You are on page 1of 23

SENAM NIFAS (DEFINISI,TUJUAN, MANFAAT, GERAKAN) BAB II.

Mioma Uteri (Definisi, etiologi, Klasifikasi, Tanda Gejala) 14 Jul

Laporan Pendahuluan Kanker Cerviks (Ca Cervix, Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinik, Patofisiologi, Asuhan Keperawatan)
Posted July 14, 2011 by jfikriamrullah in Uncategorized. Leave a Comment

1 Vote

1. I.

Pengertian

Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina ). Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasania menyerang wanita berusia 35 55 tahun. 90 % dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

1. II.

Etiologi

Kanker serviks terjadi jika sel sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel sel serviks tidak diketahui secara pasti , tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu : 1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.

1. Merokok Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks. 1. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini 2. Berganti ganti pasangan seksual 3. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks. 4. Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran. 5. Pemakaian pil KB 6. Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun. 7. Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu melakukan pap smear secara rutin ) XII.
y y y y y y y

Manifestasi Klinik Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%) Pendarahan yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan III) Pendarahan spontan saat defekasi Pendarahan spontan pervaginaan Anemia akibat pendarahan berulang Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf. Stadium Karsinoma Serviks

1. III.

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :

Tahapan Lokasi Lesi


Tahap 0 Karsinoma in situ Tahap 1 Karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks

Deskripsi

Kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi. Ukuran bukan merupakan kriteria

Makroinvasi Tahap 1A Tahap 1B Tahap II Kanker vagina Secara klinis jelas merupakan tahap I Lesi telah menyebar di luar serviks hingga mengenai vagina (bukan 1/3 bagian bawah) atau area paraservikal pada salah satu sisi atau kedua sisi. Hanya perluasan vagina Perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina. Tahap IIA Tahap IIB Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor. Kanker mengenai 1/3 bagian Meluas sampai 1/3 bagian bawah vagina bawah vagina atau telah saja meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis Metastase karsinoma terisolasi yang diraba pada dinding pelvis. Bukti bahwa karsinoma mengenai kandung kemih tampak pada pemeriksaan sitoskopi atau oleh adanya fistulasi vesiko vagina. Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya.

Tahap III

Tahap IIIA

Perluasan kandung kemih Tahap IIIB

Tahap IV

Perluasan rectal penyebaran jauh 1. IV. Patofisiologi / Pathways

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi

antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh : 1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. 2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus. 3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus. Periode laten dari NIS I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 20 tahun (rata-rata 5 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.

Pathways

1. V.

Pemeriksaan Diagnostik 1. Pap Smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun sampai lebih dari 50 %. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali / tahun. Jika selam 3 kali berturut turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bias dilakukan 1 kali / 2 3 tahun. Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks : displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas ) displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas ) karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )

kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam / ke organ tubuh lainnya ) 1. Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan evaluasi respon pada pengobatan. 1. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi) Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb. 1. Penanda tumor Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum (CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.) 1. Tes kimia skrining 2. HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat. 3. Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer. Penatalaksanaan 1. Pada lesi precursor (lesi intra-epitel squamosa) tingkat rendah atau tingkat tinggi ditemukan maka pengangkatan non bedah konservatif, kriterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser, konisasi (pengangkutan yang berbentuk kerucut dari serviks). 2. Pada kanker servikal invasif dilakukan radiasi atau histerektomi radikal. 3. Pada paisen dengan kekambuhan kanker servikal dipertimbangkan untuk menjalani ekstenterasi pelvis dimana bagian besar isi pelvis diangkat. 2. VII. Penyebaran Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu : 1. Ke arah fornises dan dinding vagina 2. Ke arah korpus uterus. 3. Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandungkemih. 4. VIII. Klasifikasi 1. Kanker Serviks Pre-Invasif Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi : 1. CIN I displasia ringan 2. CIN II displasia sedang 3. CIN III displasia berat dan karsinoma insitu Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah papanikolaou (PAP) Test. 1. VI.

