You are on page 1of 48

Dinamika Penduduk dan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi yang dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu telah berhasil menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga mampu menghambat laju pertumbuhan penduduk dari 2,3% pada periode 1971-1980 menjadi 1,4% per tahun pada periode 1990-2000. Walaupun demikian, jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah. Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara perlahan. Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar sehingga memerlukan investasi sosial dan ekonomi yang besar pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan. Daerah yang berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk menghadapi tantangan baru dimana peningkatan yang pesat dari proporsi penduduk usia kerja akan berdampak pada tuntutan perluasan kesempatan kerja. Disamping itu telah terjadi pergeseran permintaan tenaga kerja dengan penguasaan teknologi dan matematika, yang mampu berkomunikasi, serta mempunyai daya saing tinggi di era globalisasi. Kesemuanya ini berkaitan dengan program bagaimana menyiapkan calon pekerja agar mempunyai kualitas tinggi, dengan ketrampilan yang memadai. Saat ini setiap tahunnya terjadi kelahiran sekitar 4,5 juta bayi. Bayi-bayi ini akan berkembang dan mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan peningkatan usianya. Pada saat ini dari 100 persen anak-anak yang masuk sekolah dasar, 50% diantaranya tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi setelah lulus SMP. Mereka akan putus sekolah dan menuntut pekerjaan padahal tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sempitnya lapangan kerja membuat para pemuda-pemudi putus sekolah menciptakan pekerjaannya sendiri di sektor informal. Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jadi aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini. Daerah miskin sering ditinggalkan penduduknya untuk bermigrasi ke tempat lain dengan alasan mencari kerja. Mereka dapat berpindah secara permanen, menjadi migran ulang-alik, menjadi migran sirkuler yakni bekerja di tempat lain dan pulang ke rumahnya sekali dalam beberapa minggu atau beberapa bulan, atau menjadi migran musiman, misalnya bekerja di kota setelah musim tanam dan musim panen.

Kemiskinan berkaitan erat dengan kemampuan mengakses pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori.Dengan demikian penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular, seperti diare, penyakit lever, dan TBC.Selain itu, masyarakat juga menderita penyakit kekurangan gizi termasuk busung lapar, anemi terutama pada bayi, anak-anak, dan ibu hamil.Kematian bayi adalah konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan ini (kekurangan gizi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi). Keluarga mempunyai tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar anggotanya seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup.Oleh karenanya diperlukan pemberdayaan keluarga terutama melalui peningkatan akses terhadap informasi tentang permasalahan ini. Kesimpulannya adalah bahwa pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran. Modul dalam situs ini membuka wawasan tetang bagaimana aspek-aspek demografi dapat diangkat dalam sebuah perencanaan program pembangunan di tingkat kabupaten dan kota. Masing-masing modul akan terkait dengan pemilihan indikator demografi serta data kependudukan yang tepat untuk kepentingan tersebut. Struktur Penduduk Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar. Data tentang jumlah penduduk dapat diketahui dari hasil Sensus Penduduk (SP). Sensus penduduk yang telah dilakukan selama ini adalah SP 1930, SP 1961, SP 1971, SP 1980, SP 1990, dan yang terakhir adalah Sensus Penduduk 2000. Untuk memenuhi kebutuhan data antara dua sensus, Badan Pusat Statistik melaksanakan Survey Penduduk Antar Sensus (Supas) tiap-tiap tahun yang akhiran dengan angka lima, kecuali Supas 1976. Selama ini telah dilaksanakan Supas 1985, Supas 1995 dan yang terakhir adalah Supas 2005. Informasi tentang jumlah penduduk serta komposisi penduduk menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dll. penting diketahui terutama untuk mengembangkan perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dll. yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia. Bagian ini akan membahas tentang karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin, serta karakteristik penduduk menurut persebaran tempat tinggal, dan pertumbuhan penduduk. Konsep & Definisi Index Artikel

Konsep & Definisi Digital Preference Penduduk Muda dan Tua Umur Penduduk Karakteristik Penduduk Kegunaan Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik Indikator penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur pendudukdapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. Misalnya Ani lahir pada bulan Januari tahun 1998 dan Sensus 2000 dilaksanakan pada bulan Juli. Jadi pada saat Sensus 2000 dilaksanakan Ani berusia 2 tahun 6 bulan, tetapi dalam perhitungan demografi Ani dicatat sebagai berumur 2 tahun saja.

Halaman 1 dari 6

Digital Preference
Sensus maupun survey yang dilaksanakan di Indonesia mencatat adanya digital preferenceyakni kecenderungan penduduk menyebut umurnya dengan angka berakhiran 0 atau 5.Hal ini menyebabkan penumpukan penduduk dengan umur-umur berakhiran 0 dan 5 (age heaping), sebaliknya terdapat kekurangan cacah pada umur-umur lain terutama umur yang berakhiran 1, 4, 6, dan 9. Untuk menanggulangi hal ini demografer memakai struktur umur yang dikelompokkan dalam umur lima tahunan yakni : 0-4 ; 5-9 ; 10-14 ; 15-19; 20-24; 25-29; 30-34; 35-39; 40-44; 45-49; 50-54; 55-59; 60-64; 65-69; 70-74; 75 tahun ke atas. Catatan: harap diperhatikan bahwa penulisan kelompok umur adalah 0-4, 5-9 dst, dan bukan 0-5, 6-10 dll. Penulisan pengelompokan 0-4 berarti kelompok penduduk umur 0 sampai dengan umur 4 tahun 11 bulan 29 hari, yakni tepat sehari sebelum umur 5 tahun. Demikian juga untuk usia 9, 14 dst. Ini berkaitan dengan definisi umur saat ulang tahun terkahir yang telah diterangkan sebelumnya. Penduduk Muda dan Penduduk Tua Pengelompokkan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk mudaapabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tuaapabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk. Suatu bangsa yang mempunyai karakteristik penduduk muda akan mempunyai beban besar dalam investasi sosial untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi anak-anak dibawah 15 tahun ini. Dalam hal ini pemerintah harus membangun sarana dan prasarana pelayanan dasar mulai dari perawatan Ibu hamil dan kelahiran bayi, bidan dan tenaga kesehatan lainnya, sarana untuk tumbuh kembang anak termasuk penyediaan imunisasi, penyediaan pendidikan anak usia dini, sekolah dasar termasuk guru-guru dan sarana sekolah yang lain.

Sebaliknya bangsa dengan ciri penduduk tua akan mengalami beban yang cukup besar dalam pembayaran pensiun, perawatan kesehatan fisik dan kejiwaan lanjut usia (lansia), pengaturan tempat tinggal dan lain lain. Penduduk Indonesia belum dianggap sebagai penduduk tua karena persen penduduk diatas 65 tahun masih kecil, namun karena jumlah penduduk yang besar, maka jumlah orang tua juga cukup besar untuk memperoleh perhatian dari pemerintah pusat maupun lokal. Karakteristik Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik penduduk menurut umur dapat ditabulasi silang dengan jenis kelamin atau dapat juga ditabulasi silang dengan karakteristik sosial misalnya penduduk menurut umur dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk menurut umur dengan tempat tinggal, penduduk menurut umur dengan status pekerjaan dll. Di bawah ini adalah Tabel jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP 2000 yang dikelompokkan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan menurut kelompok umur 5 tahunan.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia menurut Umur dan Jenis Kelamin, (dalam ribuan) Kel. Umur Laki-laki Perempuan Total Rasio Jenis Kelamin 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 10188,7 11157,3 10824,1 10652,3 9759,0 9135,4 8455,4 7537,0 6495,3 5170,3 3880,6 2995,3 9832,7 20021,4 10788,9 21946,2 10413,9 21238,0 10611,7 21264,0 10333,2 20092,2 9596,1 18731,5 8507,0 16962,4 7454,4 14991,4 6143,6 12638,9 4689,9 3625,7 2941,5 9860,2 7506,3 5936,8 104 103 104 100 94 95 99 101 106 110 107 102

60-64 65-69 70-74 75+

2481,5 1810,6 1267,6 1369,2

2592,1 2012,2 1392,3 1728,2

5073,6 3822,8 2659,9 3097,4

96 90 91 79 101

Jumlah 103179,9

102663,4 205843,3

Sumber: SP2000, BPS 2005, (Data Dirapihkan)

Kegunaan Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-4 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Juga dapat dilihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15-64 tahun. Selain itu, dalam pembangunan berwawasan jender, penting juga mengetahui informasi tentang berapa jumlah penduduk perempuan terutama yang termasuk dalam kelompok usia reproduksi (usia 15-49 tahun), partisipasi penduduk perempuan menurut umur dalam pendidikan, dalam pekerjaan dll. Indikator Karakteristik Penduduk Indikator penting tentang umur dan jenis kelamin maupun jumlah penduduk adalah: 1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) 2. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) 3. Tingkat pertumbuhan penduduk

