You are on page 1of 3

Kasih Sayang Allah dalam Turunnya Adam dan Hawa ke Bumi Selama ini banyak orang yang memahami

bahwa turunnya Nabi Adam dan Siti Hawa kebumi merupakan hukuman dari Allah karena mereka telah melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah Khuldi . Dalam buku Aku beriman maka Aku bertanya karangan Jeffrey Lang terdapat perpektif lain mengenai kisah turunnya Adam dan Hawa. Prof. Jeffrey Lang adalah seorang guru besar Matematika di Universitas Kansas, Lawrence, Amerika Serikat. Sebelum masuk islam, dia adalah seorang atheis yang sangat rasional. Tingkat rasionalitasnya mengantarkan dia menjadi profesor Matematika yang ternama dan namanya disegani. Kembali dalam pembahasannya mengenai Kisah adam dan hawa, mari kita mulai dari ayat Al-Quran:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman:Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. 2:30) Allah memfirmankan ayat ini disurga dengan maksud memberitahu para malaikat bahwa Dia akan menempatkan manusia dibumi untuk mewakili-Nya. Tetapi tiada kata-kata dalam ayat tersebut yang menceritakan kesalahan adam dan hawa Dan Dia mengajarkan kepada Adam seluruh nama (benda-benda), kemudian memperlihatkannya kepada para malaikat, dan Dia berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar (Q.S. 2:31) Al-Quran menjawab pertanyaan malaikat dengan pertama-tama memperlihatkan kemampuan akal manusia (untuk belajar). Selanjutnya, Allah meletakan benda-benda yang namanamanya disebut oleh Adam di depan para malaikat, dan berfirman Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar. Disini diperlihatkan secara gamblang bahwa akal manusia merupakan argumen yang amat penting dalam jawaban Tuhan atas pertanyaan malaikat. Mereka berkata: Mahasuci Engkau, tak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. 2:32) Malaikat-malaikat mengakui ketakmampuan mereka untuk menjawab tantangan Allah Allah berfirman: Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukan kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan? (Q.S. 2:33) Kemudian Allah menunjukan kemampuan Adam yang lain: kemampuan bahasa untuk

menyebutkan seluruh benda, symbol verbal segala sesuatu yang diketahuinya, seluruh pikiran, pengalaman, dan perasaannya. Allah telah menganugrahi manusia kemampuan untuk berbuat salah, tetapi juga memberinya kemampuan-kemampuan lain yang sangat unggul dan tak diberikan kepada malaikat. Para malaikat keberatan karena hanya memerhatikan satu sifat manusia, yaitu kemampuannya untuk berbuat kerusakan dan kesalahan, akan tetapi mereka tidak mengetahui sifat lainnya.Adam telah menunjukan keunggulan akalnya, yang tak dimiliki malaikat. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, mereka pun sujud kecuali iblis; ia menolak dan menyombongkan diri; dan ia termasuk golongan yang tidak beriman. (Q.S. 2:34) Malaikat sujud dan mengakui kelebihan Adam. Akan tetapi, iblis menolak untuk sujud; dan berangkat dari penolakan iblis ini, Al-Quran mengisahkan awal-mula timbulnya dosa. Menurut Al-Quran, akar timbulnya dosa bukanlah uang, sifat rakus, atau nafsu birahi, tetapi kesombongan Dan Kami berfirman:Hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Q.S. 2:35) Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula, dan Kami berfirman: Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan dibumilah tempat tinggalmu dengan segala kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan (Q.S. 2:36) Larangan ini merupakan yang pertama-tama mereka langgar. Peristiwa ini menyiratkan sebuah makna yang amat penting, bahwa itulah pilihan bebas pertama Adam dan Hawa, itulah kali pertama mereka memilih selain apa yang diperintahkan Tuhan. Kemudian Allah menurunkan manusia ke bumi. Pertanyaan para malaikat dan surah AlBaqarah ayat 34 telah terlebih dahulu mengisyaratkan apa yang kelak akan terjadi di bumi. Kata-kata Tuhan dibumilah tempat tinggalmu dengan segala kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan bukanlah kata-kata yang sedang marah atau menghardik. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. 2:37) Ayat ini juga sama sekali tak menunjukan kemarahan Tuhan, tetapi malah menekankan ampunan dan kasih sayang Tuhan. Ayat selanjutnya menunjukan bahwa kata-kata yang Adam terima dari Tuhannya adalah kalimat pelipur lara yang sarat dengan harapan. Kami berfirman:Turunlah kamu dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, barang siapa mengkuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati (Q.S. 2:38) Dua ayat tersebut dituturkan secara simpatik. Pasangan Adam dan Hawa diusir dari surga untuk memulai kehidupan mereka di bumi. Mereka pasti menyesali perbuatan yang telah mereka lakukan dan mencemaskan kehidupan mereka di tempat yang tak familiar. Tuhan mendekati dan menyirami mereka dengan ampunan dan kasih sayang. Dia meyakinkan mereka bahwa mereka akan selalu mendapat tuntunan dari-Nya, dan mereka tak perlu merasa

takut selama mengikuti tuntunan Tuhan. Bila Tuhan mengampuni pasangan itu, mengapa Dia tetap menempatkannya di bumi? karena kehidupan di bumi, menurut Al-Quran, bukanlah hukuman. Keberadaan manusia di bumi mempunyai tujuan yang lebih besar, yaitu untuk menjadi khalifah di muka bumi. Adapun orang-orang yang tak beriman dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya (Q.S. 2:39) Kemudian Al-Quran melanjutkan kisah awal kehidupan manusai dengan melihat akhir kehidupan manusia di akhirat. Ayat ini memberitahukan keadaan orang-orang kafir yang menyangkal ayat-ayat Tuhan di bumi. Tuhan mengakhiri percakapan dengan pasangan manusia pertama dalam kata-kata yang menghibur dan menyejukan, dan mengingatkan pembaca pada ayat berikutnya tanpa memutus alur berpikirnya.. Wallahualam bis showab noviani

You might also like