You are on page 1of 14

LUMPUR AKTIF

I.

Tujuan 1. Menentukkan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan

konsentrasi kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu. 2. Menentukkan kandungan MLVSS yang mewakili kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif. 3. Menentukkan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam lumpur aktif. 4. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukkan persen (%) kandungan bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif terhadap kandungan mula-mula.

II.

Landasan teori

Proses pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan secara anaerobik dan secara aerobik. Pada pengolahan air limbah secara anaerobik mikroorganisme pendekomposisi bahan-bahan organik dalam air limbah akan terganggu pertumbuhannya atau bahkan akan mati jika terdapat oksigen bebas O2 dalam sistem pengolahannya. Dalam pengolahan air limbah secara aerobik mikroorganisme mengoksidasi dan mendekomposisi bahan-bahan organik dalam limbah air limbah dengan menggunakan oksigen yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim dalam mikroorganisme. Pada waktu yang sama mikroorganisme mendapatkan energi sehingga mikroorganisme baru dapat bertumbuh.

Proses pengolahan secara biologi yang paling sering digunakan adalah proses pengolahan dengan menggunakan metode lumpur aktif. Metode ini memanfaatkan kerja mikroba

aktif yang mendegradasi bahan-bahan organik secara aerobik. Karena mikroba aktif ini wujud fisiknya menyerupai lumpur maka kemudian disebut lumpur aktif. Sistem lumpur aktif konvensional sudah dikenal masyarakat industri sejak lama. Dalam aplikasi di lapangan/ industri alur pengoperasian proses lumpur aktif konvensional. Tangki aerasi umumnya terbuat dari beton atau pelat besi berbentuk persegi panjang atau bulat.

Kolom sedimenta si primer

Tangki aerasi

Kolom sedimentas i akhir

Air sudah diolah

udara

lumpur aktif lumpur ke proses pengolahan lumpur

lumpur berlebih

gambar 1.aliran proses lumpur aktif konvensional

penyuntingan udara ke dalam tangki aerasi dilakukan secara difusi (penyemprotan) atau secara mekanis atau gabungan keduanya. Di depan tangki aerasi terdapat tangki pengendapan/ sedimentasi primer dan dibelakang tangki aerasi terdapat tangki sedimentasi akhir.

Nutrisi makanan yang diberikan bagi mikroorganisme pendegradasi limbah dalam lumpur aktif konvensional diberikan sesuai dengan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Glukosa digunakan sebagai sumber karbon, KNO3 sebagai sumber nitrogen, dan KH2PO4 sebagai sumber pospor. Dalam percobaan ini nutrisi yang diberikan bagi mikroorganisme berupa air limbah sintetis. Hal ini dimaksudkan agar penentuan efisiensi pengolahan limbah dalam lumpur aktif konvensional dapat dihitung dengan lebih akurat.

Air limbah beserta mikroorganisme tersuspensi dalam air limbah tersebut biasanya disebut dengan mixed liquor. Untuk mengetahui kuantitas mikroorganisme pendekomposisi atau pendegradasi air limbah maka ditentukan dengan mengukur kandungan padatan tersuspensi yang mudah menguap (MLVSS) dalam reaktor. Rasio food to microorganism (F/M) yang ideal untuk sistem lumpur aktif konvensional berkisar antara 0,2 0,5 kg BOD/hari/kg MLVSS. Jika rasio F/M terlalu besar maka akan terdapat dominasi pertumbuhan bakteri filamen yang menyebabkan lumpur aktif sulit mengendap. Jika F/M terlalu kecil maka akan terbentuk busa yang berasal dari pertumbuhan bakteri pembentuk busa. Maka nilai F/M yang ideal merupakan parameter kunci yang menjadi acuan keberhasilan pengoperasian sistem lumpur aktif.

III.

Alat dan Bahan

Peralatan analisis dan peralatan pendukung 2 buah labu erlenmeyer 250 ml 2 buah corong gelas 2 buah cawan porselin 1 buah desikator 1 buah neraca analitis 1 buah oven 1 buah furnance 1 buah hach COD digester 2 buah tabung hach 1 buah buret lengkap dengan klem dan statip

Bahan kimia yang digunakan Glukosa KNO3

KH2PO4 HgSO4 K2Cr2O7 FAS Indikator ferroin Kertas saring

IV. Tahapan percobaan

Prosedur Kerja

Menentukan COD awal tangki LA sebelum ditambah nutrisi MO

Menentukan MLVSS secara gravimetri

Menentukan konsentrasi nutrisi sebesar 300 mg BOD/L sesuai rasio

Menentukan COD setelah seminggu

Penentuan COD dari sampel

Memasukan 2,5 ml sampel ke tabung hach.

