You are on page 1of 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum RSUD Abdul Rivai

Rumah sakit Dr.Abdul Rivai adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Berau yang berlokasi di Jalan Pulau Panjang, Tanjung Redeb. Pada tahun 1999 RSUD Dr. Abdul Rivai ditetapkan sebagai Rumah Sakit Daerah Type C (berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 124/Menkes/II/1999) sekaligus

peresmian nama dari RSU Tanjung Redeb menjadi RSUD Dr. Abdul Rivai. Setelah melalui proses yang cukup panjang, terhitung sejak 27 November 2002 RSUD Dr. Abdul Rivai telah menigkat statusnya dari UPT Dinas Kesehatan menjadi Badan Pengelola RSUD Dr. Abdul Rivai yang langsung bertanggung jawab kepada Bupati. Badan pengelola RSUD Dr. Abdul Rivai adalah satu-

satunya Rumah Sakit Daerah Kabupaten Berau dan menjadi pusat rujukan bagi 9 kecamatan, 16 Puskesmas dan rujukan seluruh penduduk Kabupaten Berau. Saat ini Badan Pengelola RSUD Dr. Abdul Rivai terus mengembangkan prima diri dalam disegala usahanya bidang

melaksanakan

pelayanan

Spesialistik.diharapkan pelayanan yang diberikan bertaraf nasional

50

dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan menjawab persaingan Global menuju Indonesia Sehat 2010. RSUD Dr. Abdul Rivai mempunyai lahan seluas 25.417 M dengan luas bangunan sebesar 3.868 M. Rumah Sakit ini pada akhir tahun 2003 mempunyai kapasitas tempat tidur 112 buah dan sepanjang tahun 2003 dimanfaatkan oleh 6.480 pasien rawat inap ( BOR : 66,04%) dan kunjungan rawat jalan 26.545 pasien. Pelayanan Spesialistik terus bertambah dari 4 Dokter

Spesialis(Tahun 2001) menjadi 5 Dokter Spesialis ( Tahun 2002), kemudian menjadi 6 Dokter Spesialis (awal Tahun 2003). Telah menjadi penurunan drastis angka kematian dari 116 orang (2001). Pasien menjadi 71 orang (2003). Instalasi Sanitasi Rumah saat ini berada dibawah naungan IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit) dimana tenaga yang bertugas dalam pengelolaan limbah di RSUD Dr. Abdul Rivai berjumlah 21 orang. Instalasi ini di pimpin oleh 1 (satu) orang Kepala Instalasi dan membawahi beberapa Devisi yang dipimpin oleh 1 (satu) orang koordinator Devisi antara lain : Devisi Teknis Listrik dan Otomotif, Devisi Tekni Elektromedik, Devisi Bangunan, Devisi Penyediaan Gas Medis, Devisi Sanitasi, dan Administrasi IPSRS. Jumlah timbulan limbah medis padat untuk ruangan perawatan sebanyak 170 kg/hari.

51

Ruang

lingkup

Instalasi

Pemeliharaan

Sarana

dan

Prasarana Rumah Sakit meliputi : 1. Pemeliharaan dan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah rusak baik peralatan medis, nonmedis, bangunan, dan alat transportasi. 2. Pemeliharaan kebersihan 3. Pengelolaan limbah padat dan cair 4. Menyediakan kebutuhan listrik 5. Menyediakan kebutuhan air bersih

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Di RSUD Abdul Rivai berencana menambah SDM baru untuk pengelolaan limbah. Hal ini dikarenakan instalasi sanitasi yang masih bernaung dibawah Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana dimana berdasarkan sistem manajemen rumah sakit, Instalasi sanitasi seharusnya berdiri sendiri begitu pula dengan Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana. Sumber daya manusia yang mengelola limbah di RSUD Abdul Rivai terdiri dari : 1. Satu orang dengan kualifikasi S-1 Kesehatan Masyarakat 2. Dua orang dengan kualifikasi perkaya atas