Rasio Jenis Kelamin Halaman 1 dari 4 Definisi Index Artikel Rasio Jenis Kelamin Cara Menghitung Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan jumlah penduduk Data yang diperlukan laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk Contoh perempuan. Kegunaan Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Cara Menghitung RJK diperoleh dengan membagi jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dan hasilnya dikalikan dengan 100. Rumus

dimana RJK adalah rasio jenis kelamin L adalah jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada suatu waktu P adalah jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada suatu waktu K =100 penduduk perempuan. Data yang diperlukan Jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan di daerah yang sama untuk suatu tahun tertentu. Sumber Data

Tabulasi penduduk menururt jenis kelamin dari Sensus Penduduk, Supas atau Susenas dan lain lain. Contoh Jumlah penduduk laki-laki menurut Sensus Penduduk tahun 2000 adalah 103,179,900 orang, dan jumlah penduduk perempuan dari data yang sama adalah 102,663,400 orang. Jadi rasio jenis kelamin Penduduk Indonesia tahun 2000 adalah 101.Artinya, tiap tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 101 penduduk laki-laki.

Rasio jenis kelamin lebih dari seratus untuk Indonesia baru pertama kali terjadi pada tahun 2000 ini.Sebelumnya rasio jenis kelamin berada sedikit dibawah 100, misalnya 98 atau 97.Artinya untuk tiap 100 penduduk perempuanhanya ada 97 atau 98 penduduk laki-laki.Di daerah di mana diperlukan banyak tenaga laki-laki untuk bekerja seperti di daerah pertambangan mempunyai rasio jenis kelamin lebih tinggi dari 100, artinya di daerah itu terdapat penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Daerah yang ditinggalkan merantau oleh para laki-laki cenderung mempunyai rasio jenis kelamin dibawah 100 yang menunjukkan jumlah perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki.

Rasio jenis kelamin dapat diamati menurut umur penduduk. Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa rasio jenis kelamin penduduk dibawah usia 14 tahun berada diatas angka 100. Artinya ada kemungkinan bahwa lebih banyak anak laki-laki yang dilaporkan dalam sensus dibanding anak perempuan. Di daerah dimana anak laki-laki lebih disukai dibanding anak perempuan (son preference) seperti di kalangan masyarakat Batak, di India atau China misalnya, rasio jenis kelamin anak-anak selalu diatas 100, karena ada kecenderungan kekurangan pelaporan (under-reporting) anak perempuan. Rasio Ketergantungan Halaman 1 dari 5 Konsep Index Artikel Rasio Ketergantungan Definisi Cara Menghitung Contoh Interpretasi

Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Definisi

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakniRasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
y y

Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun. Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.

Kegunaan Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang.Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting.Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Cara Menghitung Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun). Rumus

Dimana RKTotal = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua RKMuda = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda RKTua = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua P(0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun) P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas) P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun) Cara Menghitung Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun). Rumus

Dimana RKTotal = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua RKMuda = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda RKTua = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua P(0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun) P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas) P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun) Contoh

Untuk memudahkan pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2000 (lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas). Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur Tua, Tahun 2000 Kel. Umur 0-14 15-64 65+ Jumlah Penduduk 63 206 000 13 3057 000 9 580 000

Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh.Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan Total Tahun 2000 Keterangan RKTot RKMuda RKTua Interpretasi Rasio Ketergantungan 54,7 47,0 7,2

Dari contoh perhitungan di atas, rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 54.7 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 47,0 persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,2 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua. Rasio ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat sensus 1971. Pada tahun 1971 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100 penduduk usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir. Piramida Penduduk Index Artikel

Piramida Penduduk Kegunaan Konsep Sumber Data Contoh Piramida Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur. Piramida Penduduk Halaman 1 dari 5 Konsep Index Artikel Piramida Penduduk Kegunaan Sumber Data Contoh Piramida

Halaman 1 dari 5

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur. Kegunaan

Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh penurunan kelahiran dan penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu. Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara umum, yaitu: 1. Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu. 2. Piramida penduduk yang berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di waktu yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan proporsi penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa dan menjadi tua lebih sedkit. 3. Piramida penduduk dengan badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih kecil dan dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya. Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar

penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah hasil Sensus Penduduk (SP). Untuk membuat piramida penduduk berdasarkan data SP, data yang dibutuhkanadalah jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur 5 tahunan : 0-4; 5-9; 10-14; 1519; 20-24; 25-29; 30-34; 35-39; 40-44; 45-49; 50-54; 55-59; 60-64; 65-69; 70-74; 75 tahun ke atas. Contoh Gambar Piramida Penduduk Indonesia, SP 2000 (data dirapikan)

Interpretasi Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sebagaimana tertera di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur dibawah 9 tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran selama 10 tahun yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah penduduk diatas 9 tahun menunjukkan jumlah yang membengkak pada badan priamida penduduk. Ini menunjukkan besarnya penduduk yang mencapai usia kerja.

Berikut Piramida Penduduk Indonesia berdasarkan data Sensus Penduduk 1971-2000 Piramida Penduduk Indonesia berdasarkan data SP 1971

Piramida Penduduk Indonesia berdasarkan data SP 1980

Piramida Penduduk Indonesia berdasarkan data SP 1990

Piramida Penduduk Indonesia berdasarkan data SP 2000

Keempat piramida di atas menunjukkan adanya perubahan struktur umur penduduk yang pada tahun 1971 melebar di bawah yang berarti masih banyaknya jumlah penduduk muda ( umur 0-14 tahun), dan sejalan dengan pertambahan tahun bentuk piramida semakin cembung di tengah dan semakin sempit di bagian bawah yang berati jumlah penduduk muda semakin turun, sedangkan jumlah penduduk dewasa semakin meningkat, juga bagian atas piramida yang sedikit melebar menunjukkan semakin banyaknya jumlah penduduk lanjut usia (umur 65 tahun ke atas). Pertumbuhan Penduduk Index Artikel Pertumbuhan Penduduk Cara Menghitung Definisi Contoh Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000. Kegunaan Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut Halaman 1 dari 3

umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi.

Cara Menghitung Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt ). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk). Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk ( rate of growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya: Pt = P0 (1+r)t Dimana P0 adalah jumlah penduduk awal Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian r adalah tingkat pertumbuhan penduduk t adalah jumlah tahun dari 0 ke t. Contoh dan Sumber Data Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara geometric (Geometric Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah: Pt = P2000 P0 = P1995 t = 205,8 juta ; = 194,7 juta ; = 2000 - 1995 = 5 tahun

Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka: 205.800.000 log (205.800.000 / 194.700.000) --------------------------------------5 = 194.700.000 * ( 1+ r) 5

= log (1+ r)

0,0048 10 0,048 1,0111 r

= log (1 + r) = 1+r = 1 + r = 0,0111

Interpretasi Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang. Contoh dan Sumber Data Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara geometric (Geometric Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah: Pt = P2000 P0 = P1995 t = 205,8 juta ; = 194,7 juta ; = 2000 - 1995 = 5 tahun

Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka: 205.800.000 log (205.800.000 / 194.700.000) --------------------------------------5 0,0048 10 0,048 1,0111 r = 194.700.000 * ( 1+ r) 5

= log (1+ r)

= log (1 + r) = 1+r = 1 + r = 0,0111

Interpretasi Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang. Contoh dan Sumber Data Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara geometric (Geometric Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah: Pt = P2000 P0 = P1995 t = 205,8 juta ; = 194,7 juta ; = 2000 - 1995 = 5 tahun

Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka: 205.800.000 log (205.800.000 / 194.700.000) --------------------------------------5 0,0048 10 0,048 1,0111 r = 194.700.000 * ( 1+ r) 5

= log (1+ r)

= log (1 + r) = 1+r = 1 + r = 0,0111

Interpretasi Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang. Contoh dan Sumber Data

Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara geometric (Geometric Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah: Pt = P2000 P0 = P1995 t = 205,8 juta ; = 194,7 juta ; = 2000 - 1995 = 5 tahun

Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka: 205.800.000 log (205.800.000 / 194.700.000) --------------------------------------5 0,0048 10 0,048 1,0111 r = 194.700.000 * ( 1+ r) 5

= log (1+ r)

