You are on page 1of 5

A. Proses Produksi Proses produksi tebu menjadi gula di PG Jatitujuh menggunakan sistem sulfitasi alkalis.

Tahapan produksi gula yaitu: B.1. Stasiun Pendahuluan (Emplasement) Stasiun pendahuluan merupakan stasiun yang dilewati tebu sebelum masuk ke stasiun penggilingan. Stasiun ini bertujuan untuk mempersiapkan bahan baku (tebu) yang akan diproses. Ada dua bagian penting pada stasiun ini yaitu, stasiun penimbangan (jembatan timbang) dan bagian halaman (cane yard). Tebu yang telah ditebang diangkut dari kebun ke pabrik dengan menggunakan truk atau trailer. Tebu tersebut masuk melalui gerbang belakang pabrik untuk ditimbang terlebih dahulu menggunakan jembatan penimbangan. Fungsi jembatan timbang adalah untuk menghitung berat tebu dan menghitung jumlah panen tebu setiap kebun atau petak. Tebu yang telah ditimbang berat kotornya langsung diarahkan menuju cane yard yang memiliki kapasitas 5500-6000 ton/hari. Cane yard merupakan tempat untuk membongkar tebu dari alat angkutnya (unloading), menumpuk tebu dan area tebu sebelum masuk meja tebu. Pembongkaran tebu dari alat angkutnya dilakukan dengan menggunakan cane lifter atau hillo dan selanjutnya diangkut ke meja tebu dengan menggunakan loader, traveller crane atau grabber, hydro crane dan tippler. Proses selanjutnya tebu dibawa ke mesin pencacah oleh cane carrier. Mesin pencacah digunakan untuk memotong dan mencacah tebu sampai berukuran kurang lebih 40 cm yang berfungsi untuk membuka sel tebu. Tahapan selanjutnya adalah penyempurnaan cacahan dan pengecilan ukuran menggunakan unigrator. Unigrator berfungsi sebagai penyempurna cacahan agar menjadi serpihan-serpihan tebu yang lebih kecil sehingga memperluas permukaan perasan dan nira yang terperas lebih banyak. Pada bagian unigrator ini tebu berbentuk cacahan atau serpihan namun nira belum keluar. Setelah mengalami pencacahan pada unigrator, tebu masuk ke dalam stasiun penggilingan B.2. Stasiun Gilingan Tebu yang telah melewati stasiun pendahuluan akan diproses di stasiun gilingan untuk diambil niranya. Mesin gilingan tebu terdiri dari gilingan I, gilingan II, gilingn III, dan gilingan IV denga kapasitas giling 4500-5000 ton per hari. Tebu yang telah dicacah oleh mesin pencacah dan unigrator akan digiling di gilingan I. Ampas tebu yang dihasilkan dari gilingan I akan dibawa ke gilingan II dengan penambahan nira hasil gilingan III dan akan digiling di gilingan II. Tujuan penambahan nira

dari hasil gilingan III adalah untuk memancing nira dari ampas sisa gilingan I dan memudahkan kerja mesin gilingan II. Nira hasil gilingan I dan II akan dicampur dan keluar melewati talang dan akan disedot oleh pompa dan ditempatkan pada tangki nira mentah sedangkan ampas yang tersisa pada nira gilingan I dan gilingan II akan disaring oleh tushtush elevator dan akan kembali digiling pada gilingan II. Ampas tebu hasil giingan II akan digiling kembali pada gilingan III dengan penambahan hasil nira gilingn IV dan air imbibisi dengan suhu maksimal 60oC. Air imbibisi merupakan air yang digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi tebu. Penambahan air imbibisi bertujuan untuk mengencerkan nira yang tersisa dalam ampas tebu sehingga lebig mudah mengambil nira dari ampas tebu. Ampas tebu gilingan III akan digiling kembali pada gilingan IV dengan penambahan sedikit air imbibisi agar ampas sisa gilingan IV diharapkan memiliki pol ampas sedikit dan memiliki kadar air rendah karena akan digunakan sebagai bahan bakar boiler. Selain itu, pada stasiun penggilingan ditambahkan cairan Decolorizing of Raw Juice yang digunakan untuk membunuh bakteri pada selokan I (nira hasil gilingan I dan II), cairan Dewatering Aid of Baggase yang digunakan untuk membunuh bakteri pada selokan 2 (nira hasil gilingan II) dan cairan Flowing Agent of Raw Juice yang digunakan untuk menurunkan pol ampas pada gilingan IV agar kandungan gula yang terbawa pada sisa ampas gilingan IV sedikit. B.3. Stasiun Pemurnian Nira hasil gilingan dari stasiun penggilingan akan dibawa ke stasiun pemurnian untuk memisahkan nira dari bahan-bahan bukan gula sehingga dihasilkan nira bersih. Proses pemurnian adalah proses sulfitasi alkalis dengan bahan pembantu berupa susu kapur hydrate lime atau Ca(OH)2, SO2, koagulan dan flokulan. Proses pada stasiun pemurnian adalah sebagai berikut: B.3.1. Penimbangan Nira mentah Nira mentah hasil gilingan terlebih dahulu ditimbang menggunakan Boulogne dengan kapasitas 4 ton per satu kali timbang untuk mengetahui berat nira mentah yang diperoleh dari berat tebu yang digiling. Nira mentah yang telah ditimbang ditampung dalam tangki nira mentah dan ditambahkan susu kapur atau disebut pula pre liming. Penambahan susu kapur ini bertujuan untuk menaikkan pH nira mentah dari 5 menjadi 6.2 agar nira tidak rusak saat pemanasan I. B.3.2. Pemanasan Nira Mentah I