52

3. Dua orang dengan kualifikasi D-3 Teknik 4. Lima orang dengan kualifikasi SMA 5. Tiga orang dengan kualifikasi SMK 6. Lima orang dengan kualifikasi STM 7. Satu orang dengan kualifikasi paket B 8. Dua orang dengan dengan kualifikasi SD Tugas dari masing-masing pengelola limbah adalah sebagai berikut : a. Koordinator bertugas memantau pelaksanaan pengelolaan limbah. Pemantauan dilakukan dengan cara berkeliling melihat pelaksanaan pengelolaan limbah.
b. Satu orang petugas dari instalasi IPSRS bertugas membakar

limbah medis dalam insinerator setelah limbah medis diangkut dari sumber limbah medis. Pembakaran dilakukan satu kali dalam sehari.
c. Dua orang petugas cleaning service bertugas mengambil dan

mengangkut limbah medis dari sumber penghasil limbah medis. Pengangkutan dilakukan rutin setiap hari sebanyak satu kali yaitu pada pukul 07.30 WITA atau paling lambat 07.30 WITA sudah dikeluarkan dari setiap sumbernya.

53

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pengelolaan limbah yang ada di RSUD Abdul Rivai terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana pengelolaan limbah Padat RSUD Abdul Rivai No. Sarana dan prasarana 1. Wadah/tempat penampungan sementara limbah medis 2. Troli/kendaraan pengangkut 3. Kantong plastik 4. Incinerator
Sumber : Profil Rumah Sakit 2011

Jumlah (buah) 170 1 45625 1

Sarana dan prasarana di RSUD Abdul Rivai terdiri dari 170 TPS limbah medis yang terdiri dari 9 buah diruang dahlia, 6 buah diruang flamboyan, 8 buah diruang anggrek, 6 buah diruang melati, 7 buah diruang bougenville, 4 buah diruang edelweis, 7 buah diruang chrysant, 4 buah diruang VK bersalin, 5 buah diruang perinatologi, dan 4 buah diruang ICU. Terdapat satu (1) buah troli/kendaraan pengangkut limbah yang digunakan untuk

mengangkut limbah dari masing-masing ruangan. Kantong plastik yang dianggarkan sebanyak 45625 lembar/tahunnya, dan satu (1) buah incinerator yang digunakan untuk memusnahkan limbah medis padat.

54

Alur Pengelolaan Limbah Padat RSUD Dr.Abdul Rivai Tanjung Redeb Nomor 445/121/IPSRS/IX/2010

Lingkungan Dalam Rumah Sakit Ruang/instalasi/unit 1. Ruang administrasi 2. Ruang kasir 3. Ruang poly 4. Ruang radiologi 5. Ruang IGD/fisioterapi 6. Ruang perencanaan /keperawatan/yanmed /promkes/ruang rapat 7. Ruang VIP/edelweiss
Limbah umum masing-masing ruangan Tong sampah umum masingmasing ruangan Mobil sampah Dinas Kesehatan Limbah Medis Tong sampah medis masingmasing ruangan Incinerator

55

Gambar 4.1 Alur Pengelolaan Limbah Padat RSUD Dr.Abdul Rivai Tanjung Redeb

B. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian diperoleh hasil pengelolaan limbah medis padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau sebagai berikut : 1. Jumlah timbulan limbah medis padat Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Abdul Rivai tentang pengelolaan limbah medis padat mengenai jumlah timbulan limbah medis padat perorang/hari dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Timbulan Limbah Medis Padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau tahun 2011

56

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Ruangan Dahlia Flamboyan Anggrek Melati Bougenvile Edelweiss Crysant VK Bersalin Perinatologi ICU

Jumlah TPS limbah medis 9 6 8 6 7 4 7 4 5 4

Volume total observasi (M atau Kg) 25 Kg 16 Kg 18 Kg 11 Kg 15 Kg 16 Kg 17 Kg 14 Kg 20 Kg 18 Kg 170 Kg

Volume ratarata perorang/hari (M atau Kg) 0,59 Kg 1 0,6 Kg Kg

1,57 Kg 0,58 Kg 2,28 Kg 0,89 Kg 3,5 Kg

1,33 Kg 4,5 Kg

Volume total standar (M atau Kg) 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org 0,35 Kg/org

Selisih (M atau Kg) 0,24 Kg 0,65 Kg 0,25 Kg 1,22 Kg 0,23 Kg 1,93 Kg 0,54 Kg 3,15 Kg 0,98 Kg 4,15 Kg 13,34 Kg

