You are on page 1of 12

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Disusun oleh : Metta Fitriapasa Sunarya 4103 2122 1011 32 C2

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA 2011

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yan dalam ilmu g kenegaraan disebut sebagai dasar filsafat (Philosofische Gronslag). Dalam konteks inilah maka Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian negara, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum dalam negara Republik Indonesia. Oleh karena itu Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu UndangUndang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis atau convensi. Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam s uatu sistem peraturan perundang- undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan negara Indonesia, yang memuat Pancasila sebagai dasar negara, tujuan negara serta bentuk negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm, dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia. Pembukaan UUD 1945 bersama- sama dengan pasal- pasal UUD 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7. Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal- pasal UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea, dan setiap alinea memiliki spesifikasi jikalau ditinjau berdasarkan isinya. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia memiliki dua aspek yang sangat fundamental, yaitu : Pertama, memberikan faktor- faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukun Indonesia. Kedua, memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi. Berdasarkan penjelasan tentang isi Pembukaan UUD 1945, yang termuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7, dijelaskan bahwa ... Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terkandung pokok- pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia, serta mewujudkan suatu cita- cita hukum, yang menguasai hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar yang tidak tertulis (convensi). Dalam pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa

Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber hukum positif Indonesia. Dengan demikian seluruh peraturan perundang- undangan di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkndung Asas Kerohanian Negara atau Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, termuat unsur- unsur yang menurut ilmu hukum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia (rechts orde), atau (legal order), yaitu suatu kebulatan dan keseluruhan peraturan- peraturan hukum. Syaratsyarat tertib hukum yang dimaksud adalah meliputi 4 hal, yaitu :
y y

Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum. Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan suatu dasar dari keseluruhan peraturan- peraturan hukum, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum.

y y

Adanya kesatuan daerah, dimana peraturan- peraturan hukum itu berlaku. Adanya kesatuan waktu, dimana seluruh peraturan- peraturan hukum itu berlaku. Hal ini menunjukkan saat mulai berdirinya negara Republik Indonesia yang disertai dengan suatu tertib hukum, sampai seterusnya selama kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.

Di dalam suatu tertib hukum terdapat urut- urutan susunan yang bersifat hierarki, di mana UUD ( pasal- pasalnya ) bukanlah merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Maka kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah : Pertama : menjadi dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 memberikan faktorfaktor mutlak bagi adanya suatu tertib hukum Indonesia. Hal ini dalam Pembukaan UUD 1945 telah terpenuhi dengan adanya empat syarat adanya suatu tertib hukum. Kedua : Pembukaan UUD 1945 memasukkan diri didalamnya sebagai ketentuan hukum yang tertinggi, sesuai dengan kedudukannya yaitu sebagai asas bagi hukum dasar baik yang tertulis (UUD), maupun hukum dasar tidak tertulis (convensi), serta peraturan- peraturan hukum yang lainnya yang lebih rendah (Notonegoro, 1974 : 45).

Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 tersebut dalam tertib hukum Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945 menentukan adanya tertib hukum Indonesia. Hal ini sesuai degan Ketetapan No. XX/ MPRS/ 1966, juga ditegaskan dalam Ketetapan No. V/ MPR/ 1973, Ketetapan No. IX/ MPR/ 1978, serta Ketetapan No. III/ MPR/ 1983. Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa Pembukaan UUD 1945, dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, memberikan faktor- faktor mutlak bagi tertib hukum Indonesia dan sebagai asas bagi hukum dasar negara, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis (convensi). Pokok kaidah negara yang fundamental (Staatsfundamentalnorm), menurut ilmu hukum tatanegara memiliki beberapa unsur mutlak antara lain : a. Dari segi terjadinya Ditentukan oleh Pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak Pembentuk Negara, untuk menjadikan hal- hal tertentu sebagai dasar- dasar negara yang dibentuknya. b. Dari segi isinya Dasar tujuan negara, (baik tujuan umum maupun tujuan khusus). Tujuan umum, tujuan umum ini berhubungan dengan masalah hubungan antar bangsa (pergaulan masyarakat internasional). Tujuan umum inilah yang merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Tujuan khusus, tujuan khusus ini meliputi tujuan nasional, sebagai tujuan bersama bangsa Indonesia dalam membentuk negara untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, material maupun spiritual. Ketentuan diadakannya Undang- Undang Dasar Negara. Hal ini merupaka suatu ketentuan bahwa negara Indonesia harus berdasarkan pada suatu Undang- Undang Dasar, dan merupakan suatu dasar yuridis formal bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Bentuk negara. Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat ... yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat. Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara). Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat ... dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan unsur- unsur yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, maka menurut ilmu hukum tatanegara bahwa Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya telah memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental (Staatsfundamentalnorm). Pokok kaidah negara yang fundamental tersebut menurut ilmu hukum mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap, terlekat pada kelangsungan hidup negara, dan oleh karena berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi, maka secara hukum tidak dapat diubah, karena mengubah Pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran negara Republik Indonesia (Notonegoro, 1974 : 45). Hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam hubungannya dengan pasal pasal UUD 1945, di antara para ahli hukum sementara memang terdapat suatu tinjauan yang berbeda, walupun pada akhirnya tiba pada suatu kesimpulan yang sejalan. Namun demikian karena hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 tersebut secara fundamental dan ilmiah yang memiliki kedudukan yang kuat dan terlekat pada kelangsungan hidup negara, maka kedua pendapat tersebut akhirnya tiba pada suatu kesimpulan yang sama sebagai berikut : Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, dalam hukum mempunyai hakikat kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, terlekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk. Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental adalah berkedudukan yang tertinggi sehingga memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada pasal- pasal UUD 1945, sehingga secara hukum dapat dikatakan terpisah dari pasal- pasal UUD 1945. Pengertian terpisah sebenarnya dalam pengertian mempunyai hakikat dan kedudukan tersendiri di mana Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih tinggi darpada pasal- pasal UUD 1945, bahkan yang tertinggi dalam tertib hukum Indonesia. Dalam ilmu hukum terdapat suatu prinsip- prinsip bahwa suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau ditiadakan oleh penguasa yang lebih tinggi atau yang sama kedudukannya, maka Pembukaan tidak dapat diubah dan atau ditiadakan oleh siapapun juga secara hukum, ole h penguasa/ alat- alat perlengkapan negara termasuk MPR hasil Pemilu. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Ketetapan No. XX/ MPRS/ 1966, yang menerima baik isi memorandum DPRGR tertanggal 9 Juni 1966 (mengenai sumber dari segala sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang- undangan di Negara Republik Indonesia). Oleh karena itu sesuai dengan Pasal 3 dan Pasal 37 UUD 1945, yang berkaitan kewenangan MPR untuk mengubah UUD 1945, hal itu hanya berkaitan dengan pasal- pasal UUD 1945 saja dan bukannya berkaitan dengan Pembukaan UUD 1945. Maka Pembukaan

UUD 1945 memiliki hakikat kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat diubah, terlekat pada kelangsungan hidup negara. Hal ini berdasarkan alasan- alasan sebagai berikut : Menurut tata hukum suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya dari pada penguasa yang menetapkannya. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi di negara Republik Indonesia. Selain dari segi yuridis formal bahwa Pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak dapat diubah, juga secara material yaitu hakikat isi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, senantiasa terlekat pada kelangsungan hidup negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, Proklamasi 17 Agustus 1945, Pembukaan UUD 1945 dan Negara Republik Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Isi Pembukaan UUD 1945 - Alinea Pertama Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dalam alinea pertama tersebut terkandung suatu pengakuan tentang nilai hak kodrat. Hak kodrat adalah hak yang merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa, yang melekat pada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena sifatnya sebagai hak kodrat, maka bersifat mutlak dan asasi dan hak tersebut merupakan hak moral juga. - Alinea Kedua Berdasarkan prinsip yang bersifat universal pada alinea pertama tentang hak kodrat akan kemerdekaan, maka bangsa Indonesia merealisasikan perjuangannya dalam suatu cita- sita bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alinea kedua ini sebagai suatu konsekuensi logis dari pernyataan akan kemerdekaan pada alinea pertama. Hasil dari perjuangan bangsa Indonesia itu terjelma dalam suatu Negara Indonesia. - Alinea Ketiga Dinyatakannya kembali Proklamasi pada alinea III Pembukaan UUD 1945, menunujukan bahwa antara Pembukaan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah merupakan satu kesatuan, namun perlu diketahui bahwa Proklamasi 17 Agustus 1945 perlu diikuti dengan

