You are on page 1of 15

contoh Karya tulis

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberi kami kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas karya tulis ini. Kami sadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, seperti hadist yang mengatakan bahwa kesempurnaan hanya milik Alloh dan kesalahan timbul dari kehilapan manusia. Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terdapat kompetensi dasar menulis karya tulis, untuk memenuhi kompetensi dasar itu kami meneliti tentang penggunaan Styrofoam pada kehidupan masyarakat yang membawa dampak buruk pada lingkungan dan kesehatan penggunanya, serta kami mencoba menemukan cara lain yang lebih ramah lingkungan untuk penguraian styrofoam yaitu dengan menggunakan limbah kulit jeruk sebagai media pengurai styrofoam tersebut. Kami mencoba belajar menemukan sebab-sebab penggunaan Styrofoam yang semakin menjamur dari tahun ke tahun hingga berdampak negative bagi kelangsungan hidup manusia dan kelestarian alam semesta dalam makalah yang berjudul Pemanfaatan kulit jeruk sebagai pengurai sampah styrofoam yang ramah lingkungan. Karena peneliti masih pemula tentu penelitian yang kami lakukan masih mermiliki banyak kekurangan, sebab pengetahuan kami masih terbatas. Terwujudnya penelitian inipun atas dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, yaitu: 1. Bapak Drs. H. Suhendi Mardani, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 11 Garut. 2. Ibu Dra. Aisyah, selaku wali keas XI IPA 5. 3. Ibu Dra. Hj. Elis Hidayah, S.H. selaku guru Bahasa Indonesia. 4. kedua orang tua kami yang telah mendukung melalui dukungan moril maupun materil. 5. teman-teman yang telah membantu dalam proses penelitian karya tulis ini. Peneliti menanti kritik dan saran untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya. Semoga hasil penelitian yang kami susun ini dapat bermanfaat k bagi kami sendiri dan para pembaca. Garut, Mei 2010 Penyususn BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia pada zaman dahulu sangat erat dengan alam. Sumber penghidupan mulai dari sandang, pangan dan papan semuanya memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang diolah secara tradisional, misalnya pakaian yang terbuat dari kapas, singkok dan beras yang dijadikan makanan pokok, rumah yang dibuat dari kayu jati dan kelapa, serta daun-daunan yang dijadikan wadah atau pembungkus makanan, diantaranya, daun jati, daun weru, daun hanjuang, daun pisang, kulit jagung, dll. Meskipun mereka menggantungkan hidupnya kepada alam, rasa tanggung jawab untuk menjaga, merawat dan melestarikan alam sangat dijungjung tinggi oleh masyarakat tersebut, sehingga pada zaman dahulu tidak pernah terjadi permasalahan dengan lingkungnan, misalnya penumpukan sampah dimana-mana, hal itu disebabkan karena masyarakat menggunakan daun-daunan sebagai pengemas makanan yang mudah terurai oleh tanah. Pepatah mengatakan bahwa yang berasal dari alam akan kembali kepada alam. Namun, seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi sedikit demi sedikit menghilangkan gaya hidup tradisonal sehingga lahirnya gaya hidup modern yang disebut revolusi industri. Perkembangan teknologi itu disebabkan karena meningkatnya kebutuhan hidup manusia sehingga mendorong manusia itu untuk mengembangkan pola fikrnya agar terciptanya teknologi-teknologi yang canggih, praktis dan efisien. Dewasa ini masyarakat lebih senang menggunakan teknologi modern dan bahan-bahan pengemas yang dianggap lebih praktis dan highienis, misalnya menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi yang lebih canggih dan efisien, penggunaan plastik dan styrofoam sebagai wadah atau pengemas makanan. Akan tetapi, revolusi industri ini cenderung tidak ramah lingkungan karena sering menimbulkan masalah-masalah terhadap lingkungan, misalnya penumpukan sampah anorganik seperti plastik dan styrofoam. Dalam proses pembuatan styrofoam saja dapat menimbulkan bau yang tidak sedap karena mengeluarkan 57 zat berbahaya ke udara yang dapat mengganggu pernapasan serta mencemari lingkungan, bahkan memerlukan waktu sekitar 100 tahun agar bisa terurai oleh tanah. Oleh karena itu, kami akan mengadakan penelitian tentang bagaimana cara menguraikan sampah styrofoam agar tidak mencemari lingkungan, itulah yang akan kami bahas dalam karya tulis ini dengan judul Pemanfaatan kulit jeruk sebagai pengurai samaph styrofoam yang ramah lingkungan. 1.2. Batasan Masalah Dari latar belakang tersebut kami akan membatasi masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini, yaitu: 1. Perkembangan kemasan makanan dan minuman dengan menggunakan styrofoam 2. Kandungan yang berbahaya yang terdapat dalam styrofoam 3. Menguraikan limbah styrofoam dengan lebih cepat dan ramah lingkungan dengan menggunakan media kulit jeruk 4. Menemukan bahan alternatif yang ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai pengganti styrofoam berupa wadah yang terbuat dari batok kelapa. 1.3. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka kami akan merumuskan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini dalam kalimat tanya, yaitu: 1. Bagaimana perkembangan penggunaan styrofoam sebagai bahan pengemas makanan dan minuman. 2. Adakah kandungan berbahaya yang terdapat dalam styrofoam yang merusak kesehatan dan lingkungan? 3. Bagaimana menguraikan limbah styrofoam dengan lebih cepat dan ramah lingkungan dengan menggunakan media kulit jeruk? 4. Bagaimana cara pembuatan batok kelapa menjadi wadah makanan dan minuman pengganti styrofoam? 1.4. Tujuan penelitian 1. Mengatuhi sejarah perkembangan penggunaan kemasan styrofoam. 2. Mengetahui bahaya penggunaan styrofoam bagi kesehatan dan lingkungan. 3. Menemukan bahan alternatif pengganti kemasan styrofoam. 4. Meminimalisir penggunaan styrofoam dalam kehidupan sehari-hari sebagai wadah makanan dan minuman. 5. Memanfaatkan limbah lain berupa batok kelapa sebagai bahan kemasan pengganti styrofoam. 1.5. Metode Penelitian Metode yang kami gunakan dalam penelitian karya ilmiah ini yang pertama adalah dengan cara studi pustaka yaitu untuk memperoleh referensi yang dibutuhkan dalam proses penelitian karya tulis ini. Kedua eksperimen yaitu untuk menyelidiki suatu bidang, memecahkan masalah praktis, dan membuktikan asumsi teoritis. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian sampah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:1255) bahwa Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainnya. Namun berdasarkan jenisnya sampah terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:1255) bahwa Sampah organik adalah sampah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan mudah mengalami daur ulang, Sampah organik mudah diuraikan dengan proses alami dan berlangsung cepat, contohnya daundaunan, bunga, daging dan sampah makanan. Dan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:1255) bahwa sampah anorganik adalah sampah yang terdiri atas unsur yang tidak dapat diproses secara alami, sampah anorganik memerlukan jangka waktu yang sangat lama untuk terurai, bahkan beberapa di antaranya tidak dapat diuraikan, contohnya kertas, karton, kaleng, palstik, styrofoam, dll. Sampah anorganik sering menimbulkan masalah terhadap lingkungan, contohnya seperti sampah styrofoam. Penguraian sampah styrofoam sangat dibutuhkan karena hal itu