Jumlah 60 Sumber : Data Primer 2011

16,85 Kg

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ruangan penghasil limbah medis padat terbanyak adalah ruang dahlia yaitu sebanyak 25 Kg/hari dan ruangan penghasil limbah medis padat paling sedikit yaitu ruang melati sebanyak 11 Kg/hari. Rungan yang memiliki selisih volume limbah medis padat paling banyak dari volume standar yang telah ditentukan yaitu ruangan ICU sebesar 4,15 perorang/hari, dan ruangan yang memiliki selisih volume limbah paling sedikit dari standar yang telah ditentukan yaitu ruangan bougenville sebesar 0,23 kg perorang/hari. 2. Pengumpulan limbah medis padat

57

Dari hasil observasi diperoleh data pengumpulan limbah medis padat sebagai berikut : Table 4.3 Distribusi Pengumpulan Limbah Medis Padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau Tahun 2011
No. 1. Kegiatan Pengumpulan Tesedia tempat yang terpisah dengan sampah non medis Kontruksi tempat penampungan sementara bersifat tertutup, anti bocor, tahan karat, kedap air, permukaan yang halus, tersedia tiap radius 20 M dan mudah dibersihkan Sampah dikemas dalam kantong plastik khusus sesuai kategori limbah medis padat Pemberian label yang jelas pada setiap tempat penampungan sampah/limbah Untuk benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety box) Untuk limbah sitotoksik dan infeksius dibersihkan dengan larutan desinfektan terlebih dahulu sebelum dipergunakan kembali Kantong plastik yang sudah digunakan tidak dipergunakan lagi Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang TOTAL Ya Persentase (%) 100 100 Tidak Persentase (%) Total 100% 100%

2.

3. 4. 5. 6. 7. 8.

100

100 100 100

100% 100% 100% 100%

100 100 50

100% 100% 100%

50

Sumber : Data Primer 2011

58

Berdasarkan diperoleh hasil

observasi bahwa 50%

kegiatan kegiatan

pengumpulan pengumpulan

dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004, sedangkan 50% kegiatan pengumpulan tidak dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004. Oleh karena itu, kegiatan pengumpulan di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dapat

dikatakan tidak memenuhi syarat. 3. Pengangkutan limbah medis padat Dari hasil observasi diperoleh data

pengangkutan limbah medis padat sebagai berikut : Table 4.4 Distribusi Pengangkutan Limbah Medis Padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau Tahun 2011

No. 1.

Kegiatan Proses Pengangkutan

Ya

Persentase (%) 100

Tidak

Persentase (%)

Total 100%

Diangkut setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah terisi penuh Sampah/limbah tidak tercecer 2. selama proses pengangkutan Menggunakan troli khusus yang tertutup, permukaan dalam yang 3. rata,kedap air, mudah dibersihkan, mudah diisi dan dikosongkan Menggunakan APD berupa topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang (coverall), 4. apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan sarung tangan khusus 5. Mempunyai jalur tersendiri TOTAL Sumber : Data Primer 2011

100 100

100% 100%

100

100%

20

100 80

100% 100%

59

Berdasarkan observasi kegiatan pengangkutan diperoleh hasil bahwa 20% kegiatan pengangkutan dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004, sedangkan 80% kegiatan pengangkutan tidak dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004. Oleh karena itu, kegiatan pengumpulan di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dapat dikatakan tidak memenuhi syarat. 4. Pemusnahan akhir limbah medis padat Dari hasil observasi diperoleh data

pemusnahan akhir limbah medis padat sebagai berikut :

Table 4.5 Distribusi Pemusnahan akhir Limbah Medis Padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau Tahun 2011
Persentase (%) 100 Persentase (%)

No.

Kegiatan Pemusnahan Limbah medis padat dimusnahkan pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau sebelum 24 jam Metode pemusnahan dengan menggunakan incinerator Incinerator yang digunakan dilengkapi dengan peralatan pembersih gas Suhu yang digunakan >1000C Limbah hancur menjadi abu Abu dari limbah tersebut dialihkan ke landfill TOTAL

Ya

Tidak

Total

1.

100%

2. 3. 4. 5. 6.

100 100 3 100 100 100 50

100% 100% 100% 100% 100% 100%

50

60

Sumber : Data Primer 2011

Berdasarkan

observasi

kegiatan

pemusnahan

akhir

diperoleh hasil bahwa 50% kegiatan pemusnahan akhir dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004, sedangkan 50% kegiatan pemusnahan akhir tidak dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004. Oleh karena itu, kegiatan pemusnahan akhir di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dapat dikatakan tidak memenuhi syarat.