Menambahkan 3,5 ml peraksi kalium bikromat dan 1,5 ml pereaksi asamsulfat pekat Memasukan tabung hatch ke hatch COD digester & panaskan (T=150O C, t=2 jam) Mengeluarkan tabung hatch, biarkan dingin, kemudian titrasi dengan FAS 0,1 N menggunakan indikator ferroin (2-3 tetes). Warna:hijau coklat

*lakukan langkah 1,2,3 untuk aquadest sebagai blanko

Perhitungan:

COD (mg/L) = (a-b)c x 1000 x d x p ml sampel


dimana: a= ml FAS untuk blanko b= ml FAS untuk sampel c= normalitas FAS d= berat equivalen Oksigen (8) p= pengenceran

penentuan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)


Memansakan cawan pijar dalam furnance (t= 1 menit, T=600oC) Memanaskan kertas saring dalam oven (t= 1 jam, Menimbang berat cawan pijar dan kertas saring (sampai didapat berat konstan) menyaring 40 ml air limbah sampel menggunakan kertas saring Memasukan kertas saring yang berisi endapan ke dalam cawan pijar , panaskan dalam oven (t= 1 jam, T=105 oC)

Menimbang berat cawan pijar dan kertas saring yang berisi endapan sampai didapat berat konstan

Memasukan cawan pijar dan kertas saring yang berisi endapan ke dalam furnance (t= 2 jam, T=600oC)

Penentuan konsentrsi nutrit bagi mikroorganisme


Menimbang sampai didapat berat konstan

Mentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah sebesar 500 mg BOD/L ke dalam tangki lumpur aktif dengan perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1.Komposisi substrat terdiri dari glukosa sebagai karbon,KNO3 sebagai sumber nitrogen,dan KH2PO4 sebagai sumber pospor.

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pemberian Substrat BOD limbah yang akan diolah Volume awal pembenihan BOD : N : P = 100 : 5: 1 Sebagai sumber karbon adalah glukosa, nitrogen KNO3 dan fosfor KH2PO4 BM glukosa = 180 C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6 H2O 1 mmol glukosa ekivalen dengan 6 mmol oksigen 180 mg glukosa ~ 192 mg oksigen 1mg oksigen ~ 180/192 mg glukosa Untuk membuat 20 liter limbah dengan BOD 500 mg/l, Keperluan glukosa = (15 x 300 x 180/192) mg = 4218,75 mg = 4,21875 gram BM KNO3 = 101 ; BA N = 14 KNO3 yang dibutuhkan = (5/100 x 4218,75 x 101/14) mg = 1521,76 mg = 1,52176 gram BM KH2PO4 = 136 ; BA P = 31 KH2PO4 yang dibutuhkan = (1/100 x 4218,75 x 136/31) mg = 185,08 mg = 0,18508 gram = 300 mg/l = 15 liter

1. Menghitung Normalitas FAS

Diketahui :

ml K2Cr2O7 N K2Cr2O7 ml FAS

= 10 ml = 0.25 N = 10,38 ml

Jawab :
Normalitas FAS = = 10 mlx 0.25 N 10 ,38 ml K2Cr2O7 x N K2Cr2O7 ml FAS

= 0,241 N

2. Menghitung Kandungan Organic (Chemical Oxygen demand/COD) dari Sampel

Diketahui :

ml FAS untuk blanko ml FAS untuk sampel Normalitas FAS Berat eqivalen oksigen Pengenceran ml sampel

(a) (b) (c) (d)

= 1,310 ml = 1,212 ml = 0,241 N =8 = 10 kali = 2,5 ml

Jawab : COD (mg O2/l) awal = [(a-b)c x 1000 x d x p]/ml sampel = [(1,310 ml-1,212 ml) 0,241 N x 1000 x 8 x 10]/2,5 ml = 755,776 mg O2/l

3. Menghitung Kandungan Mixed Liquor Suspended Solid (MLVSS)

Diketahui:

cawan kososng Kertas saring

(a) = 32,5541 gram (b) = 1,1395 gram

Cawan+kertas (105oC) (c) = 32,5713gram

Cawan+kertas (600oC) (d) = 32,5603gram Jawab : TSS (mg/l) = [(c-a)/ml sampel] x 106 = [(32,5713 32,5541)/10 ml] x 106 = 1720 mg/l VSS (mg/l) = [(c-d)/ml sampel] x 106 = [(32,5713 32,5603)/10 ml] x 106 = 1100 mg/l FSS(mg/l) = TSS VSS = 1720 mg/l - 1100 mg/l = 620 mg/l

4. Menghitung Efisiensi Pengolahan

Efisiensi pengolahan

= [(COD awal COD akhir) / COD awal] x 100% = [(755,766 -292,03)/755,766] x 100% = 61,36 %

*COD akhir dari data kelompok selanjutnya. Tabel 1 No. 1 2 3 4 Data Percobaan MLVSS COD awal COD akhir Efisiensi pengolahan Satuan mg/l mg O2/l mg O2/l % Hasil Percobaan 1100 755,766 292,03 61,36

