yang mana hardcopy dan yang mana bisa disimpan dalam bentuk softcopy, akan dituangkan dalam RUU Kearsipan," seusai rapat kerja dengan Komisi II DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta (www.detiknews.com).

Usulan pemerintah tersebut telah dituangkan dalam UU No.43 tahun 2009 tentang Kearsipan. Dan tanpa menunggu terlalu lama, UU tersebut direspon dengan sangat baik oleh beberapa instansi pemerintah, antara lain: Tabel 1. Penggunan TIK pada Instansi Pemerintah
Daerah Kab. Jembrana, Bali Prov. Jateng Kab.Kendal Seluruh Indonesia Intansi Pemerintah KPU Perpusda Provinsi Kantor Kecamatan Samsat Kantor Pelayanan Pajak Penggunaan TIK Pemungutan Suara PILKADA Katalog KTP Pembayaran pajak kendaraan bermotor Pembuatan NPWP secara on line

13

Polres

SIM

Sumber: berbagai terbitan Surat Kabar, diolah kembali (2010) 1.2. Tujuan Berdasar latar belakang di atas, maka penulisan artikel ini bertujuan untuk: 1. Memberikan gambaran alternatif pengelolaan arsip menggunakan TIK berupa digitalisasi pengarsipan pada instansi pemerintah; 2. Memberikan gambaran permasalahan yang akan dihadapi jika sebuah instansi pemerintah menerapkan digitalisasi pengarsipan. GAMBARAN MASALAH 2.1. Gambaran Masalah yang Dikaji Tidaklah berlebihan jika disebutkan bahwa pengarsipan sebagai pusat ingatan organisasi untuk merujuk pada fungsi arsip yang vital dalam organisasi. Proses pengambilan keputusan oleh seorang pimpinan amat dipengaruhi oleh seberapa akurat data yang dimilikinya. Berdasar data, maka keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan karena memiliki landasan empiris. Kumpulan data yang menggambarkan perjalanan sebuah organisasi inilah yang disebut sebagai arsip. Selain kepentingan tersebut, dengan metode pengarsipan yang tepat, maka aparat pemerintah akan dapat menyediakan informasi yang tepat, lengkap, akurat, relevan dan tepat waktu secara efektif dan efisien. Beberapa gejala kurang efektifnya sistem kearsipan di sebuah instansi pemerintah dapat dilihat dari sulitnya mencari kembali arsip pada saat diperlukan, hilangnya arsip penting, banjir arsip dan ruang kantor yang tersita untuk tempat penyimpanan arsip. Selain itu, fisik arsip sangat rentan dengan resiko akibat kerusakan (aus, berjamur, sobek, tinta luntur dan sebagainya) dan resiko kebakaran atau bencana lain (kebakaran atau banjir). Resiko kecurian juga mungkin terjadi. Khusus untuk arsip yang bernilai sejarah, dokumen semakin dimakan usia. Untuk itulah dibutuhkan upaya pendokumentasian, selain merestorasinya. Berikut ini, beberapa instansi pemerintah yang masih menggunakan arsip secara fisik/ konvensional. Tabel 2. Penggunaan Pengarsipan Konvensional pada Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah Pengadilan Jenis Arsip Sifat Arsip Vital

Berita Acara Penyidikan Berkas penuntutan dari JPU Berita Acara Persidangan Putusan pengadilan Alat Bukti Surat Rumah Sakit Catatan medik Arsip Nasional Kolonial Memorie van Overgare Staatsblad Regeering Almanak Besluit Kementerian Luar Negeri Dokumen Negara MOU antar Negara Sumber: berbagai terbitan Surat Kabar, diolah kembali (2010)

Vital Vital

Vital

14

Selain kelemahan di atas, kekurangan terbesar arsip konvensional pada kebutuhan biaya yang relatif tinggi (untuk pengadaan filling cabinet dan ruang/ gudang penyimpanan).

Gambar 1. Tempat penyimpanan arsip konvensional Pada kantor modern, sangat mungkin terjadinya gangguan terhadap sistem yang digunakan. Gangguan tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari internal dan eksternal. Sumber gangguan internal antara lain kerusakan komponen atau kesalahan sub sistem yang mengganggu sistem secara keseluruhan, sedang sumber gangguan eksternal berasal dari para perentas (hacker/ cracker)1. Ancaman para perentas ini tidak dapat dipandang sebelah mata, terutama bagi keamanan arsip yang memiliki nilai sejarah tinggi mengingat beberapa naskah sejarah mulai rapuh termakan usia. Kutipan berikut ini bukti ancaman tersebut.
Setelah hacker Indonesia melakukan penyerangan terhadap situs-situs milik pemerintahan Israel, kini mereka mengalihkan perhatiannya untuk melakukan pembobolan situs-situs yang ada di Indonesia. Para hacker ini sudah tidak pandang bulu tidak hanya situs besar namun situs-situs kecil pun menjadi incarannya ( http://www.teknologinet.com/2009/01/serangan-hacker-indonesia-semakin-membabibuta.html ).

IDENTIFIKASI, ANALISIS DAN ALTERNATIF 3.1. Identifikasi Digitalisasi dokumen merupakan suatu proses alih media dari dokumen secara fisik menjadi bentuk dokumen secara digital yang tersimpan dalam bentuk soft copy. Proses alih media harus didukung dengan hardware yang dapat melakukan digitalisasi dokumen menjadi format digital dengan kecepatan yang tinggi dan software yang mendukung proses digitalisasi. Berikut kami identifikasi beberapa hal yang dibutuhkan untuk menerapkan digitalisasi pengarsipan pada instansi milik pemerintah menggunakan pendekatan 5 M. Pelaksana Kegiatan (Man) dan Biaya (Money) Pelaksana kegiatan digitalisasi pengarsipan harus dilakukan oleh pihak yang berkompeten yang disebut Arsiparis. Secara nasional, institusi pemerintah yang mengelola arsip adalah Arsip Nasional (www.anri.go.id). Kami mencontohkan sebuah institusi pemerintah yang sudah menerapkan pengarsipan digital, yaitu: Kegiatan : Kegiatan Aplikasi Komputerisasi Sistem Pengarsipan Dokumen Nama Instansi : Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bontang Nilai : Rp 304.500.000 (termasuk pajak) Dibebankan kepada APBD Kota Bontang tahun 2010
1Hacker

adalah orang yang mempelajari, menganalisa, dan selanjutnya bila menginginkan, bisa membuat, memodifikasi, atau bahkan mengeksploitasi sistem yang terdapat di sebuah perangkat seperti perangkat lunak komputer dan perangkat keras komputer seperti program komputer dan administrasi terutama keamanan

15

Jangka waktu

3 (tiga) bulan

16

Alat dan Bahan (Material) Bahan-bahan yang dimasukkan antara lain: sumber-sumber yang diperlukan untuk keperluan proses belajar dan penelitian. gabungan dari bahan-bahan konvensional dan media baru, seperti, naskah, peta, gambar bergerak dan gambar statis, rekaman suara.

Gambar 2. Mesin scanner untuk dokumen berukuran kecil dan besar

Metode Pelaksanaan (Method) Salah satu resiko pengarsipan digital menyangkut keamanan data dan kehandalan system pengamannya (security layer). Secara garis besar, alur ini dapat diidentifikasi, sebagai berikut:

Identifikasi User Otorisasi User Filterisasi

Top Secret Secret Confiden tial

Enkripsi

Gambar 3. Security Layer System

17

Dokumen Aktif

Arsip Kerja

Buku Jilid

Arsip Sejarah

Arsip Legal

Scannin g PDF/TIFF/J PG OCR/ICR (Optical/Intelligent Character Recognition)

Imaging

Untuk diproses lebih lanjut (edit, copy, Search Word by word, etc)

Gambar 4. Metode Pengalihan Dokumen

3.2. Analisis Berdasar uraian yang telah disampaikan, terdapat beberapa masalah yang perlu dipecahkan, antara lain: 1. Tuntutan less paper Saat ini banyak dicanangkan tentang pemeliharaan pohon. Hal ini berpengaruh langsung terhadap penggunaan kertas. Status konservasi menjadi acuan untuk sedapat mungkin menyimpan berbagai data secara digital. Penyimpanan berbagai arsip, dokumen maupun foto secara digital akan membuat kita lebih ramah lingkungan. 2. Kebutuhan untuk mem-back up Penyimpanan secara digital akan membuat kita memiliki back up data. Hal ini sangat diperlukan mengingat banyak sekali berbagai data yang hilang. Dalam pemeriksaan keuangan, kita dapat menggunakan data bahkan diharapkan data beberapa tahun (sepuluh tahun) dapat kita lihat kembali. Penyimpanan secara

18

digital akan membuat kita lebih memiliki tempat serta tidak akan merusak dokumen tersebut. 3. SDM (Sumber Daya Manusia) Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam perkantoran modern. Adanya SDM akan membuat perkantoran modern lebih baik dalam penyimpanan dokumen. Penyimpanan dokumen secara digital akan membuat pengurangan pegawai. Hal inilah yang suatu saat harus dilihat oleh perkantoran tersebut. Pengertian pengarsipan digital adalah suatu sistem berbasis IT yang berfungsi membantu memenuhi kebutuhan untuk memelihara dan melindungi data. Digitalisasi pengarsipan bermanfaat, sebagai berikut: 1. Untuk memungkinkan sektor pendidikan pada semua level mempunyai akses yang baik, sehingga kebutuhan-kebutuhan pendidikan nasional terpenuhi; 2. Untuk menjamin bahwa institusi-institusi publik, pada level lokal (propinsi dan kabupaten/kota) dan nasional, menseleksi, melestarikan dan mengelola arsip dinamis dan arsip statis mereka dengan baik, sesuai dengan dengan ketentuan-ketentuan perundang-undangan, pedoman dan standar-standar profesional yang terkait; 3. Untuk mendorong organisasi-organisasi swasta dan perorangan untuk mengelola arsip-arsip mereka secara efektif, dan melestarikan arsip-arsip statis yang bernilai historis dan bila memungkinkan memberikan kemudahan akses publik terhadap arsiparsip tersebut; 4. Untuk memungkinkan sektor kearsipan siap terhadap pengolahan data elektronik yang jumlahnya semakin meningkat; 5. Untuk memaksimalkan nilai sumber informasi yang disimpan oleh sektor kearsipan. 3.3. Alternatif Pemecahan Masalah Dokumen-dokumen yang akan didigitalisasi dibedakan berdasarkan pemilihan tematema tertentu. Hal ini lebih efisien dibanding melakukan digitalisasi terhadap semua khasanah arsip yang ada. Tahapan tersebut dibagi dibagi menjadi: 1. Pembuatan standard and operating procedure (SOP) Kearsipan; 2. Perencanaan dan perancangan disain sistem berdasar SOP Kearsipan; 3. Pembuatan aplikasi dan pembangunan data base; 4. Instalasi aplikasi; 5. Elektronisasi data persuratan dan kearsipan/ entry data; 6. Pengujian aplikasi; 7. Implementasi aplikasi; 8. Sosialisasi, pelatihan dan pendampingan. Berdasar urutan pelaksanaan di atas, maka hasil yang diharapkan akan dapat dicapai oleh institusi pemerintah dalam lima tahun mendatang adalah: 1. Akses ke arsip-arsip statis atau warisan dokumenter lainnya yang telah didigitalisasi akan tersedia bagi siapapun yang menginginkannya; 2. Penyelenggara kearsipan statis akan memberikan layanan-layanan publik baik secara onsite maupun online, yang akan merespon sesuai dengan kebutuhankebutuhan pengguna; 3. Links antara arsip nasional dan universitas-universitas, sekolah-sekolah, dan sektor-sektor pendidikan lainnya akan semakin kuat dan akan memenuhi kebutuhan para pengguna di sektor tersebut; 4. Semua arsip statis dalam tempat-tempat penyimpanan milik pemerintah, maupun dalam pengelolaan non-pemerintah (swasta dan perorangan) akan dilestarikan

19

secara aman dan disediakan bagi masyarakat dalam suatu provisi jaringan yang komprehensif. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan adanya perubahan-perubahan perilaku pada: 1. Tingkat individual pengelola arsip, untuk menjamin bahwa nilai informasi arsip ditentukan dan tetap terjaga saat arsip diciptakan, dipelihara dan digunakan, serta disusutkan sesuai dengan sistem pengelolaan arsip yang menjamin kelengkapan, reliabilitas dan autentisitasnya. 2. Tingkat lembaga, untuk menjamin pelaksanaan manajemen arsip yang efektif dan efisien dalam upaya pemberdayaan arsip bagi keperluan manajemen. 3. Tingkat nasional, untuk menjamin pengelolaan keseluruhan arsip kepemerintahan sebagai sebuah khasanah yang utuh dan menjamin penggunaan bersama informasinya oleh Lembaga-lembaga Negara, Badan-badan Pemerintahan, swasta dan perseorangan dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. 4. Tingkat pengguna, untuk memelihara kesadaran bahwa telah tersedia arsip kepemerintahan yang sarat dengan informasi dan kemudahan untuk memanfaatkannya.

PENUTUP 4.1. Kesimpulan Digitalisasi dokumen sudah menjadi kebutuhan utama. Sebaiknya proses tersebut dilakukan berdasarkan pemilahan tema tertentu karena efisiensi organisasi menjadi prioritas tertinggi. Walaupun perubahan berpotensi menimbulkan ketidakpastian, namun demikian sudah menjadi kebutuhan publik untuk mendapatkan kemudahan akses informasi. Dilihat dari tingkat pengguna, perlu dipelihara kesadaran bahwa sudah tersedia arsip kepemerintahan yang sarat dengan informasi dan kemudahan untuk memanfaatkannya, sehingga tercipta Indonesia yang baik sesuai cita-cita bersama-sama. 4.2. Saran 1. Perluasan dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi dan informasi kearsipan ke seluruh wilayah negara. 2. Pembentukan portal-portal informasi dan layanan arsip yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja pengelolaan arsip di antara instansi pemerintah terkait; sasaran ini akan diperkuat dengan kebijakan tentang keawajiban instansi pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan informasi dan layanan arsip secara on-line. 3. Pembentukan jaringan organisasi pendukung yang menjembatani portal-portal informasi dan layanan arsip tersebut di atas dengan situs dan sistem pengolahan dan pengelolaan informasi yang terkait pada sistem manajemen dan proses kerja pengelolaan arsip di instansi yang berkepentingan. Sasaran ini mencakup pengembangan kebijakan pemanfaatan dan pertukaran informasi arsip antar instansi pemerintah pusat dan daerah. 4. Pembakuan sistem manajemen arsip elektronik untuk menjamin kelancaran dan keandalan transaksi informasi antar organisasi diatas. REFERENSI www.anri.go.id http://www.teknologinet.com/2009/01/serangan-hacker-indonesia-semakin-membabibuta.html

20

PENGATURAN TATA RUANG KANTOR PADA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN KUDUS Wiwin Anugrahati ABSTRAK Tata ruang perkantoran merupakan salah satu penunjang kelancaran dalam menyelesaikan tugas. Sistem tata ruang kantor ada 3 yaitu tata ruang terbuka, tata ruang tertutup dan campuran. Lingungan fisik kantor meliputi cahaya, warna, udara, suara. Permasalahan dalam tugas akhir ini adalah: (1). bagaimana sistem tata ruang kantor pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus? (2). Kendala-kendala apa saja yang timbul dalam pengelolaan tata ruang kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem tata ruang kantor pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, untuk mengetahui kendala-kendala yang timbul dalam pengelolaan tata ruang kantor pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa tata ruang pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan sistem tata ruang terbuka dan sistem tata ruang tertutup. Lingkungan fisik :(1) Pencahayaan, pencahayaan utama yang sering digunakan adalah pencahayaan sinar matahari,(2) Warna, warna dominan yang digunakan pada Dinas adalah warna kuning kecoklatan,(3) Udara, pertukaran udara yang ada pada tiap ruangan menggunakan saluran udara yang ada pada setiap sisi atas ruangan dan di lengkapi dengan jendela kaca,(4) Suara, suara yang mengganggu berasal dari internal kantor sendiri. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpukan bahwa(1)Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan tata ruang terbuka dan tata ruang tertutup hal ini karena untuk membedakan antara bagian yang satu dengan yang lain,(2) kendala- kendala,(a) kendala dalam penerapan sistem tata ruang kantor,(b) kendala dalam penerapan lingkungan fisik. Kata kunci: pengaturan tata ruang, kantor 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pesat dewasa ini, kantor mempunyai makna lebih dari hanya sebagai tempat, melainkan sebagai pusat kegiatan penyediaan informasi, guna menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan disegala bidang (Sedarmayanti,2001: 2). Dalam menunjang kelancaran kantor, salah satu faktor penting yang ikut menentukan adalah penyusunan tempat kerja dan alat perlengkapan kantor sebaik-baiknya. Penyusunan alat-alat kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat kerja yang menimbulkan kepuasan bekerja bagi para pegawai disebut tata ruang kantor (The Liang Gie, 2000:186). Di Indonesia tata ruang masih kurang mendapat perhatian dalam instansi-instansi pemerintah dan perusahan-perusahan swasta. Misalnya banyak terlihat suatu instansi yang banyak melayani publik ditempatkan dibelakang sehingga orang-orang harus bertanya kesana kemari sebelum dapat menjumpainya. Hal ini menyita banyak waktu dan mengganggu pegawai lain yang setiap kalinya harus memberi petunjuk itu. Tidak banyak dijumpai pula perusahaan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, pegawai-pegaiwainya berjalan dari satu meja kemeja orang lain. Sehingga mengurangi keefektifan dalam suatu pekerjaan, ini terjadi

21

karena tata ruang yang buruk. (The Liang Gie, 2000 : 187). Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus merupakan kantor yang bergerak dalam bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi yang dalam tugasnya memberikan pelayanan publik yang memiliki 2 unit kantor yang berbeda tempatnya, dengan demikian penataan tata ruangnya harus sesuai dengan fungsi kantor itu sendiri agar tidak mengganggu aktifitas staf lainnya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan maupun tamu yang hendak berkunjung tidak akan kebingungan. Beberapa hal yang menurut penulis bahwa tata ruang kantor pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus yang kurang sesuai dengan teori yang ada yaitu belum maksimalnya bangunan kantor untuk mempermudah kegiatan kantor sedangkan pegawai yang ada banyak, ini terjadi pada kantor unit 1 yang luas gedung hanya 469 m2 tetapi di tempati pegawai sebanyak 28 orang di tambah dengan adanya perabotan kantor yang penempatannya tidak sesuai, ini kan menambah ruangan menjadi sempit. Demikian ini, pegawai yang berada dalam kantor akan merasa tidak nyaman, panas dan efektifitas kerjanya jadi tidak maksimal karena ruang geraknya yang sempit, ini ditambah dengan fasilitas kantor yang penggunaannya belum maksimal yaitu jendela yang merupakan ventilasi udara tidak dapat dibuka sehingga udara tidak bisa bebas keluar masuk sehingga suhu pada ruangan menjadi panas. Adapun penempatan peralatan dan perlengkapan kantor yang kurang tepat, antara lain: penyusunan meja saling berdekatan dengan jarak 50 cm dan letak lemari arsip yang tidak sesuai. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sistem tata ruang pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus? 2. Kendala- kendala apa saja yang timbul dalam penataan tata ruang kantor pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sistem tata ruang kantor pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 2. Untuk mengetahui Kendala- kendala apa saja yang timbul dalam penataan tata ruang kantor pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 2. Hasil penelitian 2.1. Tata Ruang Kantor Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. Berdasarkan dari penelitian penulis di lapangan mengenai penerapan sistem tata ruang kantor yang diterapkan di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut: 2.2.1. Penerapan Sistem tata ruang kantor Penggunaan tata ruang kantor merupakan segi yang terpenting dalam suatu perencanaan manajemen perkantoran. Ruangan yang disusun secara tepat dan memperhatikan semua komponen fisik yang ada di dalamnya akan sangat membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Sistem tata ruang yang diterapkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Trnasmigrasi Kabupaten Kudus adalah sistem tata ruang terbuka dan sistem tata ruang tertutup. 1. Tata Ruang Terbuka Dalam penerapan sistem tata ruang terbuka tidak menggunakan dinding atau papan penyekat yang membatasi antara pegawai satu dengan yang lainnya. Pada penerapan sistem

22

tata ruang terbuka terdapat keuntungan- keuntungan dan kerugian yang diperoleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. a. Keuntungan Penerapan sistem tata ruang kantor terbuka pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 1. Pengawasan yang lebih baik terhadap para pegawai. 2. Hubungan komunikasi kerja antar pegawai lebih mudah, sehingga dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dan persatuan yang lebih erat antara pegawai. 3. Fleksibilitas tata ruang yang lebih besar. b. Kerugian penerapan sistem tata ruang kantor terbuka pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 1. Sering terjadi pembicaraan dan mengobrol diantara pegawai. 2. Kerahasiaan kerjaan kurang terjamin. 3. Mudah terjadi penularan penyakit di antara pegawai seperti influenza. Berdasarkan rumusan sistem tata ruang kantor terbuka pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, sistem tata ruang terbuka diterapkan pada ruang staf tiap bidang pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 2. Tata Ruang Tertutup Dalam tata ruang tertutup susunan tata ruang untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa kamar atau sekat atau sengaja dibuat pemisahan buatan diantara pegawainya. Dalam penerapan sistem tata ruang kantor tertutup terdapat keuntungan-keuntungan dan kerugian yang diperoleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus adalah a. Keuntungan penerapan sistem tata ruang kantor tertutup pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 1. Ketenangan ruangan lebih baik sehingga mudah dalam konsentrasi 2. Keamanan dan kerahasiaan pekerjaan lebih terjamin. 3. Lalu lalang pegawai dan tamu dapat terhindari. b. Kerugian penerapan sistem tata ruang kantor tertutup pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 1. Pengawasan pegawai kurang efektif. 2. Hubungan antar satuan kurang lancar atau banyak mondar-mandir. 3. Biaya pengelolaan ruangan relatif besar. Berdasarkan penerapan sistem tata ruang kantor tertutup pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, sistem tata ruang kantor tertutup diterapkan pada ruangan Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi Dan Pelaporan, Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala Bidang Sosial, Kepala Bidang Pengawasan, Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Dan Transmigrasi,Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Perselisihan, Kepala Seksi Perselisihan Ketenagakerjaaan, dan Kepala Seksi Informasi, Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi . Tata ruang untuk resepsionis dan ruang tamu berada di depan ruang kepala dinas sehingga dapat mengganggu konsentrasi kepala dinas dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan oleh tamu yang sedang bertanya dengan resepsionis ataupun tamu yang mengobrol saat menunggu.

2.2. Lingkungan Fisik Kantor


2.2.1. Penerangan Pada kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan penerangan melalui penerangan cahaya sinar matahari dan penerangan lampu neon. Namun yang lebih sering digunakan adalah penerangan cahaya sinar matahari yang

23

masuk melalui jendela-jendela yanng berada samping kantor. Sedangkan lampu neon dipergunakan apabila cuaca mendung atau gelap. 2.2.2. Warna Warna merupakan faktor yanng sangat penting untuk memperlancar efektivitas kerja pegawai karena warna sangat mempengaruhi keadaan jiwa mereka. Penggunaan warna pada Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan warna kuning kecoklatan, warna tersebut dipertimbangkan memberi kesan tenang dan ruangan terlihat lebih terang. 2.2.3. Udara Udara yang berada pada kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi panas pada musim kemarau, ini dikarenakan ventilasi seperti jendela tidak bisa bermanfaat sesuai fungsinya yang seharusnya dapat mengalirkan udara keluar masuk. Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi ,jendala tertutup rapat tidak dapat dibuka sehingga karbon dioksida ataupun oksigen tidak bisa keluar /masuk dengan lancar ,maka udara pada ruangan menjadi panas dan sumpek akibatnya pegawai tidak merasa nyaman dan efektivitas pekerjaan terganggu. 2.2.4. Suara Pada kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, sumber suara sering mengganggu aktiviats kantor dan pegawai adalah dari pihak kantor sendiri seperti percakapan antar pegawai yang satu dengan pegawai yang lain dan suara gaduh dari peralatan kantor seperti mesin ketik. Sedangkan pihak luar tidak begitu mengganggu karena tamu berada di depan bagian kantor. 3. METODOLOGI RISET 3.1. Sumber Data Teknik pengumpulan data sangat penting bagi penulis untuk memperoleh data yang diinginkan. Adapun jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu : 1. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari sumbernya diambil dan dicatat pertama kalinya (Marzuki, 1997: 55). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pegawai Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 2. Data Sekunder Data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti (Marzuki, 1997: 56). Data yang ada adalah data mengenai gambaran umum Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus yang meliputi lokasi, bangunan, dan struktur organisasi. 3.2. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara ( Interview) Adalah mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula, (Maman Rachman, 1999: 83). Dengan teknik wawancara, peneliti berusaha mencari informasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tema Tugas Akhir. Peniliti melakukan wawancara dengan pendekatan mengunakan petunjuk umum wawancara, dengan membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercukupi semua. b. Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam penelitian untuk mengumpulkan dokumen yang tersedia sebagai sumber informasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini dokumen yang digunakan berasal dari literatur dan dokumen instansi yang digunakan untuk mendukung metode wawancara.

24

c. Observasi Adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematisk terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, (Maman Rachman, 1999: 77). Dalam hal ini observasi dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan kejelasan dari data yang sudah didapatkan dari dokumentasi dan wawancara. Tehnik Analisis Data Setelah data terkumpul perlu segera diolah oleh staf peneliti khususnya yang bertugas mengelola data (Suharsimi Arikunto, 2002: 240). Analisis data biasanya mencakup pekerjaan meringkas dari beberapa data yang telah dikumpulkan oleh peneliti untuk selanjutnya dikelola, membuat ringkasan menerapkan suatu teknik. Dalam penelitian ini data-data dan informasi yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan keadaan atau fenomena. Dalam teknik analisis ini akan membandingkan antara teori dengan fakta yang terjadi, yaitu mengenai tata ruang kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus.
3.3.

4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kendala kendala dalam tata ruang kantor Dalam penerapan tata ruang kantor yang dimiliki oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi di temukan kendala- kendala yang meliputi sebagai berikut: a. Kendala dalam penerapan sistem tata ruang kantor Dengan terdapatnya sistem tata ruang tertutup pada tiap bagian atau seksi maka kantor akan terlihat kecil sehingga antara meja yang satu dengan meja yang lain saling berdekatan dan ruang gerak pegawai menjadi kecil. Ruang gerak pegawai yang kecil dapat mengurangi efektivitas kerja pegawai. b. Kendala dalam penerapan lingkungan fisik Udara yang tidak dapat keluar masuk karena jendela yang tidak dimanfaatkan sesuai fungsinya mengakibatkan udara dalam ruangan menjadi panas sehingga dalam mengganggu konsentrasi pegawai dalam bekerja. Sumber suara yang mengganggu yaitu dari pihak dari kantor sendiri seperti mesin ketik manual yang tidak di beri peredam suara dan pembicaraan pegawai waktu jam kantor, sering mengganggu pegawai lain yang sedang melaksanakan tugas sehingga konsentrasi menjadi berkurang. 4.2. Pembahasan Lingkungan fisik kantor adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pekerjaan terselesaikan dengan baik. Hal ini sudah menjadi bagian dari suatu perusahaan atau instansi maupun dalam melaksanakan kegiatan perkantoran. Tata ruang kantor yang baik sangat mampu memotivasi para pegawai untuk menjadi lebih efektif dalam bekerja , pegawai akan merasa nyaman, tidak bosan, bekerja tanpa pemborosan tenaga, waktu, dan biaya, dan merasa tenang dalam bekerja sehingga hasil yang dicapai akan maksimal. 4.4.1. Sistem tata ruang kantor Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi secara keseluruhan menggunakan tata ruang terpisah-pisah yaitu susunan ruangan untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa satuan yang dibagi-bagi karena keadaan gedung yang terdiri atas kamar-kamar. Tetapi pada setiap bagian ruangan pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan tata ruang terbuka. Tata ruang terbuka digunakan berdasarkan banyak pegawai serta untuk menunjang kelancaran pegawai dalam bekerja. Jenis tata ruang terbuka terdapat pada bagian staff sekretariat, sub bagian umum dan kepegawaian, seksi pengawasan norma kerja, seksi pengawasan kesehatan

25

dan keselamatan kerja, seksi hubungan industrial, seksi perselisihan ketenagakerjaan, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatian dalam beberapa ruangan seperti ruangan kepala dinas, ruang kepala sekretariat, Kasub Bag perencanaan, evaluasi, dan pelaporan, kasub Bag keuangan, kabid pengawasan , kabid hubungan industrial dan perselisihan ketenagakerjaan menggunakan sistem tata ruang tertutup atau terpisah pisah, hal ini dapat menunjang kelancaran aktivitas pekerjaan kantor pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus yang memerlukan konsentrasi tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan kantor yang bersifas biasa maupun rahasia. Salah satu tujuan dari tata ruang kantor yang baik adalah penggunaan segenap ruang kantor secara efisien untuk keperluan pekerjaan (http://iyanarafah.blogspot.com/2010), pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus belum diterapkan dengan baik karena adanya ketidakseimbangan yang disebabkan pemanfaatan ruangan yang kurang efektif. Pemanfaatan ruang efektif, ini disebabkan masih terdapat ruangan yag terlihat sempit serta mengurangi ruang gerak pegawai dan ditambah dengan banyaknya barang- barang yang diletakkan tidak sesuai dengan tempatnya. Sedangkan ruangan lain yang cukup besar tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya peraturan yang mengatur tentang tata ruang kantor, sehingga penataannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengakibatkan para pegawai kurang maksimal dalam melaksanakan pekerjaannya. 4.4.2. Lingkungan Fisik Kantor Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, lingkungan fisik kantor belum sepenuhnya diperhatikan dengan baik. Lingkungan fisik pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus meliputi: a. Cahaya Pencahayaan pada kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan cahaya alam yaitu sinar matahari yang tembus dari jendela kaca pada setiap ruangan yang berada di sebelah kanan kiri gedung. pencahayaan lampu listrik di gunakan pada saat cuaca mendung dan gelap. b. Warna Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus adalah instansi pemerintahan sehingga menggunakan warna yang umum digunakan oleh kantor-kantor instansi pemerintahan yang lainnya yaitu warna kuning kecoklatan. Warna ini memberikan kesan tenang, lebih terang dan luas. Dari keseluruhan kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan warna kuning kecoklatan. c. Udara Pertukaran udara pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus di setiap ruangan menggunakan saluran udara yang ada disetiap sisi atas ruangan dan dilengkapi dengan jendela kaca namun saluran udara tersebut kurang berfungsi dengan baik karena tidak dapat dibuka. Hal tersebut mengakibatkan kondisi udara menjadi panas walaupun telah dibantu dengan kipas angin. d. Suara Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, suara yang mengganggu dalam pekerja kantor dari internal kantor sendiri yaitu dari mesin ketik dan pegawai yang berbincang-bincang pada waktu jam kerja. Meskipun letak Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi berada di dekat jalan raya akan tetapi suara bising kendaraan hampir tidak terdengar karena bangunannya letaknya menjorok ke dalam. 4.4.3. Kendala- Kendala Dalam Tata Ruang Kantor

26

Dalam tata ruang kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus terdapat kendala-kendala yang dapat menyebabkan pelaksanaan kerja menjadi kurang maksimal. Kendala- kendala yang ada meliputi: a. Kendala dalam penerapan sistem tata ruang kantor Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan sistem tata ruang terbuka dan tertutup. Sistem tata ruang tertutup adalah susunan ruangan untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa kesatuan. Pembagian itu dapat terjadi karena keadaan gedungnya yang terdiri atas kamar-kamar maupun karena memang sengaja di buat pemisah buatan misalnya dengan sketsel kayu atau dinding kaca, ( The Liang Gie,2000:193). Pada kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagian menggunakan sistem tata ruang tertutup sehingga gedung yang luas ruangannya sudah kecil ditambah dengan adanya sekat seperti dinding tembok maka akan menambah ruangan tersebut menjadi kecil. Ruangan yang kecil ini akan menimbulkan ketidaknyamanan para pegawai karena ruang geraknya terbatasi atau menjadi kecil sehingga dapat mengurangi efektif kerja pegawai. b. Kendala dalam penerapan lingkungan fisik Pegawai akan sulit dapat bekerja dengan baik, senang dan efisien, apabila mereka bekerja di ruang kantor yang udaranya panas, pengap sehingga sulit bernafas. Sedangkan pekerjaan kantor dengan suhu udara yang dianggap baik berkisar 13-24 derajat celsius. Oleh karena itu perlu diusahakan adanya ventilasi cukup, yang dapat membantu penukaran udara dengan lancar, sehingga para pegawai di ruang kerjanya tetap mendapat udara yang segar dan nyaman, (Sedarmayanti,2001:133). Udara di dalam ruang kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada musim kemarau tiba bersuhu berkisar 30 derajat celsius, ini disebabkan oleh pemanfaatan ventilasi kurang maksimal sehingga ruangan menjadi panas. Dengan ruangan yang panas, pegawai akan merasa kurang nyaman dan mengakibatkan pekerjaan menjadi kurang maksimal. Tingkat kebisingan pada kantor merupakan faktor lingkungan fisik kantor yang harus dipertimbangkan untuk mengelola tingkat produktivitas pegawai yang diinginkan, (Badri, 2007: 217). Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus,kebisingan yang terjadi diakibatkan dari suara mesin ketik manual dan pegawai yang berbicara waktu jam kerja sehingga akan mengganggu pegawai yang lain dan akan mempengaruhi konsentrasi pegawai. Jika demikian, makan akan mempengaruhi produktivitas pegawai. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat dimbil dalam penelitian ini adalah: 1. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus menggunakan tata ruang terbuka dan tata ruang tertutup hal ini karena untuk membedakan antara bagian yang satu dengan yang lain, pada ruang kepala dinas,ruang sekretaris, ruang kepala sub bagian perencanaan, evaluasi dan pelaporan, ruang kepala sub bagian keuangan dan ruang kepala bidang menggunakan tata ruang tertutup sedangkan bagian yang menggunakan tata ruang terbuka yaitu ruang staff pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus. 2. Dalam tata ruang Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Kudus terdapat kendala-kendala yang ditemukan yaitu a. Kendala dalam penerapan sistem tata ruang kantor Dengan terdapatnya sistem tata ruang tertutup pada tiap bagian atau seksi maka kantor akan terlihat kecil sehingga antara meja yang satu dengan meja yang lain saling berdekatan

27

dan ruang gerak pegawai menjadi kecil. Ruang gerak pegawai yang kecil dapat mengurangi efektif kerja pegawai. b. Kendala dalam penerapan lingkungan fisik Udara yang tidak dapat keluar masuk karena jendela yang tidak dimanfaatkan sesuai fungsinya mengakibatkan udara dalam ruangan menjadi panas sehingga dalam mengganggu konsentrasi pegawai dalam bekerja. Sumber suara yang mengganggu yaitu dari pihak dari kantor sendiri seperti mesin ketik manual yang tidak di beri peredam suara dan pembicaraan pegawai waktu jam kantor, sering mengganggu pegawai lain yang sedang melaksanakan tugas sehingga konsentrasi menjadi berkurang. DAFTAR PUSTAKA Badri Munir Sukoco.2008.Manajemen Administrasi Perkantoran Modern.Surabaya: PT. Erlangga
http://iyanarafah.blogspot.com/2010/02/tata-ruang-kantor.html 10:37

Selasa,15/06/2010 Marzuki,.2001. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE Rachman, Maman. 1999, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang: IKIP Press. Sedarmayanti. 2001. Manajemen Perkantoran.Bandung : Mandar Suharsimi Arikunto.2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rinika Cipta The liang Gie.2000. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

28

Memodernisasi sistem Perkantoran Melalui


Peran Teknologi Informasi ABSTRAK Oleh: Wahyono, Drs, MM Di Era Globalisasi saat ini penggunaan TI terus melesat cepat, dengan berbagai dampak yang akan mengikuti si pengguna atau user. Begitu pula dalam Lingkup organisasi perkantoran baik negeri ataupun swasta penggunaan TI merupakan menjadi suatu kebutuhan penting terutama yang terkait dengan penyerapan informasi-informasi. Dengan melihat kondisi tersebut SDM saat ini di tuntut terampil dalam penggunaan TI. Untuk itu adalah suatu kewajiban bagi pihak akademisi dalam hal ini dalah pendidikan sekaligus sebagai lembaga pemberi ilmu, keterampilan dan pendidikan mental SDM sehingga menghasilkan SDM yang profesional dan beretika terhadap penggunaan TI. PENDAHULUAN Pada masa sekarang, teknologi informasi (TI) telah mengubah cara perusahaan melakukan bisnis yang mengakibatkan banyak hal-hal baru terjadi dalam suatu organisasi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang ada di sekitar kita, misalnya fasilitas ATM, CD-ROM yang terdapat di perpustakaan, dan scanner yang terdapat di toko- toko swalayan, Ini menunjukkan bahwa peranan TI menjadi semakin meningkat mengikuti perkembangan teknologi informasi. Secara tradisional, manajemen dan akademisi memandang peranan TI sebagai fungsi pendukung dalam operasi perusahaan. Pandangan mereka ini sesuai dengan definisi awal TI. Sebagai contoh, Ein-Dor dan Segev (1978), Ives et al. (1980) mendefinisikan SI sebagai fungsi pendukung dalam melaksanakan aktivitas dan fungsi manajemen. Saat ini, manajemen dan akademisi memandang peranan TI sebagai enabler bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Sistem informasi mampu mengubah bentuk organisasi, mampu mengubah cara perusahaan dalam beroperasi, dan mampu mengubah cara perusahaan dalam bersaing (Alter 1996, hal. 191-193). Informasi, sekarang dilihat sebagai sumber daya stratejik, sumber yang potensil untuk mendapatkan keunggulan dalam bersaing (Raghunathan dan Raghunathan 1990, Laudon dan Laudon 1991, hal. 72) atau sebagai senjata stratejik untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam iklim bisnis yang baru (Ives dan Learmonth 1984). Hal ini menunjukkan bahwa TI memainkan berbagai peran dalam organisasi. McFarlan et al. (1983) menggunakan strategic grid sebagai rerangka untuk menjelaskan peranan TI yang berbedabeda di dalam organisasi. Dalam rerangka tersebut, mereka mengklasifikasikan organisasi ke dalam empat lingkungan TI, yaitu strategic, turnaround, factory, dan support. Di era teknologi informasi telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, sehingga untuk memperoleh informasi dari segala penjuru dunia bukanlah suatu hal yang sulit lagi. Bahkan untuk memperoleh informasi-informasi apa pun bukan lagi dalam hitungan bulan, hari atau pun jam, melainkan cukup dalam hitungan detik. Sebenarnya istilah information technology (IT) yang di bahasa Indonesia-kan dengan teknologi informasi (TI) ini mulai populer di penghujung tahun 1970-an. Di masa itulah teknologi informatika dikenal dengan sebutan teknologi komputer atau pengolahan data elektronik. Kemudian, satu dasawarsa berikutnya terjadi perkembangan yang cukup menakjubkan dimana teknologi

29

informasi yang tadinya dikenal dengan teknologi komputer beserta perangkat elektronik lainnya (software, hardware, elektronik digital, dll) berpadu dengan teknologi komunikasi menghasilkan apa yang dikenal saat ini dengan internet. Internet ini adalah suatu kumpulan yang luas dari jaringan-jaringan komputer yang saling terkoneksi dengan menggunakan jaringan komunikasi yang ada di seluruh dunia. Dengan adanya internet ini menjadikan manusia dapat secara mudah berkomunikasi antara satu dengan lainnyadiseluruh dunia, bukan hanya bersifat verbal melainkan juga berupa visualisasi, bahkan menjadikannya sebagai media berbagi informasi dan pengetahuan. Dewasa ini internet sudah digunakan baik di instansi pemerintahan maupun swasta sebagai media yang memudahkan dalam pelayanan publik, menyampaikan informasi, urusan bisnis, dll. Dengan demikian internet merupakan salah satu teknologi informasi yang berperan sangat penting dalam segala kegiatan atau seluruh sektor kehidupan, dan mempunyai andil besar dalam mereform sistem informasi, struktur operasional dan manajemen dalam suatu organisasi (pemerintahan, swasta, lembaga pendidikan, LSM, dll), dan lembaga yang berbasiskan pelayanan publik. Perguruan Tinggi sebagai salah satu bagian dari sistem Pendidikan telah melakukan beberapa agenda reformasinya, dan dari sedemikan banyak agenda tersebut, yang sangat urgen adalah dibidang teknologi informasi ini, Dimana berperan membantu masyarakat umum agar mudah memperoleh informasi secara terbuka bahkan bagi internal perguruan tinggi sendiri dapat mempermudah untuk mengakses informasi-informasi yang up to date. Penerapan Sistem Informasi Berkaitan dengan empat lingkungan TI, yaitu strategic, turnaround, factory, dan support. Maka peranan TI didefinisikan dengan rerangka strategic grid yang terdiri dari dua dimensi yaitu dampak stratejik TI saat ini dan dampak stratejik SI masa yang akan datang. Dampak stratejik SI saat ini tinggi berarti operasi perusahaan sangat bergantung pada fungsi TI, dan dampak stratejik TI saat ini rendah berarti operasi perusahaan kurang bergantung pada fungsi TI. Dampak stratejik TI masa yang akan datang tinggi berarti TI merupakan salah satu aktivitas yang penting yang harus dipertimbangkan dengan matang jika ingin survive dan flourish di masa yang akan datang, dan dampak stratejik TI rendah berarti pengembangan TI bukan merupakan suatu aktivitas yang kritis yang harus dilakukan perusahaan walaupun bermanfaat. Perencanaan TI dibagi dalam tiga karakteristik, yaitu karakteristik perencanaan, karakteristik organisasional, karakteristik kinerja. Karakteristik perencanaan terdiri dari tiga variabel, yaitu kualitas proses perencanaan, rentang waktu perencanaan, dan sumber-sumber perencanaan TI. Karakteristik organisasional terdiri dari lima variabel, yaitu integrasi bisnis - TI, kualitas mekanisme pendukung, keterlibatan manajemen puncak, keterlibatan pemakai, dan sumbersumber TI. Dan, karakteristik kinerja terdiri dari tiga variabel, yaitu efektivitas perencanaan, kinerja fungsi TI, dan kontribusi SI terhadap kinerja organisasional.

Teknologi Informatika dan Peranannya di Lingkungan organisasi bisnis dan Non Bisnis Dalam perkembangannya, sama-sama kita ketahui bahwa sains dan teknologi telah semakin canggih, modern dan berkembang cepat, oleh karenanya harus diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Arti penting penggunaan teknologi adalah untuk mempermudah semua aktivitas dan kegiatan manusia agar tujuannya tercapai. Misalnya, manusia baik per-orangan maupun melalui organisasinya menggunakan teknologi informatika dalam wujud internet sebagai media memperoleh pengetahuan, informasi, serta menerapkan manajemen dan administrasinya se-efektif dan se-efisien mungkin. Melihat pentingnya penerapan teknologi informasi ini, dan telah dimulai pada ,ingkungan organisasi bisnis atau non bisnis mau tidak mau wajib hukumnya menerapkan teknologi informasi

30

tersebut, karena dimasa mendatang sektor ini termasuk yang paling dominan bahkan sangat pesat perkembangan dan inovasinya. Bukan hal yang mustahil, aspek-aspek kemudahan melaksanakan pekerjaan yang saat ini belum terpikirkan, kemudian dimasa mendatang akan terjadi, seperti dapat penulis contohkan sebagai berikut : 1. Di bidang administrasi kepegawaian ; dapat membantu prosedur penerbitan surat keputusan/ keputusan dari kenaikan pangkat sampai pemberitahuan promosi mutasi (sehingga tidak terjadi seperti saat ini dimana pengiriman via pos sangat memakan waktu dan tidak sedikit yang hilang/ tercecer atau terjadi kesalahan, dan untuk menduduki suatu jabatan maka pejabat atasan yang berwenang dapat mengetahui secara jelas komposisi pegawai yang up to date, bisa juga atasan yang tidak berada dikantor masih bisa memonitor bawahannya atau saling berinteraksi dalam pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu mendesak. 2. Di bidang administrasi keuangan ; pemberian gaji langsung masuk ke rekening masingmasing (ini sudah berlangsung bagi pegawai di bank-bank), mensosialisasi kebijakan penggunaan anggaran, mempermudah dari penyusunan RKA-KL sampai dengan pelaksanaan dan pertanggung-jawaban anggaran. 3. Di bidang pendidikan dan pelatihan ; kegiatan-kegiatan diklat dilaksanakan dengan modus jarak jauh (distance learning) sehingga para pengajar (terutama para pejabat fungsional dan struktural yang berkompeten) sesibuk apapun dapat meluangkan waktunya serta menghemat biaya, adanya sharing resource antara lembaga peradilan dengan lembaga-lembaga lain (lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah, lembaga pendidikan baik yang ada di dalam maupun luar negeri), sarana praktek menggunakan teknologi multimedia secara virtual, dll. 4. Di bidang perpustakaan ; adanya perpustakaan online yang berisi buku-buku digital, kumpulan tulisan-tulisan masyarakat umum (akademisi dan pemerhati masalah perkantoran) serta pustakawan handal di bidang teknologi informatika. 5. Di bidang pelayanan publik dan kehumasan ; memudahkan memberikan informasi atau konferansi pers melaui sistem otomasi dengan jaringan world wide web (internet) danpelayanan pun dapat disediakan selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Contoh-contoh diatas merupakan peranan teknologi informasi yang secara umum bersifat positif, akan tetapi penggunaan teknologi informasi pun dapat pula disalah-gunakan atau berdampak negatif, tergantung orang yang menggunakannya, bisa digunakan untuk mempermudah pekerjaan atau bisa juga untuk berbuat tidak baik. Oleh karena itu, masing-masing lembaga organisasi perkantoran baik swasta atau negeri yang menggunakan teknologi informasi memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang memahami secara komprehensif dan mendalam, dari mengaplikasikan aneka produk teknologi dengan baik dan benar sampai maintenance serta memproteksi adanya ancaman luar yang menyusup, merusak serta merubah data yang ada. Ancaman dari luar ini seperti : virus, spayware, hack, malware, adware, parasitware, browser hijacker, keylogger, dialer, dsb. Untuk mengantisipasinya, seorang petugas dibidang teknologi informasi tersebut harus yang tahu betul akan seluk beluk teknologi informasi, baik segi manfaat penggunaan maupun ancaman bahaya yang mungkin timbul, sehingga kerusakan sistem yang mengakibatkan hilangnya data-data penting dapat dihindari. Mempersiapkan Kompetensi SDM Berbasis TI melalui Peran Institusi Pendidikan Untuk mempersiapkan kompetensi SDM perkantoran yang mumpuni terhadap TI, maka salah satunya adalah institusi pendidikan mempunyai peranan dalam mewujudkan harapan tersebut, diantaranya melalui: a. Peningkatan Pemahaman Pengetahuan/wawasan global

31

Terkait dengan pemberian pengetahuan / wawasan, instutsi pendidikan mempunyai peranan penting tidak hanya dalam lingkup teori akan tetapi mulai di kembangkan dengan sesuai perubahan dan perkembangan pengetahuan yang berbasis teknologi informasi, meningkatkan daya kreativitas dan inovasi baik dari cara berpikir maupun bertindak serta tetap perpegang teguh pada pemahaman nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam unsur budaya, agama, hukum dan sosial masyarakat. b. Peningkatan keterampilan global Peningkatan keterampilan yang berbasis TI dapat juga terus ditingkat oleh peserta didik atau mahasiswa melalui penggunaan komunikasi multiguna, pengembagangan Iptek dan informatika serta keterampilan khusus dalam peningkatan mutu profesionlitas yang mampu berkompeten c. Peningkatan Sikap atau perilaku Perilaku SDM juga turut menjadi sorotan dalam kehidupan sosial dan organisasi, untuk itu institusi berperan aktif untuk membangun perilaku SDM yang positif dan sehat secara utuh. Sehingga mencerminkan SDM yang memiliki tingkat kedisiplinan, dinamis &Flexible, penuh Inisiatif & Proaktif, selalu berpikir inovatif & Kreatif serta mempunyai jiwa Mandiri / Survive. PENUTUP Upaya dalam memoderenisasi sistem perkantoran adalah memalui aplikasi Teknologi Informasi dalam sistem organisasi baik pemerintah mapun swasta di masa depan merupakan suatu yang tidak bisa terelakan lagi. Arti penting kemajuan teknologi informasi tersebut adalah selain agar dimanfaatkan dalam memberikan pelayanan kepada publik juga untuk lebih memperlancar, mempercepat dan mempernyaman suatu pekerjaan. Adapun untuk menyiapkan SDM yang kompeten dapat melalui:1)peningkatan pemahaman/wawasan 2) peningkatan keterampilan dan perbaikan akan perilaku. Dengan teknologi informasi ini pula, semua informasi-informasi yang berkenaan dengan perkantoran di lingkungan organisasi pemerintah ataupun swasta dapat diintegrasikan, sehingga mempermudah pencarian data-data oleh pengguna dari manapun. Meskipun dalam kenyataan saat ini masih terdapat beberapa kendala (teknis maupun non teknis), terutama dalam hal keterbatasan SDM dan dana untuk pengadaan perangkat teknologi informasi, Urgennya sarana dan prasarana teknologi informatika ini dikarenakan perkembangan teknologi yang begitu cepat juga membantu untuk pengembangan sistem tenologi infomasi di perkantoran di zaman yang serba efektif dan efisen. Bahkan teknologi ini bagian dari tuntutan era reformasi terhadap lembaga organisasi perkantoran di Indonesia, jangan sampai lembaga organisasi perkantoran baik negeri tertinggal jauh dengan instansi pemerintahan lainnya apalagi instansi swasta (terutama dalam hal SDM atau tenaga ahli dibidang teknologi informasi). Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yaitu Miftah Thoha dibidang Administrasi Publik dari Universitas Gajah Mada menyatakan bahwa Manajemen PNS dimasa mendatang perlu dan mutlak melakukan perubahan dalam pengelolaan manajemen kepegawaian dari yang masih konvensional ke arah yang berbasis Informasi Teknologi (E-Government), dalam rangka mengantisipasi terhadap perubahan lingkungan eksternal yang menuntut pengelolaan manajemen PNS yang profesional, cepat, dan responsif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

32

REFERENSI 1. Agus Budi Susilo,SH.,MH, Peran Teknologi Informasi dalam memodernisasi sistem Peradilan di Indonesia 2. Sony Teguh T, Peran TI dalam Bisnis Global dan Sistem Perkantoran Moderen, 2010 3. www.allbusiness.com 4. www.wirausaha.com 5. www.binamanajemen.com

33

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MENGELOLA KEARSIPAN PADA SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK TAMAN SISWA KUDUS.

Oleh : Nova Chotibul Umam SARI Penelitian ini bertujuan untuk menganaliasis besarnya pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran mengelola kearsipan siswa kelas XI di SMK Tamansiswa Kudus secara parsial dan simultan. Dalam penelitian ini menggunakan populasi karena respondennya terdiri kurang dari 100 yaitu 88 siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah dua variabel bebas yaitu kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar kemudian satu variabel terikat yaitu hasil belajar siswa Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi, teknik analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian regresi linier berganda menunjukakan persamaan Y = -51,25+ 0,941 X1 + 0,746 X2. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan baik secara simultan maupun parsial dari pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas terhadap hasil belajar mata pelajaran mengelola kearsipan pada siswa kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus. Kata Kunci : Hasil Belajar, kompetensi pedagogik guru, fasilitas belajar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil belajar siswa jurusan administrasi perkantoran kelas XI pada mata pelajaran mengelola kearsipan masih belum optimal. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan pada mata pelajaran mengeloala kearsipan yaitu 72,00. Data yang ada menunjukkan siswa yang belum mencapai nilai KKM terdapat 35 siswa atau sekitar 39,77% yang terdiri dari siswa kelas administrasi perkantoran 1 terdapat 6 siswa yang belum tuntas dan kelas administrasi perkantoran 2 terdapat 29 siswa yang belum tuntas, data tersebut diambil dari jumlah populasi dari dua kelas sebanyak 88 siswa. Menurut pengamatan dan data yang ada secara umum fasilitas belajar yang menunjang pembelajaran mata pelajaran mengelola kearsipan di SMK Tamansiswa Kudus sudah cukup memadai, dari sarana umum sudah tersedianya ruang belajar/kelas yang cukup untuk menampung siswa hingga 46 orang, penerangan yang cukup dengan 4 lampu untuk ruang laboratorium dan 2 lampu untuk ruang kelas, untuk laboratorium/ruang praktik kearsipan di SMK Tamansiswa belum tersedia karena keterbatasan tempat, setiap mengadakan praktek siswa SMK Tamansiswa menggunakan ruangan yang lain, namun untuk alat-alat penunjang proses pembelajaran mengelola kearsipan sudah cukup tersedia seperti filling kabinet, map, guide, stepler, kartu kendali dan kertas pinjam arsip. Selain memiliki fasilitas belajar yang cukup memadai, SMK Tamansiswa Kudus juga memiliki guru-guru yang berkompeten dan mempunyai keahlian sesuai bidangnya masingmasing. Sebagai guru, kemampuan mereka dalam kegiatan belajar mengajar sudah cukup bagus. Peraturan dari SISDIKNAS mengatakan bahwa setidaknya seorang guru mempunyai empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi pribadi, dan kompetensi professional Namun pemahaman dan penerapan tentang kompetensi tersebut masih belum maksimal terlebih lagi kompetensi pedagogik guru disini, para guru pada umumnya yang masih belum melaksanakan kompetensi tersebut secara utuh. Berdasarkan informasi dari sebagian siswa seperti memanfaatkan teknologi komunikasi dalam pembelajaran dan lain-lain.

34

Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar yang berada di SMK Tamansiswa dengan judul Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Dan Fasilitas belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Mengelola Kearsipan Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran Di SMK Tamansiswa Kudus. 1.2 Rumusan Masalah Dari identifikaksi masalah di atas penelitian ini akan dibahas tentang beberapa masalah diantaranya: 1. Seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap hasil belajar mata pelajaran mengelola kearsipan siswa kelas XI di SMK Tamansiswa Kudus? 2. Seberapa besar pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran mengelola kearsipan siswa kelas XI di SMK Tamansiswa Kudus? 3. Seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran mengelola kearsipan siswa kelas XI di SMK Tamansiswa Kudus? II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar tentang Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010: 2 ). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang diperoleh setelah mengalami proses belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari oleh pembelajar, yang menjadi tujuan dari pembelajaran adalah pendiskripsian tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau gambaran produk yang menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut sudah terjadi. Hasil belajar mata pelajaran mengelola kearsipan merupakan hasil perubahan perilaku berupa pengetahuan yang siswa dapatkan setelah proses pembelajaran dan keterampilan mengelola kearsipan yang siswa peroleh. 2.2 Konsep Dasar tentang Kompetensi Pedagogik Pedagogik merupakan suatu kajian tentang pendidikan anak, berasal dari bahasa yunani paedos, yang berarti anak laki-laki, dan agogos artinya mengantar, membimbing. Secara kiasan pedagogik adalah seorang ahli yang membimbing anak, mendidik anak kearah tujuan tertentu. (Sadulloh, 2010: 2). Pendapat lain juga mengatakan hal yang sama bahwa pedagogik merupakan ilmu mendidik. Pedagogik merupakan suatu teori dan kajian yang secara teliti, kritis, dan obyektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenal hakekat proses pendidikan. Defininisi tentang istilah padagogik diuraikan oleh beberapa ahli dalam Sadulloh (2010: 3), Darji Darmodihardjo menunjukkan suatu usaha yang lebih ditunjukkan kapada pengembangan budi pekerti, semangat kecintaan, rasa kesusilaan, dan ketaqwaan. Menurut Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri. Menuurt S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota. 2.1 Konsep Dasar tentang Fasilitas Belajar Bafadal (2004: 2), mendefinisikan sarana/fasilitas belajar adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar di sekolah. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas belajar adalah semua kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan, dan menunjang pelaksanaan kegiatan belajar di sekolah. III. METODOLOOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, artinya pendekatan ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh atau tidak antara variabel bebas dan variabel terikat dan seberapa besar pengaruh tersebut. selain itu penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif karena peneliti memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian ini mengkaji fakta-fakta yang sudah ada dan tidak memanipulasinya atau mengubah data tersebut sehinggga penelitian ini termasuk penelitian non eksperimen.

35

3.2

3.3

3.3.1

3.3.2

3.3.3

3.4

1.

Populasi Penelitian Obyek dalan penelitian ini adalah seruh siswa kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa yang jumlahnya 88 siswa, berhubung jumlah obyek yang diteliti kurang dari 100 maka peneliti menggunakan penelitian jenis populasi. Variable Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah: Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas. Bagaimana seorang guru dalam mendidik siswa, yang didalamnya mencakup pengelolaan kelas. Indikator kompetensi pedagogik meliputi : (1) menguasai karakteristik peserta didik, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran, (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, (6) memfasilitasi pemngembangan potensi peserta didik, (7) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun, (8) menyelenggarakan penilaian evaluasi dan proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi, (10) melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Fasilitas Belajar Fasilitas belajar yaitu segala sesuatu yang digunakan untuk memperlancar proses pembelajaran mata pelajaran mengelola kearsipan. Indikator fasilitas belajar adalah (1) sarana, yaitu segala peralatan yang digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran. (2) prasarana, yaitu seperangkat perlengakapan dasar yang tidak secara langsung menunjang proses pembelajaran. Hasil belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang diperoleh setelah mengalami proses belajar. Indikator hasil belajar adalah nilai dari tes subsumatif atau nilai ulangan tengah semester. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut: Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi, 2006: 151). Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah untuk mengetahui tanggapan responden tentang kompetensi pedagogik guru, dan fasilitas belajar. Pertanyaan yang disediakan dalam angket merupakan jenis pertanyaan tertutup, dimana responden telah diberikan pilihan jawaban.

2. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa cacatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, leger, agenda dan sebagainya (Suharsimi, 2006:158). Peneliti menggunakan teknik dokumentasi ini karena ingin memperoleh data-data yang relevan dengan tujuan penelitian sehingga dapat mempermudah dalam proses penelitian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data berupa daftar nilai ulangan tengah semester dari pihak guru mata pelajaran mengelola kearsipan di SMK Tamansiswa Kudus 3.5 Teknik Analisis Data. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif 2. Uji Asumsi Klasik a.Uji Normalitas b. Uji Multikolinieritas c.Uji Heteroskedastisitas 3. Analisis Regresi Linier Berganda

36

IV.