C. Pembahasan Limbah rumah sakit adalah semua sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit baik dalam bentuk padat, cair maupun gas. Sedangkan limbah medis padat rumah sakit adalah semua limbah medis rumah sakit yang berbentuk padat sebagai kegiatan rumah sakit. Menurut Depkes 2002, jenis limbah medis padat dapat digolongkan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung akibat

didalamnya yaitu limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah sitotoksik, limbah farmasi, limbah kimia, dan limbah radioaktif. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui

pengelolaan limbah medis padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung redeb Kabupaten Berau berdasarkan Kepmenkes RI No

61

1204/MENKES/SK/X/2004

tentang

persyaratan

kesehatan

lingkungan rumah sakit . Dengan desain penelitian deskriptif observasional, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit Abdul Rivai dengan empat titik objek penelitian yang meliputi timbulan limbah medis padat, pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan akhir.

Berdasarkan hasil observasi dan analisa data maka dilakukan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variabel yang diteliti. 1. Jumlah Timbulan Limbah Medis Padat Perhari. Sampah dirumah sakit adalah barang atau bahan buangan padat sebagai akibat aktifitas didalam rumah sakit, sehingga dibuang sebagai bahan yang tidak berguna (Prasetya, 2007). Ada beberapa hasil survei yang menunjukkan jenis limbah kesehatan yang biasa dihasilkan. Data dari beberapa survei

menunjukkan bahwa limbah layanan kesehatan yang dihasilkan berbeda bukan saja antar negara tetapi juga dalam suatu negara. Limbah yang dihasilkan bergantung pada banyak faktor, misalnya metode manajemen limbah yang berlaku, jenis institusi layanan kesehatan, spesialisasi rumah sakit, jumlah item yang dapat digunakan kembali yang dipakai rumah sakit, dan jumlah pasien rawat jalan (WHO, 2005).

62

Berdasarkan hasil observasi jumlah timbulan limbah medis padat yang dihasilkan perhari RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dengan jumlah tempat penampungan limbah medis padat berjumlah 60 buah yang terdiri dari 9 buah diruang dahlia, 6 buah diruang flamboyan, 8 buah diruang anggrek, 6 buah di ruang melati, 7 buah di ruang bougenville, 4 buah di ruang edelweis, 7 buah diruang chrysant, 4 buah diruang VK bersalin, 5 buah diruang perinatologi, dan 4 buah diruang ICU. Limbah medis padat perhari mencapai 170 kg perharinya, sampah tersebut ditangani oleh petugas pengelola limbah dibawah naungan IPRS rumah sakit itu sendiri. Banyaknya limbah medis padat yang dihasilkan tergantung dari banyaknya pasien yang dirawat serta banyak tidaknya kegiatan yang dilakukan di RSUD Abdul Rivai tersebut. Menurut Adisasmito (2009) rata-rata limbah medis padat yang dihasilkan untuk masing-masing individu yaitu 0,0012 m atau 0,35 kg per orang/hari. Di RSUD Abdul Rivai, rata-rata limbah medis padat yang dihasilkan masing-masing individu dalam ruang perawatan yaitu ruang dahlia 0,59 kg perorang/hari dengan selisih 0,24 kg dari volume standar yang ditentukan, ruang flamboyan 1 kg perorang/hari dengan selisih 0,65 kg dari volume standar yang ditentukan, ruang anggrek 0,6 kg perorang/hari dengan selisih 0,25 kg dari volume standar yang ditentukan, ruang melati 1,57 kg perorang/hari dengan selisih 1,22 kg dari volume standar yang ditentukan, ruang bougenville 0,58 kg perorang/hari dengan selisih 0,23 kg dari volume standar yang