suatu tindak lanjut, yaitu membentuk negara dan hal ini dirinci dalam Pembukaan UUD 1945. - Alinea Keempat Setelah dalam alinea I, II, dan III dijelaskan tentang alasan dasar, sera hubungan langsung dengan kemerdekaan, maka dalam alinea keempat sebagai kelanjutan berdirinya negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah dalam susunan kalimat Pemerintahan Negara Indonesia ..., hal ini dimaksudkan dalam pengertian sebagai penyelenggaraan keseluruhan aspek kegiatan negara dan segala kelengkapannya (government) yang berbeda dengan pemerintahan negara yang hanya menyangkut salah satu aspek saja dari kegiatan penyelenggaraan negara yaitu aspek pelaksana (executive) (Sulandra, 1979 : 230). Isi pokok yang terkandung dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 meliputi 4 hal yang merupakan prinsip- prinsip pokok kenegaraan, yaitu : a. Tentang Tujuan Negara Tujuan khusus dalam kalimat tersebut sebagai realisasinya adalah dalam hubungannya dengan politik dalam negeri Indonesia yaitu : hubungan dengan tujuan negara hukum adalah mengandung pengertian negara hukum adalah mengandung pengertian negara hukum formal, dan hubungan dengan pengertian tujuan negara hukum adalah mengandung pengertian negara hukum material. Tujuan Umum, tujuan negara yang bersifat umum ini dalam arti lingkup kehidupan sesama bangsa di dunia direalisasikan dalam hubungannya dengan politik luar negeri Indonesia, yaitu di antara bangsabangsa di dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban dunia yang berdasarkanpada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial. Hal ini merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. b. Tentang Ketentuan Diadakannya UUD Negara Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Negara yang bersifat konstitusional, dimana mengharuskan bagi negara Indonesia untuk diadakannya UUD Negara dan ketentuan inilah yang merupakan sumber hukum bagi adanya Undang Undang Dasar 1945. c. Tentang Bentuk Negara Bentuk negara Indonesia adalah Republik yang berkedaulatan rakyat. Negara dari, oleh dan untuk rakyat. Dengan demikian hal ini merupakan suatu norma dasar negara bahwa kekuasaan adalah di tangan rakyat.