4. Koefisien Determinasi Simultan dan Parsial HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria Deskriptif Kompetensi Pedagogik Guru No. Interval Frekuen Kriteria Skor si 1. 7436Sangat 19 9152 baik 2. 572060 Baik 7436 3. 40049 Kurang 5720 baik 4. 22880 Tidak 4004 baik Kriteria Deskriptif Fasilitas Belajar N Interva Kriteria o. l Skor 1 4576Sangat . 5632 baik 2 3520Baik . 4576 3 2464Kurang . 3520 baik 4 1408Tidak . 2464 baik

Persentas e 22% 68% 10% 0%

Frekuen si 6 42 33 7

Persenta se 7% 48% 38% 8%

37

Regresi linier berganda


a Coefficients

Model 1

(Constant) Kompetensi Pedagogik Guru Fasilitas Belajar

Unstandardized Coefficients B Std. Error -51.253 11.104 .941 .746 .161 .118

Standardized Coefficients Beta .441 .478

t -4.616 5.839 6.323

Sig. .000 .000 .000

Correlatio ns Partial .535 .566

Collinearity Statistics Tolerance VIF .801 .801 1.248 1.248

a. Dependent Variable: Hasil Belajar

Hasil Koefisien Determinasi Secara Simultan


b Model Summary

Change Statistics Model 1 R .782a R Square .611 Adjusted R Square .602 Std. Error of the Estimate 12.02251 F Change 66.744 df1 2 df2 85 Sig. F Change .000

a. Predictors: (Constant), Fasilitas Belajar, Kompetensi Pedagogik Guru b. Dependent Variable: Hasil Belajar

Hasil Koefisien Determinasi secara Parsial


Unstandardized Coefficients B Std. Error -51.253 11.104 .941 .746 .161 .118 Standardized Coefficients Beta .441 .478

a Coefficients

Model 1

(Constant) Kompetensi Pedagogik Guru Fasilitas Belajar

t -4.616 5.839 6.323

Sig. .000 .000 .000

Correlatio ns Partial .535 .566

Collinearity Statistics Tolerance VIF .801 .801 1.248 1.248

a. Dependent Variable: Hasil Belajar

Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini penulis mendapati keterbatasan penelitian, dikarenakannya kelemahan peneliti dalam menganalisis permasalahan yang di angakat. Adapun kelemahan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar tidak dapat berpengaruh secara langsung terhadap hasil belajar, akan tetapi harus melalui variabel intervening, adapun variabel yang dimaksud adalah proses pembelajaran. Namun dalam penelitian ini variabel intervening tersebut tidak diteliti. 2. Variabel kompetensi pedagogik guru yang dibahas seharusnya kompetensi pedagogik guru secara keseluruhan, namun dalam penelitian ini hanya ditujukan kepada satu guru saja yaitu kompetensi pedagogik guru pada mata pelajaran mengelola kearsipan sesuai dengan instrumen yang diberikan kepada para siswa. 3. Angket yang dibagikan pada responden menayakan kemampuan kompetensi guru secara keseluruhan, sedangkan yang diteliti hanya pada satu guru mata pelajaran V. PENUTUP 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar mempengaruhi hasil belajar siswa kelas XI jurusan administrasi perkantoran di SMK Tamansiswa Kudus dengan simpulan sebagai berikut:

38

1. Kompetensi pedagogik guru mempunyai pengaruh relatif kecil terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran mengelola kearsipan jurusan administrasi perkantoran di SMK Tamansiswa Kudus 2. Fasilitas belajar mempunyai pengaruh relatif kecil terhadap hasil belajar siswa kelas XI mata pelajaran mengelola kearsipan jurusan administrasi perkantoran di SMK Tamansiswa Kudus 3. Kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar mempunyai pengaruh cukup besar terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran mengelola kearsipan di SMK Tamansiswa Kudus 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain: 1. Bagi guru Dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi lebih ditingkatkan, dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat lebih variatif 2. Bagi sekolah . a. Fasilitas sarana yang dibutuhkan perindividu perlu ditambah disesuaikan dengan jumlah siswa mengingat banyaknya mata pelajaran yang praktek yang siswanya harus benar-benar faham. b. Perpustaan yang sudah disediakan dibenahi lagi dalam koleksi buku-buku literaturnya agar siswa mudah dalam memperoleh dan menambah pengetahuan mereka 3. Bagi siswa Disarankan bagi siswa kelas XI untuk lebih giat dalam belajar, lebih memanfaatkan fasilitas yang telah di sediakan oleh sekolah, agar nilai ketuntasan dapat dicapai oleh seluruh siswa 4. Bagi peneliti lanjut Disarankan menambah variabel lain yang berpengaruh dengan hasil belajar. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksasa. Burhanuddin, Salam. 2002. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta. Casey & Ruth. 2007. Teacher Educational Pogramadmission Criteria And What Beginning Teachers Need To Know To Be Successful Teachers. Canadian Journal of education Administration and policy. http://www.umanitoba.ca/publications/cjeap/pdf_files/childs_casey.pdf. ( 15 Mei 2010). Chtarina, Tri Anni, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gie, The Liang. 1984. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Nuansa Aulia. Jamal Mamur, Asmani. 2009, 7 kompetensi guru. Power books Banguntapan, Jogjakarta Kontin, Moh, Majid. 1998. Teacher Effectiveness. Universiti Putra Malaysia Press. Sedang Selangor, Malaysia. Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

39

Nevin, Ann. 2003. Developing pedagogical competence in online environments. Albuquer. New Maxico Republika 2007. Usulan Model Pembaharuan Untuk pengembangan sekolah. http://jurnal.pendidikan .net/jurnal1.html#smkmenarik (3 April. 2010) R. Stevenson, Kenneth. 2006. Educational Facilities w ith in the Context of a Changing 21st Century America. University of South Carolina Ruzana, Arina. 2010. Pengaruh Komunikasi Guru Dan Fasilitas Belajar Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran Mata Pelajaran Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan Di Smk SeKabupaten Purbalingga. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Schneider, Mark. 202. Do school faciliti affect Academic Outcome.Natioanal Clearinghouse For Educational Facilities. www.edfacilities.org. (12Mei 2010) Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Srihartanto, Eko. 2007. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). http://unikharynizar.multiply.com/journal/item/8 (23 Mei 2010) Syaiful, Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Uyoh, Sadullah, 2010. Pedagogik. Bandung: Alfabeta. European journal Of Teacher Education. 2006. Invigorating pedagogic change. suggestion from findings of the development of secondary science techers practice and cognizance of the lerning proses.central conneticut Satate University Zaifbio, 2009. Evaluasi Pendidikan http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif dan-psikomotorik/ (10 Juni 2010) Zakiyati, Sri. 2009. Pengaruh Kompetensi Professional Dan Kompetensi Pedagogik Guru Ekonomi Terhadap Akuntansi Terahadap Prestasi Belajar Di SMK Kabupaten Magelang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

40

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII B SMP N 1 TERSONO KABUPATEN BATANG Yulia Ratnaningsih NIM 3301403128 Abstrak: Makalah ini menjelaskan tentang metode pembelajaran kooperatif jigsaw II dan penerapannya yang dirancang dengan design penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP N 1 Tersono Kabupaten Batang yang berjumlah 30 siswa. Penilaian diambil dari nilai ulangan harian siswa sebelum diterapkannya metode pembelajaran kooperatif jigsaw II (sebagai data pembanding) yang dibandingkan dengan nilai postes dari siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Implementasi, Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II, Hasil Belajar PENDAHULUAN Rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII B SMP N 1 Tersono dalam mata pelajaran ekonomi, antara lain disebabkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar ekonomi, penyampaian materi oleh guru masih dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Bahkan saat guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya tidak ada siswa yang bertanya. Hal ini disebabkan karena siswa merasa takut untuk melontarkan pertanyaan atau bahkan siswa merasa malu untuk bertanya. Dengan demikian suasana belajar mengajar menjadi tidak kondusif dan siswa cenderung pasif. Hal tersebut mengakibatkan siswa jenuh dalam menerima pelajaran. Bahkan mereka kurang tertarik terhadap mata pelajaran ekonomi, sehingga menimbulkan sikap negatif siswa terhadap mata pelajaran ekonomi yang akhirnya berpengaruh pula terhadap pencapaian hasil belajar mata pelajaran ekonomi Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik di kelas VIII B SMP Negeri 1 Tersono disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Adapun dalam pembelajaran tradisional tersebut, suasana kelas cenderung teachercentered, guru tidak menggunakan alat dan praktek, serta hanya menjelaskan konsep-konsep yang terdapat dalam buku ajar (Trianto 2007:1). Dalam hal ini, siswa tidak dipahamkan tentang bagaimana cara belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Oleh karena itu, perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat membantu siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Tersono untuk memahami materi ajar dan mampu melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Berlakunya kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya perubahan adanya pemahaman tentang pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (sekolah). Oleh karena itu, perubahan kurikulum tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pembelajaran di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh sebab itu, guru ekonomi harus mampu memotivasi siswa serta melakukan usaha-usaha lain dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas agar siswa termotivasi dan berminat dalam pembelajaran ekonomi, sehingga hasil belajar ekonomi siswapun meningkat. Salah satu cara untuk mewujudkan hal itu yaitu dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif jigsaw II dalam pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti yaitu apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII B SMP N 1 Tersono Kabupaten Batang? Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII B SMP N 1 Tersono Kabupaten Batang. Manfaat hasil penelitian bagi SMP N 1 Tersono Kab. Batang dari hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif perbaikan dalam

41

proses pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan, khususnya belajar IPS Ekonomi dan pendidikan pada umumnya. Peneliti sebagai calon guru dapat menambah pengetahuan untuk meningkatkan kemampuannya dalam dunia pendidikan. Sedangkan bagi guru diantaranya adalah dengan adanya penelitian ini diharapkan Guru memperoleh tambahan wawasan atau informasi mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Ekonomi dan memberikan pedoman bagi guru dalam memotivasi siswa untuk belajar sehingga menumbuhkan keinginan pada diri siswa untuk berprestasi lebih baik. LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan diatas, landasan teori dalam penelitian ini meliputi: (1) pembelajaran sebagai suatu sistem, (2) Hasil belajar siswa, (3) faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar, (4) model pembelajaran kooperatif jigsaw II, (5) hipotesis. Belajar mengajar selaku suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan (Djamarah 2002 : 10). Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorgnisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja sama. Menurut Slameto dalam Djamarah (2002:13), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2002:13). Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi intelegensi dan bakat, kesehatan, minat dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi keluarga, sekolah, metode mengajar, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi (Trianto 2007 : 41). Dalam pembelajaran, siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Dengan demikian kerjasama dalam kelompok merupakan aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Adapun tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan pada semua siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam pembelajaran. Oleh karena itu, selama bekerja dalam kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu untuk mencapai ketuntasan dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dalam penerapan kooperatif dua atau lebih individu saling tergantung

42

satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut jika mereka berhasil sebagai kelompok. Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibatakibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang baik untuk mencapai hal-hal semacam itu (Slavin, 2008:4-5) Menurut Anita Lie (2004:38) dalam bukunya Cooperative Learning bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Roger dan David Johnson dalam bukunya Anita Lie (2004 : 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu: a. Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. b. Tanggung jawab perseorangan Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran koopertif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c. Tatap muka Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan. d. Komunikasi antar anggota Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam berkelompok juga merupakan proses panjang. Namun proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. e. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Metode pengajaran jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkin. Bentuk adaptasi jigsaw yang lebih praktis dan mudah adalah Jigsaw II (Slavin 2008 : 237). Jigsaw II adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yaitu 5-6 siswa. Dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama dengan latar belakang yang berbeda. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial, biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu timnya.

43

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa yang terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang siswa. Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut: Kelompok Asal

Kelompok Ahli Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw II Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw II adalah sebagai berikut. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw II ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 30 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 30 siswa dibagi menjadi 5 kelompok ahli yang beranggotakan 6 siswa dan 6 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Gambar 2. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw II Guru memberikan kuis (yang mencakup seluruh topik) untuk siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Penghargaan tersebut dapat berupa sertivikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Tujuan dari pemberian penghargaan ini adalah untuk memotivasi siswa supaya para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Kunci metode Jigsaw II ini adalah interdependensi: tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.

44

Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw II untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Tersono, maka hasil belajar siswa akan meningkat. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Proses penelitiannya terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan masing-masing kegiatan tatap muka adalah dua jam pelajaran dengan alokasi waktu satu jam pelajaran sama dengan 40 menit. Dalam penelitian ini tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Suharsimi Arikunto 2007 : 16). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Tersono. SMP Negeri 1 Tersono beralamat di Jalan Raya Tersono, Kecamatan Tersono Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: metode dokumentasi, metode ini digunakan untuk mengumpulkan daftar nama dan jumlah siswa yang akan digunakan sebagai objek penelitian yaitu kelas VIII B, serta untuk memperoleh daftar nilai siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Tersono; tes, digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar IPS-Ekonomi pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Tersono Kabupaten Batang yang telah diajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II; dan observasi, digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Dalam validitas isi sampel untuk tes dapat dimintakan bantuan ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel tes. Dengan demikian validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisa statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka (Nana Sudjana, 2008:13-14). Validitas isi dilakukan dengan cara menelaah soal secara teoritis dengan seorang ahli / guru bidang studi IPS-Ekonomi. Indikator keberhasilan yang dijadikan tolok ukur dalam penelitian ini adalah: 1. Seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut (Mulyasa, 2007:254) 2. Sekurang-kurangnya 75% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut mencapai ketuntasan belajar afektif dan psikomotorik 75% (Mulyasa, 2007:256). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis hasil belajar sebelum diterapkan metode pembelajaran kooperatif jigsaw II diketahui skor terendah = 40, skor tertinggi = 85, dengan rerata (mean) = 63,2. Persentase ketuntasan belajar klasikal = 63,3%, dimana dari 30 siswa yang telah tuntas belajar = 19 siswa, dan siswa yang belum tuntas belajar = 11 siswa. Setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif jigsaw II pada siklus I diketahui skor terendah = 50, skor tertinggi = 95, dengan rerata (mean) = 77. Persentase ketuntasan belajar klasikal = 86,7%, dimana dari 30 siswa yang telah tuntas belajar = 26 siswa, dan siswa yang belum tuntas belajar = 4 siswa. Pada siklus II diketahui skor terendah = 60, skor tertinggi = 100, rerata (mean) = 84. Persentase ketuntasan belajar klasikal = 93,3%, siswa yang telah tuntas belajar = 28 siswa, dan yang belum tuntas belajar = 2 siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Nilai rata-rata kelas sebelum diterapkannya metode kooperatif jigsaw II adalah 63,2 dengan ketuntasan

45

belajar klasikal 63,3%. Setelah diterapkannya metode kooperatif jigsaw II pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77 dengan ketuntasan belajar sebesar 86,7 % dan pada siklus II nilai rata-rata kelas adalah 84,0 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 93,3%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar ekonomi siswa serta tercapainya indikator keberhasilan. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Tersono, maka hasil belajar siswa akan meningkat diterima (terbukti). PENUTUP Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa pembelajaran IPS Ekonomi dengan metode Kooperatif Jigsaw II menggunakan desain penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP N 1 Tersono Kabupaten Batang tahun pelajaran 2008/2009. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai tes dari masing-masing siklus yang mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 77 dengan ketuntasan belajar klasikal 86,7% sedangkan pada tes akhir siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 84,0 dengan ketuntasan belajar klasikal 93,3 %. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar pembelajaran dengan metode kooperatif tipe jigsaw II dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam rangka menambah variasi model mengajar dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan metode kooperatif jigsaw II sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Suharjono, dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Kooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Terjamahan Nurulita Yusron. Bandung: Nusa Media. Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. ______. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

46

MODEL MANAJEMEN KEARSIPAN SEBAGAI UPAYA UNNES MERAIH SERTIFIKAT ISO 9001: 2008 (Kajian Konseptual) Agung Kuswantoro, S.Pd Abstract Kearsipan mempunyai peranan sebagai pusat ingatan, sumber informasi serta alat pengawasan yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi dalam rangka melaksanakan segala kegiatan-kegiatan di Perguruan Tinggi, salah satunya Unnes. Unnes dalam peningkatan mutu, perlu memberikan informasi yang lengkap pada pengguna (user). Sehingga arsip sebagai sumber informasi harus dikelola dengan baik. UNNES saat ini, akan menerapkan system ISO 9001: 2008, di mana dalam klausul ISO tersebut Sistem Manajemen Mutu, salah satunya terdapat pengendalian kearsipan. Pengendalian arsip meliputi pencatatan, pengendalian, pendistribusian, penggolongan, penyimpanan, pemeliharaan, penyusutan, pemindahan, dan pemusnahan. System kearsipan yang dibangun adalah manajemen filling dalam computerisasi dan dibuktikan dengan print out. Filling komputerisasi dan print out tersebut disimpan berdasarkan pokok permasalahan (subjek), kemudian dikendalikan dengan system kartu kendali. Sarannya adalah perlu adanya pelatihan manajemen kearsipan bagi para pegawai pada tiap unit pengolah dalam pengelolaan arsip, sehingga arsip akan mudah ditemukan. Kata kunci : manajemen kearsipan dan ISO 9001: 2008 Pendahuluan Kearsipan mempunyai peranan sebagai pusat ingatan, sumber informasi serta alat pengawasan yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi dalam rangka melaksanakan segala kegiatan-kegiatan, baik pada kantor-kantor Lembaga Negara, Swasta dan Perguruan Tinggi. Dalam proses penyajian informasi agar pimpinan dapat membuat keputusan dan merencanakan kebijakan, maka harus ada system dan prosedur kerja yang baik dibidang kearsipan. Hal yang sangat tidak mungkin suatu kantor mampu memberikan data informasi yang baik, lengkap dan akurat, jika kantor tersebut tidak memelihara kearsipan yang baik dan teratur sesuai dengan ketentuan-ketentuan kearsipan yang telah ditetapkan. Dalam kesibukan pembangunan seperti sekarang ini, perlu disadari bahwa mengurus arsip adalah bukan sesuatu hal yang mudah, tetapi memerlukan penanganan yang serius. Mengurus arsip, bukan hanya soal menyimpan warkat-warkat yang pada saatnya nanti harus dibuang Sistem penyimpanan yang mana akan digunakan, perlu ditentukan. Menggunakan azas sentralisasi, desentralisasi dan azas kombinasi yang paling tepat. Ini pun tidak asal saja ditentukan, azas efisiensi perlu dipertimbangkan dengan seksama. Pada pasal 3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1971, antara lain dirumuskan bahwa tujuan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemeritahan. Dari pengertian tersebut tampak bahwa arti pentingnya kearsipan ternyata mempunyai jangkauan yang amat luas, yaitu baik sebagai alat untuk membantu daya ingatan manusia, maupun dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pelaksanaan kehidupan kebangsaan. Selain itu kearsipan juga merupakan salah satu bahan untuk penelitian ilmiah. Universitas Negeri Semarang sebagai kampus konservasi, pada saat ini sedang mengajukan diri untuk mendapatkan sertifikat ISO 9001 tahun 2008 untuk dapat menjamin

47

mutu perguruan tinggi secara institusi atau kelembagaan dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas serta sebagai pemenuhan persyaratan pelanggan/ stake holder. Universitas Negeri Semarang selalu melakukan perbaikan secara berkelanjutan terhadap sistem yang telah dikembangkan, dengan tetap memperhatikan efektifitas penerapannya, tanpa mengabaikan pemenuhan terhadap persyaratan standar internasional ISO 9001: 2008 serta peraturan lainnya yang diamanatkan oleh Dirjen Dikti sebagai institusi yang bertanggung jawab melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap institusi-institusi perguruan tinggi yang ada. Tujuan dari penyusunan manual mutu adalah memberi arahan bagi manajemen maupun sivitas akademika Universitas Negeri Semarang dalam penerapan system yang efektif dalam melakukan perbaikan secara berkelanjutan dan memelihara kesesuaian penerapan system manajemen mutu sesuai persyaratan standat International ISO 9001: 2008. Salah satu sistem manajemen mutu di antaranya adalah pengendalian arsip. Arsip sebagai bukti penyelenggaraan proses akademik harus dikumpulkan, disimpan dan dipelihara secara sistematis sehingga apabila dibutuhkan ddapat diperoleh dengan mudah. Dari latar belakang tersebut, maka saya akan membahas tentang Model Kearsipan Berdasarkan Sertifikat ISO 9001: 2008 di Universitas Negeri Semarang. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka rumusan permasalahannya yaitu bagaimana model kearsipan berdasarkan sertifikat ISO 9001: 2008 di Universitas Negeri Semarang? Kegunaan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan masalah di atas maka kegunaan penelitiannya untuk mengetahui model kearsipan berdasarkan sertifikat ISO 9001: 2008 di Universitas Negeri Semarang. Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah (1) Bagi lembaga akademik diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu manajemen dan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya, (2) Bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis terutama pada masalah yang berhubungan dengan pengelolaan arsip, (3) Untuk memberikan masukan sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi Universitas Negeri Semarang untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan dalam sistem pengelolaan arsip. Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah (1) Sebagai bahan pemahaman teori yang diperoleh penulis yang diterapkan pada dunia kerja, (2) Mengkaji atau mengkonfirmasi tentang sistem pengelolaan arsip dinamis aktif yang baik dan benar. LANDASAN TEORI Pengertian Arsip Arsip dinamis adalah arsip yang masih diperlukan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau arsip yang digunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administarsi negara. Sedangkan arsip aktif adalah arsip yang secara langsung dan terus-menerus diperlukan dan digunakan dalam penyelenggaraan administrasi sehari-hari serta masih dikelola oleh unit pengolah (Barthos, 2003:4). Arsip dinamis aktif adalah semua arsip yang masih berada di kantor, baik kantor pemerintah, swasta atau organisasi kemasyarakatan karena masih dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan administrasi lainnya (Amsyah, 2003:2).

48

Guna Arsip Menurut Agus Sugiarto dan Teguh Wahyono (2005:9-10) dalam Manajemen Kearsipan Modern, menyebutkan bahwa arsip mempunyai beberapa kegunaan yaitu : 1. Arsip sebagai sumber ingatan atau memori Arsip yang disimpan merupakan bank data yang dapat dijadikan rujukan pencarian informasi apabila diperlukan. Dengan demikian kita bisa mengingat atau menemukan kembali informasi-informasi yang terekam dalam arsip tersebut. 2. Arsip sebagai bahan pengambil keputusan Pihak manajemen dalam kegiatannya tentunya memerlukan berbagai data atau informasi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Data dan informasi tersebut dapat ditemukan dalam arsip yang disimpan dalam berbagai media baik media elektronik maupun non elektronik. 3. Arsip sebagai bukti atau legalitas Arsip yang dimiliki organisasi memiliki fungsi sebagai pendukung legalitas atau buktibukti apabila diperlukan. 4. Arsip sebagai rujukan historis Arsip merekam informasi masa lalu dan menyediakan informasi untuk masa yang akan datang. Daya Guna Warkat Warkat adalah catatan tertulis, gambar atau rekaman yang memuat sesuatu hal atau peristiwa yang digunakan orang untuk sebagai pengingat (alat bantu ingatan). Warkat otomatis menjadi arsip begitu diproses untuk penyelesaian suatu kegiatan organisasi. Warkat sebagai bahan arsip mempunyai 4 kegunaan, yaitu: 1. guna informasi; 2. guna yuridis; 3. guna sejarah; 4. guna ilmu pengetahuan. Suatu warkat mungkin mempunyai guna informasi saja atau dapat pula suatu warkat mempunyai guna informasi, yuridis atau guna yang lain. Jadi, suatu warkat dapat hanya mempunyai satu macam kegunaan dan dapat pula mempunyai lebih dari satu macam kegunaan. Penggolongan Arsip Menurut Sularso Mulyono, dkk dalam rangka menata arsip dengan baik, perlu dikelompokkan dalam empat golongan arsip. Hal ini untuk memudahkan pemilahan dalam penyimpanan maupunpenyingkaran bagi arsip yang sudah tidak memiliki nilai. Empat golongan arsip itu adalah seperti berikut ini. 1) Arsip tidak penting, yaitu puak (kelompok) arsip yang nilai kegunaannya hanya sebatas sebagai informasi. Puak arsip ini tidak perlu disimpan dalam jangka waktu lama, karena setelah apa yang diinformasikan sudah selesai berarti sudah tidak ada nilai kegunaannya. Puak arsip ini dapat diberi tanda (T). Puak arsip ini akan disimpan paling lama dalam jangka waktu 1 tahun. 2) Arsip biasa, yaitu puak arsip yang mempunyai nilai guna saat ini dan masih diperlukan pada waktu yang akan datang dalam jangka waktu 1-5 tahun. Puak arsip ini dapat diberi tanda (B).

49

3) Arsip penting, yaitu puak arsip nilai gunanya mempunyai hubungan dengan kegiatan masa lampau dan masa yang akan datang. Puak arsip ini akan disimpan dalam jangka waktu 5-10 tahun dan dapat diberi tanda (P). 4) Arsip sangat penting, yaitu puak arsip yang dipakai sebagai pengingat dalam jangka waktu yang tidak terbatas (abadi). Puak arsip ini termasuk arsip vital sehingga harus disimpan terus dan dapat diberi tanda (V). Jenis Arsip Arsip yang timbul karena kegiatan suatu organisasi, berdasarkan golongan arsip perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu. Ada arsip yang perlu disimpan sementara (1 tahun), sebagian lagi disimpan 1-5 tahun, yang lain 5-10 tahun, dan sebagian kecil dari jumlah arsip perlu disimpan secara abadi. Arsip yang disimpan pada bagian pengolah adalah arsip-arsip yang frekuensi penggunaannya cukup tinggi. Untuk arsip yang disimpan di unit kearsipan adalah arsip-arsip yang frekuensi penggunaannya sangat rendah. Berdasarkan frekuensi penggunaan arsip sebagai bahan informasi, dibedakan jenis arsip seperti berikut ini. 1. Arsip aktif (dinamis aktif), yaitu arsip yang secara langsung masih digunakan dalam proses kegiatan kerja. 2. Arsip inakif (dinamis inaktif), yaitu arsip yang penggunaannya tidak langsung sebagai bahan informasi. 3. Arsip dinamis, yaitu arsip yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi negara (pasal 2 ayat a UU No. 7 tahun 1971). 4. Arsip statis, yaitu arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi negara (pasal 2 ayat b UU No. 7 tahun 1971). Sistem Penyimpanan Arsip Sistem penyimpanan arsip menurut Sedarmayanti (2003:69-76) sebagai berikut : 1. Sistem Abjad ( Alphabetical Filing System ) Sistem abjad adalah salah satu sistem penyimpanan berkas yang umumnya dipergunakan untuk menata berkas yang berurutan dari A sampai dengan Z dengan berpedoman pada peraturan mengindeks. 2. Sistem Masalah/Perihal/Pokok Soal ( Subject Filing System ) Sistem masalah adalah salah satu sistem penyimpanan berkas berdasarkan kegiatankegiatan yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan perusahaan yang menggunakan sistem ini. 3. Sistem Nomor ( Numerical Filing System ) Sistem nomor adalah salah satu sistem penyimpanan berkas berdasarkan kelompok permasalahan yang kemudian masing-masing atau setiap masalah diberi nomor tertentu. 4. Sistem Tanggal/Urutan Waktu ( Chronological Filing System ) Sistem tanggal adalah salah satu sistem penyimpanan berkas berdasarkan urutan tanggal, bulan dan tahun yang mana pada umumnya tanggal yang dijadikan pedoman termaksud diperhatikan dari datangnya surat (akan lebih baik bila berpedoman pada cap datangnya surat). 5. Sistem Wilayah/Regional/Daerah ( Geographical Filing System ) Sistem wilayah adalah salah satu sistem penyimpanan berkas berdasarkan tempat (lokasi), daerah atau wilayah tertentu.

50

Peminjaman Arsip Arsip yang disimpan baik berstatus arsip aktif maupun arsip inaktif dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan baik untuk unit kerja bersangkutan atau pun unit kerja lain dalam satu lembaga. Hal ini terbuka kemungkinan, lembaga lain memanfaatkan informasi yang bersumber dari arsip yang tidak ada organisasinya. Oleh karena itu, penyimpanan arsip tidak mungkin dihindari. Untuk mencegah hilangnya arsip yang dikeluarkan dari tempat penyimpanan karena dipinjam oleh unit lain maupun oleh organisasi lain, maka diatur pencatatan peminjaman dengan menggunakan kartu pinjam arsip (out slip). Dengan menggunakan kartu pinjam arsip pihak pengolah arsip mengetahui keberadaan arsip apabila suatu saat ingin menggunakan dan ternyata tidak ada. Frekuensi peminjaman arsip terbesar di unit pengolah. Tidak tertutup kenungkinan terjadi peminjaman di unit penyimpanan arsip (peminjaman terhadap arsip dinamis inaktif). Tempat Penyimpanan arsip Arsip disimpan di lemari atau di filing kabinet yang ditempatkan di suatu ruang atau gedung. Filing kabinet atau lemari arsip berlaci disingkat lemaci. Kenyataan dilapangan masih ada penggunaan lemari bukan lemari khusus arsip dan belum menggunakan lemari sebagai tempat penyimpanan arsip. Apabila masih tetap menggunakan lemari (lemari kayu) sebagai tempat penyimpanan arsip karena tidak memiliki lemaci maka penggunaan lemari tersebut harus memperhatikan tiga hal: 1. Lemari harus kuat (dari kayu jati atau kayu yang kualitasnya baik) supaya tidak cepat rusak karena dimakan rayap atau dimasuki hewan pengerat maupun rusak karena usia. 2. Ukuran sekat lemari harus disesuaikan dengan ukuran map atau folder sebagai tempat penyimpanan arsip 3. Konstruksi lemari harus memungkinkan adanya kemudahan dalam menyimpan, menempatkan, maupun menemukan kembaki arsip yang disimpan. Persyaratan Petugas Kearsipan 1. Keterampilan, merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh arsiparis (orang yang bertugas di bagian arsip), ini dimaksudkan agar ia cekatan dalam menempatkan dan menemukan kembaki arsip. Demikian pula, seorang [petugas kearsipan harus terampil dalam memilah golongan arsip. Dengan kecekatan yang dimiliki, diharapkan petugas dapat menyajikan data tepat waktu. 2. Ketelitian, dimaksudkan bahwa petugas kearsipan harus harus memiliki tingkat kecermatan yang memadai sehingga dapat membedakan secara pasti kata yang sepintas sama tapi sebenarnya tidak sama. Arsiparis harus memiliki ketelitian untuk menentukan deretan angka yang disajikan. Dengan ketelitian yang dimiliki arsiparis, diharapkan penyajian informasi dari sumber data (kumpulan arsip) tidak mengalami kesalahan. 3. Kerapian, adalah suatu sikap pandang tentang keteraturan, keberesan, ketertiban, dan kerapian.Seorang arsiparis perlu memiliki sifat kerapian, berarti segala sesuatu disikapi dengan keteraturan, keterteban dan keapikan. Dengan demikian, penanganan arsip selalu diusahakan teratur, beres, tertib, dan apik. Implikasi kerapian seorang petugas, maka arsip, map atau folder, guide (lembar petunjuk) maupun laci-laci penyimpanan akan ditata secara teratur, tertib, dan apik dipandang. Kerapian dalam menempatkan arsip yang disimpan, tentu akan membantu kemudahan dan kecepatan dalam penyimpanan dan penemuan kembali arsip yang diperlukan.

51

4. Kecerdasan, tidak selalu identik dengan pendidikan tinggi. Cerdas berarti memiliki tingkat pemahaman yang memadai sesuai dengan porsi dan tugas pekerjaannya. Seorang yang cerdas dapat mengurusi masalah-masalah yang dihadapi secara tepat dan cepat. Nilai Arsip Pengelolaan kearsipan pada suatu periode perlu ditinjau, apakah prosedur penataan selama ini tidak mengalami hambatan sehingga menimbulkan kesalahan atau kegagalan baik secara mikro (prosedur penataan tidak terlaksana dengan baik) maupun secara makro (system penataan kearsipan kurang atau tidak mempunyai daya guna yang memadai). Akibat kekurang efektifan dalam pengelolaan kearsipan, secara makro dapat menimbulkan kegagalan suatu organisasi atau terhambatnya kemajuan suatu organisasi. Hal ini dapat terjadi disebabkan kurang tepatnya penyajian informasi dari sumber data (arsip) atau kurang cepatnya penyajian informasi sehingga keputusan yang diambil oleh organisasi kurang akurat. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, perlu adanya penilaian terhadap keberhasilan system kearsipan. Yang dimaksud dengan keberhasilan system kearsipan, yaitu prosedur penataan tidak mengalami hambatan, system penyimpanan dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan serta kecepatan dan ketepatan penyajian informasi terjamin. Angka Cermatan Tata-Arsip Penilaian pengelolaan arsip adalah suatu putusan apakah kearsipan dilaksanakan dengan baik dalam suatu periode (jangka waktu tertentu) sehingga dapat terus dipertahankan atau perlu diadakan pembenahan. Angka cermatan adalah angka perbandingan antara jumlah arsip yang tidak ditemukan pada waktu diperlukan dengan jumlah arsip yang ditemukan, dinyatakan dalam persentase. Angka cermatan itu dinyatakan dengan rumus berikut ini. ATK AC x100% ADK Keterangan : AC = Angka Cermatan ATK = Arsip Tidak Ditemukan ADK = Arsip Ditemukan Angka cermatan ini digunakan untuk menentukan apakah system yang digunakan dalam penyimpanan arsip masih cukup absah (cermat) untuk mengelola arsip organisasi yang bersangkutan. Pengamanan Arsip Arsip yang disimpan harus dijamin aman, baik dari kerusakan maupun dari kehilangan. Berdasarkan pasal 11 UU No. 7 tahun 1971 tentang ketentuan-ketentuan pokok kearsipan, keamanan arsip termasuk aman informasi yang terkandung dalam arsip. Artinya informasi yang seharusnya tidak boleh diketahui orang yang tidak berhak, perlu diamankan. Jadi, selain aman dari kerusakan dan kehilangan, arsip harus aman dari bocornya informasi. Pengertian ISO 9001 ISO 9001 adalah standar internasional yang diakui untuk sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM). SMM menyediakan kerangka kerja bagi perusahaan anda dan seperangkat prinsip-prinsip dasar dengan pendekatan manajemen secara nyata dalam aktifitas rutin perusahaan untuk terciptanya konsistensi mencapai kepuasan pelanggan. (Agus Syukur 2009). Tujuan Pembuatan ISO 9001 adalah memahami pentingnya mutu, memahami system manajemen mutu ISO 9001: 2008 dan persyaratan-persyaratannya, mengetahui Quality

52

Objective and Target, memahami cara membuat cross reference proses yang telah diidentifikasi dengan standar ISO 9001: 2008, memahami cara pembuatan dan pengembangan semua dokumen system manajemen mutu seperti yang dipersyaratkan, dan memahami bahwa mutu merupakan tanggung jawab bersama.

53

DESAIN PEMIKIRAN Klausul ISO 9001 : 2008 1. 2. 3. 4. Ruang lingkup Referensi normative Istilah dan definisi System Manajemen Mutu a. Persyaratan Umum b. Persyaratan dokumen 1) Manual Mutu 2) Pengendalian dokumen 3) Pengendalian record/ catatan Tanggung jawab manajemen a. Komitmen manajemen b. Focus pada pelanggan c. Kebijakan mutu d. Perencanaan e. Tanggung jawab, wewenang, dan komunikasi f. Tinjauan manajemen Manajemen sumber daya a. Penyediaan sumber daya b. Sumber daya manusia c. Infrastruktur d. Lingkungan kerja Realissasi produk a. Perencanaan realisasi produk b. Proses terkait dengan pelanggan c. Desain dan development d. Pembelian e. Penyediaan produk dan jasa f. Pengendalian sarana pemantauan dan pengukuran Pengukuran, analisis dan mpeningkatan a. Umum b. Pemantauan dan pengukuran c. Pengendalian produk tidak sesuai d. Analisis data e. Improvement (Agus Syukur 2009). Pengendalian Arsip 1. Pencatatan dan penggolongan arsip 2. Sistim Penyimpanan arsip, 3. Peminjaman 4. Tempat penyimpanan dan Pemeliharaan arsip, 5. Penyusutan arsip 6. Pemindahan arsip 7. Pemusnahan arsip

5.

6.

Kegunaan Arsip 1. 2. 3. 4. Memori Pengambil Keputusan Legalitas Historis


Agus Sugiharto dan Teguh Wahyono 2005)

7.

8.

Umpan Balik

PEMBAHASAN Berdasarkan frekuensi penggunaan arsip sebagai bahan informasi, dibedakan jenis arsip seperti berikut ini. 1. Arsip aktif (dinamis aktif), merupakan arsip yang secara langsung masih digunakan dalam proses kegiatan kerja. Arsip yang termasuk di dalamnya adalah dukumen perkuliahan (kehadiran), surat-surat administrasi (registrasi mahasiswa, registrasi mata kuliah, pembimbingan akademik, penyusunan silabi, penyusunan satuan acara

54

perkuliahan, observasi, ijin penelitian, undangan, pernyataan, cuti kuliah dan lainnya), administrasi dosen (kehadiran dosen, perhitungan beban mengajar, ijin tidak mengajar) 2. Arsip inakif (dinamis inaktif), yaitu arsip yang penggunaannya tidak langsung sebagai bahan informasi. Dalam hal ini adalah uraian tugas dan wewenang, buku penetapan sumber belajar, prosedur pemilihan pejabat, dan lainnya. 3. Arsip dinamis. Contoh arsip dalam hal ini adalah sebagaimana arsip aktif 4. Arsip statis. Contoh arsip ini adalah arsip tentang berdirinya IKIP SEMARANG, dokumen bergantinya IKIP Semarang menjadi UNNES, dokumen lahirnya Fakultas Ekonomi UNNES dan lainnya. Empat golongan arsip itu adalah Arsip tidak penting, Arsip biasa, Arsip penting, dan Arsip sangat penting. 1. Arsip tidak penting. Contoh arsip ini adalah surat undangan, surat pemberitahuan, surat pengumuman, surat edaran dan lainnya. 2. Arsip biasa. Contohnya dokumen penelitian, pengabdian, pemeliharaan sistem informasi, mutu mengajar, jadual kuliah, rumusan kompetensi lulusan, standar kompetensi dosen, penyusunan silabi, satuan acara perkuliahan, pelaksanaan ujian kuliah, pelakasanaan ujian skripsi, dan lainnya. 3. Arsip penting. Contohnya arsip ini adalah rencana jurusan, rencana fakultas, rencana universitas, sasaran program studi, laporan data, penyusunan rentra, renop, evaluasi kerja lembaga, dan lainnya. 4. Arsip sangat penting. Contoh arsip ini adalah IKIP SEMARANG, dokumen bergantinya IKIP Semarang menjadi UNNES, dokumen lahirnya Fakultas Ekonomi UNNES, dan lainnya. Sistem Penyimpanan Arsip Penyimpanan arsip perlu ada lima. Berdasarkan kelemahan dan kelebihaanya masingmasing, maka dalam lembaga ini yang paling cocok adalah sistem pokok masalah. 5) Arsip dalam administrasi akademik mahasiswa a. Seleksi penerimaan mahasiswa baru b. Pendaftaran ulang mahasiswa baru c. Pendaftaran mahasiswa lama d. Jadual kuliah e. Ujian mid semester f. Ujian semester g. Surat tugas pembimbing h. Surat tugas penguji skripsi i. Pelaksanaan ujian skripsi j. Draf nilai ujian skripsi k. Pendaftaran wisuda l. Daftar hadir perkuliahan m. Evaluasi perkuliahan n. Cuti kuliah o. Surat pindah kuliah p. Surat penelitian (ijin obeservasi, ijin penelitian) q. Surat pengabdian r. Penyusunan silabi s. Penyusunan kurikulum

55

t. Penyusunan satuan acara perkuliahan u. Penyusunan buku pegangan kuliah 6) Arsip dalam administrasi dosen a. Penyusunan akan kebutuhan dosen b. Daftar hadir dosen c. Perhitungan beban mengajar d. Surat ijin tidak mengajar e. Surat pergantian pengajar f. Daftar kenaikan pangkat g. Studi lanjut dosen Sistem kearsipan yang dibangun adalah manajemen filling dalam computerisasi dan dibuktikan dengan print out. Filling computerisasi dan Print out tersebut disimpan berdasarkan pokok permasalahan. Contoh dalam system kearsipan dikenal dengan laci, folder, dan guide. Jika kita mencari arsip tentang beban mengajar dosen A maka kita akan mencari arsip tersebut pada laci Administrasi dosen, folder Perhitungan Beban Mengajar, dan kita akan menemukan arsip atas nama dosen A. Dalam penyimpanan arsip perlu adanya system kartu kendali. Tujuan dari kartu kendali ini adalah mengendalikan arsip yang akan disimpan. Kartu kendali terdiri dari tiga lembar yaitu putih untuk bagian agendaris, biru untuk bagian pengarah, dan orange/untuk bagian arsiparis. Dalam kartu kendali terdapat keterangan kode masalah subjek, tanggal surat, hal surat, nomor surat, surat masuk/ keluar, tanggal penyimpanan, cap tertinggal, petugas penyimpan, dan tanda tangan penyimpan. Dengan demikian arsip yang keluar akan terkendali. Peminjaman Arsip Untuk mencegah hilangnya arsip yang dikeluarkan dari tempat penyimpanan karena dipinjam oleh unit lain maupun oleh organisasi lain, maka diatur pencatatan peminjaman dengan menggunakan kartu pinjam arsip (out slip). Dengan menggunakan kartu pinjam arsip pihak pengolah arsip mengetahui keberadaan arsip apabila suatu saat ingin menggunakan dan ternyata tidak ada. Kartu pinjam (out slip) yang terdiri dari tiga lembar yaitu kertas yang berwarna putih, biru, dan orange. Di mana kertas putih yang akan ditinggal pada filling cabinet arsip tersebut ditempatkan, kertas warna biru untuk bagian pengarah, dan kertas warna orange untuk bagian arsiparis. Dengan adanya system ini, maka sangat kecil akan kehilangan arsip. Semua arsip yang keluar akan terkontrol oleh petugas arsip. Tempat Penyimpanan dan Pemeliharaan Arsip Tempat menyimpan arsip menggunakan filling cabinet atau lemari yang memang khusus untuk arsip. Filing cabinet yang berukuran standart yang biasa untuk menyimpan arsip, terdiri empat laci. Ruang yang digunakan untuk menyimpan arsip harus memperhatikan beberapa ketentuan agar arsip yang disimpan terjamin aman. Pemeliharaan arsip yang harus dilakukan adalah pengaturan ruangan yang kering, terang, ventilasi yang cukup, rak terbuka. Kalau tertutup harus sering dibuka agar tidak lembab. Untuk mencagah kerusakan, gunakan kapur barus kapur barus, dan jagalah agar arsip tidak melipat. Penyusutan Penyusutan arsip yang digunakan berdasarkan rambu-rambu penyusutan arsip yaitu angka pemakaian, jadual retensi, dan nilai guna arsip. Angka pakai yang digunakan adalah antara 15% - 20%, dan umur dari nilai guna arsip. Suatu daftar yang memuat kebijaksanaan seberapa jauh sekelompok arsip dapat disimpan atau dimusnahkan. Misal DP3 pegawai disimpan/berlaku hanya 4 tahun.

56

Pemindahan Arsip Pemindahan arsip ke pusat penyimpanan arsip, tidak dilakukan lembar demi lembar, tetapi dilakukan per berkas (bendel). Perlengkapan yang dibutuhkan folder, box, tali, daftar pemindahan arsip dan berita acara. Pemindahan arsip dilakukan dengan cara menyiangi arsip yang telah habis jangka waktu penyimpanannya dan tidak dipakai lagi. Sedangkan arsip yang sifatnya abadi dapat dipindahkan ke ANRI, dengan maksud untuk lebih dapat diketahui informasi keberadaan arsip tersebut sehingga orang mudah mencarinya. Pemusnahan Arsip Memusnahkan arsip berarti menghapus keberadaan arsip dari tempat penyimpanan. Jadi pemusnahan arsip adalah tindakan menghancurkan secara fisik arsip-arsip yang sudah berakhir fungsinya dan sudah tidak memiliki nilai kegunaan. Penghapusan dilakukan secara total sehingga identitas arsip hilang sama sekali. Caranya dibakar, diberi bahan kimia dan dicacah dengan mesin pencacah kertas. Tidak dibenarkan bekas arsip dipakai untuk sampul, dijual/dikiloan untuk pembungkus. Namun dibenarkan jika berujud kawul yaitu dicacah dengan mesin penhancur kertas. Dalam melakukan pemusnahan arsip, perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan : 1. Perlu membuat daftar pertelaan arsip-arsip yang akan dimusnahkan. 2. Harus dibuatkan berita acara. 3. Harus disaksikan oleh 2 (dua) orang pejabat yang berwenang.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dalam makalah ini adalah perlu adanya pengendalian kearsipan yang baik mulai dari penggolongan, system penyimpanan arsip, peminjaman, tempat penyimpanan dan pemeliharaan, penyusutan, pemindahan, dan pemusnahan arsip. Sistem kearsipan yang dibangun adalah manajemen filling dalam computerisasi dan dibuktikan dengan print out. Filling computerisasi dan Print out tersebut disimpan berdasarkan pokok permasalahan (subjek), kemudian dikendalikan dengan system kartu kendali. Tiap unit pengolah dalam pengelolaan arsip perlu mendapatkan pengetahuan manajemen kearsipan, sehingga arsip akan mudah ditemukan. Salah satunya dengan jalan pelatihan pada pegawai tentang manajemen kearsipan.

DAFTAR PUSTAKA Abubakar, Hadi. 1990. Pola Kearsipan Modern Sistem Kartu Kendali. PT. Cahaya Aksara Agung: Jakarta. Amsyah, Zulkifli. 2003. Manajemen Kearsipan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Barthos, Basir. 2003. Manajemen Kearsipan. Bumi Aksara: Jakarta Budiman, Rosyid, Budiman. 2010. Pengelolaan Arsip elektronik Format Dokumen. www.google.co.id/pengelolaanarsipelektronikformatdokumen. diunduh 1 Januari 2010. Martono, Budi. 1993. Penataan Berkas Dalam Manajemen Kearsipan. PT. Dharma Karsa Utama: Jakarta Mulyono, Sularso, dkk. 1984. Kearsipan. Yogyakarta : Liberty. Sedarmayanti. 2003. Tata Kearsipan Dengan Memanfaatkan Teknologi Modern. Mandar Maju: Bandung Sugiarto, Agus dan Teguh Wahyono. 2005. Manajemen Kearsipan Modern. Gava Media: Yogyakarta

57

Sukur, Agus. 2009. 5R. ISO 9001: 2008 Yogjakarta : Kata Buku Sutarto. 1981. Sekretaris dan Tata Warkat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta The Liang Gie, Drs., Organisasi dan Administrasi Kantor Modern, Penerbit Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjahmada Yogyakarta, 1970. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan. ANRI: Jakarta . Utomo, Bambang. Manajemen Arsip Dinamis. www.google.co.id/manajementarsipdinamis. diunduh tanggal 12 Januari 2010 Wursanto, Ignasius. 1991. Kearsipan 1. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

58

PENGARUH CATATAN SISWA TERHADAP INGATAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI, KELAS X, SMA NEGERI 1 BOJA KENDAL Abstraksi Fridolin Palupi Sri Kurniawati Mencatat merupakan pelaksanaan kegiatan manajemen kearsipan individul yang dilakukan oleh semua pelajar dan mahasiswa serta oleh sebagian besar orang. Dalam mencatat seseorang melakukan semua fungsi manajeman mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan catatan tersebut, dan evaluasi terhadap catatan yang telah dibuat. Proses pengarsipan terjadi dalam ingatan seseorang yaitu informasi yang diterima disimpan, diberikan kode-kode tertentu, dan kemudian diambil kembali saat diperlukan atau dibuang melalui proses lupa. Pada dasarnya setiap orang telah memiliki modalitas belajar bawaan yaitu otak serta indera, didalam otak inilah proses ingatan terbentuk dan diproses. Namun ingatan manusia bukanlah sebuah mesin yang sempurna tanpa gangguan-gangguan, seringkali manusia mengalami lupa, sehingga proses mengingat dan belajar terganggu karena butuh beberapa waktu untuk menggali kembali informasi yang tersimpan, lebih buruk lagi infomasi yang dibutuhkan tidak dapat diambil kembali dan hilang. Oleh karena itu maka dibutuhkan alat bantu ingatan yaitu mnemonik, dalam penelitian ini adalah catatan. Kegiatan mencatat atau membuat catatan ini telah ada dan diajarkan pada seseorang dalam pendidikan formal, namun tidak semua catatan yang dibuat oleh siswa memberikan kontribusi terhadap ingatan siswa dalam mengulang maupun proses belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besarkan pengaruh keberadaan catatan siswa terhadap ingatan siswa dalam mata pelajaran ekonomi, kelas X, SMA Negeri 1 Boja Kendal. Penelitian dilakukan mulai semester gasal 2009 hingga pertengahan semester genap 2010 dengan menggunakan angket serta pedoman observasi catatan siswa sebagai instrumen untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 87,28% siswa menyatakan sikap positif yaitu catatan mempengaruhi ingatan mata pelajaran ekonomi. Serta catatan menyumbangkan pengaruh terhadap terbentuknya ingatan siswa sebesar 35.60%. Kata Kunci. Catatan Siswa, Ingatan Siswa. 1. Pendahuluan Manusia sebetulnya memiliki sebuah modalitas belajar yang luar biasa, yaitu otak. ...Sel otak (hanya dalam satu kepala manusia) yang lebih besar 166 kali jumlah manusia dimuka bumi ini, sel otak manusia adalah 1.000.000.000.000 sedangkan jumlah manusia dimuka bumi ini adalah 6.000.000 (Buzan, 2003:28). Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tiap manusia pada dasarnya telah memiliki modalitas belajar yang sangat luar biasa, tes Intelegensi saja tidak cukup digunakan untuk menyatakan masa depan seseorang akan gagal atau berhasil, karena kekuatan otak manusia lebih besar dari sekedar kekuatan intelegensi. Kemampuan dasar otak sebagai sebuah modalitas saja belumlah cukup, manusia masih membutuhkan sebuah proses belajar. Belajar memungkinkan manusia untuk tumbuh menjadi yang terbaik dari diri sendiri, yakni sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual ciptaan Tuhan (Harefa, 2003:23). Dengan bertumbuh menjadi makhluk yang utuh inilah manusia akan mampu untuk bertahan hidup dan memiliki suatu kekhasan. Dalam belajar inilah, ingatan berkedudukan sebagai hal utama. Ingatan menurut Jansen dan Karen (2003:22) didefiniskan sebagai suatu proses psikologis Proses psikologis, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Semua informasi yang diterima melalui indera diterima, diproses dalam ingatan. Jensen dan Karen (2003:21) menyatakan ingatan yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan pertambahan informasi yang disimpan. Sifat dinamis dan terus berkembang ini seharusnya memungkinkan manusia untuk mampu mengingat semua peristiwa, informasi, serta semua yang terekam yang telah diterima,namun yang terjadi dalam belajar sering ditemui sebuah hambatan berupa kegagalan untuk memanggil ulang informasi yang telah tersimpan. Hal

59

ini yang sering disebut dengan lupa, lupa merupakan sebuah gangguan. Karena itulah dibutuhkan alat bantu ingatan ekstern untuk memperkecil jumlah informasi yang hilang atau gagal dipanggil kembali, yang disebut mnemonik. Alat bantu ingatan mekanis atau eksterior menurut Jensen dan Karen (2003:115) diantaranya berupa Daftar, nota dan kerangka tulis; jurnal atau buku harian; kalender, agenda, jadwal; jam beker atau timer; menempelkan penanda didinding atau papan pesan; peta pikiran; mesin penjawab dan pencatat pesan elektronik; peta pikiran. Namun alat bantu ingatan yang lebih tepat dalam belajar adalah catatan. Svantesson (2004:5) mengartikan catatan sebagai sebuah teknik baik biasa maupun peta pembelajaran yang dibuat dengan kalimat penuh atau frasa kalimat. Segelintir orang menggunakan hanya kata kunci. Catatan yang baik dan efektif menurut DePorter dan Hernacki (2000:150) mampu membantu anda untuk mengingat detaildetail tentang poin-poin kunci, memahami konsep-konsep utama, dan melihat kaitannya. Disekolah setiap orang dulunya (dan hingga sekarang masih) dilatih untuk mencatat dalam kalimat-kalimat atau daftar-daftar berbentuk vertikal (Buzan, 2004:102). Kemampuan mencatat ini telah diajarkan pada tiap orang dalam proses pendidikan formal disekolah. Mencatat merupakan bagian dari belajar verbal, belajar verbal menurut Slameto (2003:8) adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Tanpa mencatat dan mengulangi, kebanyakan orang hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang baca atau dengar kemarin (DePorter dan Hernacki, 2000:150). Penggunaan catatan ini tidak sepenuhnya membantu memaksimalkan daya ingat seseorang. Hal ini karena timbul sebuah kesalahan dalam pembuatan catatan. Svantesson (2004:6) untuk mencerna apa yang mereka dengar dan mencatatnya dalam waktu yang bersamaan sangat tidak mungkin, tidak ada yang terekam. Kebanyakan orang cenderung berpikir bahwa cara memasukkan materi yang paling efektif adalah mencatat semuanya pada bersamaan dengan mereka mendengarkan materi tersebut. Namun hasil yang dicapai bukanlah semaksimal apa yang dibayangkan. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Apakah terdapat pengaruh catatan siswa terhadap ingatan siswa dalam mata pelajaran ekonomi, kelas X, SMA Negeri 1 Boja Kendal, Tahun ajaran 2009/2010? Seberapa besarkah pengaruh catatan siswa terhadap ingatan siswa dalam mata pelajaran ekonomi, kelas X, SMA Negeri 1 Boja Kendal, Tahun ajaran 2009/2010?

2.

Bukti Empiris Dalam penelitian ini, sebagai objek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Boja. Dalam pembelajaran ekonomi dalam tiga rombongan belajar yaitu kelas X.1, X.2 dan X.3 yang terdiri dari 110 siswa, 67.3% atau 74 siswa memiliki catatan. Dari 110 siswa tersebut 60 orang siswa mencatat pada buku tersendiri (tidak dicampur dengan mata pelajaran yang lain). 67.3% siswa memiliki catatan maka seharusnya ingatan yang dimiliki siswa akan sangat baik. Namun ternyata ingatan siswa yang diukur melalui tes dan diperolehlah hasil berupa nilai siswa, dalam ujian tengah semester dan ujian akhir semester gasal 2009 masih sangat kurang. Guna mengukur ingatan siswa selama setengah semester dan satu semester proses pembelajaran siswa diukur melalui tes UTS dan UAS. Dimana dalam tes tengah semester maupun ujian akhir semester siswa tidak dapat menggunakan alat bantu apapun untuk dapat mengerjakan soal, jadi murni menggunakan informasi yang telah terekam dalam ingatan siswa selama belajar hingga pertengahan mapun akhir semester berjalan. Dari hasil tes tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak siswa yang tidak mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hal ini nampak dalam persentase yang menurun dalam UTS dan UAS. Pada UTS yang dilangsungkan bulan Oktober 2009 dari 109 siswa terdapat 42 siswa yang tuntas KKM atau 38.53% siswa tuntas. Sedangkan pada UAS jumlah siswa tuntas turun menjadi hanya 30 siswa saja yang tuntas KKM atau 27.52% siswa tuntas.

60

3.

Kerangka Analisis 3.1 Alat Analisis Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel. Hubungan tersebut kemudian dinyatakan dalam sebuah persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antar variabel y a b( x) .Dengan y adalah variabel tak bebas (nilai duga), x adalah variabel bebas, a adalah penduga bagi intersap (), b adalah penduga bagi koefisien regresi () (Somantri dan Sambas, 2006:243). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif (Arikunto, 2006:14) dengan keberadaan data yang diteliti sudah tersedia dalam objek penelitian (peneliti tidak dengan sengaja menimbulkan). 3.2 Pengumpulan Data dan Analisis Data Penelitian dilakukan pada Siswa kelas X SMA Negeri 1 Boja tahun ajaran 2009/2010 pada rombongan belajar (rombel) mata pelajaran ekonomi rombel X.1, X.2, dan X.3 yang berjumlah 110 siswa. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil langsung dari objek penelitian, melalui tiga metode pengumpulan data yaitu, metode observasi/pengamatan, metode dokumentasi, dan metode angket/kuisioner. Penelitian dilakukan dalam kurun tahun ajaran 2009/2010, mulai awal semester gasal 2009 hingga pertengahan semester genap 2010. Selama satu setengah semester dilakukan pengamatan terhadap catatan siswa dan ingatan yang terbentuk dalam jangka panjang. Pengamatan dilakukan dengan mengumpulkan hasil catatan siswa selama kurun waktu satu setengah semester dan kemudian dianalisis. Dalam jangka pendek selama satu bulan dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran ekonomi pada tiga rombel objek penelitian untuk mengamati kebiasaan siswa dalam membuat catatan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Angket disebarkan pada seluruh rombel sebagai populasi, penyebaran angket dilakukan langsung oleh peneliti, dan peneliti membimbing, memberikan arahan dan memandu siswa untuk mengerjakan tiap pernyataan yang ada dalam angket. Langkah awal dalam analisis data penelitian adalah menguji coba instrumen (angket) yang akan digunakan. Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut baik untuk digunakan maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji Validitas dengan rumus koefisien korelasi product moment, dengan kriteria pengambilan keputusan Korelasi haruslah memiliki nilai/arah positif yaitu setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan rtabel Product moment pada taraf = 5 %, jika rxy > rtabel maka soal dikatakan valid dan sebaliknya. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus koefisien alfa () dari Cronbach, dengan kriteria pengambilan keputusan bila nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka instrumen dinyatakan reliabel. Terdapat tiga teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis regresi linear sederhana, dan penentuan rumusan hipotesis Ho dan Ha. Analisis deskriptif menggunakan skala likert dengan skala lima untuk menentukan pengukuran untuk mengukur sikap dengan menempatkan kedudukan sikapnya pada kesatuan perasaan kontinum berkisar dari sangat positif hingga ke sangat negatif terhadap sesuatu (objek psikologis) (Somantri dan Sambas, 2006: 35). Tabel 1. Skala Pengukuran Likert Pilihan Skor item Skor item Option Jawaban positif negatif A Sangat setuju 5 1 B Setuju 4 2 C Ragu-ragu 3 3 D Tidak setuju 2 4 E Sangat tidak setuju 1 5

61

Teknik regresi linear sederhana yang dinyatakan dalam sebuah persamaan matematik y a b( x) . Kemudian pengujian hipotesis dilakukan dengan ketentuan jika Ho:1 = 0, yaitu ada pengaruh catatan siswa terhadap ingatan siswa dalam mata pelajaran ekonomi, kelas X, SMA Negeri 1 Boja Kendal. Sebaliknya jika, Ho:1 0, yaitu tidak ada pengaruh catatan siswa terhadap ingatan siswa dalam mata pelajaran ekonomi, kelas X, SMA Negeri 1 Boja Kendal. 4. Hasil Empiris Berdasarkan analisis deskriptif sikap tiap responden diperoleh hasil, sikap tiap responden tentang pengaruh catatan terhadap ingatan dalam mata pelajaran ekonomi, kelas X, SMA Negeri 1 Boja, berdasarkan penelitian ada pada sikap positif. Sikap positif ini disimpulkan dari 87.28% responden atau dapat dikatakan mayotiras responden sepakat bahwa catatan memberikan pengaruh positif terhadap ingatan. Tidak ada responden yang menyatakan sikap bahwa catatan sangat tidak berpengaruh terhadap ingatan dan keberadaan catatan tidak penting. Gambar 1. Garis skala jawaban responden frekuensi sikap tiap responden. 38 76 114 152 190 Min kuartil 1 median kuartil 3 max

Sangat negatif

Negatif

Positif

Sangat positif

Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden Frekuensi Sikap Tiap Responden Kategori sikap Kategori skor frekuensi persent ase Sangat positif 152- 190 9 8.19% Positif 114 - 152 96 87.28% Negatif 76 - 114 5 4.55% Sangat negatif 38 - 76 0 0% Dan secara keseluruhan sikap responden tentang pengaruh catatan siswa terhadap ingatan siswa dalam mata pelajaran ekonomi, Kelas X, SMA Negeri 1 Boja Kendal ada pada sikap positif. Hal ini ditunjukkan oleh skor total responden yang terletak antara skor 12.540 16.720 (median - kuartil 3), yang merupakan batas skor pada kategori positif. Artinya bahwa secara keseluruhan responden memandang bahwa catatan berpengaruh positif terhadap ingatan siswa dalam mata pelajaran ekonomi. Gambar 2. Garis skala jawaban responden frekuensi seluruh responden 14558 4180 Min kuartil 1 8360 12540 median 16720 kuartil 3 20900 max

Sangat negatif

Negatif

Positif

Sangat positif

Tabel 3. Distribusi Jawaban Responden Frekuensi Sikap Seluruh Responden Kategori sikap Kategori skor Berdasarkan perhitungan (terlampir) diperoleh skor total seluruh responden yaitu 14558. sehingga masuk

62

Sangat positif Positif Negatif

16.720 20.900 12.540 16.720 8.360 12.540

Sangat negatif 4.180 8.360 Pengaru h catatan siswa terhadap ingatan siswa dapat dilihat pada analisis regresi. 1. Koefisien Determinasi (R2) Catatan siswa mempengaruhi terhadap ingatan secara signifikan. Harga koefisien determinasi R square sebesar 0.356, hal ini berarti catatan berpengaruh terhadap ingatan siswa sebesar 35.60%, sedangkan 64.40% ingatan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Tabel 4 Uji R2 Koefisien Determinasi

Model Summaryb Mo del R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .597a .356 .350 5.14500 a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y 2. Uji F (Kelinieran) Untuk melihat kelinearan persamaan regresi ini dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel, dan membandingkan antara sig dengan nilai alpa (0.05). Nilai F hitung diperoleh 59.739 dan F tabel diperoleh dengan cara mencari pada tabel F dengan df1 = 1 dan df2 = 108, diperoleh F tabel 3.93. dengan nilai F hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai sig lebih kecil daripada alpha maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menolak Ho dan menerima Ha yang berarti koefisien determinasi signifikan secara statistik atau persamaan regresi yang terbentuk linear. Tabel 5 Uji Linearitas ANOVAb Model 1 Regre ssion Resid ual Total Sum of Squares df 1 108 109 Mean Square 1581.3 53 26.471 F 59.7 39 Sig. .000
a

1581.35 3 2858.86 5 4440.21 8 a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y

3. Uji Parsial (Uji t) Hasil perhitungan koefisien regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta sebesar 23.657 dengan t hitung sebesar 4.334, dan nilai sig 0.000. Koefisien slope catatan adalah 0.468 dengan t hitung adalah 7.729 dan sig 0.000. Nilai t tabel untuk uji

63

ini adalah 1.98 yang diperoleh dari alpha 5% dan df 109. Jika nilai t tabel dibandingkan dengan nilai t hitung koefisien konstanta, terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan sig lebih kecil dari alpha, kesimpulan yang bisa diambil adalah menolak Ho yang berarti koefisien konstanta adalah signifikan secara statistic. Sedangkan untuk koefisien konstanta catatan terlihat bahwa t hitung lebih besar dari t tabel dan sig lebih kecil dari alpha makan dapat disimpulkan bahwa koefisien slope catatan adalah signifikan secara statistic.