PAP test terdiri dari 5 kategori. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Stadium I : Tidak ada sel abnormal Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi harus diukur. Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal Stadium IV : Sel Malignan karsinoma insitu Stadium V : Sel malignan kanker invasif Kanker Serviks invasif

Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif 1. Karsinoma mikroinvasif Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih dari 3 mm di bawah membran basal tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler.

1. Karsinoma invasif Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker serviks invasif tidak menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah pendarahan yang terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta pendarahan rektal serta obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi. 1. Kanker Serviks Lanjut dan Berulang Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif, mempunyai penyakit berulang atau persisten setelah terapi. 1. IX. Perencanaan Terapi Radiasi 1. Terapi Radiasi Eksternal 1. Perawatan sebelum pengobatan

Kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. 1. Selama Terapi Pilihlah kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik dan deodoran. Pertahankan keadekuatan nutrisi. 1. Perawatan Post Pengobatan Hindari infeksi Laporkan tanda-tanda infeksi Monitor intake cairan dan juga keadekuatan nutrisi. Beri tahu efek radiasi peresisten selama 10-14 hari sesudah pengobatan. Lakukan perawatan kulit dan mulut. 1. Terapi Radiasi Internal 1. Pertimbangan Perawatan Umum Teknik isolasi Membatasi aktivitas 1. Perawatan Pre Insersi

Turunkan kebutuhan untuk enema atau BAB, selama beberapa hari. Pasang kateter sesuai indikasi Puasakan malam hari sebelum prosedur dilakukan Latih nafas panjang, latih ROM Jelaskan tentang pembatasan pengunjung. 1. Selama Terapi Radiasi

Monitor TTV tiap 4 jam Latih ROM aktif dan nafas dalam setiap 2 jam Beri posisi semi fowler Beri makanan berserat dan cairan parenteral s/d 300 ml Kateter tetap terpasang Monitor intake dan output Monitor tanda-tanda pendarahan Beri support mental. 1. Perawatan Post pengobatan

Hindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis emboli pulmonal dan pneumonia)

Hindari komplikasi akibat pengobatan itu sendiri (pendarahan, reaksi kulit, diare, disuria dan distansia vagina) Monitor intake dan output cairan.

1. Teknik Kombinasi Radiasi Eksternal dan Intrakaviter Stadium I dan II : rad / 5 minggu. Stadium III Aplikasi radium 6500 rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal : 5000

: Radiasi eksternal seluruh pelvis 2000-3000 rad kemudian 4500-5000 rad.

Stadium IV XIII.

: Hanya radiasi eksternal untuk pengobatan paliative.

Sitostatika dalam Ginekologi

Penggolongan obat sitostatika : 1. Golongan yang terdiri atas obat-obat yang mematikan semua sel pada siklus obat-obat non spesifik 2. Golongan obat yang mematikan pada fase tertentu dari mana proliferasi obat fase spesifik. 3. Golongan obat yang merusak semua sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar obat-obat siklus spesifik. Macam macam obat : 1. Obat dengan Komponen Alkil (Alkilating Agent) Obat ini melepas alkil dalam selnya, menyebabkan gangguan pembentukan RNA. Obat ini mempengaruhi proliferasi dan interface. Efek toksik adalah : depresi sumsum tulang dengan gejala neutropeni dan trombositopeni dan pengaruh terhadap traktus digestivus dan folikel rambut (alopesia). 1. Obat Anti Metabolit Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang sama, akan tetapi menghalangi berfungsinya metabolit tersebut, sehingga akan mengganggu siklus dalam sel. 1. Obat Antibiotik Obat ini berkhasiat spesifik terhadap siklus sel. 1. Obat alkaloid Golongan ini menghentikan proses mitosis pada fase metastasis. 1. Obat Hormon Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam keadaan normal, rentan terhadap hormon tertentu, dapat dipengaruhi oleh hormon dari luar. Cara Pemberian Obat 1. Pemberian Oral

Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut dalam lemak. Perlu diperhatikan bahwa pemberian obat oral dapat menyebabkan kerusakan sel epitelium sehingga mengakibatkan ulkus yang disertai depresi sumsum tulang. dapat disertai pendarahan. 1. Pemberian Intramuskuler Kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan nekrosis, pendarahan lokal yang sukar dihentikan. 1. Pemberian intravena Pemberian intravena dapat dilakukan dengan penyuntikan langsung secara bolus atau per infus. 1. Pemberian intrapleura Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi produksi cairan pleura dan membunuh sel kanker. 1. Pemberian intraperitoneal Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi cairan asites, obat ini diberikan intraperineum. Syarat Pemberian Sitostatika 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Keadaan umum harus baik Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang terjadi. Faal ginjal dan hati baik. Diagnosis histopatologik diketahui. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi. Hb > 10 gr%. Leukosit > 5000/ml. Trombosit > 100.000/ml.

Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian pengobatan. 1. Mempunyai pengetahuan sitostatika dan manajemen kanker. 2. Dilengkapi secara sarana laboratorium yang lengkap. Efek toksik yang paling cepat tampak adalah efek pada traktus digestivus yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gingivitis Diare Rasa mual Muntah Pendarahan usus Anemia

7. Leukopenia 8. Trombositopenia 9. Kenaikan suhu 10. Hiperpigmentasi 11. Gatal gatal 12. Kenaikan kadar ureum dan kreatinin. XII. Pencegahan

Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks yaitu : 1. Mencegah terjadinya infeksi HPV 2. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur Pap smear ( tes papanicolau ) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang dibuat dari kayu / plastik ( yang dibedakan bagian luar serviks ) dan sebuah sikat kecil ( yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ). Sel sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian / pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeetksi perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukkan displasia/ serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kalposkopi dan biopsi. Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur : 1. setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun 2. setiap tahun untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual / pernah menderita infeksi HPV / kutil kelamin 3. setiap tahun untuk wanita yang memaaakai pil KB 4. setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut turut menunjukkan hasil negatif / untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker 5. sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal 6. sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pre kanker maupun kanker servik Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya : 1. anak perempuan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual 2. jangan melakukan hubungan seksual pada penderita kutil kelamin/ gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin

3. jangan berganti ganti pasangan seksual 4. berhenti merokok 5. pemeriksaan panggul ( pap smear ) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual / pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi 6. Identitas Klien 7. Keluhan utama 8. Status kesehatan 1. Gejala yang dirasakan

XIII.

Asuhan keperawatan

A. Pengkajian
1) 2) 3) 4) Gejala awal Timbulnya gejala faktor yang memperbaiki gejala faktor yang memperburuk gejala Deskripsi gejala lokasi kualitas kuantitas Efek pada gaya hidup 1. Riwayat Ginekologi Karakteristik menstruasi Menarche Periode menstruasi terakhir Pengalaman menstruasi Pendarahan tengah siklus

Menopause Kontrasepsi Usia pada saat kehamilan pertama Penyakit menular seksual 1. Status Obstetrik P . A .. 2. Riwayat Medis Masa Lalu 1. Penyakit dan Pengobatan 2. Alergi 3. Penyakit masa kanak-kanak dan imunisasi. 4. Penyakit dan pembedahan sebelumnya 5. Kecelakaan atau cedera 6. Perilaku yang berisiko

gaya hidup konsumsi kafein mengonsumsi alcohol obat-obatan praktik seks yang tidak aman 1. Riwayat penganiayaan 2. Riwayat Kesehatan Keluarga 1. Penyakit keturunan 2. Penyakit saat ini dalam keluarga 3. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga 4. Genogram 5. Riwayat psikososial 1. Koping individu

Kesadaran diri dan harga diri Penatalaksanaan stress Penyalahgunaan zat 1. Pola kesehatan
y

Sirkulasi

Gejala palpitasi Perubahan tekanan darah Aktifitas istirahat dan tidur Kelemahan Perubahan pola istirahat dan tidur