= log (1 + r) = 1+r = 1 + r = 0,0111

Interpretasi Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang. Persebaran Penduduk Halaman 1 dari 4 Index Artikel Persebaran Penduduk Kegunaan Konsep Indikator Persebaran Penduduk Contoh Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di beberapa pulau besar dan pulau-

pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis), penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota. Kegunaan Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa.Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak.Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang terkonsentrasi di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Ini menyebabkan kepadatan pulau Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di pulau-pulau lain. Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan programprogram untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain. Indikator Persebaran Penduduk. Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya dukung (carrying capacity) suatu wilayah.Indikator yang umum dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk(density ratio) yaitu rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun tertentu. Rumus Rasio Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk Luas wilayah (km2)

Contoh Indonesia pada tahun 2000 dengan luas wilayah 1.937.179 km2 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 205.843.300 orang.Dengan menggunakan rumus Rasio Kepadatan Penduduk diperoleh angka pada tahun 2000 sebesar 109.Artinya, tiap km2 wilayah Indonesia dihuni oleh 109 orang penduduk. Bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk menurut pulau/propinsi, kepadatan nasional masih lebih rendah dibandingkan pulau Jawa yaitu 951 pada tahun 2000.Di wilayah DKI terdapat kecamatan atau kelurahan dengan kepadatan penduduk diatas 15.000 orang per kilometer persegi. Wilayah padat ini tentunya memerlukan perhatian pemerintah sehubungan dengan kelayakan dan martabat hidup penduduknya

Fertilitas Index Artikel Fertilitas Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah Pengaruh Program KB jumlah penduduk disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi Kelahiran Masih Banyak membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh Konsep Dasar kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gisi dan Fertilitas vs Fekunditas kecukupan kalori, perawatan kesehatan. Pada gilirannya, bayi ini Ilustrasi akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut Indikator Fertilitas pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan akan tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah dan melahirkan bayi. Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima belas tahun kemudian bayi-bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur. Pengaruh Program KB pada Penurunan Rasio Ketergantungan Pemerintah Indonesia telah berhasil melaksanakan program keluarga berencana sejak tahun 1971, yang ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas dari 5,6 anak pada tahuntahun 1970-an menjadi 2,4 anak per wanita menjelang tahun 2000. Sementara itu program kesehatan juga telah mampu meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia yang ditandai dengan penurunan tingkat kematian bayi dan peningkatan harapan hidup penduduk Indonesia. Kejadian ini menyebabkan terjadinya transisi demografi dalam jangka waktu lama yang berdampak pada perubahan struktur umur penduduk dan berkurangnya proporsi anak-anak dibawah usia 15 tahun. Sebelum program KB dilaksanakan, angka ketergantungan penduduk Indonesia adalah 86 anak per 100 penduduk usia kerja. Artinya, pada tahun 1970-an setiap 100 pekerja mempunyai 86 anak yang menjadi tanggungannya. Pada tahun 2000 angka ketergantungan menurun menjadi 55 per 100 penduduk usia kerja. Jadi program KB selama ini telah mampu mengurangi beban penduduk usia kerja untuk menanggung anak-anak. Jumlah Kelahiran Setiap Tahun Masih Besar Meskipun tingkat fertilitas sudah menurun, kalau jumlah ibunya besar, sebagai akibat tingkat kelahiran yang tinggi dimasa lalu serta perbaikan kesehatan, maka jumlah bayi yang lahir setelah tahun 2000 masih tetap banyak jumlahnya. Tiap tiap tahun jumlah kelahiran bayi di Indonesia mencapai sekitar 4,5 juta bayi. Di kabupaten atau kota yang masih mempunyai tingkat fertilitas tinggi atau yang KB-nya kurang berhasil, jumlah bayi yang lahir tiap tahunnya akan lebih banyak dibandingkan dengan kabupaten atau kota Halaman 1 dari 7

yang program KB-nya berhasil menurunkan tingkat fertilitas. Kabupaten atau kota yang masih mempunyai jumlah kelahiran yang besar akan menghadapi konsekuensi pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar atas kelahiran bayi-bayi ini, saat ini dan seterusnya sampai bayi-bayi ini mendapatkan perkejaan dan menjadi Ibu yang melahirkan generasi penerus. Pengetahuan tentang fertilitas atau kelahiran dan KB serta indikator-indikatornya sangat berguna bagi para penentu kebijakan dan perencana program untuk merencanakan pembangunan sosial terutama kesejahteraan Ibu dan anak.

Konsep Dasar Definisi "Lahir Hidup" Konsep fertilitas hanya menghitung jumlah bayi yang lahir hidup.Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendefinisikan kelahiran hidup sebagai peristiwa kelahiran bayi, tanpa memperhitungkan lamanya berada dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan; misalnya bernafas, ada denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot. Dengan demikian, peristiwa bayi yang lahir dalam keadaan tidak hidup/meninggal (still birth) tidak dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Untuk bayi yang lahir hidup tetapi kemudian meninggal, beberapa saat setelah lahir atau dikemudian hari, kelahiran hidup ini tetap dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Tidak termasuk sebagai kelahiran hidup adalah peristiwa keguguran atau bayi yang lahir dalam keadaan meninggal (lahir mati). Fertilitas vs Fekunditas Istilah fertilitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan kelahiran hidup.Sementara itu, fekunditas berarti potensi seorang wanita untuk menjadi hamil.Berbeda dengan fertilitas, fekunditas berkaitan dengan potensi untuk melahirkan, tanpa memperhatikan apakah seorang wanita benar-benar melahirkan seorang anak atau tidak. Ilustrasi Saya dan teman saya Eri dan Nani kebetulan hamil pada saat yang bersamaan.Eri tidak memiliki biaya untuk memeriksakan kandungannya, sedangkan Nani lebih suka memeriksakan kandungannya ke dukun.Saya melahirkan bayi dengan selamat, bayinya sehat dan lucu. Eri kemudian melahirkan bayi dalam keadaan hidup tetapi satu jam setelah lahir, bayinya meninggal karena lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Nani juga kurang beruntung karena bayinya tidak bernyawa pada saat dilahirkan. Dalam proses melahirkan Nani mengalami komplikasi dan akibatnya ia mengalami perdarahan hebat. Ia terlambat dirujuk ke rumah sakit karena keluarganya menunggu ijin dari suaminya. Akhirnya Nani meninggal dunia.

Karena dalam perhitungan tingkat fertilitas yang dihitung adalah jumlah bayi yang lahir hidup, maka dalam kasus di atas yang harus dihitung dan dicatat serta dilaporkan sebagai kelahiran adalah bayi saya dan bayinya Eri. Dalam demografi, bayi Eri harus dihitung sebagai kelahiran karena lahir dalam keadaan hidup meskipun beberapa saat kemudian meninggal. Bayi Nani tidak termasuk sebagai kelahiran hidup dan tidak diperhitungkan dalam perhitungan tingkat kelahiran. Indikator Fertilitas Angka Kelahiran Tahunan (current fertility) a.JumlahKelahiran b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate CBR) c. Angka Kelahiran Menurut Umur d. Angka fertilitas Total 2. Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) a. Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born(CEB) b. Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL) c. Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR). 3. Paritas 4. Keluarga Berencana a. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR) b. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB (Unmet-need) Angka Kelahiran Tahunan Konsep Angka Kelahiran Tahunan Indikator angka kelahiran tahunan mencerminkan tingkat kelahiran pada suatu waktu atau tahun tertentu. Secara umum, angka ini merupakan ukuran berapa banyaknya bayi yang lahir dibandingkan dengan jumlah perempuan usia subur, pada suatu tahun tertentu untuk daerah tertentu. Indikator Angka Kelahiran tahunan merupakan cerminan kelahiran dalam bentuk kerat lintang (cross section) dan bukan bersifat longitudinal atau historis Jumlah Kelahiran Halaman 1 dari 4 Definisi Index Artikel Jumlah Kelahiran Cara Menghitung Jumlah kelahiran adalah banyaknya kelahiran hidup yang terjadi pada Contoh Keterbatasan waktu tertentu di wilayah tertentu. Kegunaan Informasi tentang jumlah kelahiran bermanfaat untuk perencanaan pembangunan 1.

berbagai fasilitas yang dibutuhkan khususnya pengembangan fasilitas kesehatan ibu dan anak, baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Selain itu, data tentang jumlah kelahiran merupakan dasar untuk perhitungan berbagai indikator fertilitas seperti Angka Kelahiran Kasar, Angka Kelahiran Menurut Umur, Angka Fertilitas Total, Angka Reproduksi Bersih, dan Rasio Anak Wanita. Angka ini antara lain dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan jumlah kebutuhan fasilitas kesehatan yang akan dibutuhkan oleh Ibu hamil maupun bayi-bayi yang lahir tersebut. Cara Menghitung Menjumlahkan seluruh kelahiran hidup yang terjadi di suatu wilayah dalam satu tahun tertentu. Data yang diperlukan Jumlah kelahiran hidup dalam suatu wilayah tertentu pada tahun tertentu. Sumber data