PEMBAHASAN oleh Novika Amanah Eka Sakti (08401084) Pada praktikum ini dilakukan pengolahan limbah secara aerobic yaitu dengan menggunakan alat lumpur aktif. Sebelum melakukan percobaan,harus mengetahui terlebih dahulu parameter-parameter yang penting apa saja yang harus diperhatikan. Diantaranya, pH lumpur, suhu lumpur, mengalir tidaknya oksigen dalam alat, kandungan COD awal, dan MLVSS lumpur aktif. Parameter-parameter tersebut sangat penting karena jika salah satu tidak memenuhi persyaratan untuk diolah secara lumpur aktif,maka hasil pengolahan dengan metoda lumpur aktif ini akan tidak baik. pH lumpur harus diperhatikan, pH lumpur yang diukur pada percoabaan ini adalah 6,8. Nilai pH ini dikatakan memenuhi persyaratan pH lumpur aktif yaitu 6,5-8. Suhu lumpur yang diukur adalah 27oC. Nilai pH dan suhu ini menentukan kondisi lingkungan yang dapat ditumbuhi mikroba,oleh karena itu, pengukuran pH dan suhu harus dilakukan di awal praktikum, karena jika pH dan suhu tidak memenuhi,maka dapat disesuaikan terlebih dahulu. Selain pH dan suhu,kandungan COD awal pun sama pentingnya untuk diukur. Karena jika kandungan COD melebihi 2000mg/L maka limbah tersebut tidak dapat dioleh secara lumpur aktif. Karena beban pengolahannya sudah melampaui batas toleransi lumpur aktif. Jika limbah sudah melebihi 2000mg/L lebih baik diolah secara anaerobic.

Kandungan organic yang terdapat pada tangki lumpur aktif dinyatakan dalam konsentrasi COD. Pada percobaan ini ingin diketahui perbedaan konsentrasi COD pada awal praktikum dan satu minggu setelah praktikum. Sehingga dapat diketahui kinerja lumpur aktif untuk menurunkan kandungan organic yang terdapat pada limbah. Kinerja lumpur aktif ini dinyatakan dalam efisiensi penurunan COD yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan, konsentrasi COD awal yaitu sebesar 755,766 mgO2/L dan COD akhirnya yaitu sebesar 292,03 mgO2/. Dengan adanya hasil ini membuktikan bahwa memang lumpur aktif dapat menurunkan kadar organic limbah. Selama seminggu lumpur aktif ini dapat menurunkan kadar COD sebesar 463,7636 mg/L. Parameter penting lainnya yang harus diperhatikan adalah MLVSS. MLVSS ini akan menyatakan seberapa banyak mikroba yang terlibat dalam pengolahan lumpur aktif ini. Pengolahan lumpur aktif ini adalah pengolahan limbah dengan media pertumbuhan tersuspensi, sehingga banyaknya mikroba dapat dihitung dengan MLVSS ini. Karena mikroba bersifat melarut dalam lumpur dan ketika diberi panas sampai 600oC, maka mikroba akan menguap seluruhnya. Karena berdasarkan teori, kandungan organic ini akan menguap pada suhu 600oC. Sedangkan jika ingin mengukur TSS cukup diuapkan pada suhu 105oC, karena hanya ingin menguapkan kadar airnya saja. Berdasarkan perhitungan, MLVSS yang didapat adalah 1100mg/L. Jumlah mikroba ini akan menentukan seberapa banyak nutrisi yang harus diberikan. Perbandingan Food/Mikroorganism (F/M) berdasarkan teori yaitu: BOD : N : P = 100 : 5 : 1 BOD dinyatakan dalam gram glukosa. Karena glukosa salah satu contoh dari senyawa organik. Nutrisi N dapat diberikan dalam bentuk senyawa KNO3. Dan nutrisi P dapat diberikan dalam bentuk senyawa KHPO4. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, glukosa, KNO3, dan KHPO4 yang harus ditambahkan berturut,turut adalah 4,21875 gram, 1,52176 gram, dan 0,18508 gram. Perhitungan efisiensi pengolahan dihitung dengan cara menentukan persentasi kandungan bahan organic yang telah didekomposisikan selama satu minggu oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif terhadap kandungan bahan organic awal. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, efisiensi pengolahan sebesar 61,36%. Hasil ini cukup baik dan efisien karena cukup banyak bahan organic yang telah terdekomposisi oleh lumpur aktif.

Kesimpulan
1. 2.

COD awal yang didapat adalah sebesar 755,766 mgO2/liter. Semakin besar harga COD maka hal itu berarti semakin besar oksigen yang MLVSS yang didapat adalah sebesar 1100 mg /L. TSS yang terdapat dalam lumpur sebesar 1720 mg/L.

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada per liter sampel.
3. 4.

5. 6.

FSS yang didapat adalah sebesar 620 mg/L. Efisiensi pengolahan COD yang diperoleh dari percobaan 61,36 %.

Daftar Pustaka Budiastuti, Herawati. 2009. Jobsheet Praktikum Pengolahan Limbah Industri Lumpur Aktif Konvensional. Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.

You might also like