You are on page 1of 6

Karakteristik dan Identifikasi M.

Tuberculosis
1. PENDAHULUAN Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban., lingkungan yang padat, dibuktikan dengan penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding pyramid di Mesir kuno. Sebagaimana juga halnya di negara-negara berkembang lain, tuberkulosis (TB) di Indonesia masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. WHO memperkirakan adanya 20 juta kasus di seluruh dunia, dengan angka kematian sebesar 3 juta pertahun, 80% diantaranya meninggal di negara berkembang. Dilaporkan bahwa insidensi penyakit ini pada masa kini meningkat di negara tertentu berhubung dengan tingkat infeksi yang tinggi dan terjadinya penurunan daya tahan tubuh akibat kemiskinan atau penyakit AIDS. Di samping itu diakibatkan pula oleh insidensi kasus TB resisten yang semakin tinggi. Tuberkulosis merupakan penyakit sistemik yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh, yaitu organ pernafasan (TBparu-TBP) ataupun di organ di luar paru (TB Ekstraparu- TBE). Kuman TB dapat hidup lama tanpa aktifitas dalam jaringan tubuh (dormant) hingga sampai saatnya ia aktif kembali. Lesi TB dapat sembuh tetapi dapat juga berkembang progresif atau mengalami proses kronik atau serius. Lesi ini dapat dijumpai secara bersama di organ paru dan ekstraparu ataupun secara sendiri-sendiri. Karena itu dalam penatalaksanaan TB pada umumnya, TB paru pada khususnya, haruslah tercakup usaha yang gigih untuk mencari bukti adanya kejadian TB di organ ekstraparu. Beberapa negara maju melaporkan penurunan angka kejadian TBP disertai peningkatan prosentase kejadian TBE. Hal ini berhubungan dengan hal di atas dan adanya metoda diagnosis yang lebih maju terhadap TBE hingga lebih sering bisa ditemukan. Penelitian di Jawa Barat menunjukkan kejadian TBE yang tinggi yang menyertai TBP. Selama ini umumnya perhatian terarah kepada penatalaksanaan TBP hingga

efek terapi diukur dari penyembuhan TBP saja tanpa perhatian yang cukup pada kesembuhan TBE yang menyertainya. Timbul kesan seolah-olah penanganan TB paru sudah dianggap inklusif menyelesaikan pula masalah penanganan TB Ekstraparu yang mungkin menyertainya. Sikap ini tentu menyebabkan penatalaksanaan TB tidak sempurna karena mungkin terapi TBE belumlah tuntas. Sasaran terapi TB dengan demikian haruslah sekaligus mencapai kesembuhan TBP dan TBE. Pada tahun 1993 WHO mengeluarkan petunjuk program terapi tuberkulosis dan Depkes RI menyebarluaskan petunjuk Panduan Kemasan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pedoman dan tatalaksana yang baru ini patut dipedomani dan dilaksanakan. Dalam makalah ini akan diuraikan diagnosis dan penatalaksanaan TB berdasarkan hal-hal tersebut di atas. 2. EPIDEMIOLOGI Tuberkulosis merupakan penyakit yang terjadi akibat infeksi

Mycobacterium tuberculosis complex yaitu kuman M. tuberkulosis, M. bovis, atau M. africanum. Penyakit ini diketahui mengenai hampir semua organ tubuh dalam bentuk TB Paru dan TB Ekstraparu. Pemikiran kemungkinan adanya TBE yang menyertai TBP pada seorang penderita agaknya belum menjadi kelaziman. Dikenal istilah Koch pulmonum, yaitu penyakit paru yang disebabkan M. tuberkulos. Seringkali penyakit tuber kulosis diidentikkan dengan Koch pulmonum, seolah-olah tuberkulosis hanya menimbulkan penyakit paru-paru saja. Sikap ini dapat dihilangkan dengan meningkatkan kewaspadaan dalam mendeteksi penyakit tuberkulosis bentuk lain atau pada organ lain yang mungkin menyertai TB paru. Mengingat ada beberapa bakteri penyebab TB, maka diperlukan identifikasi yang komprehensif untuk dapat membedakan Mycobacterium yang satu dengan lainnya. Identifikasi ini akan sangat berguna pada saat pemberian terapi antibiotic.
3. CARA IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISTIK M.