Data tentang jumlah kelahiran dapat diperoleh dari hasil sensus penduduk, registrasi vital, atau survei-survei. Namun, jumlah kelahiran juga dapat diestimasi secara tidak langsung dengan menggunakan informasi lain seperti jumlah anak lahir hidup (children ever born) dengan menggunakan piranti lunak (software) demografi seperti mortpacklite. Contoh Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tidak menanyakan apakah ada kelahiran dalam rumah tangga selama 12 bulan sebelum survei, maka perhitungan jumlah kelahiran dihitung secara tidak langsung dengan menggunakan program mortpack-lite melalui data jumlah anak yang dilahirkan selama hidup Ibu (children ever born). Perhitungan secara tidak langsung ini memperoleh jumlah kelahiran sebesar 4.415.122 bayi. Intepretasi Bagi Indonesia kelahiran sebanyak 4.415.122 bayi berarti tambahan penduduk sebesar 4,4 juta jiwa. Namun, tidak semua bayi yang lahir ini akan terus hidup, dari setiap 1000 bayi, 35 akan meninggal sebelum berumur satu tahun. Bayi yang tetap hidup sampai usia dewasa akan menuntut berbagai kebutuhan pelayanan dasar yang harus disediakan oleh pemerintah. Keterbatasan

Dalam perhitungan jumlah kelahiran seharusnya yang dihitung adalah semua kelahiran hidup. Namun, seringkali terjadi kekurangan pencatatan (under-estimate) karena penduduk tidak melaporkan kelahiran bayi yang hidup tetapi kemudian meninggal, termasuk bayi-bayi yang belum diberi nama. Hal ini sering terjadi akibat ketidaktahuan penduduk dan orang yang membantu proses kelahiran. Dalam prakteknya tidak semua kelahiran ditangani oleh tenaga medis, yang dapat mengakibatkan terjadinya salah menafsirkan kelahiran yang sebenarnya hidup sebagai kelahiran mati. Di sisi lain, salah penafsiran dapat juga terjadi pada kelahiran mati yang dinyatakan sebagai kelahiran hidup. Hal ini dapat menimbulkan kelebihan perkiraan (over-estimate) jumlah kelahiran.

Crude Birth Rate Halaman 1 dari 5 Index Artikel Crude Birth Rate

Definisi

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang Cara Menghitung menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 Data Yang Diperlukan penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Kegunaan
Contoh

Untuk mengetahui tingkat kelahiran yang terjadi di suatu daerah Keterbatasan tertentu pada waktu tertentu.

Cara Menghitung Angka Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu (B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P).

Rumusadalah CBR = B/P x 1000

CBR= Angka Kelahiran Kasar B = Jumlah kelahiran P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P = (Po + P1)/2, Po = jumlah penduduk pada awal tahun dan P1 = jumlah penduduk pada akhir tahun.

Data yang Diperlukan Jumlah kelahiran dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun di suatu wilayah. Jika tidak dapat diketahui data mengenai jumlah penduduk pada pertengahan tahun maka dapat digunakan data jumlah penduduk pada tahun tertentu. Sumber Data Data tentang jumlah kelahiran dan jumlah penduduk dapat diperoleh dari hasil sensus penduduk, registrasi vital, atau survei-survei tentang fertilitas. Dari Susenas, data tentang jumlah penduduk dapat diperoleh dari pertanyaan 3 dalam kuesioner pokok pada Seksi II Keterangan Rumahtangga. Data tentang jumlah kelahiran hidup dapat diestimasi secara tidak langsung dari data jumlah anak lahir hidup dengan menggunakan piranti lunak mortpack-lite. Contoh Seperti dijelaskan dalam bagian Jumlah Kelahiran, jumlah kelahiran berdasarkan Susenas 2004 dapat diestimasi secara tidak langsung dengan program mortpack-lite dengan menggunakan data anak lahir hidup (children ever born). Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 4.415.122 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk sebesar 217.072.346 maka:

CBR = 4415122/217072346 x 1000


CBR = 20,3 Interpretasi Pada contoh disebutkan perhitungan CBR Indonesia menurut data susenas 2004 adalah sebesar 20, yang artinya terdapat 20 kelahiran per 1000 penduduk Indonesia pada tahun 2004. Keterbatasan Perhitungan CBR ini sederhana, mudah dihitung tetapi kasar. Perhitungan ini disebut perhitungan kasar karena yang menjadi pembagi adalah seluruh penduduk baik laki-laki maupun perempuan seluruh usia termasuk yang bukan perempuan usia reproduksi (1549 tahun).

Angka Kelahiran Menurut Umur Halaman 1 dari 5 Index Artikel Angka Kelahiran Menurut Umur

Definisi

AngkaKelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Cara Menghitung Rate/ASFR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok umur Sumber Data tertentu antara 15-49 tahun.
Contoh

Kegunaan

Keterbatasan

ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan perbedaan fertilitas dari perempuan yang terpapar untuk melahirkan yaitu perempuan usia subur dengan memperhatikan karakteristik kelompok umurnya. Secara alamiah potensi (fekunditas) perempuan untuk melahirkan berbeda menurut umur, dan menjadi steril setelah menopause atau usia 49 tahun. Secara sosial ada kecenderungan bahwa saat ini perempuan ingin membatasi jumlah anak setelah umur 35 tahun. Pengetahuan mengenai ASFR akan berguna untuk pelaksanaan program KB dan peningkatan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak. Indikator ASFR merupakan data dasar untuk mengembangkan proyeksi penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin dimasa yang akan datang. Hasil proyeksi penduduk merupakan basis data untuk perencanaan pembangunan manusia di tahun-tahun mendatang. Cara Menghitung Membagi jumlah kelahiran yang terjadi pada perempuan pada kelompok umur tertentu (i), dengan jumlah perempuan kelompok umur tersebut kemudian dikalikan dengan konstanta k (1000). Rumus

ASFRIi= Bi / Pfix 1000

dimana ASFRi = Age Specific Fertility Rate untuk perempuan pada kelompok umur i, i = 1 untuk umur 15-19 tahun, yakni: i = 2 untuk umur 20-24 tahun, i = 3 untuk umur 25-29 tahun, i = 4 untuk umur 30-34 tahun, i = 5 untuk umur 35-9 tahun, i = 6 untuk umur 40-44 tahun, i = 7 untuk umur 45-49 tahun. Bi = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i. Pif = Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i. Data yang Diperlukan Untuk dapat melakukan perhitungan ASFR, data yang diperlukan adalah data tentang banyaknya bayi yang lahir dari ibu menurut umur tertentu misalnya Ibu usia 20-24 tahun pada suatu daerah dan suatu tahun tertentu dan banyaknya Ibu pada umur tersebut (20-24 tahun) pada daerah dan tahun yang sama. Sumber Data Perhitungan Secara Langsung (direct method) Selama ini perhitungan secara langsung untuk ASFR dilakukan dengan menggunakan data riwayat kelahiran yang dikumpulkan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).SDKI yang terakhir dilaksanakan tahun 2002/3.Sayangnya, jumlah sampel SDKI tidak memungkinkan kita menghitung ASFR untuk tingkat kabupaten/kota. Sehingga ASFR di tingkat kabupaten atau kota dihitung secara tidak langsung dari Susenas yang dilaksanakan tiap-tiap tahun. Perhitungan tidak langsung (indirect method) Selama ini hasil perhitungan ASFR dan TFR yang dipublikasikan secara luas oleh BPS adalah hasil perhitungan secara tidak langsung yang dilakukan dari data Sensus Penduduk dengan menggunakan program EastWestPop berdasarkan metode anak kandung atau anak-anak yang tercatat dari daftar anggota rumah tangga. Selain itu, ASFR juga dapat diperkirakan dari data Susenas pada pertanyaan 3 dalam kuesioner pokok pada Seksi II Keterangan Rumahtangga.Jumlah kelahiran hidup dan ASFR dapat diestimasi menggunakan piranti lunak mortpack-lite.Untuk memperoleh data ASFR dan jumlah kelahiran yang akurat, diperlukan penggabungan informasi dari beberapa Susenas yang digabung dan hasilnya dirata-ratakan. Catatan: Dalam Web ini telah tersedia data ASFR menurut Kabupaten dan Kota yang dihitung dari data Susenas 2003 dan 2004.

