You are on page 1of 13

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK ( CHARGING FOR SERVICE ) | Desember 21, 2010

Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat ( public services ). Pemberian pelayanan public pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber, Yaitu : (1) Pajak, dan (2) Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public ( charging for service ). Jika pelayanan public dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa public tersebut atau tidak. Jika pelayanan public dibiayai melalui pembebenan langsung, maka yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan public tersebut, sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar. A. PELAYANAN PUB LIK YANG DAPAT DIJUAL Dalam memberikan pelayanan publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya : 1. Penyediaan air bersih 2. Transportasi public 3. Jasa pos dan telekomunikasi 4. Energy dan listrik 5. Perumahan rakyat 6. Fasilitas rekreasi (pariwisata) 7. Pendidikan 8. Jalan tol 9. Irigasi 10. Jasa pemadam kebakaran 11. Pelayanan kesehatan 12. Pengolahan sampah/limbah Pembebanan tarif pelayanan public kepada konsumen dapat dibenarkan karena bebrapa alas an, yaitu : A. Adanya barang privat dan barang public B. Efisiensi ekonomi C. Prinsip keuntungan A. Adanya Barang Privat vs Barang public Terdapat tiga jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu : 1. Barang privat 2. Barang ekonomi 3. Campuran antara barang privat dan publik Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang menfaat barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya. Contoh barang privat adalah makanan, listrik, telepon, dsb. Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang dan jasa tersebut dinikmati oleh seluruh masyarakat secar bersama-sama. Contoh barang public adalah pertahan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi, dsb. Dalam praktiknya, terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran antara barang privat dan barang public. Karena, meskipun dikonsumsi secara individual, seringkali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang atau jasa tersebut. Contohnya adalah pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi public, dan air bersih. Barang-barang tersebut sering disebut merit goot karena semua orang membutuhkannya akan tetapi tidak semua

orang bias mendapatkannya barang dan jasa tersebut Pada tataran praktik, terdapat kesulitan dalam membedakan barang public dengan barang privat. Beberapa sebab sulitnya membedakan barang public tersebut antaranlain : 1. Batasan antara barang public dan barang privat sulit untuk ditentukan. 2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa public, tapi dalam penggunaanya (konsumsinya) tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan langsung. 3. Terdapat kecendrungan untuk membebankan tarif pelayanan dari pada membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya. b. Efisiensi ekonomi ketika setipa individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasi sumber daya melalui : 1. Pendistribusian permintaan : siapa yang mendapatkan manfaat paling banyak, maka ia akan membayar lebih banyak pula. 2. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan. 3. Pemberian insentif pada supplier berkaitan dengan skala produksi. 4. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan persediaan jasa (supply of service ). B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Dalam praktik, pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan karena alasanalasan sebagai berikut : a. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut. b. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis. c. Terhadap variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan daripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas rekreasi. d. Suatu jasa mungkon digunakan untuk operasi komersial yang membutuhkan dengan dan untuk memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun industrial, misalnya air, listrik, jasa pos, dan telepon. e. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan public atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara tegas. Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya system pencatatan dan pengukuran yang handal (seperti : tarif jalan tol, meteran untuk air) Eksternalitas positif (spillover effects) misalnya tariff pelayanan yang terlalu tinggi membuat masyarakat tidak tergolong untuk menggunakannya (seperti: imunisasi). Demikian juga barang yang dianggap sebagai merid good mungkin lebih baik diberikan secara gratis atau tanpa beban biaya, seperti pendidikan. C. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK Praktik pembebanan pelayanan public berbeda-beda untuk setiap Negara, antara jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahan milik Negara, dan antara pemerintah pusat dan daerah. Charging for service merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh penerimaan dari

beberapa sumber, antara lain : 1. Pajak 2. Pembebenan langsung kepada masyarakat (charging for service) 3. Laba BUMN/BUMD 4. Penjulan asset milik pemerintah 5. Utang 6. Pembiayaan defisit anggaran (mencetak uang)

Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat(public service). Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber,yaitu : 1.Pajak jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak,maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut atau tidak. 2.Pembebanan langsung kepada masyarakat. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung,maka yang membay hanyalah ar mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut,sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar. 1 . PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL Dalam memberikan pelayanan publik,pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untukpelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya : a) penyediaan air bersih b) transportasi publik c) jasa pos dan telekomunikasi d) energi dan listrik e) perumahan rakyat f) fasilitas rekreasi g) pendidikan h) jalan tol

*pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena beberapa alasan yaitu : A) adanya barang privat dan barang publik -Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh masyarakat yang membelinya,sedangkan yang tidak mengkonsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut. Contoh : makanan,listrik,telepon dsb. -barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang dan jasa tersebut dinikmati oleh seluruh a=masyarakat secara bersama-sama. Contoh : pertahanan nasional,pengendalian penyakit,jasa polisi dsb. Pada tataran praktik terdapat kesulitan dalam membedakan barang puvlik dengan brang privat.

Beberapa sebab sulitnya membedakan barang publik dengan barang privat antara lain : 1. Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan. 2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik,tapi dalam penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan langsung. 3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya. B) efisiensi ekonomi ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang mereka ingin konsumsi,mekanisme harga memiliki peranan penting dalam mengalokasikan sumber daya melalui : 1 . pendistribusian permintaan 2 . pemberian insentif untuk menghindari pemborosan 3 . pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi 4 . penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan persediaan jasa. Tanpa adanya suatu mekanisme harga,permintaan dan penawaran tidak mun gkin menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak efisien,seperti : penyediaan air,obat obatan dsb. Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah satu cara untuk menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik.mereka yang memanfaatkan pelayanan publik lebih banyak akan membayar lebih banyak pula. Pembebanan tarif pelayanan akan mendorong efisiensi ekonomi karena setiap orang dihadapkan pada masalah pilihan karena adanya kelangkaan sumber daya. Jika diberlakukan tarif,maka setiap orang dipaksa berpikir ekonomis dan tidak boros. C) Prinsip keuntungan ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang,pembebanan langsung kepada mereka yang menerima jasa tersebut dianggap wajar bila didasarkan prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada mereka yang diuntungkan dengan pelayanan tersebut. Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga menguntungkan pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah.hanya saja pemerintah tidak boleh melakukan maksimasi keuntungan,bahkan lebuh baik menetapkan harga dibawah full cost,memberikan subsidi atau memberikannya secara gratis.

2.ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN Dasar pembebanan langsung (direct charging) tarif pelayanan : Suatu jasa, barang public ataupun barang privat mungkin tidak diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka, sehingga konsumsi publik harus hemat.Terdapat variasi dalam kinsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan daripada kebutuhan.Suatu jasa mungkin

digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan untuk memenuhi kebuutuhan domestic secara individual maupun industrial. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan public atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara tegas. -Terdapat argumen yang menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu : -Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan. Yang miskin tidak mampu untuk membayar. 3. PRINSIP DAN PRAKTEK PEMBEBANAN Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif. Namun batasan identifikasi barang privat dan public kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar per pelayanan. Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang memuaskan.

4 .KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK Praktik pembebanan pelayanan public berbeda untuk setiap negara antara jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan mili negara dan antar pemerintah k dan daerah. Pemerintah memperoleh penerimaan dari beberapa sumber, antara lain : -Pajak -Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service) -Laba BUMN atau BUMD -Penjualan asset milik pemerintah -Utang -Pembiayaan defisit anggaran atau mencetak uang Pada umumnya, kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik seharusnya diiberikan secara gratis atau dibiayai pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat ditarik sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full cost recovery prices). Untuk merit good sebagian disediakan melalui pajak dan sebagian lain melalui tarif

5 . PENETAPAN HARGA PELAYANAN : HARGA YANG HARUS DIBEBANKAN.