Dari Tabel 6 koefisien diperoleh persamaan regresi Y 23.657 0.468X . Dari persamaan regresi diatas, dengan konstanta 23.657 dan variabel independen catatan (X) sebesar 0.468 dapat dibaca setiap kenaikan 1 satuan X dapat menaikan Y sebanyak 0.468. Tabel 6 Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Con stant) X B 23.657 .468 Std. Error 5.458 .061 .597 Standar dized Coefficients Beta t 4.33 4 7.72 9 Sig. .000 .000

4. Uji Normalitas Gambar 4.10 diatas adalah grafik P-Plot. Grafik ini menggambarkan distibusi frekuensi dari nilai ingatan, dibandingkan dengan distribusi frekuensi yang telah ditentukan. Jika titik-titik distribusi frekuensi pengamatan sama dengan distribusi uji yang berarti data terdistribusi secara normal. Gambar 10 diatas memperlihatkan bahwa titik-titik distribusi terletak digaris lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai ingatan sesuai dengan distribusi uji. Dengan kondisi demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa penyebaran nilai ingatan mengikuti distribusi normal. Gambar 3 Normalitas P-Plot Residual

5.

Simpulan Terdapat pengaruh positif catatan siswa terhadap ingatan siswa dalam mata pelajaran ekonomi, kelas X, SMA Negeri 1 Boja Kendal, Tahun ajaran 2009/2010, karena catatan merupakan alat bantu ingatan (mnemonik) utama yang hingga kini masih digunakan siswa dalam belajar dan memiliki kedudukan tersendiri dalam belajar. Guna memperbesar pengaruh keberadaan catatan isi catatan harus juga diperhatikan selain memperhatikan tampilan, meliputi aspek penggunaan poin kunci, kelengkapan materi, menghubungkan antar materi, penggunaan penekanan, gambar, warna, simbol dan hal artistik,

64

identitas catatan meliputi judul, sub-judul, waktu/tanggal, kerapian, kebersihan, dan kejelasan tulisan, visualisasi ide materi pelajaran misal penggunaan peta konsep, penambahan ide pribadi siswa dalam catatan. 6. Referensi Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Buzan, Tony. 2004. Use Both Sides Of Your Brain: Teknik Pemetaan Kecerdasan Dan Kreativitas Pikiran. Surabaya: Ikon Teralitera. DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2005. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Mizan Media Utama. DAntoni,Anthony V. DC, MSa dan Genevieve Pinto Zipp. 2006. Applications of the Mind Map Learning Technique in Chiropractic Education: A Pilot Study and Literatur. Diunduh dari http://www.journalchirohumanities.com. Pada 8 Juni 2009, pukul 11:22 WIB. Directory: School of Graduate Medical Education, Seton Hall University/ Paper submitted April 24, 2006, in revised form August 10, 2006/ Journal of Chiropractic Humanities 2006. Harefa, Andreas. 2003. Mengasah paradigma pembelajar. Yogyakarta: Penerbit Gradien. Iddon, Jo dan Huw Williams. 2006. Memory Boosters: Penguat Ingatan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Jensen, Eric dan Keren Markowitz. 2003. Otak Sejuta Gigabyte: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Bandung: Mizan Media Utama. Kim, Kibum and Team. 2009. Requirements for electronic note taking systems: A field study of note taking in university classrooms. Diunduh dari 2009. # Shttp://sringerlink.com pada 23 Februari 2009, pukul 11.00. Published online: 5 March pringer Science + Business Media, LLC 2009 Slameto. 2004. Belajar Dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Stine, Jane Marie. 1997. Mengoptimalkan Daya Pikir: Meningkatkan daya ingat dengan mengarahkan seluruh kemampuan otak. Jakarta: Pustaka Delapratasa. Svantesson, Ingeman. 2004. Learning Maps and Memory Skills. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

65

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 UNGARAN Abstrak Rizal Fadilla Septian Kesulitan belajar yang berasal dari faktor internal siswa antara lain kondisi kesehatan, kondisi kesehatan siswa yang sering sakit-sakitan dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasi belajar sehingga siswa akan tertinggal jauh dari pelajarannya. dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah adakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang dialami siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ungaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang dialami oleh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ungaran Kesulitan Belajar. Berdasarkan hasil analisis faktor menggunakan program bantu SPSS seperti yang telah di uraikan di atas, menunjukkan bahwa dari 48 (empat puluh delapan) indikator yang diindikasikan dapat mempengaruhi kesulitan belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ungaran yang terdiri dari faKtor Kesehatan; Cacat tubuh; Perhatian; Intelegensi; Minat; Bakat; Motivasi; Kematangan; Kesiapan; Cara orang tua mendidik; Hubungan antar anggota keluarga; Suasana rumah; Keadaan ekonomi keluarga; Pengertian orang tua; Latar belakang kebudayaan; Metode mengajar; Kurikulum; Relasi guru dengan siswa; Relasi siswa dengan siswa; Alat pelajaran; Waktu sekolah; Keadaan gedung; Tugas rumah; Mass media; Teman bergaul; Lingkungan tetangga; Aktivitas dalam masyarakat. Ternyata terbagi dalam 11 (sebelas) kelompok faktor, yaitu faktor I yang diberi nama Keluarga, faktor II diberi nama Jasmaniah dan Pendukung belajar, faktor III diberi nama Komunikasi dan Relasi, faktor IV diberi nama Kemampuan dan Minat, dan faktor V diberi nama Pergaulan, faktor VI diberi nama kesehatan, faktor VII diberi nama Media pengajaran, faktor VIII diberi nama Kebutuhan. Faktor IX diberi nama Intelegensi, Faktor X diberi nama Gedung dan Peralatan Sekolah, dan faktor XI diberi nama Lingkungan Belajar.

Pendahuluan Pada hakikatnya di dalam belajar senantiasa ada rintangan dan hambatan yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (2003 : 77), Kesulitan belajar adalah keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sabagaimana mestinya. Kesulitan ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi. Faktor penyebab kesulitan belajar ada dua macam, yaitu faktor intern (faktor yang berasal dari diri siswa) dan faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar). Faktor intern meliputi keadaan fisik, keadaan emosi, gangguan psikis, intelegensi, bakat khusus, dan adanya perhatian, sedangkan faktor ekstern meliputi keadaan keluarga, keadaan sekolah dan keadaan lingkungan masyarakat (Slameto,2003 : 54-72). Kesulitan belajar yang berasal dari faktor internal siswa antara lain kondisi kesehatan, kondisi kesehatan siswa yang sering sakit-sakitan dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasi belajar sehingga siswa akan tertinggal jauh dari pelajarannya. Mata pelajaran TIK merupakan mata pelajaran yang wajib bagi siswa SMP dan merupakan mata pelajaran adaptif yang setiap waktu mengalami perubahan, agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja kurikulum mata pelajaran Dasar Komputer harus disesuaikan dengan kurikulum saat ini. Mata pelajaran TIK memiliki tujuan agar siswa mampu menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mencari informasi, menyusun informasi, memaparkan atau mempresentasikan serta mengetahui bagian-bagian dasar atau komponen mengenai perangkat komputer.

66

Dari hasil observasi awal di SMP N 1 Ungaran pada tanggal 10 Januari 2010, penulis mendapat daftar nilai TIK siswa kelas VIII dari guru TIK yakni Bapak Yubaidi, S.Kom. Dalam daftar tersebut menunjukkan bahwa ada 41 siswa dari 166 siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) dalam ujian semester ganjil, sehingga pihak sekolah harus mengadakan ujuan remidi, agar siswa tersebut memiliki nilai sesuai kriteria ketuntasan minamum (KKM) yang berlaku yaitu 7,5. Berikut data dari$ hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas VIII SMP Negeri 1 Ungaran : Tabel Hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK Siswa Kelas VIII Kela s VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F VIII G Nilai dibawah KKM (< 7,5) 4 siswa 6 siswa 11 siswa 6 siswa 7 siswa 7 siswa Nilai diatas KKM (> 7,5) 20 siswa 18 siswa 12 siswa 18 siswa 23 siswa 17 siswa 17 siswa

Jumlah siswa 24 siswa 24 siswa 23 siswa 24 siswa 23 siswa 24 siswa 24 siswa

Sumber: Dokumen guru mata pelajaran TIK SMP Negeri 1 Ungaran Dari data tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang memiliki nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 25 % dari 166 siswa. Oleh sebab itu perlu adanya usaha untuk mencari faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. Berkaitan dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul tentang FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 UNGARAN. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah adakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang dialami siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ungaran ? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang dialami oleh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ungaran Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses anak didik yang tidak dapat belajar dengan sebagaimana mestinya, dengan ditandainya hambatan-hanbatan tetentu untuk mencapai hasil belajar. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Faktor faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri Faktor faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada pokoknya dapat digolongkan menjadi dua faktor (Slameto, 2003 : 54-72).

67

1. Faktor intern, adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang meliputi : a. Faktor jasmaniyah, meliputi : kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis, meliputi : intelegensi, perhatian, bakat, minat, motif, kematangan dan kesiapan. 2. Faktor ekstern, adalah faktor-faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a. Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat,meliputi : mass media, teman bergaul, kegiatan sosial dan bentuk kehidupan masyarakat. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran TIK, baik yang berasal dari dalam siswa (intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), meliputi : a. Faktor Diri Siswa (Intern) Kesehatan, Cacat Tubuh, Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat, Motivasi, Kematangan, Kesiapan b. Faktor Luar Siswa (Faktor Ekstern) Cara orang tua mendidik anaknya, Hubungan antar anggota keluarga, Suasana rumah, Keadaan ekonomi keluarga, Perhatian orang tua, Latar belakang kebudayaan, Faktor lingkungan sekolah, Metode mengajar, Kurikulum , Relasi guru dengan siswa, Relasi siswa dengan siswa, Alat pelajaran, Waktu sekolah, Keadaan gedung, Tugas rumah, Mass media, Teman bergaul, Lingkungan tetangga, Aktivitas dalam masyarakat Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Kuesioner (angket) b. Dokumentasi c. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Hasil Analisis Faktor N O INDIKATOR MUATA N FAKTOR PENAMAAN FAKTOR Keluarga 32.78

Orang tua mendampingi belajar Keharmonisan keluarga I Penghasilan orang tua Pemberian motivasi Durasi pelajaran TIK Pemahaman pelajaran TIK Kondisi jasmani I Minat TIK I Pemberian tugas oleh guru lingkungan tempat tinggal I Fisik yang kurang sempurna

8.88

Jasmaniah dan Pendukung belajar Komunikasi dan

6.81

68

Komposisi pelajaran TIK Komunikasi guru pada siswa Hubungan siswa dengan siswa Kondisi ruangan Tidak Membolos saat pelajaran Tulisan rapi Aktif bertanya saat pelajaran I Tidak terlambat saat V pelajaran Metode mengajar guru Materi sesuai dengan waktunya Menyiapkan keperluan sekolah V Teman bergaul Guru memperhatikan siswanya Mengkonsumsi makanan V bergizi I Perhatian orang tua Bakat V Guru memberikan II kesempatan Media pengajaran V Kebutuhan belajar siswa III Peralatan praktek baik I Kemampuan intelegensi X Mengikuti kegiatan kursus Peralatan praktek lengkap X Gedung dalam kondisi baik X Suasana rumah I Minat siswa pada TIK Sumber : Data primer yang diolah

II

Relasi

6.44

Kemampuan dan Minat

4.79

Pergaulan

4.22

Kesehatan

3.95

Media pengajaran

3.87 3.16 2.91 2.82

Kebutuhan Intelegensi Gedung dan Peralatan Sekolah Lingkungan Belajar

Berdasarkan hasil analisis faktor menggunakan program bantu SPSS seperti yang telah di uraikan di atas, menunjukkan bahwa dari 48 (empat puluh delapan) indikator yang diindikasikan dapat mempengaruhi kesulitan belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ungaran yang terdiri dari faKtor Kesehatan; Cacat tubuh; Perhatian; Intelegensi; Minat; Bakat; Motivasi; Kematangan; Kesiapan; Cara orang tua mendidik; Hubungan antar anggota keluarga; Suasana rumah; Keadaan ekonomi keluarga; Pengertian orang tua; Latar belakang kebudayaan; Metode mengajar; Kurikulum; Relasi guru dengan siswa; Relasi siswa dengan siswa; Alat pelajaran; Waktu sekolah; Keadaan gedung; Tugas rumah; Mass media; Teman bergaul; Lingkungan tetangga; Aktivitas dalam masyarakat. Ternyata terbagi dalam 11 (sebelas) kelompok faktor, yaitu faktor I yang diberi nama Keluarga, faktor II diberi nama Jasmaniah dan Pendukung belajar, faktor III diberi nama Komunikasi dan Relasi, faktor IV diberi nama Kemampuan dan Minat, dan faktor V diberi nama Pergaulan, faktor VI diberi nama kesehatan, faktor VII diberi nama Media pengajaran, faktor VIII diberi nama Kebutuhan. Faktor IX diberi nama Intelegensi, Faktor X diberi nama Gedung dan Peralatan Sekolah, dan faktor XI diberi nama Lingkungan Belajar.

69

Untuk mengetahui besarnya faktor kesulitan belajar siswa yang paling dominan dapat dilihat melalui analisis deskriptif menggunakan eigenvalue dari persentase varian yang tampak pada tabel 4.5 Tabel Hasil faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa N Nama Faktor Persentase Persentas o dari Varian e Kumulatif 1 32.78 Keluarga 32.78 2 41.66 Jasmaniah dan Pendukung belajar 8.88 3 48.48 Komunikasi dan Relasi 6.81 4 54.92 Kemampuan dan Minat 6.44 5 59.72 Pergaulan 4.79 6 63.95 Kesehatan 4.22 7 67.90 Media pengajaran 3.95 8 71.77 Kebutuhan 3.87 9 74.94 Intelegensi 3.16 1 77.86 Gedung dan Peralatan Sekolah 2.91 0 1 80.68 Lingkungan Belajar 2.82 1 Sumber : Data primer yang diolah Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis faktor terdapat 11 (sebelas) faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Teknologi informasi dan komuni di SMP N 1 Ungaran, yaitu : Keluarga (32,78%), Jasmaniah dan Pendukung belajar (8.88%) ,Komunikasi dan Relasi (6,81%), Kemampuan dan minat (6,44%), Pergaulan (4,79%), Kesehatan (4.22%) , Media pengajaran (3.95%), Kebutuhan (3,87%), Intelegensi (3,16 %), Gedung dan Peralatan Sekolah (2,91%), Lingkungan Belajar (2,82%), 2. Hasil perhitungan analisis faktor menunjukkan bahwa dari faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi diperoleh faktor yang dominan yaitu Keluarga yakni dengan persentase sebesar 32,78 % yang terdiri dari orang tua mendampingi belajar, keharmonisan keluarga, penghasilan orang tua, pemberian motivasi, durasi pelajaran TIK

70

KOMPARATIF PEMBELAJARAN MENGETIK SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PROGRAM MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS X PEMASARAN DI SMK NEGERI 9 SEMARANG Abstrak Sri Sukariyah Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mengetik sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash pada kelas X Pemasaran di SMK Negeri 9 Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Pemasaran di SMK Negeri 9 Semarang, berjumlah 80 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling sensus. Variabel bebasnya adalah pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar mengetik sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, tes, observasi, dan angket. Dalam penelitian ini menggunakan dua analisis, yaitu analisis deskriptif persentase dan menggunakan uji-t. Hasil penelitian analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa persentase kinerja guru menggunakan media audio visual program macromedia flash. Persentase skor sebelum menggunakan media audio visual program macromedia flash adalah sebesar 72% dan saat menggunakan media sebesar 86%. Aktivitas siswa saat menggunakan media audio visual program macromedia flash, persentase sebelum menggunakan media sebesar 70%, dan saat menggunakan media menjadi 90%. Respon siswa saat meggunakan media audio visual program macromedia sangat positif. Hasil belajar mengetik sebelum menggunakan media audio visual program macromedia flash rata-rata 66,05 dan sesudah menggunakan media meningkat menjadi 76,73. Sedang hasil analisis uji-t diperoleh hasil, yaitu nilai t hitung = -23,32, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak ini berarti , terdapat perbedaan nilai rata rata pre-test dan nilai rata-rata post-test. Besarnya peningkatan persentasi dari pre-test ke post-test adalah sebesar 16,16%. Kata Kunci : Pembelajaran, Media Audio Visual Program Macromedia Flash, dan Mengetik. 1. Pendahuluan Peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Dengan perkembangan zaman sekarang yang semakin canggih, teknologi dipercaya mampu memberikan mekanisme penyampaian paling baik untuk mencapai sasaran peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan. Walaupun perkembangan teknologi yang menunjang pendidikan begitu cepat, namun sebenarnya pengaruh terhadap hasil pembelajaran masih belum jelas. Teknologi pengajaran merupakan bagian dari teknologi pendidikan. Hal itu di dasarkan atas konsep bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Teknologi pengajaran merupakan satu himpunan dari proses terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi serta pengolahan cara-cara pemecahan masalah-masalah pendidikan yang terdapat di dalam situasi-situasi belajar yang bertujuan dan disengaja. Human receive data through multiple channels, i.e. media, including audio and visual channels ( Paivio, 1969:2) as well as touch, taste. Multimedia is most commonly defined as the use of at least two of these elements: sound ( audio), and text, still graphics, and motion graphics ( visual) ( Tannenbaum, 1998:2). The importance of multiple channels for delivery of educational content can be found in the theory of multi-channel communication which confirms that when information is presented by more than one channel, there will be eddition reinforcement, resulting, in greater retention and improved learning ( Ellis, 2004:2; Bagui, 1998:2; Daniels, 1994:2). Tannenbaum ( 1998:2) posits that multimedia must include an interactive component. This interactive component must allow the learner to interact with the material in such a way as to control the outcome of the presentation, thereby necessitating that it be under the control of a computer. Manusia menerima data melalui banyak saluran, yaitu media, termasuk saluran audio dan visual ( Paivio, 1969:2), juga sentuhan, dan rasa. Multimedia pada umumnya didefinisikan sebagai

71

penggunaan setidaknya dua dari elemen-elemen diatas: suara ( audio), dan teks, grafis diam, dan grafis bergerak ( visual) ( Tannenbaum, 1998:2). Pentingnya banyak saluran bagi penyampaian muatan pendidikan dapat ditemukan didalam teori komunikasi multi-saluran yang memberikan konfirmasi bahwa jika informasi disampaikan dengan lebih dari satu saluran, akan terjadi penguatan tambahan, yang mengakibatkan lebih lamanya informasi diingat dan perbaikan pembelajaran ( Ellis, 2004:2; Bagui, 1998:2; Daniels, 1994:2). Menurut Tannenbaum ( 1998:2) mengusulkan bahwa multimedia harus melibatkan suatu komponen interaktif. Komponen interaktif ini harus memungkinkan pelajar untuk berinteraksi dengan materi untuk itu siswa dapat mengendalikan hasil dari presentasi, sehingga komponen ini perlu dikendalikan oleh komputer. Multimedia dapat menyampaikan pesan dalam bentuk audio dan visual. Pengemasan materi pembelajaran dalam bentuk tayangan-tayangan audio visual mampu merebut 90% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Media audio visual mampu membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka melihat dan mendengar walaupun hanya sekali ditayangkan. Secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat dari suatu tayangan setelah 3 jam kemudian, dan 65% setelah 3 hari kemudian ( Dudung/ upload, 2005:2). Berdasarkan observasi awal bahwa pemahaman konsep yang dicapai siswa di SMK Negeri 9 Semarang pada program keahlian pemasaran, untuk pembelajaran mengetik dikatakan belum optimal. Hal ini bisa dilihat dari hasil belajar siswa baik dari ulangan pertama dan ulangan kedua, ada beberapa siswa yang nilainya masih di bawah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 71. Adapun tabel nilai siswa pada tahun 2009 pada ulangan pertama dan ulangan kedua seperti berikut : Tabel 1. 1 Data nilai ulangan I dan II siswa kelas X Pamasaran 2009 : Jumlah Jumlah siswa siswa Jumlah bernilai di Prosent bernilai di Prosent Kelas siswa bawah ase bawah ase KKM KKM (ulangan I) (ulangan II) XP X 17,50 40 7 8 20% Pemasaran 1 % X 27,50 22,50 40 11 9 Pemasaran2 % % 42,50 Jumlah 80 18 45% 17 % Sumber: data nilai ulangan harian siswa kelas X Pemasaran SMK Negeri 9 Semarang yang sudah diolah. Tabel 1.1 menjelaskan hasil observasi data nilai siswa yang masih mendapatkan nilai dibawah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) menunjukkan ulangan I, 18 siswa ( 45%), sedangkan pada ulangan II, 17 siswa ( 42,50%), dari hasil data nilai diatas belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Pembelajaran tersebut belum dikatakan optimal karena pembelajaran yang masih berpusat pada guru, dan guru menjelaskan hanya dengan metode konvensional dengan menggunakan buku teks wajib. Walaupun sekolah tersebut sudah tersedia LCD ( Liquid Crystal Display) dan komputer, tetapi guru tidak memanfaatkan fasilitas tersebut untuk proses pembelajaran. Berdasarkan observasi awal dapat diketahui adanya kesenjangan kesenjangan antara teori dan kenyataan, yaitu pada kegiatan belajar mengajar pelajaran mengetik kelas X Pemasaran di SMK Negeri 9 Semarang, selama ini kurang memanfaatkan penggunaan media. Padahal menurut Sudjana ( 2009:2) media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. 1. 1 Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan hasil belajar mengetik, kinerja guru, aktivitas siswa, tanggapan siswa sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Negeri 9 Semarang.

72

1. 2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mengetik, kinerja guru, aktivitas siswa, tanggapan siswa sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Negeri 9 Semarang. 1. 3 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya pada aspek pembelajaran mengetik dengan menggunakan media audio visual program macromedia flash. Manfaat Praktis Bagi siswa terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, menarik dalam mengikuti pembelajaran mengetik, sehingga akan ada nuansa baru dalam pembelajaran, dan dapat memberikan hasil belajar yang baik. Bagi guru sebagai media pembelajaran baru untuk mempermudah guru dalam proses belajar mengajar. Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran menggunakan media audio visual program macromedia flash. 2. Bukti Empiris 2. 1 Pengertian Belajar Belajar bukan hanya mengingat, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar (Mudjiono, 2006:295). Keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil ( Hamalik, 2007:138). Keterampilan memiliki tiga karasteristik, yakni menunjukkan rangkaian respons motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, dan mengorganisasi rangkaian respons menjadi pola-pola respons yang kompleks. 2. 2 Pengertian Pembelajaran Situasi belajar diperoleh dari proses pembelajaran, pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap ( Mudjiono, 2006:157). Tahap-tahap Belajar Keterampilan ( Hamalik, 2007:138) : a. tahap kognitif, siswa berusaha mengintelektualkan keterampilan yang akan dilakukan; b. tahap fiksasi, pola-pola tingkah laku yang betul dilatih sampai tidak terjadi lagi kekeliruan; c. tahap otonom terdapat peningkatan kecepatan melakukan keterampilan-keterampilan yang berdaya guna untuk memperbaiki kecermatan di mana tidak terjadi lagi kekeliruan. 2. 3 Pengertian Hasil Belajar Proses pembelajaran akan memberikan suatu perubahan pada siswa yang bisa dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar ( Anni, 2006:5). Terdapat beberapa pendapat mengenai hasil belajar. Pendapat Gagne ( dalam Sudjana, 2009:55) mengemukakan ada lima tipe hasil belajar yakni : a. Kemahiran intelektual ( kognitif); b. informasi verbal; c. mengatur kegiatan intelektual; d. sikap; e. keterampilan motorik. 2. 4 Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat

73

grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap kembali informasi visual atau verbal. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media pembelajaran ( Arsyad, 2002:3-4). Sedangkan manfaat media ( Arsyad, 2002:26-27), antara lain : a. media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar; b. media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya; c. media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwaperistiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung. Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi menurut Seels dan Glasgow ( dalam Arsyad, 2002:33-34) dibagi ke dalam dua kategori luas yaitu : 1. Pilihan Media Tradisional : a. Visual diam yang diproyeksikan 1) Proyeksi opaque ( tak-tembus pandang); 2) proyeksi overhead; 3) slides; 4) filmstrips. b. Visual yang tak diproyeksikan : 1) Gambar, poster; 2) foto; 3) chart, grafik, diagram; 4) pameran, papan info, papan-bulu. c. Audio : 1) Rekaman piringan; 2) pita kaset, reel, cartridge. d. Penyajian multimedia : 1) Slide plus suara ( tape); 2) multi-image. e. Visual dinamis yang diproyeksikan : 1) Film; 2) televisi; 3) video. f. Cetak : 1) Buku teks; 2) modul, teks terprogram; 3) workbook; 4) majalah ilmiah, berkala; 5) lembaran lepas ( hand-out). g. Permainan : 1) Teka-teki; 2) simulasi; 3) permainan papan. h. Realia : 1) Model; 2) specimen ( contoh); 3) manipulatif ( peta, boneka). 2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir : a. Media berbasis telekomunikasi : 1) Telekonferen; 2) kuliah jarak jauh. b. Media berbasis mikroprosesor :

74

1) 2) 3) 4) 5) 6) 2. 5

Computer-assisted instruction; permainan komputer; sistem tutor intelijen; interaktif; hypermedia; compact ( video) disc.

Pengertian Media Audio Visual Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik ( Djamarah, 2006:124). 2. 6 Program Macromedia Flash Flash Professional 8 adalah program animasi berbasis vektor yang sangat populer dan paling banyak digunakan saat ini untuk membuat animasi dan aplikasi web profesional yang dinamis dan interaktif ( Chandra, 2006:2). 2. 7 Pengertian Mengetik Mengetik adalah pekerjaan yang hampir terdapat pada semua bilang, baik itu organisasi pemerintah ataupun itu organisasi kepartaian maupun organisasi yang lain ( Sularso, 1984:1). Cara mengetik sederhana yang banyak kita kenal adalah cara mengetik dengan menggunakan dua jari, yaitu dengan menggunakan kedua jari telunjuk. Cara ini sebenarnya kurang baik dan tidak efisien jika dibandingkan dengan mengetik yang menggunakan sistem 10 ( sepuluh) jari buta. Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah ada perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan audio visual program macromedia flash dalam pembelajaran mengetik pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Negeri 9 Semarang. 3. Metedologi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Pemasaran di SMK Negeri 9 Semarang yang berjumlah 80 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling sensus. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono ( 2008:85) teknik ini digunakan jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. 3. 1 Variabel Penelitian Variabel bebas ( X) : Pembelajaran mengetik sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash. Variabel terikat ( Y) : Hasil belajar mengetik sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash. 3. 2 Metode Pengumpulan Data 1) Metode dokumentasi Metode ini dilakukan untuk memperoleh data nama peserta didik yang termasuk dalam populasi dan sampel penelitian, serta untuk memperoleh data nilai mengetik tahun sebelumnya, data yang terkait untuk mengajar mengetik ( silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2) Metode tes Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar, baik sebelum maupun sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash. 3) Metode observasi Untuk mengamati seberapa besar kinerja guru dan aktivitas siswa, saat proses belajar. 4) Metode Angket atau Kuesioner (Questionnaires) Angket digunakan untuk memperoleh informasi dari penerapan media pembelajaran audio visual program macromedia flash dalam mengetik.

75

3. 3 Jenis dan Prosedur Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang mempunyai 2 siklus dengan tahapan-tahapan : 1) Tahap perencanaan, 2) Tahap tindakan, 3) Tahap observasi, 4) Tahap refleksi. 3. 4 Teknik Analisis Perangkat Tes Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Reliabilitas teknik yang digunakan dalam pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah tes ulang ( test-retest).

Correlations Soal1 Soal1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Soal2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) 40 .859
**

Soal2 1 .859** .000 40 1 40

.000

N 40 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil analisis reliabilitas menggunakan SPSS 16 for windows sebesar 0,859 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 dan batas kesalahan sebesar 0,05. Karena taraf signifikasi lebih kecil dari batas kesalahan yaitu sebesar 0,000 < 0,05 maka soal evaluasi tersebut reliabel. 3. 5 Teknik Analisis Data 1. Analisis t-test Rumus untuk menghitung simpangan baku adalah :

( Sugiyono, 2008:58). Sedangkan rumus untuk menghitung t-test adalah :

Keterangan : = Rata-rata nilai sampel 1. = Rata-rata nilai sampel 2. s1 = Simpangan baku sampel 1. s2 = Simpangan baku sampel 2. s12 = Varians sampel 1. s22 = Varians sampel 2. r = Korelasi antara dua sampel ( Sugiyono, 2008:122).\

76

2. Analisis Deskriptif Prosentase Penelitian ini akan menggunanakan tabel statistik yang menunjukkan angka kisaran teoritis dan sesungguhnya, rata-rata standart deviasi dengan rumus :

DP = 100% Keterangan:
DP n N

( Ali dalam Lely, 2009:59). = Depkriptif Persentase. = Nilai yang diperoleh. = Jumlah seluruh nilai.

4. Hasil Empiris 1. Analisis uji t Analisis t-test dalam penelitian ini menggunakan SPSS 16 for windows dengan analisis paired, karena merupakan penelitian sebelum dan sesudah yang berarti subjeknya sama yaitu siswa kelas X Pemasaran SMK Negeri 9 Semarang. Hipotesis : Ho : 3 = 0 Tidak ada perbedaan hasil sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash dalam pembelajaran mengetik pada siswa kelas X Pemasaran SMK Negeri 9 Semarang. Ha : 3 0, Ada perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash dalam pembelajaran mengetik pada siswa kelas X Pemasaran SMK Negeri 9 Semarang. Kriteria pengambilan keputusan, tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau dengan menggunakan alpha 5%. Tabel 4. 1 Paired Sample Statistics. Paired Samples Statistics Mean Pai r1 Siklu s1 66.05 00 N 80 Std. Deviation 6.39204 Std. Error Mean .71465

Siklu 76.73 80 4.59428 .51366 s2 75 Sumber: Data primer diolah, 2010. Hasil tabel paired sample statistics di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata dari siklus I adalah 66,05 dengan deviasi standar 6,39, sedangkan rata-rata dari siklus II adalah 76,73 dengan deviasi 4,59. Dari rata-rata tersebut dapat dilihat ada peningkatan hasil belajar mengetik dari siklus I ke siklus II. Tabel 4. 2 Paired Samples Correlations. Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pai Siklus1 & Siklus2 80 .769 .000 r1 Sumber: Data primer diolah, 2010. Tabel paired samples correlations di atas diperoleh hasil korelasi = 0,769 dengan signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000, hal ini berarti ada hubungan yang erat antar sampel atau korelasi signifikan secara statistik. Tabel 4. 3 Paired Samples Test.

77

Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper t S ig. (2d taile f d)

Mean

Std Std. . Error Deviation Mean

P Sik air lus1 4.0987 .45 7 . 1 Siklus 1.06875E1 6 826 11.59963 9.77537 23.322 9 000 2 Sumber: Data primer diolah, 2010. Hasil dari tabel paired samples test diperoleh siklus I dan siklus II adalah -1,06, dengan deviasi standar 4,09. Hasil thitung menghasilkan nilai sebesar -23,32 dan signifikansi sebesar 0,00, karena signifikasi lebih kecil dari batas kesalahan yaitu 0,000 maka Ha diterima ada perbedaan rata-rata pada nilai mengetik sebelum dan sesudah menggunakan media. Nilai ratarata siklus II lebih tinggi dibanding nilai rata-rata siklus I, maka dapat dilihat persentase kenaikan nilai rata-rata siklus I ke siklus II adalah 2. Deskrptif prosentase Hasil penelitian analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa persentase kinerja guru menggunakan media audio visual program macromedia flash. Persentase skor sebelum menggunakan media audio visual program macromedia flash adalah sebesar 72% dan saat menggunakan media sebesar 86%. Aktivitas siswa saat menggunakan media audio visual program macromedia flash, persentase sebelum menggunakan media sebesar 70%, dan saat menggunakan media menjadi 90%. Respon siswa saat meggunakan media audio visual program macromedia sangat positif. 5. Kesimpulan Ada perbedaan hasil belajar mengetik, terdapat peningkatan kinerja guru, terdapat peningkatan aktivitas siswa, tanggapan siswa yang positif, sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual program macromedia flash. 6. Daftar Pustaka Anni, Catharina, Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Baharuddin dan Wahyuni . 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Chandra .2006. 7 Jam Belajar Interaktif Flash Profesional 8 Untuk Orang Awam. Palembang: Maxikom. Dahlia, Lely. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa kelas XII program keahlian akuntansi di SMK negeri 3 Jepara Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Krippel, Gregory., A. James McKee, and Janette Moody. Multimedia use inhigher education: promises and pitfalls. www.aabri.com/manuscripts/09329pdf. (13 Maret 2010).

78

Mudjiono dan Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Narbuko dan Achmadi. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Samsudin, A. 2008. E-learning Merupakan Inovasi Pendidikan Dalam Proses Pembelajaran Fisika. http://pendidikansains.blogspot.com/2008/02/e-learning-merupakan-inovasi-pendidikan.html. ( 10 Mei 2010). Santosa, Budi Purbayu, dan Ashari. 2005 . Analisis Statistik dengan Microsoft. Excel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Setiawan, Iwan. 1994. Pengetahuan Mengetik SMK. Bandung: Armico. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Somantri, Ating dan Muhidin Sambas Ali. 2006. Statistika Dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. Sudjana, Nana dan Rivai. 2007. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono .2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sularso, Marimin, dan Muhsin. 1984. Mengetik Dengan Sistem 10 ( Sepuluh) Jari .Yogyakarta: Liberty. Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

79

Komparasi Pembelajaran Stenografi Dasar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Media Audiovisual Filmstrip Pada Siswa Kelas XI AP di SMK Widya Praja Ungaran Abstrak Wardah Rizqi Tourviana Makalah ini berisi tantang salah satu cara untuk meningkatkan perhatian belajar siswa adalah dengan pemberian stimulus dengan penggunaan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar stenografi dasar sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip, untuk mengetahui bagaimana kinerja guru dan aktivitas siswa sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip, dan untuk mengetahui tanggapan siswa saat menggunakan media audiovisual filmstrip. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan teknik pengambilan data adalah dokumentasi, tes, observasi, dan angket. Dalam penelitian ini menggunakan dua analisis, yaitu analisis deskriptif persentase dan menggunakan uji-t. Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan nilai rata-rata dari siklus I dan nilai rata-rata siklus II. Besarnya peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 23,19%. Dari analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa persentase kinerja guru pada siklus II lebih baik dengan persentase 88% dibandingkan siklus I sebesar 78%. Aktivitas siswa pada siklus II juga lebih baik, karena persentase siklus I adalah sebesar 70%, dan pada siklus II menjadi 86%. Dari angket, semua siswa memberikan tanggapan yang sangat positif. Kesimpulannya adalah bahwa terdapat perbedaan hasil belajar stenografi antara sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip. Hasilnya pembelajaran stenografi sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip lebih baik daripada sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip. Kinerja guru dan aktivitas siswa sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip lebih baik daripada ssebelum menggunakan media audiovisual filmstrip. Tanggapan siswa saat menggunakan media audiovisual filmstrip adalah sangat positif. Kata Kunci : Pembelajaran, Media Audiovisual Filmstrip, dan Stenografi. Pendahuluan Pendidikan yang semakin berkembang dengan adanya kemajuan teknologi dan era globalisasi sekarang ini, dituntut untuk bisa lebih melatih keterampilan siswa. Persaingan yang semakin ketat, apabila tidak diimbangi dengan pendidikan yang memadai, maka akan membuat siswa kalah bersaing di dunia nyata. Menurut Skinner dalam Catharina (2006:20-21) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku. Sebagai suatu proses, dalam kegiatan belajar dibutuhkan waktu sampai mencapai hasil belajar, dan hasil belajar itu berupa perilaku yang lebih sempurna dibandingkan dengan perilaku sebelum melakukan kegiatan belajar. Aktivitas belajar manusia akan berlangsung terus menerus sepanjang waktu, setiap kali manusia berinteraksi dengan lingkungan (stimulus), dan manusia akan mereaksinya (memberi respon). Penting bagi pengajar sebagai fasilitator untuk memilih dan menyajikan bahan-bahan dengan menggunakan stimulus yang dapat menarik minat belajar siswa. Stimulus yang digunakan bisa berupa media pembelajaran. Stenografi merupakan kompetensi wajib bagi siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) jurusan AP (Administrasi Perkantoran). Kemajuan teknologi saat ini, untuk penulisan suatu risalah atau pidato, rapat-rapat penting, wacana atau reportase, dan lain-lain dapat menggunakan alatalat seperti tape recorder, Dictaphone, tachograph, tacothype dan sejenisnya. Namun tulisan stenografi sekarang masih relevan. Apalagi bagi siswa SMK jurusan AP, siswa dituntut untuk terampil menulis cepat secepat pembicaraan. Berdasarkan observasi awal bahwa pemahaman konsep yang dicapai siswa di SMK Widya Praja Ungaran, pada kompetensi Mencatat Dikte Untuk Mempersiapkan Naskah (Stenografi) dikatakan belum optimal. Ini bisa dilihat dari hasil belajar siswa banyak yang nilainya masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 7,00. Bisa dilihat dari tabel nilai seperti berikut:

80

Tabel 1.1 Data Nilai Siswa Ju Jumlah siswa di Jumlah siswa di Kel mlah bawah KKM (tugas % bawah KKM (ulangan % as siswa I) I) XI 41, 35, 34 14 12 AP 1 18% 29% XI 34, 28, 38 13 11 AP 2 21% 95% Ju 37, 31, 72 27 23 mlah 50% 94% (Sumber : Data nilai siswa kelas XI AP SMK Widya Praja 2009, yang diolah) Media audiovisual yang digunakan adalah CD interaktif. Pesan atau isi pelajaran disimpan dalam bentuk filmstrip untuk mengajar huruf-huruf dasar pada penulisan huruf stenografi dengan sistem karundeng disertai dengan gambar-gambar yang disesuaikan dengan abjad serta contoh penulisan gabungan dari beberapa huruf. Dengan gambar-gambar tersebut siswa diharapkan dapat mengerti huruf-huruf stenografi. Juga diiringi dengan iringan musik yang dapat memberi stimulus siswa. Rumusan Masalah 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar Stenografi dasar sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran? 2. Bagaimana kinerja guru sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi dasar pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran? 3. Bagaimana aktivitas siswa sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi dasar pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran? 4. Bagaimana tanggapan siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran terhadap penggunaan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi dasar? Tujuan 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Stenografi dasar sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran. 2. Untuk mengetahui kinerja guru sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi dasar pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran. 3. Untuk mengetahui aktivitas siswa sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi dasar pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran. 4. Untuk mengetahui tanggapan siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran terhadap penggunaan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi dasar. Landasan Teori Pembelajaran Pengertian pembelajaran menurut teori neobehavioristik yaitu upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan supaya terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku pembelajar (Sugandi, 2006:9). Media Audiovisual Filmstrip Informasi yang disajikan melalui multimedia ini berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat di layar monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar melalui overhead projector, dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya (video atau animasi). Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera, terutama telinga dan mata, digunakan untuk menyerap informasi itu

81

(Arsyad, 2009:170-172). Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup (Arsyad, 2009:49). Stenografi Stenografi yang berasal dari bahasa yunani mempunyai arti : stenos berarti singkat dan graphein berarti menulis. Jadi stenografi berarti menulis singkat (shorthand). Dengan kata lain berarti menulis steno adalah menulis dengan huruf-huruf singkat (pendek) (Mulyono, 1993:1). Kerangka Berpikir
Pembelajar an Sebelum Menggunakan Media Audiovisual Pembelajar filmstrip an Sesudah Menggunakan Media Audiovisual filmstrip Apakah hasil belajar siswa setelah menggunakan media Audiovisual filmstrip lebih baik dibandingkan dengan Pembelajaran Sebelum Menggunakan Media Audiovisual filmstrip

Siswa Kelas XI AP 1

Hasil Belajar Dibandingka n Hasil Belajar

Gambar Kerangka Berpikir

Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah ada perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran Stenografi dasar pada siswa kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK Widya Praja Ungaran. Metodologi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Administrasi Perkantoran yang berjumlah 70 siswa. Karena jumlah populasi kurang dari 100, maka penelitian ini disebut penelitian populasi (Arikunto, 2006:130). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran stenografi sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip (konvesional) dan pembelajaran stenografi pada saat menggunakan media audiovisual filmstrip. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar stenografi sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dengan menggunakan empat metode penelitian yaitu metode dokumentasi, tes, observasi, dan angket. Metode dokumentasi menggunakan data sekunder digunakan untuk mendapatkan data nama siswa dan data nilai Stenografi tahun 2009, sedangkan hasil tes, observasi, dan angket digunakan sebagai data primer berdasarkanpenelitian yang dilakukan bulan Juli 2010. Untuk angket digunakan skala likert dengan modifikasi. Penentuan skor dari jawaban responden adalah untuk jawaban A diberi skor 5, jawaban B diberi skor 4, jawaban C diberi skor 3, jawaban D diberi skor 2, dan jawaban E diberi skor 1. Hasil Analisis t-test (uji-t) Analisis t-test ini digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah ditentukan, apakah ada perbedaan hasil belajar stenografi sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip. Analisis t-test dalam penelitian ini menggunakan SPSS 16 for windows dengan analisis paired, karena merupakan penelitian sebelum dan sesudah yang berarti subjeknya sama.

82

Tabel Paired Samples Statistics Mean Pair 1 I Siklus 3 71.114 N 70 Std. Deviation 14.16113 7.76167 Std. Mean Error

1.69258 .92770

Siklus 87.600 70 II 0 Sumber (Data primer diolah, 2010) Tabel Paired Samples Correlations N Pair 1 on

Correlati Sig. Siklus I & 70 .615 .000 Siklus II Sumber (Data primer diolah, 2010) Tabel paired sample statistics di atas, dapat diketahui bahwa mean dari siklus I adalah 71,1143, sedangkan mean atau rata-rata dari siklus II adalah 87,6000. Dari rata-rata tersebut dapat dilihat ada peningkatan hasil belajar stenografi dari siklus I ke siklus II. Sedangkan tabel paired samples correlations di atas diperoleh nilai korelasi = 0,615 dengan signifikansi kurang dari 5% atau 0,05 yaitu 0,000, hal ini berarti nilai siklus I siswa berhubungan positif dengan nilai siklus II siswa. Tabel Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Lowe Deviation Mean r Upper

Mean

f 9

Sig. d(2tailed) 6 0 .00

P Siklus I 11.207 1.33 air 1 Siklus II 1.64857E1 84 959 19.15813 13.81330 12.307 Sumber (Data primer diolah, 2010)

Hipotesis : Ho : 3 = 0 Tidak ada perbedaan hasil sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran Stenografi dasar pada siswa kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK Widya Praja Ungaran. Ha : 3 0, Ada perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran Stenografi dasar pada siswa kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK Widya Praja Ungaran. Dengan tingkat kepercayaan = 95% atau ( ) = 0,05 (batas kesalahan) dan signifikasi 0,0001 dengan t hitung sebesar 12,307. Karena signifikasi lebih kecil dari batas kesalahan yaitu 0,000 maka Ha diterima ada perbedaan rata-rata pada nilai stenografi sebelum dan sesudah menggunakan media . Nilai rata rata siklus 2 lebih tinggi dibanding nilai rata rata siklus 1, maka dapat dilihat persentase kenaikan nilai rata-rata siklus 1 ke siklus adalah Deskriptif Persentase

83

Analisis deskriptif persentase terhadap skor yang diperoleh digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar stenografi siswa, kinerja guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran stenografi sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip, dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran stenografi dengan menggunakan media audiovisual filmstrip. Hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut : Aspek yang diteliti Skor dalam persen (%) A. Hasil Belajar Stenografi - Sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip 62,86% a. Kompeten 37,14% b. Belum kompeten - Sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip 100% a. Kompeten 0% b. Belum kompeten B. Kinerja Guru 78% - Sebelum Menggunakan media audiovisual filmstrip 88% - Sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip C. Aktivitas Siswa 70% - Sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip 86% - Sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip Dari hasil sebelum menggunakan media, sebanyak 26 siswa atau 37,14% berpredikat belum kompeten, yang artinya masih di bawah KKM. Sedangkan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip hasil belajar stenografi siswa meningkat. Sebanyak 70 siswa atau 100% sudah memenuhi KKM atau berpredikat kompeten. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siswa sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip. Hal tersebut sesuai dengan jurnal Guttormsen (2000) Visual versus auditory. A combination of these modalities enables a media selection with less cognitive load. Overload on one sense modality causes tiredness and reduced attention. A balance between visual and auditory information reduces the cognitive load. 7 In the combination voice and picture, the voice can have a structuring effect and attract the users attention to important elements in the picture. Mengutip dari jurnal Guttormsen (2000), dikatakan bahwa media kombinasi visual dan pendengaran merupakan kombinasi pemilihan media yang dapat mengurangi beban kognitif. Penyampaian yang berlebihan dengan hanya menggunakan satu model bisa menyebabkan kelebihan dan dapat mengurangi perhatian. Keseimbangan antara informasi yang disampaikan dengan audiovisual akan mengurangi beban kognitif. Dalam perpaduan suara dan gambar, maka suara mampu menciptakan efek strukturisasi dan menarik perhatian pengguna terhadap elemen-elemen penting dalam gambar. Pada pembelajaran Stenografi sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip, persentase kinerja guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar 78% sehingga termasuk dalam kategori baik. Pada pembelajaran stenografi sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip, persentase kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar 88% sehingga termasuk dalam kategori sangat baik. Yang berarti setelah menggunakan media audiovisual filmstrip kinerja guru menjadi meningkat dari sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugandi (2006:30). Karena media sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran sebab media pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran. Pada pembelajaran stenografi sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip, persentase aktivitas siswa adalah sebesar 70% sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Pada pembelajaran stenografi sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip, persentase aktivitas siswa adalah sebesar 86% sehingga termasuk dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada peningkatan aktivitas siswa sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi sebesar 16%. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hamalik (dalam Arsyad, 2009: 15) menyatakan bahwa pemakaian media

84

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Hal ini dikarenakan stenografi merupakan hal yang baru diterima siswa, karena sebelumnya belum diajarkan di kelas X. Tabel Distribusi Jawaban Frekuensi Sikap Tiap Responden Kategori sikap Kategori skor Frekuensi Persentase Sangat positif 40 50 70 100% Positif 30 40 0 0% Negatif 20 30 0 0% Sangat negatif 10 20 0 0% Sumber (Data primer diolah, 2010) Dari distribusi jawaban di atas, dapat dilihat bahwa 100% dari jumlah responden, atau semua siswa bersikap sangat positif. Sebanyak 70 siswa yang semuanya dijadikan sebagai responden, menganggap bahwa penggunaan media audiovisual filmstrip dalam pembelajaran stenografi dasar dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana dkk, (2009: 2). Sehingga dari pembelajaran yang lebih aktif dan bervariasi, serta peningkatan hasil belajar stenografi dasar, maka siswa memberikan sikap yang sangat positif dalam penggunaan media audiovisual filmstrip. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Terdapat Perbedaan hasil belajar stenografi antara sebelum dan sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip. Rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran stenografi sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip secara signifikan lebih baik dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip. Terdapat peningkatan kinerja guru sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip. Persentase kinerja guru sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip lebih tinggi daripada sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip, karena guru lebih semangat dan lebih bias menarik perhatian siswa dengan bantuan media audiovisual filmstrip. Terdapat peningkatan aktivitas siswa sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip. Persentase aktivitas siswa sesudah menggunakan media audiovisual filmstrip lebih tinggi daripada sebelum menggunakan media audiovisual filmstrip, karena merupakan sebuah media yang baru dalam pembelajaran stenografi sehingga siswa lebih tertarik belajar stenografi. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media mendapat tanggapan yang sangat positif dari siswa, yang artinya mereka menganggap penggunaan media audiovisual filmstrip dapat meningkatkan hasil belajar stenografi siswa.

1.

2.

3.

4.

Daftar Pustaka Anni, Catharina, Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Azwar,Saifuddin.2008.Realibilitas dan Validitas,Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahlia, Lely. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK 3 Jepara Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Darsono, max. 2000. Belajar dan pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press. Djamarah, dan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka cipta. Krippel, Gregory, James McKee & Janette Moody. 2009. Multimedia Use in Higher Education : Promises and Pitfalls. www.aabri.com/manuscripts/09329pdf. (Accessed 9 January 2010). Mulyono, Sularso. 1993. Stenografi Sistem Karundeng. Hand Out. Semarang : FKIS IKIP Semarang. Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sadiman, Arif, dkk. 2007. Media Pendidikan Pengeertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

85

Schar, Sissel Guttormsen & Helmut Krueger. 2000. Using New Learning Technologies with Multimedia. Online at U3040.pdf_template=1&loginState=2&userData=Gadjah%2BMada%2BUniversity%253Ag adjah%2BMada%2Buniversity%253A124.195.55.pdf. (Accessed 10 January 2010). Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 2009. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sugandi, A. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT Unnes Press. Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sumantri, Ating dan Ali Muhidin Sambas. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia. Sumaryana, Asep dan Sumpena Nana. 2000. Stenografi. Bandung : Titian Ilmu. Sumaryati, Yeti dan Ratu Evi Zulfikar. 2004. Mencatat Dikte Untuk Mempersiapkan Naskah. Bandung : Armico.

86

INFORMATICS-BASED HR QUALITY IMPROVEMENT IN DEALING WITH GLOBALIZATION AND INDUSTRIAL ERA CHALLENGES ABSTRACT By Sri Wartini, SE, MM The need of HR for mastering informatics has been increasing with the progress of information industrial and globalization era. In this era, information is increasingly valuable and the use of computer to support other fields is growing. This has made informatics (information processing with computer) to keep developing along with time. Thus, informatics constitutes a relatively new discipline, and it develops with the progress of the said information industrial and globalization era. In relation to the mastery of informatics in this globalization and industrial era, college as the center of education also plays its role in generating professional HR with reliable mastery of informatics technology. There have been numerous efforts performed by both colleges and companies to meet the demands, particularly in dealing with challenges and in accomplishing the opportunity in this global era, one of which can be conducted through the development of HR quality in addition to academic aspects, i.e. the aspects of science and technology improvement and socialization, improvement of formal education, work training, and work apprenticeship courses, as well as the upgrading of organizational system. Keyword: Informatics technology, Human Resource quality PENDAHULUAN Dalam Artikelnya isfenty (2005), mengungkapkan bahwa tantangan dan peluang di Era Globalisasi serta antisipasi yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang tangguh merupakan tema yang sangat relevan dengan situasi saat ini karena berbagai alasan. Salah satu diantaranya adalah karena masalah sumber daya manusia dan globalisasi adalah dua dari sekian banyak topik yang paling hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Tidak terhitung sudah berapa banyak seminar, ceramah, lokakarya, simposium dan artikel koran sampai saat ini yang tak henti-hentinya mengangkat topik tersebut baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Hal ini terjadi karena topik sumber daya manusia dan globalisasi memang menyangkut masalah dasar yang amat penting bagi kelangsungan hidup kita sebagai bangsa kini dan dimasa mendatang. Khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, kita akan menghadapi era perdagangan bebas di wilayah Asia Tenggara Asean Free Trade Area (AFTA) tahun 2003 dan wilayah Asia Fasific tahun 2020 sebagai hasil kesepakatan negara-negara anggota APEC (Asia Pasific Economic Cooperation). Untuk itu , maka setiap negara di Asia Pasific, termasuk Indonesia, akan dituntut untuk mampu bersaing . Essensi dari kemampuan bersaing itu adalah bahwa setiap negara harus dapat menghasilkan produk (barang dan jasa) yang bermutu tinggi, biaya rendah, effisien dalam proses dan cepat dalam penyerahan/pelayanan. Hal-hal yang dimaksud terakhir ini dapat disebut dengan kinerja organisasi (Organizational performance) dan menjadi tantangan bagi semua fihak yang terkait untuk mewujudkannya. Pengembangan kualitas SDM melalui pendidikan perlu dilaksanakan secara terpadu khususnya dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, peradapan, serta ketangguhan daya saing bangsa Indonesia (Djojo-negoro, 1995 dalam isfenty). Era informasi membawa angin yang baru : barang yang justru tidak terwujud, sehingga yang namanya informasi menjadi barang yang paling berharga. Kemajuan di bidang informasi melaju, mendukung adanya globalisasi. Informasi dengan cepat berkembang dan bermakna serta berharga disebarkan ke segala penjuru seolah "tanpa batas". Perkembangan teknologi di bidang perangkat keras komputer mendukung perkembangan globalisasi informasi tersebut. Dari komputer yang tadinya merupakan komputer milik segelintir pemakai dengan kemesteriusannya (besar, sulit dioperasikan, dalam ruang khusus, perlu operator, dll) menjadi komputer yang semakin hari semakin kecil bahkan menjadi komputer pribadi, yang dapat

87

diletakkan bersama barang lain dengan cara yang nyaman, bahkan bisa "berbicara" (mengeluarkan suara). Hal ini mengakibatkan komputer semakin digunakan diberbagai bidang. Bahkan saat ini, hampir semua tawaran lowongan pekerjaan di bidang apapun di beberapa tingkatan pekerjaan memasyarakatkan penguasaan akan komputer (computer literate). Perkembangan perangkat keras selanjutnya membentuk jaringan komputer berkat kemajuan teknologi komunikasi. Komputer yang tadinya "sendiri-sendiri" menjadi komputer yang dapat berkomunikasi dengan "teman-temannya" dalam suatu jaringan komputer, mulai jaringan lokal yang sering disebut dengan local area network atau LAN, dan Wide Area Network atau WAN. Internet makin mendukung perkembangan tersebut dan rasanya saat ini semua manusia, asalkan mau memulai membuka komunikasi akan mempunyai cakrawala yang luas untuk dapat berkomunikasi dengan siapa saja di segala penjuru dunia sesuai dengan topik yang diminati bersama, bahkan untuk saling membagi pengalaman, problem, dan kegembiraan, dsb. Perkembangan teknologi perangkat lunak juga tidak kalah pesatnya. Perangkat lunak yang tadinya hanya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan fungsional. Berkembang menjadi perangkat lunak yang selain fungsional juga mudah dan nyaman dipakai (friendly). Akibatnya, pengguna perangkat lunak semkain banyak dan ukuran komplektisitas perangkat lunak juga bertambah. Perangkat lunak yang semakin mudah untuk digunakan pemakai, sebenarnya makin sulit dikembangkan. Perangkat lunak yang hanya dituntut berfungsi secara fungsional dalam skala kecil cukup dikembangkan oleh pemrogram sekaligus pemakainya. Perangkat lunak yang besar dan kompleks harus dikembangkan oleh suatu tim dengan berbagai keahlian serta metodelogi tertentu. Batasan antara perangkat lunak dan perangkat keras menjadi semakin kabur. Misalnya jaringan komputer, yang tidak mungkin berfungsi tanpa adanya perangkat lunak jaringan komputer. Karena alasan efisiensi, kepraktisan dan keamanan, perangkat lunak banyak yang diwujudkan menjadi komponen perangkat keras. Penggunaan sistem komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang semakin berkembang menunjukkan bahwa kita memang berada pada era informasi dan sesuai dengan hukum "supply and demand", dibutuhkan penyedia jasa informatika sebagai pengelola, pengolah dan pemelihara informasi karena pengguna informatika yang semakin banyak. Organisasi adalah salah satu hasil peradapan manusia yang penting bagi kehidupan umat manusia modern. Dikatakan demikian karena melalui organisasi orang-orang dapat mencapai tujuannya dengan lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan kalau orang-orang itu melakukan usaha pencapaian tujuannya secara sendiri-sendiri. Menurut Robbins (1990) : "Organisasi adalah suatu kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk tujuan bersama atau sekelompok tujuan". Pendidikan sebagai suatu upaya membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, karenanya dituntut untuk secara terus menerus mampu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan irama perubahan yang terjadi khususnya yang menyangkut dengan perubahan teknologi informasi yang semakin pesat . Salah satu aspek sistem pendidikan yang amat berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia berkualitas dan mampu beradaptasi dengan teknologi informasi di era galbalisasi dan industri itu adalah organisasi atau lembaga pendidikan . Oleh karenanya, langkah-langkah kearah penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan. RELEVANSI SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN INFORMATIKA Sumber Daya Manusia adalah aset yang paling penting dalam suatu perusahaan. Pembangunan negara dan kemajuan IpTek tidak ada gunanya jika tanpa diikuti dengan pembangunan SDM. Apa yang disebut dengan pembangunan SDM ? tidak lain adalah penguasaan IpTek itu sendiri. Tanpa SDM yang dibangun, maka manusia akan dikuasai oleh IpTek atau manusia lain, yang menguasai IpTek, dan bukannya manusia menguasai IpTek serta menggunakannya dengan sebaikbaiknya. Informatika adalah salah satu bentuk IpTek. Indonesia saat ini sedang membangun dan kemajuan IpTek dari negara lain juga sedang mempengaruhi secara deras perkembangan IpTek di Indonesia. Untuk itu perkembangan dalam teknologi informatika di era globalisasi dan industri, harus mulai berpikir tentang pembangunan SDM Informatika yang professional . Profession menurut kamus Oxford adalah : paid occuption, especially one that required education and trainning. Sedangkan professional : person qualified or employed in one of the profession.