Contoh Pada Tabel 1 disajikan contoh perhitungan Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR) untuk Indonesia berdasarkan data Susenas 1999 dan 2004. Tabel 1. Jumlah Perempuan, Jumlah Kelahiran, dan Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR), Indonesia, Susenas 1999 dan 2004. Kelompok Jumlah perempuan* Jumlah Angka Kelahiran Umur kelahiran* Menurut Umur (ASFR) (2) (1) (3) (4) = [(3) : (2)] x 1000 15-19 9.794.093 381.970 39 20-24 10.110.367 1.364.900 135 25-29 9.601.442 1.324.999 138 30-34 9.132.513 913.251 100 35-39 8.587.142 352.073 41 40-44 7.459.538 89.514 12 45-49 5.870.372 29.352 5 * )Angka ini merupakan angka rata-rata untuk tahun 1999 dan 2004. Intepretasi Dari Tabel 1 terlihat bahwa pola ASFR mengikuti huruf U terbalik, rendah pada kelompok umur 15-19 tahun dan umur 40-49 tahun, dan tinggi pada perempuan kelompok umur 20-34 tahun, dengan puncaknya pada perempuan kelompok umur 2529 tahun, yaitu sebesar 138. Hal ini berarti dari 1000 perempuan yang berusia antara 25-29 tahun terdapat 138 kelahiran hidup pada tahun 1999 dan 2004. Puncak ASFR yang terletak pada kelompok umur 25-29 tahun dapat mengindikasikan bahwa kelahiran pada tahun 1999 dan 2004 paling banyak dikontribusi oleh perempuan pada kelompok umur 25-29 tahun. Hal ini juga dapat berarti bahwa anjuran pemerintah untuk "tidak melahirkan pada usia yang terlalu muda" sudah mencapai sasaran secara nasional.Fenomena ini bisa juga dikaitkan lebih jauh dengan suksesnya program wajib belajar sembilan tahun yang menyebabkan semakin banyaknya perempuan muda yang bersekolah lebih tinggi, dan semakin terbukanya kesempatan bagi perempuan di pasar kerja. Pada akhirnya, hal ini akan membuat banyak perempuan menunda untuk menikah dan melahirkan karena pada umumnya mereka yang menikah dan melahirkan pada usia muda secara fisik dan emosional sebetulnya belum matang. Keterbatasan Sering terjadi kesalahan pelaporan umur Ibu, maupun jumlah anak lahir hidup.Umumnya terjadi kekurangan pelaporan pada bayi-bayi yang lahir hidup kemudian meninggal pada waktu masih bayi.Ini umumnya terjadi di kalangan

perempuan yang berpendidikan rendah dan tinggal di wilayah perdesaan.Hal ini dapat mengurangi tingkat akurasi estimasi ASFR.
Angka Fertilitas Total Halaman 1 dari 4 Index Artikel Angka Fertilitas Total

Definisi

Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak Cara Menghitung yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya.
Contoh

Kegunaan

Replacement Level

TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini. Diketahunya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu hamil dan perawatan anak, serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat Cara Menghitung Menjumlahkan ASFR seluruh kelompok umur pada tahun tertentu dan wilayah tertentu, kemudian dikalikan dengan lima. Pengalian dengan bilangan lima dilakukan karena pengelompokan umur lima tahunan, dan diasumsikan bahwa setiap 1000 orang perempuan pada kelompok umur yang sama secara rata-rata akan mempunyai jumlah anak yang sama. Rumus
45-49

TFR = 5
I = 15 -19

dimana: TFR = Total Fertility Rate ASFRi = ASFR kelompok umur i. i = Kelompok umur, yaitu 15-19, 20-24,...,45-49. Contoh Perhitungan TFR berdasarkan data pada Tabel 1 tentang ASFR menghasilkan TFR 2,35, dari perhitungan sbb: TFR = 5 x (39 + 135 + 138 + 100 + 41 + 12 + 5) = 2,35. Intepretasi TFR sebesar 2,35 berarti bahwa secara rata-rata wanita Indonesia mempunyai 2 atau 3 anak selama masa usia suburnya (usia 15-49 tahun). Replacement Level (Tingkat Penggantian Manusia) Jika dibandingkan dengan tahun 1967-1970 dimana TFR Indonesia adalah sebesar 5,6 maka tampak bahwa rata-rata jumlah anak yang dipunyai oleh ibu-ibu di Indonesia sudah menurun drastis. Tetapi jumlah ini masih terlalu tinggi untuk dapat mencapai penduduk tumbuh seimbang. Penduduk Indonesia akan mencapai tingkat penggantian manusia (replacement level) apabila TFR turun mencapai 2,1 pada tahun 2015. Pada saat 'tingkat penggantian manusia ini seorang Ibu akan digantikan oleh seorang anak perempuan untuk meneruskan keturunan tetapi tidak menghasilkan pertambahan penduduk yang tinggi yang tidak terkendali. Untuk pencapai tingkat penggantian manusia tersebut nampaknya program KB atau pemakaian kontrasepsi masih harus terus digalakkan. Pelaksanaan program KB tersebut harus disertai peningkatan kualitas pelayanan dan berorientasi kepada pelayanan kebutuhan dan keluhan klien dan tidak hanya mengejar target semata. Keterbatasan Sama dengan keterbatasan ASFR Pengantar Konsep Anak Lahir Hidup Berbeda dengan indikator Angka Kelahiran (jumlah kelahiran, CBR, ASFR dan TFR), indikator Anak Lahir Hidup atau juga sering disebut dengan Children Ever Born mengandung pengertian yang bersifat longitudinal dan bukan gambaran penampang lintang. Indikator Anak Lahir Hidup ini diperoleh dari informasi atas pertanyaan Berapa jumlah anak yang telah Ibu lahirkan selama ini? Jawabannya mencerminkan semua anak yang telah lahir, dari sejak menikah pertama

kali sampai saat wawancara (bukan hanya anak yang lahir pada saat ini atau tahun ini). Jadi rata rata jumlah anak lahir hidup menurut umur mencerminkan perjalanan fertilitas ibu sampai pada umur yang bersangkutan. Oleh karena itu polanya akan menunjukkan bahwa secara rata-rata Ibu yang masih muda mempunyai anak yang lebih sedikit dibanding dengan Ibu yang lebih tua umurnya. Pada perempuan yang berusia 45-49 tahun, rata-rata Anak Lahir Hidup dapat disebut sebagai paritas lengkap (completed family size), yaitu jumlah anak yang sudah tidak bertambah lagi.

ALH Halaman 1 dari 3

Index Artikel ALH Data Yang Diperlukan Interpretasi

Definisi Banyaknya kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Kegunaan

Hitungan ini bermanfaat untuk mengetahui rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh sekelompok wanita mulai memasuki masa reproduksi hingga saat wawancara. Cara Perhitungan ALH Jumlah anak yang lahir hidup dibagi dengan jumlah wanita kelompok umur tertentu. Rumus:

Rata-rata ALH = ALHi / Pfi

dimana: i = kelompok umur ALHi = Anak lahir hidup menurut kelompok umur wanita yang melahirkan ALH = Wanita kelompok umur tertentu = Anak Lahir Hidup

Data yang diperlukan Jumlah anak lahir hidup menurut kelompok umur wanita dan jumlah wanita kelompok umur tertentu. Sumber Data Dari Susenas 2004 gunakan pertanyaan di seksi V.E. Fertilitas & Keluarga Berencana no pertanyaan 37a untuk data anak lahir hidup dan untuk data wanita kelompok umur dapat diambil dari seksi IV.A.Keterangan Anggota Rumah tangga. Contoh Tabel 2. Jumlah Anak Lahir Hidup (ALH), Jumlah Wanita dan Rata-rata Anak Lahir Hidup, Indonesia, 2004

Kel. Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

ALH Wanita Rata-rata ALH 459733 9794093 0,047 15122671 10110367 0,507 12243631 9601442 1,275 18451585 9132513 2,020 23116067 8587142 2,692 23932357 7459538 3,208 21343285 5870372 3,636

Sumber: Susenas 2004 Intepretasi: Rata-rata ALH memberikan informasi mengenai rata-rata anak yang dimiliki wanita menurut kelompok umur tertentu. Data mengenai ALH pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata ALH meningkat sesuai dengan peningkatan umur wanita, tetapi pada wanita kelompok umur tua (40-44 dan 45-49 tahun) hanya terjadi peningkatan kecil angka rata-rata ALH yang dimiliki yaitu antara 3 dan 4 anak. Ini menunjukkan kemampuan reproduksi menurut umur perempuan. Sesuai dengan program KB dimana diharapkan seorang wanita diharapkan untuk berhenti melahirkan anak pada usia 35 tahun, pada Tabel 2 diatas terlihat bahwa seorang wanita rata-rata melahirkan 3 anak lahir hidup. Jika dilihat lebih jauh untuk kelompok wanita kawin 45-49 tahun rata-rata seorang wanita usia tersebut melahirkan 4 anak lahir hidup. Rata-rata jumlah anak lahir hidup pada wanita kelompok umur 45-49 tahun dapat disebut sebagai completed family size, karena setelah usia tersebut umumnya wanita sudah tidak dapat melahirkan. ALH pada umur tua menunjukkan perilaku kohor yang lahir terlebih dahulu dan masih mempunyai norma keluarga besar.