Adanya faktor faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur misalnya : nyeri, kecemasan, keringat malam dll
y

Integritas ego Factor stress ( perubahan peran, pekerjaan )

Cara mengatasi stress misalnya merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius dll Masalah tentang perubahan penampilan misalnya alopesia, luka cacat, pembedahan, menyangkal, menarik diri, marah dll
y

Nutrisi Keluhan mual Muntah Kebiasaan diet buruk : bahan pengawet, zat adiktif Anoreksia Kekurangan masa otot Perubahan BB Kakeksia

Eliminasi Perubahan pola defekasi Perubahan bising usus Distensi abdomen

Neurosensori Pusing Sinkop

Nyeri / kenyamanan Ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat dihubungkan dengan proses penyakit

Keamanan Pemajanan terhadap kimia toksik, karsinogen, Ruam kulit Demam ulserasi

Interaksi social Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran

seksualitas dampak pada hubungan, perubahan fungsi seksualitas

1. Spiritual Agama Praktik agama 1. Pemeriksaan Fisik 1. keadaan umum 2. head to toe 3. Pemeriksaan penunjang 4. Data pendukung lain 5. Kesimpulan 6. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatannya brehubungan dengan tidak mengenal sumber informasi Tujuan :

B.

Diagnosa Keperawatan Intervensi

Klien tercukupi kebutuhan pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Kriteria hasil : Klien mengungkapkan informasi akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan pada tingkat kesiapan diri sendiri Melakukan dengan benar prosedur yang dilakukan Mampu menjelaskan alasan tindakan

Intervensi : Tinjau ulang tingkat pengetahuan klien tentang prognosa penyakit dan pengobatan

Tanyakan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker serta pengalaman klien sendiri / orang lain yang pernah terkena kanker Beri informasi yang jelas dan akurat dengan cara yang nyata

Berikan pedoman antisipasi pada pasien / orang terdekat mengenai protocol pengobatan, terapi, hasil yang diharapkan, kemungkinan efek samping

1. Kecemasan b.d. ancaman kematian, ancaman perubahan status kesehatan, fungsi peran dan pola interaksi Tujuan : Kecemasan hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Kriteria hasil: Klien mengatakan perasaan cemasnya hilang / berkurang Tampak rileks TTV dalam batas normal

Intervensi : Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya

Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan / menolak untuk bicara Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan menyentuh pasien Bantu pasien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut

Beri informasi akurat, konsisten mengenai prognosis, pengobatan serta dukungan orang terdekat Jelaskan prosedur bahkan kesempatan untuk bertanya Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang Waspadai tanda depresi 1. Nyeri b.d. penekanan sel kanker pada saraf, kematian sel. Tujuan : Nyeri hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang dengan skala nyeri 0 3 Ekspresi wajah rileks TTV dalam batas normal

Intervensi : Tentukan riwayat nyeri : lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan tindakan penghilang yang digunakan Berikan tindakan kenyamanan dasar ( reposisi, gosok punggung, aktifitas hiburan, musik, tertawa dll ) Evaluasi penghilangan nyeri Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. metabolisme tubuh meningkat, nafsu makan turun. Tujuan :

Status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kriteria hasil : Konjungtiva tidak anemis Sclera tidak ikterik BB dalam batas normal Hasil laboratorium dalam batas normal : Hb

Intervensi : y y

Pantau masukan makanan setiap hari Ukur BB setiap hari / sesuai indikasi Dorong klien untuk makan makanan tinggi kalori, kaya nutrien Ciptakan suasana makan yang menyenangkan Dorong penggunaan tehnik relaksasi, visualisasi sebelum makan Identifikasi adanya mual, muntah, anoreksia Dorong makan sedikit tapi sering Kolaborasi : Pemberian obat obatan sesuai indikasi : fenotiazin, kortikosteroid, vitamin, antasid Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb

1. Resiko tinggi infeksi b.d. ketidakadekuatan pertahanan sekunder adanya imunosupresi, supresi sumsum tulang ( efek dari pembatasan dosis baik kemoterpi maupun radiasi, malnutrisi Tujuan : Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kriteria hasil : Tidak ada tanda tanda infeksi

