You are on page 1of 10

PENGUKURAN ANTROPOMETRI PADA PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK (Anthropometric measurement of deviation in child growth and development) Moersintowarti

B.Narendra. Divisi Tumbuh kembang Anak dan Remaja FK Unair /RSU Dr. Soetomo Surabaya. KORESPONDENSI : Moersintowarti B. Narendra Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Jl Mayjen Prof Moestopo 6-8 Surabaya email : tkar@pediatrik.com Telp. 5501693, 5501139
ABSTRACT Deviation in child growth and development occurred when there is any obstacles or disturbance in the process which is influenced by genetic (nature) and environment (nurture) factors since intra uterine period up to adolescence. Anthropometric measurement is one of the management steps in Growth and Developmental deviation work up that should be understood by any health worker who is dealing with children. Measurements included body weight, height, head circumference,skinfold, BMI, which standards and interpretations should be chosen and determined acurrately to gain apropriate assessment and intervention. Keywords : Anthropometric measurement/standard, Growth and Development Deviation

ABSTRAK Penyimpangan atau kelainan tumbuh kembang anak dapat terjadi apabila terdapat hambatan atau gangguan pada proses yang dipengaruhi oleh faktor genetik (nature) dan lingkungan (nurture) sejak intra uterine hingga dewasa. Pengukuran anthropometri adalah salah satu dari langkah-langkah manajemen dalam tatalaksana penanganan peyimpangan Tumbuh kembang Anak dan Remaja yang perlu difahami oleh para petugas kesehatan. Pengukuran meliputi berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala,tebal kulit, BMI (Body mass Index) yang interpretasi dan standardnya perlu dipilih dan ditetapkan dengan benar agar dapat melakukan penilaian dan intervensi dengan tepat guna. Kata kunci :pengukuran antropometri, penyimpangan tumbuh kembang

PENDAHULUAN Perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik (nature) atau merupakan produk lingkungan (nurture) saja. Model biopsikososial pada tumbuh kembang anak mengakui pentingnya pengaruh kekuatan intrinsik dan ekstrinsik. Tinggi badan misalnya adalah fungsi antara faktor genetik (biologik), kebiasaan makan bergizi (sosial) pada anak.1 Telah disepakati bersama bahwa penyimpangan tumbuh kembang dapat terjadi apabila terdapat hambatan atau gangguan dalam prosesnya sejak intra uterin hingga dewasa. Penyimpangan dapat memberikan manifestasi klinis baik kelainan dalam pertumbuhan dengan (psikologik) dan terpenuhinya makanan

atau tanpa kelainan perkembangan. Walaupun terdapat kombinasi pengaruh faktor biologik, psikologik dan sosial pada perkembangan anak, pengaruh masing-masing faktor secara terpisah perlu diperhatikan. Pengaruh biologik pada perkembangan anak meliputi genetika, paparan teratogen dalam rahim (misalnya Hg dan alkohol) dan gangguan pada postpartum (misalnya meningitis, trauma/cedera pada kelahiran), serta maturasi telah diteliti secara luas dan mendalam.1 Kelainan pertumbuhan anak yang dijumpai adalah antara lain perawakan pendek (short stature), perawakan tinggi (tall stature), yang diklasifikasikan sebagai variasi normal dan patologis, malnutrisi dan obesitas, sehingga diperlukan suatu kiat dalam pengukuran antropometri sebagai salah satu cara penilaiannya. Gangguan perkembangan yang dapat menimbulkan manifestasi klinik yang bermacam-macam antara lain gangguan motorik kasar, gangguan wicara, gangguan belajar, gangguan psikologis, gangguan makan, gangguan buang air besar, kecemasan dll.

PENGUKURAN ANTHROPOMETRI *Pengertian istilah nutritional anthropometry mula-mula muncul dalam Body measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai : Pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajad nutrisi yang berbeda.

Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam surveilan kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi, interpersonal, dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada pertumbuhan anak. Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan (growth chart) pada gambar terlampir, dilengkapi dengan alat timbangan yang akurat, papan pengukur, stadiometer dan pita pengukur.2,3

Langkah-langkah Manajemen Tumbuh Kembang Anak Pengukuran antropometri : berat, tinggi, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan, tebal kulit. Penggunaan kurva pertumbuhan anak (KMS,NCHS) Penilaian dan analisa status gizi & pertumbuhan anak Penilaian perkembangan anak, dan maturasi

Intervensi (preventif, Promotif, Kuratif, Rehabilitatif).

Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi.4 Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak. 1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur : Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer. Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia 018 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita. Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak dengan kalkulasi skor Z (atau standard deviasi) dengan mengurangi nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi referens. Skor Z =atau > +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai sebagai indikator obesitas.