Keterbatasan ALH, merupakan angka yang memberikan informasi fertilitas kumulatif seorang perempuan dan tidak memberikan informasi mengenai kapan kelahiran tersebut terjadi.Perlu diperhatikan bahwa seringkali terjadi salah pencatatan karena untuk wanita yang sudah tua kemungkinan lupa menjadi semakin tinggi.
AMH Halaman 1 dari 3

Index Artikel AMH Data Yang Diperlukan Interpretasi

Definisi Jumlah anak yang masih hidup yang dimiliki seorang wanita sampai saat wawancara dilakukan. Kegunaan

Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki seorang wanita secara riil sebab dari seluruh anak yang lahir hidup tidak seluruhnya dapat terus hidup. Perbedaan antara ALH dan AMH merupakan jumlah anak yang meninggal. Data ini menjadi dasar perhitungan Angka Kematian Bayi dengan mengubahnya menjadi probabilitas bayi mati (proportion dying) (lihat modul mortalitas). Cara Perhitungan Jumlahkan seluruh anak lahir hidup yang dimiliki setiap wanita yang masih hidup sampai saat wawancara. Data yang diperlukan Jumlah anak yang masih hidup yang dimiliki seorang wanita kawin. Sumber Data Pada Susenas 2004 lihat kuesioner pokok seksi V.E. Fertilitas dan Keluarga Berencana no pertanyaan 37.b. Contoh Tabel 3 Jumlah Anak Masih Hidup (AMH), Jumlah Wanita dan Rata-rata Anak Masih Hidup, Indonesia, 2004

Kel. Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

Juml AMH 420164 4811901 11486984 17111455 20903473 20617175 17266693

Wanita 9794093 10110367 9601442 9132513 8587142 7459538 5870372

Rata-rata AMH 0,043 0,476 1,196 1,874 2,434 2,764 2,941

Sumber: Susenas 2004 Interpretasi Data anak masih hidup ini menggambarkan rata-rata jumlah anak masih hidup menurut kelompok umur. Bila jumlah anak masih hidup ini dibandingkan dengan jumlah wanita pada periode yang sama akan didapatkan rata-rata anak masih hidup yang dimiliki seorang ibu. Dari data susenas 2004 rata-rata jumlah anak masih hidup yang dimiliki seorang wanita di Indonesia pada wanita kelompok umur tua adalah antara 2 dan 3 anak masih hidup. Perbandingan antara ALH dan AMH akan mencerminkan proporsi bayi mati pada tiap-tiap umur. Perbedaan antara ALH dan AMH yang kecil menggambarkan tingkat kematian anak yang rendah.Perbedaan ALH dan AMH menjadi dasar perhitungan angka kematian bayi (lihat modul mortalitas). Keterbatasan Data ini hanya menggambarkan jumlah anak yang masih hidup yang dimiliki seorang ibu, tidak dijelaskan (apabila terjadi) pada umur berapa anak ibu tersebut meninggal sehingga tidak dapat dijelaskan dengan lebih cermat anak usia berapa yang menyumbang jumlah kematian terbesar.
Rasio AnakPerempuan Halaman 1 dari 3 Index Artikel Rasio Anak-Perempuan Cara Menghitung

Definisi

Rasio Anak Wanita atau Child-Woman Ratio (CWR) adalah rasio antara jumlah anak di suatu tempat pada suatu waktu dengan Contoh penduduk perempuan usia 15-49 tahun. Batasan usia anak adalah 5 tahun atau 10 tahun kebawah. Jumlah anak berumur 5 tahun kebawah mencerminkan kelahiran selama 5 tahun sebelum pencacahan, sedangkan jumlah anak berumur 10 tahun kebawah mencerminkan kelahiran selama 10 tahun sebelum pencacahan. Kegunaan

Rasio ini dipakai untuk melihat tingkat fertilitas pada suatu wilayah kecil. Hitungan ini menggambarkan berapa banyak anak dibawah usia lima atau 10 tahun dibandingkan dengan wanita usia reproduksi di suatu wilayah tertentu. CWR ini digunakan apabila tidak ada data kelahiran dan data registrasi. Cara Menghitung Jumlah anak usia dibawah lima tahun (0-4 tahun) atau dibawah 10 tahun (0-9) dibagi dengan jumlah wanita usia subur (yang termasuk kelompok umur 15-49 tahun) kemudian dikalikan dengan konstanta (100).

dimana: P0-4 = Jumlah penduduk berusia 0-4 tahun P15-49 = Jumlah penduduk wanita berusia 15-49 tahun Data yang diperlukan Jumlah anak usia dibawah lima tahun (0-4 tahun) dan jumlah wanita usia 15-49 tahun. Sumber Data Susenas 2004 dimana data penduduk umur 0-4 tahun (atau 0-9 tahun) dapat diambil dari seksi II.Keterangan Rumah Tangga pertanyaan no 4. Sedangkan untuk data jumlah penduduk wanita berusia 15-49 tahun dapat diambil dari seksi IV.A.Keterangan Anggota Rumah tangga. Contoh Dari data Susenas 2004, jumlah perempuan kelompok usia reproduksi (15-49 tahun) sebanyak 60.555.467 wanita dan jumlah anak dibawah usia lima tahun adalah sebanyak19.884.253 anak.

CWR = 19884253/60555467

CWR = 33 Intepretasi Angka ini artinya pada tahun 2004 terdapat 33 anak umur dibawah lima tahun untuk setiap 100 wanita yang berusia antara 15-49 tahun. Dengan kata lain, dari setiap 10

perempuan usia subur terdapat 3 anak berumur dibawah 5 tahun. Interpretasinya tentu berbeda jika CWR hanya 10 per 100 perempuan usia subur, atau CWR 60 per 100. CWR merupakan angka perbandingan antara jumlah balita dan wanita usia reproduksi. Jika CWR tinggi berarti di wilayah tersebut banyak terdapat balita, yang dapat diartikan juga bahwa kelahiran yang terjadi cukup tinggi. Keterbatasan Angka ini dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan akan jumlah anak karena kesalahan pelaporan umur. Misalnya anak usia 4 setengah tahun tidak dilaporkan sebagai anak dibawah usia 5 tahun.
Keluarga Berencana Halaman 1 dari 2 Index Artikel Keluarga Berencana Pengaruh Program KB

Pengertian dan Istilah KB Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga berencana (KB) beserta definisinya :

y y y y y

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami isteri yang isterinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pemakai alat/cara KBadalah seseorang yang sedang atau pernah memakai alat/cara KB. Pernah pemakai alat/cara KB (ever user)adalah seseorang yang pernah memakai alat/cara KB. Pemakai alat/cara KB aktif (current user) adalah seseorang yang sedang memakai alat/cara KB. Alat/cara KB adalah alat/cara yang digunakan untuk mengatur kelahiran. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) adalah persentase perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB.