d. Tentang Dasar Filsafat Negara Ketentuan ini terdapat dalam anak kalimat : ... dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .... Berdasarkan susunan Pembukaan UUD 1945, maka dapat diartikan empat macam tujuan yang terkandung dalam empat alinea dalam Pembukaan UUD 1945 : a. Alinea I, untuk mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk merdeka. b. Alinea II, untuk menetapkan cita- cita bangsa Indonesia yang ingin dicapai dengan kemerdekaan yaitu : terpeliharanya secara sungguh- sungguh kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan bangsa, negara dan daerah atas keadilan hukum dan moral, bagi diri sendiri dan pihak lain serta kemakmuran bersama yang berkeadilan. c. Alinea II, untuk menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi permulaan dan dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia, yang luhur dan suci dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa. d. Alinea IV, untuk melaksanakan segala suatu itu dalam perwujudan dasar dasar tertentu yang tercantum dalam alinea IV Pembukan UUD 1945, sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetapdan praktis yaitu dalam realisasi h idup bersama dalam suatu negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila (Notonegoro, 1974 : 40). Makna yang terkandung dalam tiap- tiap alinea Pembukaan UUD 1945, secara keseluruhan sebenarnya merupakan suatu kesatuan yang logis. Keseluruhan itu dapat dirinci sebagai berikut : Alinea I, dalam alinea I ini terdapat suatu pernyataan yang bersifat umum yaitu suatu hak kemerdekaan setiap bangsa di dunia. Berdasarkan ilmu logika maka pernyataan pada alinea I ini merupakan suatu premis mayor (pernyataan yang bersifat umum). Alinea II, pernyataan dalam alinea II menurut ilmu logika merupakan suatu premis minor (yang bersifat khusus). Kemerdekaan tersebut dijelmakan dalam suatu negara yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Alinea III, sebagai suatu konsekuensi maka bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya atas kekuatannya sendiri yang didukung oleh seluruh rakyat. Menurut ilmu logika pernyataan dalam alinea ketiga ini merupakan suatu konklusio atau suatu kesimpulan.

Alinea IV, semua asas yang terdapat dalam alinea I, II, III tersebut pada hakikatnya merupakan suatu asas pokok bagi alinea IV. Isi yang terkandung dalam alinea IV merupakan konsekuensi logisasas kemerdekaan yaitu meliputi pembentukan pemerintahan negara yang meliputi 4 prinsip negara yaitu : 1. Tentang tujuan negara, 2. Tentang hal ketentuan diadakannya UUD Negara, 3. Tentang hal bentuk negara, 4. Tentang dasar filsafat (dasar kerohanian) negara.

Seluruh isi yang terdapat dalam alinea IV tersebut pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan tentang pembentukan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila (Notonegoro, 1957 : 6- 12). Di antara alinea I, II, III dan IV terdapat hubuna\gan kesatuan. Oleh karen itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea I, II dan III terkandung nilai- nilai hukum Kodrat (alinea I) yang konsekuensinya direalisasikan dalam alinea II, dan Hukum Tuhan dan Hukum Etis (alinea III), yang kemudian dijelmakan dalam alinea IV yang merupakan dasar bagi pelaksanaan dan penjabaran hukum positif Indonesia. Maka sebenarnya dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung pengakuan hukum Tuhan, hukum kodrat, hukum etis serta hukum filosofis. Berdasarkan kedudukannya maka urut- ururtannya adalah hukum Tuhan, hukum kodrat, dan hukum etis. Kemudian dilanjutkan pada alinea IV terdapat asas kerohanian negara (Pancasila) dan dalam hal ini sebagai hukum filosofis. Hubungan keempat hukum tersebut adalah sebagai berikut : bahwa hukum Tuhan, hukum kodrat dan hukum etis berturut- turut merupakan sumber bahan dan sumber nilai bagi negara dan hukum positif Indonesia, sedangkan hukum filosofis (yaitu dasar filsafat Pancasila) adalah merupakan pedoman- pedoman dasar dalam bentuk dan sifat tertentu yang disimpulkan dari hukum Tuhan, hukum kodrat dan hukum etis. Dalam pelaksanaannya secara aktif yaitu memberikan dan mewujudkan nilai- nilai hukum tersebut untuk menjabarkannya dalam hukum positif Indonesia dengan menyesuaikan berdasarkan keadaan, kebutuhan, kepentingan, tempat, waktu, dan kebijaksanaan (Notonegoro, 1974 :25- 26). Menurut penjelasan resmi dari Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam Berita Republik Indonesia tahunII No. 7, dijelaskan bahwa Pembukaan UUD 1945 mengandung