merupakan langkah yang baik untuk menjaga lingkungan dari kerusakan yang ditimbulkan oleh sampah tersebut. Menurut Pudjaatmaka, Qodratillah (2002:910) bahwa Penguraian adalah penguraian senyawa menjadi konstituennya, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:1596) bahwa Penguraian adalah proses, perbuatan, cara menguraikan. Menurut jenisnya sampah anorganik termasuk jenis sampah yang sulit untuk dihancurkan bahkan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk hancur. Ini adalah data untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan sampah adalah sebagai berikut: Jenis Sampah Lama Hancur Kertas Kulit jeruk Dus karton Filter rokok Kantong plastik Kulit sepatu Pakian/nylon Plastik Alumunium Styrofoam 2-5 bulan 6 bulan 5 bulan 10-12 tahun 10-20 tahun 25-40 tahun 30-40 tahun 50-80 tahun 80-100 tahun Tidak hancur Untuk menguraikan sampah styrofoam dibuthkan media alternatif pengurai selain tanah dan minyak tanah. Styrofoam dapat menyebabkan tanah hilang kesuburannya karena adanya styrofoam di tanah akan mengganggu tugas cacing-cacing untuk menggemburkan tanah. Dan apabila styrofoam dibakar akan mengakibatkan pembakaran tidak sempurna yang dapat mengeluarkan gas karbon dioksida, gas karbon monoksida, dan gas CFC yang dapat merusak lapisan ozon dan menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu, kita harus mencari bahan alternatif yang lebih efektif untuk menguraikan styrofoam, dan kita akan mencoba menguraikan styrofoam dengan menggunakan media dari kulit jeruk sebagai pengembangan penelitian yang sudah dilakukan oleh dua orang siswi yang bernama Trinovia Sulistyo dan Vici Riyani Tedja dari SMU Santa Laurensia. 2.2 Pengertian Jeruk Jeruk adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk. Anggotanya berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di antara

anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya. Struktur jeruk terdiri atas buah dan kulit. Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antarvarietas, tetapi berkisar antara 27-49 mg/100 g daging buah. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung pada jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang kandungan vitamin C-nya, tetapi semakin manis rasanya. Vitamin C terdapat pada sari buah, daging, dan kulit. Seperempat bagian dari total kandungan vitamin C buah jeruk terdapat di dalam sari buahnya. Betakaroten (provitamin A), yang membentuk vitamin A banyak terdapat di dalam kulit dan sari buah jeruk. Vitamin C berperan dalam proses penyerapan zat besi nonorganik (zat besi dan makanan nonhewani) sehingga dapat mencegah dan membantu penyembuhan anemia (lesu darah). Vitamin C juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan, yang dapat membantu mencegah kerusakan sel akibat aktivitas molekul radikal bebas. Dalam tubuh, molekul radikal bebas mengoksidasi protein, asam lemak, dan DNA. Kerusakan akibat radikal bebas berimplikasi pada timbulnya sejumlah penyakit, termasuk kanker, kardiovaskular, dan katarak. Secara signifikan, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa asupan vitamin C yang tinggi dari makanan, termasuk dari jeruk, dapat mencegah kenaikan LDL teroksidasi. Kadar LDL teroksidasi tinggi merupakan faktor utama berkembangnya penyakit jantung. Beberapa penelitian epidemiologi memang telah memperlihatkan hubungan signifikan antara asupan vitamin C dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular. Vitamin C dalam buah-buahan, termasuk jeruk, secara ilmiah telah terbukti mampu melindungi tubuh terhadap serangan kanker. Hasil penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi buah-buahan (salah satunya jeruk) dan sayuran yang tinggi, memiliki efek perlindungan terhadap kanker yang lebih baik dibandingkan dengan konsumsi vitamin C dalam bentuk tablet atau suplemen lainnya. Karena oksidasi lensa mata memainkan peran penting pada pembentukan penyakit katarak, peran antioksidan (termasuk vitamin C) menjadi penting. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa individu dengan konsentrasi vitamin C dan karotenoid dalam darah yang tinggi, memiliki risiko terkena katarak lebih rendah. Jeruk sebagai sumber vitamin C juga diduga memberikan efek pencegahan dan penyembuhan terhadap penyakit seperti pengeroposan tulang (osteoporosis), batu ginjal, gangguan fungsi kognitif, dan asma. Selain sebagai sumber vitamin C jeruk juga merupakan sumber asam folat yang potensial. Satu buah jeruk dapat memenuhi 20 persen dari kebutuhan folat sehari-hari. Tingkat konsumsi makanan dengan kandungan folat tinggi, seperti jeruk segar atau dalam bentuk jus, akan meningkatkan kadar folat. Peningkatan kadar folat akan menurunkan kadar homosistein, yang merupakan racun bagi dinding pembuluh darah. Dengan menurunnya kadar homosistein, risiko penyakit kardiovaskular juga berkurang. Salah satu kandungan dari kulit jeruk yang bisa kita olah dan daur ulang yaitu minyak atsiri. Jenis minyak atsiri jeruk dibedakan berdasarkan varietasnya. Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009:1605) bahwa Varietas adalah jenis atau spesies tertentu