88

Jadi, profesi adalah sesuatu yang kita lakukan berdasarkan keahlian dan dari situ kita hidup/mencari nafkah. Hobby adalah sesuatu yang kita lakukan untuk mengisi waktu senggang, dan tujuannya adalah untuk kesenangan. Seseoang yang profesional di bidangnya akan melakukan pekerjaan itu sendiri dengan kepakarannya. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pengguna komputer pada profesi yang "lain" seperti sekretaris, pegawai administrasi, bahkan seorang insinyur sipil yang menggunakan program komputer tidak dapat disebut berprofesi di bidang Informatika. Berdasarkan hasil pertemuan jurusan teknik informatika dengan pihak industri sebagai pemakai tenaga lulusan Informatika manapun, serta hasil survey yang dilakukan oleh beberapa kelompok, maka diperoleh informasi tentang kebutuhan SDM oleh industri. Pihak industri yang menjadi bahasan adalah industri yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak, yang dapat dikelompokkan atas jenis sebagai berikut : 1. Industri jasa, yang produk utamanya bersifat "soft" dalam hal ini dibedakan menjadi industri jasa sebagai berikut : a. SW developer, menyediakan jasa berupa pengembangan perangkat lunak. Biasanya ini menyangkut perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak mulai dari scracth (sesuai pesanan) atau yang menyediakan jasa pengubahan perangkat lunak tertentu supaya dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan (tailoring, customization). Industri ini membutuhkan SDM yang berlatar belakang informatika. b. Industri jasa yang memanfaatkan perangkat lunak. Contohnya adalah PT.Telkom yang produknya berupa jasa telekomunikasi berbantuan komputer (perangkat lunak menjadi bagian dari jasa tersebut). 2. Industri manufaktur, yaitu yang lebih menyangkut "hardware" a. Industri hardware yang memproduksi perangkat keras komputer dan periperalnya. Industri ini harus didukung oleh SDM di bidang perangkat keras dan elektronika. Contoh nyata dari industri ini adalah produktor dan perakit komputer. Contoh lain adalah PT.Inti, industri manufaktur yang produknya berupa peralatan telekomunikasi (mencakup perangkat keras dan perangkat lunak) b. Industri pemroduksi "barang" yang dalam proses produksinya membutuhkan perangkat lunak. Contoh : industri manufaktur yang memakai robot atau perangkat lunak untuk optimasi penjadwalan produksi. Sumber daya Manusia yang bekerja dalam dunia industri saat ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Latar belakang pendidikan non-Informatika/Komputer 2. Jenjang Pendidikan Sarjana ke bawah 3. Belum ada pengelompokan untuk : ketrampilan, keahlian dan spesialisasi yang terdefinisi dengan jelas. 4. Untuk tingkatan tertentu, dituntut untuk dapat mengetahui strategi bisnis, agar inovatif dalam menciptakan produk-produk baru Sedangkan pihak Industri menghendaki agar Sumber Daya Manusia yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi tidak saja memiliki potensi akademik melainkan juga ketrampilan dalam penggunaan dan penguasaan informatika yang sangat baik, antara lain: 1. Perlu mengetahui Standar Proses Produksi, berikut pemantauan dan pemeliharaan proses produksi, dan 2. Dalam menganalisis kebutuhan user (semua perangkat lunak dikembangkan berdasarkan kebutuhan user), diperlukan suatu pengetahuan dan keahlian khsusus, karena tingkatan user di Indonesia yang umumnya masih awam dengan proses Rekayasa Perangkat Lunak menyebabkan sulit diajak berkomunikasi tentang kebutuhan yang perlu didukung oleh komputer. Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan juga bahwa sudah saatnya dilakukan Sertifikasi Sumber daya Manusia dalam bidang Rekayasa perangkat Lunak - sesuai dengan standar Internasional yang berlaku. Untuk itu, dalam rangka mendukung kebutuhan sertifikasi Sumber Daya Manusia di Indonesia, disusun suatu usulan tingkatan keahlian Sumber Daya Manusia Informatika di antaranya:

89

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Programmer Programmer Analyst Software Tester Data Base Engineer Data Communication Engineer Network Engineer Software Configuration Manager System Analyst Software Engineer System Engineer Software Project Manager Software Quality Assurance

TANTANGAN DAN PELUANG DI ERA GLOBALISASI DAN INDUSTRI SERTA ANTISIPASI SDM UNTUK MENGHADAPINYA 1. Globalisasi : Tantangan Dan Peluang Globalisasi telah menjadi kata yang amat populer akhir-akhir ini karena banyak dibicarakan dan dibahas oleh berbagai kalangan. Kemajuan yang pesat dalam teknologi transportasi, komunikasi dan informasi yang menjadi ciri utama dari proses globalisasi itu menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang bersifat menyeluruh fundamental dan berdimensi banyak. lni semua merupakan fenomena yang tak terelakkan. Perubahan-perubahan pada skala global itu selanjutnya memicu timbulnya transformasi struktural yang pada gilirannya dapat memberikan dampak pada proses pergeseran nilai, sikap, cara hidup, perilaku manusia, sistem, kelembagaan dan lain-lain. Dalam kaitan, sumber daya manusia yang berkualitas yakni yang menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi akan memegang peranan yang sangat strategis dan mampu memacu pertumbuhan dan pengembangan disegala bidang kehidupan manusia. Fenomena globalisasi yang terjadi belakangan ini juga telah menarik perhatian sejumlah ahli manajemen internasional belum lama ini. Disamping teknologi, ekonomi telah menjadi kekuatan utama yang lain di dalam fenomena global itu. Perusahaan-perusahaan multinasional besar khususnya telah mampu, dengan tekhnologinya, menaikkan efisiensi ekonominya dengan belajar tentang dan mendapatkan masukan berupa bahan sumber daya manusia (SDM), dan modal dari sumber-sumber yang paling efektif di seluruh dunia. Lebih jauh lagi, tekhnologi baru di bidang infoimasi dan komunikasi memungkinkan organisasiorganisasi itu memasarkan produknya secara internasional, memperluas bidang lingkupnya dengan mengambil tindakan dan meningkatkan efisiensi ekonomi mereka. Jadi, globalisasi yang pada intinya merupakan rekayasa ekonomi itu telah menjadikan kehidupan manusia menjadi begitu terbuka. Sebagai konsekwensinya, hal ini menyebabkan semakin tajamnya persaingan antar negara dan organisasi dalam merebut pasar serta usaha menghasilkan kinerja dan kualitas produk yang prima. Untuk ini semua, maka pada gilirannya organisasi bisnis yang terlibat dalam persaingan itu akan menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi dan bersaing. Singkatnya, dalam alam keterbukaan itu kuaiitas manusia menjadi kuncinya; dan oleh karenanya peranan organisasi atau lembaga pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu menjadi semakin penting. Dengan demikian, globalisasi itu pada dasarnya menitikberatkan dua hal sekaligus: tantangan dan peluang. Kitalah yang harus pandai-pandai memanfaatkannya. Dalam konteks pendidikan. Fenomena globalisasi (dan regionalisasi) juga membawa dampak terhadap masyarakat perguruan tinggi. Secara spesifik, Reid (1997), yang merujuk Wichit Srisaan dari Suranaree University of Technology di Thailand, menyatakan bahwa dampak dari globalisasi dan regionalisasi itu dapat dirasakan pada 4 (empat ) level yaitu : a. lndividu , yaitu dirasakannya tuntutan kebutuhan akan periunya peningkatan pemahaman bahasa asing (terutama bahasa lnggeris) dikalangan tenaga pengajar dan mahasiswa. b. Organisasi, yakni adanya tuntutan untu melakukan pembenahan/pembangunan kelembagaan (institutional building) yang diarahkan pada pencapaian kinerja yang tinggi. Termasuk dalam

90

pembangunan kelembagaan ini di antaranya adalah -. perubahan dan penyesuaian kurikulum, fasilitas teknologi pengajaran, serta peningkatan mutu tenaga pengajar dan semacamnya. c. Nasional , yaitu adanya tuntutan untuk melakukan perubahanperubahan pada sistem pendidikan tinggi sehingga mampu mengakomodasikan kebutuhan yang semakin meningkat, misainya meialui : Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden serta seperangkat Hukum lainnya. d. Intemasional, yaitu adanya tuntutan untuk melakukan kerjasama antar lembaga pendidikan tinggi, baik ditingkat regional (seperti ASEAN dan Asia Pasific) maupun ditingkat yang lebih luas lagi. 2. Peranan SDM Peranan SDM memang sangat peting. Tak ada keraguan akan hal ini. Lebih-lebih dalam era informasi dan globalisasi seperti sekarang. Mengutip kata John Naisbitt :"In an information society, human resource is at the cutting edge. And it means that human resource professionals are becoming much, much more important in their organization". Pernyataan Nasibitt diatas jelas menunjukkan betapa besar dan pentingnya peranan SDM pada masa kini dan akan datang, yang sering disebut dengan masyarakat informasi itu. Hai ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan unsur utama dari setiap organisasi. Merekalah yang menciptakan berbagai inovasi dan kemudian membuat banyak organisasi menjadi dikenal luas. Jadi, kiranya tidak salah kalau perusahaan besar seperti Union Carbide menetapkan slogannya yang berbunyi .. "Assets make things possible, peoples make things happen". Karena memang benar, manusialah yang membuat barang-barang dan jasa yang bernilai bagi suatu bangsa, dan hasil-hasil yang bernilai inilah yang menentukan derajat kesejahteraan dan taraf hidup suatu masyarakat. Dunia kita sekarang ini, kata sementara orang, telah menjadi semakin sempit. Pergaulan dan hubungan antar bangsa di dunia pun telah berlangsung demikian erat dan mudahnya, dan terjadi diberbagai arena, baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial dan budaya. lni semua dimungkinkan oleh semakin maju dan berkembangnya teknologi informasi, media komunikasi dan alat transportasi. Khususnya bidang ekonomi dan bisnis, keadaan ini menyebabkan semakin tumbuhnya persaingan antar negara dan perusahaan dalam merebut pasar. Sebagai konsekwensi logisnya, perlombaan untuk menghasilkan kinerja dan kualitas produk dan jasa yang prima menjadi keharusan, yang pada gilirannya juga menurut kualitas SDM yang tinggi dan bersaing. 3. Bagimana Peningkatan Kualitas SDM Kualitas SDM pada dasarnya berkenaan dengan keahlian, kemampuan dan ketrampilan kerja seseorang melakukan berbagai kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang ikut serta menentukan kualitas hidupnya. Secara garis besar, bagi tenaga yang berada pada tingkat bawah/operasi menyangkut kualitas tehnis operasionalnya, yang menengah berkenaan dengan kualitas teknis operasional, supervisor dan managerialnya, dan bagi tenaga kerja tingkat tinggi menyangkut kualitas managerial dan komunikasinya. Untuk peningkatan kualitas SDM, pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga jalur utama, yaitu sebagai berikut : a. Jalur Pendidikan Formal, terdiri dari pendidikan umum dan kejuruan mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama dan atas, dan perguruan tinggi. Jalur pendidikan formal bertujuan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis, serta pengembangan watak dan kepribadian. b. Jalur Latihan Kerja, yaitu proses pengembangan keahlian dan ketrampilan kerja . Latihan kerja menekankan peningkatan kemampuan professional dan mengutamakan praktek daripada teori. Dengan demikian, menurut Simanjuntak (1992), sistem latihan kerja dapat dipandang sebagai kelengkapan atau suplemen sistem pendidikan formal. Tegasnya, nilai-nilai masyarakat yang menyangkut sikap mental, moral dan dedikasi terhadap pelaksanaan tugas dapat dikembangkan meialui sistem latihan kerja. Nilai-nilai pengembangan bakat, kreativitas, inovasi, ketrampilan dan motivasi kerja biasanya ditumbuhkan dilingkungan pendidikan

91

formal dan dikembangkan dalam proses latihan kerja. Sehingga daiam hal ini program latihan dapat memberikan tambahan nilai bagi keluaran sistem pendidikan formal. c. Jalur Pengalaman Kerja, yaitu wahana meialui mana seseorang dapat meningkatkan pengetahuan teknis maupun ketrampilan kerjanya dengan mengamati orang lain, menirukan dan melakukan tugas-tugas pekerjaan yang ditekuninya. Dengan melakukan pekerjaan secara berulang-ulang, seseorang bukan saja akan menjadi lebih mahir meiaksanakan tugasnya tetapi juga akan terbuka peluang baginya untuk menemukan cara-cara kerja yang lebih praktis, efisien dan lebih baik dalam melaksanakan pekerjaan yang dimaksud.

Pengembangan IPTEK Upaya yang lain adalah menurut Suriasumantri (1991) menjelaskan bahwa'teknologi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah dalam bentuk peralatan yang membantu manusia memecahkan masalah-masalah yang bersifat praktis. Peralatan ini bisa berupa perangkat lunak yang berbentuk metode dan teknik, atau perangkat kera yang berbentuk peralatan fisik". Selanjutnya, pengembangan dan penerapan IPTEK haruslah didukung oleh SDM yang berkualitas metalui pendidikan dan petatihan, penataan sistem keiembagaan, serta penyediaan sarana dan prasarana penefitian, penerapan dan pengembangan yang memadai. Dalam konteks ini, perhatian pada imbalan, jaminan karier dan promosi,kondisi kerja, dana penefitian dan pengembangan yang mendorong orang untuk berprestasi optimal sangatiah diperlukan. Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa dalam rangka pengembangan IPTEK ini kita harus senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya bangsa, serta memperhatikan keterbatasan sumber daya dan kelestahan lingkungan hidup. Ha] ini penting, karena seperti kata Suriasumantri (1991) :"Sebagai alat, teknologi bagaikan pisau bermata dua, dapat dipakai untuk kebaikan manusia atau sebaliknya, juga dapat membawa dampak yang berakibat buruk". Sebagai contoh, seorang pemakai komputer yang ahli dapat menggunakan komputernya untuk menghitung dan menyelesaikan persoalan matematika dan statistika yang rumit dalam waktu amat cepat; dan pada kesempatan lain komputer dan keahliannya itu dapat juga dipakai untuk membobol bank. Jadi, manfaat yang diberikan oleh suatu teknologi tidak lagi ditentukan oleh teknologi itu sendiri, melainkan oleh manusia sebagai mahiuk yang mempergunakan teknologi tersebut. Untuk menghasilkan manusia yang berkualitas seperti yang ditentukan oleh GBHN, peranan pendidikan dan latihan menjadi sangat strategis. Pada masa yang akan datang, sistem pendidikan hendaknya senantiasa diarahkan pada penyediaan tenaga kerja yang cakap, sepadan (match) dengan kebutuhan pembangunan, disamping juga dapat menumbuhkan kemampuan tenaga keoa itu sebagai kekuatan yang mendorong pembangunan nasional. Dalam kaitan ini, maka usaha-usaha membina dan mengembangkan keterkaitan (link) antara lembaga pendidikan dengan dunia keda dan industri harus menjadi priohtas. Harus diakui bahwa selama ini kita sangat kekurangan dalam menangani masalah "link and match" ini, sehingga lembaga pendidikan kita selama ini lebih banyak sibuk menghasilkan lulusan yang sulit mendapatkan pekerjaan danlatau sulit bekerja. Perbaikan Organisasi Usaha-usaha ke arah peningkatan mutu SDM tidak bisa lepas dari usaha-usaha perbaikan organisasi dan kinerja organisasi pendidikan pada umumnya, termasuk organisasi perguruan tinggi. Berkaitan dengan peningkatan kinerja perguruan tinggi maka upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah : a. Pengembangan SDM (pengajar dan staf penunjang) atau peningkatan mutu dan kualifikasi staf meialui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan organisasi; baik dibidang spesialisasi pekerjaan maupun dalam hal kemampuan bahasa lnggeris dan komputer. b. Pengembangan dan penyesuaian teknologi dan metode kerja yang dari waktu ke waktu terus berkembang dengan cepat. c. Peningkatan kerja sama dengan instansillembaga lain yang terkait, baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk menunjang kegiatan pendidikan dan riset. d. Perbaikan dan peningkatan sistem dan teknik manajemen di bidangbidang yang terkait, seperti : pengendalian mutu terpadu (TQM) dan reenginering.

92

e. Monitoring dan evaluasi proses dan kinerja organisasi secara terus menerus untuk mendapatkan masukan bagi usaha-usaha perbaikan mutu berkelanjutan (continous improvement). f. Evaluasi dan pembaharuan kurikulum secara periodik sehingga mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan yang berubah secara cepat dari waktu ke waktu. g. Pembentukan dan pemantapan budaya dari ikiim akademik yang mendukung bagi tercapainya kinerja institusi yang tinggi. PENUTUP Akhimya sebagai penutup dari paper ini, ada bebarapa pokok yang dapat di simpulkan antara lain: Teknologi informatika yang makin merambah berbagai bidang mendorong SDM untuk terus semakin meningkatkan kualitasnya dalam penguasaan Iptek. Karena SDM yang berkualitas merupakan kunci bagi keberhasilan kita menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas yang berintikan persaingan. Karenanya berbagai usaha dalam meningkatkan kualitas SDM harus terus menerus diupayakan. Salah satu upaya Pengembangan SDM bagi Iptek adalah tidak terlepas landasan nilai agama dan budaya perlu sekaii untuk menjamin terkendalinya pemanfaatan IPTEK demi tujuan-tujuan yang meningkatkan kesejahteraan orang banyak, dan bukan sebaliknya. Upaya yang lainnya untuk menghasilkan SDM yang berkualitas , maka kinerja organisasi penyelenggara pendidikan tinggi mempunyai peran yang penting. Dengan melihat kecenderungan kebutuhan tenaga keda pada masamasa mendatang, nampaknya pendidikan professional, termasuk pendidikan program diploma, merupakan alternatif yang tepat bagi pengembangan kualitas SDM yang sesuai dengan tuntutan kerja di masa-masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA 1. Batubara, Cosmas, 1992, "Masalah Tenaga Kerja di Indonesia" Jurnal 2. Ilmu-Ilmu Sosial, 3: 3-12. 3. Djojonegoro, W.(1993), Link and Match, Makalah Rapat Kerja Nasional, 4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Depdikbud. 1 1995, Pembangunan Pendidikan Nasional Dalam Memacu Pertumbuhan Ekonomi Menjelang Era Persaingan Global, Kajian, No.002/Th.l-.4-31. 5. Dahlan Abdullah,ST, PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG INFORMATIKA DALAM ERA GLOBALISASI DAN INDUSTRI 6. Habibie, B.J.1990, Peranan limu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Proses 7. Transformasi Masyarakat, Makalah Simposium Nasional Cendikiawan Muslim, Malang. 8. Inggriani Liem Farid Wazdi, Sri Purwanti : "Paradigma Pemrograman di masa mendatang", Seminar Komunikasi Hasi Penelitian ITB, 1994. 9. Informasi singkat tentang Jurusan Teknik Informatika (Program Studi Sarjana dan Megister), FTI-ITB, Maret 1997. 10. Isfenti Sadalia, Tantangan dan Peluang Sumber Daya Manusia di Era Globalisasi, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara 11. "Pengembangan Silabus Rekayasa Perangkat Lunak untuk Program Pasca Sarjana Teknik Informatika", Laporan Akhir dari Program Peningkatan Relevansi Pendidikan Teknik, DiktiDepdikbud, maret 1997) 12. Naisbitt, John & Aburden, Patrivia, 1990. Ten New Directions For the 13. 1990's Megatrends 2000. Megatrends Ltd. 14. Pramutadi,S,1996. Paradigma Baru Pengelolaan Pendidikan Tinggi, 15. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

93

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII SMP NEGERI 2 UNGARAN ABSTRAK Widya Latif Kartika

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Hasil observasi awal di SMP 2 Negeri Ungaran diperoleh data bahwa pembelajaran IPS Terpadu di kelas VII memiliki indikasi hasil belajar yang rendah. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebanyak 67,6 % siswa kelas VII memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimum. Untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu, maka dilakukan penelitian dengan metode kooperatif tipe Group Investigation. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII (2) apakah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation efektif untuk mengajarkan IPS Terpadu kelas VII (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPS Terpadu pada kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Ungaran tahun pelajaran 2009/2010. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cara cluster random sampling diambil sampel sebanyak 2 kelas yaitu siswa kelas VII-9 sebagai kelompok kontrol yang dikenai pembelajaran dengan metode konvensional dan siswa kelas VII-3 yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Pada akhir pembelajaran, kedua kelompok sampel diberi tes dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembedanya. Metode Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi, tes dan angket. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data hasil tes dari kedua kelompok, diperoleh bahwa data kedua kelompok sampel normal dan homogen. Dari hasil perhitungan dengan uji t diperoleh = 3. 102 dan = 1, 67, > maka ditolak, artinya diterima. Jadi rata-rata nilai tes hasil evaluasi pembelajaran kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol yaitu dengan rata-rata kelas kontrol mencapai 63,38 dan rata-rata kelas eksperimen mencapai 71, 17. Hal ini berarti, terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar yang signifikan. Jadi rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Kemudian tanggapan siswa terhadap pembelajaran Group Investigation sebesar 79, 3% dengan katagori sangat setuju dan setuju. Hal ini berarti siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran Group Investigation. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Sehingga pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode konvensional dan siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran Group Investigation. Disarankan guru dapat mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan menerapkan pada pokok bahasan lain serta hendaknya guru menerapkan suatu model pembelajaran yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Kata Kunci: Cooperative learning, Group Investigation, dan hasil belajar PENDAHULUAN Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparitas antara pencapaian academic standard dan performance standard. Faktanya banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya(Suprijono, 2009: VI-VIII).

94

Menurut Depdiknas, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. IPS terpadu menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah yang dianggap membosankan karena terlalu banyak materi sehingga para siswa susah dan malas memahami semua materi pada IPS Terpadu. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa cenderung pasif, tidak terjadinya komunikasi yang maksimal antara guru dan siswa, siswa hanya mendengarkan ceramah guru, sehingga pada saat mereka dihadapkan materi yang sangat banyak susah bagi para siswa untuk memahaminya dan tujuan pembelajaran tidak tercapai dan hasil belajar siswa rendah. Hal tersebut terbukti banyak siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Ungaran yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Sebanyak 68 % siswa kelas VII memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimum. Kriteria ketuntasan minimum di SMP Negeri 2 Ungaran untuk mata pelajaran IPS Terpadu adalah 68. Sugandi (2004: 84) menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan inti atau jantungnya strategi pembelajaran. Jadi untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran menggunakan kemasan metode mengajar, strategi belajar-mengajar ataupun model pembelajaran yang tepat. Untuk itu diperlukan cara atau prosedur bagaimana mengorganisir unsur-unsur tersebut agar menghasilkan hasil belajar yang lebih efektif. Dalam rangka memecahkan masalah tersebut para pakar pendidikan Indonesia mengenalkan apa yang disebut model pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar adalah pembelajaran kooperatif. The students written statements of their perceptions and experience of learning with the Group Investigation method provided insights into their attitudes and orientations toward school learning. Four main categories of positive statements emerged. One category indicated that the Group Investigation method was interesting,fun and effective, while the other categories reflected the students positive perception of their social relationships, learning skills and academic achievement interms of deeper understanding of the topics investigated. Sharan & Sharan, 1992, 1999 (Chin Tan, 2005: 1). (Para siswa menulis pernyataan dari persepsinya dan pengalaman mereka belajar dengan metode Investigasi Kelompok yang memberikan wawasan ke dalam sikap dan orientasi terhadap belajar sekolah. Munculnya empat kategori utama dari pernyataan positif. Salah satu diantaranya mengindikasikan bahwa metode Grup Investigation sangat menarik, menyenangkan dan efektif, sementara kategori lain mencerminkan pendapat positif siswa tentang hubungan sosial mereka, keahlian pembelajaran dan pencapaian prestasi akademik dalam hal pemahaman yang mendalam mengenai topik yang diinvestigasi). 2.1 LANDASAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Gagne (Chatarina, 2006: 2) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnya (Arsyad, 2002: 1). Teori Belajar Teori dari R. Gagne Terhadap masalah belajar, Gagne (Anni, 2006: 71) memberikan dua definisi, yaitu : 1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan , kebiasaan, dan tingkah laku ; 2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Mulai masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan lingkungan, tetapi baru dalam bentuk sensori-motor coordination. Kemudian ia mulai belajar berbicara dan menggunakan bahasa. Kesanggupan untuk menggunakan bahasa ini penting artinya untuk belajar. Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut The domains of learning yaitu : 1. Keterampilan Motorik (motor skill)

95

2. Informasi verbal 3. Kemampuan Intelektual 4. Strategi kognitif 5. Sikap Hasil Belajar Menurut Bennyamin Bloom dalam Suprijono (2009: 6-7) mengklasifikasikan hasil belajar yang secara garis besar di bagi menjadi tiga ranah sebagai berikut. a. Ranah kognitif b. Ranah afektif c. Ranah psikomotoris Ketuntasan Ketuntasan Belajar Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Ini disebut mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh ( Nasution, 2003: 36). Menurut Budiarsih (2007: 27) secara sederhana konsep belajar tuntas mengatakan bahwa bilamana siswa diberi kesempatan mempergunakan waktu yang dibutuhkannya untuk belajar, dan ia mempergunakan dengan sebaik-baiknya, maka ia akan mencapai tingkat hasil belajar yang seperti yang diharapkan atau dengan kata lain akan dirumuskan bahwa setiap siswa yang mempunyai kecakapan rata-rata atau normal, jika diberi waktu yang cukup untuk belajar, mereka akan menyelesaikan tugas- tugas secara tuntas sepanjang kondisi belajar yang tersedia cukup menguntungkan. Menurut Budiarsih (2007: 32) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan (Slavin, 1995: 73). Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Group Investigation menurut Sharan & Sharan, 1992, 1999 dalam (Chin Tan, 2005: 1) mengharuskan mahasiswa untuk membentuk kelompok-kelompok kepentingan kecil, merencanakan dan melaksanakan penyelidikan, mensintesis anggota kelompok temuan dan membuat presentasi untuk seluruh kelas. Slavin (2008: 218) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut: a. Tahap 1 : Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam b. Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari. c. Tahap 3: Melaksanakan Investigasi d. Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir e. Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir Pembelajaran Konvensional Menurut Budiarsih (2007: 55) dalam proses belajar mengajar jenjang pendidikan dasar dan menengah, metode yang sering dan banyak dilakukan oleh guru adalah metode ceramah, namun kadang disertai pertanyaan. Gulo (2002: 136) mengemukakan bahwa ceramah merupakan satusatunya metode yang konvensional dan masih tetap digunakan dalam strategi belajar mengajar. METODOLOGI PENELITIAN Populasi Dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 173 siswa kelas VII SMP Negeri 2 Ungaran. Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga mewakili populasinya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu, kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Setelah diketahui banyak sampel berdistribusi normal dan

96

homogen, maka sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Cluster Random Sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara lain: siswa diampu oleh guru yang sama, siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama dan pembagian tidak ada kelas yang unggulan. Pada penelitian ini diambil satu kelas untuk kelas kontrol yang dikenai model pembelajaran konvensional yaitu kelas VII-9 sejumlah 29 siswa. Kemudian satu kelas eksperimen untuk pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yaitu kelas VII-3 sejumlah 29 siswa. Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat merupakan suatu akibat yang keadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Sedangkan variabel bebas adalah variabel yang secara sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam variabel ini penelitiannya adalah: 1. Varibel bebas : a. metode kooperatif model Group Investigation b. metode konvensional 2. Variabel terikat : hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Ungaran. Instrument Penelitian Instrumen penelitian dalam penelitian ini meliputi: soal tes, angket dan lembar observasi untuk siswa. 1. Soal tes Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Jumlah yang diperoleh kemudian n dikonsultasikan dengan dengan taraf signifikan 5 % dan n = 23, bila > maka instrumen ini sudah valid. Dengan sebesar 0.563 dan sebesar 0.413. Berdasarkan hasil uji validitas terdapat 25 butir soal yang valid. Realibilitas Realibilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama. Berdasarkan uji realibilitas, diperoleh = 0.862, dan = 0.413 dan n = 23 dan taraf nyata 5 %. Bila ( > maka instrumen ini sudah realiabel. Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal N Kriteria No. Soal Ju o. mlah 1 Sukar 20, 22, 25, 28 3 . 2 Sedang 2, 3, 4, 6, 7, 9, 12, 13, 16, 17, 18, 21, 15 . 24, 27, 30. 3 Mudah 1, 5, 10, 14, 15, 23, 29 7 . Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh. Berdasarkan hasil uji coba soal dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

97

Tabel 3.2 : Perhitungan Daya Beda Soal N Kriteria No. Soal o. 1 . 2 . 3 . Cukup baik sekali Baik 16 2, 4, 6, 7, 9, 13, 15, 17, 18, 20, 23, 27, 29, 30. 1, 3, 5, 10,12, 14, 21, 22, 24, 25.

Ju mlah 1 14 10

2. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran dikelas, yaitu untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran. 3. Angket Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana respon siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dilaksanakan, apakah mendapat respon positif atau negatif. Teknik analisa data Analisis tahap awal Uji normalitas Sebelum sampel diberi perlakuan maka perlu dianalisis dahulu melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata, Dengan taraf signifikan 5 % derajat kebebasan pembilang (dk) pembilang = dan derajat kebebasan (dk) penyebut = . Dapat pula ditentukan dengan = Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Tolak Ho jika > Uji Kesamaan Rata-rata Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dua kelompok sebelum perlakuan maka perlu di uji menggunakan uji kesamaan dua rata-rata. Hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :

Kriteria pengujian adalah Ho diterima jika <t< dengan peluang (1-) dengan dk = dan Ho ditolak jika t mempunyai harga-harga lain. Analisis Tahap Akhir Sebelum dilakukan analisis data akhir terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun rumus yang digunakan adalah seperti pada analisis data awal, setelah itu baru dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir penelitian apakah Ho diterima atau ditolak. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :

= rata-rata hasil belajar pada kelas ekperimen = rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol Kriteria Ho diterima jika dengan taraf signifikansi 5% dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga lain. Lembar Observasi 1. Lembar observasi aspek afektif 2. Lembar observasi aspek Psikomotorik 3. Lembar Observasi Tanggapan siswa HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ungaran. SMP Negeri 2 Ungaran merupakan salah satu sekolah menegah pertama yang berada di kecamatan Ungaran kabupaten Semarang.

98

Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2010. Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini merupakan hasil studi lapangan untuk memperoleh data baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Data kognitif diambil setelah melakukan kegiatan pembelajaran, sedangkan data afektif dan psikomotorik diambil saat pembelajaran berlangsung. Analisis data tahap akhir meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua varians( homogenitas), dan uji hipotesis. Uji Normalitas 1. Uji Normalitas nilai akhir pada kelompok eksperimen Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh = 7, 0192 dan = 7, 81. Karena < artinya data yang diperoleh berdistribusi normal. Jadi nilai evaluasi pembelajaran pada kelompok eksperimen berdistribusi normal (lampiran 13: 103). 2. Uji normalitas nilai akhir pada kelompok kontrol Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh = 5, 6055 dan = 7, 81. Karena < artinya data yang diperoleh berdistribusi normal. Jadi nilai evaluasi pembelajaran pada kelompok kontrol berdistribusi normal (lampiran 12: 102). Uji Kesamaan Dua Varian (Uji homogenitas) Uji homogenitas ini digunakan uuntuk mengetahui apakah nilai evaluasi sampel yang diambil mempunyai varian yang homogen. , artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians sama. , artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians tidak sama. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas dengan taraf nyata 5 %, diperoleh = 1, 4781 dan = 1, 88. Karena < maka diterima yang artinya kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama. Perhitungan selengkapnya terdapat pada (lampiran 14: 104). Uji Hipotesis , artinya rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada kelas kontrol. artinya rata-rata nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih dari rata-rata nilai hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen diketahui = 71,17 dan = 73, 862 Pada kelompok kontrol diketahui = 63,38 dan = 109, 172 Dari kedua kelompok diperoleh = 9, 566 Dengan uji t diperoleh = 3. 102 dan = 1, 67 Karena > maka ditolak, artinya diterima. Jadi rata-rata nilai tes hasil evaluasi pembelajaran kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Perhitungan selengkapnya terdapat pada (lampiran 15: 105). Tanggapan Siswa terhadap pembelajaran Group Investigation Hasil tanggapan siswa kelas eksperimen adalah untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran Group Investigation dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 4.1. Hasil Tanggapan Siswa No Kriteria Sikap Skor Range Skor Frekuensi % 1 Sangat Setuju 4 35.5-38 7 24.1 2 Setuju 3 33-35.5 16 55.2 3 Kurang Setuju 2 30.5-33 4 13.8 4 Tidak Setuju 1 28-30.5 2 6.9 Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa tanggapan siswa kelas eksperimen prosentase kriteria sikap sangat setuju adalah 7 (24,1 %), sedangkan siswa yang setuju sebanyak 16 (55,2 %). Siswa yang kurang setuju sebanyak 4 (13,8 %) dan siswa yang tidak setuju sebanyak 2 (6,9 %). Jadi prosentase terbesar siswa adalah setuju menggunakan pembelajaran Group Investigation.

99

Berdasarkan hasil anlisis data awal dari ulangan tengah semester siswa kelas VII-3 dan VII-9 pada semester genap di SMP Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang tahun 2009/2010, diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen serta dari uji kesamaan rata-rata menunjukan < < , yaitu = 0,162 dan = 1, 67, maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berangkat dari keadaan awal yang sama. Perhitungan selengkapnya terdapat pada (lampiran 78: 97-98). Selanjutnya kedua sampel tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan Group Investigation (kelas VII-3) sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional (kelas VII-9). Berdasarkan tanggapan siswa kelas eksperimen prosentase kriteria sikap sangat setuju adalah 7 (24,1 %), sedangkan siswa yang setuju sebanyak 16 (55,2 %). Siswa yang kurang setuju sebanyak 4 (13,8 %) dan siswa yang tidak setuju sebanyak 2 (6,9 %). Jadi prosentase terbesar siswa adalah setuju menggunakan pembelajaran Group Investigation. Hal tersebut menunjukan pengaruh positif tanggapan siswa kelas eksperimen atas pembelajaran Group Investigation. Perbedaan perolehan nilai aspek kognitif dapat dilihat pada perhitungan antara nilai rata-rata post test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, pada kelas kontrol rata-rata kelas sebesar 63, 38 sedangkan kelas eksperimen rata-rata kelas sebesar 71, 17. Ini membuktikan bahwa pembelajaran pada kelas eksperimen yang diajar menggunakan metode Group Investigation lebih efektif dari pada pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode cemarah. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : a. Ada perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran IPS terpadu antara pembelajaran dengan metode Group Investigation dan pembelajaran dengan metode konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Ungaran. Adapun perbedaannya dapat dilihat nilai post tes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen memiliki rata-rata 71,17 sedangkan pada kelas kontrol memiliki rata-rata nilai sebesar 63,38. b. Hasil uji perbedaan rata-rata menggunakan uji t diperoleh = 3. 102 dan = 1, 67. Karena > maka ditolak, artinya diterima. Jadi rata-rata nilai tes hasil evaluasi pembelajaran kelompok eksperimen lebih efektif daripada kelompok kontrol pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 2 Ungaran tahun pelajaran 2009/2010. c. Berdasarkan hasil tabel tanggapan siswa kelas eksperimen prosentase kriteria sikap sangat setuju adalah 7 siswa (24,1 %), sedangkan siswa yang setuju sebanyak 16 siswa (55,2 %). Siswa yang kurang setuju sebanyak 4 siswa (13,8 %) dan siswa yang tidak setuju sebanyak 2 siswa (6,9 %). Jadi prosentase terbesar siswa adalah setuju menggunakan pembelajaran Group Investigation pada mata pelajaran IPS Terpadu. Saran Saran yang dapat penyusun berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini sebagai berikut: a. Bagi siswa 1. Siswa lebih dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, supaya dalam proses belajar mengajar berlangsung optimal. 2. Siswa diharapkan lebih berani mengeluarkan pendapat dalam proses pembelajaran Group Investigation, supaya pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan. b. Bagi guru Guru dalam menerapkan metode pembelajaran perlu didukung lebih banyak lagi media pembelajaran sehingga penyampaian belajar mengajar berlangsung optimal. c. Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan di SMP Negeri 2 Ungaran perlu ditingkatkan sarana yang menunjang pembelajaran IPS Terpadu, seperti menambah sarana prasarana pada laboratorium IPS.

100

DAFTAR PUSTAKA Anni, Catharina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Budiarsih, Riani. 2007. Keefektifan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan MOD (Math On Display) Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi geometri siswa kelas VII. Dalam Tesis. Semarang: UNNES. Chin Tan, Ivy Geok.,Shlomo Sharan, dan Christine Kim-Eng Lee. 2005. Students Perceptions of Learning Geography through Group Investigation in Singapore. International Research in Geographical and Environmental Education Vol. 14, No. 4, 2005 261. Singapore: National Institute of Education, Singapore. Pusat Bahasa dan Departemen Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ibrahim, M.dkk. 2002. Pembelajaran Kooperatif . Surabaya: Unesa Press. Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo. Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. London: Allyn & Bacon Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning : Theory, Research and Practice. London: Allyn & Bacon Solihatin, Etin dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara. Somantri, Ating dan Muhidin, Sambas Ali. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka. Yasa, Doantara. 2008. Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)

101

Pengaruh Strategi Guru Mengajar Dan Strategi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu Kelas VII Di SMP Negeri 5 Ungaran Abstrak Winarti Makalah ini berisi tentang bagaimana manfaat sebuah strategi dalam proses belajar mengajar. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif presentase dan analisis regresi linear berganda dengan bantuan SPSS For windows release 16. Hasil deskriptif presentase menunjukkan bahwa strategi guru mengajar termasuk dalam kategori baik 72,15%, strategi belajar siswa termasuk kategori sedang sebesar 59,93% dan hasil belajar siswa masuk dalam kategori sedang sebesar 58,51%. Hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan = 4,181+ 0,118 X1 + 0,199 X2. Berdasarkan perhitungan uji simultan diperoleh Fhitung sebesar 36,180 dengan signifikasi = 0,000< 0,05 karena signifikasi kurang dari 0,05 maka Ha3 diterima. Pada pengujian secara parsial dengan uji t diperoleh Fhitung untuk X1 sebesar 5,093 dengan nilai signifikasi 0,000 dan X2 sebesar 6,592 dengan nilai signifikasi 0,000 karena signifikasi kurang dari 0,05 maka Ha1 dan Ha2 diterima. Secara simultan strategi guru mengajar (X1) dan strategi belajar siswa (X2) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu (Y) sebesar 37,6%. Sedangkan secara parsial, pengaruh strategi guru mengajar (X 1) terhadap Y sebesar 17,81% dan pengaruh strategi belajar siswa sebesar (X2) sebesar 26,63%. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh dari strategi belajar siswa lebih besar pengaruhnya dibandingkan strategi guru mengajar terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu kelas VII di SMP Negeri 5 Ungaran. Kata Kunci : Hasil belajar siswa, strategi mengajar guru, strategi belajar siswa

Pendahuluan Latar belakang masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan pendidikan itu sendiri untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Sahertian (2000:1) salah satu usaha yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran disekolah. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. (Slameto 2003:1). Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar siswa mengalami perkembangan dan peningkatan. Hasil belajar yang baik merupakan hal yang paling didambakan oleh setiap siswa yang sedang belajar. Hasil belajar dapat dijadikan indikator keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar (Sardiman 2006:49). Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru sebagai hasil penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran tersebut (Tuu 2004:75). Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa yang tepat. Strategi mengajar merupakan salah satu usaha guru bagi anak didiknya agar bisa memahami dengan mudah konsep materi yang diajarkan. Strategi mengajar bagi guru merupakan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.

102

Setiap strategi mengajar yang dirancang guru bertujuan untuk mempermudah proses belajar siswa, agar dapat mencapai hasil yang maksimal (Wena 2009:3). SMP Negeri 5 Ungaran terletak di Jalan Nakula kelurahan kalongan, kecamatan Ungaran Timur merupakan salah satu lembaga pendidikan yang letaknya sangat mendukung untuk kegiatan belajar mengajar. Suasana pedesaan yang tenang dan jauh dari keramaian serta ketersediaan berbagai sarana belajar yang memadai sangat menunjang aktivitas belajar siswa. SMP Negeri 5 Ungaran yang berstatus Sekolah Standar Nasional (SSN) dan memiliki tenaga pengajar yang profesional ditunjukkan dengan mayoritas guru sudah bergelar sarjana dan mengajar sesuai disiplin ilmu masing-masing, Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 5 Ungaran. Guru dalam mengajar sudah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi seperti : dengan membentuk kelompok belajar dalam memecahkan tugas yang diberikan guru, mengadakan tanya jawab dengan siswa, observasi, diskusi. Selain itu media yang digunakan dalam proses belajar mengajar meliputi penggunaan White Board, OHP, Alat Peraga dan LCD. Pada saat berlangsungnya proses pembelajaran siswa selalu aktif mengikuti pembelajaran dapat dilihat ketika guru memberikan pertanyaan semua siswa aktif berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu aktivitas siswa didalam kelas sangat tertip akan tetapi hasil belajar siswa yang dihasilkan belum optimal. Data nilai di SMP Negeri 5 Ungaran kelas VII sebagai berikut: Tabel 1.1 Nilai Rata-rata UAS IPS Terpadu Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010 No Kelas Jumla RataKriteria Jumlah siswa h rata Nilai Persen Nilai tdk Persen siswa Nilai Tuntas (%) Tuntas (%) UAS 1 VII A 30 60.13 BC 8 26.67% 22 73.33% 2 VII B 31 64.30 BC 14 45.16% 17 54.83% 3 VII C 29 56.15 BC 8 27.59% 21 72.41% 4 VII D 30 63.09 BC 10 33.33% 20 66.67% 5 VII E 30 64.43 BC 10 33.33% 20 66.6% 6 VII F 28 62.04 BC 5 17.86% 23 82.16% JUMLAH 178 61.69 BC 55 30.90% 123 69.10% (Sumber: Daftar Nilai UAS IPS Terpadu Kelas VII SMP 5 Ungaran) Ket : Terlampaui ( TL) Tercapai ( TC) Belum Tercapai (BC) Berdasarkan tabel 1.1 hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu yang dicapai siswa pada semester dua kelas VII di SMP Negeri 5 Ungaran sebagian besar siswa belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 68. Dari semua siswa kelas VII yang berjumlah 178, pesentase ketuntasan siswa yang mampu memenuhi KKM hanya 30.90% atau sekitar 55 anak. Sedangkan 123 siswa lainnya atau 69.10% belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimun (KKM) yang ditetapkan disekolah. Nilai rata-rata keseluruhan pada mata pelajaran IPS Terpadu dari keenam kelas yaitu 61.69 hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar hasil belajar siswa masih rendah dan jauh dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan dari pihak sekolah. Rumusan Masalah 1. Adakah pengaruh strategi guru mengajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu Siswa kelas VII SMP Negeri 5 Ungaran? 2. Adakah pengaruh strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Ungaran? 3. Adakah pengaruh strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP Negeri 5 Ungaran? Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi guru mengajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Ungaran.

103

2.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Ungaran. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Ungaran. Landasan Teori Pengertian hasil belajar Menurut Anni (2004:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Dimana perubahan perilaku tersebut tergantung dengan apa yang telah dipelajari oleh pembelajar. Sedangkan menurut Djamarah (2008:13) hasil belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik . Pengertian strategi mengajar Menurut Sudjana (2009:149) Strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Gulo (2002:2) mendefinisikan Strategi guru mengajar adalah suatu seni dan ilmu guru untuk membawakan pengajaran dikelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari definisi diatas dapat disimpulkan strategi guru mengajar adalah cara-cara atau usaha guru yang berbeda dalam upaya membelajarkan siswa supaya siswa mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Pengertian Strategi belajar Menurut Djamarah (2006:5) Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Menurut Roestiyah (2008: 1) yang mengatakan strategi belajar merupakan cara-cara belajar yang baik, teratur dan terarah serta terencana dengan mengatur waktu yang seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan menurut Brown (2007:119) menyatakan bahwa strategies are defined as the specific methods of approaching a problem or task, the modes of operation for achieving a particular and the planed design for controlling and manipulating certain information( Strategi didefinisikan sebagai metode spesifik menyelesaikan masalah atau tugas, cara-cara operasi untuk mencapai tujuan khusus dan desain yang direncanakan untuk mengendalikan dan memanipulasi informasi tertentu). Kerangka Berfikir Gambar 1.1 kerangaka berfikir
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Strategi Guru Mengajar (X1) Kemampuan guru dalam membuka pelajaran Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Kemampuan guru menyampaikan materi pelajaran Kemampuan guru menggunakan sumber belajar Kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran Kemampuan guru melakukan evaluasi pembelajaran Kemampuan guru menutup pelajaran (Wena 2009:18) STRATEGI BELAJAR SISWA (X2) Membuat jadwal dan pelakasanaanya Membaca dan membuat catatan Mengulangi bahan pelajaran Konsentrasi Mengerjakan tugas (Slameto 2003:82)

Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu (Y) Ranah kognitif Ranah afektif Ranah psikomotorik (Anni 2004:6)

1. 2. 3. 4. 5.

104

Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikumpulkan, maka hipotesis yang penulis ajukan sebagai dugaan sementara adalah sebagai berikut : 1. Ha1 : Ada pengaruh strategi guru mengajar terhadap hasil belajar siswa. 2. Ha2 : Ada pengaruh strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. 3. Ha3 : Ada pengaruh strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa Metodologi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Ungaran yang berjumlah 178 siswa, sedangkan sampel yang digunakan adalah Propotional Random Sampling yang dihitung dengan rumus slovin dengan persen kelonggaran 5% yaitu sebanyak 123 siswa. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas adalah strategi guru mengajar (X1) dan strategi belajar siswa (X2) serta hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (Y). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan angket, dokumentasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif presentase dan analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS for Windows release 16. Berdasarkan hasil uji coba angket kepada 20 responden waktu penelitian diketahui dari 63 butir soal yang diujikan terdapat 12 soal yang tidak valid karena rxy < rtabel = 0,444. Dengan demikian 51 soal saja yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Hasil uji reabilitas angket menggunakan rumus Alpha diperoleh koofisien sebesar 0,951. Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh rtabel 0,444. Karena koofisien tersebut lebih besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa angket tersebut realibel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Hasil Analisis Analisis Deskriptif Persentase Analisis Deskriptif Persentase adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel bebas yaitu strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa. Dalam analisis deskriptif ini, perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban dari masingmasing siswa yang diambil sebagai sampel ditulis dengan rumus sebagai berikut: % Dimana : n = Jumlah skor jawaban responden N = Jumlah skor jawaban ideal % = Tingkat persentase Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut : 1. Menentukan angka persentase tertinggi = (4/4) x 100% = 100% 2. Menentukan angka persentase terendah = (1/4) x 100% = 25% 3. Rentang persentase = 100 % - 25 % = 75 % 4. Interval kelas persentase = 75 % : 4 = 18,75 % Dengan demikian tabel kategori untuk masing-masing variabel yaitu strategi guru mengajar (X1) dan strategi belajar siswa (X2) adalah sebagai berikut : Tabel 1.2. Kriteria strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa No Interval Kriteria Strategi guru Strategi belajar mengajar siswa 1. 81,26% <%Skor 100% Sangat Baik Sangat Baik 2. 62,51% <%Skor 81,26 % Baik Baik 3. 43,76% <%Skor 62,50% Sedang Sedang 4. 25% % Skor 43,75% Tidak Baik Tidak Baik

105

Sedang tabel kategori nilai mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 5 Ungaran sebagai berikut : Tabel 1.3. Kriteria hasil belajar siswa No Interval Kriteria 1. 90 - 100 Sangat Baik 2. 79 89 Baik 3. 68 -78 Cukup 4. 0 - 67 Belum Tuntas Analisis Regresi berganda Pengaruh strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu dapat dilihat dari analisis regresi berganda yang meliputi uji parsial dan uji simultan. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil perhitungan seperti pada tabel 1.4 di bawah ini : Tabel 1.4. Hasil analisis regresi linier berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 nt) X1 (Consta B 4.181 .118 Std. Error 2.029 .023 .368 Standardize d Coefficients Beta t 2.061 5.093 Sig. .041 .000

X2 .199 .030 .476 6.592 .000 a. Dependent Variable: Hasil belajar (Sumber : data penelitian, yang diolah) Tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa dari hasil analisis diperoleh persamaan regresi ganda Y= 4,181+ 0,118 X1 + 0,199 X2. Persamaan regresi tersebut mempunyai makna persamaan tersebut diperoleh koefisien positif artinya kenaikan variabel independen akan diikuti kenaikan dependen Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t) Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji keberhatian pengaruh dari masing-masing variabel bebas, yaitu strategi guru mengajar (X1) dan strategi belajar siswa (X2) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu (Y). Tabel 1.5. Hasil Uji Parsial Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 nt) X1 (Consta B 4.181 .118 Std. Error 2.029 .023 .368 Standardize d Coefficients Beta t 2.061 5.093 Sig. .041 .000

X2 .199 .030 .476 6.592 .000 a. Dependent Variable: Hasil belajar Pengujian secara parsial ini digunakan uji t, dengan kaidah Ha diterima jika p value< 0,05 atau jika menggunakan penentuan kritis thitung > ttabel a. Pengaruh strategi guru mengajar (X1) terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu

106

b.

Berdasarkan tabel 1.5 tersebut terlihat bahwa thitung untuk variabel strategi guru mengajar sebesar 5,093 dengan taraf signifikasi 0,000. Karena taraf signifikasi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima yang berarti ada pengaruh antara strategi guru mengajar (X1) terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu (Y). Pengaruh strategi belajar siswa (X2) terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa thitung untuk variabel strategi belajar siswa sebesar 6,592 dengan taraf signifikasi 0,000. Karena taraf signifikasi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ha2 diterima yang berarti ada pengaruh antara strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu.

Koefisien Determinasi Parsial (Uji r2) Uji r2 untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan masing- masing variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen secara parsial. Pengujian dilakukan dengan SPSS for Windows release 16 sebagai berikut Tabel 1.6. Koefisien Determinasi Parsial (Uji r2) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 ant) X1 X2 (Const B 4.181 .118 .199 a. Dependent Variable:Hasil belajar Besarnya kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat diketahui dari besarnya koofisien determinasi secara parsial (r2) dari masing-masing variabel tersebut. Besarnya kontribusi strategi guru mengajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu adalah (0.422)2 atau 17,81% dan besarnya kontribusi strategi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu sebesar (0,516)2 atau 26,63% . Pengujian hipotesis secara simultan (uji F) Pengujian secara simultan ini mengggunakan uji F, dengan kaidah Ha diterima p value < 0,05. Tabel 1.7. Hasil analisis regresi secara simultan ANOVAb Sum of Mean Model Squares df Square F Sig. 1 n Residual Regressio 414.345 687.134 2 120 122 207.173 5.726 36.180 .000a Std. Error 2.029 .023 .030 .368 .476 Standardi zed Coefficients S Beta t ig. 2. . 061 041 5. . 093 000 6. . 592 000 .388 .491 .42 2 .51 6 .36 7 .47 5

Correlations Zeroorder Par tial Pa rt

Total 1101.480 a. Predictors: (Constant), X2, X1

107

Model 1 n Residual Regressio

Sum of Squares 414.345 687.134

df 2 120

Mean Square 207.173 5.726

F 36.180

Sig. .000a

Total 1101.480 122 b. Dependent Variable: Hasil Belajar (Sumber: data penelitian 2010, diolah) Tabel 4.27. Koefisien determinasi simultan ( Uji R2 ) Model Summary Mo del R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .613a .376 .366 2.39293 a. Predictors: (Constant), X2, X1 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi ganda menggunakan SPSS 16 diperoleh Fhitung = 36,180 dengan p value sebesar 0,000, karena p value < 0,05 maka Ha3 diterima, yang artinya ada pengaruh antara strategi guru mengajar (X1) dan strategi belajar siswa (X2) terhadap hasil belajar siswa. Jadi hipotesis Ha3 yang menyatakan ada pengaruh strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu diterima. Hasil analisis hubungan antara strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu diperoleh data harga koofisien korelasi secara simultan sebesar 0,613. Sedangkan besarnya kontribusi strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS secara simultan diketahui dari harga koofisien determinasi (R)2 yaitu sebesar 37,6%. Kesimpulan penjelasan diatas, bahwa strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa secara bersama-sama mempengaruhi hasil belajar siswa mata pelajaran IPS sebesar 37,6% dan sisanya 62,4 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan : 1. Ada pengaruh antara strategi guru mengajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu kelas VII di SMP Negeri 5 Ungaran 2. Ada pengaruh antara strategi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu kelas VII di SMP Negeri 5 Ungaran. 3. Strategi guru mengajar dan strategi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu kelas VII di SMP Negeri 5 Ungaran. Dalam penelitian ini variabel strategi belajar siswa mempunyai pengaruh lebih besar daripada variabel strategi guru mengajar. Daftar Pustaka Anni, ChatarinaTri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press Arif And Aysel. 2008. The effect of Relationship Between Learning and Teaching Strategies on Academic Achievement. Dalam jurnal Novitas-ROYAL, Volume 12 No. 2. Hal 126175 Departement of ELT: Hacettepe University. Djamarah, 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. ________, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. ________, 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gulo, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo. Sahaertian, 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sardiman, 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

108

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugandi, 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Pres Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarata: PT. Rineka Cipta. Tuu, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

109

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN STRATEGI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK TAMAN SISWA KUDUS. Abstrak Oleh : Rita Trisna Deasyanti Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh motivasi belajar, lingkungan keluarga dan strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI di SMK Tamansiswa Kudus secara parsial dan simultan. Dalam penelitian ini menggunakan populasi karena respondennya terdiri kurang dari 100 yaitu 88 siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah tiga variabel bebas yaitu motivasi belajar, lingkungan keluarga dan strategi belajar kemudian satu variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi, teknik analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian regresi linier berganda menunjukkan persamaan Y = 12,077 + 0,816 X1 + 0,584 X2 + 0,725 X3. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan baik secara simultan maupun parsial dari pengaruh motivasi belajar, lingkungan keluarga dan strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus. Kata Kunci : Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga, Strategi Belajar, Prestasi Belajar VI. PENDAHULUAN 1.3 Latar Belakang Hasil belajar siswa jurusan administrasi perkantoran kelas XI pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan masih belum optimal. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan yaitu 72,00. Data yang ada menunjukkan siswa yang belum mencapai nilai KKM terdiri dari siswa kelas administrasi perkantoran 1 terdapat 17 siswa yang belum tuntas dan kelas administrasi perkantoran 2 terdapat 27 siswa yang belum tuntas, data tersebut diambil dari jumlah populasi dari dua kelas sebanyak 88 siswa. Menurut pengamatan dan data yang ada diperoleh informasi bahwa siswa menyenangi mata pelajaran mengelola sistem kearsipan, sehingga pada saat pelajaran berlangsung siswa selalu memperhatikan penjelasan guru. Dari lingkungan keluarga sebagian besar siswa berasal dari kondisi keluarga menengah kebawah, namun perhatian dan pengawasan orangtua terhadap anaknya mengenai pendidikan serta tersedianya dana yang cukup untuk biaya pendidikan dapat mendorong anak untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Berdasarkan Observasi yang peneliti lakukan di SMA Tamansiswa Kudus strategi belajar siswa diduga sudah baik, terlihat dari aktivitas siswa didalam kelas baik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan dilihat situasi siswa yang tenang ketika pada saat guru memberikan meteri pelajaran, tetapi prestasi siswa yang dihasilkan belum optimal. Berdasarkan hal diatas, motivasi belajar, lingkungan keluarga dan strategi belajar siswa pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan siswa untuk mencapai prestasi belajar. Melihat keadaan yang demikian, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dengan mengambil judul penelitian Pengaruh Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga, Dan Strategi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Tamansiswa Kudus 1.4 Rumusan Masalah

110

Dari identifikaksi masalah di atas penelitian ini akan dibahas tentang beberapa masalah diantaranya: 4. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan adminintrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus? Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus 6. Adakah pengaruh strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus? 7. Adakah pengaruh motivasi belajar, lingkungan keluarga, dan strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus? VII. LANDASAN TEORI 2.3 Konsep Dasar tentang Prestasi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010: 2 ). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang diperoleh setelah mengalami proses belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari oleh pembelajar, yang menjadi tujuan dari pembelajaran adalah pendiskripsian tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau gambaran produk yang menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut sudah terjadi. Hasil belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan merupakan hasil perubahan perilaku berupa pengetahuan yang siswa dapatkan setelah proses pembelajaran dan keterampilan mengelola kearsipan yang siswa peroleh. 2.4 Konsep Dasar tentang Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2007 :73), motivasi berasal dari kata motif dapat dikatakan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, atau motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. 2.5 Konsep Dasar tentang Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak, karena sebagian besar kehidupan anak berada ditengah-tengah keluarganya. Untuk mengoptimalkan kemampuaan dan kepribadian anak, orangtua harus menumbuhkan suasan edukatif dilingkungan keluarganya sedini mungkin. Suasana edukatif yang dimaksud adalah orangtua yang mampu menciptakan pola hidup dan tata pergaulan dalam keluarga dengan baik sejak anak dalam kandungan (Suwarno, 2009:40). 2.6 Konsep Dasar tentang Strategi Belajar Strategi belajar dalam penerapannya pada siswa memiliki tujuan untuk membentuk siswa mandiri dan diharapkan siswa memiliki kesadaran yang timbul dari dalam, mau dan mampu belajar. Penentuan strategi belajar umumnya tidak seluruhnya efektif bagi setiap orang, artinya: mungkin strategi yang digunakan itu efektif untuk seseorang, namun tidak efektif bagi orang lain. Kebermaknaan strategi belajar yang efektif itu tergantung pada karakteristik individu dalam belajar, dan penggunaan strategi belajar dalam mempelajari sesuatu. Apabila yang dipelajari itu berupa konsep, misalnya, tentu menggunakan strategi yang berbeda ketika seseorang belajar dengan fakta. VIII. METODOLOOGI PENELITIAN 3.6 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, artinya pendekatan ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh atau tidak antara variabel bebas dan variabel terikat dan seberapa besar pengaruh tersebut. selain itu penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif karena peneliti memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian ini mengkaji fakta-fakta yang sudah ada dan tidak memanipulasinya atau mengubah data tersebut sehinggga penelitian ini termasuk penelitian non eksperimen. 3.7 Populasi Penelitian 5.

111

3.8

Obyek dalan penelitian ini adalah seruh siswa kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa yang jumlahnya 88 siswa, berhubung jumlah obyek yang diteliti kurang dari 100 maka peneliti menggunakan penelitian jenis populasi. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah: Motivasi Belajar Menurut Mc Donald (Sardiman,2010:73) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2). Dengan indikator : (a) Tekun menghadapi tugas, (b) Ulet menghadapi kesulitan, (c) Berorientasi jauh kedepan, (d) Senang mencari dan memecahkan masalah. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak, karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-tengah keluarganya. Dengan indikator : (a) Cara orang tua mendidik, (b) Relasi antar anggota keluarga, (c) Keadaan ekonomi keluarga,(d) Suasana rumah. Strategi Belajar Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Dengan indikator : (a)Membuat jadwal dan pelaksanaannya, (b) Membaca dan membuat catatan, (c) Mengulangi bahan pelajaran, (d) Konsentrasi, (d) Mengerjakan tugas. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang diperoleh setelah mengalami proses belajar. Indikator hasil belajar adalah nilai dari tes subsumatif atau nilai ulangan tengah semester. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut: Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi, 2006: 151). Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah untuk mengetahui tanggapan responden tentang motivasi belajar, lingkungan keluarga, dan strategi belajar. Pertanyaan yang disediakan dalam angket merupakan jenis pertanyaan tertutup, dimana responden telah diberikan pilihan jawaban. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa cacatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, leger, agenda dan sebagainya (Suharsimi, 2006:158). Peneliti menggunakan teknik dokumentasi ini karena ingin memperoleh data-data yang relevan dengan tujuan penelitian sehingga dapat mempermudah dalam proses penelitian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data berupa daftar nilai ulangan tengah semester dari pihak guru mata pelajaran mengelola sistem kearsipan di SMK Tamansiswa Kudus Teknik Analisis Data. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Analisis Deskriptif Uji Asumsi Klasik d. Uji Normalitas e.Uji Multikolinieritas f. Uji Heteroskedastisitas Analisis Regresi Linier Berganda

3.8.1

3.8.2

3.8.3

3.8.4

3.9

3.