Pemerintah harus memutuskan besaran harga pelayananyang dibebankan pada masyarakat. Atu ran yang biasa dipakai adalah bahwa beban (charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (full cost recovery). Empat kesulitan menghitung biaya total : 1.Tidak tahu secara tepat besarnya biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu pelayanan. 2.Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi. 3.Tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. 4.Penentuan biaya yang harus diperhitungkan. Apakah hanya memasukkan biaya operasi langsung (Current Operations Cost) atau ditam dengan bah biaya modal (Capital Cost).Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk mempergunakan marginal cost pricing, yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani konsumen tambahan (Cost of Serving the Marginal Consumer).Harga tersebut adalah harga yang juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut. Marginal cost princing mengacu pada harga pasar yang paling efisien (Economically Efficient Price), karena pada tingkat harga tersebut (Cateris Paribus) akan memaksimalkan manfaat ekonomi dan penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan memperoleh peningkatan output dari barang atau jasa sampai titik dimana marginal cost sama dengan harga. Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing setid aknya harus mempertimbangkan : 1.Biaya operasi (variabel operating cost). 2.Semi variabel operhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk memberikan pelayanan. 3.Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayana n 4.Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan. 6 .PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING Masalah-masalah dalam penggunaan marginal cost princing : 1.Sulit memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa-jasa tertentu, dalam praktek kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti walaupun hal ini menyimpang dari syarat ekonomi dan efisiensi. 2.Penentuan harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run MC). 3.Marginal cost princing bukan berarti full cost recovery. 4.Konsep kewajaran digunakan untuk : a.Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar. b.Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam menyedia kan pelayanan tersebut. 5.Eksternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minumdan mandi dapat secara signifikan merubah efisiensi harga yang ditentukan oleh marginal cost. 6.Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak untuk jasa seperti air, demana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga (seperti tarif progresif) yang mungkin digunakan.

7 . KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA A) Two-part tariffs banyak kepentingan publik dipungut dengan two-part tariff,yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi. B) Peak-load tariffs Pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah bebantertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan higher marginal cost(seperti telpon dan transportasi umum) C) Diskriminasi harga Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda,pelayanan yang diberikan kepada kelompok yang berpendapatan rendah dapat disubsidi silang dengan kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang dimaksudkan untuk orang miskin. D) D) Full cost recovery harga pelayanana didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas pelaya nan publik perlu mempertimbangkan keadialan(equity) dan kemampuan publik untuk membayar. E) Harga diatas marginal cost Dalam beberapa kasus,sengaja ditetapkan harga diatas marginal cost,seperti tarif parkir mobil,adanya beberapa biaya peijinan atau licence fee. 8 . TAKSIRAN BIAYA Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini ,elibatkan beberapa pertimbangan sebagai berikut : -Opportunity cost untuk staff,perlengkapan dll -Opportunity cost of capital -Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukan value to society (opportunity cost) -Pooling,ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu -Cadangan inflasi Pelayanan menyebabkan unit ketja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat mengestimasi marginal cost,sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor publik. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik.

9. IKHTISAR Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber : Pajak Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging for service) Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak maka setiap wajib pajak harus membayar , meskipun ia menikmati jasa publik tersebut secara langsung atau tidak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang membayar hanyalah meraka yang memanfaatkan pelayan an publik tersebut. Pemerintah dapat menarik tarif untuk pelayanan publik tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan, antara lain penyediaan air bersih, transportasi publik, jasa pos dan telekomunikasi, energi dan listrik, perumahan rakyat, fasilitas rekreasi (pariwisata), pendidikan, jalan tol, irigasi, jasa pemadam kebakaran, pelayanan keehatan, pengolahan sampah/limbah. Pembebanan tarif publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena beberapa alasan, yaitu : Adanya barang privat dan barang publik Efisiensi ekonomi Prinsip keuntungan Adanya barang privat vs barang publik Dalam menentukan harga pelayanan public juga di anut konsep different cost for different purpose yaitu membedakan kos untuk pelayanan yang berbeda Marginal cost pricing menganut prinsip bahwa tariff yang di pungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani tambahan konsumen.

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK PENDAHULUAN Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu: Pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik. Jika pelayanan publik dibiayai dengan Pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut atau tidak. Hal tersebut karena

Pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang tidak memiliki jasa timbal (kontraprestasi) individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar Pajak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebu, sedangka yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar. Kewajiban aparatur negara yang juga mengikuti kewajiban negara dalam menyelenggarakan tugas negara seperti yang diamanatkan UUD 1945, GBHN dan UU APBN (mardiasmo 2000) adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) dalam bentuk penyediaan jasa dan barang secara prima. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi milik pemerintah apakah BUMD dan BUMN akan memberikan tarif pelayanan publik yang diwujutkan dalam bentuk retribusi, pajak dan pembebanan tarif Jasa langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging for sevice). Walaupun masyarakat telah dibebani dengan pajak yang dapat dipaksakan kepada pemerintah, dan pemerintah memberikan prestasi kepada masyarakat. Tidak semua prestasi yang diberikan oleh organisasi sektor publik kepada masyarakat yang telah dilayani dapat dibuat secara gratis mengingat terdapat barang privat yang manfaat barang dan jasa hanya dinikmati secara individu, barang publik yaitu barang dan jasa kebutuhan yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat serta barang campuran privat dan barang publik yaitu barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya di nikmati secara individu tetapi sering masyarakat umum juga membutuhkan barang dan jasa tersebut merit good (semua orang bisa mendapatkannya tetapi tidak semua orang dapat mendapatkan barang dan jasa) tersebut seperti: air bersih, listrik, pendidikan, kesehatan, transportasi publik. TANTANGAN PELAYANAN PUBLIK Pelayanan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1988) adalah cara melayani, jasa, atau kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Pelayanan menurut Pass et all (1994) dalam kamus bisnis lengkap Collins adalah aktivitas ekonomi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bisnis atau pribadi. Definisi pelayanan menurut Kotler dalam Nasution (2005:98) adalah aktifitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produknya mungkin terikat atau tidak terikat pada produk fisik. Moenir (1992:16) menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu proses penggunaan akal pikiran, panca indera dan anggota badan dengan atau tanpa alat bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik dalam bentuk barang maupun jasa. Hakikat kualitas pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004, dalam Ratminto (2006:19-20) adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat, yang berasaskan kepada: a. Transparansi atau memiliki sifat keterbukaan. b. Akuntabilitas, atau dapat dipertanggung jawabkan. c. Kondisional, atau sesuai dengan kondisi untuk memenuhi prinsip efisiensi dan efektifitas. d. Partisipatif, yang berarti mendorong peran serta masyarakat. e. Kesamaan hak atau tidak diskriminatif. f. Keseimbangan hak dan tanggung jawab, antara pihak pemberi pelayanan dan pihak penerima pelayanan. Selanjutnya, Ratminto (2006:28) menyatakan bahwa hendaknya setiap penyelenggara pelayanan melakukan survey indeks kepuasan masyarakat secara berkala. Hal ini penting untuk meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan agar tetap pada tingkat yang baik, bahkan memuaskan. Berdasarkan berbagai data Serikat Buruh Seluruh Indonesia dan penelitian yang dilakukan di

PPA FE UGM, ada empat agenda besar dalam pergerakan pekerja (Bastian, 2001) : Keinginan untuk merubah dan memodifikasi kondisi produksi. Perubahan ini diharapkan menghasilkan demokratisasi dalam bekerja, penggunaan sumber daya yang lebih baik, maksimisasi surplus untuk tujuan sosial. Menjamin pajak keuntungan dan usaha dipergunakan untuk program-program pembangunan. Distribusi pengeluaran negara yang lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sosial secara merata dalam artian peringkat kemakmuran, ras dan gender. Restrukturisasi organisasi, manajemen dan proses pelayanan publik. Perubahan di atas menandakan adanya perubahan nilai tuntutan masyarakat. Ini tentunya selaras dengan perubahan dari orde baru ke orde reformasi. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah masalah kepemilikan perusahaan negara dan perusahaan daerah. Sebagai agen pelaksana pelayanan publik, permasalahan yang telah dihadapi adalah (PPA,1999) : Kurangnya investasi dalam infrastruktur Krisis akibat lemahnya stabilitas keuangan makro ekonomi, yang beruntun ke stabilitas perusahaan Kebutuhan investasi besar untuk eksplorasi alam Kondisi di atas muncul akibat alasan-alasan berikut ini: Semakin besarnya proporsi untuk pihak investor negeri (Bastian,1999). Diversifikasi investasi asing perlu dilakukan, akibat semakin kompetitifnya perburuan modal investasi luar negeri. Munculnya berbagai keinginan pihak swasta asing dan dalam negeri untuk berbagai resiko, beban keuangan dan fasilitas pinjaman. Berbagai perusahaan swasta menginginkan adanya saham pemerintah, namun sering tidak menerima dan lebih menguntungkan melalui kontrak penyediaan jasa. Terkait dengan berbagai perubahan yang diungkap diatas, peranan negara dalam pelayanan publik mulai diperdebatkan. Nilai komersial, praktik usaha dan kekuatan pasar amat diperhatikan sebagai faktor yang dominan dan penentu kesuksesan operasional pelayanan publik yang beroperasi maksimal semakin kental (PPA,1999), seperti: Barang dan jasa sosial seperti lampu jalan, jalan, pertahanan dan hukum tidak akan dapat diproduksi apabila dilepaskan ke mekanisme pasar. Pelayanan kesehatan dan pendidkan tidak akan dapat dilaksanakan dengan harga yang layak. Beberapa jasa dan barang akan diproduksi berlebihan apabila tidak diatur secara integral. Beberapa barang dan jasa sengaja tidak diproduksi secara cukup akibat strategi monopoli pasar. Secara umum, masyarakat sebenarnya mengakui fungsi pemerintah sebagai penyedia barang publik; penyedia fasilitas publik seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan; pengeluaran pemerintah yang sesuai dengan pendapatan; dan pelayanan ekonomi secara umum. Secara politik dan ekonomi, pengeluaran publik dapat diklasifikasikan dalam: Investasi sosial proyek dan pelayanan yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja Konsumsi sosial proyek dan pelayanan yang merendahkan biaya reproduksi dari tenaga kerja Pengeluaran sosial proyek dan pelayanan yang diisyaratkan untuk memastikan stabilitas sosial Sehingga peranan pemerintah dapat diinterpretasikan sebagai pengambil kebijakan tentang: Skala pelayanan universal atau segmentasi Metode penydiaan oleh perusahaan negara atau swasta melalui kontrak Regulasi yang dibutuhkan