yang dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan sifat-sifat tertentu, seperti jenis tanaman. Ciri-ciri minyak atsiri yaitu bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutam di hidung) sehingga sering kali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memilki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Ekstraksi minyak atsiri dari kulit jeruk dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan pengepresan dingin, menggunakan bahan pelarut, serta dengan distilasi atau penyulingan. Cara yang sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan distilasi uap/air. Prinsipnya, uap air digunakan untuk mengangkat minyak atsiri dari dalam jaringan kulit jeruk, kemudian uap yang mengandung minyak atsiri didinginkan dengan air mengalir. Campuran air dan minyak akan terpisah karena adanya perbedaan berat jenis. Lapisan minyak berada di bagian atas, sedangkan air di lapisan bawah. Lapisan minyak diambil menggunakan pipet lalu dimasukkan ke dalam botol berwarna gelap. Minyak dalam botol lalu disimpan di tempat yang bersuhu rendah dan terhindar dari sinar matahari, seperti di dalam kulkas. Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009:381) bahwa Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan menggunakan pelarut. Minyak atsiri jeruk terdiri atas berbagai senyawa yang mudah menguap. Kulit jeruk memiliki kandungan senyawa yang berbeda-beda, bergantung varietas, sehingga aromanya pun berbeda. Namun, senyawa yang dominan adalah limonen. Kandungan limonen bervariasi untuk tiap varietas jeruk, berkisar antara 70-92%. Berdasarkan hasil uji preferensi, aroma minyak atsiri jeruk yang paling disukai konsumen adalah minyak atsiri dari jeruk manis, purut, lemon, nipis, jari budha/kuku harimau, dan jeruk siam madu. Aroma minyak atsiri yang kurang disukai adalah yang berasal dari jeruk besar dan siam. Minyak atsiri jeruk dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan penambah cita rasa pada makanan. Minyak atsiri jeruk juga bermanfaat bagi kesehatan, yaitu untuk aroma terapi. Aroma jeruk dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan penyakit. Manfaat bagi kesehatan tersebut karena minyak atsiri jeruk mengandung senyawa limonen yang berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorokan dan batuk, serta menghambat sel kanker. Minyak atsiri jeruk juga mengandung linalool, linalil, dan terpineol yang memiliki fungsi sebagai penenang (sedatif), serta sitronela sebagai penenang dan pengusir nyamuk. Manfaat beberapa minyak atsiri jeruk dalam penyembuhan penyakit adalah: Jeruk manis: sebagai sedatif, antidepresi, tonik, antiseptik. Jeruk purut: sebagai sedatif, pengusir nyamuk, pereda flu, tonik. Grape fruit: penghambat sel kanker karena mengandung limonen tinggi (>90%) Jeruk lemon: antihipertensi, tonik, antibakteri. Kulit buah jeruk biasanya hanya dibuang sebagai sampah, yang saat ini menjadi salah satu masalah di kota-kota besar. Untuk mengatasi masalah sampah, salah satu upaya yang biasa dilakukan adalah mengolah atau mendaur-ulang sampah menjadi produk atau bahan yang berguna, seperti sampah organik menjadi pupuk kompos serta sampah plastik menjadi peralatan rumah tangga.

Namun, yang akan kita olah adalah sampah kulit jeruk yang mengandung minyak atsiri sebagai pengeliminasi styrofoam, karena media ini merupakan media yang ramah lingkungan untuk menguraikan styrofom sehingga styrofoam dapat diuraikan oleh tanah. Jeruk yang akan kami gunakan dalam penguraian styrofoam ini adalah jeruk bali dan jeruk garut. Jeruk bali, jeruk besar, atau pamelo (bahasa Inggris: pomelo, ilmiah: Citrus grandis, C. maxima) merupakan jeruk penghasil buah terbesar. Nama pomelo sekarang disarankan oleh Departemen Pertanian karena jeruk ini tidak ada kaitannya dengan Bali. http://barangdaurulang.blogspot.com/2009/08/solusi-penanganan-limbah-kulitjeruk.html. Jeruk ini termasuk jenis yang mampu beradaptasi dengan baik pada daerah kering dan relatif tahan penyakit, terutama CVPD yang pernah menghancurkan pertanaman jeruk di Indonesia. Beberapa kultivar unggulan Indonesia: Nambangan Srinyonya Magetan Madu/Bageng (tanpa biji) Tiga kultivar yang pertama ditanam di sentra produksi jeruk bali di daerah Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun,sedangkan yang terakhir ditanam di daerah Bageng, Kabupaten Pati.Selain ukurannya yang superjumbo bila dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya, jeruk bali memiliki rasa khas, yaitu kombinasi manis, asam, dan sedikit pahit. Buah ini tidak hanya lengkap rasanya, tetapi juga lengkap manfaat sehatnya. Jeruk bali yang memiliki nama Latin Citrus maxima ini daging buahnya berwarna putih hingga merah dengan tekstur halus, rapat satu sama lain, serta mengandung banyak air. Jumlah biji umumnya sedikit, bahkan kadang tanpa biji. Daging buahnya banyak mengandung air, sehingga dapat dimakan langsung setelah dikupas. Bisa juga dinikmati sebagai salah satu komponen rujak dan bahan salad buah berpadu dengan salad dressing yang segar. Kandungan Jeruk Bali: 1. Likopen Kandungan likopen pada jeruk bali cukup tinggi, yaitu 350 mikrogram per 100 gram daging buah. Jika bersinergi dengan betakaroten (provitamin A) yang banyak terdapat pada jeruk bali, likopen bisa berperan sebagai antioksidan. 2. Pektin Jeruk bali mengandung pektin jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya setelah dijus. Satu porsi jus jeruk bali mengandung lebih dari 3,9 persen pektin. Setiap 15 gram pektin dapat menurunkan 10 persen tingkat kolesterol. Berarti jeruk bali dapat menurunkan risiko penyakit jantung. 3. Zat aktif pembersih darah Jeruk bali dipercaya mengandung zat aktif yang dapat membersihkan sel darah merah yang telah tua di dalam tubuh dan menormalkan hematokrit, yaitu persentase sel darah per volume darah. Tingkat hematokrit normal pada wanita adalah 37-47 persen, sedangkan laki-laki 40-54 persen. Rendahnya hematokrit akan menyebabkan anemia, tetapi jika sangat tinggi dapat memicu penyakit jantung karena darah jadi mengental. 4. Kalium