4.

3.10 5. 6.

7.

112

IX.

8. Koefisien Determinasi Simultan dan Parsial HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria Deskriptif Motivasi Belajar No. Frekuen Rentang Kriteria si 1. 81,26Sangat 53 100 tinggi 2. 62,5131 Tinggi 81,25 3. 43,764 Sedang 62,50 4. 25-43,75 0 Rendah

Persentase 60% 35% 5% 0%

Kriteria Deskriptif Lingkungan Belajar N Frekuen Rentang Kriteria o. si 1 81,26Sangat 37 . 100 tinggi 2 62,5139 Tinggi . 81,25 3 43,769 Sedang . 62,50 4 253 Rendah . 43,75 Kriteria Deskriptif Strategi Belajar N Rentang Kriteria 1 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah

Persentas e 42% 44% 10% 3%

o. .

81,26100 2 62,51. 81,25 3 43,76. 62,50 4 25. 43,75

Frekuen si 38 45 4 1

Persentas e 43% 51% 5% 1%

Regresi linier berganda

113

Coefficientsa Stand ardized Unstandardize Coefficie d Coefficients nts Model 1 (Co nstant) X1 X2 X3 a. Dependent Variable: Y Hasil Koefisien Determinasi Secara Simultan Model Summary Model R R Square Adjusted Std. Error R Square of the Estimate .390 7.55597 B 12.0 77 .816 .584 .725 Std. Error 7.84 4 .332 .224 .273 .272 .238 .292 Si Beta t 1. 540 2. 459 2. 615 2. 655 g. .1 27 .0 16 .0 11 .0 09 .54 3 .43 5 .54 7 .2 59 .2 74 .2 78 .2 06 .2 19 .2 22

Correlations Zer o-order Pa rtial Pa rt

1 .641a .411 a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

Hasil Koefisien Determinasi secara Parsial Coefficientsa Stand ardized Unstandardize Coefficie d Coefficients nts Model 1 (Co nstant) X1 X2 X3 a. Dependent Variable: Y B 12.0 77 .816 .584 .725 Std. Error 7.84 4 .332 .224 .273 .272 .238 .292 Si Beta t 1. 540 2. 459 2. 615 2. 655 g. .1 27 .0 16 .0 11 .0 09 .54 3 .43 5 .54 7 .2 59 .2 74 .2 78 .2 06 .2 19 .2 22

Correlations Zer o-order Pa rtial Pa rt

114

X. PENUTUP 10.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara parsial dan simultan ada pengaruh yang positif motivasi belajar, lingkungan keluarga dan strategi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan prestasi belajar dengan kontribusi masing-masing 6,71%, 7,51%, dan 7,73%. Sedangkan secara simultan memberikan kontribusi sebesar 39%. 2. Ada pengaruh yang positif motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus. 3. Ada pengaruh yang positif lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus. 4. Ada pengaruh yang positif strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus. 10.2 Saran 1. Motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mengelola sistem kearsipan, maka dari itu siswa diharapkan lebih meningkatkan motivasinya baik intrinsik maupun ekstrinsik, bermotivasi secara intrinsik yaitu dengan lebih tekun dalam mengerjakan tugastugas belajarnya dan motivasi ekstrinsik yaitu dengan lebih sering untuk belajar kelompok dengan teman-teman, sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi. 2. Lingkungan keluarga siswa kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Tamansiswa Kudus sudah tergolong baik, cara orang tua dalam mendidik anaknya sudah tergolong tinggi, maka dari itu orang tua dalam mendidik dan memperhatikan anaknya lebih diutamakan lagi seperti memperhatikan jadwal belajar anaknya selama sekolah, sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi. 3. Strategi belajar sangat berpengaruh positif dengan prestasi belajar mengelola sistem kearsipan, maka dari itu agar prestasi belajar siswa jauh lebih bagus diharapkan siswa lebih meningkatkan strategi/cara belajarnya lebih efektif seperti membaca, karena membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. DAFTAR PUSTAKA Algifari. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: BPFE. Ali, muhammad. 1996. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Teknologi. Bandung: Angkasa. Anni, chatarina tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Baharuddin dan Esa. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-ruzz media. Barthos, basir. 2005. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta. Gamze S. Selcuk, Serap Caliskan, Mustafa Erol. 2007. Learning Strategies of Physics Teacher Candidates: Relationships with Physics Achievement and Class Level. Journal of Physics Education Department.pp. 511-512. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

115

Ibtesam Halawah. 2007. The Effect Of Motivation, Family Environment, And Student Characteristics On Academic Achievement. Journal Of Instructional Pshychology. 33/02: 91-99 Manuchehr Irandoust, Niklas Karlsson. 2002. Impact of preferences, Curriculum, and Learning Strategies on Academic Success. Journal Of Education Economics. 10/01. pp. 41-48. Nopitahari. 2009. Pengaruh Kompetensi Guru dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Bekerjasama Dengan Kolega Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran(X AP) SMK Antonius Semarang Tahun 2008-2009. Skripsi. Semarang: FE UNNES. Pedro F. Casanova, M. Cruz Garcia-Linares, Manuel J. de la Torre, M. de la Villa Carpio. 2005. Influence of family and Socio-Demographic Variables on Students with Low Academic Achievement. Journal of Educational Psychology. 25/ 04, pp. 423-435. Prayitno, Elida. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: FKIP IKIP Padang. Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2002. Metoda statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suwarno, Wiji. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz media. Tirtarahardja,umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tuu, tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

116

PROSEDUR PENGELOLAAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SEMARANG Abstrak Sischa Apriliyanti Perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini sangat pesat, hal ini sangat mempengaruhi dalam perkembangan bisnis di sektor pemerintah maupun swasta. Mereka bersaing dalam kemampuan kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut suatu organisasi memerlukan suatu informasi serta kebenaran data sangat diperlukan. Salah satu sumber informasi itu yang otentik adalah surat. Permasalahan yang dibahas adalah mengenai bagaimana pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang, kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang dan bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut. Lokasi penelitian ini dilakukan oleh penulis pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang yang beralamat di Jalan Pemuda no 07 Ungaran dengan objek pengelolaan surat masuk dan surat keluar. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode interview atau wawancara, dan metode dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang sudah berjalan baik, dan menggunakan sistem sentralisasi yaitu pengelolaannya melalui satu pintu. Pengelolaan surat masuk dan surat keluar menggunakan sistem kartu kendali dan buku agenda. Pengelolaan surat masuk meliputi penerimaan, pencatatan, pengendalian, pengarahan surat serta penyimpanan. Pengelolaan surat keluar meliputi pembuatan konsep surat, persetujuan konsep surat, pengetikan, penandatanganan, pemberian nomor dan pemberian cap dinas, pencatatan, penyerahan dan penyimpanan. Kendala yang dihadapi yaitu adanya surat masuk yang alamat pengirim atau tujuannya tidak lengkap, sehingga akan menghambat proses pengelolaan surat, dan cara mengatasi kendala yaitu surat masuk yang alamat pengirimnya atau tujuannya tidak lengkap untuk segera dikembalikan kepada pengirim agar dilengkapi alamat pengirim atau tujuannya. Kesimpulan yang diperoleh dan pembahasan mengenai pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang dilaksanakan dengan baik, tetapi masih ada kendala, yaitu adanya surat masuk yang alamat pengirim atau alamat yang di tuju tidak lengkap, yaitu terdapat surat masuk yang alamat pengirim atau pembuat surat tidak lengkap dan terdapat surat yang tidak menuliskan alamat ke bidang yang di tuju, sehingga akan menghambat proses pengelolaan surat. Oleh karena itu peneliti menyarankan Pengelolaan surat masuk pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang sebaiknya lebih teliti dalam mengecek surat masuk, sehingga tidak ada surat masuk yang alamatnya tidak lengkap, mengingat pentingnya surat bagi instansi pemerintahan, maka diharapkan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang mengadakan pelatihan untuk pegawai untuk lebih mengenal atau menguasai tentang pengelolaan surat. Kata kunci : Prosedur Pengelolaan surat masuk dan surat keluar PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan tehnologi sekarang ini sangat pesat, hal ini sangat mempengaruhi dalam perkembangan bisnis di sektor pemerintah maupun swasta. Mereka bersaing dalam meningkatkan kemampuan kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut suatu organisasi memerlukan suatu informasi serta kebenaran data sangat diperlukan. Salah satu sumber informasi itu yang otentik adalah surat. Oleh karena itu pengurusan dan penanganan surat masuk dan keluar harus dilaksanakan secara tepat agar sesuai dengan perkembangannya. Dalam pengelolaan surat diperlukan pegawai

117

yang memiliki ketrampilan, ketelitian dan pengetahuan tentang surat menyurat, apabila pegawai atu petugas pengelolaan surat tersebut kurang menguasai dan memahami cara pengelolaan surat yang baik, maka pengelolaan surat akan terhambat. Bagian umum pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Semarang adalah bagian yang mengurusi jalannya surat masuk dan surat keluar. Dalam pengelolaan suratnya sudah berjalan dengan baik, namun belum sepenuhnya mengacu pada posedur pengelolaan surat yang ada, masih ada beberapa kendala yaitu adanya surat masuk yang alamat tujuan surat tidak lengkap, yang dimaksud disini adalah nama instansi yang dituju kurang jelas atau terdapat kesalahan penulisan, hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan pegawai atau petugas yang lalai dalam mengurusi pengelolaan surat tersebut, sehingga akan menghambat proses pengelolaan surat, sedangkan pada surat keluar terdapat sedikit kendala yaitu pada unit pengolah surat yang bertugas melakukan penggarapan isi surat terkadang lupa mencantumkan nomor surat keluar sehingga surat tersebut kembali, disini dalam penyimpanan surat masih belum menggunakan filing cabinet atau almari arsip yang digunakan untuk menyimpan arsip yang di dalamnya terdapat suatu susunan sekat dan folder sacara vertical dalam laci-lacinya. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun tugas akhir ini dengan judul Prosedur Pengelolaan Surat Masuk dan Surat Keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang ? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang ? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinsosnakertrans Kabupaten Semarang ? 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinsosnakertrans Kabupaten Semarang ?

BUKTI EMPIRIS DARI HASIL TEORI ` 2.1 Pengertian Surat Surat adalah sehelai kertas yang ditulis (pada waktu sekarang umumnya diketik)atas nama pribadi penulis atau atas nama kedudukan dalam organisasi yang ditujukan kepada suatu alamat tertentu dan memuet suatu bahan komunikasi(Prajudi Atmosudirjo,1982:139) Hasil Penelitian 2.2 Pembahasan Dinsosnakertrans Kabupaten Semarang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan Daerah di bidang sosial tenaga kerja, dan transmigrasi. Pengelolaan surat masuk pada Dinsosnakertrans Kabupaten Semarang dimulai dari surat masuk diterima oleh unit kearsipan yang berada pada sub bagian umum dan kepegawaian. Kemudian diagendakan pada buku kendali surat masuk dan dicatat pada kartu kendali surat masuk rangkap tiga warna putih, merah muda, dan kuning. Warna putih disimpan sebagai arsip. Surat masuk beserta lembar kendali warna merah muda dilanjutkan untuk diajukan ke sekretariat untuk ditentukan disposisi sesuai dengan pokok permasalahan.Warna kuning disimpan di almari arsip. Kemudian surat tersebut akan diserahkan ke Kepala Dinsosnakertrans Kabupaten Semarang untuk disahkan. Dari kepala Dinas surat diserahkan kembali ke sub bagian umum dan kepegawaian. Kemudian surat akan

118

diserahkan ke bidang yang dituju dan disertakan pula lembar disposisi dan kartu kendali warna merah muda. Pengelolaan surat masuk pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah berjalan dengan cukup baik. Sedangkan prosedur pengelolaan surat keluar pada Dinsosnakertrans meliputi pembuatan konsep oleh pejabat yang ditunjuk oleh Kepala dinas tersebut. Bentuk surat yang digunakan dalam pembuatan konsep disesuaikan dengan petunjuk atau aturan yang berlaku yaitu bentuk official style. Setelah konsep surat jadi selanjutnya dimintakan persetujuan/pengesahan Kepala Dinsosnakertrans Kabupaten Semarang. Setelah surat disetujui dan diketik selanjutnya diberi nomor surat. Selanjutnya adalah pengagendaan atau pengendalian surat yaitu berupa pengisian lembar kartu kendali surat keluar. Untuk kartu kendali yang berwarna putih disimpan oleh bagian arsip, warna merah diberikan kepada unit pengolah untuk disimpan, sedangkan warna kuning disimpan di bagian umum dan kepegawaian untuk arsip. Langkah selanjutnya pengiriman surat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dikirim secara langsung dan dikirim melalui sarana jasa. Pengiriman melalui sarana jasa bisa melalui pos atau fax. Dalam pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinsosnakertrans masih terdapat kendala-kendala, diantaranya : Adanya surat masuk yang alamat tujuan surat tidak lengkap, yang dimaksutd disini adalah nama instansi yang dituju kurang jelas atau terdapat kesalahan penulisan, sehingga dapat menghambat proses pengelolaannya, kurangnya ketelitian pegawai dalam pengelolaan surat, yaitu pegawai pengolah surat yang bertugas melakukan penggarapan surat lupa menulis nomor surat dan alamat surat yang akan dituju, sehingga surat tersebut kembali. METODE PENELITIAN 3.1 Sumber dan jenis data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkann langsung di lapangan oleh orang-orang yang melakukan penelitian. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literature yang berkaitan dengan permasalahan. 3.2 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode wawancara Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari nterwawancara (Suharsimi Arikunto 2006:155).Penulis melakukan metode wawancara dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang mengenai pengelolaan surat masuk dan surat keluar. 2. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda atau sebagainya (Arikunto 2006 : 231) yang dilakukan penulis yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku mengenai arsip maupun surat. 3.3 Metode Analisis Data Dalam hal ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variable masa lalu dan sekarang (Suharsimi,2002:9) Penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dimaksudkan agar memperoleh gambaran dan tata secara sistematis tentang berbagai hal yang berkaitan

119

dengan pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang serta kendala yang dihadapi dalam pengelolaan surat masuk dan surat keluar, sehingga penulis dapat menyusun dalam bentuk laporan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. PENUTUP Simpulan Dari penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengelolaan surat masuk pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Semarang dilaksanakan di Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yang meliputi penerimaan surat, pencatatan surat, pengendalian surat, pengarahan surat dan penyimpanan. Pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Semarang pada subbagian umum dan kepegawaian sudah berjalan cukup baik. Pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Semarang menggunakan sistem satu pintu, dan menggunakan sistem kartu kendali dan buku agenda, alasan menggunakan dua sistem ini yaitu jika terdapat kesalahan dalam penyimpanan kartu kendali dapat dibantu pencariannya dengan buku agenda. 2. Kendala-kendala yang dihadapi Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Semarang yaitu adanya surat masuk yang alamat pengirim atau alamat yang di tuju tidak lengkap, yaitu terdapat surat masuk yang alamat pengirim atau pembuat surat tidak lengkap dan terdapat surat yang tidak menuliskan alamat ke bidang yang di tuju, sehingga akan menghambat proses pengelolaannya, kurangnya ketelitian pegawai dalam pengelolaan surat, yaitu pegawai lupa menulis nomor surat dan alamat surat yang akan dituju, sehingga terkadang ada surat kembali DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta : Rineka Cipta Atmosudirjo, Prajudi. 1982. Kesekertarisan dan Administrasi Perkantoran. Jakarta : Ghalia Indonesia. Barthos, Basir. 2000. Manajemen Kearsipan. Jakarta : Bumi Aksara Moekijat. 1982. Tata Laksana Kantor. Bandung : Alumni Panji, Suhanda. 1981. Dasar-Dasar Korespondensi Niaga Bahasa Indonesia. Jakarta : Karya Utama Silmi, Sikka Mutiara. 2002. Panduan Menulis Surat Lengkap. Yogyakarta : Absolut Sutarto. 1981. Sekretaris Dan Tatawarkat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Widjaja, A W. 1990. Administrasi Kearsipan. Jakarta : CV Rajawali Wirladiharjo, H. Moeftie. 1991. Pedoman Administrasi Umum. Jakarta : Balai Pustaka Wursanto, Ig. 1991. Kearsipan I. Yogyakarta : Kanisius

120

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SEKRETARIS DALAM MANAJEMEN PERKANTORAN PADA BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK, DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG ABSTRAK INDAH FITRIA RAHAYUNINGRUM

Agar pelaksanan kegiatan kantor dapat berjalan dengan baik diperlukannya manajemen perkantoran untuk mengatasinya. Sekretaris dibutuhkan oleh setiap organisasi untuk membantu dalam bidang organisasi dan kedinasan, atau dengan kata lain, melaksanakan fungsi perkantoran pimpinan agar bisa berkonsentrasi dan melaksanakan tugas-tugas manajerialnya dengan baik. pengembangan diri sekretaris menjadi tuntutan dan kebutuhan yang terus menerus dan berkesinambungans sebagai upaya untuk meningkatkan kualitasnya dalam menghadapi tugasnya sehari-hari Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui peranan sekretaris organisasi dalam manajemen perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. 2) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan sekretaris organisasi untuk meningkatkan kinerjanya pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. 3) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi sekretaris organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya di perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. Kesimpulan, 1) Peranan sekretaris pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 44 mengenai penjabaran tugas dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. Sebagai sekretaris organisasi kadang-kadang sekretaris melaksanakan peran ganda sebagai sekretaris pribadi yang bertugas membantu pimpinan. 2) Upaya peningkatan kualitas seketaris dalam manajemen perkantoran pada pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang adalah pengembangan kepribadian yang dilakukan oleh diri sendiri dan pengembangan dari kantor. 3) Kendala-kendala yang Dihadapi Sekretaris dalam Manajemen Perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang adalah adanya keterlambatan pertanggung jawaban dari masing-masing bidang. Selain itu terjadinya tumpang tindih kegiatan sekretaris. Saran, 1) Karena ada indikasi peran sekretaris ganda, hendaknya ada kejelasan mengenai tugas sekretaris sebagai sekretaris organisasi. Agar tidak terjadi tumpang tindih antara tugasnya sebagai sekretaris organisasi dan sebagai sekretaris pribadi. 2) Apabila pekerjaan sekretaris organisasi sedang menumpuk, hendaknya sekretaris menunjuk bawahannya untuk menangani sebagian pekerjaannya yang sesuai dengan kompetensi bawahnnya tersebut. Kata kunci : Peningkatan Kualitas, Sekretaris, Manajemen Perkantoran, PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan fungsinya kantor mempunyai kegiatan perkantoran yang meliputi korespondensi, kearsipan, kepegawaian, dan sebagainya yang diatur dalam manajemen perkantoran. Agar manajemen perkantoran tersebut dapat berjalan dengan lancar dibutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni. Untuk memperlancar pekerjaan pimpinan dibutuhkan sekretaris untuk membantu menyelesaikan tugas pimpinan supaya tujuan suatu organisasi dapat tercapai dengan baik. Tugas seorang sekretaris tentunya sesuai dengan fungsi jabatannya. Sekretaris organisasi yang mempunyai tugas lebih berat daripada sekretaris pribadi karena sekretaris organisasi mempunyai bawahan yang besar kecilnya ditentukan oleh besarnya organisasi tersebut. Seorang sekretaris organisasi, disamping bekerja atas instruksi, kadang-kadang juga bertugas dan mempunyai kedudukan sebagai pemimpin pelaksana yang memiliki wewenang ikut membuat keputusan, pengarahan,

121

melakukan koordinasi atas pelayanan administrasi, mengadakan pengawasan, serta melakukan penyempurnaan organisasi dan tata kerja. Untuk itu seorang sekretaris organisasi haruslah mempunyai kompetensi dan kepribadian yang sesuai dengan profesinya. Hal itu dilakukan dengan upaya pengembangan diri ataupun pengembangan dari instansi. Itu semua dilakukan agar dalam melaksanakan tugasnya dapat tepat sesuai dengan tujuan perusahaan serta mempunyai kualitas yang baik di mata atasan dan bawahannya. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ari Djoko Santoso, SH, MM selaku sekretaris Badan terdapat satu sekretaris yang menjabat sebagai sekretaris organisasi. Sebagai sekretaris organisasi mempunyai wewenang mengatur manajemen perkantoran dan bertanggung jawab atas semua bidang yang ada di organisasi. Namun pada pelaksanaannya sekretaris juga melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan untuk menyelesaikan tugas perkantoran seperti yang dilakukan sekretaris pribadi. Hal ini menyebabkan pekerjaan kantor sering tertunda sehingga produktivitas kantor menjadi menurun. Untuk itu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas sekretaris dalam menjalankan manajemen perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang agar pekerjaan kantor menjadi lancar. B. Tujuan Peneliitan 1. Untuk mengetahui peranan sekretaris 2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan sekretaris untuk meningkatkan kualitasnya 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi sekretaris LANDASAN TEORI Kata sekretaris berasal dari Bahasa Latin yaitu secretum yang berarti rahasia. Kata ini juga dikenal dalam Bahasa Belanda secretaries, dalam bahasa Inggrisnya secretary. Dari pengertian ini seorang sekretaris dituntut untuk mampu menyimpan rahasia dalam melaksanakan pekerjaannya (Ernawati, 2004 :1). Menurut Rosidah dan Ambar Teguh Sulistiyani (2005 : 12), secara umum sekretaris berarti seseorang yang membantu pimpinan untuk melakukan pekerjaan kesekretariatan. Pekerjaan kesekretariatan meliputi korespondensi, kearsipan, analisa prosedur pekerjaan kantor, administrasi kepegawaian, dsb. Sedangkan sekretaris organisasi adalah seorang yang memimpin suatu sekretariat dari suatu perusahaan atau sekretariat dari suatu instansi pemerintah tertentu, dengan fungsi utama yaitu mengoordinasikan seluruh pelayanan administrasi yang menunjang operasional perusahaan (Yatimah, 2009 : 35). Menurut The Liang Gie dalam buku Durotul Yatimah (2009 : 20) manajemen perkantoran merupakan rangkaian aktivitas merencanakan, mengorganisasikan (mengatur dan menyusun), mengarahkan (memberikan arah dan petunjuk), mengawasi, dan mengendalikan (melakukan control) sampai menyelenggarakan secara tertib, sesuatu hal. Hal atau sasaran yang terkena oleh rangkaian kegiatan itu pada umumnya adalah office work (pekerjaan perkantoran). Menurut Hendarto dan Tulusharyono (2004 : 6) sekretaris memainkan peranan-peranan seperti : 1. Penjaga/beranda perusahaan Dalam menerima tamu, sekretaris menyeleksi siapa yang biasa dan tidak bisa bertemu dengan pimpinan, kapan waktunya supaya diatur jadwalnya dan tidak salaing bertabrakan. 2. Filter dan pengelola informasi Surat yang masuk dicatat, diatur, dan diolah terlebih dahulu. Sekretaris mencari, mengolah, menyimpan, mengatur, dan bila diperlukan mencari informasi-informasi yang diperlukan pimpinan. Boleh dikatakan bahwa sekretaris adalah orang yang paling tahu berbagai hal yang strategis sebuah perusahaan. 3. Asisten pribadi/tangan kanan pimpinan Sekretaris membantu pimpinan dalam tugas-tugas sehari-hari bahkan untuk banyak kesempatan mewakili pimpinan untuk keperluan perusahaan. 4. Screet keeper/pemegang rahasia Sekretaris yang baik menyadari bahwa ia memiliki informasi yang tidak boleh diteruskan kepada pihak lain yang tidak berhak. 5. Penasihat unutk dimintakan berbagai pendapat

122

Penghuibung atau humas Sekretaris berdiri diantara pimpinan dan pihak lain. Untuk itu sekretaris harus pandai menjabarkan kebijakan pimpinan ataupun menjadi penyampai informasi dari luar. 7. Perawat/pelindung Walaupun bersifat priobadi, sekretaris harus memperhatiakan keselamatan dan kesehatan pimpinan termasuk di dalamnya menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga pimpinan tidak cepat lelah. Pengembangan sekretaris dalam realisasinya dapat dilakukan baik oleh dirinya sendiri maupun atas prakarsa organisasi. Salah satu diantaranya yaitu dengan melalui pendidikan dan latihan, mencakup : 1. Pre Service Trainning Adalah latihan yang diberikan pada waktu sekarang belum menempati jabatan tertentu, yang meliputi : a. Pendidikan formal yang diselenggarakan pendidikan umum. b. Latihan pra jabatan, latihan jabatan ini dilaksanakan oleh organisasi/perusahaan, tempat sekretaris bekerja. 2. In Service Trainning Yaitu latihan yang dilakukan pada saat sekretaris sedang menduduki jabatannya. (Sedarmayanti, 1990 : 143). Menurut ISI Jabar & sekretaris di PT Sanbe Farma sekretaris tak lepas dari konflik. Konflik merupakan perbedaan pada opini, keinginan, kebutuhan, kebiasaan, ide, dsb. Konflik juga berarti perselisihan dan keberadaan konflik memang tidak terhindarkan. Selain itu Tugas-tugas yang tidak terselesaikan secara tuntas akan mengakibatkan adanya rasa tidak puas yang pada akhirnya menimbulkan stress.

6.

METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Bidang Kesekretariatan Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Semarang yang terletak di lantai 6 Gedung Pandanaran, Jl. Pemuda No.175, Semarang.

B. Objek Kajian
1. Peranan yang berisi kedudukan, tugas, fungsi, dan peranan sekretaris dalam manajemen perkantoran. 2. Upaya peningkatan kualitas sekretaris meliputi syarat-syarat untuk menjadi sekretaris, etika yang harus dimiliki oleh seorang sekretaris, dan usaha mengembangkan kepribadian sekretaris . 3. Kendala-kendala yang dihadapi sekretaris meliputi kendala-kendala dan upaya-upaya dalam menangani manajemen perkantoran.

C. Jenis Data
1. Data Primer wawancara langsung dengan Bapak Ari Djoko Santoso, SH, MM selaku sekretaris Badan mengenai peran sekretaris, kendala, serta upaya peningkatan kualitas sekretaris. 2. Data Sekunder sumber data sekunder adalah dokumentasi dari sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah yang terjadi untuk mendukung hasil wawancara.

D. Metode Pengumpulan Data


1. Metode Wawancara Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya.

123

2. Dokumentasi mengumpulkan data seperti buku profil, Peraturan Walikota, struktur organisasi sebagai data untuk memperkuat pernyataan yang dikemukakan oleh narasumber dalam wawancara.

E. Metode Analisis Data


Menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dianalisa dengan argumen-argumen dan tidak menggunakan angka-angka yang dihitung secara statistik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Peranan Sekretaris dalam Manajemen Perkantoran a. Kedudukan Sekretaris dalam Organisasi Kedudukan seorang sekretaris di Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Semarang termasuk Sekretaris Organisasi dan merupakan kepala bidang Sekretariat. Berada di bawah Pimpinan langsung maka bertanggung jawab langsung kepada pimpinan. serta mempunyai kewenangan di atas Kepala Bagian.

b.

Tugas Sekretaris Sesuai dengan dengan Peraturan Walikota tahun 2008 Nomor 44 Tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang, pasal 6 sekretariat mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan dan mensinkronisasian, membina, mengawasi dan mengendalikan serta mengevaluasi pelaksanaan tugas Kesekretariatan, bidang Idiologi dan Kewaspadaan Nasional, bidang Ketahanan Bangsa, bidang Politik Dalam Negeri, serta bidang Perlindungan Masyarakat. Fungsi Sekretaris Fungsi sekretariat pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat tertuang pada pasal 7 Peraturan Walikota Nomor 44 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang yang merupakan penjabaran dari tugas sekretaris yang terdapat pada pasal 6.

c.

Peran Sekretaris dalam Manajemen Perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang 1. Pelindung organisasi 2. Sebagai pusat informasi 3. Wakil pimpinan 4. Pemegang rahasia 5. Humas 2. Upaya Peningkatan Kualitas Seketaris dalam Manajemen Perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang a. Syarat-syarat menjadi seketaris Berdasar hasil wawancara dengan Bapak Ari Djoko Santoso, SH, MM selaku Seketaris Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang mengatakan bahwa tidak ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi untuk menjadi sekretaris pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. Karena Sekretaris diangkat oleh Walikota melalui promosi jabatan yang disarankan oleh kepala badan. b. Etika yang Harus dimiliki Sekretaris

d.

124

Sesuai dengan Undang-undang Pegawai Negeri Sipil, sama seperti Pegawai Negeri Sipil lainnya kode etik Sekretaris diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. c. Usaha Pengembangan Kepribadian Sekretaris 1) Pengembangan diri sendiri a) Banyak membaca buku tidak hanya buku mengenai sekretaris, namun buku-buku lain yang dapat menunjang kemampuan sekretaris sesuai dengan peranannnya. b) Memperbaharui berita dengan menyaksikan siaran berita, membaca koran, atau browsing di internet. c) Bersikap terbuka atas kritik baik dari atasan maupun dengan bawahan. d) Bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan kepadanya. e) Mendekatkan diri tidak hanya dengan atasan tapi dengan bawahan agar bisa terjalin komunikasi yang baik dengan bawahan. 2) Pengembangan dari instansi a) Mengikuti diklat Diklat yang pernah diikuri sekretaris antara lain diklat mengenai wawasan kebangsaan yang diselenggarakan oleh Pemprov Jawa Tengah, diklat mengenai manajemen kantor, diklat mengenai pelaksanan tata usaha, kepegawaian dan sarana prasarana rumah tangga kantor aparatur pemerintah. b) Mengikuti seminar Biasanya keikutsertaan sekretaris dalam seminar adalah atas undangan dari penyelenggara seminar. Dalam seminar ini sekretaris berlaku sebagai perwakilan Badan atau mewakili Kepala Badan jika berhalangan hadir. Seminar yang pernah diikuti sekretaris antara lain seminar Pelaksanaan Demokrasi warga Jawa Tengah yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah pada saat menjelang Pemilu Gubernur Jawa Tengah. Selain itu beliau juga pernah mengikuti Seminar tentang Birokrasi yang diadakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). c) Mengikuti Outbond Kegiatan outbond dilaksanakan tidak hanya sebagai media untuk refressing bagi pegawai, namun yang lebih penting adalah mengakrabkan seluruh pegawai yang bekerja di kantor. Diharapkan dari kegiatan ini dapat menambah keakraban diantara semua pegawai sehingga kerjasama yang dilakukan saat bekerja bisa terjalin dengan baik. Outbond ini dilaksanakan setahun dengan menggunakan anggaran rumah tangga badan.

3. Kendala-kendala yang dihadapi Seketaris dalam Manajemen Perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang 1) Pertanggung jawaban kegiatan kepada sekretaris sebagai kepala sekretariat, dari masingmasing bidang sering tidak tepat dalam pelaporannya, sehingga kegiatan lain dari bidang tersebut menjadi terhenti. Hal ini terjadi karena bidang-bidang biasanya untuk membuat laporan kurang adanya kontrol dari kepala bidang kepada staff untuk membuat pelaporan kegiatan yang telah dilaksanakan. Untuk mengatasi masalah ini, sekretaris melakukan rapat koordinasi dengan bidang-bidang yang menangani kegiatan tersebut kemudian dicari akar permasalahan yang menyebabkan masalah itu terjadi, untuk kemudian dicari jalan keluarnya. 2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagai sekretaris organisasi kadang-kadang terjadi tumpang tindih antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain. Hal itu terjadi karena antara kegiatan satu yang belum terselesaikan ada kegiatan yang lain yang harus dikerjakan baik yang berasal dari pimpinan atau bukan. Untuk mengatasi masalah tesebut beliau memilih pekerjaan mana yang perlu diselesaikan terlebih dahulu kemudian

125

menyelesaikan pekerjaan yang lain. Bahkan kadang-kadang pekerjaan tersebut bila tidak selesai dilanjutkan dirumah. B. PEMBAHASAN Peranan sekretaris organisasi tersebut cukup baik, karena sudah sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen. Namun sebagai sekretaris organisasi kadang-kadang melakukan tugas ganda sebagai sekretaris pribadi, yaitu dengan melaksanakan tugas yang biasa dilakukan sekretaris pribadi seperti membuat perencanaan perjalanan dinas pimpinan, menemani pimpinan menghadiri suatu acara, serta menerima tamu yang datang untuk kepentingan pimpinan. Namun hal itu dilaksanakan dengan sadar dan sudah biasa dilakukannya setiap saat sebagai bentuk pengabdiannya kepada pimpinan. Padahal secara tidak langsung itu dapat menghambat pekerjaan sekretaris yang lainnya yang seperti diketahui tugas sebagai seorang sekretaris organisasi tidaklah sedikit, sehingga memungkinkan pekerjaan lain akan terbengkalai. Untuk itu sekretaris hendaklah mengatur jadwal kegiatannya dengan baik, agar semua kegiatan yang dilaksanakannya dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan fungsi dan peranannya. Dari usaha pengembangan diri sekretaris sudah melakukan pengembangan dengan baik karena disela-sela waktu sibuk melaksanakan tugas yang banyak, dia masih meluangkan waktu untuk menambah ilmu pengetahuannya dengan membaca buku atau memperbaharui berita. Selain itu sebagai orang yang disegani oleh bawahannya dia dapat bersikap terbuka atas kritik, serta bertanggung jawab atas tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Hal itu dilakukan agar dia bisa menjadi jembatan antara bawahan dengan atasan. Sedangkan dari Badan pengembangan kepribadian dari instansi sudah memfasilitasi pegawainya tidak hanya sekretaris organisasi saja untuk berkembang dan meningkatkan kompetensinya. Untuk itu sudah selayaknya sekretaris organisasi dapat memanfaatkannya sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuannya baik untuk diri sendiri atau untuk instansi untuk kemudian diterapkan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai sekretaris organisasi dalam menjalankan manajemen kantor. Agar sekretaris menjadi sekretaris organisasi yang berkualitas di mata bawahan dan atasannya. Dalam melaksanakan peranannya dalam manajemen perkantoran kadang-kadang sekretaris menemui kendala yang terjadi namun dalam mengatasi kendala dalam hal pelaporan pertanggung jawaban kegiatan jika terlambat sebaiknya sekretaris tidak membiarkannya berlarut-larut dengan cara memberikan batas waktu kepada bidang tersebut. Karena jika keterlambatan semakin lama akar permasalahannya semakin sulit untuk dipecahkan dan menyita banyak waktu. Dan mengenai tugas yang tumpang tindih seharusnya sekretaris tidak melanjutkan pekerjaan yang belum selesai ke rumah jika hal itu diteruskan maka sekretaris tidak akan mempunyai waktu untuk istirahat di rumah maka yang terjadi dia akan merasa lelah atau mengantuk di kantor sehingga pekerjaan kantor menjadi terbengkalai.

PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai upaya peningkatan kualitas sekretaris dalam manajemen perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang serta pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peranan sekretaris pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang sudah diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 44 mengenai penjabaran tugas dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. Sebagai sekretaris organisasi kadang-kadang sekretaris melaksanakan peran ganda sebagai sekretaris pribadi yang bertugas membantu pimpinan. 2. Upaya peningkatan kualitas seketaris dalam manajemen perkantoran pada pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang adalah pengembangan kepribadian yang dilakukan oleh diri sendiri dan pengembangan dari kantor. 3. Kendala-kendala yang Dihadapi Sekretaris dalam Manajemen Perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang adalah adanya

126

keterlambatan pertanggung jawaban dari masing-masing bidang. Selain itu terjadinya tumpang tindih kegiatan sekretaris. B. Saran Kualitas sekretaris dalam manajemen perkantoran pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang sudah baik namun ada beberapa kekuarangan yang dapat mengurangi kelancaran pekerjaan kantor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis saran yang dapat disampaikan antara lain : 1. Karena ada indikasi peran sekretaris ganda, hendaknya ada kejelasan mengenai tugas sekretaris sebagai sekretaris organisasi. Agar tidak terjadi tumpang tindih antara tugasnya sebagai sekretaris organisasi dan sebagai sekretaris pribadi. 2. Apabila pekerjaan sekretaris organisasi sedang menumpuk, hendaknya sekretaris menunjuk bawahannya untuk menangani sebagian pekerjaannya yang sesuai dengan kompetensi bawahnnya tersebut.

127

PROSEDUR ADMINISTRASI PERALATAN KANTOR PADA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH Abstrak Rodhiana Dewi Nugrah Apriliana

Peralatan kantor sangat penting bagi perusahaan, maka diperlukan suatu tindakan penanganan dan pengelolaan terhadap peralatan tersebut secara baik. Suatu urutan kegiatan klerikal dimana terdapat ketergantungan sistem, orang dan teknologi untuk menangani data dan informasi mulai dari perencanaan, pengadaan, pencatatan, penempatan, pemeliharaan dan penghapusan barang perbekalan kerja dalam pencapaian tujuan organisasi disebut Prosedur Administrasi Peralatan Kantor. Tujuan dalam pelaksanaan penelitian pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah adalah untuk mengetahui perencanaan, pengadaan, pencatatan, penempatan, pemeliharaan dan penghapusan peralatan kantor. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dengan jenis data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Prosedur administrasi peralatan kantor adalah suatu urutan kegiatan klerikal di mana terdapat ketergantungan sistem, orang dan teknologi untuk menangani data dan informasi mulai dari perencanaan, pengadaan, pencatatan, penempatan, pemeliharaan dan penghapusan barang perbekalan kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Key word : prosedur administrasi peralatan kantor I. PENDAHULUAN Perusahaan selain memiliki Sumber Daya Manusia yang terampil (Skill), juga harus memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Salah satu sarana dan prasarana yang mutlak diperlukan adalah peralatan kantor, misalnya: mesin, mesin hitung, komputer, mesin pengganda, almari arsip, meja, kursi, jam, dan lain-lain. Peralatan kantor mempunyai berbagai macam kegunaan antara lain: dapat mempertinggi tingkat kemampuan kerja pegawai, penghematan biaya, tenaga dan waktu juga menjamin kecermatan dan ketelitian kerja pegawai. Peralatan kantor sangat penting bagi perusahaan, maka diperlukan suatu tindakan penanganan dan pengelolaan terhadap peralatan tersebut secara baik. Suatu urutan kegiatan klerikal dimana terdapat ketergantungan sistem, orang dan teknologi untuk menangani data dan informasi mulai dari perencanaan, pengadaan, pencatatan, penempatan, pemeliharaan dan penghapusan barang perbekalan kerja dalam pencapaian tujuan organisasi disebut Prosedur Administrasi Peralatan Kantor. Apabila prosedur administrasi peralatan kantor tidak berjalan dengan baik, akan menimbulkan hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut misalnya apabila terjadi kerusakan total pada peralatan kantor akan mengganggu jalannya aktivitas perusahaan, terganggunya aktivitas perusahaan akan menimbulkan pengaruh buruk pada hasil/tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah yang beralamatkan di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Tarubudaya Ungaran, untuk mendapatkan peralatan kantor harus sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Dalam pengadaan peralatan kantor harus melalui prosedur antara lain: 1) penggolongan dan perencanaan, 2) pengadaan, 3) pencatatan, 4) penempatan, 5) pemeliharaan dan 6) penghapusan peralatan kantor (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007: pasal 4 ayat 2), sehingga untuk memperoleh peralatan kantor harus melalui beberapa tahapan. Permintaan barang tidak bisa dilakukan secara mendadak harus melalui perencanaan terlebih dahulu. Contoh kasus

128

pada Bagian Umum dan Kepegawaian ada komputer rusak sehingga menghambat pekerjaan, untuk melakukan service/pengadaan peralatan tersebut harus melalui prosedur yang ada. II. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam pelaksanaan penelitian pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah adalah: 1. Untuk mengetahui Perencanaan Peralatan Kantor. 2. Untuk mengetahui Pengadaan Peralatan Kantor. 3. Untuk mengetahui Pencatatan Peralatan Kantor. 4. Untuk mengetahui Penempatan Peralatan Kantor. 5. Untuk mengetahui pemeliharaan Peralatan Kantor. 6. Untuk mengetahui penghapusan Peralatan Kantor. III. METODE PENELITIAN A. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen B. Jenis Data 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya 2. Data sekunder diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang berupa informasi secara tertulis. Data sekunder ini dapat berupa dokumen-dokumen mengenai masalah tersebut baik dari brosur-brosur, buku-buku literatur, catatan-catatan tertulis, yang ada hubungannya dengan penyusunan karya ilmiah. C. Metode pengumpulan data 1. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) (Suharsimi, 2006:155). 2. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi, 2006:231). Adapun data-data yang diperoleh dari metode dokumentasi adalah: 1. Bagan Organisasi. 2. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). 3. Rencana Operasional Kerja (ROK). 4. Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD). 5. Dokumen pengadaan Barang. 6. Form Kartu Inventaris Ruangan. 7. Form Buku Penerimaan, Pengeluaran dan Persediaan Barang. 8. Rencana biaya pemeliharaan Dinas. 9. Dokumen penghapusan. IV. KESIMPULAN Prosedur administrasi peralatan kantor adalah suatu urutan kegiatan klerikal di mana terdapat ketergantungan sistem, orang dan teknologi untuk menangani data dan informasi mulai dari perencanaan, pengadaan, pencatatan, penempatan, pemeliharaan dan penghapusan barang perbekalan kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Prosedur administrasi peralatan kantor dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

129

GAMBAR 1 PROSEDUR ADMINISTRASI PERALATAN KANTOR


1. 2. PERENCANAAN Penggolongan Peralatan Penganggaran PENGADAAN PENCATATAN

PENEMPATAN

PEMELIHARAAN

PENGHAPUSAN

A. Perencanaan Peralatan Kantor Dalam melakukan perencanaan kebutuhan dilaksanakan berdasarkan pertimbangan yaitu: untuk mengisi kebutuhan barang, Adanya barang-barang rusak, dihapus, dijual, atau sebab lain, menjaga tingkat persediaan barang agar efisien dan efektif, Pertimbangan teknologi. 1. Penggolongan Perlatan Kantor yaitu: a. Peralatan kantor tahan lama yaitu peralatan yang dipakai/ dimanfaatkan untuk memperlancar pekerjaan lebih satu tahun b. Peralatan Kantor tidak tahan lama atau habis pakai adalah peralatan yang biasanya hanya dipakai dalam waktu singkat 2. Tahapan Penganggaran Peralatan Kantor pada Dinas dapat dilihat pada gambar berikut ini Gambar 1 Penganggaran Peralatan Kantor
Perencanaan Penganggaran Usulan (RKA&RAB) Masuk ke Sub.Bagian Program (direkap) Form RKA dijadikan Form DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran)

Monitoring dan Evaluasi (monev)

Pelaksana an kegiatan (12bulan)

Dokumen Rencana Operasional kegiatan ROK (belanja per kegiatan perbulan)

DPA diserahkan oleh Gubernur kepada Kepala SKPD

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah B. Pengadaan Peralatan Kantor Pengadaan Peralatan Kantor di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah meliputi: 1. Menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa. 2. Mengangkat Panitia/Pejabat pengadaan barang/jasa. a. Pejabat pengadaan barang/jasa dibentuk apabila pengadaan barang/jasa dengan nilai Pagu anggaran kurang dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). b. Pantia pengadaan barang/jasa dibentuk apabila pengadaan barang/jasa dengan nilai Pagu anggaran lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). 3. Penetapan paket-paket pengadaan barang/jasa. Pengadaan peralatan Barang/Jasa yang dilakukan di Dinas menggunakan dua cara yaitu: a. Cara Swakelola

130

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

b. Menggunakan Penyedia Barang/Jasa jika pengadaan barang dengan nilai di atas Rp. 5.000.000,- mengacu pada Keppres 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang/jasa yang terdiri dari: Penunjukan Langsung adalah pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan dengan cara menunjuk langsung dari sekurang-kurangnya ada satu penyedia barang/jasa. Dengan nilai pagu anggaran sampai dengan Rp. 50.000.000, Pemilihan Langsung adalah pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan cara pemilihan langsung dari sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) penyedia barang/jasa dengan nilai pagu anggaran di atas Rp. 50.000.000,- s.d. Rp. 100.000.000, Pelelangan adalah pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan cara diumumkan secara terbuka melalui media cetak dan papan pengumuman, dengan nilai pagu anggaran lebih dari Rp. 100.000.000,Penetapan harga perkiraan sendiri (HPS) Penetapan Jadwal Pelaksanaan. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan barang/jasa. Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/Pagu anggaran dengan pihak penyedia barang/jasa. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada Pimpinan Instansinya. Pengawasan pelaksanaan perjanjian/Pagu anggaran . Menyerahkan aset pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada pimpinan dengan berita acara penyerahan. Penandatanganan fakta Integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa sebelum dimulai.

C. Pencatatan Peralatan Kantor 1. Barang Tahan Lama Tahapan dalam pencatatan barang tahan lama adalah sebagai berikut: a. Dicatat pada buku pengadaan barang. b. Barang dicatat pada buku penerimaan barang. c. Barang dicatat dalam kartu inventaris barang (KIB). d. Barang dicatat dalam kartu inventaris ruangan (KIR. e. Dicatat pada buku barang inventaris 2. Barang Habis Pakai (Alat Tulis Cetak = ATC) Tahapan pencatatan barang habis pakai pada Dinas adalah sebagai berikut: a. Dicatat pada buku pengadaan barang. b. Dicatat pada buku Penerimaan barang (pakai habis) . c. Dicatat pada buku pengeluaran barang (pakai habis). d. Kemudian peralatan di tulis pada bon permintaan/ pengeluaran. 3. Pencatatan pemeliharaan Barang a. Setiap jenis barang harus dibuat kartu pemeliharan/perawatan yang memuat: b. Pencatatan dalam kartu pemeliharaan/perawatan barang dilakukan oleh pengurus barang. D. Penempatan Peralatan Kantor Penempatan peralatan kantor yang dilakukan pada Dinas menggunakan asas-asas sebagai berikut: 1. Asas mengenai jarak terpendek. 2. Asas mengenai penggunaan segenap ruangan. 3. Asas mengenai rangkaian kerja.

E. Pemeliharaan Peralatan Kantor Pemeliharaan peralatan kantor pada Dinas adalah sebagai berikut:

131

1. Pemeliharaan setiap hari atau secara rutin oleh pegawai sendiri. 2. Pemeliharaan dilakukan oleh pihak kedua (rekanan/penyedia jasa) F. Penghapusan Peralatan Kantor Penghapusan peralatan kantor pada Dinas dikarenakan: 1. barang atau peralatan didalam ruangannya dalam kondisi rusak 2. Petugas penghapusan mendata barang atau peralatan tersebut. 3. Barang dicatat dalam buku inventaris dengan keterangan rusak. 4. Barang tersebut diletakkan dalam gudang. 5. Petugas Penghapusan membuat rencana penghapusan barang. 6. Perencanaan tersebut dajukan ke kantor DPPAD 7. DPPAD akan mengusulkan kepada DPRD 8. Selanjutnya uji fisik/keur dilakukan oleh kantor Komunikasi Informasi (KOMINFO) dan Dinas Perhubungan. 9. Setelah persetujuan Dewan/Gubernur dijual secara umum. 10. Kemudian Dinas mengadakan lelang untuk barang tersebut. V. DAFTAR PUSATAKA Adya Barata, Atep. 1988. Dasar-dasar Akuntansi. Cv Armico: Yogyakarta Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta: Jakarta Gie, The Liang. 2000. Administrasi Perkantoran Modern. Liberty: Yogyakarta Haryadi, Hendi. 2009. Administrasi Perkantoran Untuk Manajer dan Staf. Visimedia: Jakarta Kurniawan, Heri. 2009. Manajemen Perawatan. Diunduh dari http://www. ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=25%3 Aindustri&id= 457%3Amanajemenperawatan&option=com_content&Itemid=15. (31 Maret 2010) Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi: Yogyakarta Moekijat. 2008. Administrasi Perkantoran. CV. Mandar Maju: Bandung Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mulyadi. 1993. Sistem Akuntansi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN; Yogyakarta Munir Sukoco, Badri. 2006. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga: Jakarta Nuraida, Ida. 2008. Manajemen administrasi Perkantoran. Kanisius: Yogyakarta Olah, Belajar. 2010. Penghapusan Perbekalan. Diunduh dari http://www.scribd.com/ doc/5226194/BAb-7-penghapusan-perbekalan. (19 Maret 2010) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, 2008. Semarang: Diperbanyak oleh Cv. Duta Nusindo Poniman. 2008. Akuntansi Bisnis untuk Perusahaan Jasa, Dagang dan Industri. Politeknik Negeri Semarang: Semarang Sadar, Sabinus, dkk. 2009. Kiat Memenangkan Tender Barang & Jasa. PT Penebar Swadaya: Jakarta Siagian, Sondang P. 2003. Filsafat Administarsi. Bumi Aksara: Jakarta Silalahi, Ulbert. 2005. Ilmu Administrasi. Sinar Baru Algensindo: Bandung Sumarni, Murti, John Soeprihanto. 1995. Pengantar Bisnis. Liberty: Yogyakarta Supardiyo. 2009. Mengapa Manajemen Pemeliharaan. Diunduh dari http://supardiyo.wordpress.com/2009/07/05/mengapa-manajemen-pemeliharaan/. (31 Maret 2010) Sutopo. 1998. Administrasi Manajemen dan Organisasi. Badan Diklat Prajabatan Golongan III: Jakarta Tizna. 2009. Perbekalan / Perabotan / Alat Alat Kantor. Diunduh dari Just another Student.fkip.uns.ac.id Blogs weblog. (31 Maret 2010)

132

DESAIN IMPLEMENTASI TIK DALAM ADMINISTRASI PERKANTORAN

Arief Yuliato Email : ariefyoelianto@gmail.com Abstrak Kondisi rendahnya kepemilikan dan penggunaan TIK ini terjadi pada semua sektor di Indonesia, pada sektor pelayanan publik, masih terjadi kesenjangan penguasaan TIK (digital devides) antar staf sehingga menjadi salah satu penghambat pelaksanaan pelayanan publik. Pada sektor pendidikan, masih terdapat lemahnya penguasaan dan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran oleh guru RSBI. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin berkembang pesat, telah berpengaruh pada segala aspek kehidupan baik personal maupun komunal, baik sektor public maupun sector private. Pemanfaatan dan penggunaan TIK akan lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam semua aktivitas yang dilakukannya. Makin besar organisasi akan menyebabkan alur birokrasi yang makin panjang sehingga proses dokumen akan menjadi makin lama. Untuk mengatasinya seringkali proses administrasi dokumen disederhanakan atau bahkan diabaikan. Melihat permasalahan dalam aktivitas perkantoran yang dituntut efektif dan efisien dan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maka perlu dibangun suatu desain TIK terpadu dalam implementasi untuk mendukung aktivitas administrasi perkantoran. Impelementasi TIK dalam administrasi perkantoran yang berfungsi sebagai komunikator dan pemberi informasi sangat tergantung pada sumber daya fisik yang berfungsi pemberi input, processing serta keluaran yang akan berguna dalam pengambilan keputusan, Pendahuluan Penetrasi pengguna komputer dan internet juga masih tertinggal jauh dari negara lain. Menurut International Telecommunication Union (ITU), Komputer-Densitas di Indonesia yaitu 1.47 komputer per 100 penduduk yang berada pada urutan ke-15 dari 18 negara di Asia Pasifik dan ke-7 dari 10 negara di ASEAN. Selain itu, Densitas Pengguna Internet juga masih rendah yaitu 7,18 per 100 penduduk2. Kondisi rendahnya kepemilikan dan penggunaan TIK ini terjadi pada semua sektor di Indonesia, pada sektor pelayanan publik, masih terjadi kesenjangan penguasaan TIK (digital devides) antar staf sehingga menjadi salah satu penghambat pelaksanaan pelayanan publik3. Pada sektor pendidikan, masih terdapat lemahnya penguasaan dan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran oleh guru RSBI4. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin berkembang pesat, telah berpengaruh pada segala aspek kehidupan baik personal maupun komunal, baik sektor public maupun sector private. Hal ini menjadikan informasi sebagai komoditas penting dan strategis yang sekaligus menjadi kebutuhan masyarakat modern. Perubahan tersebut telah membawa dampak terhadap strategi bisnis serta realisasi rencana pengembangan ke depan yang meninggalkan cara-cara konvensional Administrasi yang merupakan salah satu fungsi dalam perkantoran tidak dapat terlepas dari perubahan paradigma pemanfaatan dan penggunaan TIK. Pemanfaatan dan penggunaan TIK akan lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam semua aktivitas yang dilakukannya. Makin besar organisasi akan menyebabkan alur birokrasi yang makin panjang sehingga proses dokumen akan menjadi makin lama. Untuk mengatasinya seringkali proses administrasi dokumen disederhanakan

Jurnal Depkominfo Vol 2 Tahun 2009


3

Tatiek Maryati. 2009. Strategi Pemberdayaan Infrastruktur Telekomunikasi dan Pemberdayaan SDM dalam Mendukung TIK.

Alifia Yulfitri. 2008. Pengukuran Kesenjangan Digital dalam Pelaksanaan TIK di Lingkungan Pegawai Pemerintahan. Makalah disampaikan dalam Konferensi dan Temu Nasional TIK untuk Indonesia. 21 23 Mei 2008 di Jakarta
4

Arief Yulianto. 2009. Model Kompetensi Guru RSBI. Semarang : Penelitian Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

133

atau bahkan diabaikan. Hal tersebut berdampak menimbulkan masalah dalam monitoring dan pencarian dokumen selain tentu saja mengurangi legalitas kegiatannya. Pentingnya TIK dalam Administrasi Perkantoran Perubahan lingkungan eksternal yang cenderung uncontrollable dan lingkungan internal yang dinamis menuntur organisasi untuk melakukan penyesuain dalam kegiatan perkantoran. Kegiatan perkantoran berfungsi untuk memberikan pelayanan komunikasi dan catatan-catatan (dokumen, data) yang dibutuhkan oleh pihak yang membutuhkan. Secara terinci fungsi kantor itu adalah sebagai berikut5 : 1. Untuk menerima keterangan misalnya : surat-surat, harga-harga, dan sebagainya 2. Untuk mencatat keterangan, misalnya: catatan catatan tentang pegawai, harga, dan sebagainya. 3. Untuk menyusun keterangan, misalnya: dalam pembiayaan, pembukuan, dan sebagainya 4. Untuk memberikan keterangan, misalnya: daftar barang-barang dagangan, taksiran-taksiran, dan sebagainya 5. Untuk menjamin aktiva, misalnya: pemeliharaan uang kontan, pengadaan persediaan, dan sebagainya Administrasi sebagai kegiatan dari pada kelompok yang mengadakan kerja sama untuk menyelesaiakan tujuan bersama. Berdasarkan definisi konsep tersebut, maka administrasi perkantoran dapat diuraikan fungsi pendukung dalam penyelengaraan aktivitas perkantoran yang meliputi pelayanan komunikasi dan catatan-catatan dari suatu organisasi. Aktivitas administrasi akan berlangsung dengan lancar bila (a) Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas 2 orang atau lebih; (b) Adanya kerja sama dari kelompok tersebut; (c) Adanya kegiatan/proses/usaha; (d) Adanya bimbingan, kepemimpinan dan pengawasan; (e) Adanya tujuan yang telah ditetapkan6. Dalam sebuah organisasi, fungsi perkantoran memiliki fungsi utama sebagai mediator dan fasilitator antar fungsi dan bagian dalam organisasi, antar personal dalam organisasi maupun antar organisasi itu sendiri. Efisiensi dan efektivitas sebagai dasar aktivitas organisasi, sehingga akan meminimalkan bahkan mengeliminasi proses dan prosedur yang dapat dihilangkan, dimana proses dan prosedural tersebut akan berdampak pada penghematan biaya, waktu dan semakin cepatnya pengambilan keputusan yang dilakukan. Di lain pihak, perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat mulai diimplementasikannya teknologi digital menggantikan teknologi analog yang mulai menampakkan batas-batas maksimal pengeksplorasiannya dalam administrasi perkantoran. Digitalisasi semua perangkat perkantoran yang kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer berdampak pada penggunaan alat-alat yang dapat menggantikan fungsi manusia dan penyederhaan prosedur dalam perkantoran yang akan berakibat pada semakin efisien dan efektif fungsi administrasi perkantoran. IMPLEMENTASI TIK DALAM ADMINISTRASI PERKANTORAN Melihat permasalahan dalam aktivitas perkantoran yang dituntut efektif dan efisien dan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maka perlu dibangun suatu desain TIK terpadu dalam implementasi untuk mendukung aktivitas administrasi perkantoran, sehingga : 1. Memudahkan seluruh staf administrasi pada masing-masing fungsi dan bagian dalam organisasi sehingga menjamin tertib administrasi 2. Menyediakan akses secepatnya dari mana saja bagi yang membutuhkan dalam mengirim ataupun merespon surat yang diterima. 3. Menyediakan sistem administrasi terpadu sehingga memudahkan penelusuran surat (tracking), pencarian data dan monitoring 4. Memberikan fasilitas dalam pembuatan laporan administrasi dokumen pada setiap fungsi dan bagian organisasi. Saat ini administrasi perkantoran tidak dapat terlepas dari pemanfaatan dan penggunaan TIK atau sering disebut sebagai era otomatisasi perkantoran (Office Automation / OA). Dwi Eko Waluyo
5 6

The Liang Gie. 1981. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta : Nurcahya Yogyakarta Irwan Yantu. 2006 Bahan Ajar Mata Kuliah Manajemen Perkantoran. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

134

(2000)7 mengungkapkan bahwa OA mencakup semua sistem elektronik formal dan informal yang terutama berkaitan dengan komunikasi informasi ke dan dari orang-orang di dalam maupun di luar perusahaan, yang dapat didefinisikan sistem elektronik tersebut sebagai berikut : 1. Sistem Elektronik Formal dimaksudkan sebagai kegiatan perkantoran yang didokumentasikan dengan suatu prosedur tertulis. Semua perusahaan menerapkan sistem formal untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Misalnya untuk pengelolaan informasi yang didistribusikan ke manajer yang berupa laporan-laporan periodik amupun laporan khusus. 2. Sistem Elektronik Informal berarti sistem perkantoran yang tidak direncanakan atau diuraikan secara tertulis. Sistem-sistem OA informal ini diterapkan saat diperlukan oleh perorangan untuk memenuhi keperluannya sendiri. Misalnya melakukan konsultasi atau diskusi dengan pengambil keputusan lain. Impelementasi TIK dalam administrasi perkantoran yang berfungsi sebagai komunikator dan pemberi informasi sangat tergantung pada sumber daya fisik yang berfungsi pemberi input, processing serta keluaran yang akan berguna dalam pengambilan keputusan, seperti pada gambar berikut : Tabel 1 : Implementasi TIK dalam Administrasi Perkantoran8

TIK

Terdapat dua variabel utama dalam implementasi TIK yang harus tersedia yaitu database dan applikasi TIK (hardware, software dan brainware) yang dapat diuraikan sebagai berikut. Tabel 1 : Definisi dan Aktivitas tentang Database dan Aplikasi TIK dalam Perkantoran Keterangan Data base Aplikasi TIK Definisi Kumpulan data yang terintegrasi dari Aplikasi perkantoran menggunakan seluruh sumber daya dalam peralatan elektronik non komputer perusahaan, baik sumber daya dan aplikasi perkantoran masukan, proses maupun output. Data menggunakan komputer. Dalam yang sudah terproses menjadi banyak hal fungsi dari kedua jenis informasi dalam database juga aplikasi di atas adalah sama hanya didapatkan dari lingkungan sistem peralatannya saja yang berbeda perusahaan serta data-data hasil olahan dari para manager sebagai problem solver. Aktivitas Mendapatkan data, mengolah data, Mendapatkan data, mengolah data, menyimpan data, menyiapkan menyimpan data, menyiapkan dokumen berdasarkan pemakai dokumen berdasarkan pemakai database dan dari sudut pandang database dan dari sudut pandang perancang database perancang database Dari tabel di atas diketahui bahwa aktivitas antara database dan aplikasi TIK adalah sama yaitu saling terkait, tanpa aplikasi TIK, database yang dimiliki kurang maksimal begitu pula jika aplikasi TIK tidak mampu menghasilkan data base akan berdampak pada aktivitas admistrasi perkantoran. DESAIN PENGEMBANGAN IMPLEMENTASI TIK DALAM ADMINISTRASI PERKANTORAN BERBASIS BEST PRACTISES

Disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Alat dan Lab Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Semarang tanggal 25 Nopember 2000. Sumber : http://www.w3.org/TR/REC-html40. diakses tanggal 2 Oktober 2010
8

Adopsi dari Raymond Mc Leod, Management Informastion System, a Study of Computer-Based Information System, Prentice Hall, 8th edition, 2001

135

Pemanfaatan TIK mengalami perkembangan pesat dalam pemanfaatan dan penggunaannya. Pemanfaatan TIK tidak hanya terbatas pada organisasi saja tapi juga meluas sampai ke pemanfaatan secara personal. Penggunaannya TIK ini hampir pada semua aktivitas kehidupan manusia atau dapat dikatakan bahwa saat ini tingkat ketergantungan manusia dalam kehidupannya sangat tinggi terhadap TIK. Organisasi sebagai salah satu pengguna TIK dituntut untuk dapat beradaptasi terhadap perkembangan TIK tersebut. Dalam perkembangannya, berlaku seleksi alam, bahwa ada organisasi ada yang mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan perkembangan TIK namun ada pula yang tidak, hal ini tentunya akan berdampak pada proses komunikasi dan penggunaan informasi dalam pengambilan keputusan. Tatiek Maryati (2009)9 menjelaskan hasil penelitiannya yang dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis, Departemen Perhubungan adalah mampu implementasi TIK dalam aktivitas administrasi perkantoran adalah keterbatasan organisasi dalam beradaptasi terhadap perkembangan TIK adalah pada aspek ketersediaan SDM dan infrastruktur TIK sehingga mengakibatkan kesenjangan digital (digital devides). Inti utama dalam desain ini adalah pemberdayaan SDM departemen sendiri tanpa melakukan outsourcing SDM profesional dari luar. Infrastruktur telekomunikasi antara lain terdiri dari jaringan telekomunikasi, menara, infrastruktur perkantoran misalnya komputer, printer, facsimile dan telepon; infrastruktur penunjang kerja seperti alat monitoring spektrum frekuensi serta infrastruktur penunjang seperti kabel LAN atau Hub. Kendala yang dihadapi dalam memenuhi kualitas infrastruktur terkait keterbatasan anggaran organisasi menjadikan kualitas maupun kuantitas infrastruktur masih lemah. Selain infrastruktur, di dalam mengoperasikan infrastruktur telekomunikasi dibutuhkan SDM yang profesional di bidangnya yang dapat mendukung kelancaran tugas penyelenggaraan layanan infrastruktur telekomunikasi. Keberadaan infrastruktur yang ada perlu memiliki keseimbangan kesiapan SDM yang profesional sebagai pelaksana tugas terkait yang dapat mengimbangi dengan fasilitas infrastruktur yang ada, dengan harapan ketersediaan infrastruktur menjadi efisien dan optimal dalam pelayanan. Langkah pemberdayaan SDM juga sangat penting dalam mengantisipasi perkembangan teknologi informasi, khususnya terkait dengan fasilitas infrastruktur yang tersedia, agar layanan bidang telekomunikasi dapat lebih baik lagi. Sehingga desain implementasi TIK adalah sebagai berikut :

Jurnal Depkominfo Vol 2 Tahun 2009

Tatiek Maryati. 2009. Strategi Pemberdayaan Infrastruktur Telekomunikasi dan Pemberdayaan SDM dalam Mendukung TIK.