2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur yang tidak molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran kepala (dikutip oleh Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969.7
3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul., penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper). Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting. 4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelets index, yang telah dipakai secara luas, yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil juga (lihat pada lampiran,CDC tahun 2004).8-10 Tingkat kelebihan berat badan harus dinyatakan dengan SD dari mean (rerata) BMI untuk populasi umur tertentu. Mean BMI juga bervariasi seperti pada berat badan normal pada status gizi dan frekuensi kelebihan berat pada rerata BMI dan standard deviasi yang dihitung. Misalnya anak dengan rerata BMI +1 SD di suatu negara tidak harus sama dengan rerata BMI +1 dinegara lain.9

Suatu kurva persentil dari BMI atas dasar referens populasi internasional yang dikembangkan oleh IOTF (International Obesity Task Force) pada tahun 1997 untuk mengatasi keterbatasannya. Batas (cut off points) obesitasdalam kaitan persentil adalah BMI 25 kg/m2 dan BMI 30kg/m2 pada orang dewasa.

Tabel 1. Definisi pada CDC BMI terhadap umur Underweight At risk of overweight Overweight BMI - for age < 5th percen tile BMI for - age 85th percentile BMI - for age 95th percentile

(Dikutip dari : . Lahti-Koski Marjaana, Gill Tim. Defining Childhood Obesity. Dalam: Obesity in Childhood and Adolescence. Penyunting: Kiess W, Marcus C.,Wabitsch M, KargerAG, Basel. Brussel 2004: 1-17)

PENGGUNAAN DAN INTERPRETASI KURVA PERTUMBUHAN ANAK 1. Baku (standard) NCHS Penggunaan kurva pertumbuhan (growth chart) atau tabel NCHS sebagai baku secara teratur merupakan alat yang paling tepat untuk menilai status gizi pada pertumbuhan anak. Perlu difahami akan pengertian persentil dan standard deviasi, sebagai patokan sebelum menggunakannya dilapangan. Dalam pemantauan pertumbuhan anak pada plot berat atau tinggi badan anak pada kurva NCHS perlu diikuti secara berkala untuk melihat alur pertumbuhannya meyimpang atau tidak. Bukan dimana posisi titik plot itu saja akan tetapi bagaimana hubungan titik-titik tersebut selama kurun waktu tertentu. Pertumbuhan tidak statis akan tetapi suatu proses perobahan, seorang bayi pada persentil 5 berat badan terhadap umurnya bisa tumbuh normal, atau gagal tumbuh atau baru sembuh dari gangguan pertumbuhan, tergantung kurva pertumbuhannya. Bayi dan anak-anak pada umumnya akan tumbuh dalam 1-2 jalur pertumbuhan kanalisasi yang dikendalikan oleh faktor genetik terhadap ukuran tubuhnya. Terdapat 4 variasi kurva pertumbuhan tinggi badan terhadap umur yang harus diklasifikasikan dalam menentukan pertumbuhan anak yang pendek yaitu konstitusional, familial, patologis yang terjadi prenatal atau postnatal.1 Faktor-faktor yang perlu dikoreksi pada plot dan interprestasi adalah :

Pada bayi premature dengan mengoreksi usia sejak lahir dikurangi berapa minggu prematuritasnya, pada lingkaran kepala sampai usia 18 bulan, berat badan sampai usia 24 bulan sedangkan panjang badan sampai usia 40 bulan). Adolesensi dengan memperhitungkan ukuran antropometri orang tua (mean parental heigh Terdapat kurva khusus untuk Downs Syndrome dan Achondroplasia yang diusulkan untuk digunakan dalam tatalaksana di klinik Tumbuh kembang. Untuk kurva pertumbuhan di Indonesia sebenarnya tergantung referensi yang mana yang akan dipakai rata-rata tinggi badan tidak berbeda banyak dan kadang-kadang melebihi batas 160-165 cm . Umumnya terdapat tinggi badan yang lebih pendek pada suku Malaya Peninsula dan Filipina (suku Negrito), begitu pula di pedalaman Kalimantan dan Sumatera predominan pendek. Secara umum dikepulauan Sunda seperti Jawa, Bali, Flores, Timor, dan pada kepulauan Luzon di Filipina orang-orang agak lebih tinggi.5

2. Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) sebagai Home Based Record Di Indonesia terdapat Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dipakai baik untuk penyuluhan maupun sebagai alat monitor pertumbuhan dan gizi dimasyarakat merupakan modifikasi WHO-NCHS yaitu berat badan terhadap umur anak Balita, dilengkapi dengan gambar perkembangan motorik kasar, halus dan berbahasa. Tujuan KMS adalah sebagai alat bantu (instrumen) bagi ibu atau orang tua dan petugas untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak balita, menentukan tindakan-tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.6. Kartu ini sudah cukup lama beredar di Indonesia, akan tetapi penggunaannya sebagai home based record masih perlu dipertanyakan. Pada observasi dibangsal rawat inap anak RSU Dr.Soetomo dan unit rawat jalan (1997-2000), sekitar 90% ibu-ibu penderita malnutrisi menyatakan punya KMS akan tetapi tidak dibawa, dengan alasan ada Posyandu atau tertinggal dirumah. Pada pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit, penekanan KMS dengan konseling yang baik perlu dibudayakan oleh setiap petugas kesehatan bila menghadapi anak balita sakit. Terdapat buku panduan penggunaan KMS bagi petugas kesehatan yang di terbitkan oleh Depkes.RI. tahun 1997. dalam buku tersebut disebutkan bahwa grafik pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan baku WHO/NCHS yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Kurva garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka-angka 70% median, grafik berwarna kuning di atas merah pada batas 75%-80% median, daerah hijau muda adalah 8590% median daerah hijau tua 95 100% median.