Nira yang telah ditimbang dan ditambahkan kapur atau proses pre liming dipanaskan terlebih dahulu pada heater I pada suhu 70-75oC. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi yang akan berlangsung pada tahap selanjutnya. Selain itu, pemanasan nira mentah I juga bertujuan untuk membunuh bakteri teuconusnastoc yang menyebabkan kerusakan sukrosa. B.3.3. Tangki Defekator dan Sulfitir (penambahan kapur dan gas So2) Nira mentah yang telah dipanaskan pada heater I akan dialirkan pada defekator dan ditambahkan susu kapur pada static mixer untuk menaikkan pH nira mentah menjadi 8.5 atau 9 atau proses sackarate. Kadar phospat yang baik untuk proses pengendapan berkisar antara 200-300 ppm. Penambahan susu kapur juga akan menyebabkan terjadinya reaksi dengan asam phospat yang terkandung pada tebu yaitu: 3Ca(OH)2 + H2PO4 terendapkan. Nilai pH yang meningkat akan menyebabkan kerusakan pada nira mentah dan menyebabkan gula tereduksi menjadi D-glukosa dan D-fruktosa yang tidak diinginkan pada proses pembuatan gula, oleh karena itu proses penambahan susu kapur dilakukan secara cepat dalam hitungan detik dan langsung dialirkan ke tangki sulfitator untuk menurunkan pH nya menjadi netral. Proses sulfitasi merupakan proses penetralan terhadap nira dalam kondisi alkalis dengan menggunakan gas SO2 sehingga pH akhir sulfitasi adalah 7.2. Gas SO2 dihembuskan dari bawah dengan tujuan agar reaksi berjalan dengan dengan sempurna. Pada proses sulfitasi ini, gas SO2 dengan air akan membentuk H2SO3. Keadaan asam ini yang akan bereaksi dengan susu kapur membentuk endapan CaSO3 yang akan mengadsorpsi senyawa bukan gula. Ca(OH)2 SO2 + H2O H2SO3 Ca2+ + SO32Ca2+ +2OHH2SO3 SO32- + 2H+ CaSO3 Ca3(PO4)2 + 3H2O Endapan Ca3(PO4)2 yang terbentuk akan mengikat zat-zat bukan gula yang akan ikut

B.3.4. Pemanasan Nira Mentah II Nira dari tangki sulfitasi dipompa ke heater II untuk dinaikkan suhunya menjadi 95100oC. B.3.5. Pengendapan

Nira hasil pemanasan II ditambahkan koagulan cair 50 ppm di flash tank untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan. Selanjutnya nira ditambahkan dengan flokulan untuk mengikat kotoran kecil hasil absorpsi senyawa bukan gula oleh senyawa CaSO3 menjadi flok-flok yang besar sehingga mudah diendapkan. Penambahan flokulan dilakukan di tiga titik setelah nira melewati flash tank. Nira dan flokulan kemudian dicampur dan dialirkan ke Door Clarifier untuk diendapkan. Nira jernih akan bergerak ke atas untuk diolah ke proses selanjutnya, sedangkan nira kotor alirkan pada rotary vacuum filter untuk dipisahkan antara blotong dan nira yang tersisa. Selanjutnya nira hasil dari rotary vacuum filter akan diolah kembali pada bagian awal stasiun pemurnian. B.3.4. Pemanasan Nira Mentah III Nira jernih hasil pengendapan Door Clarifier sebelum masuk ke stasiun penguapan terlebih dahulu dipanaskan pada heater III hingga suhu 110oC. Proses pemanasan ini bertujuan agar nira langsung menguap sehingga dapat mengurangi beban evaporator. B.4. Stasiun Penguapan (Evaporator) Proses penguapan merupakan proses yang dilakukan untuk mengurangi kadar air nira sehingga diperoleh nira dengan kekentalan tertentu. Nira encer dari heater III stasiun pemurnian yang memiliki brix 12-14% dikentalkan sampai mencapai nilai brix 60-64% menggunakan badan penguap atau evaporator dengan air yang diuapkan sekitar 60%. Dalam pengoperasiannya biasanya hanya digunakan 4 evapotaror dan selebihnya standby atau dibersihkan. Sistem yang diterapkan pada stasiun penguapan ini adalah quadruple effect yaitu evaporator I dan evaporator II adalah paralel (uap yang masuk dalam badan penguap untuk penguapan nira berasal dari stasiun gilingan), sedangkan evaporator III, IV, V, dan VI adalah seri (uap yang masuk dalam badan penguap untuk penguapan nira berasal dari evaporator atau badan penguap sebelumnya). Dalam pengoperasiannya, evaporator I atau II mendapat uap dari uap bekas stasiun penggilingan dengan tekanan 1.2-1.5 bar. Uap nira dari evaporator I atau II digunakan untuk penguapan di evaporator III. Uap nira dari evaporator III digunakan untuk penguapan di evaporator IV. Uap nira dari evaporator IV digunakan untuk penguapan di evaporator V. Pada evaporator terakhir atau evaporator V/VI, proses penguapan adalah vacuum dengan suhu 80oC agar sukrosa yang terkandung dalam nira tidak rusak atau pecah. Pengisian nira ke dalam evaporator hanya mencapai sepertiga tinggi pipa pemanas karena apabila tingginya melebihi sepertiga akan menyebabkan pemuncratan nira sehingga nira akan terbawa uap.

You might also like