136

Gambar 2 : Desain Pemberdayaan SDM dalam Impelementasi TIK di UPT Departemen Perhubungan
Kondisi saat ini Infrastruktur telekomunikasi dan SDM Telekomunikasi di Unit Pelaksana Teknis Depkominfo

Perkembangan global infrastruktur telekomunikasi dan perkembangan ICT

Analisis dan Evaluasi: kondisi SDM pada UPT Pemberdayaan saat ini Kendala yang dihadapi

=Peraturan Perundangan =Kebijakan Pembangunan TIK =Konvergensi teknologi =Digital divide

Keberdayaan infrastruktur telekomunikasi dan kemampuan SDM dalam pemanfaatan infrastruktur telekomunikasi

Tingkat kebutuhan : -infrastruktur telekomuniks -pengembangan SDM TIK -Manajemen Sistem untuk optimalisasi kinerja

Profesionalisme SDM dan optimalisasi infrastruktur telekomunikasi

Seamolec (2008)10 merancang mekanisme pembelajaran dengan nama JENI yaitu JENI Mobile Game Base Learning(jmGBL) menawarkan suatu model pembelajaran baru yang menarik dan menyenangkan karena dengan bermain game tanpa terasa meningkatkan pemahaman materi yang telah disampaikan di kelas, seperti pada gambar berikut : Gambar 3 : JENI Mobile Game Base Learning

10

Laporan Penelitian 2008. Permainan Edukatif Berbasis Mobile Sebagai Media Pembelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Sumber : http://www.seamolec.org/rnd2008f/laporan%20penelitian.DOC. Diakses tanggal 2 Oktober 2010

137

Desain di UPT (Tatiek Mariyati, 2009) Terkendala dengan anggaran dari pusat dalam peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur Sulitnya melakukan pemberdayaan SDM departemen sendiri Adanya pemisahan wewenang input dan penggunannya pada database yang berdasarkan pada UPT

Seamolec (2008)

Best Practises

Ketersediaan Infrastruktur

Infrastruktur yang besar dan kemampuan kabupaten/kota, provinsi terbatas SDM guru dan murid terbatas dan membutuhkan sosialisasi yang lama sebelum diimplementasikan

Infrastruktur dengan kondisi yang telah ada namun lebih pada peningkatan software

SDM TIK

SDM outsourcing atau dari luar organisasi

Aksesbilitas

Sentralisasi data sehingga dalam pencarian dokumen lebih mudah

Desentralisasi pada masing-masing unit atau bagian dan sentralisasi secara proporsional

Dari kedua desain yang telah diimplementasikan, maka best practises desain implementasi TIK dalam administrasi perkantoran dapat dijelaskan pada gambar berikut :

138

Gambar 4 : Desain Implementasi TIK best practises11

Gambar tersebut menjelaskan tentang beberapa aspek dalam implementasi best practises penggunaan TIK dalam administrasi perkantoran adalah (a) pengadaan SDM sebagai konsultan dapat diperoleh dari luar organisasi, dimana organisasi hanya sebagai pengguna bukan sebagai pembuat (2) infrastruktur yang hanya meningkatkan kualitas software yang dapat diuraikan secara positif dalam implementasinya yaitu : 1. Web-Based : Setiap informasi dapat diakses dengan mudah baik melalui intranet untuk kalangan terbatas maupun internet untuk umum. Dengan basis seperti ini, pengguna tidak terbebani dengan keharusan untuk memiliki, memasang, mempelajari, dan menggunakan berbagai software untuk berbagai aplikasi tetapi hanya cukup membutuhkan 1 (satu) program web browser yang amat mudah penggunaannya dan biasanya telah tersedia. 2. Fleksibility : Berbagai jenis komputer pengguna dengan berbagai sistem operasi akan tetap dapat menggunakan sistem informasi tersebut. 3. Centrelized : Penggunaan Database Terpusat menjamin agar setiap pengguna memperoleh informasi yang sama, akurat, dan paling aktual sehingga akan mengurangi duplikasi data serta dapat langsung diproses lebih lanjut (waktu yang lebih singkat). 4. Authorized : Keamanan hak akses terhadap data yang vital dan non-publik, namun tetap memberikan kemudahan bagi pengguna yang punya kewenangan untuk mendapatkan atau mengolah data yang diperlukan. 5. Three-Tiered : Konsep arsitektur Three-Tiered memfasilitasi kemungkinan terjadinya perubahan aturan administrasi di organisasi tersebut. Sistem juga menerapkan prinsip client-

11

Albarda. 2006. Pengelolaan Dokumen Perkantoran Berbasis TI (e-administration). Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung

139

server sehingga memungkinkan untuk perluasan sistem yang secara teoritis tidak terbatas, baik dalam ruang lingkup maupun jumlah data yang diolah. PENUTUP Sebagai institusi yang rentan terhadap perubahan berupa perkembangan dinamis organisasi dan TIK, maka organisasi perlu terus mengembangan diri beradaptasi dengan perubahan paradigma dalam administrasi perkantoran Pertimbangan aspek teknis dan non-teknis dalam hubungan antar organisasi harus menjadi kriteria yang menentukan. Aspek teknologi terkait lainnya yang juga perlu dipertimbangkan adalah keamanan sistem informasi dan dokumen elektronik itu sendiri DAFTAR PUSTAKA Albarda. 2006. Pengelolaan Dokumen Perkantoran Berbasis TI (e-administration). Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung Alifia Yulfitri. 2008. Pengukuran Kesenjangan Digital dalam Pelaksanaan TIK di Lingkungan Pegawai Pemerintahan. Makalah disampaikan dalam Konferensi dan Temu Nasional TIK untuk Indonesia. 21 23 Mei 2008 di Jakarta Arief Yulianto. 2009. Model Kompetensi Guru RSBI. Semarang : Penelitian Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Dwi Eko Waluyo. Disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Alat dan Lab Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Semarang tanggal 25 Nopember 2000. Sumber : http://www.w3.org/TR/REC-html40. diakses tanggal 2 Oktober 2010 Irwan Yantu. 2006 Bahan Ajar Mata Kuliah Manajemen Perkantoran. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Raymond Mc Leod. 2001. Management Informastion System, a Study of Computer-Based Information System, Prentice Hall, 8th edition Seamolec. Laporan Penelitian 2008. Permainan Edukatif Berbasis Mobile Sebagai Media Pembelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Sumber : http://www.seamolec.org/rnd2008f/laporan%20penelitian.DOC. Diakses tanggal 2 Oktober 2010 Tatiek Maryati. 2009. Strategi Pemberdayaan Infrastruktur Telekomunikasi dan Pemberdayaan SDM dalam Mendukung TIK. Jurnal Depkominfo Vol 2 Tahun 2009 The Liang Gie. 1981. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta : Nurcahya Yogyakarta

140

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN KEBIASAAN MEMBACA BUKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES Dede Atikah (Universitas Negeri Semarang) Sarjana Pendidikan Ekonomi, Jurusan manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Email: hakitaeded@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dalam Proses Belajar Mengajar dan Kebiasaan Membaca Buku Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan yang berjumlah 109 siswa. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu Kompetensi Profesional Guru (X1) dan Kebiasaan Membaca Buku (X2), serta variabel terikat yaitu Hasil belajar (Y). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner (Angket) dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif persentase dan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru dan kebiasaan membaca buku mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar. Dari hasil analisis deskriptif persentase diperoleh kompetensi profesional guru (X1)= 60,55% dengan kriteria sangat baik. Kebiasaan membaca buku (X2)= 52,29% dengan kriteria baik, sedangkan hasil belajar (Y)=59,63% dengan kriteria belum tuntas. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan (Uji F) yang menunjukkan bahwa Fhitung = 36,390 dengan tingkat sig 0,000 < 0,05 sehingga H3 yang berbunyi ada pengaruh kompetensi professional guru dalam proses belajar mengajar dan kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar diterima. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel kompetensi profesional guru menunjukan bahwa thitung = 3,600 dengan sig 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak sehingga H1 yang berbunyi kompetensi profesional guru berpengaruh secara parsial terhadap hasil belajar diterima. Demikian pula untuk variabel kebiasaan membaca buku (X2) didapat thitung = 2,770 dengan sig 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga H2 yang berbunyi kebiasaan membaca buku berpengaruh secara parsial terhadap hasil belajar diterima. Kata Kunci : Kompetensi Profesional Guru, Kebiasaan Membaca Buku, Dan Hasil Belajar.

1. Pendahuluan Latar Belakang Mutu pendidikan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidik. Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat langsung pada rendahnya mutu sumber daya manusia bangsa kita. Karena proses untuk melahirkan sumber daya manusia yang bermutu hanya bisa melalui jalur pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula. Bila dilihat lebih jauh, rendahnya mutu pendidikan bangsa ini tidak bisa lepas dari kondisi para guru sebagai salah satu unsur penyelenggara pendidikan. Guru mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam keseluruhan upaya pencapaian mutu pendidikan (Sholeh, 2006: 5). Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan (Bafadal, 2003: 4). Semua komponen dalam proses belajar mengajar seperti materi, media, sarana dan prasarana, dan pendidikan tidak akan banyak memberikan dukungan yang maksimal atau tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran tanpa didukung oleh keberadaan guru yang secara continue berupaya mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap yang terunggul dalam tugasnya sebagai pendidik. Proses belajar dan hasil belajar para siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi profesional guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan

141

belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal (Hamalik, 2008: 36). Kompetensi professional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang apapun. Dengan kompetensi professional, dapat diduga berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu (Hamzah, 2008: 65). Sedangkan menurut pakar lain Kompetensi professional guru merupakan kemampuan penguasaan mata pelajaran secara luas dan mendalam, yang harus dikuasai oleh guru (Harwanto, 2008: 46). Kebiasaan belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang difikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973) dalam Muhibbin Syah (1995: 118) kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, kebiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebiasaan diartikan sebagai sesuatu yang biasa dikerjakan. Suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis dapat digambarkan dari perilaku membaca. Membaca merupakan suatu kegiatan belajar siswa yang paling banyak memakan waktu dan memerlukan pemikiran sepenuhnya. Menurut pendapat William Baker, sekitar 85% dari semua kegiatan belajar di sekolah terdiri atas membaca. Jadi, membaca kiranya merupakan sarana utama bagi siswa untuk mencapai keberhasilan belajar (The Liang Gie, 2002: 57). Membaca merupakan kegiatan dan kemampuan khas manusia. Walaupun demikian, kemampuan membaca tidak terjadi secara otomatis karena harus didahului oleh aktivitas dan kebiasaan membaca yang merupakan wujud dari adanya minat membaca. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat diartikan kegiatan membaca yang biasa dilakukan, sifatnya relatif menetap dan otomatis, apabila tidak dilakukan maka akan timbul perasaan kurang lengkap. Kebiasaan membaca pada siswa di sekolah dapat dilihat kebiasaan membaca buku-buku terkait mata pelajaran ekonomi di perpustakaan. Keberadaan perpustakan membawa dampak positif untuk mendukung keberhasilan pelajaran ekonomi, oleh karena itu perpustakaan merupakan faktor pendukung proses belajar siswa. Mereka dapat meminjam buku pelajaran atau mencari referensi untuk mengerjakan tugas. Perpustakaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan sekolah dan dengan perpustakaan mempermudah siswa memperoleh buku bacaan tanpa harus membeli. Kebiasaan membaca tidak hanya dapat dilakukan di perpustakaan, ada sebagian siswa yang menggunakan perpustakaan hanya untuk meminjam buku saja, mereka memilih untuk mempelajarinya di rumah. Keluarga adalah orang yang paling dekat dengan dirinya. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Pembelajaran pertama seorang anak diperoleh dari keluarga, orang tua berperan besar untuk menumbuhkan kebiasaan membaca anak. Sebaiknya orang tua mengenalkan aktivitas membaca sedini mungkin, memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam kegiatan membaca serta memberikan stimulasi berkaitan dengan membaca. Misalnya, mengenalkan buku pada anak sesuai usianya. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di SMP Negeri 3 Ketanggungan pada kelas VIII yang terdiri dari 3 kelas, dengan jumlah 109 siswa. Perolehan hasil belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut:

142

Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Nilai Ulangan Harian keNilai Ulangan Harian ke-2 1 Kelas 7,0 < 7,0 7,0 < 7,0 VIII 61 Siswa 48 Siswa 43 Siswa 66Siswa Sumber: Data sekolah 2010 Kompetensi profesional ini dapat dilihat dari guru mampu menguasai materi, mampu mengelola kelas, mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa, mampu menyediakan media pembelajaran, mampu memberikan bahan-bahan ajar dengan contoh-contoh yang benar, berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, mempunyai keterampilan memilih bahan ajar, menjaga ketertiban kelas, sebagai motivator belajar, dapat mengaktifkan siswa, memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi, menilai siswa secara obyektif, dan dapat menjadi konselor bagi siswa terkait permasalahan mata pelajaran ekonomi. Padahal tidak sedikit koleksi buku-buku yang disediakan sekolah, sehingga mempengaruhi data peminjam buku dan jumlah siswa yang berkunjung di perpustakaan. Di bawah ini adalah daftar koleksi buku, peminjaman buku, dan jumlah siswa yang berkunjung ke perpustakaan SMP Negeri 3 Ketanggungan. Tabel 2 Koleksi Buku Ekonomi Kelas VIII di Perpustakaan SMP Negeri 3 Ketanggungan Tahun 2009/ 2010 N Ju o Judul Buku Penerbit mlah 1 IPS Ekonomi Erlangga 125 2 IPS Ekonomi Yudhistira 135 Buku Kerja Ekonomi 3 2A Erlangga 150 Buku Kerja Ekonomi 4 2B Erlangga 150 Pusat Perbukuan 5 IPS Terpadu Depdiknas 135 Pusat Perbukuan 6 IPS Ekonomi Depdiknas 150 Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 3 Ketanggungan

143

Tabel 3 Data Peminjam Buku Ekonomi di Perpustakaan SMP Negeri 3 Ketanggungan Tahun 2009/ 2010 Jumlah Peminjam Bulan Kelas VIII 0743 Siswa 2009 0842 Siswa 2009 0924 Siswa 2009 1048 Siswa 2009 1147 Siswa 2009 1219 Siswa 2009 0146 Siswa 2010 0217 Siswa 2010 0328 Siswa 2010 Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 3 Ketanggungan Dapat dilihat dari tabel peminjaman buku di perpustakaan, siswa tidak hanya membaca buku pada saat di perpustakaan saja, tetapi meminjam untuk dibaca di rumah. Tabel 4 Data Kunjungan Siswa ke Perpustakaan SMP Negeri 3 Ketanggungan Tahun 2009/ 2010 Kelas Bulan VIII 07-2009 67 Siswa 08-2009 64 Siswa 09-2009 40 Siswa 10-2009 84 Siswa 11-2009 95 Siswa 12-2009 34 Siswa 01-2010 71 Siswa 02-2010 31 Siswa 03-2010 45 Siswa Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 3 Ketanggungan

144

Hal ini dapat dilihat pada kondisi di mana ruang perpustakaan dipadati siswa membaca, menandakan bahwa buku-buku tersebut dibaca dan jumlah kunjungan siswa yang banyak. Dengan kondisi buku yang rapi dan penataan yang tersistem, membuat siswa menjadi berminat untuk membaca buku perpustakaan. Dalam kegiatan belajar sebagian besar adalah aktifitas membaca. Oleh karena itu upaya peningkatan kebiasaan membaca sangat penting untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan yang terjadi di SMP Negeri 3 Ketanggungan yaitu mengenai kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar dan kebiasaan membaca buku dengan hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan uraian di atas, maka akan diadakan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dalam Proses Belajar Mengajar dan Kebiasaan Membaca Buku terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes Tahun Ajaran 2009/2010 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan permasalahan sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010? 2. Adakah pengaruh kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010? 3. Adakah pengaruh kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar dan kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010? 4. Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar dan kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010 baik secara simultan maupun parsial? Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui adakah pengaruh kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010. 2. Untuk mengetahui adakah pengaruh kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar dan kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar dan kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010 baik secara simultan maupun parsial.

145

2. Bukti Empiris Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Tri Anni, 2006: 5). Kompetensi profesional, merupakan kemampuan penguasaan mata pelajaran secara luas dan mendalam, yang harus dikuasai oleh guru. Tidak saja materi yang sesuai bidang tugasnya, tetapi juga kemampuan mengintegrasikan dan menghubungkan dengan materi-materi mata pelajaran lainnya, sehingga seorang guru mampu menyajikan materi secara utuh kepada anak muridnya (Harwanto, 2008: 46). Menurut Burghardt (1973) dalam Muhibbin Syah (1995: 118) kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, kebiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Menurut The Liang Gie (1995: 194) kebiasaan adalah perilaku seseorang yang dilakukannya secara tetap atau sama dari waktu ke waktu tanpa pemakaian banyak pikiran. Membaca adalah serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memahami makna sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya (The Liang Gie, 1995: 272). Menurut Nurhadi (2005: 13), membaca pada hakikatnya adalah proses berfikir. Ingat apa kata seorang ahli membaca yang bernama Edward L. Thorndike, Reading as Thinking dan Reading as Reasoning. Artinya, bahwa proses membca itu sebenarnya tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berpikir dan bernalar. Sedangkan menurut Tarigan (1986: 7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. 3. Metodologi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggunagan Kabupaten Brebes tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah 109 siswa terdiri dari tiga kelas yaitu kelas VIII A dengan jumlah 37 siswa, kelas VIII B dengan jumlah 35 siswa dan kelas VIII C dengan jumlah 37 siswa, seperti tampak pada tabel berikut ini: Tabel 5 Populasi penelitian N Kelas Jumlah o siswa 1 VIII A 37 Siswa 2 VIII B 35 Siswa 3 VIII C 37 Siswa Jumlah 109 Siswa Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 3 Ketanggungan Penelitian ini merupakan penelitian populasi, karena subyek yang berjumlah 109 siswa seluruhnya dijadikan subyek penelitian. Analisis regresi yang dipergunakan menggunakan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan: Y = variabel terikat (hasil belajar) a = konstanta b1 = Nilai koefisien variabel bebas X1 b2 = Nilai koefisien variabel bebas X2 (Sugiono, 2007: 275). Angket/kuesioner yang digunakan menggunakan pendekatan skala likert dimana setiap pernyataan dalam angket memiliki lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS). Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Dari kelima jawaban tersebut

146

masing-masing memiliki skor yang akan menentukan apakah jawaban dari pernyataan tentang variabel-variabel penelitian tersebut tinggi atau tidak. Skor tersebut terdiri dari: a. Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) b. Skor 4 untuk jawaban Setuju (S) c. Skor 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS) d. Skor 2 untuk jawaban Tidak setuju (TS) e. Skor 1 untuk jawaban Sangat tidak Setuju (STS) 4. Hasil Empiris
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error 23.681 5.224 .237 .066 .338 .122 Standardized Coefficients Beta .388 .299 Correlations Partial .330 .260 Collinearity Statistics Tolerance VIF .481 .481 2.079 2.079

Model 1

(Constant) X1 X2

t 4.533 3.600 2.770

Sig. .000 .000 .007

Zero-order .603 .578

Part .269 .207

a. Dependent Variable: Y

5. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar mata pelajaran Ekonomi Kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan sebesar 10,89%. 2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Ekonomi Kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan sebesar 6,76%. 3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dalam proses belajar mengajar dan kebiasaan membaca buku terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Ekonomi Kelas VIII SMP Negeri 3 Ketanggungan sebesar 39,60%. 6. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan Ke Dua Belas. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Bafadal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi aksara. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semaranng: IKIP Semarang Press. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud Dan Rineka Cipta. Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ghozali, Ahmad. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP Press. Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. 1994. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Harwanto. 2008. Memilih Profesi Guru?. Banten: Cerad Insan Cendekia Mulyono. 2008. Pengaruh Minat, Kebiasaan Membaca Buku Perpustakaan Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Di Smk Negeri 2 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Semarang. UNNES. Niam Sholeh, Asrorun. 2006. Membangun Profesionalitas guru. Jakarta: Paramuda. Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Salam, Burhanudin. 2004. Cara Belajar Sukses Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rineke Cipta. Sardiman. 1994. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soedibyo, Noerhayati. 1987. Pengelolalaan Perpustakaan Jilid 1-2. Bandung: Alumni. Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

147

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosdakarya. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca Sebagai Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. The Liang Gie. 1995. Cara Belajar Yang Efisien Jilid II. Yogyakarta: PUBIB. Tri Arni, Catharina, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press. Umar, Husein. 2001. Riset Akuntansi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Uno, Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi aksara.

148

PENGARUH CARA BELAJAR, PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010 Erni Dwijayanti ABSTRAK Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah cara belajar, penggunaan media pembelajaran dan motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh cara belajar, penggunaan media pembelajaran, motivasi dan prestasi belajar kewirausahaan siswa Kelas X SMK Negeri 1 Pringapus Tahun Ajaran 2009/2010, pengaruh secara parsial cara belajar, penggunaan media pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus Tahun Ajaran 2009/2010, pengaruh secara simultan cara belajar, penggunaan media pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus Tahun Ajaran 2009/2010. Sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 137. Metode pengumpulan data yang digunakan angket dan dokumentasi. Instrumen yang disusun kemudian diuji validitas menggunakan rumus product moment dan reliabilitas menggunakan rumus alpha. Berdasarkan analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa cara belajar dalam kriteria tinggi (57,6%), penggunaan media pembelajaran dalam kriteria tinggi (65,6%), motivasi dalam kriteria tinggi (56,3%), dan prestasi belajar dalam kriteria baik (58,4%). Berdasarkan analisis regresi berganda diperoleh model regresi Y = 47,981 + 0,183 X1 + 0,873 X2 + 0,563 X3 . Ada pengaruh yang signifikan cara belajar terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus secara parsial dengan koefisien korelasi sebesar 0,183 serta keberartian koefisien regresi uji t sebesar 2,012 dan signifikansi sebesar 0,046. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus secara parsial dengan koefisien korelasi sebesar 0,873 serta keberartian koefisien regresi uji t sebesar 2,657 dan signifikansi 0,009. Ada pengaruh yang signifikan motivasi terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus secara parsial dengan koefisien regresi sebesar 0,563 dan keberartian koefisien regresi uji t sebesar 2,391 dan signifikansi sebesar 0,018. Kata Kunci : Cara Belajar, Penggunaan Media Pembelajaran, Motivasi, Prestasi Belajar. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak kita jumpai pendidik baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional yang masih kurang memperhatikan penumbuhan sikap dan perilaku kewirausahaan sasaran didik. (Suryana, 2003:3) 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh cara belajar, penggunaan media pembelajaran, motivasi dan prestasi belajar kewirausahaan siswa Kelas X SMK Negeri 1 Pringapus Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh secara parsial cara belajar, penggunaan media pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus Tahun Ajaran 2009/2010. 1.3 Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan sifat populasi. Mengingat sifat populasi bersifat homogen pada siswa kelas X Program Keahlian Multimedia dan Tata Busana SMK Negeri 1 Pringapus Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010, dan tersebar secara proporsional merata kesetiap kelas, maka teknik pengambilan sampel dengan menggunakan proporsional random sampling. Sehingga setiap responden mempunyai kesempatan yang sama

149

sebagai sampel dalam penelitian. Untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin (Husein Umar,2006:78) yaitu : Keterangan : N : Ukuran populasi n : Ukuran Sampel e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditorerir atau diinginkan, e derajat kesalahan dalam penelitian sebesar 5% dengan tingkat signifikan 95%

(137) Berdasarkan perhitungan tersebut maka sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah berjumlah 137 orang siswa kelas X Program Keahlian Multimedia dan Tata Busana SMK Negeri 1 Pringapus Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Penyebaran sampel dari populasi secara lebih lengkap adalah sebagai berikut :

N o 1 . 2 . 3 . 4 . 5 . 6 .

Kelas X MM 1 X MM 2 X TB 1 X TB 2 X TB 3

Tabel 3.1 Sampel Penelitian Teknik Jumlah Pengambilan Populasi sampel 38 37 34 33 33

Jumlah Sampel 25 24 22 22 22 22

X TB 33 4 Jumlah 208 Populasi Keterangan : MM : Multimedia TB : Tata Busana (Sumber : Tata Usaha SMK N 1 Pringapus)

Jumlah Sample

137

150

1.4 1.4.1.

Metode Pengumpulan Data Metode Dokumentasi Dalam penelitian ini data diambil dari arsip yang dimiliki oleh guru mata pelajaran kewirausahaan kelas X SMK Negeri 1 Pringapus. Data yang dapat diambil dengan metode dokumentasi tersebut adalah data tentang jumlah siswa, nama siswa, dan data prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas X pada mata pelajaran kewirausahaan yang diambil dari nilai ulangan pada semester II tahun ajaran 2009/2010. 1.4.2. Metode Angket (kuesioner) Adapun jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang memungkinkan responden hanya memilih alternatif jawaban yang disediakan. 1.5. Uji Instrumen Uji coba instrumen penelitian dilakukan sebelum angket diberikan kepada responden. Tujuan dari uji coba instrumen adalah untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang kurang jelas maksudnya, menghilangkan kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan penambahan atau mengurangi item. 1.5.2. Validitas Dalam penelitian ini pengukuran validitas diukur dengan menggunakan bentuk metode statistik. Data yang terkumpul diuji dengan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson (Suharsimi,2006:162)

Dimana: = koefisien korelasi. = jumlah responden. = skor item angket. = skor total angket. Adapun uji coba instrumen menggunakan SPSS for windows 13 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Validitas Variabel Cara Belajar ( No. Soal Kriteria 1 0,501 0,338 Valid 2 0,696 0,338 Valid 3 0.576 0,338 Valid 4 0,453 0,338 Valid 5 0,491 0,338 Valid 6 0,563 0,338 Valid 7 0,588 0,338 Valid 8 0,660 0,338 Valid 9 0,579 0,338 Valid 10 0,668 0,338 Valid 11 0,398 0,338 Valid 12 0,548 0,338 Valid 13 0,547 0,338 Valid 14 0,492 0,338 Valid 15 0,639 0,338 Valid Sumber : Data penelitian diolah, 2010

151

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas Variabel Penggunaan Media Pembelajaran( No. Soal Kriteria 16 17 18 19 0,511 0,496 0.645 0,344 0,338 0,338 0,338 0,338 Valid Valid Valid Valid

Sumber : Data penelitian diolah, 2010 Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Validitas Variabel Motivasi ( No. Soal Kriteria 20 0,439 0,338 Valid 21 0,266 0,338 Tidak Valid 22 0.378 0,338 Valid 23 0,316 0,338 Tidak Valid 24 0,505 0,338 Valid 25 0,524 0,338 Valid 26 0,626 0,338 Valid 27 0,627 0,338 Valid 28 0,516 0,338 Valid

Sumber : Data penelitian diolah, 2010 1.6. Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu alat ukur dalam mengukur apa yang diukur. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha (Suharsimi, 2006:193) yaitu: = Dimana: = reliabilitas instrumen. = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal. = jumlah varians butir. = varians total. Sebelum menggunakan rumus Alpha terlebih dahulu harus dicari varian butirnya dengan rumus :
( X )2 ( X )2 2 N : Varian Tiap butir N X : Jumlah Skor butir N : Jumlah Responden 1.7. Metode Analisis Data Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. 1.7.1 Metode Analisis Deskriptif Persentase Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis ini adalah: 1. Membuat tabel distribusi jawaban angket. 2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan. 3. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden. 4. Memasukkan skor tersebut kedalam rumus (Ali, 2004:186) sebagai berikut: Persentase skor (%) = 100%

Keterangan:

152

n = jumlah nilai yang diperoleh. N = jumlah nilai ideal (jumlah responden x jumlah skor x skor tertinggi). 5. Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel. Dalam penyajiannya, hasil analisis ini didasarkan pada distribusi frekuensi yang memberikan gambaran mengenai distribusi subjek menurut kategori-kategori nilai variabel. Untuk mengetahuinya didasarkan pada nilai atau skor yang telah ditetapkan untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam angket. Untuk menentukan kategori deskripsi persentase (DP) yang diperoleh, maka dibuat tabel kategori yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Persentase maksimal = (4/4) x 100% = 100% 2. Persentase minimal = (1/4) x 100% = 25% 3. Rentang persentase = 100% - 25% = 75% 4. Interval kelas persentase = 75% / 4 = 18,75% Maka tabel kriteria untuk variabel cara belajar ( ), penggunaan media pembelajaran ( ), dan motivasi ( ) serta prestasi belajar (Y) sebagai berikut : Tabel 3.5 Kriteria Cara Belajar, Penggunaan Media Pembelajaran, dan Motivasi Kriteria Penggunaan Media Pembelajaran Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah

Interval 81,26% 100,00% 62,51% 81,25% 43,76% - 62,50% 25,00% - 43,75%

Cara Belajar Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah

Motivasi Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah

Tabel 3.6 Kriteria Prestasi Belajar Interval Kriteria 85 100 Sangat Baik 70 84 Baik 55 69 Cukup < 54 Kurang 1.7.2. Analisis Regresi Ganda Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut : Y = 0 + 1X1 + 2X2 3X3 e Dimana : Y : Prestasi belajar X1 : Cara Belajar X2 : Penggunaan media pembelajaran X3 : Motivasi 0 : Konstanta 1 : Koefisien regresi e : Error Toleransi kesalahan yang ditetapkan sebesar 5 % dengan signifikansi sebesar 95 %. 1.7.3. Uji F atau Simultan Pengujian simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu membandingkan dan yang terdapat pada tebel Analysis of Variance yang dihitung melalui SPSS For Windows 13.

153

Untuk menentukan nilai , tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 = 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (N k) dan (k 1) dimana N adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel. Kriteria uji yang digunakan adalah: Jika ( ditolak Jika ( diterima Adapun uji hipotesisnya adalah: = , = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. = , , artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. 1.7.4. Uji t atau Parsial Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Untuk mengetahui nilai , ditentukan tingkat signifikansi 0,05 = 5% dengan derajat kebebasan df = (N-k) dimana N adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel. Pengujian ini dihitung melalui SPSS For Windows 13. Kriteria uji yang digunakan adalah: Jika ( ditolak Jika ( diterima Adapun uji hipotesisnya adalah: = , = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. = , , artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. 1.7.5. Koefisien Determinasi ( ) Koefisien determinasi merupakan ukuran yang dapat dipergunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Bila koefisien determinasi = 0, berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh sama sekali (=0%) terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya, bila koefisien determinasi =1, berarti variabel tidak bebas 100% dipengaruhi oleh variabel bebas, karena itu letak berada dalam selang (interval) antara 0 dan 1. Secara aljabar dinyatakan : 0 secara sederhana merupakan suatu ukuran kemajuan ditinjau dari sudut pengurangan kesalahan total (total error). menunjukkan pengurangan atas kesalahan total ketika diplot sebuah garis regresi. 1.7.6 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

154

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Prestasi Belajar


1.0

0.8

Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Gambar 3.1 Uji Asumsi Normalitas (Normal P-Plot) 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y-prediksi Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. (Imam Ghozali, 2005: 105)
Scatterplot

Dependent Variable: Prestasi Belajar


3

Regression Studentized Residual

-1

-2

-3 -3 -2 -1 0 1 2

Regression Standardized Predicted Value

Gambar 3.2 3. Uji Multikolinearitas Tabel 3.7 Uji Multikolinearitas

155

a Coefficients

Model 1

Cara Belajar Penggunaan Media Pembelajaran Motivasi

Collinearity Statistics Tolerance VIF .397 2.521 .384 .296 2.603 3.382

a. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Dari tabel 3.7 di atas diperoleh angka VIF yaitu kurang dari 10 yaitu untuk variabel cara belajar sebesar 2,521; VIF untuk variabel penggunaan media belajar sebesar 2,603 dan VIF untuk variabel motivasi sebesar 3,382. Hal ini berarti tidak terdapat asumsi multikolinearitas dalam model regresi pada penelitian ini. 1.8. Pembahasan 1.8.1. Cara Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Kewirausahaan Cara belajar siswa SMK Negeri 1 Pringapus dalam mata pelajaran kewirausahaan termasuk dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 57,6% dari 137 siswa yang berarti bahwa pada diri siswa sudah terdapat karakteristik individu yang mempunyai cara belajar yang tinggi. Karakteristik individu yang mempunyai cara belajar tersebut antara lain adalah dalam cara belajar siswa membuat jadwal dan melaksanakannya, membaca dan membuat catatan untuk mempermudah belajar, mengulang bahan pelajaran agar tidak lupa, konsentrasi dan senantiasa mengerjakan tugas. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:82) yang menyatakan bahwa kebiasaan yang mempengaruhi belajar yaitu pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi, dan mengerjakan tugas. 1.8.2. Penggunaan Media Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kewirausahaan Penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran kewirausahaan termasuk dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 65,6% dari 137 siswa, yang berarti bahwa dalam mata pelajaran kewirausahaan siswa telah menggunakan media pembelajaran dengan baik. Dalam pembelajaran kewirausahaan media hendaknya benar-benar diperhatikan karena selain berfungsi untuk mempermudah penjelasan materi di kelas media disini berfungsi juga sebagai alat atau bahan praktek pembelajaran di lapangan. 1.8.3. Motivasi dalam Mata Pelajaran Kewirausahaan Motivasi dalam mata pelajaran kewirausahaan siswa SMK Negeri 1 Pringapus termasuk dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 56,3% dari 137 siswa yang berarti bahwa pada diri siswa sudah terdapat karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi. Karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi tersebut adalah adanya minat untuk belajar, berkonsentrasi pada saat pelajaran, bersikap aktif pada saat pelajaran dan memiliki hasrat untuk berprestasi. Hal ini sesuai pendapat (Sardiman, 2005:75) yang menyatakan bahwa Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, minat dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. 1.8.4. Prestasi Belajar dalam Mata Pelajaran Kewirausahaan Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Tuu, 2004:75). 1.8.5. Pengaruh Cara Belajar terhadap Prestasi Belajar Untuk menguasai materi kewirausahaan diperlukan adanya cara belajar yang mana siswa itu harus belajar dengan sungguh-sungguh seperti membaca dan mencatat, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas. Cara belajar yang baik dapat membuat siswa lebih mudah mempelajari materi yang disampaikan dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut. 1.8.6. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar

156

Penggunaan media sangat penting dalam proses pembelajaran terutama dalam penyampaian materi oleh guru pada siswanya, hal ini dikarenakan media berfungsi sebagai fasilitator untuk membantu menyederhanakan materi yang rumit pada saat guru menjelaskan. 1.8.7. Pengaruh Motivasi terhadap Prestasi Belajar Motivasi harus didasari dari adanya minat untuk belajar, berkonsentrasi, bersikap aktif dan memiliki hasrat untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapi tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan, tampak aktif, tidak mau menyerah, konsentrasi tertuju pada pelajaran, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasi belajarnya. 1.8.8. Pengaruh Cara Belajar, Penggunaan Media Pembelajaran dan Motivasi terhadap Prestasi Belajar Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa secara simultan cara belajar, penggunaan media pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa sebesar 45,6% dan diperoleh nilai = 39,039 dengan probabilitas 0.000 0,05, sehingga ditolak dan menerima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar, penggunaan media pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar kewirausahaan. Berdasarkan analisis deskriptif bahwa prestasi belajar kewirausahaan dalan kriteria baik, dari 137 siswa yang memiliki prestasi yang baik terdapat 80 siswa (58,4%). Di samping prestasi belajar kewirausahaan dipengaruhi oleh cara belajar, penggunaan media pembelajaran dan motivasi, juga dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 1.9. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini antara lain : 1. Berdasarkan deskriptif cara belajar menunjukkan bahwa cara belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus termasuk kriteria tinggi yaitu sebesar 57,6%. Tingkat penggunaan media pembelajaran termasuk kriteria tinggi yaitu sebesar 65,6% dan motivasi dalam mata pelajaran kewirausahaan juga termasuk kriteria tinggi yaitu sebesar 56,3% dari 137 siswa. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas X SMK Negeri 1 Pringapus secara parsial dengan koefisien korelasi sebesar 0,183 serta keberartian koefisien regresi uji t sebesar 2,012 dan signifikansi sebesar 0,046. 1.10. Saran Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa cara belajar, penggunaan media pembelajaran, dan motivasi termasuk dalam kriteria tinggi, maka saran yang dapat diajukan di dalam penelitian ini antara lain : 1. Dalam hal kelengkapan media hendaknya siswa memiliki lebih dari satu buku penunjang selain LKS dan buku paket untuk menambah wawasan kewirausahaan dan sekolah hendaknya menyediakan LCD sebagai media untuk menyampaikan materi kewirausahaan. 2. Dalam mengikuti mata pelajaran kewirausahaan hendaknya siswa meningkatkan konsentrasinya ketika guru sedang menyampaikan materi dengan cara tidak berbicara sendiri di dalam kelas. 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian serupa pada mata diklat lainnya. 1.11. Daftar Pustaka Abdurrohman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ali, Muhammad. 1993. Prosedur dan Strategi Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa.

157

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 1 BOYOLALI Oleh : Laela Nur Farida ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor kesiapan kerja yang dialami siswa kelas XI program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali dan untuk menganalisis faktor-faktor kesiapan kerja yang dominan. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 79 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan angket/kuesioner. Dan teknik analisa data menggunakan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 variabel mereduksi menjadi 11 variabel yang masing-masing mengelompok menjadi 3 faktor yaitu : 1) Pribadi Siswa dan Guru yang meliputi taraf inteligensi, sifat-sifat, strategi mengajar, dan minat. 2) On The Job Training meliputi dunia industri dan sekolah, kegiatan belajar di industri, kegiatan industri, dan bakat khusus. 3) Kurikulum yang meliputi kurikulum, kelembagaan, dan tempat belajar. Faktor kesiapan kerja yang dominan yaitu faktor pribadi siswa dan guru. Kata kunci : Faktor-Faktor Kesiapan Kerja I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005:263) Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk sumber daya manusia yanng memiliki keahlian akademik dan profesionalisme untuk menghadapi kemajuan jaman. Menurut Pidarta (2007:183) Sebagian masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Di mana-mana tampak anakanak muda mereka berebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun ada sejumlah kasus orang tua menolak menyekolahkan anak dengan dalih untuk membantu mencari nafkah.Mengapa masyarakat atau para remaja bersikap seperti itu, asumsi mereka adalah makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang diterima. Namun kenyataan menunjukkan tidak persis seperti itu. Lulusan S1 misalnya, banyak sekali yang belum bisa bekerja. Hal ini disebabkan karena pemakai tenaga kerja tidak percaya begitu saja kepada isi ijazah, mereka lebih percaya kepada kemampuan, keterampilan, dan kepribadian para pencari kerja. Dalam dunia pendidikan formal khususnya pada jenjang sekolah menengah atas, siswa mulai berorientasi ke masa depan untuk mencapai cita-cita dan pada saat yang sama mereka juga senang bermain di masa remajanya yang kadang mengesampingkan tugas pokoknya, yaitu belajar yang dapat bermanfaat. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di Indonesia yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Hal ini sesuai dengan tujuan SMK yaitu meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. SMK Negeri 1 Boyolali merupakan salah jalur pendidikan formal yang tidak hanya memberikan teori pada siswanya tetapi juga dengan keterampilan berupa praktik, baik yang

158

dilaksanakan di sekolah maupun di industri yang nantinya dapat membekali siswa sehingga mampu bersaing dalam menghadapi dunia kerja. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMK Negeri 1 Boyolali, diketahui bahwa mayoritas siswa memiliki latar belakang ekonomi keluarga menengah kebawah dan banyak lulusan yang bekerja dibandingkan melanjutkan studi. Hal ini menunjukkan bahwa memang sebagian besar tujuan siswa masuk di SMK yaitu untuk mempersiapkan diri mereka untuk memasuki dunia kerja setelah lulus. Namun, dari data penelusuran tamatan 3 tahun terakhir diketahui bahwa jumlah tamatan sebanyak 237 siswa. Dari jumlah tersebut 139 siswa dinyatakan sudah bekerja, 14 siswa melanjutkan studi, 22 siswa berwirausaha, 62 siswa belum bekerja/tidak diketahui. Berdasarkan kondisi ini diketahui bahwa jumlah tamatan yang dapat tersalurkan dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan masih ada sebagian siswa tamatan SMK Negeri 1 Boyolali yang belum memperoleh pekerjaan setelah lulus. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja siswa. Oleh sebab itu perlu adanya usaha untuk mencari faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja siswa. 1.2 Perumusan Masalah a. Adakah faktor-faktor kesiapan kerja yang dialami siswa kelas XI program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2009/2010? b. Adakah faktor-faktor kesiapan kerja yang dominan pada siswa kelas XI program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2009/2010? 1.3 Tujuan penelitian a. Untuk menganalisis faktor-faktor kesiapan kerja pada siswa kelas XI program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2009/2010. b. Untuk menganalisis faktor-faktor kesiapan kerja yang dominan pada siswa kelas XI program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2009/2010. II. LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan Kerja Menurut Slameto (2003:113) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi, setidaknya mencakup 3 aspek : 1. Kondisi fisik, mental dan emosional 2. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan 3. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Sedangkan menurut Chaplin dalam Kartono (2004:419) Readiness (kesiapan) adalah tingkat perkembangan dari kematangan / kedewasaan yang menguntungkan . Kesiapan diperlukan dalam menghadapi atau memecahkan suatu permasalahan saat menerima reaksi dari luar. Berdasarkan pengertian di atas, kesiapan yaitu penyesuaian kondisi seseorang dalam menghadapi suatu hal yang menjadi tujuannya. Seseorang dikatakan telah memiliki kesiapan ketika ia mampu menghadapi sesuatu hal dengan respon yang cepat dan tepat. Chaplin dalam Kartono (2004:540) kerja yaitu penyelesaian suatu tugas. Menurut Anoraga (2006:11) Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Proses penyiapan tenaga kerja pada dasarnya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, jalur latihan kerja dan jalur pemantapan dalam pengalaman lapangan kerja, sehingga jelas terlihat bahwa perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan dan sekaligus mencakup perencanaan pendidikan (Simanjuntak dalam Wena, 1996:121).

159

Pendidikan merupakan salah satu persiapan menuju suatu karier. Perkembangan karier remaja menurut Ginzberg dalam Sunarto dan Hartono (2008:202) ada pada periode pilihan tentatif (11-17 tahun). Hal itu ditandai oleh meluasnya pengenalan anak terhadap berbagai masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang akan dikerjakannya di masa mendatang. Sejalan dengan itu Tilaar (1991:12) dalam Muhidin (2009) menegaskan bahwa: pendidikan formal (sekolah kejuruan) seharusnya menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi siap latih yang kemudian diteruskan dengan program pelatihan, baik di dalam industri atau lembaga pelatihan tertentu. 2.2 Karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan Menurut Muchlas Samani dalam Muhidin (2009) secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Terdapat banyak definisi yang diajukan oleh para ahli tentang pendidikan kejuruan dan definisi-definisi tersebut berkembang seirama dengan persepsi dan harapan masyarakat tentang peran yang harus dijalankannya. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan suatu lembaga pendidikan yang menerapkan konsep pendidikan sistem ganda. Pada pendidikan kejuruan, kegiatan belajar selain dilakukan di lingkungan sekolah juga dilakukan pada dunia kerja atau industri. Oleh karena itu semua kegiatan pada pendidikan sistem ganda ini harus tetap mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan kejuruan, dimana semua yang terlibat dalam kegiatan ini harus saling bekerjasama dan saling mendukung. Dalam Undang-Undang RI No 2 Tahun 1989 Pasal 11 tentang Jenis pendidikan menyebutkan bahwa : Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu(Ihsan, 2005:128). Hal diatas menekankan bahwa lulusan pendidikan kejuruan diharapkan memiliki nilai tambah daripada sekolah menengah umum lainnya, yaitu mampu dan atau siap bekerja sesuai dengan program keahliannya. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Metode Eksplanatif (explanative research) karena ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel (Sukmadinata, 2008:20). Dalam hal ini menjelaskan hubungan antara tujuh belas (17) faktor kesiapan kerja siswa serta menganalisis relevansi antara beberapa indikator yang tercantum dalam faktor-faktor tersebut. 3.2 Populasi Penelitian Populasi menurut Babbie dalam Sukardi (2008:53) adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target hasil penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena memakai seluruh subyek penelitian yang kurang dari 100 siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah 79 siswa. 3.3 Variabel Penelitian Pada analisis faktor, variabel tidak dikelompokkan menjadi variabel bebas dan variabel terikat, sebaliknya sebagai penggantinya seluruh set hubungan interdependen antar variabel diteliti. Di dalam analisis faktor, teknik ini disebut dengan teknik interdependensi (Supranto, 2004:113). Variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa dapat berasal dari dalam diri siswa (internal) dan dari luar diri siswa (eksternal), yang diambil dari teori-teori kesiapan yang dikemukakan oleh Winkel dan Sri Hastuti (2006:647) serta dikembangkan dengan teori Wena (1996:17) dalam konsep kesiapan kerja dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Nilai-nilai Kehidupan (X1) 2. Taraf Intelegensi (X2) 3. Bakat Khusus (X3) 4. Minat (X4) 5. Sifat-Sifat (X5)

160

6. Pengetahuan (X6) 7. Keadaan Jasmani (X7) 8. Kelembagaan (X8) 9. Kurikulum (X9) 10. Materi Pembelajaran (X10) 11. Strategi mengajar (X11) 12. Kegiatan industri (X12) 13. Kegiatan Belajar di industri (X13) 14. Dunia industri dan sekolah (X14) 15. Kepentingan (X15) 16. Pengajar (X16) 17. Tempat belajar (X17) 3.4 Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Suharsimi, 2006:158). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data jumlah siswa, nama siswa, jumlah kelas, nilai praktek industri, presensi kehadiran siswa, penelusuran tamatan dan hal lain yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Angket/Kuesioner Angket dalam penelitian ini adalah bersifat tertutup, yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih dan dijawab secara langsung oleh responden. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari responden mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa kelas XI program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2009/2010. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner skala Likert dimana setiap item soal disediakan lima jawaban dengan skor masing-masing sebagai berikut : 1) Jawaban SS (Sangat Setuju) = skor 5 2) Jawaban S (Setuju) = skor 4 3) Jawaban KS (Kurang Setuju) = skor 3 4) Jawaban TS (Tidak Setuju) = skor 2 5) Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) = skor 1 3.5 Teknik Analisis Data Analisis faktor digunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang jumlahnya sedikit. Dalam penelitian ini analisis faktor digunakan untuk mengungkap faktorfaktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa kelas XI program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Faktor-faktor yang ada akan dilihat hubungannya (interdependen antar variabel), sehingga akan menghasilkan pengelompokan atau tepatnya abstraction dari banyak variabel menjadi hanya beberapa variabel baru atau factor IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis faktor dari tabel Total Variance Explained terbentuk 3 faktor. Faktor pertama dapat menjelaskan 38,16% variasi. Faktor kedua dapat menjelaskan 14,5% variasi dan faktor 3 dapat menjelaskan 9,84% variasi. Persentase kumulatif dari eigenvalue menunjukkan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa yaitu faktor pribadi siswa dan guru sebesar 69,87%.

161

Total Variance Explained Initial Eigenvalues % of Variance Cumulative % 38.160 38.160 14.498 52.658 9.838 62.496 7.378 69.873 6.111 75.984 5.599 81.583 5.002 86.585 4.374 90.959 3.828 94.787 2.829 97.616 2.384 100.000 Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 4.198 38.160 38.160 1.595 14.498 52.658 1.082 9.838 62.496 Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 2.553 23.213 23.213 2.363 21.479 44.692 1.958 17.803 62.496

Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Total 4.198 1.595 1.082 .812 .672 .616 .550 .481 .421 .311 .262

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Berdasarkan tabel output Rotated Component Matrix faktor 1) Pribadi Siswa dan Guru terdiri dari X2, X5, X11, X4, 2) On The Job Training terdiri dari X14, X13, X12, X3 dan 3) Kurikulum terdiri dari X9, X8, X17.
a Rotated Component Matrix

X2 X5 X11 X4 X14 X13 X12 X3 X9 X8 X17

1 .775 .750 .734 .686 .028 .025 .291 .469 .092 .012 .256

Component 2 .054 .078 .085 .399 .828 .719 .679 .616 .095 .230 .287

3 -.071 .265 .287 -.027 .130 .337 .248 .096 .792 .723 .670

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 6 iterations.

V. PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis faktor dari 17 indikator mereduksi menjadi 11 yang mengelompok menjadi 3 faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa kelas XI program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2009/2010, masing-masing pengaruh 11 indikator terhadap kesiapan kerja siswa, yaitu :

162

N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1

Indikator Taraf Inteligensi Sifat-sifat Strategi Mengajar Minat Dunia Industri dan Sekolah Kegiatan Belajar di Industri Kegiatan Industri Bakat Khusus Kurikulum Kelembagaan

Muatan Faktor 0,775 0,750 0,734 0,686 0,828 0,719 0,679 0,616 0,792 0,723

Variabel

Pribadi Siswa dan Guru

On The Job Training

Kurikulum

0,670 Tempat Belajar Secara keseluruhan, pengaruh 3 faktor terhadap kesiapan kerja siswa yaitu: Faktor 1 mampu menjelaskan 38,16% variasi. Faktor 2 mampu menjelaskan 14,5%, faktor 3 mampu menjelaskan 9,84% atau ketiga faktor mampu menjelaskan 62,5% variasi dan selebihnya sebesar 37,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model. 2. Besarnya faktor kesiapan kerja yang dominan yaitu faktor pribadi siswa dan guru dilihat dari nilai persentase kumulatif varian sebesar 69,87% 5.2 Saran Ada 11 indikator yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja siswa. Indikator tersebut membentuk 3 faktor baru yaitu : 1) pribadi siswa dan guru (taraf inteligensi, sifat-sifat, strategi mengajar, minat), 2) on the job training (dunia industri dan sekolah, kegiatan belajar di industri, kegiatan industri, bakat khusus), dan 3) kurikulum (kurikulum, kelembagaan, tempat belajar). Dari hasil penelitian ini, diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah a. Sekolah lebih meningkatkan kualitas pembelajaran serta memanfaatkan fasilitas belajar yang ada sehingga dapat membantu kegiatan belajar siswa. b. Pihak sekolah lebih meningkatkan kerjasama yang baik dengan Dunia Usaha/Industri (DU/DI) dalam kegiatan on the job training agar kegiatan siswa di tempat praktik bisa terkontrol dengan baik. c. Sekolah bisa menjadi penghubung antara siswa dengan DU/DI baik ketika siswa masih dalam masa studi maupun setelah lulus dalam rangka penyaluran tenaga kerja. 2. Bagi Siswa a. Faktor kesiapan kerja yang paling besar pengaruhnya berasal dari internal siswa. Oleh karena itu siswa hendaknya memotivasi dirinya serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki guna mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja. b. Kegiatan belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dilakukan di sekolah dan dunia industri. Hal ini dapat menjadi waktu yang baik bagi siswa untuk melihat dan belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya. Oleh karena itu hendaknya on the job training dapat dilaksanakan siswa dengan sungguh-sungguh. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Skripsi ini dapat dijadikan referensi dan acuan bagi penelitian berikutnya. b. Penelitian berikutnya hendaknya dapat mengembangkan tulisan ini sehingga dapat membantu berbagai pihak yang terkait dalam pendidikan menengah kejuruan terutama dalam menangani masalah kesiapan kerja siswa.

163

DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : BP.UNDIP. Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rinneka Cipta. Kartono, Kartini. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Grafindo Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Muhidin, Sambas, Ali. 2009. Konsep Pendidikan Kejuruan. http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-pendidikan-kejuruan.html. (27 Oktober 2009). Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Rosdakarya Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Soeparwoto. 2006. Psikologi Perkembangan. Semarang : UNNES Press. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. _______ 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sunarto dan Hartono, Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Jakarta : Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali. Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wena, Made. 1996. Pendidikan Sistem Ganda. Bandung : Tarsito. Winkel S.J dan MM. Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.