Keluarga Berencana Halaman 1 dari 2 Index Artikel Keluarga Berencana Pengaruh Program KB

Pengertian dan Istilah KB Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga berencana (KB) beserta definisinya :

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami isteri yang isterinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. y Pemakai alat/cara KBadalah seseorang yang sedang atau pernah memakai alat/cara KB. y Pernah pemakai alat/cara KB (ever user)adalah seseorang yang pernah memakai alat/cara KB. y Pemakai alat/cara KB aktif (current user) adalah seseorang yang sedang memakai alat/cara KB. y Alat/cara KB adalah alat/cara yang digunakan untuk mengatur kelahiran. y Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) adalah persentase perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB. Kegunaan
y

Informasi tentang perilaku pakai/alat cara KB penting dalam upaya pemenuhan akan kebutuhan pelayanan dan alat/cara KB. Apa saja alat/caraKB yang dapat digunakan untuk mengatur kelahiran? Apa saja indikator KB yang dapat digunakan oleh penentu kebijakan pengendalian kelahiran? Apa ukuran-ukuran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan kebijakan pengendalian kelahiran? Indikator KB yang umum dipakai adalah: 1. Pernah Pakai KB (Ever users) 2. Angka Prevalensi Kontrasepsi (CPR) 3. Kontraseptif mix Kegunaan Informasi tentang perilaku pakai/alat cara KB penting dalam upaya pemenuhan akan kebutuhan pelayanan dan alat/cara KB. Apa saja alat/caraKB yang dapat digunakan untuk mengatur kelahiran? Apa saja indikator KB yang dapat digunakan oleh penentu kebijakan pengendalian kelahiran? Apa ukuran-ukuran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan kebijakan pengendalian kelahiran? Indikator KB yang umum dipakai adalah: 1. Pernah Pakai KB (Ever users) 2. Angka Prevalensi Kontrasepsi (CPR) 3. Kontraseptif mix
Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Index Artikel Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi

Halaman 1 dari 4

Cara Menghitung Contoh

Definisi
Interpretasi

Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi adalah angka yang menunjukkan berapa banyaknya PUS yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan dengan seluruh PUS. Angka Prevelensi Kontrasepsi ini sering disebut dengan CPR (Contraceptive Prevalence Rate). Kegunaan Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan pengendalian kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi. Cara Menghitung Persentase PUS yang sedang memakai sesuatu cara KB (CUk) dihitung dengan cara membagi jumlah PUS yang sedang memakai sesuatu cara KB dengan jumlah PUS, kemudian dikalikan dengan konstanta k (100).

Rumus CUk = Jumlah PUS yang sudah memakai suatu cara KBkx 100 Jumlah PUS

Data yang Diperlukan Jumlah PUS dan jumlah PUS yang memakai sesuatu cara KB.

Sumber Data Data tentang jumlah PUS dan PUS yang memakai sesuatu cara KB pada saat pencacahan dari sensus penduduk modul kependudukan, survei-survei, dan statistik pelaporan khususnya dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Salah satu survei yang mengumpulkan informasi rinci tentang pemakaian KB di kalangan PUS adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 data yang dibutuhkan terdapat dalam Blok VE tentang Fertilitas dan Keluarga Berencana, khususnya bagi "Wanita Berstatus Kawin" dari Blok IVA Kolom 4 = 2 dan Kolom 6 = 2.Sebagai pembilang dipakai informasi tentang "Apakah sedang menggunakan /memakai alat/cara KB",

pertanyaan nomor 39 = 1. Sedangkan untuk penyebut dipakai pertanyaan dari Blok IVA, Kolom 4=2 dan Kolom 6 =2, dan Kolom 5 = 15-49, yaitu wanita dalam status kawin usia 15-49 tahun. Pada Tabel 3 disajikan hasil perhitungan persentase perempuan usia 15-49 tahun yang sedang memakai alat/cara KB apa sajamenurut propinsi dan daerah tempat tinggal berdasarkan hasil Susenas 2004.
Tabel 2. Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Memakai Alat/Cara KB Menurut Propinsi dan Daerah Tempat Tinggal, Indonesia, Susenas 2004. Propinsi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua INDONESIA Perkotaan (K) 50,85 45,02 47,23 49,68 55,22 58,23 67,49 60,88 63,43 55,81 60,13 60,06 59,82 60,03 61,93 63,46 56,21 36,93 56,78 66,00 63,67 57,14 62,85 52,26 39,30 39,68 56,22 44,54 33,55 44,13 57,55 Perdesaan (D) 38,85 42,20 48,30 50,19 63,19 59,29 67,84 65,00 66,78 60,73 64,32 63,66 55,42 54,96 70,07 54,85 32,28 57,87 63,74 65,21 57,84 76,64 52,76 39,28 43,24 59,22 18,72 33,03 36,97 56,10 K+D 42,20 43,43 47,99 49,96 61,03 58,94 67,74 64,12 65,41 55,81 60,42 62,64 61,53 57,25 58,85 66,68 55,33 33,05 57,59 64,40 64,64 57,46 71,42 52,66 39,28 42,50 58,46 26,05 33,16 38,64 56,71

Intepretasi

Hasil Susenas 2004 menunjukkan bahwa Angka Prevalensi Kontrasepsi Indonesia adalah 56,71%. Artinya satu diantara dua pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2004 sedang memaki sesuatu cara KB. Perbedaan Angka Prevalensi Kontrasepsi di wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan amat kecil, yang menunjukkan bahwa strategi pendekatan program KB di daerah perkotaan dan pedesaaan hampir sama kuatnya. Menurut propinsi, Angka Prevalensi Kontrasepsi bervariasi secara nyata antara 26,05% di Maluku dan 71,42% di Sulawesi Utara.

Persentase Pernah Pakai KB Halaman 1 dari 4 Index Artikel Persentase Pernah Pakai KB

Definisi

Cara Menghitung Persentase Pernah Pakai KB (Ever User) adalah banyaknya perempuan usia 15-49 yang berstatus kawin (PUS) yang pernah memakai sesuatu cara KB dari seluruh perempuan usia Contoh subur yang berstatus kawin. Interpretasi

Kegunaan Informasi persentase PUS yang pernah memakai sesuatu cara KB bermanfaat untuk mengetahui potensi pemakaian alat/cara KB tertentu di kalangan PUS. Dalam persentase ini termasuk jumlah PUS yang sekarang sedang memakai KB. Selisih antara jumlah perempuan pernah pakai KB dengan yang sedang pakai KB merupakan perempuan yang pernah pakai dan sekarang sedang tidak lagi memakai KB. Kalau diketahui alasan mengapa para perempuan yang pernah pakai KB itu berhenti ber-KB maka pelaksana program akan dapat memperbaiki pelayanan atau mengarahkan program kepada hal-hal yang lebih tepat sasaran.
Persentase Pernah Pakai KB

Persentase Pernah Pakai KB Halaman 1 dari 4 Index Artikel Persentase Pernah Pakai KB

Definisi

Cara Menghitung Persentase Pernah Pakai KB (Ever User) adalah banyaknya perempuan usia 15-49 yang berstatus kawin (PUS) yang pernah memakai sesuatu cara KB dari seluruh perempuan usia Contoh subur yang berstatus kawin. Interpretasi

Kegunaan Informasi persentase PUS yang pernah memakai sesuatu cara KB bermanfaat untuk mengetahui potensi pemakaian alat/cara KB tertentu di kalangan PUS. Dalam persentase ini termasuk jumlah PUS yang sekarang sedang memakai KB. Selisih antara jumlah perempuan pernah pakai KB dengan yang sedang pakai KB merupakan perempuan yang pernah pakai dan sekarang sedang tidak lagi memakai KB. Kalau diketahui alasan mengapa para perempuan yang pernah pakai KB itu berhenti ber-KB maka pelaksana program akan dapat memperbaiki pelayanan atau mengarahkan program kepada hal-hal yang lebih tepat sasaran. Cara Menghitung Persentase PUS yang pernah memakai sesuatu cara KB dihitung dengan membagi jumlah semua PUS yang pernah memakai sesuatu cara KB dengan jumlah semua jumlah semua PUS kemudian dikalikan dengan konstanta k (100). Rumus EUk =

EUk= Jumlah PUS yang sudah memakai suatu cara KBkx 100 Jumlah PUS

dimana EUk adalah persentase PUS pernah pakai cara KB. Data yang diperlukan

Jumlah semua perempuan usia subur yang pernah kawin dan jumlah perempuan usia subur yang pernah kawin yang pernah memakai sesuatu cara KB. Sumber Data Data tentang jumlah perempuan usia subur yang pernah kawin dan jumlah perempuan usia subur yang pernah kawin yang pernah menggunakan sesuatu cara KB dapat diperoleh dari sensus penduduk modul kependudukan, survei-survei, dan statistik pelaporan khususnya dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Salah satu survei yang mengumpulkan informasi rinci tentang pemakaian alat/cara KB di kalangan PUS adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 data yang dibutuhkan terdapat dalam Blok VE tentang "Fertilitas dan Keluarga Berencana", khususnya untuk wanita dalam status kawin, dari Blok IVA, Kolom 4=2 dan Kolom 6=2. Sebagai pembilang digunakan informasi tentang "Pernah menggunakan/memakai alat/cara KB", pertanyaan nomor 38 = 1. Sedangkan penyebutnya adalah "Wanita Dalam Status Kawin usia 15-49 tahun" dari pertanyaan Blok IVA, Kolom 4 = 2, dan Kolom 6 = 2, dan Kolom 5 = 15-49.

Contoh Pada Tabel 1 disajikan hasil perhitungan persentase perempuan kawin usia 15-49 tahun yang pernah memakai sesuatu cara KB menurut propinsi dan daerah tempat tinggal berdasarkan hasil Susenas 2004.