3. Penilaian dan klasifikasi status gizi Sistim penilaian gizi dengan pencatatan dalam suatu formulir untuk anak sakit diajukan oleh Behrman & Kliegman dalam buku Essentials Nelsons Texbook of Pediatrics pada lampiran 1.(dikutip dari Meritt RJ.dkk 1983) selain data-data tentang masalah makanan, antropometri, keadaan klinis anak juga dipaparkan secara rinci. Instrumen semacam ini kiranya cukup memadai untuk dipergunakan diklinik yang dilengkapi dengan laboratorium atau penunjang yang lengkap

4. Data-data perkembangan dan maturasi pada penyimpangan tumbuh kembang Milestones perkembangan merupakan suatu parameter dalam manajemen tumbuh kembang yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan antropometri. Akan tetapi hal ini masih harus dibudayakan secara bertahap mengingat adanya faktor waktu dan beban kerja diunit pelayanan kesehatan anak di masyarakat dan klinik-klinik. Terdapat beberapa metode skrining yang dikembangkan dari refensi luar negeri misalnya DDST (Denver Developmental Screening Test) yang sudah dimodifikasi dan dipakai dalam buku Deteksi Dinie dan Stimulasi Balita oleh Depkes R.I. Kartu Kembang Anak yang dikembangkan oleh Satoto pada tahun 1990 Maturitas tulang dengan penilaian umur tulang (bone age), membandingkan dengan baku Greulich Pyle atau TW2 dari Tanner. Maturitas tulang (bone age) berkaitan dengan tingkat pubertas, biasanya bila diperkirakan ada kelainan endokrin (perawakan pendek, kelainan tulang)6

KESIMPULAN Pada penyimpangan tumbuh kembang perlu diperhatikan : 1. Cara pengukuran anthropometri yang bisa dilakukan pada keadaan penderita. 2. Plot pada kurva pertumbuhan yang sudah dibakukan untuk kasus tertentu ataukah dengan kurva pertumbuhan yang umum dipakai. 3. Pendekatan holistik dan memperhatikan model biopsikososial dalam tatalaksana. 4. Tatalaksana secara multidisipliner dan peran serta orang tua sangat penting !

Penelitian masih diperlukan untuk mendapatkan standard anthropometri di Indonesia.

KEPUSTAKAAN
1. Needlman Robert D. Overview and Assessment of Variability, Part II Growth and Development Dalam: Nelson Textbook Pediatrics. Penyunting: Nelson Waldo E., dkk.. edisi 17, W.B.Saunders Co.,Philadelphia 2004 : 23-66. 2. Zerfas Alfrend J, Jelliffe Derrick B. and Jelliffe Patrice E.F. Epidemiology and Nutrion in Human Growth. : A comprehensive Treatise Edisi 2, Methodology Ecological, Genetics, and Nutritional Effects on Growth. Plenum Press New York. 1986(13):.475 3. Gibson Rosalind S. Anthropometric assessment. Dalam: Principles of Nutritional, Oxford Univ.Press. Madison Av. New York 1990: 45-7 4. Moersintowarti B.Narendra, Hardjono Soeparto, Sulaiman Isa, Kusandrini : Deteksi Dini dan Tindak Lanjut Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak, Seminar UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial tentang Standard, Penyimpangan dan Tidak lanjut Tumbuh kembag, Genetika Klinik dan pencegahannya. Hotel Hilton, Surabaya: 19 Januari 2004 5. Abbie A.A, Alekseev P,V, Bergman P. Rassengeschichte der Menschheit,Lieferung Asien : Japan, Indonesien, Ozeanien; Oldenbourg verlag Munchen Wien. 1981: 79-83 6. Moersintowarti B.Narendra. Penilaian Status Gizi Dalam Manajemen Tumbuh Kembang Anak Malnutrisi; Dikemukakan dalam Kongres II Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), Thema :Peluang & Tantangan Gizi medik di Era Millenium III. Surabaya, 13-14 Oktober 2000. 7. Cameron Noel. Anthropometric Measurements, Dalam The Measurement of Human Growth, British Library Cataloguing in Publication Data. 1984: 56. 8. Hardjono S, Sulaiman I, Moersintowarti B.N. Gagal Tumbuh (Failure To Thrive). Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak No.32,Oktober 2002. 9. Ostman J, Britton M, Jonsson E. :Obesity as health problem in Children and Adolescents in Treating and Preventing Obesity, Evidence Based Review.Wiley-VCh GmbH&Co.KgaA. 2002: 34-9. 10.Lahti-Koski Marjaana, Gill Tim. Defining Childhood Obesity. Dalam: Obesity in Childhood and Adolescence. Penyunting: Kiess W, Marcus C.,Wabitsch M, KargerAG, Basel. Brussel 2004: 1-17

You might also like