Intervensi terhadap ekonomi lokal dan regional, industri khusus dan perusahaan tertentu Sumber keuangan tipe dan tingkat perusahaan dan pajak individual Pemahaman diatas menyebabkan dilakukannya evaluasi pelayanan publik yang terjadi di Indonesia : Keterbatasan rentang pelayanan yang bisa diberikan, seperti batasnya sambungan saluran telepon, besarnya kuantitas air dan kualitas jalan raya Dorongan yang kuat terhadap perusahaan negara untuk mengikuti kriteria pasar Manajemen perusahaan negara dan badan sektor publik sering dituntut untuk mengikuti perkembangan metode mutakhir yang umumnya dipraktikan diswasta Monitor dan evaluasi prestasi, target dan identifikasi tujuan sosial amatlah sulit, dan hal ini seringkali disebabkan oleh keengganan manajemen untuk mengeluarkan data yang terkait Kurangnya pengendalian secara demokratis oleh pekerja dan konsumen Terjadinya pencarian modal untuk memaksimasi keuntungan Masih berbedanya penghargaan terhadap ide, sikap dan pengalaman pekerja antar organisasi sektor publik dan organisasi swasta. Namun demikian ada berbagai manfaat lebih dari organisasi sektor publik dibanding organisasi swasta : Rentang pelayanan luas dengan biaya yang lebih murah Distribusi yang lebih merata Kerangka hubungan pekerja dan manajemen lebih bersifat kekeluargaan dan permanen Manfaat tersebut di Indonesia ternyata masih minimal dibanding dengan kekurangannya. Oleh sebab itu, berbagai tuntutan muncul untuk mengubah orientasi peranan organisasi sektor publik. Ada beberapa alasan untuk mengubah orientasi pelayanan publik : Beberapa organisasi swasta dianggap lebih efisien dibanding organisasi sektor publik Kekuatan pasar dan kompetisi akan meningkatkan pilihan dan mengurangi biaya pelayanan, sementara itu tuntutan pengembangan kualitas menjadi lebih besar. Sektor dan pasar yang kompetitie lebih cepat tanggap pada pilihan konsumen dan kondisi perubahan permintaan dan penawaran Pemerintah terlalu besar dan boros, sehingga pemerintah lebih baik berperanan sebagai regulator. Mengurangi ketergantungan pada pemerintah dengan meningkatkan partisipasi masyarakat melalui mekanisme pasar dan inisiatif individual. ELITIS DAN POLITIS Dalam penetapan biasanya terkesan elit dan politis karena hanya sebahagian orang yang mengambil kebijakan dan terkesan tidak teransparan, maka tarif air minum PDAM di tentukan Melalui Badan Musyawarah (BAMUS) yang dibentuk oleh PDAM. Langkah merupakan langkah maju dalam penetapan tarif menuju kebijakan yang terakuntabilitas, dan perlu diikuti oleh BUMD lainnya. Namun pembentukan badan tersebut belum merupakan sebuah solusi mengingat keterwakilinya stakeholder (pihak-pihak yang berkepentingan) dalam bamus, belum mewujudkan teori stewedship yang memposisikan stake-holder sebagai prinsipal sebagai pemilik yang harus dilayani oleh agent. Kesulitan dalam penentuan tarif pelayanan mengingat terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan barang privat, dikarenakan: adanya kesulitan dalam menentukan batasan antara kedua barang tersebut, adanya pembebanan secara langsung. dalam pengguna barang/jasa publik, dan Kecenderungan membebankan tarif pelayanan langsung daripada membebankannya pada pajak yang dibayarkan secara berkala. Kesulitan berikutnya adalah terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran (mixed economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta (privat market) dan barang publik lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibiayai melalui pajak. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pemerintah menyerahkan penyediaan barang publik kepada

sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem kontrak. BERAPA HARGA WAJAR Organisasi sektor publik harus memutuskan berapa pelayanan yang dibebankan pada masyarakat. Aturan yang biasa dipakai adalah beban (charge) dihitung sebesar total biaya total tersebut terdapat (full cost recorvery). Walaupun akan mengalami kesulitan dalam menghitung biaya total dikarena: Pertama, tidak diketahui secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun tidak boleh terjadi pencampur-adukan biaya untuk pelayanan yang berbeda atau harus ada prinsip different costs for different purposes. Kedua, sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi, Karena jumlah biaya untuk melayani satu orang dengan orang lain berbeda-beda, maka diperlukan perbedaan pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh diperlukan biaya tambahan untuk pengumpulan sampah dari lokasi rumah yang sulit dijangkau atau memiliki jarak yang jauh. Ketiga, pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Jika orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau diskriminasi produk untuk menghindari subsidi. Keempat, biaya yang harus diperhitungkan, apakah hanya biaya operasi langsung (current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost). Yang akan memasukkan bukan saja biaya opersai dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas Hal inilah yang disebut marginal cost pricing. STRATEGI HARGA Terdapat beberapa alternatif dalam menentukan harga yaitu dengan two-part tariffs: yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variabel charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi. Dengan Peakload tariffs: pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum). Dengan diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga, dengan Full cost recorvery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk menghasilkan pelayanan dan harga di atas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga di atas marginal cost, seperti tarif mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau licence fee. Penetuan tarif ini juga harus mempertimbangkan Opportunity cost untuk staf, perlengkapan dll, Opprtunity cost of capital, Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to siciety (opportunity cost). Polling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu dan cadangan inflasi. Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di sektor publik. Digunakan marginal cost pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.

STANDAR MINIMUM Berapa pun harga yang dibebankan kepada masyarakat harusnya juga merujuk pada standar yang dibuat oleh organisasi sektor publik sebagi bentuk perbandingan pelayanan yang dapat di ukur, untuk itu sektor publik harus segera merumuskan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang menekankan pada pengelolanan sektor publik yang memiliki paradigma Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu: ekonomi, efesiensi, dan efektivitas ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi: pencapaian output yang maksimium dengan input yang tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu dan efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Dalam penentuan standar pelayanan minimum sebagai feed-back pelayanan kepada masyarakat maka organisasi sektor publik harus memperhatikan stakeholder sebagai orang yang berkentingan dengan keberadaan perusahaan karenanya keterlibatan stakeholder dalam penyusunan tarif dan standar pelayanan minimum sangat urgen seperti, masyarakat umum, akademisi dan para konsultan dan pihak yang consen dalam sektor publik. KESIMPULAN Pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah selain pajak, penjualan aset milik pemerintah, utang, dan laba BUMN/BUMD. Aturan yang bisa dipakai adalah beban dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut. Dalam menentukan harga pelayanan publik juga dianut konsep different cost for purposes yaitu membedakan biaya untuk pelayanan yang berbeda. Masalah lain adalah adanya hidden cost yang menyulitkan dalam mengetahui total biaya. Kesulitan untuk menghitung biaya total adalah karena sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi dan perbedaan jumlah biaya untuk melayani masing-masing orang.

DAFTAR PUSTAKA http://antikorupsi.org/indo Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik:Penentuan Harga Pelayanan Publik. Edisi IV, Andi Offset, Yogyakarta

You might also like