TUBERCULOSIS

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ada beberapa jenis bacterium yang dapat menyebabkan Tuberculosis. Secara keseluruhan, semua bakteri ini digolongkan ke dalam istilah M. Tuberculosis complex karena kemiripan gejala yang ditimbulkan oleh beberapa jenis Mycobactrium ini. Yang termasuk dalam kompleks ini adalah:
a. M. Tuberculosis yang menjadi penyebab utama TB pada manusia b. M. Bovis yang merupakan penyebab utama TB pada sejumlah mamalia. c. M. Africanum yang merupakan tipe bakteri intermediate antara mycobacterium

pada manusia dan hewan. Bakteri jenis ini banyak ditemukan di daerah khatulistiwa Afrika. Kesemua keluarga Mycobacterium complex memiliki sifat tidak motil, tidak berspora, tidak berkapsul dan memiliki morfologi lurus atau sedikit membnegkok dengan ukuran kira kira 3 X 0,3 m. dalam sputum dan sejumlah specimen klinis lainnya, bakteri bakteri jenis ini dapat terlihat secara tunggal atau berkelompok dalam jumlah yang sedikit dan dalam kultur cairan, bakteri bakteri ini sering tumbuh dalam bentuk koloni tali berganda yang diistilahkan dengan benang serpentine (Serpentine Chord). Basil Tuberculosis dapat tumbuh secara luas dalam kultur media yang diperkaya, tapi yang biasa digunakan dalam praktek adalah medium LowensteinJensen. Medium ini adalah medium yang mengandung malachite green untuk menghambat pertumbuhan bakteri lain yang dapat mengontainasi dan untuk memberikan pewarnaan kontras sehingga koloni Mycobacterium dapat dilihat. Mycobacterium Tuberculosis dapat menunjukkan pertumbuhan pada medium LJ dalam jangka waktu kira kira 2 minggu, Meskipun untuk melakukan isolasi primer untuk kepentingan klinis membuthkan waktu kira kira 8 minggu. Selain itu warna koloni untuk Mycobacterium Tuberculosis adalah putih susu. Yang membedakannya dengan M. Bovine adalah M. Tuberculosis tidak butuh natrium piruvat dalam gliserol untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik. Dinding basil Mycobacterium mengandung wax yang tersusun dari lipid, dan asam mycolic. Oleh karena itu butuh pewarnaan asam untuk dapat

memberikan perwarnaan pada dinding bakteri ini. Karena dinding ini, mycobacterium dapat hidup di daerah kering dengan temperature 35-37 C, Namun pada suhu yang lebih rendah dari 25 C atau lebih tinggi dari 41 C, bakteri ini tidak dapat tumbuh. Selain itu Mycobacterium sangat peka terhadap sinar UV. Semua mycobacteria bersifat aerob obligat, tapi M. Bovis tumbuh lebih baik pada kondisi rendah tekanan Oksigen. Selain itu ketika tumbuh bersama dalam medium agar lunak, M. Tuberculosis mengalami pertumbuhan pada permukaan medium sedangkan M. Bovis justru tumbuh beberapa millimeter di bawah permukaan media. Hal ini cukup berguna untuk membedakan keduanya. Basil tuberculosis dapat hidup di susu dan pada hampir semua material selama tidak terekspos pada sinar UV. Mycobacterium sangat rentan terhadap alcohol, formalin, hipoklorit, dan disinfektan fenol. Secara sederhana, sejumlah karakteristik Mycobacterium dapat dilihat pada table di bawah ini: Spesies M. tuberculosis M. bovis M. Africanum Kecocokan atmosfir Aerob Microaerofilik Microaerofilik Nitratase Kepekaan pada TCH Resisten Sensitif Sensitif Kepekaan pada Pyrazimide Sensitif Resisten Sensitif

Positif Negatif bervariasi

Daftar Pustaka GreenWood David dkk. 2002. Medical Microbiology: Mycobacteria..

Nottingham: Churchill Tim IPD UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV: Tuberculosis. Jakarta: UI Press

Zul Dahlan. Cermin Dunia Kedokteran : Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis .No. 115, 1997

Laporan Tambahan Praktikum Mikrobiologi

KARAKTERISTIK DAN IDENTIFIKASI M. TUBERCULOSIS

Oleh:
Nama NIM Kelompok Asisten : Syukri La Ranti : C 111 07 180 : A-5 : Anwar

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2008

You might also like