Tabel 1. Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Pernah Memakai sesuatu cara KB Menurut Propinsi dan Daerah Tempat Tinggal, Indonesia, Susenas 2004. Perdesaan (D) 53,64 55,33 64,01 62,15 77,53 73,06 78,95 78,80 80,57 77,43

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat

Perkotaan (K) 67,61 60,70 66,28 65,50 70,17 72,89 82,73 77,80 78,30 71,83 76,67

K+D 57,54 57,67 64,67 63,64 75,54 73,00 79,99 78,58 79,64 71,83 77,04

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua INDONESIA

75,95 74,49 74,84 74,13 76,16 77,72 57,12 70,90 79,98 78,70 74,31 79,47 69,05 55,07 52,51 74,44 59,24 46,07 51,56 73,15

79,79 79,71 70,75 70,10 82,23 73,02 49,59 73,75 75,83 79,32 71,83 87,95 69,45 54,61 59,32 72,80 25,46 43,94 47,25 71,11

78,27 76,81 72,37 72,35 79,12 74,69 50,83 73,02 77,05 79,09 73,16 84,74 69,37 54,74 57,90 73,21 35,05 44,49 48,25 71,9

Contoh Pada Tabel 1 disajikan hasil perhitungan persentase perempuan kawin usia 15-49 tahun yang pernah memakai sesuatu cara KB menurut propinsi dan daerah tempat tinggal berdasarkan hasil Susenas 2004.

Tabel 1. Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Pernah Memakai sesuatu cara KB Menurut Propinsi dan Daerah Tempat Tinggal, Indonesia, Susenas 2004. Perdesaan (D) 53,64 55,33 64,01 62,15 77,53 73,06 78,95 78,80 80,57 77,43 79,79 79,71 70,75 70,10 82,23

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali

Perkotaan (K) 67,61 60,70 66,28 65,50 70,17 72,89 82,73 77,80 78,30 71,83 76,67 75,95 74,49 74,84 74,13 76,16

K+D 57,54 57,67 64,67 63,64 75,54 73,00 79,99 78,58 79,64 71,83 77,04 78,27 76,81 72,37 72,35 79,12

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua INDONESIA

77,72 57,12 70,90 79,98 78,70 74,31 79,47 69,05 55,07 52,51 74,44 59,24 46,07 51,56 73,15

73,02 49,59 73,75 75,83 79,32 71,83 87,95 69,45 54,61 59,32 72,80 25,46 43,94 47,25 71,11

74,69 50,83 73,02 77,05 79,09 73,16 84,74 69,37 54,74 57,90 73,21 35,05 44,49 48,25 71,9

Intepretasi Hasil Susenas 2004 menunjukkan bahwa 71,97% dari wanita yang berstatus kawin dan berusia 15-49 tahun di Indonesia pernah memakai suatu alat/cara KB. Berdasarkan tempat tinggal, persentase perempuan kawin usia 15-49 tahun yang pernah memakai suatu alat/cara KB hanya sedikit lebih tinggi di wilayah perkotaan daripada di wilayah perdesaan, walaupun tidak signifikan (73,15% versus 71,11%). Menurut propinsi, persentase perempuan kawin usia 15-49 tahun yang pernah memakai suatu alat/cara KB bervariasi secara nyata antara 35,05% di Maluku dan 84,74% di Sulawesi Utara.
Contraceptive Mix Halaman 1 dari 5 Index Artikel Contraceptive Mix Definisi

Konsep

Alat/cara keluarga berencana (KB) ada tiga macam, yaitu cara modern, alamiah, dan cara tradisional. Alat/cara KB modern dapat bersifat kimia Cara Menghitung (suntikan, pil, dan susuk) dan dapat bersifat non-kimia (spiral, kondom, Contoh dan sterilisasi). Cara KB alamiah (natural family planning methods) Keterbatasan antara lain meliputi sistem kalender, pantang berkala, dan senggama terputus. Cara tradisional meliputi penggunaan ramu-ramuan tradisional yang dipercayai mempunyai khasiat mencegah kehamilan.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mempelajari status pemakaian suatu alat/cara KB adalah persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB (contraceptive use mix).

Definisi

Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB (contraceptive use mix) adalah banyaknya PUS yang memakai alat/cara KB tertentu per 100 pasangan usia subur (PUS). Kegunaan Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB bermanfaat untuk mengetahui alat/cara KB yang mana yang paling disukai oleh PUS didaerah tertentu pada waktu tertentu. Persentase penggunaan KB menurut cara KB yang digunakan sering disebut dengan mix kontrasepsi (contraceptive mix). Cara Menghitung Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB dihitung dengan cara membagi jumlah PUS yang memakai alat/cara KB tertentu dengan seluruh jumlah PUS pemakai KB, kemudian dikalikan dengan konstanta k (100). Rumus

Persentase PUS pemakai metode KB tertentu = Jumlah PUS pakai metode KBk Jumlah PUS pemakai KB

x 100

Data yang diperlukan Jumlah PUS pemakai KB dan jumlah PUS menurut alat/cara KB yang digunakan.

Sumber Data Data tentang jumlah PUS pemakai KB dan alat/cara KB yang digunakan dapat diperoleh dari sensus penduduk modul kependudukan, survei-survei, dan statistik pelaporan khususnya dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.Salah satu survei yang mengumpulkan informasi rinci tentang pemakaian alat/cara KB di kalangan PUS adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Dalam Susenas 2004 kedua data ini dapat diperoleh dari Blok VE tentang Fertilitas dan Keluarga Berencana, khususnya untuk "Wanita dalam Status Kawin", Blok IVA Kolom 4=2 dan Kolom 6=2. Sebagai pembilang adalah informasi tentang "Alat /cara KB yang sedang digunakan/dipakai" dari pertanyaan nomor 40, sedangkan penyebutnya adalah

informasi tentang "Wanita Berstatus Kawin yang sedang berKB" dari Blok IVA, Kolom 4=2 dan Kolom 6=2, dan pertanyaan nomor 39 =1. Contoh Pada Tabel 3 disajikan contoh perhitungan persentase PUS yang memakai alat/cara KB tertentu (contraceptive use mix) berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003.
Alat/Cara KB (1) Sterilisasi Pil Spiral Suntikan Susuk Kondom LAM* Alamiah Tradisional Jumlah PUS pemakai KB Jumlah PUS yang Pakai Alat/Cara KB (2) 1.142 3.677 1.727 7.744 1.198 251 28 864 167 16.789 Persentase PUS yang Memakai Alat/Cara KB Tertentu (3) = [(2) : 200] x 100 (1.142 : 16.789) x 100 = 6,8 (3.677 : 16.789) x 100 = 21,9 (1.727 : 16.789) x 100 = 10,3 (7.744 : 16.789) x 100 = 46,1 (1.198 : 16.789) x 100 = 7,1 (251 : 16.789) x 100 = 1,5 (28 : 16.789) x 100 = 0,2 (864 : 16.789) x 100 = 5,1 (167 : 16.789) x 100 = 0,9 100

Keterangan: * = Lactational Amenorrhea Method.

Interpretasi Hasil SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar PUS memakai suntikan (46,1%) kemudian diikuti dengan pil (21,9%). Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar PUS memakai alat/cara KB moderen jangka pendek yang sangat tergantung pada ketersediaan dan juga pada kedisiplinan penggunanya.Sangat disayangkan bahwa pemakai alat kontrasepsi pria (kondom dan sterilisasi pria) amat rendah.Hal ini menunjukkan masih adanya bias gender dalam hal pemakaian KB. Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB dan latar belakang karakteristik PUS (seperti umur isteri, pendidikan suami dan isteri, tempat tinggal, jumlah anak lahir hidup, dan tingkat kesejahteraan) juga dapat dihitung.Informasi seperti ini sangat bermanfaat dalam penajaman sasaran kebijakan pengendalian kelahiran. Keterbatasan Informasi tentang alat/cara KB yang sedang atau pernah dipakai oleh PUS biasanya ditanyakan kepada pihak isteri. Kenyataannya, kalau ditanyakan kepada pihak suami, jawaban yang diberikan bisa tidak sama. Artinya, seorang suami bisa tidak mengetahui apakah isterinya memakai alat/caraKB.Jika kasus seperti ini banyak terjadi, dapat mempengaruhi estimasi persentase PUS yang memakai alat/cara KB tertentu.Selain

itu, angka ini hanya menggambarkan tentang jumlah PUS yang memakai alat/cara KB tertentu, tanpa mengetahui lama pemakaiannya.Padahal, efektifitas pemakaian suatu alat/cara KB sangat tergantung pada kontinuitas pemakaian.

You might also like