Jeruk bali (gravefruit) merupakan sumber kalium, vitamin A (440 IU), bioflavonoid, dan likopen (350 ug/100g). Hasil penelitian, jeruk bali termasuk antikanker yang sekaligus menyehatkan prostat. 5. Vitamin C Seperti jeruk lain, jeruk bali adalah sumber vitamin C (350 mikrogram per 100 gram daging jeruk). Vitamin C sangat baik sebagai sumber antioksidan. Perokok dianjurkan untuk mengosumsi jeruk bali dua siung (helai dalam buah) setiap hari. Peningkatan kadar vitamin C di dalam darah mampu memperbaiki jaringan yang rusak, bahkan kanker, akibat tidak stabilnya molekul radikal bebas karena rokok dan polusi udara. Pada umumnya, tanaman jeruk bali yang dimanfaatkan adalah daging buahnya yang dapat dikonsumsi langsung apabila telah tua dan matang. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi bagian dalam kulit buah yang berwarna putih pun dapat dijadikan manisan.Bagian kulit buah yang dapat digunakan berwarna putih, sedangkan kulit luar yang berwarna hijau dibuang karena banyak mengandung kelenjar minyak, tetapi kami akan mencoba memanfaatkan kulit luar dari jeruk bali sebagai pengurai styrofoam Jeruk garut diklasifikasikan ke dalam Citrus reticulate atu nama lokalnya adalah jeruk keprok. Jeruk ini mudah ditemui dimana saja dan kapan saja. Selain rasanya yang manismanis asam, jeruk keprok juga banyak disukai karena daging buahnya banyak mengandung air dan menyegarkan. Kulit jeruk Citrus reticulata mempunyai berbagai macam senyawa diantaranya Tangeraxanthin, Tangeritin, Terpinen-4-ol, Terpineolene, Tetradecanal, Threonine, Thymol, Thymyl- methyl-ether, Tryptophan, Tyrosine, Nobiletin, Cis-3-hexenol, Ciscarveol, Citric-acid, Citronellal, Citronellic-acid, Citronellyl-acetate, Cystine, Decanal, Decanoic- acid, Decanol. Senyawa dalam kulit jeruk Keprok (Citrus reticulata) yang telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antikankernya adalah tangeritin dan nobiletin. Tangeritin merupakan senyawa methoxyflavone yang mempunyai potensi sebagai agen antikanker. http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-tanamananti-kanker/j/jeruk-keprok/. Pada penelitian secara invitro menunjukkan peniadaan terhadap sel kanker dengan menginduksi apoptosis pada sel leukemia. Tangeritin dapat menghambat aktivitas sel kanker pada fase G1 sehingga siklus selnya terhambat(Anonim4, 2006). Pan dkk., (2002) melaporkan bahwa polimetoksi flavonoid (tangeretin) yang terdapat pada kulit jeruk, dapat menginduksi G1 arrest dengan adanya peningkatan ekspresi CDK inhibitors seperti p27, p21 pada colon cacer cell line (COLO 205) obiletin merupakan senyawa polymethoxyflavon yang pertama kali di uji aktivitas antikanker secara in vivo (Tang et al, 2007). Nobiletin dapat menghambat kerja COX-2 dengan cara inhibisi pada murine macrophage dan dapat menghambat induksi kanker kulit oleh dimethylbenz[a]antracen (Murakami et al, 2000). Pada penelitian yang sama melaporkan nobiletin juga dapat menghambat pertumbuhan sel kanker prostate dengan nilai IC50 100 M. Nobiletin dan menginduksi Cells arrest. Pada sel kanker payudara dan colorectal carcinoma, Tangeretin memiliki IC50 37 uM dan IC50 100 uM sedangkan Nobiletin, efek antiproliferatif pada sel kanker yang sama menunjukan aktivitas yang lebih tinggi dengan IC50 30 uM dan IC50 40 uM (Morley, 2007).