pokok- pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia. Pokokpokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pokok Pikiran Pertama : Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia degan berdasar asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran Sila Ketiga Pancasila. 2. Pokok Pikiran Kedua : Negara hendak mewujudkan keadilasn sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran Sila Kelima Pancasila. 3. Pokok Pikiran Ketiga : Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawarahan/ perwakilan. Pokok pikiran inilah yang merupakan Dasar Politik Negara. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran Sila Keempat Pancasila. 4. Pokok Pikiran Keempat : Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran keempat ini merupakan Dasar Moral Negara yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari Sila Pertama dan Sila Kedua Pancasila. Keempat pokok pikiran tersebut tidak lain adalah merupakan penjabaran dari Dasar Filsafat Negara Pancasila. Dalam pokok pikiran yang pertama ditekankan tentang aliran bentuk negara persatuan, pokok pikiran kedua tentang cita- cita negara yaitukeadilan sosial dan pokok pikiran ketiga adalah merupakan dasar politik negara berkedaulatan rakyat. Pokok pikiran I, II dan III memiliki suatu tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia (pokok pikiran I). Dalam pelaksanaan negara harus didasarkan pada suatu dasar politik negara yaitu negara persatuan republik yang berkedaulatan rakyat (pokok pikiran I dan III) (Notonegoro, 1974 :16). Dalam kehiudpan kenegaraan mendasarkan pada suatu dasar moral yaitu negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa serta kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran IV). Negara mewujudkan dalam suatu dasar tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia (pokok pikiran I), adapun sarana untuk mencapai tujuan dan cita- cita negara tersebut adalah bentuk negara persatuan sebagaimana termuat dalam (pokok pikran I), dan republik yang berkedaulatan rakyat (pokok pikiran III),serta harus mendasarkan pada dasar moral negara, yaitu negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa dan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan kata lain untuk

mewujudkan tujuan negara serta cita- cita negara selain mendasarkan dasar politik negara, juga harus mendasarkan pada dasar moral negara. Dapat disimpulkan bahwa suasana kebatinan UUD 1945 tidak lain dijiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara Pancasila. Pengertian inilah yag menunjukkan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pembukaan UUD 1945, mempunyai fungsi hubungan langsung yang bersifat kausal organis dengan batang tubuh UUD 1945, karena isi dalam Pembukaan dijabarkan ke dalam pasal- pasal UUD 1945. Semangat dari UUD 1945 serta disemangati yakni pasal- pasal UUD 1945 serta penjelasannya pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang bersifat kausal organis. Rangkaian isi,arti makna yang terkandung dalam masing- masing alinea dalam pembukaan UUD 1945, melukiskan adanya rangkaian peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan berdirinya Negara indonesia melalui pernyataan Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia. Inti dari pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV. Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam pem bukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan dan mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan, sehingga baik rumusan maupun yuridiksinya sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat formal. Sebagaimana telah disebutkan dalam ketetapan MPRS/ MPR, bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan satu kesatuan dengan proklamasi 17 Agustus 1945, oleh karena itu antara pembukaan dan proklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat dipisahkan. Penyusunan UUD ini untuk dasar- dasar pembentukan pemerintahan negara Indonesia dalam melaksanakan tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa (tujuan ke dalam). Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial (tujuan ke luaratau tujuan internasional). Proklamasi pada hakikatnya bukanlah merupakan tujuan, melainkan prasyarat untuk tercapainya tujuan bangsa dan negara. Berpegang pada sifat hubungan antara proklamasi 17 Agustus dengan pembukaan 17 Agustus 1945 yang tidak hanya menjelaskan dan menegaskan akan tetapi juga mempertanggungjawabkan proklamasi, maka hubungan itu tidak hanya

bersifat fungsional korelatif, melainkan juga bersifat kausal organis. Hal ini menunjukkan hubungan antara proklamasi dengan pembukaan merupakan suatu kesatuan yang utuh, dan apa yang terkandung dalam pembukaan adalah merupakan amanat dari seluruh rakyat Indonesia tatkala mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama.

You might also like