TTV dalam batas normal Hasil laboratorium dalam batas normal : lekosit

Intervensi : Tekankan pada pentingnya hygiene personal, hygiene oral Pantau TTV Berikan perawatan dengan prinsip aseptic Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi Kolaborasi pemeriksaan : kultur Kolaborasi pemberian antibiotik Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : lekosit 1. Resiko tinggi injury b.d. kelelahan, kelemahan fisik. Tujuan : Tidak terjadi injury setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Kriteria hasil : Klien berada pada kondisi yang jauh dari injury Klien atau keluarga dapat mendemonstrasikan tindakan pencegahan diri dari injury.

Intervensi : Kaji mental klien Pantau status neuromuskuler Kaji kemampuan AKS, latihan dan ambulansi Pertahankan lingkungan yang aman Orientasikan terhadap lingkungan sekitar Sediakan peralatan yang dibutuhkan dan tempatkan dalam jangkauan

Pertahankan pagar tempat tidur Beri penerangan yang adekuat Bantu klien dalam AKS 1. Gangguan bodi image b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan bodi image setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kriteria hasil : Klien mengatakan dapat menerima perubahan pada tubuhnya Klien dapat berinteraksi dengan baik terhadap semua orang Klien dapat menggunakan sistem pendukung keluarga dan masyarakat

Intervensi : Tentukan persepsi klien tentang perubahan citra tubuh Anjurkan mengungkapkan emosi seperti marah, takut, frustrasi, dan cemas Beri umpan balik yang realistik Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam pengobatan Beri reinforcement positif atas usaha-usahanya untuk meningkatkan citra tubuh Kaji respon adaptif Tunjukkan empati Kaji perilaku merusak diri Jaga kebersihan sekitar genitalia Berikan suport mental

1. Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.

Tujuan : Pola seksual tidak mengalami perubahan / gangguan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kriteria hasil : Klien/pasangan dapat mengungkapkan penerimaan akan perubahan pola seksual Intervensi : Jelaskan efek penyakit, kesehatan terhadap fungsi seksual Diskusikan perasaan klien terhadap fungsi seksual Diskusikan masalah tersebut dengan pasangan Beri waktu tersendiri untuk klien membicarakan masalah pola seksual. 1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energi, hipermetabolik Tujuan : Klien tidak mengalami intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kriteria hasil : Klien mampu melakukan aktifitas sesuai kemampuan klien TTV dalam batas normal

Intervensi : ) Rencanakan tindakan keperawatan yang memungkinkan periode istirahat Buat tujuan aktifitas realistis dengan klien Dorong klien untuk melakukan aktifitas apa saja bila mungkin ( duduk, berjalan, bangun

Tingkatkan aktifitas sesuai kemampuan Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas Kaji respon TTV tiap 4 jam

1. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d. radiasi, kemoterapi, penurunan imunologis Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Kriteria hasil : Integritas kulit utuh Intervensi : Kaji kulit dengan efek samping terapi kanker Gunakan air hangat dan sabun ringan waktu mandi Anjurkan klien untuk menghindari mengaruk Ubah posisi / alih baring sesering mungkin Hindari untuk memakai krim apapun kecuali dengan resep dokter Anjurkan klien untuk memakai pakaian lembut dan longgar Kaji efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi Kolaborasi untuk pemberian salep topikal. 1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui rute normal, abnormal, mual, muntah, perdarahan Tujuan : Klien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kriteria hasil : Membran mukosa lembab Turgor baik TTV stabil Intake dan output seimbang

Intervensi : Pantau masukan dan haluaran, berat jenis Tinbang BB sesuai indikasi Pantau TTV Evaluasi nadi perifer dan pengisian kapiler Kaji turgor kulit dan kelembapan membran mukosa Dorong peningkatan masukan cairan sesuai toleransi klien Observasi adanya mual, muntah, perdarahan Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai indikasi Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

You might also like