Kandungan buah ini merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antar-varietas, tapi berkisar antara 27-53 mg/100 gr daging buah yang dikonsumsi. Vitamin ini mudah larut dalam air sehingga bila vitamin yang dikonsumsi melebihi dari yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine. Vitamin C dari buah jeruk aman dikonsumsi. Tak perlu takut kelebihan vitamin C yang dapat mengakibatkan batu ginjal jika banyak mengonsumsi buah jeruk keprok. Karena kelebihan vitamin C yang berasal dari buah-buahan umumnya tak menimbulkan efek samping. Bahkan mengonsumsi buah ini dapat mengurangi kemungkinan gusi berdarah, sariawan, nyeri otot, gangguan syaraf, serta anemia yang diakibatkan karena kekurangan vitamin C. Karbohidrat kompleks dalam kandungan jeruk, berupa polisakarida nonpati (secara umum dikenal sebagai serat pangan) sangat baik untuk kesehatan. Serat pangan [dietary fiber] di dalam tubuh akan mengikat zat gizi pada suatu gel matriks, sehingga dapat memperlambat proses pengosongan lambung serta proses pencernaan dan penyerapan. Keadaan itu akan memperpanjang rasa kenyang dan menurunkan laju penyerapan glukosa, ini dapat membantu mencegah lonjakan kadar gula darah. Selain daging buah, di beberapa negara juga sudah dikenal produk minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman, dan untuk campuran kue. Dengan adanya cara penguraian sampah styrofoam ini, kita harus meminimalisir pemakain styrofoam sebagai wadah makanan atau bahkan menghilangkannya. BAB III PEMBAHASAN 3.1. Perkembangan penggunaan styrofoam di masyarakat Berdasarkan hasil observasi kami di lingkungan masyarakat menunjukan tabel jumlah pemakain styrofoam tiap harinya, yaitu: Pengguna/penyalur Banyaknya Jumlah Penyaluran/hari 48 bal @ 100 4800 Hajatan 100 box/hari 4950 tukang nasi 50 box/hari 5000 Total 5000 box/hari Dari tabel diatas bisa kita simpulkan bahwa sampah styrofoam tiap harinya berjumlah 5000, sedangkan sampah styrofoam baru bisa terurai 1000 tahun. 3.2 Pembuatan Styrofoam Styrofoam adalah sebuah polimer dengan monomer stirena, sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan, styrofoam biasanya bersifat termoflastik padat, dapat mencair pada suhu yang klebih tinggi. Stirena tergolong senyawa aromatik. Styrofoam pertama kali dibuat tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker Jerman.

Styrofoam termasuk ke dalam kategori jenis plastik. Styrofoam terbuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Bahan dasar yang digunakan adalah 90-95% polysterene dan 5-10% gas seperti n-butana atau npentana. Polysterene yang berciri khas ringan, kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Karena sifatnya yang rapuh maka polysterene dicampur dengan seng dan senyawa butadien. Hal ini yang menjadikan polysterene hilanh kejernihannya dan berubah warna jadi putih susu. Untuk kelenturannya ditambahkan plasticier seperti doktilptalat (DOP), butil hidroksi toluene (BHT), atau n-butyl stearat. Kemudian proses pembuatannya ditiup dengan blowing agent, yaitu gas clorofluorocarbon (CFC), sehingga membentuk buih (foam) plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel sel kecil merupakan hasil proses peniupan tersebut. (Manurung, 2008). 3.3 Damapak Bagi kesehatan Kandungan yang terdapat dari bahan-bahan kimia pembuatan styrofoam dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia., khususnya styrofoam yang digunakan sebagai pembungkus makanan yang dikonsumsi manusia. Kandungan yang terdapat dalam styrofoam akan berimigrasi ke makan yang ada dalam styrofoam tersebut. WHO (World Health Organization), EFA (Environmental Protected Agency), dan lembaga lainnya mengkategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogenik atau suatu bahan yang dapat mendorong atu menyebabkan kanker. Dalam bahan pembungkus makanan styrofoam ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzena yaitu suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem pencernaan. Benzena juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini semakin lama semakinmenumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang dapat memicu penyakit kanker. Benzena bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Pada beberapa kasus benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang, akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbulnya penyakit anemia. Efek lainnya yaitu, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahay, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat. Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada styrofoam ke dalam makanan antara lain: 1. Suhu yang tinggi, Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.

2.