63

ditentukan, ruang edelweis 2,28 kg perorang/hari dengan selisih 1,93 dari volume standar yang ditentukan, ruang chrysant 0,89 kg perorang/hari dengan selisih 0,54 kg dari volume standar yang ditentukan, ruang VK bersalin 3,5 kg perorang/hari dengan selisih 3,15 kg dari volume standar yang ditentukan, ruang perinatologi 1,33 kg perorang/hari dengan selisih 0,98kg dari volume standar yang

ditentukan, dan ruang ICU 4,5 kg perorang/hari dengan selisih 4,15 kg dari volume standar yang ditentukan. Dari keseluruhan ruang perawatan diperoleh total selisih limbah yaitu sebanyak 13,34 kg, dimana selisih limbah ini ditampung dan diolah esok harinya. Faktanya , limbah yang ditampung ini disimpan di area terbuka yakni daerah incinerator yang memungkinkan binatang masuk dan mejadi vektor penyakit, hal ini juga terlihat dari ditemukannya data sebanyak dua orang di ruang dahlia menderita infeksi nosokomial selama penelitian berlangsung. Hal ini sejalan dengan penelitian Burhanuddin (2000) di Jawa timur menunjukkan bahwa rumah sakit yang sanitasi lingkungannya tidak memenuhi standar Kepmenkes No 1204 Tahun 2004 akan mendukung meningkatnya kasus nosokomial. Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan

kesehatan di RS memasuki media lingkungan melalui air (air kotor dan air minum), udara makanan, alat atau benda, serangga, tenaga kesehatan dan media lainnya. Melalui media ini agen peyakit tersebut akan dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat RS yang rentan,

64

misalnya penderita yang dirawat atau yang berobat jalan, karyawan RS, pengunjung atau pengantar orang sakit, serta masyarakat sekitar RS. 2. Pegumpulan Limbah Medis Padat Proses pengumpulan limbah adalah tahap dimana seluruh limbah ditampung dengan menggunakan plastik khusus sesuai dengan kategori limbah. Untuk limbah benda tajam ditampung dalam tempat khusus (safety box). Limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan. Program rutin untuk pengumpulannya harus ditetapkan sebagai bagian dari rencana pengelolaan limbah layanan kesehatan (WHO, 2005). Berdasarkan observasi kegiatan pengumpulan diperoleh hasil bahwa 50% kegiatan pengumpulan dilakukan berdasarkan

Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004, sedangkan 50% kegiatan pengumpulan tidak dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004. Oleh karena itu, kegiatan pengumpulan di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dapat dikatakan tidak memenuhi syarat. Pengumpulan limbah medis padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau menggunakan tempat sampah plastik yang betutup dan bertuliskan limbah medis yang dilapisi dengan kantong plastik berwarna merah. Dalam Kepmenkes No 1204/MENKES/2004, kantong plastik berwarna merah digunakan untuk kategori limbah radioaktif, kuning untuk kategori limbah sangat infeksius, patologi dan anatomi, ungu untuk kategori limbah sitotoksis,

65

coklat untuk kategori limbah kimia dan farmasi. Namun dalam pelaksanaannya kantong plastik yang digunakan untuk menampung jenis limbah medis padat adalah sama. Hal ini dikarenakan susahnya memperoleh jenis plastik yang dimaksud yang langka dijual di pasaran. Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-masing jenis limbah medis padat sangat membantu dalam pengelolaan limbah medis padat karena memudahkan identifikasi dan pemisahan limbah medis padat berdasarkan karakteristiknya. Wadah yang digunakan untuk pengumpulan sementara limbah medis padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau telah sesuai dengan KepMenkes No

1204/MENKES/SK/X/2004 yaitu tertutup, anti bocor, tahan karat, kedap air, permukaan halus, tersedia tiap radius 20 M, dan mudah dibersihkan. Pada kenyataannya, masih ditemui sampah yang

bercampur, baik itu limbah medis padat didalam tempat sampah non medis atau sebaliknya sampah non medis yang dibuang ke tempat sampah medis. Perilaku para petugas dari masing-masing unit mempengaruhi proses pengumpulan limbah medis padat. Menurut Kepmenkes RI No 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan

terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

66

Hal ini sejalan dengan penelitian Paramitha (2007) tentang evaluasi pengelolaan sampah rumah sakit pusat angkatan darat Gatot Soebroto limbah benda tajam ditampung dalam box khusus agar limbah benda tajam tidak tercecer pada saat pengangkutan. Berdasarkan hasil observasi lapangan, pemisahan antara limbah benda tajam dan yang bukan benda tajam tidak dilakukan, sehingga limbah benda tajam yang seharusnya ditampung dalam box khusus disatukan dengan limbah medis padat lainnya sehingga kantong plastik yang digunakan rusak/robek yang memungkinkan limbah tercecer. Hal ini memungkinkan terjadinya cidera pada petugas saat pengangkutan limbah medis padat . Limbah yang tercecer yaitu limbah medis padat yang berukuran kecil seperti jarum suntik, kapas, kasa dan lain-lain. Akan tetapi limbah yang tercecer ini kemudian ditangani oleh petugas kebersihan yang kemudian mengumpulkan dan membuangnya di tempat sampah non medis atau tempat sampah yang berada didekatnya pada saat itu. Akibatnya limbah medis yang seharusnya diolah khusus menjadi terbuang bersama-sama limbah non medis yakni dibuang ke TPA. Hal ini yang memungkinkan resiko tertusuknya pemulung ketika memungut sampah dan pemakaian kembali barang yang bersifat infeksius tersebut. Sebaiknya, perlu adanya peningkatan anggaran pengelolaan limbah yakni penyediaan Safety box untuk menampung limbah benda tajam sesuai dengan standar Kepmenkes RI No 1204 tahun 2004. 3. Pengangkutan Limbah Medis Padat

67

Menurut Kepmenkes RI No 1204 tahun 2004, pengangkutan limbah medis padat dimulai dari pengosongan tempat sampah medis padat disetiap unit yang menghasilkan limbah medis dan diangkut menuju ke pembuangan akhir (incinerator). Berdasarkan observasi kegiatan pengangkutan diperoleh hasil bahwa 20% kegiatan pengangkutan dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004, sedangkan 80% kegiatan pengangkutan tidak dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004. Oleh karena itu, kegiatan pengumpulan di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dapat dikatakan tidak memenuhi syarat. Kegiatan pengangkutan limbah medis padat RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dilakukan oleh petugas pengumpul limbah. Menurut Kepmenkes RI No 1204/MENKES/SK/X/2004 terkait dengan limbah medis yang bersifat infeksius petugas di anjurkan menggunakan alat pelindung diri berupa topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang (coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, sarung tangan khusus. Namun dalam pelaksanaanya petugas pengumpul limbah hanya menggunakan topi, masker dan pelindung kaki/sepatu boot. Hal ini memungkinkan terjadinya cidera antara lain tertusuk jarum suntik karena tidak menggunakan sarung tangan khusus. Kekhawatiran muncul terutama terhadap penyakit HIV serta virus hepatitis B dan C karena ada bukti ade kuat yang menunjukkan bahwa virus tersebut ditularkan melalui limbah layanan kesehatan. Penularan

68

umumnya terjadi melalui cedera dari jarum spuit yang terkontaminasi darah manusia (WHO,2005). Hal ini sejalan dengan penelitian Hapsari (2010) tentang analisis pengelolaan sampah dengan pendekatan sistem di RSUD DR Moewardi surakarta yang mengatakan bahwa penggunaan APD yang lengkap mengurangi resiko tertusuk limbah benda tajam pada saat pengumpulan limbah medis padat. Berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004, pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup. Semua ikatan atau tutup kantong limbah harus berada ditempatnya dan masih utuh setibanya di akhir pengangkutan (WHO, 2005). Pengangkutan limbah medis padat di RSUD Abdul Rivai

Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dari masing-masing unit dilakukan tiap pagi sebelum jam 7 dengan menggunakan troli terbuka (kerangka bekas tempat tidur pasien) dimana limbah medis padat yang dikumpulkan dari masing-masing unit digantung di kerangka tersebut menuju ke incinerator. Jalur yang digunakan untuk mengangkut limbah medis padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau masih sama dengan jalur umum atau jalur yang biasa digunakan untuk pasien, pengunjung, makanan yang diantarkan untuk pasien, petugas, dan lain-lain. Hal ini yang memungkinkan terjadinya kontaminasi kuman-kuman penyakit yang ada dalam limbah medis padat tersebut. Jika kuman itu patogen maka dapat menyebabkan infeksi tehadap orang

69

yang disebut infeksi nosokomial, yang mana infeksi ini didapatkan ketika berada dirumah sakit ketika pasien dirawat. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya dua orang diruang dahlia menderita infeksi nosokomial selama penelitian berlangsung. Apalagi troli limbah medis padat yang

digunakan tidak tertutup sehingga kuman-kuman penyakit yang ada pada limbah medis padat yang bersifat infeksius bisa menyebar pada saat

pengangkutan dilakukan. Tidak adanya troli tertutup ini karena kurangnya perhatian terhadap pengelolaan limbah medis padat di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau sehingga anggaran untuk pengelolaan limbah medis diminimalkan.