164

UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG Sri Haryati Abstrak Peran pegawai merupakan salah satu faktor penting, karena tanpa pegawai yang berkualitas, segala aktifitas dalam suatu instansi tidak akan berjalan optimal. Pengembangan pegawai dapat diartikan sebagai upaya untuk mempersiapkan pegawai agar bergerak dan berperan dalam organisasi sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan suatu organisasi, instansi atau departemen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengembangan kompetensi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, sikap dan perilaku, mengidentifikasi tahapan pengembangan kompetensi pegawai, proses pendidikan dan pelatihan pada aBadan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengembangan kompetensi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dilakukan melalui diklat sudah baik, mengubah sikap dan perilaku melalui diklat ESQ (Emotional Spiritual Quality) belum cukup baik,serta pemilihan metode pengembangan melalui off the job training. PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan operasional suatu instansi ada beberapa faktor yang mendukung untuk tercapainya kinerja yang baik. Peran pegawai merupakan salah satu faktor penting, karena tanpa pegawai yang berkualitas, segala aktifitas dalam suatu instansi tidak akan berjalan optimal. Untuk meningkatkan kinerja pegawai agar tujuan dari organisasi dapat terlaksana perlu dilakukannya upaya pengembangan pegawai. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2008: 69). Ada dua tujuan utama program latihan dan pengembangan karyawan. Pertama, latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup gap ntara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan ( Handoko, 2001: 103). Dengan demikian upaya pengembang karyawan dirasa sangat penting manfaatnya karena tuntutan jabatan atau pekerjaan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan yang sejenis. Pengembangan pegawai dapat diartikan sebagai upaya unytuk mempersiapkan pegawai agar bergerak dan berperan dalam organisasi sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan suatu organisasi, instansi atau departemen. Oleh sebab itu kegiatan pengembangan pegawai dirancang untuk memperoleh pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu organisasi atau instansi dalam geraknya kemasa depan (Notoadmojdo, 1998: 97). Menurut Spencer and spencer (1993) dalam buku (Sutrisno, 2009: 221) mengatakan kompetensi adalah suatu yang mendasari karakteristik dari suatu individu yang dihubungkan dengan hasil yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Karakteristik dasar kompetensi berarti kemampuan adalah suatu yang kronis dan dalam bagian dari kepribadian seseorang dan dapat diramalkan perilaku di dalam suatu tugas pekerjaan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2001 pasal 3, menyebutkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa : pengetahuan, sikap perilaku yang diperlukan dalam tugas dan jabatannya (Sutrisno, 2009: 222). Dari uraian diatas kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dan karakteristik yang merupakan bagian dari kepribadian seseorang serta perilaku yang diperlukan dalam menyelesaikan berbagai tugas pekerjaan. Badan Kesatuan Bangsa, Politik Dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai tugas memantau situasi daerah dan menerbitkan surat perijinan pelaksanaan kegiatan di Kota Semarang. Untuk melaksankan tugas dan fungsinya tersebut Badan Kesbangpol Dan Linmas perlu adanya pegawai yang berkompeten di bidangnya. Kompetensi pegawai yang diharapkan adalah pegawai yang mempunyai pengetahuan dan tanggung jawab dalam

165

menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien. Hal tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan pegawai yang mencakup beberapa aspek antara lain pengetahuan, kemampuan dalam bersikap, kerja sama, pemecahan masalah, dan lain-lain. Dengan adanya upaya pengembangan kompetensi pegawai diharapkan akan terwujud produktifitas yang tinggi. Penyelenggaraan pengembangan kompetensi pegawai merupakan tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa, Politik Dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang ( Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang), tetapi untuk pelatihan dan pengembangan itu sendiri belum dilaksanakan dengan maksimal. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan, peserta kurang antusias dalam mengikuti pelatihan dan kurang cakapnya instruktur pelatih. Indikator tersebut menjadi faktor penghambat kelancaran proses pelatihan dan pengembangan yang diikuti peserta. ISI 1. Pengembangan Kompetensi Pegawai Pengembangan kompetensi pegawai pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang cukup baik yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2001 pasal 3, menyebutkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa : pengetahuan, sikap perilaku yang diperlukan dalam tugas dan jabatannya (Sutrisno, 2009: 222). a. Pengembangan kompetensi untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Pada badan kesbangpol dan linmas kota semarang dari segi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sudah baik Hal ini dapat dilihat dari beberapa program-program diklat yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Diklat yang dilaksanakan meliputi pendidikan dan pelatihan dalam jabatan serta pendidikan dan pelatihan teknis atau fungsional. Diklat tersebut sudah mencakup pendidikan dan pelatihan bagi para pegawai. Konsep tersebut memiliki kesamaan dengan teori (Sutrisno, 2009: 66) yaitu dalam konteks SDM pengembangan dipandang sebagai peningkatan kualitas SDM melalui program-program pelatihan, pendidikan. Akan tetapi waktu penyelenggaraan terlalu sempit dan singkat. Waktu penyelenggaraan diklat antara 4 hari, 1 minggu atau 1 bulan, hal ini dikarenakan anggaran dana yang tersedia dan pelaksanannya hanya terbatas melalui diklat yang bekerja sama dengan badan diklat yang dimiliki oleh pemerintah.. Akan lebih efektif bila pelaksanaan pengembangan kompetensi pegawai yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan tidak hanya bekerja sama dengan badan-badan diklat pemerintah melainkan juga bekerjasama dengan badan diklat yang dikelola swasta dan dilaksanakan dengan jangka waktu lebih lama. Sehingga konsep kompetensi menurut Gordon (1988) dalam buku (Sutrisno, 2009: 223-224), dapat dicapai, yaitu pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat. b. Pengembangan kompetensi pegawai sikap dan perilaku Pengembangan kompetensi pegawai sikap dan perilaku pada badan kesatuan bangsa politik dan perlindungan masyarakat kota semarang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya pelaksanakan diklat ESQ (Emotional Spiritual Quality) yang dilakukan untuk merubah sikap perilaku sehingga dapat meningkatkan mental spiritual aparatur pemerintah. Konsep tersebut sesuai degan pengertian pelatihan menurut ( (Simamora, 1987: 287) yaitu pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap dan perilaku. Namun masih ada kekurangnnya karena pelatihan ini dilakukan minimal 1 tahun sekali dan dilaksanakan dalam 1 hari. Hal ini terjadi dikarenakan anggaran dana yang terbatas. Hendaknya benar-benar direncanakan dengan terpirinci anggaran dana yang ada agar pelaksanaan diklat tersebut tidak hanya satu hari saja. Sehingga manfaat yang diperoleh dapat lebih maksimal c. Tahap-tahap pengembangan kompetensi pegawai Pengembangan kompetensi pegawai pada badan kesbangpol dan linmas kota semarang, dapat dilakukakan melalui tahap-tahap pendidikan dan pelatihan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu : 1) Tahap idientifikasi 2) Tahap perencanaan 3) Penyelenggaraan 4) Evaluasi Tahap-tahap pendidikan dan pelatihan pada Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang sudah baik, karena sesuai dengan teori Barnardin dan Russel dalam buku (Sulistyani, 2003: 178) yaitu

166

penilaian kebutuhan pelatihan, pengembangan program pelatihan, evaluasi program pelatihan. Akan tetapi pada tahap-tahap yang dilakukan oleh Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang lebih terinci dan jelas dikarenakan tidak digabungkannya tahap perencanaan dan penyelenggaraan dalam satu tahap pengembangan program pelatihan yang dikemukakan oleh Barnardin dan Russel dalam buku (Sulistyani, 2003: 178) d. Proses pendidikan dan pelatihan Proses pendidikan dan pelatihan yang dilakukan sudah baik karena setiap diklat yang dilakukkan dalam pemberian kurikulum disesuikan dengan jabatan yang bersangkutan ditambah dengan kurikulum yang bersifat kepemimpinan. Hal ini dikarenakan kompetensi jabatan idientik dengan seorang pimpinan yang harus mampu mengatur bawahannya ,yaitu bagaimana seni memimpinnya, hasil kerja yang diberikan pada bawahan. Semua pembelajaran yang telah diperoleh dalam diklat akan dipraktekkan dan dibuat hasil laporan dalam bentuk makalah. Tenaga pengajar yaitu pengajar widyaiswara dari diklat yang sudah menjalani Trainning of trainer yang berasal dari depdagri disesuaikan dengan kebutuhan yang dibutukan. Proses pendidikan dan pelatihan yang ada sudah sesuai dengan teori (Notoatmodjo, 2003:32) yaitu kurikulum itu merupakan faktor tersendiri yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses pendidikan dan pelatihan. Di dalam manajemen sumber daya ( 4M yaitu man, maney, materiil, dan methods) dimasukkan dalam input, sehingga hanya ada 3 unsur yakni, input, proses dan output . Dengan memperhatikan kurikulum yang dipakai diharapkan output yang diperoleh dari proses diklat akan lebih maksimal. 2. Metode Pengembangan Kompetensi Pegawai Metode pada Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang untuk meningkatkan pengembangan kompetensi pegawai yang dimiliki menggunakan berbagai metode, dimana metodemetode yang digunakan sesuai dengan beberapa konsep (Handoko, 2001: 113-116), yaitu menggunakan metode off the job trainning meliputi : studi kasus, kuliah dan role playing. Metode-metode pengembangan kompetensi pegawai yang dilaksanakan oleh badan kesbangpol dan linmas kota semarang sudah cukup baik. Namun metode tersebut kurang bervariasi, dimana hal tersebut dapat mengakibatkan kejenuhan dari para pegawai yang mengikuti program pengembangan kompetensi pegawai. Seharusnya metode pengembangan kompetensi tidak hanya dilakukan melalui off the job trainning saja akan tetapi juga melalui metode on the job trainning, dengan demikian program pengembangan akan lebih menarik karena lebih bervariasi. 3. Tujuan Pengembangan Kompetensi Pegawai Tujuan pengembangan kompetensi pegawai yang dilakukan oleh Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang sudah baik. Tujuan pengembangan memiliki kesamaan dengan teori yang diungkapkan oleh Henry Simamora dalam buku (Sulistyani, 2003: 176), dimana tujuan pengembangan pegawai difokuskan untuk memperbaiki kinerja pegawai, memutakhirkan keahlian karyawan sejalan dengan kemampuan teknologi, mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pegawai.dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi. Sedangkan pada Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Semaranng tujuan pelaksanaan pengembangan kompetensi pegawai dititik beratkan kepada para pegawai dimana pengembangan yang dilakukan untuk menciptakan aparatur yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap moral serta menciptakan visi, memantapkan sikap pengabdian dalam melaksanakan tugas pemerintah. Dengan tujuan pengembangan kompetensi pegawai yang ditik beratkan pada para pegawai diharapkan kompetensi jabatan dapat dicapai dengan demikian karier jabatanpun akan meningkat. Kemampuan pegawai dalam memimpin karyawan lain maupun dalam maelaksanakan tugasnya dapat terlaksana secara efektif dan efisien. 4. Manfaat Pengembangan Kompetensi Pegawai Manfaat yang diperoleh dari program pengembangan yang diperoleh Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang sudah baik, karena sesuai dengan teori (Simamora, 1987: 290), dimana manfaat pengembangan yang diperoleh Badan Kesbangpol dan linmas kota semarang antara lain Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar mencapai standar-standar kinerja yang dapat diterima. Menciptakan sikap loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan. Memenuhi persyaratan-persyaratan perencanaan sumber daya manusia. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

167

Diharapkan dengan adanya program diklat dapat memperlancar tugas-tugas unit kerja dalam melaksanakan tugas pemeintah karena dengan profesionalisme yang dia peroleh selama pendidikan kilat, akan berpengaruh pada kemampuan personel dalam mengambil keputusan dan cara mengambil sikap dalam menghadapi permasalahan tugas. 5. Kendala Pengembangan Kompetensi Pegawai Kendala pelaksanaan pengembangan kompetensi pegawai yang dihadapi oleh badan kesbangpol dan linmas kota semarang sama dengan beberapa kendala yang diungkapkan dalam teori (Hasibuan, 2008: 85-86), yaitu kendala datang dari para peserta, pelatih atau instruktur dan kebijakan pengembangan. Kendala yang berasal dari peserta hendaknya pimpinan mampu menumbuhkan kesadaran diri pada para pegawai agar lebih memahami makana pentingnya program-program diklat yang diselenggarakan. Kendala yang dari segi pelatih yang ada hendaknya benar-benar dilakukan seleksi agar pelatih tersebut mampu menyampaikan materi-materi diklat dengan baik. Sehingga peserta mampu memahami dan mempraktekkan materi tersebut. Sedangkan kendala dari segi kebijakan pengembangan, hendaknya lebih memperhatikan waktu penyelenggaraan diklat, anggaran dan seleksi peserta diklat. Pada pelaksanaan pengembangan kendala-kendala memang selalu terjadi yang mungkin akan menghambat jalannya pelaksanaan pengembangan, oleh karena itu tiap-tiap instansi atau organisasi yang akan melaksanakan pengembangan kompetansi pegawai harus memperhatikan kendala yang dihadapi, agar kelak kendala tersebut dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi, sehingga pelaksanaan pengembangan kompetensi pegawai lebih efektif. PENUTUP Berdasarkan uraian mengenai upaya pengembangan kompetensi pegawai pada Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Upaya pengembangan kompetensi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dilakukan melalui diklat sudah baik. Diklat tersebut meliputi pelatihan dan pendidikan yang diberikan kepada pegawai untuk memenuhi kompetensi yang dibutuhkan. Diklat tersebut dilakukan setiap adanya pergantian jabatan, maupun untuk memenuhi kompetensi teknis/ fungsional. Adapun pendidikan dan pelatihan yang dilakukan, yaitu diklat struktural dan diklat fungsional. dalam jabatan. b. Pelaksanaan pengembangan kompetensi untuk mengubah sikap dan perilaku melalui diklat ESQ (Emotional Spiritual Quality) belum cukup baik. Hal ini dikarenakan program tersebut hanya dilaksanakan pada 1 hari saja dan tidak adanya monitoring setelahnya untuk mengetahui perkembangan pegawai setelah pelatihan. c. Metode yang digunakan dalam program pengembangan kompetensi pegawai melalui off the job trainning, yang meliputi : studi kasus, kuliah dan role playing sudah cukup baik. d. Kendala-kendala yang dihadapi badan Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang yaitu aspek sumber daya manusia yaitu peserta dan pelatih/ widyaiswara.

168

DAFTAR PUSTAKA Handoko, T.Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Amara Books. Hasibuan, Malayu.SP. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Notoatmodjo, Soekidjo. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rieneka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rieneka Cipta. Simamora, Henry. 1987. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. Sulistyani, Ambar Teguh dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sutrisno, Edy. 2009. ManajemenSumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana.

169

MANAJEMEN ADMINISTRASI INFORMASI PERTANIAN BERBASIS IT DI PROVINSI JAWA TENGAH Oleh Sucihatiningsih DWP12) Himawan Arif S.13)

Abstract This research aims to design IT-based agricultural information management. This research conducted in Central Java provinceResearch data collection is done with in-depth interviews, literature studies and FGD (Focus Group Discussion). There are 30 people key person who understands and relates to agriculture is taken as a sample with a multistage sampling. Qualitative descriptive analysis was used to analyze the data. The results showed that the management of IT-based agricultural information is very beneficial to farmers in order to increase welfare

1. Pendahuluan Menurut Syahyuti, et al. (2003) sektor pertanian sesungguhnya dapat menjadi salah satu strategi untuk recovery sekaligus memberikan landasaan bagi perkembangan sektor riil dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia semenjak tahun 1997, yang dibuktikan dengan daya hidupnya yang tinggi, ketika sektor-sektor lain ambruk. Ciri khas usaha pada sektor pertanian adalah melibatkan begitu banyak orang dengan pemilikan sumber daya dan keterampilan yang rendah, serta social network yang kurang mendukung, khususnya untuk memasuki ekonomi modern saat ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan network tersebut adalah melalui strategi pendekatan kelembagaan, yang selama ini tampaknya belum mendapat penanganan yang memadai. Dari paparan Syahyuti di atas, dapat ditegaskan bahwa salah satu hal yang menghambat rendahnya produktivitas hasil pertanian dan kendala rendahnya pendapatan petani adalah lemahnya kelembagaan pertanian. Seiring dengan rendahnya kapasitas pengetahuan petani dalam memuliakan pertaniannya (Mudjijo, 1999), dan tidak mampunyai kelembagaan pendukung dalam memberi jalan keluar untuk mengatasi perihal hambatan dan kendala dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani, diharapkan peran penyuluh pertanian mampu hadir untuk membangun sistem kelembagaan pertanian yang masih lemah itu. Dalam rangka memberdayakan penyuluh pertanian, setiap era pemerintahan di Indonesia selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas kinerja penyuluh pertanian. Era tahun 1980-an penyuluh dianggap berhasil menghantarkan bangsa Indonesia dari Negara pengimpor beras terbesar menjadi negara swasembada beras. Namun demikian sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi Daerah, kondisi penyuluhan pertanian terus mengalami keterpurukan. Untuk membangkitkan kembali penyuluhan pertanian, Departemen Pertanian telah mencanangkan program Revitalisasi Penyuluhan pertanian tertanggal 3 Desember 2005 di Banyuasin Sumatera Selatan. Tujuan dari revitalisasi pertanian adalah menata kelembagaan di propinsi, kabupaten/ kota dan kecamatan, menyediakan tenaga penyuluh yang kompeten dan professional, menciptakan mekanisme kerja penyuluhan yang efektif dan efisien, menyelenggarakan dukungan biaya peyeleggaraan penyuluhan di daerah, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi, terintegrasi dan sinergik antara pusat dan daerah. Fokus revitalisasi pertanian meliputi; penataan kelembagaan penyuluhan, penataan ketenagaan penyuluh, penataan penyelenggaraan penyuluh, penataan sarana dan prasarana, dan penataan pembiayaan. Permasalahan ketenagaan yang meliputi penyebaran tenaga penyuluh pertanian masih bias kepada sub sektor pangan, banyak terjadi alih status penyuluh pertanian dari Jabatan fugsional ke
12 13

FE Unnes Semarang, email: dianwisika@yahoo.com STIE Bank BPD Jateng, Jl. Pemuda 4A Semarang. Email: himawanmiesp@gmail.com

170

jabatan struktural, dibeberapa daerah pengukuhan kembali penyuluh pertanian sebagai pejabatan fungsional belum dilakukan, kenaikan pangkat sering terhambat, karena kurang berfungsinya sistem penilaian angka kredit, rekruitmen dan pembinaan karir penyuluh pertanian belum berpedoman pada SK Menkowasbangpan No. 19/1999, peningkatan kompetensi penyuluh pertanian sangat jarang dilakukan, penempatan dan penugasan penyuluh pertanian tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya, usia penyuluh sebagian besar diatas 50 tahun, penyuluh pertanian swakarsa dan swasta belum berkembang dengan baik, dan lain-lain. Permasalahan penyelenggaraan meliputi penyusunan program penyuluhan pertanian belum sesuai dengan kebutuhan lapangan. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip penyuluhan partisipatif, penyelenggaraan penyuluhan pertanian masih berorietasi proyek. Kegiatan penyuluhan pertanian masih bersifat parsial dan belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Permasalahan pembiayaan yang timbul adalah alokasi anggaran penyuluhan pertanian di daerah masih sangat terbatas, kontribusi dana dari petani dan swasta relative masih kecil. Menurut Akhmadi (2004), sesuai dengan otonomi daerah, kewenangan di bidang penyuluhan pertanian, sejak tahun 2001 dilimpahkan kepada pemerintah daerah agar daerah mampu meningkatkan kinerja penyuluh pertanian. Sejalan dengan itu, otoritas penyuluhan pertanian juga telah didelegasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tingkat kabupaten. Kecenderungan umum menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah daerah beberapa tahun terakhir kurang pro terhadap kegiatan terkait penyuluhan pertanian sehingga kinerja penyuluhan pertanian menurun. Kinerja dan aktivitas penyuluhan pertanian yang menurun antara lain disebabkan oleh perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dan daerah, antara eksekutif dan legislatif terhadap arti penting dan peran penyuluhan pertanian. Keterbatasan anggaran untuk penyuluhan pertanian dari pemerintah daerah, ketersediaan materi informasi terbatas, penurunan kapasitas dan kemampuan managerial dari penyuluh serta penyuluh pertanian kurang aktif untuk mengunjungi petani dan kelompoknya, kunjungan lebih banyak dikaitkan dengan proyek (Subedjo,2006). Dengan adanya permasalahan tersebut, era pemerintahan SBY lebih memberdayakan penyuluh pertanian melalui program Revitalisasi Penyuluh Pertanian yang fokus pada permasalahan tersebut diatas. Dalam tahun 2006 sampai dengan 2007, dalam rangka revitalisasi penyuluh pertanian, yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut : Penataan kelembagaan penyuluhan, yang telah dilakukan adalah pembentukan kelembagaan penyuluhan pertanian di tingkat pusat, memfasilitasi pembentukan badan koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan serta sekretariat bakor di tingkat propinsi. Kelembagaan ini memfasilitasi pembentukan badan pelaksanan penyuluhan pertanian, memfasilitasi pembentukan organisasi profesi penyuluh pertanian, memfasilitasi pembetukan BPP di tingkat kecamatan, dan memfasilitasi pembetukan pos penyuluhan di tingkat desa Keberadaan ragam kelembagaan pertanian dalam memompa denyut nadi kebangkitan pertanian nasional, tidak lepas dengan kehadiran ragam kelembagaan pertanian. Kelembagaan yang konsen di bidang saprodi, agribisnis, pemasaran, permodalan, irigasi, informasi dan komunikasi, transportasi, teknologi pertanian, lembaga studi pertanian, lembaga pemetaan wilayah, penyuluh pertanian lapangan dan beberapa lembaga yang kehadirannya fungsional dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani, sudah saatnya dihadirkan (Alihamsyah et al.(2000); Pranaji et al. (2000); Ananto et al (2000). Namun sampai saat ini sebagian besar penelitian ahli kelembagaan pertanian menyimpulkan bahwa peranan lembaga pertanian nasional relatif masih lemah. Oleh karena itu diperlukan peningkatan peran kelembagaan pertanian. Salah satunya dengan membangun system yang dapat memberikan informasi yang cepat dan tepat kepada petani sehingga diharapakan usahataninya dapat berkembang dengan baik.

2. Materi dan Metode Pakpahan (1989) mengemukakan suatu kelembagaan dicirikan oleh 3 hal utama. Cirri-ciri tersebut yaitu: (1) batas yurisdiksi (yurisdiction of boundary); (2) hak kepemilikan (property right); dan (3) aturan representasi (rule of represen-tation). Batas yurisdiksi berarti hak hukum atas (batas

171

wilayah kekuasaan) atau (batas otoritas) yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau mengandung makna kedua-duanya. Batas yuridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam kelembagaan masyarakat. Konsep batas yurisdiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan dan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu kelembagaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi performa apabila terjadi perubahan batas yurisdiksi antara lain: (1) perasaan sebagai satu kelompok (masyarakat); (2) ekstemalitas; (3) homogenitas;dan (4) skala ekonomi (Pakpahan, 1990). Perasaan sebagai satu masyarakat, menentukan siapa yang termasuk kita dan siapa yang termasuk mereka. Hal ini erat kaitannya dengan konsep jarak sosial yang akan menentukan kadar komitmen yang dimiliki oleh suatu masyarakat terhadap suatu kebijakasanaan. Eksternalitas, satuan analisis dalam mempelajari institusi adalah transaksi mencakup transaksi melalui mekanisme pasar, administrasi (regulasi) dan hibah. Setiap transaksi selalu terjadi transfer sesuatu yang dapat berupa: (1) manfaat;(2) ongkos atau biaya (3) informasi; (4) bak-hak istimewa; (5) kewajiban; dan lainnya. Perhitungan siapa memperoleh apa dan berapa banyak ditentukan oleh batas yurisdiksi karena batas inilah yang menentukan apakah sesuatu itu internal atau eksternal bagi pihak-pihak yang bertransaksi. Perubahan batas yurisdiksi akan merubah struktur eksternalitas yang pada akhirnya merubah siapa yang menanggung apa. Homogenitas, homogenitas preferensi dan kepekaan politik ekonomi terhadap perbedaan preferensi merupakan hal yang penting dalam menentukan batas yurisdiksi. Konsep ini penting dalam menentukan batas yurisdiski untuk merefleksikan kebutuhan masyarakat. Apabila barang dan jasa yang harus dikonsumsi secara kolektif, maka isu batas yurisdiksi menjadi penting dalam merefleksikan preferensi konsumer dalam aturan pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan hal ini permasalahannya menjadi preferensi siapa yang memutuskan. Homogenitas preferensi dan distribusi individu masyarakat yang memiliki preferensi yang berbeda akan mempengaruhi jawaban atas pertanyaan siapa yang memutuskan. Skala ekonomi, konsep skala ekonomi ini memegang peranan penting dalam .menelaah permasalahan batas yurisdiksi. Dalam pengertian ekonomi, skala ekonomi menunjuk suatu situasi dimana ongkos per-satuan terus menurun apabila output ditingkatkan. Batas yurisdiksi yang sesuai akan menghasilkan ongkos persatuan yang lebih, rendah dibanding dengan alternatif batas yurisdiksi yang lainnya. Skala ekonomi, dipandang sebagai karakteristik inheren yang dimiliki oleh beberapa komoditas, karena skala ekonomi merupakan sumber interdependensi. Penentuan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu organisasi atau masyarakat ditentukan oleh batas yurisdiksi. Perubahan batas yurisdiksi akan menghasilkan performance yang diinginkan, ditentukan oleh empat hal, yaitu: perasaan sebagai satu masyarakat (sense of community), eksternalitas, homogenitas, dan skala ekonomi (economic of scale). Konsep property atau pemilikan sendiri muncul dari konsep hak (right) dan kewajiban (obligations) yang diatur oleh hukum, adat, dan tradisi, atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya (Pakpahan, 1990). Tidak seorangpun yang dapat menyatakan hak milik tanpa pengesahan dari masyarakat di mana dia berada. Hak kepemilikan juga merupakan sumber konsep. Konsep ini muncul dari hak dan kewajiban yang didefinisikan atau diatur oleh hukum, adat dan tradisi, atau konsesus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya, situasi atau kondisi. Dalam bentuk formal property rights merupakan produk dari sistem hukum formal. Dalam bentuk lainnya property rights merupakan produk dari tradisi atau adat kebiasaan dalam suatu masyarakat. OIeh karena itu, tidak seorangpun yang dapat menyatakan hak milik tanpa pengesahan dari masyarakat dimana dia berada. Implikasi dari hal ini adalah: (a) hak seseorang adalah kewajiban orang lain; dan (b) hak seperti dicerminkan oleh kepemilikan adalah sumber kekuatan untuk akses dan kontrol terhadap hak miliknya. Hak tersebut dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti melalui pembelian apabila barang danjasa yang dimaksud boleh dijualbelikan, melalui pemberian hadiah dan melalui pengaturan administrasi seperti halnya pemerintah memberikan subsidi terhadap sekelompok masyarakat. Hak milik adalah hak individu untuk menggunakan sumberdaya (Eggertsson, 1990:33). Sumber daya fundamental yang dimiliki setiap orang adalah apa yang melekat pada dirinya, yang di dalam terminologi Karl Mark adalah labour. Hak milik dalam pengertian inilah yang oleh Adam Smith disinyalir cenderung dipertukarkankan. Menurut Eggertsson (1990:34) ada tiga kategori hak milik, yaitu (1) hak untuk menggunakan, mengubah, mentransfomasi atau bahkan menghancurkan suatu aset, (2) hak untuk memperoleh penghasilan dan suatu aset, termasuk hak untuk memperoleh

172

upah atas tenaga kerja yang diberikan individu dalam aktivitas ekonomi; dan (3) hak untuk menjual aset. Metode pemberian otoritas kepada individu tertentu untuk memilih cara menggunakan hak miliknya disebut sebagai sistem of property (Eggertsson, 1990:33). Dalam hal itu, ownership menunjuk pada sifat dan kwalitas penguasaan atas suatu property rights. Hak milik bisa bersifat ekslusif bisa pula non eksklusif. Hak milik esklusif terwujud bila untuk menguasainya perlu menyingkirkan orang lain. Mclean (1982) menyebut sebaai barang prifat (private goods), sehingga hak milik yan non eksklusif (nonexlusive property) dan barang publik (public goods) yang mempunyai dua ciri menonjol, yaitu nonrivairy dan nonexciudable ( Mclean, 1992). Hak esklusif ini dapat dipertukarkan melalui mekanisme trasaksi otonom (pasar), bisa pula melalui mekanisme transaksi kontra kekuatan untuk akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Hak kepemilikan atas lahan (land right) pada kelembagaan adat setempat yang berkaitan dengan lahan dapat dilihat pada hak masyarakat baik secara kelompok (comunal) maupun secara individu (private) dalam pengaturan, penggunaan, dan pemeliharaan sumberdaya lahan. Disamping hak, juga ada kewajiban-kewajiban berupa pembayaran pajak, iuran untuk desa atau adat, serta gotong royong yang dikaitkan dengan kepemilikan atas sumberdaya lahan tersebut. Aturan representasi (rule of representation) mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Aturan representasi menentukan alokasi dan distribusi sumberdaya. Dipandang dari segi ekonomi, aturan representasi mempengaruhi ongkos membuat keputusan. Ongkos transaksi yang tinggi dapat menyebabkan output tidak bernilai untuk diproduksi. Oleh karena itu, perlu dicari suatu mekanisme representasi yang efisien sehingga dapat menurunkan ongkos transaksi. Tubbs (1984) dan Hanel (1989) menyatakan bahwa pengambilan keputusan atas dasar group process akan meningkatkan loyalitas, kerja-sama, motivasi, dukungan anggota pada pimpinan dan mengurangi tekanan internal serta biaya transaksi yang pada akhirnya akan meningkatkan performa organisasi. Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap performa akan ditentukan oleh kaidah representasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi dalam suatu organisasi ditentukan oleh keputusan politik organisasi. Jiwa analisis institusi adalah interdependensi antar partisipan terhadap sesuatu, kondisi atau situasi dengan menggunakan transaksi sebagai aktivitas ekonomi. Bagaimana partisipasi terbentuk ditentukan oleh aturan representasi partisipan yang terlibat. Setiap bentuk aturan representasi harus berhadapan dengan tiga jenis biaya, yaitu: (1) Biaya pengambilan keputusan (policing cost atau lobying cost atau (contract cost atau negoisasi) sebagai partisipasi; (2) Biaya informasi (sosialisasi) dan (3) Biaya pengamanan atau monitoring. Disamping itu masih ada biaya eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau sebuah lembaga sebagai akibat keputusan orang lain atau lembaga lain. Biaya representasi yang tinggi baik dalam artian nilai uang atau bukan uang, akan menentukan apakah keputusan akan dihasilkan efisien atau tidak. Jenis keputusan apa yang dihasilkan oleh masyarakat juga ditentukan oleh aturan representasi dari kepentingan rnasyarakat. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam, studi literature dan FGD (Focus Group Discussion). Sebanyak 30 penyuluh pertanian diambil sebagai sampel dengan multistage sampling. Analisis deskritif kualitatif digunakan untuk menganalisis data.

3. Pembahasan Pembangunan sumber daya manusia melalui suatu kelembagaan perlu memahami konteks masyarakat yang akan dibangun. Konteks tersebut yaitu berkaitan dengan kondisi sosial maupun budaya dari masyarakat setempat. Pembagunan akan berhasil atau tidak dapat ditentukan karena kedua aspek tadi, maka dari itu perspektif sosial dan budaya dalam hal ini perlu menjadi fokus utama dalam penerapan suatu program dari lembaga, termasuk lembaga penyuluh pertanian. Lembaga penyuluh pertanian perlu mengantisipasi program-program yang akan diterapkan kepada pihak petani dalam usahatani dengan lebih sensitif kepada aspek sosial budaya. Dari laporan-

173

laporan mengenai proyek pembangunan suatu lembaga yang diterapkan kepada masyarakat seringkali mengalami kegagalan karena kurang melihat pada kondisi sosial ataupun budaya suatu masyarakat. Seperti contoh, pembangunan kakus oleh pemerintah kepada masyarakat di pinggiran sungai sebagai antisipasi pencemaran air, ternyata kurang berhasil karena aspek budaya dalam hal ini belum mengena. Masih banyak lagi permasalahn pembangunan yang gagal karena kurang memperhatikan aspek social dan budaya masyarakat. Dengan demikian, pihak lembaga penyuluh pertanian harus lebih peka lagi dalam menerapkan program-programnya guna meningkatkan usahatani masyarakat. Perlu di pahami bahwa, perekonomian pertanian adalah bentuk perekonomian keluarga, artinya pengelolaan ekonomi dilakukan secara bersama-sama antara angoota keluarga satu dengan yang lain. Ayah memiliki peran sendiri, ibu mempunyai peran sendiri dan anak-anak mempunyai peran sendiri, akan tetapi dalam kasus tertentu peran ini bisa diputar aruskan menjadi peran yang fleksibel. Maka dari itu, perekonomian petani lebih bersifat sederhana dan terikat. Jika suatu kelembagaan pertanian menginginkan suatu model penguatan kapasitas agar dapat mencapai target pembangunan masyarakat petani secara optimal, harus mampu berpegang pada model kelembagaan yang berperspektif sosial budaya. Seperti penerapan IT oleh kelembagaan dalam penguatan kapasitasnya, hal ini akan bisa diterima oleh masyarakat atau tidak melihat pada aspek budaya. Apakah pihak petani akan mampu menggunakan IT ini atau tidak, dan bagaimana bagi petani yang sudah tua, program ini sekiranya menjadi suatu kekhawatiran yang lebih. Akan tetapi, dari hasil penelitian di lapangan, rencana penerapan model IT ini jika dianalisis akan bisa berhasil karena melihat pada kondisi sosial budaya masyarakat petani (di Grobogan, Klaten dan Magelang) yang sudah peka dengan teknologi. Jika mereka tidak mampu mengoprasikannya, karena hal ini dapat diantisipasi dari pihak keluarga sebagai keseluruhan sistem perekonomian. Yaitu dengan meminta bantuan dari anak-anaknya yang sudah paham akan teknologi. Jika tidak, bisa meminta arahan atau bantuan dari petani yang lain. Selebihnya, pihak penyuluh pertanian tentunya akan melakukan program pelatihan terlebih dahulu kepada petani agar mampu mengoprasikan teknologi IT ini. Petani sebagai sentral dari proses hubungannya dengan semua pihak yang terkait dalam usahatani memiliki peran penting dalam kegiatan penerapan IT yang diajukan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi petani. Petani dalam sistem IT yang diajukan ini didampingi oleh beberapa pihak seperti pedagang, pegusaha, penyuluh atau pihak pemerintah dan kelompok petani itu sendiri. Beberapa personal ini memiliki peran masing-masing dan masih berkaitan. Dengan bantuan teknologi informasi ini, diharapkan petani mampu mengakses segala keperluannya dalam meningkatkan usahataninya. Seperti dalam hal akses para pedagang ataupun pengusaha (dalam ataupun luar kota) sebagai tempat penjualan hasil panen serta dapat mengakses pula perkembangan harga saat ini. Fasilitas ini sangat penting bagi para petani dalam rangka spekulasi penjualan hasil panen yang terkadang terperosok oleh para tengkulak. Selain mengakses kepada para pedagang tadi, untuk lebih validnya, pihak yang terkait lainnya adalah pihak penyuluh pertanian atau dinas pertanian. Melalui bantuan mereka para petani dapat mengakses masalah harga ataupun masalah lainnya. Dalam hubungan melalui IT ini akan mempermudah juga bagi para penyuluh pertanian serta hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapi para petani. Dengan bantuan IT ini, melalui kelompok tani sebagai media penyampai pesan kepada pihak penyuluh pertanian akan dipertemukan dalam wadah yang akan mengatasi masalah mereka. Wadah itu adalah balai penelitian. Melalui balai penelitian ini, permasalahan petani akan dibahas dan dicarikan solusinya. Oleh karena itu, balai penelitian ini sangat penting karena akan dapat dijadikan pula oleh dinas pemerintah (dinas pertanian) sebagai acuan dalam pemberian kebijakan kepada para petani seperti kebijakan dalam hal fasilitas ataupun yang lainnya. Dari hasil penelitian di lapangan, didapatkan bahwa, kebanyakan petani sudah mencapai taraf pengetauan akan informasi melalui Handphone (HP). Dengan pihak-pihak yang terkait inilah diharapkan sistem IT bisa diterapkan dengan baik dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kinerja para petani. Penjelasan mengenai model yang bisa diterapkan dalam kelembagaan penyuluh pertanian kepada petani dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

174

Gambar 1. Model Pengembangan Kapasitas Lembaga Perspektif Budaya

Lahan kualitas tanam Diversifikasi

Pengusah a Tahu Tempe

Pedagang Lokal Luar kabupaten

Produsen Pupuk Pupuk Distributo r Penyal ur

Balai Penelitian

Dinas Pertanian Penyulu h

Bak ul

Kel. Tani Informasi Kontinu, Kualitas, Info pasar Pet ani Ka ya Status Ekonomi ? kup Manfaat / Hasil Peternak Sapi Pupuk organik Orientasi kemungkinan / kehidupan Mi skin Cu

Kebijakan Keterampilan Fasilitas o Benih o Pupuk o Pupuk o Alat

Hubungan Komunikasi Input Informasi Hubungan Informasi

175

Modeling IT melalui Web, WAP dan SMS Memperhatikan sejumlah permasalahan lapangan dalam pemberdayaan kelembagaan pertanian maka hal yang mendasar adalah masalah komunikasi. Teknologi informatika yang semakin berkembang saat ini, tentu menjadi faktor yang sangat mendukung dalam proses penyebaran informasi di segenap lapisan masyarakat. Internet dan telepon selular merupakan salah satu contoh sarana yang populer sebagai media komunikasi. Kedua layanan tersebut sangat membantu proses penyebaran informasi, dengan kemampuannya yang memungkinkan pengguna untuk menerima dan mengirimkan informasi dari jarak jauh. Melalui internet, berbagai macam informasi bisa didapat dengan mudah selama 24 jam tanpa harus beranjak dari depan komputer yang telah terkoneksi dengan internet. Tidak tersedianya fasilitas internet di suatu daerah, merupakan hambatan bagi seseorang dalam mendapatkan informasi dari internet. Layanan informasi melalui ponsel merupakan solusi bagi kendala di atas. Berbagai aplikasi dan layanan mobile, dewasa ini telah berkembang pesat hingga memungkinkan pengguna untuk melakukan berbagai hal hanya dengan menggunakan ponsel, termasuk akses internet. Short Message Service (SMS) dan Wireless Application Protocol (WAP) merupakan contoh aplikasi mobile yang mendukung proses pertukaran informasi. SMS adalah layanan untuk mengirim dan menerima pesan singkat melalui ponsel. Layanan ini sangat populer karena biayanya yang relatif lebih murah dibanding dengan biaya telepon. Sementara WAP merupakan protocol yang menghubungkan internet dengan ponsel. Dengan teknologi ini, ponsel bisa digunakan sebagai media untuk mendapatkan informasi dari internet. Beberapa alasan Pemilihan Media Kelembagaan Pertanian Lapangan a Website, WAP dan SMS diajukan sebagai Penguatan

Menghemat biaya dan waktu dalam advertising. Pemangku kepentingan pertanian tidak perlu membayar mahal untuk melakukan sosialisasi kebijakan, informasi tehnologi, dsb. Akses informasi dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, oleh siapa saja. Memotong rantai birokrasi dan ekonomi. Dengan akses database yang tersedia, maka data olahan bisa disajikan menurut kepentingan dan kedalaman data yang diperlukan, sehingga menjadikan data olahan siap saji dan terkini. Peluang mendapatkan customer juga menjadi lebih besar. Jangkauan pasar bertambah, tidak hanya lokal, tetapi nasional bahkan ke pasar global Mensinergikan semua pemangku kepentingan pertanian dalam suatu wadah yang terkoordinasi. Mendayagunakan semua pemangku kepentingan pertanian menuju sumatu kemandirian dan profesionalitas institusi dan perorangan Informasi pasar pertanian yang up to date. Dengan semakin banyaknya pengguna internet saat ini maka jalur distribusi suatu barang dapat dilakukan melalui internet. Pengunjung dapat langsung membeli produk yang dijual melalui internet. Kemudahan dalam komunikasi. Kemudahan dan penghematan dalam komunikasi adalah salah satu muara efisiensi. Informasi mengenai produk baru dapat secara mudah dikirim kepada customer melalui SMS, layanan WAP atau dan email dari website, Pemangku kepentingan dapat memilih layanan informasi menurut media yang sesuai baik lewat ponsel maupun internet. Melalui website pesan informasi bisnis dapat disampaikan lebih lengkap, mudah dan up to date. Fungsi Modeling IT dari segi pemasaran 1. Memperluas Ruang Promosi Sebagai Media Komunikasi dan Wadah Penyedia berbagai Informasi maka website dapat digunakan sebagai sarana pendukung promosi seperti suatu perusahaan. Selain katalog, brosur maupun iklan di media cetak, dengan memiliki website di internet anda dapat memperluas jaringan promosi sebuah perusahaan. Para peminat atau calon pelanggan, dapat melihat informasi dari website bilamana diperlukan.

176

Sebagai alat pendukung promosi, website mempunyai keuntungan sebagai berikut : Informasi lebih detail dan tuntas dari produk dan jasa. Hal ini terlihat jika dibandingkan dengan iklan (yang mempunyai space terbatas). Sebagai contoh pada sebuah brosur bisaanya penjelasan yang diterima hanya berupa pokok-pokok dari produk sebuah perusahaan, tetapi di website pengunjung website dapat mendapat detil spesifikasi dari produk tersebut. b Tampilan yang baik akan memberikan akan memberi image yang baik dan menarik bagi calon klien. c Isi yang selalu up to date. Para pengunjung website akan selalu menerima informasi yang up to date dari perusahaan. 2. Mempermudah Komunikasi Agar dapat saling berkomunikasi dengan para klien atau customer, perusahaan dapat menjalin komunikasi melalui email ataupun informasi kontak yang berada dalam website. Komunikasi akan lebih mudah walaupun perbedaan lokasi sangat jauh dan sudah tentu lebih efisien dalam hal biaya dan waktu. 3. Media Interaksi Website dapat dijadikan ajang interaksi dengan para pengunjung website antara lain dapat dijadikan ajang jual-beli, forum diskusi, upload/download file dan lain sebagainya. Jadi fungsi website disini bukan hanya sebagai wadah penyedia informasi saja. Hal ini mengakibatkan diperlukannya sebuah sistem kebergantungan, pola hubungan dan pemberdayaan sebagai wadah untuk mengelola berbagai data informasi sebagai data base pertanian & komoditas. Dari data base tersebut selanjutnya melalui desain teknologi dapat disajikan sebagai bentuk informasi yang bisa diakses oleh Pemangku dan publik pertanian Salah satu kemudahan dalam mengakses informasi adalah jika informasi bisa diakses secara online, tidak terbatas oleh waktu dan tempat. SMS dan WAP serta web merupakan contoh aplikasi yang bisa dijadikan layanan informasi untuk kepentingan ini . a Diagram Konteks Karena pemangku kepentingan untuk urusan ketahanan pangan dan khususnya pertanian cakupannya luas, maka sejumlah institusi terkait seperti beberapa institusi di bawah departemen pertanian, bakorluh, dinas pertanian kabupatan dan institusi lain seperti deperindag, akademisi dilibatkan dan juga memiliki akses ke data base sehingga mampu menjadi administrator bisa memasukkan semua data yang berkaitan dengan kebutuhan petani dan perniagaan bahan pangan nasional dengan daerah tanggung jawab masing masing. Adapun jalur input proses dan inputnya adalah sebagai berikut;

Tabel 1 Jalur input proses dan inputnya N o 1 Jalur Input Proses Database Jalur Output Data primer & sekunder SMS/WAP/Web Data Publikasi/Analisis Data Info Data

Pemangku kepentingan pemerintah 2 Data/info tehnologi 3 Institusi lain/akademisi 4 Permintaan data

Database data Data proses Data proses

177

Gambar 2. Diagram konteks sistem Informasi pertanian

1. 2. 3. 4. 5. 6.

7. 8. 9.

Pihak yang terlibat dalam sistem IT yang diajukan Departement Pertanian berikut strukturalnya sebagai departemen teknis yang menangani pertanian dan ketahanan pangan Penyuluh/Bakorluh sebagai penyedia dan pengguna informasi pertanian, menganalisa data untuk menyuluh dan menjawab pertanyaan teknis yang muncul di lapangan Petani sebagai pelaku pertanian di lapangan Pedagang/Pengusaha sebagai penampung hasil produksi pertanian dan pendistribusi ke pasar Akademisi sebagai peneliti, pengkaji dan pengembang teknologi baru bidang pertanian dengan spesifikasi dan ketertarikan tertentu Balai litbang pertanian sebagai institusi yang menggeluti dan mengembangankan bidang tertentu spesifik, mengkaji penerapan teknologi yang dapat digunakan dalam usaha bidang pertanian termasuk personil kunci yang bertanggungjawab untuk topik tertentu dan bisa dimintai informasi publik. Deperindag sebagai departemen tehnis yang menawasi industri, perdagangan dan pemasaran/distribusi bahan pangan nasional Dinas pertanian daerah sebagai pembina, pengawas dan pembuatan kebijakan pertanian lokal. LSM, publik Institusi lain seperti lembaga swasta, mahasiswa, pelajar, wartawan dsb yang dapat berinteraksi dengan pertanian, termasuk membuat analisis dan pengamatan tertentu. sebagai pengamat, pemerhati dan pengawas pertanian termasuk kebijakan, tata niaga maupun operasional lapangan.

178

Gambar 3. Diagram Institusi Pemangku kepentingan untuk database Pertanian & komoditas

Untuk mengkomunikasikan database menjadi informasi tehnis dan aplikatif di lapangan maka data base dapat disajikan dalam berbagai kemasan informasi menurut kepentingan dan tujuan tertentu dengan melakukan akses ke data base, yakni layanan informasi pertanian dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini.

Gambar 4. Jenis layanan Informasi Pertanian & komoditas


Database Pertanian & Komoditas

Web data internet

WAP

SMS

User

179

Adapun isi database yang diperlukan adalah data primer dan data terolah dari beberapa informasi yang lazim diperlukan oleh petani, penyuluh serta masyarakat pertanian lainnya. Gambar 5. Bagan komponen database

Gambar 5.6. Cakupan layanan menurut ukuran informasi

4. Kesimpulan Pemberian informasi yang cepat dan tepat pada petani dapat meningkatkan kesejahteran petani karena dengan adanya informasi harga jual komoditas produk pertanian petani dapat memilih dimana yang memberikan keuntungan lebih besar. Selain itu juga petani dapat dengan mudah mengetahui informasi lainya seperti kondisi cuaca, bibit unggul, pasca panen komoditas pertanian dan informasi lainnya yang mendukung pengembangan pertanian. Salah satu pemberian informasi pertanian yang terintregasi ini adalah dengan membangun system manajemen informasi pertanian melalu Information Teknologi (IT) yang dapat menghubungan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani dan kelembagaan pertanian.

180

Referensi Akhmadi, Nuning, 2004, Pelaksanaan Otonomi Daerah, SMERU Newsletter, Desember 2004,(www.smeru.or.id/newslet/2004/ed12/2004/200412spotlight.html).Mudjijo. 1999. aporan Bidang Penelitian Penyuluhan Pertanian. Survei Evaluasi Intensifikasi Padi dan Palawija Tahun1971-1978. Alihamsyah, T., E. E. Ananto, H. Supriadi, I. G. Ismail dan DE. Sianturi. 2000. Dwi Windu Penelitian Lahan Rawa : Mendukung Pertanian Masa Depan. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu ISDP. Badan Litbang Pertanian. Bogor.Pakpahan, Agus. 1989. Kerangka Analitik untuk Penelitian Rekayasa Sosial: Perspektif Ekonomi Institusi. Prosiding Patanas: Evolusi Kelembagaan Pedesaan di Tengah Perkembangan Teknologi Pertanan. Pusat Penelitain Agro Ekonomi, Bogor. Ananto, E.E., Hermanto, K. Ketut, Soentoro, I.W. Suastika, I.G.M Subiksa, dan T.Alihamsyah. (2000) Laporan Utama : Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. P2SLPS2. Badan Litbang Pertanian. Eggertsson, Thrinn (1990). The Role of Transaction Costs and Property Rights in Institutional Analysis. European Economic Review 34(2-4): 450-457. Pakpahan. 1989. Mengubah Pertanian Tradisional Dalam Pembangunan Jangka Panjang. Tahap kedua : Pendekatan Kelembagaan. Makalah. Institut Pertanian Bogor. Pranaji, T., S. Wahyuni, EL., Hastuti, J., Situmorang, A. Setyo dan C. Muslim (200) Perekayasaan Sosiobudaya dalam percepatan Transformasi Masyarakat Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Subejo, 2002. Penyuluhan Pertanian Indonesia : Isu Privatisasi dan Implikasinya, Jurnal Agro Ekonomi Vol. 9 No 2. Desember 2002, Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Syahyuti. 2002. Pembentukan Struktur Agraria pada Masyarakat Pinggiran Hutan. Tesis pada Jurusan Sosiologi Pedesaan. IPB, Bogor. ______2003. Pembangunan pertanian indonesia dalam pengaruh kapitalisme dunia: analisis ekonomi politik perberasan. Pusat penelitian dan pembangunan sosial ekonomi pertanian. _____1995. Pendekatan Kelompok dalam Pelaksanaan Program/Proyek Pembangunan Pertanian. Majalah Forum Agro Ekonomi. Vol. 13. No. 2 Desember 1995. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 pada tanggal 14 Nopember 2007 telah ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 58 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh).

181

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN FASILITAS BELAJAR PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN MENGETIK SISTEM 10 JARI BUTA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK NEGERI 1 PEMALANG. Nur Aeni Yuniarsih (Universitas Negeri Semarang) Sarjana Pendidikan Ekonomi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Email: yuniarsihnuraeni@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran di SMK negeri 1 Pemalang baik secara parsial ataupun simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran dengan jumlah 80 siswa, penelitian ini disebut penelitian populasi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu kompetensi profesional guru (X 1), dan fasilitas belajar (X2), serta variabel terikat yaitu kemampuan mengetik sistem 10 jari buta (Y). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner (angket), tes dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripsi persentase dan regresi linier berganda. Hasil penelitian dengan menggunakan SPSS 12 diperoleh persamaan regresi berganda Y = 39,880 + 0,140X1 + 0,168X2. Uji keberartian persamaan regresi dengan uji F diperoleh F hitung = 19,494 dengan nilai signifikansi = 0,000 < 0,05 yang berarti secara simultan ada pengaruh positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru, dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Hasil uji parsial diperoleh t hitung = 2,126 dengan nilai signifikansi 0,037 < 0,05 hal ini berarti ada pengaruh secara signifikan antara X1 terhadap Y, thitung = 2,119 dengan nilai signifikansi antara 0,037 < 0,05 hal ini berarti ada pengaruh secara signifikan antara X2 terhadap Y. Kata Kunci : Kompetensi Profesional Guru, Fasilitas Belajar, Dan Kemampuan Mengetik Sistem 10 Jari Buta.

1. Pendahuluan Latar belakang masalah Berdasarkan observasi pendahuluan di SMK Negeri 1 Pemalang, bahwa fasilitas belajar mengajar mengetik di SMK Negeri 1 Pemalang cukup memadai, hal ini terlihat dari adanya laboratorium mengetik manual yang luas dengan penerangan yang cukup dan kondisi laboratorium yang bersih, jumlah mesin ketik manual yang sesuai dengan jumlah siswa kelas X yaitu 40 unit mesin ketik dan kertas untuk mengetik yang tersedia bagi siswa, serta buku pegangan dimana setiap siswa mendapat satu buku latihan mengetik. Berikut daftar inventaris laboratorium mengetik manual:

Tabel 1.1 Daftar Inventaris Laboratorium Mengetik Manual No Inventaris lab. Mengetik 1 Mesin ketik manual 2 Buku paket: Mengetik SMK jilid 1 Mengetik SMK jilid 2 Mengetik SMK jilid 3 3 Lampu penerangan

Jumlah 40 40 40 40 9

182

4 Meja mengetik siswa 5 Kursi mengetik siswa 6 Meja guru 7 Kursi guru 8 Whiteboard 9 Rak buku Sumber: Data SMK N 1 Pemalang, diolah.

40 40 1 2 1 1

Latar belakang pendidikan dan pengalamam mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran (Djamarah 1994:127). Kompetensi guru terutama dalam proses belajar mengajar mengetik dapat dikatakan baik, hal ini dapat diketahui dari latar belakang pendidikan guru dan pengalaman mengajarnya, yakni guru yang mengampu mata diklat mengetik manual adalah guru yang berasal dari lulusan program studi pendidikan administrasi perkantoran, telah sertivikasi dan memiliki pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun (wawancara dengan Ibu Dra. Retno Ari Budi selaku guru mata diklat mengetik manual). Disamping itu berdasarkan pengamatan langsung penulis dan wawancara dengan beberapa murid, bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru telah menguasai materi, mampu menyampaikan materi dengan baik kepada siswa, mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa, dan membimbing siswa agar dalam mengetik siswa selalu menggunakan 10 jarinya, serta setiap kali praktek mengetik siswa selalu didampingi oleh dua guru sekaligus sebagai pengajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Akan tetapi jika dilihat melalui hasil praktek mengetik siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK N 1 Pemalang bahwa pencapaian hasil belajar mengetik manual sebagian siswa masih belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari kemampuan kecepatan mengetik sistem 10 jari buta siswa masih bervariasi hasil pengetikannya, rata-rata kecepatan berkisar kurang dari 150 epm, belum ada yang mencapai target indikator keberhasilan kecepatan mengetik sampai 200 epm. Sebagian siswa juga belum bisa menyelesaikan pekerjaan mengetik sebuah surat dalam berbagai bentuk dengan maksimal, terlihat dari waktu yang dibutuhkan siswa untuk mengetik sebuah surat lebih dari 20 menit, belum ada yang mencapai target indikator keberhasilan kecepatan mengetik sebuah surat dalam berbagai bentuk selama 20 menit dengan cepat, tepat, dan rapi. Saat praktek berlangsung dari cara kerja siswa masih terlihat belum mampu menghentakan jarinya sesuai tugas entakan jari dan masih melihat papan tuts. Untuk mengatasi hal tersebut guru selalu mengadakan program remidial sampai siswa mampu mengetik dengan hasil yang maksimal berdasarkan standar yang ditetapkan. Berikut tabel hasil praktek mengetik: Tabel 1.2 Prestasi Mengetik Siswa Hasil praktek kemampuan mengetik sistem 10 jari buta No Kelas Belum kompeten Kompeten 1 X AP 1 29 11 2 X AP 2 27 13 Sumber: guru, diolah.

Jumlah murid 40 40

Berdasarkan pengamatan di SMK Negeri 1 Pemalang, diketahui bahwa fasilitas belajar mengetik dan kompetensi profesional guru baik, akan tetapi apabila dilihat dari tabel prestasi mengetik siswa di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa masih belum kompeten dalam hal mengetik sistem 10 jari buta. Hal ini mendorong penulis untuk mengungkapkan lebih jauh tentang pengaruh kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. Berdasarkan urian tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Kompetensi Profesional Guru dan Fasilitas Belajar Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Mengetik Sistem 10 (sepuluh) Jari Buta Siswa kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang.

183

Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ; 1. Adakah pengaruh kompetensi profesional guru terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK N 1 Pemalang. 2. Adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK N 1 Pemalang. 3. Adakah pengaruh kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui adakah pengaruh kompetensi profesional guru terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang. 2. Mengetahui adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang. 3. Mengetahui adakah pengaruh kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sisitem 10 jari buta pada siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pemalang. 2. Bukti Empiris Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan (Poerwadarminto, 2000:628). Menurut Spencer and Spencer dalam Uno (2008:62), mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Menurut Suwandi (2007:10), mengetik sepuluh jari yaitu teknik mengetik dengan memanfaatkan semua jari tangan. Setiap jari mempunyai tugas sendiri yang harus dilatih satu demi satu dan berkelanjutan, sehingga jari tersebut secara maksimal dan optimal dapat bekerja dengan baik. Kemampuan mengetik sistem 10 jari buta yaitu kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan yang dimiliki oleh individu dalam kegiatan mengetik dengan melakukan entakan jari sesuai dengan tugas entakan jari secara tepat tanpa melihat naskah. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, yang harus dikuasai oleh seorang guru, tidak saja materi yang sesuai dengan bidang tugasnya, tetapi juga kemampuan mengintegrasikan dan menghubungkan materi-materi pelajaran lainnya, sehingga seorang guru mampu menyajikan materi pelajaran secara utuh kepada muridnya (Harwanto, 2008:46). Fasilitas adalah sarana dan prasarana. Menurut Bafadal (2003: 2) Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. 3. Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Hal ini dikarenakan jumlah subyek penelitian kurang dari 100 siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X program studi Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Pemalang Tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 80 siswa. Analisis regresi yang dipergunakan menggunakan rumus: Keterangan: Y = variabel terikat (kemampuan mengetik sistem 10 jari buta) a = konstanta

184

b1 = Nilai Koefisien variabel bebas X1 b2 = Nilai Koefisien variabel bebas X2 (Sugiyono, 2007: 275) Angket/kuesioner yang digunakan menggunakan pendekatan skala likert dimana setiap pernyataan dalam angket memiliki lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Dari kelima jawaban tersebut masing-masing memiliki skor yang akan menentukan apakah jawaban dari pernyataan tentang variabel-variabel penelitian terebut tinggi atau tidak. Skor tersebut terdiri dari: 1. Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) 2. Skor 4 untuk jawaban Setuju (S) 3. Skor 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS) 4. Skor 2 untuk jawaban Tidak setuju (TS) 5. Skor 1 untuk jawaban Sangat tidak Setuju (STS) 4. Hasil empiris
a Coefficients

Model 1

(Constant) Kompetensi Profesional Guru Fasilitas Belajar

Unstandardized Coefficients B Std. Error 39.880 4.429 .140 .168 .066 .079

Standardized Coefficients Beta .309 .308

t 9.004 2.126 2.119

Sig. .000 .037 .037

Correlations Partial .235 .235

Collinearity Statistics Tolerance VIF .409 .409 2.447 2.447

a. Dependent Variable: Kemampuan mengetik 10 jari buta

5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diambil beberapa simpulan, antara lain: 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. 2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. 3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan mengetik sistem 10 jari buta. 6. Daftar pustaka Ali, Muhammad. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. . 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Diektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Asman, Jamal Mamur. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan profesional. Jogjakarta: Power Book Banguntapan. Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Teknis Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Silabus Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Depdiknas. Dimyati, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

185

Dr. (Mrs.) Ihuoma P. Asiabaka. The Need for Effective Facility Management in Schools in Nigeria. New York Science Journal. Department of Education Foundations and Administration, Faculty of Education, Imo State University, Owerri, Nigeria. Feryal Cubukcu. student teachers perceptions of teacher competence and their attributions for success and failure in learning. Faculty of Education, Dokuz eylul University. Ghozali, Ahmad. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. . 2008. Perencanaa Pengajaran Berdasarkan pendekatan Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Harwanto. 2008. Memilih Profesi Guru?. Banten: Cerad Insan Cendekia. Mendiknas. 2008. Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejurun (SMK/MAK). Jakarta: Citra Utama Media. Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Naree Aware Achwarin. The study of teacher competence of teachers at schools in the three southern provinces of thailand. Graduate School of Education, Assumption University of Thailand. Poerwadarminta, WJS. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rianggoro, Krisna. 2001. Marilah Belajar Mengetik. Semarang: Aneka ilmu. Sardiman. 1994. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Setiawan, Iwan dkk. 1994. Pengetahuan Mengetik SMK. Bandung: Armico. Sudarmin, Djanewar. 1999. Mengetik SMK jilid 1 Kelompok Bisnis dan manajemen. Bandung: Armico. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta Sularso, dkk. 1984. Mengetik dengan sistem 10 jari. Yogyakarta: Liberty. Suwandi. 2007. Makalah Peranan Mesin Ketik Manual dan Keterampilan Mengetik 10 Jari di Era Komputerisasi. Probolinggo. Uno, Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi aksara.

186

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL BERBASIS MACROMEDIA FLASH MX DALAM PEMBELAJARAN MATA DIKLAT KEARSIPAN PADA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK N 1 BOYOLALI Nurul Khaqim S. Pd., (Universitas Negeri Semarang) Sarjana Pendidikan Ekonomi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Email : Hakim.ragil31@gmail.com Abstrak Makalah ini berisi tantang salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan pemberiaan stimulus dengan penggunaan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa, kinerja guru, aktivitas siswa sebelum menggunakan media pembelajaran dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan. Data yang digunakan adalah data primer, berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan teknik pengambilan data adalah dokumentasi, tes, observasi, dan angket. Dalam penelitian ini menggunakan dua analisis, yaitu analisis deskriptif persentase dan menggunakan uji-t. Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan nilai rata-rata dari siklus I dan nilai rata-rata siklus II. Besarnya peningkatan persentase hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 18,06%. Dari analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa persentase kinerja guru meningkat sebesar 8%, dan persentase aktivitas siswa meningkat sebesar 22%. Dari hasil pengisian angket, semua siswa memberikan tanggapan yang sangat positif. Kesimpulannya adalah bahwa terdapat perbedaan hasil belajar mata diklat kearsipan antara sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Hasilnya pembelajaran mata diklat kearsipan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx lebih baik daripada sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Kinerja guru dan aktivitas siswa sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx lebih baik daripada sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Tanggapan siswa saat menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx adalah sangat positif. Kata Kunci : Hasil Belajar, Media Visual Berbasis Macromedia Flash MX. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru administrasi perkantoran di SMK N 1 Boyolali adalah model pembelajaran ekspositori. Sedangkan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai pada mata diklat kearsipan jurusan administrasi perkantoran adalah mengimplementasikan sistem kearsipan. Pada tahun ajaran sebelumnya, yaitu tahun ajaran 2008/2009. Berdasarkan rincian nilai mata diklat kearsipan pada model pembelajaran ekspositori, terlihat jelas meski nilai siswa sudah mencapai KKM yang ditetapkan, namun sebagian besar hanya mencapai batas minimumnya saja yaitu 70. Dari kenyataan tersebut, perlu adanya suatu inovasi baru pada pembelajaran ekspositori agar nilai siswa dapat meningkat, tidak sebatas mencapai nilai yang ditetapkan pada KKM atau nilai minimumnya saja. Guru dapat membuat siswa merasa tertarik dan termotivasi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat. 1.2. Rumusan Masalah 1. Adakah perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali? 2. Bagaimanakah kinerja guru sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali?

187

3.