Kadar lemak tinggi. Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke dalam maknan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman semakin tinggi. 3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi. Kadar alkohol dan asam akan mempercepat laju perpindahan. 4. Lama kontak. Semakin lama makanan disimpan dalam wadah styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam makanan. Masalah kesehatan yang dapat muncul setelah terpapar jangka panjang antara lain:

Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti, sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati periperal. Beberapa penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapat hubungan antara paparan stirena dan meningkatnya resiko leukimia dan limfoma. Berdasrkan data IARC, stirena termasuk bahan yang diduga dapat menyebabkan kanker pada manusia. Monomer stirena dapat masuk ke dalam janin jikakemasan styrofoam digunakan untuk wadah pangann beralkohol, karena alkohol bersifat dapat melintasi plasenta. Hal ini menjelaskan mengapa dalam jaringan tubuh anak-anak ditemukan monomer stirena meskipun anak-anak tersebut tidak pernah terpapar secara langsung. Monomer stirena juga dapat mengkontaminasi ASI, hal ini dibuktikan dalam penelitian di New Jersey yang menyebutkan bahwa 75% dari 12 sampel ASI telah terkontaminasi oleh stirena (BPOM RI.2007)

Padahal pemerintah telah mengatur UU RI nomor 7 Tahun 1996 tentang perlindungan pangan, bagian keempat mengenai Kemasan Pangan: 1. Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan, dilarang menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia. 2. Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata cara yang dapat menghindarkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran. 3. Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunkan sebagai kemasan pangan dan tata cara pengemasan pangan tertentu yang diperdagangkan. 3.3. Dampak Bagi Lingkungan Bagi lingkungan, styrofoam adalah musuh besar yang paling dihindari, karena sifatnya yang sulit diuraikan oleh alam. Dimulai dari proses produksi yang menghasilkan limbah yang sangat berbahaya, sebagaimana yang telah diumumkan oleh EPA (Environmental Protection Agency) bahwa limbah hasil pembutan styrofoam termasuk limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Sementa itu, cloro fluro carbon (CFC) merupakan gas yang tidak

beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini diuraikan karena tidak bereaksi, berbau, tidak terasa, dan tidak berbahaya. Diruang terbuka gas ini akan melayang di udara sampai ke atmosfer dan bereaksi yang dapat merusak lapisan ozon. Maka dari itu, kita harus mengurangi pemakain CFC atau bahkan menghilangkannya. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman. Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa styrofoam mempunyai dampak yang buruk bagi kesehatan dan lingkungan, maka berbagai upaya dilakukan untuk menguraikan styrofoam. Untuk itu, kami mencari alternatif untuk penguraian styrofoam denagn cara yang mudah dengan menggunakan kulit jeruk sebagai pengurai styrofoam dengan melakukan uji coba. HASIL PENELITIAN UJI PEMANPAATAN KULIT JERUK SEBAGAI PENGURAI SAMPAH STYROFOAM I. Alat dan Bahan 1. Blender 2. Pisau 3. 1 buah styrofoam ukuran 20 x 20 cm 4. Air 5. Toples 6. Korek api 7. 1 kg jeruk Bali 8. 0,5 kg jeruk Garut II. Cara Kerja Percobaan pertama: Styrofoam ditempelkan pada kulit jeruk bali dan jeruk wanaraja kemudian digosokgosok, hasilnya styrofoam menjadi meleleh dan kisut, saat menempel pada kulit jeruk yang berminyak, dan saat dijauhkan (ditarik) dari kulit jeruk, lelehannya membentuk serat-serat seperti benang. Kesimpulan : potensi minyak kulit jeruk (minyak atsiri/minyak terbang)sebagai pengeliminasi styrofoam. Percobaan kedua: 1. Kulit jeruk di-blender dicampur air perbandingan (1:1) 2. Kulit jeruk di-juicer dicampur air perbandingan (1:1) 3. Kulit jeruk di-blender dan selanjutnya di-juice Hasil larutan dan perlakuan: 1. Disimpan dalam stoples yang terbuka, styrofoam dimasukkan kedalamnya ; hasil : tidak efektif (tidak ada perubahan) 2. Disimpan dalam stoples yang tertutup, dan styrofoam dimasukkan kedalamnya; hasil: styrofoam terurai dalam waktu 224 jam