4. Pemusnahan Akhir Limbah Medis Padat Insinerasi merupakan suatu proses pembakaran yang terkontrol. Insinerasi limbah medis padat dirancang untuk dioperasionalkan dalam kondisi tertentu dengan maksud memaksimalkan penghancuran oleh panas terhadap limbah medis padat. Berdasarkan observasi kegiatan pemusnahan akhir diperoleh hasil bahwa 50% kegiatan pemusnahan akhir dilakukan berdasarkan

Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004, sedangkan 50% kegiatan pemusnahan akhir tidak dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004. Oleh karena itu, kegiatan pemusnahan akhir di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dapat dikatakan tidak memenuhi syarat.

70

Pada proses pemusnahan akhir limbah medis padat dibakar dengan incinerator. Namun dalam pelaksanaannya, saat ada kerusakan pada incinerator, limbah medis padat di bakar dalam incinerator dengan cara manual dengan menggunakan bensin dan korek api. Jenis incinerator yang digunakan diRSUD Abdul Rivai adalah jenis incinerator bilik tunggal. Sesuai dengan buku pedoman WHO (2005), incinerator jenis ini beroperasi dengan suhu insinerasi 300-400 C dengan kapasitas incinerator 100-200 Kg/hari. Pembakaran diRSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dilakukan sekali dalam sehari. Sisa limbah yang belum terbakar disisihkan dan dibakar besok bersama limbah lainya dan begitu seterusya. Sesuai dengan Kepmenkes RI No1204 tahun 2004 tentang

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang. Namun dalam pelaksanaanya limbah medis padat disimpan disekitar area pembakaran incinerator begitu saja sehingga resiko binatang seperti kucing atau manusia dapat masuk menjangkau limbah medis padat tersebut. Binatang ini juga dapat menjadi vektor penyebar penyakit terhadap makanan pasien. Sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk pembakaran limbah medis ini panasnya harus mencapai suhu 1000-

1200C. maka diperlukan dua ruangan agar suhunya bisa sesuai standar. Dengan suhu tinggi ini pembakaran tidak menghasilkan asap. Hasil akhirnya berupa abu yang dialirkan ke IPAL (instalasi pegelolaan limbah).

71

Proses pemusnahan akhir di RSUD Abdul Rivai Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau dengan suhu pembakaran yang kurang dari 1000C tidak dapat menghancurkan semua bahan sitotoksik, hasil sisa bakaran yang tidak sepenuhnya hancur kemudian di kumpulkan dan dimasukkan dalam karung kemudian digudangkan. Sesuai dengan WHO (2005), pada proses insinerasi limbah yang berbahan plastik terhalogensi tidak boleh dimusnahkan dengan metode ini karena gas buangannya mungkin mengandung asam hidroklorat dan dioksin. Di RSUD Abdul Rivai limbah medis padat yang bersifat plastik seperti botol infus disisihkan dan tidak dimusnahkan dalam incinerator melainkan langsung digudangkan. Pembakaran pada suhu rendah juga dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara. Hal ini terjadi karena tidak ada

prediksi untuk kerusakan incinerator, dimana tidak masuk dalam perencanaan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit sehingga

pada saat rusak tidak ada dana untuk menginsinerasi limbah medis padat ke rumah sakit secara optimal. Semua jenis incinerator, jika dioperasikan dengan benar, dapat lain yang mempunyai incinerator yang dapat bekerja

memusnahkan patogen dari limbah dan mengurangi kuantitas limbah menjadi abu. Namun, beberapa jenis limbah layanan kesehatan, misalnya, limbah sediaan farmasi atau bahan kimia, memerlukan suhu yang lebih tinggi untuk pemusnahannya secara keseluruhan. Suhu operasionalisasi yang lebih tinggi dan pembersihannya gas buangan dapat menekan

72

pencemaran udara dan bau yang dihasilkan oleh proses insinerasi (WHO,2005).

You might also like