Bagaimanakah aktivitas siswa sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali? 4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran mata diklat kearsipan dengan menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx? 1.3. Tujuan 1. Perbedaan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media pembelajaran dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. 2. Kinerja guru sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali. 3. Aktivitas siswa sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali. 4. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran mata diklat kearsipan dengan menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. 2. Landasan Teori 2.1. Belajar Slameto (2003: 2) mendefinisikan belajar sebagai usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2.2. Pembelajaran Pengertian pembelajaran menurut teori neobehavioristik yaitu upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan supaya terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku pembelajar (Sugandi, 2006: 9). 2.3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada yang dipelajari oleh pembelajar. Jika pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Anni, dkk (2006: 5). 2.4. Model Pembelajaran Ekspositori Model pembelajaran ekspositori atau langsung menurut Nur dalam Widdiharto (2004: 33) menyatakan bahwa model ini dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural (pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. 2.5. Media Pembelajaran Menurut Sugandi (2006: 30) media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan pengajar dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajar. 2.6. Media Visual berbasis Macromedia Flash MX Media visual berbasis macromedia flash mx adalah gabungan dari media visual dengan program macromedia flash mx yang mengandalkan indera penglihatan dengan menampilkan animasi gambar atau gambar bergerak. 2.7. Pengenalan Cara Pembuatan Media Visual berbasis Macromedia Flash MX Macromedia Flash MX merupakan sebuah program aplikasi standar authoring tool profesional yang dikeluarkan oleh perusahaan internasional Macromedia yang digunakan untuk membuat animasi vektor dan bitmap yang sangat menakjubkan untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis. Selain itu aplikasi ini juga dapat digunakan untuk memuat animasi logo, movie, game, pembuatan

188

navigasi pada situs web, banner, tombol animasi, menu interaktif, interaktif form isian, e-card, screen server, dan pembuatan situs web atau pembuatan aplikasi-aplikasi web lainnya (Suciadi, 2003: 3). 2.8. Materi Mengimplementasikan Sistem Kearsipan Sistem Kearsipan Sistem kearsipan adalah cara pengaturan atau penyimpanan arsip secara logis dan sistematis dengan memakai abjad, numerik / nomor, huruf ataupun kombinasi huruf dan nomor sebagai identitas arsip yang terkait. 3. Metodologi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AP 1 yang berjumlah 40 siswa. Karena jumlah populasi kurang dari 100, maka penelitian ini disebut penelitian populasi (Arikunto, 2006: 130). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx (ekspositori) dan pembelajaran mata diklat kearsipan pada saat menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata diklat kearsipan sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. 3.1. Deskripsi Data Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan empat metode penelitian yaitu metode dokumentasi, tes, observasi, dan angket. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data nama siswa dan data nilai mata diklat kearsipan tahun sebelumnya, metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa baik pembelajaran sebelum maupun sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx pada mata diklat kearsipan standar kompetensi mengimplementasikan sistem kearsipan kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran. Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi data tentang penerapan media pembelajaran visual berbasis macromedia flash mx pada mata diklat kearsipan standar kompetensi mengimplementasikan sistem kearsipan kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali.

4. Hasil 4.1. Analisis t-test (uji-t) Analisis t-test ini digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah ditentukan, apakah ada perbedaan hasil belajar mata diklat kearsipan sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Analisis t-test dalam penelitian ini menggunakan SPSS 16 for windows dengan analisis paired, karena merupakan penelitian sebelum dan sesudah yang berarti subjeknya sama. Tabel Paired Samples Statistics Mean Pair 1 Siklus II Sumber: Data Diolah, 2010 Siklus I 75.450 0 89.075 0 N 40 40 Std. Deviation 5.16869 4.99942 Std. Error Mean .81724 .79048

Tabel Paired Samples Correlations

189

N Pair 1 Siklus I & Siklus II 40

Correlati on .493

Sig. .001

Sumber: Data Diolah, 2010 Dari tabel korelasi diperoleh nilai korelasi = 0,493 dan signifikan pada 5% hal ini berarti rata-rata nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx berhubungan positif dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Tabel Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval S of the Difference Std. td. Deviatio Error Low n Mean er Upper Si g. (2D tailed f )

Mean Pair 1

Sikl . us I 5.12 3 .0 -1.36250E1 8099 15.2632 Sikl 254 11.98673 16.822 9 00 4 7 us II Sumber: Data Diolah, 2010 Hipotesis : Ho : 3 = 0, Hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx kurang baik atau sama dibandingkan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Ha : 3 0, Hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Dengan tingkat kepercayaan = 95% atau ( ) = 0,05 (batas kesalahan) dan signifikasi 0,0001 dengan t hitung sebesar -16,822. Karena signifikasi lebih kecil dari batas kesalahan yaitu 0,000 maka Ha diterima ada perbedaan rata-rata pada nilai stenografi sebelum dan sesudah menggunakan media . Nilai rata-rata siklus 2 lebih tinggi dibanding nilai rata rata siklus 1, maka dapat dilihat persentase kenaikan nilai rata-rata siklus 1 ke siklus adalah . 4.2. Deskriptif Persentase Analisis deskriptif persentase terhadap skor yang diperoleh digunakan untuk mendeskripsikan kinerja guru dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx, aktivitas siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran mata diklat kearsipan dengan menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Observasi kinerja guru sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja guru dalam pembelajaran mata diklat kearsipan pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali. Pada pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx, persentase kinerja guru dalam

190

mengelola pembelajaran diklat kearsipan adalah termasuk dalam kategori baik. Terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam kategori baik. Pada pembelajaran mata diklat kearsipan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx persentase kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mata diklat kearsipan adalah termasuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 17) bahwa media pembelajaran adalah media yang digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar tujuan pengajaran tercapai. Jika kinerja guru baik maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar siswa akan baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa ada peningkatan kinerja guru sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sebesar 8%. Jika kinerja guru baik maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar siswa akan baik pula. Karena penggunaan media visual berbasis macromedia flash mx merupakan inovasi baru, sehingga guru menjadi lebih semangat dan lebih bervariasi dalam menyajikan materi yang sedang dipelajari. Hasil dari penelitian aktivitas siswa sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx mempunyai pengaruh positif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali. Pada pembelajaran mata diklat kearsipan sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx, persentase aktivitas siswa adalah dalam kategori cukup baik. Pada pembelajaran mata diklat kearsipan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx, persentase aktivitas siswa termasuk dalam kategori sangat baik. Terlihat bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx meningkat sebesar 22%. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada peningkatan aktivitas siswa sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sebesar 22%. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hamalik dalam Arsyad (2009: 15), menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Hal ini dikarenakan mata diklat kearsipan yang diajarkan sebelumnya hanya disampaikan dengan pembelajaran ekspositori. Selain itu juga karena media visual berbasis macromedia flash mx adalah media baru sehingga siswa lebih tertarik dan menjadi lebih aktif. Berdasarkan data hasil penelitian menggunakan skala likert seperti dalam tabel 4.7 terlihat bahwa tanggapan siswa terhadap pembelajaran mata diklat kearsipan dengan menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali memberikan tanggapan yang sangat positif. Dari 40 siswa yang mengisi angket, 30% dalam kategori sangat baik. Dari data tersebut terlihat bahwa siswa memberikan tanggapan sangat positif yang bererti bahwa siswa tertarik dan lebih semangat dalam pembelajaran mata diklat kearsipan dengan menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx sehingga nilai hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana dkk (2009: 2), menyatakan bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Sehingga dari pembelajaran yang lebih aktif dan bervariasi, serta peningkatan hasil belajar mata diklat kearsipan, maka siswa memberikan sikap yang sangat positif dalam penggunaan media visual berbasis macromedia flash mx. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diambil beberapa simpulan, antara lain: 5. Terdapat Perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan pada kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 1 Boyolali, yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata diklat kearsipan

191

sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx secara signifikan lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. 6. Terdapat peningkatan kinerja guru sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Persentase kinerja guru sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx lebih tinggi daripada sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx, karena guru lebih semangat dan lebih dapat menarik perhatian siswa dengan bantuan media visual berbasis macromedia flash mx. 7. Terdapat peningkatan aktivitas siswa sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx. Persentase aktivitas siswa sesudah menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx lebih tinggi daripada sebelum menggunakan media visual berbasis macromedia flash mx, karena media tersebut merupakan sebuah media yang baru dalam pembelajaran mata diklat kearsipan sehingga siswa lebih tertarik dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mata diklat kearsipan. 8. Angket tanggapan siswa terhadap penggunaan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan mendapat tanggapan yang sangat positif dari siswa. Artinya mereka menganggap penggunaan media visual berbasis macromedia flash mx dalam pembelajaran mata diklat kearsipan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Daftar Pustaka Anni, Chatarina Tri , Achmad Rifai, Eddy Purwanto, Daniel Purnomo. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suciadi, Andreas. 2003. Menguasai Pembuatan Animasi dengan Macromedia Flash MX. PT Elex Media Komputindo : Jakarta. Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 2009. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sugandi, A. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT Unnes Press. Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model Model Pembelajaran Matematika SMP. Makalah disajikan dalam Diklat Instruktur / Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar, 10 23 Oktober 2004.

192

PROSEDUR ADMINISTRASI PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA UP3AD KABUPATEN KENDAL Khusnul Budi Ani Abstrak Pajak daerah yang biasanya dipungut selama ini merupakan sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan disuatu daerah. Untuk menyelenggarakan kegiatan pembayaran pajak diperlukan prosedur untuk memaksimalisasi hasil usaha yang sedang dijalankan. Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui prosedur administrasi pembayaran PKB di UP3AD. 2) Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi. 3) Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi permasalahan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis diskriptif kualitatif yaitu data tersebut diperoleh, dianalisa dengan argumen- argumen dan tidak menggunakan angka- angka yang dihitung secara statistik sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian diketahui bahwa bahwa pada dasarnya prosedur administrasi pembayaran PKB di UP3AD kabupaten Kendal sudah sesuai dengan standar prosedur yang ada pada UP3AD diseluruh Jawa Tengah yang artinya tata cara dan prosedurnya sudah sesuai dengan garis kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor di UP3AD Kabupaten Kendal dimulai dari pengambilan formulir SPPKB, registrasi otorisasi data statis kendaraan, penetapan PKB dan SKPD, pelayanan korektor, pembayaran PKB, Validitas STNK dan TNKB dan yang terakhir penyerahan STNK. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa 1) prosedur administrasi pembayaran PKB di UP3AD kabupaten Kendal sudah sesuai dengan standar prosedur yang ada pada UP3AD diseluruh Jawa Tengah yang artinya tata cara dan prosedurnya sudah sesuai dengan garis kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2) Permasalahan yang dialami dari dalam yaitu kurang efektifnya sosialisasi dan staf lain yang membayar pajak pada saat jam kerja, sedangkan permasalahan dari luar adalah kurang tertibnya wajib pajak dan masalah calo. 3) Cara untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan mengefektifkan lagi sosialisasi di kecamatan di Kendal secara menyeluruh, mendahulukan wajib pajak pada pelayanan SPPKB, menertibkan wajib pajak dengan memberikan nomer antrean pada oket SPPKB, serta untuk calo harus mengikuti prosedur sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan : (1). Hendaknya UP3AD agar lebih menyederhanakan prosedur yang ada. (2). Sebaiknya UP3AD mengefektifkan lagi sosialisasi di kecamatan-kecamatan di daerah kendal secara menyeluruh, agar masyarakat mengetahui tentang prosedur adminastrasi pembayaran pajak kendaraan bermotor Kata kunci : Prosedur, Administrasi, Pajak Kendaraan Bermotor.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pajak daerah yang biasanya dipungut selama ini merupakan sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan disuatu daerah. Karena sebagian besar pendapatan daerah berasal dari sektor pajak maka kelancaran penyelenggaraan pembangunan pemerintahan daerah dipengaruhi oleh keberhasilan dari hasil penerimaan pajak daerah. Untuk menyelenggarakan kegiatan pembayaran pajak yang baik dan berjalan dengan lancar diperlukan suatu sistem administrasi yang baik juga, selain itu juga harus di dukung dengan sistem informasi yang lengkap pula, hal tersebut untuk membantu kelancaran pembayaran pajak juga sebagai pertimbangan suatu organisasi dalam mengambil keputusan-keputusan penting. Prosedur biasa diterjemahkan sebagai tata cara yang berlaku dalam organisasi. Kedudukannya sangatlah penting sebab sah atau tidaknya perbuatan orang dalam organisasi

193

ditentukan oleh tingkah lakunya berdasarkan prosedur itu. Dengan adanya suatu prosedur maka kegiatan yang akan dicapai dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang di inginkan (Moenir, 2006:105). Kurangnya komunikasi dan sosialisasi mengenai informasi prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor menyebabkan kurangnya minat para wajib pajak untuk membayarkan pajak terutangnya. Informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena perbedaan latar belakang pendidikan sehingga penyampaian informasi terkadang kurang bisa diterima. Dari pengamatan langsung di kantor UP3AD Kabupaten Kendal dan dari daftar pembayar pajak kendaraan bermotor di UP3AD jumlah pembayar atau wajib pajak rata-rata berjumlah 200 orang setiap harinya. Dari jumlah tersebut 7% orang kebanyakan belum paham mengenai prosedurnya, ada juga yang beranggapan bahwa proses pembayaran pajak kendaraan bermotor rumit, dan memakan waktu lama sehingga kebanyakan masyarakat menyerahkan pembayarannya kepada makelar pajak atau calo, padahal sebenarnya pembayaran akan lebih ekonomis dan efisien apabila masyarakat mau membayarkan pajak terutangnya sendiri serta tidak menyita waktu. Pembayaran membutuhkan waktu kurang dari satu jam. Karena setiap anggota masyarakat diberi kepercayaan pajak untuk dapat melaksanakan keikutsertaan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga pelaksanaan sistem administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan lebih tertib, terkendali,sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat wajib pajak. Pembayaran pajak merupakan wujud pengabdian dan peran serta masyarakat dalam membantu kelancaran pemerintahan daerah. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul PROSEDUR ADMININISTRASI PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA UP3AD KABUPATEN KENDAL B. PERUMUSAN MASALAH Atas dasar uraian latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana Prosedur administrasi pembayaran pajak kendaraan bermotor pada UP3AD Kabupaten Kendal? 2. Permasalahan apa saja yang dialami dalam proses kegiatan pembayaran pajak kendaraan bermotor? 3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut? LANDASAN TEORI A. Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan. (Gie, 2000:187) Prosedur digunakan perusahaan atau organisasi untuk membantu pelaksanaan kegiatan operasional. Kaitanya dengan pembayaran pajak adalah prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor diperlukan untuk membantu organisasi dan wajib pajak dalam pelaksanaan pembayaran pajak agar berjalan dengan baik dan lancar. Pengertian Administrasi Menurut (Silalahi, 2005:5) Administrasi dalam arti sempit merupakan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan keterangan untuk memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain. Kegiatan administrasi dalam arti sempit sering disebut juga sebagai tata usaha.

B.

194

C.

Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor atau disebut (PKB) merupakan pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaan terhadap kendaraan bermotor (Tarmudji dan Suryarini, 2009:26). Sedangkan menurut UU No 18 tahun 1997 Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di jalan umum, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu kendaraan bermotor yang bersangkutan, tidak termasuk alat-alat besar. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dipungut berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor. Dan Peraturan Pelaksanaannya berdasarkan pada Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 75 Tahun 2002 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan pada Peraturan Daerah Povinsi Jawa Tengah No.3 tahun 2002 tentang Pajak Kendaraan Bermotor UU No. 16 tahun 2000 tentang tata cara perpajakan di Indonesia a. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. b. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. c. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian penulis adalah di kantor Unit Pelayanan Pendapatan dan Pembardayaan Aset Daerah (UP3AD) di jalan Soekarno Hatta No 101 Kendal. B. Objek Kajian Objek kajian adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Objek kajian dalam penelitian ini adalah mengenai prosedur administrasi pembayaran pajak kendaraan bermotor pada UP3AD Kabupaten Kendal, permasalahan apa saja yang di hadapi dan cara mengatasi permasalahan tersebut. C. Sumber dan Jenis Data Definisi sumber data menurut (Arikunto, 2002:107) adalah subjek darimana data diperoleh. Data merupakan sumber tertulis yang sangat penting dalam penyusunan Tugas Akhir. Data yang diperoleh dari penelitian dapat memperkuat hasil penelitian dan memudahkan penyusunan Tugas Akhir. D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan satu tahapan dalam proses penelitian dan sifatnya mutlak untuk dilakukan karena data merupakan fenomena yang diteliti, sehingga membantu kita untuk menarik satu kesimpulan dari objek atau fenomena yang diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi, Dokumentasi dan Wawancara.

195

E. Metode Analisis Data Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode analisis dimana data itu tidak dianalisis secara sistematis, tetapi hanya menguraikan dan menggambarkan suatu keadaan berdasarkan data pada waktu tertentu (Arikunto, 2002:213).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Berikut ini merupakan gambar alur pembayaran pajak kendaraan bermotor di UP3AD Kendal : Alur Rangkaian Pembayaran PKB Mulai Formulir SPPKB Penelitiankelengkap an, TandaTerima, Tanda tangan Validitas STNK dan TNKB Penyerahan STNK

1.

Registrasi Otorisasi Data Statis Kendaraan Order TNBK/STNK Cek fisik

Pembayaran PKB

Penetapan PKB dan SKPD Keterangan : PKB : Pajak Kendaraan Bermotor SPPKB : Surat Pendaftaran Pembayaran Kendaraan Bermotor. SKPD : Surat Ketetapan Pajak Daerah. STNK :Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor. TNKB : Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.

Pelayanan Korektor

1. 2. 3. 4. 5.

196

Berikut merupakan alurnya dimulai dari pengajuan persyaratan untuk memperoleh formulir SPPKB, kemudian menuju ke registrasi otorisasi data statis kendaraan dimana tempat untuk order STNK / TNBK dan cek fisik, lalu menuju ke Penetapan PKB dan SKPD, pelayanan korektor, pembayaran PKB lewat kasir, validitas STNK/TNKB dan terahir adalah penyerahan STNK. 2. Permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan administrasi pembayaran pajak kendaraan bermotor di UP3AD dan cara mengatasi permasalahan tersebut. Berikut permasalahan dari dalam yang dialami dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor yaitu : 1. Kurang efektifnya sosialisasi mengenai prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor. 2. Staf lain yang kadang membuat tidak efisienya kerja staf pelayanan SPPKB karena membayar pajak pada saat kerja. Berikut merupakan permasalahan yang timbul dari luar adalah : a. Banyak calo atau makelar yang terkadang sedikit mengganggu kerja para staf pada saat pengambilan formulir SPPKB karena tidak mengantri dahulu. b. Kurang tertibnya wajib pajak pada saat pengambilan formulir SPPKB. Cara untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses pembayaran pajak kendaraan bermotor di UP3AD Kabupaten Kendal : a. Mengefektifkan lagi sosialisasi ke kecamatan- kecamatan di daerah Kendal. b. Staf pelayanan SPPKB sudah seharusnya mendahulukan wajib pajak terlebih dahulu daripada orang dalam karena untuk memaksimalisasi kerja agar berjalan lebih efektif dan efisien. c. Lebih menertibkan wajib pajak dengan cara memberikan nomer antrean juga pada loket pelayanan SPPKB. d. Tetap mendahulukan wajib pajak dan untuk calo atau makelar pajak seharusnya mengikuti prosedur pembayaran seperti wajib pajak yang semestinya.

B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya prosedur administrasi pembayaran PKB di UP3AD kabupaten Kendal sudah sesuai dengan standar prosedur yang ada pada UP3AD diseluruh Jawa Tengah yang artinya tata cara dan prosedurnya sudah sesuai dengan garis kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Dimana secara umum dapat kami sampaikan bahwa prosedur standar yang dilakukan oleh wajib pajak adalah, pada saat jatuh tempo masa pembayaran pajak kendaraan bermotor sebagaimana tertera dalam Notice Pajak/STNK, maka wajib pajak diminta untuk memenuhi kewajibannya membayar pajak kendaraan bermotor. Dan proses kegiatanya dimulai dari penghimpunan data dan kelengkapanya, penetapan, koreksi, uji validitas dan penyerahan STNK. Penentuan besarnya pajak yang terutang sesuai dengan jenis kendaraan dan besarnya SKPD. Pembayaran PKB, pengesahan STNK dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu jam sejak saat pendaftaran /penyerahan berkas permohonan. Sesuai dengan UU No 16 tahun 2000 Karena setiap anggota masyarakat diberi kepercayaan pajak untuk dapat melaksanakan keikutsertaan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga pelaksanaan sistem administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan lebih tertib, terkendali, sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat wajib pajak.

197

SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya prosedur administrasi pembayaran PKB di UP3AD kabupaten Kendal sudah sesuai dengan standar prosedur yang ada pada UP3AD diseluruh Jawa Tengah yang artinya tata cara dan prosedurnya sudah sesuai dengan garis kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2. Permasalahan dari dalam yang dihadapi dalam proses pembayaran pajak kendaraan bermotor yaitu kurang efektifnya sosialisasi mengenai prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor sehingga membuat wajib pajak kurang memahami tentang prosedurnya. Staf lain terkadang membuat tidak efisienya kerja para staf pelayanan SPPKB. Permasalahan dari luar banyak calo atau makelar yang terkadang sedikit mengganggu kerja para staf karena tidak mengantri dahulu, kurang tertibnya wajib pajak. 3. Cara untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan mengefektifkan kembali sosialisasi ke kecamatan- kecamatan di daerah Kendal. Staf pelayanan SPPKB sudah seharusnya mendahulukan wajib pajak terlebih dahulu daripada orang dalam karena untuk memaksimalisasi kerja agar berjalan lebih efektif dan efisien. Lebih menertibkan wajib pajak dengan pemberian nomer antrean pada loket pelayanan SPPKB. Untuk calo atau makelar pajak seharusnya mengikuti prosedur pembayaran seperti wajib pajak yang semestinya.

B. Saran Dari pembahasan di atas penulis dapat saran- saran sebagai berikut : 1. Hendaknya UP3AD agar lebih menyederhanakan prosedur yang ada untuk mempemudah dan memperlancar kegiatan administrasi pembayaran pajak kendaraan bermotor. 2. Sebaiknya UP3AD untuk lebih mengefektifkan sosialisasi di kecamatan- kecamatan di daerah kendal secara menyeluruh, agar masyarakat mengetahui tentang prosedur adminastrasi pembayaran pajak kendaraan bermotor.

198

PENINGKATAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI BIRO SDM DAN UMUM SEKSI PENGELOLAAN ASET PERUSAHAAN PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH Heni Maulidah ABSTRAK Motivasi merupakan serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu, pada dasanya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya pemberian motivasi dari pimpinan diharapkan pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan akan lebih giat dan bersemangat dalam bekerja. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana upaya yang dilakukan dalam peningkatan motivasi kerja pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah ?. (2) Kendala apa saja yang dihadapi dalam peningkatan motivasi kerja pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah ?. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui upayaupaya yang dilakukan dalam peningkatan motivasi kerja pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. (2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam peningkatan motivasi kerja pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu analisis dengan memaparkan faktafakta yang diamati dengan diikuti teori-teori yang mendukung, sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan motivasi kerja pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan sudah cukup baik. Hal ini tidak terlepas dari peran pimpinan, upaya yang dilakukan pimpinan dalam memotivasi kerja pegawai yaitu dengan mengadakan rapat pembinaan, pemberian promosi dan pemberian bonus bagi pegawai yang berprestasi. Saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian adalah diharapkan pimpinan memberikan pelatihan terhadap pegawai, karena latar belakang pegawai di Biro SDM dn Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan yang berbeda-bada. Dan sebaiknya perusahaan segera menambahkan karyawan untuk menggantikan posisi pegawai yang dipindah, sehingga karyawan lain tidak terbebani dengan pekerjaan yang seharusnya bukan menjadi tanggung jawabnya. Untuk menyediakan fasilitas pimpinan diharapkan aktif untuk mengajukan pengadaan fasilitas yang dianggap penting untuk menunjang suatu pekerjaan. Kata Kunci : Peningkatan, Motivasi

199

PENDAHULUAN Pada saat ini telah memasuki era global, dimana perusahaan-perusahaan baik yang berorientasi pada keuntungan maupun organisasi yang tidak berorientasi pada keuntungan bersaing untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Tujuan perusahaan dapat tercapai jika manajemen mampu mengelola dan menggerakan sumber daya manusia secara efektif dan efisien. Organisasi dikelola oleh sumber daya manusia didalamnya, dan setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan tugas masingmasing. Dalam suatu perusahaan potensi tenaga kerja merupakan modal yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan serta tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga hubungan kerja yang baik dengan pegawainya. Salah satu hal yang perlu ditingkatkan perusahaan adalah mengenai motivasi pegawai. Meningkatkan motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya pengembangan pegawai. Karena dengan adanya motivasi maka pegawai akan terdorong untuk melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh serta dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga pekerjaan yang diberikan akan cepat selesai serta pegawai akan lebih terampil dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Selain itu pegawai juga akan tergerak untuk lebih meningkatkan ketrampilan dan kualitas kerjanya guna mencapai prestasi yang diharapkan.

200

Dengan adanya motivasi diharapkan setiap pegawai mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas pegawai menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kualitas kerja yang mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas organisasi. Untuk meningkatkan produktifitas yang tinggi perlu adanya motivasi kerja dari para karyawan. Karyawan membutuhkan semangat yang tinggi untuk meningkatkan hasil yang diharapkan. Hubungan karyawan yang tertata baik sangat bermanfaat bagi organisasi. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Motivasi merupakan subyek yang membingungkan, karena motivasi tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku yang tampak ( Handoko,2003 : 251). Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung efektifitas kerja, karena motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter, dan imbalan nonmoneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan (Winardi, 2001 : 6). Motivasi bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja dan produktivitas pegawai. Tujuan pimpinan adalah memberikan dorongan kepada pegawainya agar bisa bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh organisasi. Seseorang yang termotivasi maka seseorang tersebut akan melaksanakan tugasnya sebagai pegawai dimana ia bekerja dengan penuh rasa ta nggu ngjawa b. Dalam melakukan suatu pekerjaan tidak jarang pegawai menemukan kesulitan yang mampu menghambat pencapaian hasil kerja yang maksimal. Pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah untuk menjalankan misi perusahaan maka pegawai harus diberi motivasi kerja yang tinggi agar dapat bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan. Dalam proses pemberian motivasi kerja tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan, karena banyak kendalakendala yang dihadapi dalam memberikan motivasi kerja pegawai. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun Tugas Akhir ini dengan judul : PENINGKATAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI BIRO SDM DAN UMUM SEKSI PENGELOLAAN ASET PERUSAHAAN PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH METODE PENELITIAN Sumber dan Jenis Data 1.1. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 107) . Sumber data dari penelitian ini adalah dari pimpinan dan pegawai Bagian SDM dan Umum Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 1.2. Jenis Data

a.

Data Primer

Yaitu data yang diambil langsung dari sumbernya. Dalam hal ini peneliti (penulis) secara langsung observasi ke obyek penelitian yaitu pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah melalui wawancara. b. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh penulis dari buku-buku literatur yang terkait dengan penulisan Tugas Akhir ini sebagai penunjang dalam penelitian. Dan merupakan data yang sudah baku serta dipublikasikan dari data sekunder ini akan diperoleh data penelitian kepustakaan yaitu

201

metode pengumpulan data dengan cara membaca serta mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan tema penulisan Tugas Akhir ini. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan beberapa cara sebagai berikut : 1. Observasi Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan observasi ke Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 2. Wawancara Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pimpinan atau staf kantor pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 3. Dokumentasi Adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data -data yang disediakan oleh instansi. Yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, buku-buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. Arikunto, Suharsimi (2002:236) Metode Analisis Data Untuk mencapai tujuan penelitian sesuai dengan yang diharapkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dan untuk diperoleh suatu kesimpulan maka data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan mengamati mengenai diperlukannya sesuai kriteria halhal yang diperlukan dalam suatu penyajian. Data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif, adalah pembandingan antara teori dengan hasil penelitian tentang motivasi kerja pegawai pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan motivasi kerja pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Pemberian motivasi kepada pegawai sangat berpengeruh terhadap produktivitas kerja yang tinggi, karena motivasi merupakan suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melaksanakan aktivitas yang sejalan dengan tujuan, sehingga diharapkan tujuan perusahaan dan individu dapat tercapai. Untuk meningkatkan motivasi kerja pimpinan harus mengetahui apa yang diinginkan pegawai agar pegawai dapattermotivasi untuk bekerja lebih giat dan mencapai prestasi kerja yang tinggi. Kebutuhan dan keinginan tersebut biasanya dipengeruhi oleh beberapa faktor. Faktor motivasi yang berasal dari luar yaitu gaji, kondisi kerja yang nyaman, kebijakan administrasi perusahaan dan hubungan antar pribadi. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri pegawai yaitu prestasi kerja, pekerjaan itu sendiri, pengekuan dan taggung jawab terhadap pekerjaan. 1. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Diadakannya rapat pembinaan yang dihadiri oleh semua pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan dan biasanya dilakukan 1 minggu sekali oleh pimpinan. b. Pemberian promosi bagi pegawai yang berprestasi. Dengan adanya promosi ini pegawai diharapkan dapat bersemangat dan bergairah untuk mencapai prestasi yang diharapkan. c. Diberikan bonus kepada karyawan yang berprestasi yang dapat melaksanakan penjualan melebihi target yang telah ditetapkan. 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam memberikan motivasi kerja kepada pegawai di Biro SDM dan Umum Seksi Pengelolaan Aset Perusahaan: a. Latar belakang pegawai yang berbeda-beda sehingga para pegawai memiliki karakter dan

202

kemampuan yang berbeda sesuai dengan bidang masing-masing.

b. Kemampuan perusahaan terbatas dalam menyediakan fasilitas dan insentif untuk memenuhi
kebutuhan pegawai. 3. Manfaat motivasi kerja antara lain sebagai berikut : a. Pegawai memiliki semangat kerja yang tinggi dan loyalitas yang tinggi pula terhadap perusahaan. b. Pegawai memiliki kesadaran diri untuk meningkatkan prestasi kerja, tanpa harus selalu diawasi oleh pimpinan. c. Pegawai memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Daft, Richard L. 2006. Management. Jakarta : Salemba Empat. Dharma, Agus. 1991. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta : Rajawali Press. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta. Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE. , 2003. Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE. Hasibua, Melayu. 1996. Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara. , 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2001. Manajeme Sumber Daya Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Manullang. 1994. Manajemen Personalia, Jakarta : Ghalia Indah. Rivai, veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta : Murai Kencana. Robins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Prenhallindo. Samsudin, H. Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia. Siagian, P. Sondang. 2002. Fun gsi-fungsi Manajerial. Jakarta : PT. Bumi Aksara. , 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sulistyani, A. T dan rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu Umar, Husein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Widiatmono, Riasto. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE Winardi, 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : PT Raya Grafindo Persada.

203

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XI SMK N I PUNGGELAN BANJARNEGARA Ristian Cahyo Saputro Abstrak Prestasi belajar merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam belajar mengajar. Tinggi rendahnya nilai yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu intelegensi, minat, bakat dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Permasalahan yang dikaji adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan seberapa besar faktor tersebut mempengaruhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar, mengetahui seberapa besar faktor intern dan ekstern berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N I Punggelan Banjarnegara Tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah populasi sebanyak 113 dengan menggunakan sampel sebanyak 57 siswa. Pengambilan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi, kuesioner. Analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan regresi berganda. Hasil penelitian diperoleh persamaan regresi = 43,461 + 0,182 + 0,193 . Dengan demikian menunjukan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor internal dan eksternal terhadap prestasi belajar siswa dan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor eksternal terhadap prestasi belajar siswa sebesar. Kata kunci : Faktor internal,faktor eksternal dan prestasi belajar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Masalah SMK Negeri I Punggelan merupakan salah satu dari sekian banyak SMK Negeri di Kabupaten Banjarnegara yang berusaha mencetak lulusan yang siap kerja dan siap bersaing dalam dunia kerja, yang nantinya akan terjun langsung di lapangan dengan kemampuan yang telah dibekali dari sekolah sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses, menurut Suryana (2006:2). Kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMK N I Punggelan, yang diajarkan dari kelas X sampai kelas XII. Materi yang disampaikan pada kelas X merupakan dasar-dasar dari ilmu kewirausahaan, sedangkan pada kelas XI materi yang diajarkan merupakan isi dari ilmu kewirausahaan tersebut, dan pada kelas XII siswa-siswi tersebut diterjunkan langsung ke lapangan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat. Bentuk keberhasilan pembelajaran di sekolah dapat dilihat dari prestasi belajar siswa, karena prestasi belajar menunjukan hasil usaha yang dicapai siswa selama mereka melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah yang pada umumnya ditunjukan dalam bentuk nilai. Sesuai dengan ketentuan kurikulum yang berlaku untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yaitu dengan ditetapkannya batas minimum ketuntasan belajar untuk mata pelajaran kewirausahaan yaitu 6.0. Atas dasar ketentuan ini diharapkan siswa dapat mencapai hasil yang optimal. 1.2 Rumusan Masalah a. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar Kewirausahaan pada siswa kelas XI di SMK N I Punggelan, Banjarnegara? b. Seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi prestasi belajar pada siswa kelas XI di SMK N I Punggelan, Banjarnegara?

204

1.3 Tujuan a Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar kewirausahaan pada siswa kelas XI SMK N I Punggelan, Banjarnegara? b Untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi prestasi belajar kewirausahaan pada siswa kelas XI SMK N I Punggelan, Banjarnegara? 2. LANDASAN TEORI Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta panca indera, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya (Dalyono, 2009:49). Kewirausahaan menurut Thomas W. Zimmerer (1996:51) (dalam Suryana, 2006:13) kewirausahaan merupakan proses penerapan kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan mencari peluang yang dihadapi setiap orang dalam setiap hari. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal itu, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. b. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dengan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya (Tuu, 2004:75). Prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai oleh seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu (Winkel, 1991:160). 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N I Punggelan, Banjarnegara tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 113 orang siswa yang tersebar dalam 3 kelas dari kelas XI Teknik Bodi Otomotif (TBO), XI Teknik Mekanik Otomotif (TMO)1, dan XI Teknik Mekanik Otomotif (TMO)2. 3.2 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N I Punggelan Banjarnegara tahun pelajaran 2009/2010 yang terbagi dalam tiga kelas dengan jumlah siswa keseluruhan sebanyak 113 siswa. Dalam penelitian ini digunakan teknik Simple Random Sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,2005 :57). Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi (Sugiyono, 2005:62). Sedangkan menurut Suharsimi (2006:134) menyatakan: sampel apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupan penelitian populasi, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Berdasarkan uraian di atas maka sampel dalam penelitian ini diambil 50% dari tiap kelas. Dalam pengambilan sampel untuk penelitian ini diasumsikan

205

bahwa kemampuan belajar antara siswa laki-laki dan perempuan adalah sama. Jadi sampel yang diambil tidak membedakan jenis kelamin siswa. Berikut adalah tabel pengambilan sampel penelitian. 3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono, 2005:2). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel bebas atau variabel independen: 1. Faktor Intern : a. Intelegensi b. Minat c. Bakat d. Motivasi 2. Faktor Ekstern : a. Lingkungan keluarga b. Lingkungan sekolah c. Lingkungan masyarakat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Metode Kuesioner/angket Metode kuesioner/angket adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi,2006:225). Jadi kuesioner adalah pengumpulan informasi dengan cara mengedarkan daftar tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Sedangkan angket data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup dimana jawabannya sudah tersedia, sehingga responden (siswa kelas XI SMK N I Punggelan Banjarnegara) tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai keadaan sebenarnya. 3.4.2 Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai berbagai variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi, 2006:231). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang: 1) Daftar jumlah siswa kelas XI SMK N I Punggelan Banjarnegara 2) Nilai rapor mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas XI SMK N I Punggelan Banjarnegara 3) Data profil sekolah SMK N I Punggelan banjarnegara. 3.5 Metode Analilsis Data 3.5.1 Metode Analisis Deskriptif Persentase Metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengkaji variabel faktor intern, faktor ekstern serta prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan. Variabel tersebut terdiri dari beberapa indikator yang sangat mendukung dan kemudian indikator tersebut dikembangkan menjadi instrumen (angket).

206

4. HASIL PENELITIAN
a Coefficients

Model 1

(Constant) Faktor Intern Faktor Ekstern

Unstandardized Coefficients Std. B Error 43.461 3.825 .182 .041 .193 .053

Standardized Coefficients Beta .466 .377 t 11.362 4.459 3.609 Sig. .000 .000 .001

Correlations Partial .519 .441

Collinearity Statistics Tolerance .908 .908 VIF 1.102 1.102

a. Dependent Variable: Hasil Belajar


b Model Summary

Change Statistics Model 1 R .682a R Square .466 Adjusted R Square .446 Std. Error of the Estimate 2.39770 F Change 23.517 df1 2 df2 54 Sig. F Change .000

a. Predictors: (Constant), Faktor Ekstern, Faktor Intern b. Dependent Variable: Hasil Belajar

5. PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Kewirausahaan pada siswa kelas XI SMK N 1 Punggelan Banjarnegara tahun pelajaran 2009/2010 yaitu faktor internal yang terdiri atas intelegensi, minat, bakat, motivasi dan faktor eksternal yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 2. Besarnya pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap prestasi belajar kewirausahaan pada siswa kelas XI SMK N 1 Punggelan Banjarnegara tahun pelajaran 2009/2010. Secara parsial besarnya pengaruh faktor internal terhadap prestasi belajar siswa adalah 26.9 % dan faktor eksternal yaitu 19.5%. Secara simultan besarnya pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap prestasi belajar siswa adalah 46.6%. 5.2 Saran Ada beberapa saran yang diajukan sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar kewirausahaan, saran yang diajukan : 1. Mengenai alat/media pembelajaran yang terbatas, sebaiknya pihak sekolah diharapkan untuk menambah jumlah buku paket dan buku literature yang ada di sekolah agar siswa mempunyai sumber belajar yang lengkap sehingga dapat memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. 2. Mengenai guru yang dalam mengajar masih banyak menggunakan metode konvensional, sebaiknya guru pada waktu mengajar untuk lebih kreatif dalam menggunakan metode mengajar seperti metode jigsaw, group investigation, mind mapin, dan lain sebagainya yang membuat siswa lebih aktif dalam dalam proses pembelajaran mengingat materi kewirausahaan yang padat.

207

Selain itu juga diharapkan guru untuk memanfaat media yang ada dalam setiap pertemuan dengan optimal guna mendukung kelancaran proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Anni,Catarina Tri,dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press. _________________ 2006. Psikologi Belajar. Semarang. UPT Unnes Press. Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pemdidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar: Jakarta: PT Rineka Cipta. Fakultas Ekonomi. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Semarang : UPT MKK UNNES Press Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multi Variat dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Suara. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat Susanti, Siti. 2010. Pengaruh Pendidikan Sistem Ganda, Penguasaan Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran dan Fasilitas Belajar Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Prodi Administrasi Perkantoran di SMK N 1 Kendal Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Tuu, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo. Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pendidikan dan Evaluai Belajar. Jakarta: Gramedia.

208

PENGARUH KETERLIBATAN ORANG TUA DAN MINAT SISWA MEMILIH PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT PRODUKTIF SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 1 DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL Silfia Rizqi Amalia (Universitas Negeri Semarang) Sarjana Pendidikan Ekonomi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Email: sleepy_freaky@ymail.com Abstrak Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pengaruh keterlibatan orang tua dan pengaruh minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran, dan dari variabel keterlibatan orang tua dan minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran, variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi-siswi kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 120 siswi. Karena populasi lebih dari 100 orang maka menggunakan teknik proportional random sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, koesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif persentase dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa secara parsial thitung variabel keterlibatan orang tua sebesar 3,448 minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran sebesar 3,572 dimana ttabel 1,987. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa thitung > ttabel ini berarti secara parsial variabel keterlibatan orang tua dan minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Sumbangan efektif yang diberikan untuk keterlibatan orang tua sebesar 11,69% dan minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran sebesar 21,62%. Dengan demikian variabel minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran adalah varibel yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara parsial keterlibatan orang tua dan minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Kata Kunci : Keterlibatan Orang Tua, Minat Siswa Memilih Program Perkantoran, Prestasi Belajar. KeahlianAdministrasi

1. Pendahuluan Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dan berasal dari luar diri siswa (ekstern) salah satunya adalah keterlibatan orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anaknya. Seringkali orang tua berpandangan bahwa sekolah adalah satu-satunya lembaga yang mampu mencetak manusia-manusia berkualitas dan berprestasi (Rushdie dan Nurlaela Isnawati, 2009:42). Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang tua pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim kerjasama guru-orang tua. Ada tiga hal yang penting apabila orang tua dan pihak sekolah dapat menjalin kerja sama, yaitu: konsep diri orang tua dan anak akan

209

meningkat, motivasi belajar anak meningkat, dan prestasi yang dicapai akan meningkat pula (Soemiarti Padmonodewo, 2003:123-124). Sedangkan salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern) adalah minat siswa memilih Program Keahlian Administrasi Perkantoran, minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi juga diimplempentasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tak menghiraukan sesuatu yang lain. Minat merupakan hal yang sangat penting dan sebaiknya jurusan yang dipilih benar-benar sesuai dengan minat siswa, karena diharapkan hasil belajar yang dicapai akan lebih baik. Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap program keahlian administrasi perkantoran cenderung akan merasa senang, perhatian dan akan menumbuhkan sikap positif terhadap mata diklatproduktif administrasi perkantoran. Keadaan yang demikian terjadi juga di SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Sekolah tersebut memiliki tiga Program Keahlian yaitu Akuntansi, Pemasaran, dan Administrasi Perkantoran. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan informasi dari guru mata diklat dan guru BK sendiri untuk keterlibatan orang tua dalam urusan pendidikan anaknya cukup tinggi dan orang tua selalu peduli dan tidak sepenuhnya beranggapan bahwa sekolah adalah satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab memberikan yang terbaik untuk anaknya . Sedangkan minat siswa untuk memilih program keahlian administrasi perkantoran di SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal boleh dikatakan tinggi, dapat dilihat dari banyaknya jumlah calon siswa yang mendaftar di SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Dengan adanya minat yang tinggi siswa dapat mencapai prestasi yang lebih baik akan tetapi pada kenyataanya masih ada nilai siswa dibawah standar kelulusan yakni dibawah nilai 70. Adapun hasil prestasi belajar siswa mata diklat produktif, sebagai berikut: Tabel 1.1 Prestasi belajar siswa No Kelas Tuntas % Belum % Jumlah Tuntas 1 XI AP 1 25 62,5% 15 37,5% 40 2 XI AP 2 28 70% 12 30% 40 3 XI AP 3 22 55% 18 45% 40 Sumber : Data SMK N 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal, diolah.Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 62,5% siswa memenuhi kriteria tuntas dan sebanyak 37,5% siswa belum memenuhi kriteria tuntas. Dari data tersebut diperoleh gambaran mengenai prestasi belajar mata diklat produktif Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi kabupaten Tegal. Atas dasar pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: PENGARUH KETERLIBATAN ORANG TUA DAN MINAT SISWA MEMILIH PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA DIKLATPRODUKTIF SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 1 DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan antara lain sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh keterlibatan orang tua terhadap prestasi belajar mata diklatproduktif siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal? 2. Adakah pengaruh minat siswa memilih Program Keahlian Administrasi Perkantoran terhadap prestasi belajar mata diklatproduktif siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal? 3. Adakah pengaruh keterlibatan orang tua dan minat siswa memilih Program Keahlian Administrasi Perkantoran terhadap prestasi belajar mata diklatproduktif siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal?

210

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara keterlibatan orang tua terhadap prestasi belajar mata diklatproduktif siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran terhadap prestasi belajar mata diklatproduktif siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara keterlibatan orang tua dan minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran terhadap prestasi belajar mata diklatproduktif siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. 2. Bukti Empiris Prestasi belajar menurut Tulus Tuu (2004:75) adalah : hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang di capai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas serta kegiatan pembelajaran di sekolah. Siswa menunjukkan bukti-bukti keberhasilan usaha yang dicapai siswa selama mereka belajar dan biasanya diwujudkan dalam bentuk atau simbol lain yang merupakan pencerminan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran. Menurut Morrison dalam Soemiarti (2003:124-125) keterlibatan orang tua yaitu :suatu proses di mana orang tua menggunakan segala kemampuan mereka, guna keuntungan mereka sendiri, anakanaknya, dan program yang dijalankan anak itu sendiri. Orang tua, anak dan program sekolah semuanya merupakan bagian dari suatu proses. Namun, fokus pada interaksi orang tua/anak/keluarga adalah orang tua, sedangkan pendidik anak harus bekerja sama dengan orang tua apabila ingin berhasil. Menurut Morrison dalam Soemiarti (2003:125) tiga kemungkinan keterlibatan orang tua, yaitu : 1) Orientasi pada tugas Orientasi ini paling sering dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu keterlibatan dalam membantu program sekolah, yang berkaitan sebagai staf pengajar, staf administrasi, sebagai tutor, melakukan monitoring, membantu mengumpulkan dana, membantu mengawasi anak apabila anak-anak melakukan kunjungan luar. Bentuk partisipasi para orang tua yang tersebut adalah yang biasanya diharapkan para guru. Bentuk partisipasi lain yang masih termasuk orientasi pada tugas adalah, orang tua membantu anak dalam tugastugas sekolah. 2) Orientasi pada proses Partisipasi orang tua didorong untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan, antara lain perencanaan kurikulum, memilih buku yang diperlukan untuk sekolah, seleksi guru dan membantu menentukkan standar tingkah laku yang diharapkan. Orientasi proses ini jarang dilaksanakan, karena sekolah sering kali menganggap bahwa umumnya orang tua tidak memiliki ketrampilan untuk melaksanakannya. 3) Orientasi pada perkembangan Orientasi ini membantu para orang tua untuk mengembangkan ketrampilan yang berguna bagi mereka sendiri, anak-anaknya, sekolah, guru, keluarga, dan pada waktu bersamaan meningkatkan keterlibat orang tua. Minat menurut Slameto (2003:180) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat dan dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. 3. Metodologi

211

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal tahun ajaran 2009/2010. Sedangkan penelitian ini menggunaka teknik sampling yang digunakan yaitu proportional random sampling. Analisis regresi yang dipergunakan menggunakan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan: Y = variabel terikat (prestasi belajar siswa) a = konstanta b1 = Nilai Koefisien variabel bebas X1 b2 = Nilai Koefisien Variabel bebas X2 (Sugiyono, 2008: 275) Angket/kuesioner yang digunakan menggunakan pendekatan skala likert dimana setiap pernyataan dalam angket memiliki lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS). Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Dari kelima jawaban tersebut masing-masing memiliki skor yang akan menentukan apakah jawaban dari pernyataan tentang variabel-variabel penelitian terebut tinggi atau tidak. Skor tersebut terdiri dari: 6. Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) 7. Skor 4 untuk jawaban Setuju (S) 8. Skor 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS) 9. Skor 2 untuk jawaban Tidak setuju (TS) 10. Skor 1 untuk jawaban Sangat tidak Setuju (STS)

4. Hasil Empiris
Coefficients
a

Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) X1 X2 a. Dependent Variable: Y B 4.387 .032 .033 Std. Error .428 .009 .009 .327 .339 Coefficients Beta t 10.260 3.448 3.572 Sig. .000 .001 .001 .852 .852 1.173 1.173 Collinearity Statistics Tolerance VIF

5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada di bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh keterlibatan orang tua terhadap prestasi belajar mata diklat produktif pada siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Jika keterlibatan orang tua baik maka prestasi belajar siswa akan meningkat. 2. Ada pengaruh minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran terhadap prestasi belajar mata diklat produktif pada siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Jika minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran tinggi maka prestasi belajar siswa akan meningkat. 3. Ada pengaruh keterlibatan orang tua dan minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran terhadap prestasi belajar mata diklat produktif pada siswa kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Jika keterlibatan orang tua baik dan minat siswa memilih program keahlian administrasi perkantoran tinggi maka prestasi belajar siswa akan meningkat.

212

6. Daftar Pustaka Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. Ali, Muhammad. 2009. Strategi Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Anni, Chatharina Tri. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depdikbud. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BP. Cipta Jaya. Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gie, The Liang. 1995. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Liberty. Ginting, Cipta. 2003. Kiat Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. Olatoye, R.A. 2008. Parental involvement, interest in schooling and science achievement of junior secondary school student in ogun state, Nigeria . Dalam journal college teaching methods & styles journal. Volume 4, number 8. Nigeria: Olab isi Onabanjo University. Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Rushdie, Nurlaela Isnawati. 2009. Membuat Anak Anda Jadi Murid Berprestasi. Jogjakarta:Garailmu. Sappe, Aziz. 2003. Minat Memilih Program Studi dengan Prestasi Belajar dalam Mata Pelajaran Pilihan. Jurnal Edukasi Volume 4 No. 2 Agustus 2003 halaman 106-111. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tuu, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Witami. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Kelas III SMA N I Wonogiri dalam Memilih Perguruan Tinggi. Skripsi. Semarang: Unnes. Yahaya azizi, Nordin Kamaliah, 2006. Relationship between self concepts, motivation, and parenting styles effected student achievement. Journal of education research. University Technology Malaysia.

213

Pengaruh Pendidikan Sistem Ganda, Penguasaan Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran dan Fasilitas Belajar Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Prodi Administrasi Perkantoran di SMK N 1 Kendal kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2009/2010 Oleh : Siti Susanti, S.Pd. Sarjana Pendidikan, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Email : susan_chement@yahoo.com. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara pendidikan sistem ganda, penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran dan fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Kendal kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010 baik secara parsial maupun simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran dengan jumlah siswa 41 orang, penelitian ini disebut penelitian populasi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu pendidikan sistem ganda (X1), Penguasaan Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran (X2), Fasilitas Belajar (X3) serta variabel terikat yaitu Kesiapan Kerja (Y). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner (angket) dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripsi persentase dan regresi linier berganda. Diperoleh persamaan regresi linier berganda Y= 1,207 + 0,105X 1 + 0,701X2 + 0,093X3. Uji keberartian persamaan regresi dengan uji F diperoleh F hitung = 15,877 dengan nilai signifikansi = 0,000 < 0,05 yang berarti secara simultan ada pengaruh positif dan signifikan antara pendidikan sistem ganda, penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran dan fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja. Hasil uji parsial diperoleh t hitung = 3,305 dengan nilai signifikansi 0,002 < 0,05 hal ini berarti ada pengaruh secara signifikan antara X1 terhadap Y, thitung = 4,448 dengan nilai signifikansi antara 0,000 < 0,05 hal ini berarti ada pengaruh secara signifikan antara X2 terhadap Y, thitung = 2,201 dengan nilai signifikansi antara 0,034 < 0,05 hal ini berari ada pengaruh secara signifikan antara X3 terhadap Y. Kata Kunci: Pendidikan Sistem Ganda, Penguasaan Mata Pelajaran Produktif, Fasilitas dan Kesiapan Kerja. Belajar

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada hakekatnya adalah mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah. Untuk mencapai tujuan tersebut SMK N 1 Kendal bekerjasama dengan institusi pasangan mengadakan program pendidikan sistem ganda, mata pelajaran produktif diberikan untuk menambah keterampilan siswa dan ditunjang fasilitas belajar untuk memperlancar dalam kegiatan belajar. Dilihat dari pola hubungan antara organisasi bisnis dan lembaga pendidikan, lembaga pendidikan merupakan pihak yang bertanggung jawab menciptakan dan menyuplai tenaga kerja bagi industri, karena itu lembaga pendidikan dituntut memberikan sumber daya manusia yang sesuai permintaan dan kebutuhan industri (Rimsky, 2008: 20). Berdasarkan penulusuran lulusan SMK N 1 Kendal belum seluruhnya memasuki dunia kerja terlihat dari data yang diperoleh kelulusan SMK N 1 Kendal prodi administrasi perkantoran tahun 2008/2009, didapat sebanyak 50% bekerja, 22.2% melanjutkan ke perguruan tinggi, Wiraswasta 8.4% dan 19.4% masih dalam menunggu. Dari data penelusuran kelulusan tahun 2008/2009 ada keterkaitan dengan kesiapan kerja mengenai seberapa banyak lulusan dari SMK yang diserap di dunia usaha/dunia industri. Dari data penelusuran kelulusan tersebut memberikan gambaran bagaimana tingkat kesiapan kerja siswa pada tahun sebelumnya. Dapat diketahui belum semua lulusan SMK N 1 Kendal setelah lulus mempunyai

214

kesiapan kerja yang sama untuk memasuki dunia kerja, meskipun dalam satu program studi dan memperoleh perlakuan yang sama di sekolah tersebut. Perbedaan kesiapan siswa itu berasal dari berbagai faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan antara lain sebagai berikut : 4. Adakah pengaruh pendidikan sistem ganda terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Kendal kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010? 5. Adakah pengaruh penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Kendal kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010? 6. Adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja siwa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N I Kendal Kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010? 7. Adakah pengaruh pendidikan sistem ganda, penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran dan fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N I Kendal kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Ingin mengetahui pengaruh pendidikan sistem ganda terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Kendal kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010? 2. Ingin mengetahui pengaruh penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Kendal kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010? 3. Ingin mengetahui pengaruh fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Kendal kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010? 4. Ingin mengetahui pengaruh pendidikan sistem ganda, penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran dan fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI prodi administrasi perkantoran di SMK N 1 Kendal kabupaten Kendal tahun ajaran 2009/2010? 2. Landasan Teori 2.1 Pendidikan Sistem Ganda Menurut pakpahan (dalam wena, 1996: 16) mengulas pengertian pendidikan sistem ganda, sebagai berikut: Sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu. Menurut Soewani dan Sulaiman (dalam wena, 1996: 76) tujuan penyelenggaraan pendidikan sistem ganda adalah: a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. b. Memperoleh link and mach antara sekolah dengan dunia kerja. c. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas dan professional. d. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

215

2.2 Penguasaan Mata Pelajaran produktif Administrasi perkantoran Menurut Wena (1996: 31) Komponen produktif yaitu bekal kemampuan keahlian tertentu untuk bekal bekerja. Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peseta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar kompetensi kerja nasional indonesia (SKKNI). Menurut Kurikulum SMK, Ruang lingkup mata pelajaran produktif administrasi perkantoran kelas X sampai kelas XI meliputi: a. Memahami prinsipprinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran b. Mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi c. Menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan kolega dan pelanggan d. Menerapkan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH) e. Mengoperasikan aplikasi perangkat lunak f. Mengelola peralatan kantor g. Melakukan prosedur administrasi h. Membuat dokumen i. Memberikan pelayanan kepada pelanggan j. Menangani surat/dokumen surat k. Mengelola sistem kearsipan l. Mengelola pertemuan rapat m. Mengelola dana kas kecil n. Mengelola data/informasi di tempat kerja o. Mengaplikasikan administrasi perkantoran di tempat kerja p. Surat menyurat bahasa inggris. 2.3 Fasilitas Belajar Fasilitas adalah sarana dan prasarana. Menurut Bafadal (2003: 2) Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memperlancar kegiatan. Untuk Sekolah menengah Kejuruan fasilitas belajar yang sesuai dengan standar Mendiknas mengenai standar sarana dan prasarana sekolah menengah kejuruan sekurang-kurangnya memiliki prasarana yang dikelompokkan dalam ruang pembelajaran umum, ruang penunjang, dan ruang pembelajaran khusus. 2.4 Kesiapan Kerja Kesiapan adalah seluruh kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi (Slameto, 2003: 113). Menurut Djaali (2009: 113) bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya. Menurut May Smith dalam Panji (2006:12) tujuan dari kerja adalah untuk hidup, dengan demikian mereka yang menukarkan kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan sarana kebutuhan untuk hidup, berarti bekerja. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesiapan kerja berarti seluruh kondisi seseorang yang siap memberikan respon terhadap tugas yang dikerjakan untuk menghasilkan buah karya. Menurut Slameto (2003: 115) prinsip-prinsip kesiapan adalah: 1. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). 2. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. 3. Pengalamanpengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan.

216

4.

Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam peride tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.

3. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi secara keseluruhan berjumlah 41 orang Siswa Kelas XI prodi administrasi perkantoran. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel yaitu tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2008: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: 1. Pendidikan sistem ganda (X1), indikatornya: a. Kecermatan siswa dalam menguasai suatu keterampilan b. Kecepatan unjuk kerja siswa dalam mengerjakan suatu tugas c. Kuantitas dan kualitas hasil kerja siswa d. Tingkat alih belajar e. Waktu f. Personalia g. Sumber belajar yang dipakai 2. Penguasaan Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran (X2), indikatornya: Nilai ulangan semester rata-rata mata pelajaran produktif administrasi perkantoran program keahlian administrasi perkantoran kelas XI dari semester 1 sampai 3. 3. Fasilitas belajar (X3), indikatornya: a. Sarana b. Prasarana Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kesiapan kerja siswa yaitu kesiapan untuk menghadapi dunia kerja. Indikatornya meliputi : b. Kondisi fisik, mental dan emosional c. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan d. Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Pengumpulan data yang digunakan menggunakan data primer yaitu menggunakan metode dekomentasi dan metode angket yang diberikan langsung kepada siswa sebagai responden, menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS) skor 5, Setuju (S) skor 4, Kurang Setuju (KS) skor 3. Tidak Setuju (TS) skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, yaitu Pendidikan Sistem ganda (X1), Penguasaan Mata Pelajaran Produktif (X2) dan Fasilitas Belajar (X3) terhadap Kesiapan Kerja Siswa (Y) Analisis regresi yang dipergunakan menggunakan rumus: Keterangan: Y = Variabel terikat (kesiapan kerja siswa) a = Konstanta b1 = Nilai koefisien variabel bebas X1 b2 = Nilai koefisien variabel bebas X2 b3 = Nilai koefisien variabel bebas X3 (Sugiyono, 2007: 275).

217

4. Hasil dan Pembahasan


a Coefficients

Model 1

(Constant) X1 X2 X3

Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.207 11.879 .105 .032 .701 .158 .093 .042

Standardized Coefficients Beta .363 .500 .246

t .102 3.305 4.448 2.201

Sig. .920 .002 .000 .034

Zero-order .454 .607 .385

Correlations Partial .477 .590 .340

Part .359 .483 .239

Collinearity Statistics Tolerance VIF .977 .935 .948 1.023 1.070 1.054

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier yang dilakukan melalui analisis statistik dengan menggunakan program SPSS versi 12 maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut: Y = 1,207 + 0,105X1 + 0,701X2 + 0,093X3 Keterangan: Y = Kesiapan Kerja 1,207 = Konstanta X1 = Pendidikan Sistem Ganda X2 = Penguasaan Mata Pelajaran Produktif AP X3 = Fasilitas Belajar 5. Penutup 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diambil beberapa simpulan, antara lain: 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan sistem ganda terhadap kesiapan kerja. 2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran terhadap kesiapan kerja. 3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja. 4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan sistem ganda, penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran dan fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja. 5.2 Saran Ada beberapa saran yang diajukan sehubungan dengan pengaruh pendidikan sistem ganda, penguasaan mata pelajaran produktif administrasi perkantoran dan fasilitas belajar terhadap kesiapan kerja, saran yang dapat diajukan 1. Dari hasil penelitian dapat diketahui masih terdapat kekurangan fasilitas belajar berupa ruang pembelajaran khusus, oleh karena itu sekolah diharapkan dapat menyediakan ruang pembelajaran khusus yang sesuai dengan standar sarana dan prasarana sekolah menengah kejuruan sehingga siswa sudah terbiasa untuk mengoperasikan peralatan-peralatan kantor yang telah terstandar. 2. Pada saat pelaksanaan pendidikan sistem ganda sebagian kecil siswa mengeluhkan bahwa apa yang mereka kerjakan belum sesuai dengan keterampilannya, untuk itu diharapkan sebelum pelaksanaan praktek dilaksanakan dari pihak DU/DI ada keterbukaan tentang tugas apa yang akan dilaksanakan selama siswa praktik. Sehingga ketidaksesuaianpun tidak terjadi lagi. Pihak sekolahpun hendaknya dalam menggunakan sumber belajar yang dipakai harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu

218

pengetahuan misalnya menggunakan buku-buku terbitan baru dan penggunaan akses internet yang ada di sekolah lebih dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2009. Kurikulum SMK N 1 Kendal. Kendal: SMK press. Djaali. 2009. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro. Ihsan, Fuad. 1997. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Judisseno, Rimsky K. 2008. Jadilah Pribadi Yang Kompeten di Tempat Kerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mendiknas. 2008. Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejurun (SMK/MAK). Jakarta: Citra Utama Media. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wena, Meda. 1996. Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito.

219

You might also like