3. Disimpan dalam botol air mineral yang tertutup rapat, dimasukkan kedalamnya; hasil: styrofoam terurai dengan cepat (24 jam) dan menghasilkan gas sangat banyak (tekanan tinggi) Percobaan ketiga: Styrofoam dibakar dengan korek api dan hasilnya styrofoam habis terbakar dan menimbulkan asap hitam pekat. III.Kesimpulan Dari ketiga percobaan di atas, styrofoam dapat diuraikan dengan cepat dan aman dengan menggosokan kulit jeruk pada styrofoam.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari urain mengenai sampah styrofoam di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: - Styrofoam sebagai wadah makanan ternyata berdampak buruk bagi kesehatan manusia. - Styrofoam tidak dapat diuraikan secara alami dan termasuk penghasil limbah terbesar ke-5 di dunia. - Proses pembuatan styrofoam dengan menggunakan CFC dapat menimbulkan global warming. - Beberapa cara telah dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari sampah styrofoam diantaranya dengan mendaur ulang kembali sampah styrofoam, namun cara penguraian yang lebih efektif yaitu dengan menggunakan kulit jeruk. 4.2 Saran Adapun saran yang dapat kami berikan antara lain: - Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan kemasan styrofoam yang digunakan sebagai wadah makanan dengan mengeluarkan undang-undang serta penyuluhan yang lebih khusus dalam perlindungan makanan dan lingkungan. - Masyarakat sebagai konsumen makanan harus lebih selektif memilih wadah makanan agar tidak merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitar. - Perusahaan makanan sebaiknya mengganti kemasan makan yang menggunkan styrofoam dengan kemasan yang lebih ramah lingkunga dan mudah didaur ulang. - Sebaiknya konsumen lebih meminimalisir penggunaan styrofoam atau bahkan menghilangkannya. DAFTAR PUSTAKA

---.---. Styrofoam (on line). (http : www.---.com, 15 Januari 2010) ---. 2008. Bahaya Styrofoam bagi Kesehatan (on line). (http:www.blog.mfajri.net, 28 februari 2010) ---. 2008. Kenali Senyawa Kimia di Udara yang (http:www.senyawa-kimia-berbahaya.pdf, 28 Maret 2010) Berbahaya (on line).

---. 2008. Efek Rumah Kaca (on line). (http: www.bumikupijak.com,28 Maret 2010) Kamus Besar Bahasa Indonesia Ditwas Produk & Bahan Bahaya. 2008. Kemasan Polistirena foam (Styrofoam) (on line). InfoPOM : Badan POM RI. Manurung, Butet Manurung. 2008. Penggunaan Styrofoam sebagai Kemasan Kemasan Pangan (on line). (http: www.harian-analisa.com, 20 April 2010) KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberi kami kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas karya tulis ini. Kami sadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, seperti hadist yang mengatakan bahwa kesempurnaan hanya milik Alloh dan kesalahan timbul dari kehilapan manusia. Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terdapat kompetensi dasar menulis karya tulis, untuk memenuhi kompetensi dasar itu kami meneliti tentang cara penanggulangan sampah styrofoam di lingkungan sekitar, serta kami mencoba menemukan cara lain yang lebih ramah lingkungan untuk penguraian styrofoam yaitu dengan menggunakan limbah kulit jeruk sebagai media pengurai styrofoam tersebut. Dan menuliskanya dalam karya tulis kami ini yang berjudul Pemanfaatan kulit jeruk sebagai pengurai sampah styrofoam yang ramah lingkungan. Karena peneliti masih pemula tentu penelitian yang kami lakukan masih mermiliki banyak kekurangan, sebab pengetahuan kami masih terbatas. Terwujudnya penelitian inipun atas dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, yaitu: 1. Bapak Drs. H. Suhendi Mardani, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 11Garut. 2. Ibu Dra. Aisyah, selaku wali keas XI IPA 5. 3. Ibu Dra. Hj. Elis Hidayah, S.H. selaku guru Bahasa Indonesia. 4. kedua orang tua kami yang telah mendukung melalui dukungan moril maupun materil. 5. teman-teman yang telah membantu dalam proses penelitian karya tulis ini. Peneliti menanti kritik dan saran untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya. Semoga hasil penelitian yang kami susun ini dapat bermanfaat k bagi kami sendiri dan para pembaca. Garut, Mei 2010 Penyususn

PEMANFAATAN KULIT JERUK SEBAGAI PENGURAI SAMPAH STYROFOAM YANG RAMAH LINGKUNGAN KARYA TULIS diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia disusun oleh: 1. Asri Rahmawati 2. Gitri Siswantini 3. Mega Putri Agustini 4. Mega Sagita Triana Mentari Kelas XI IPA 5 DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 11 GARUT Jl. Siliwangi 2, telepon (0262) 233681Garut 2009-2010 LAMPIRAN

Styrofoam sebagai wadah makanan Styrofoam sebagai wadah minuman Jeruk bali Jeruk garut http://acciovici.blogspot.com/2010/06/contoh-karya-tulis.html

You might also like