You are on page 1of 18

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH:

1.CHOIRUL UMAM ALFAUZI 2.TRI YUDO PRASTYO 3.DIYAH KWUATI 4.ANGMAS A.P 5.ENDAH SUTIMAH 6.KHUSNUL MUALIFAH

7. LINATU SOFIYAH 8. NUR ALIF 9. TEGAR BUDI P. 10.RAHMA DANI 11.VINDARIANI W.K 12.IRHANI ANAFARIDA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO
2010/2011

Kata pengantar
Puji dan syukur kami panjat kan kepada tuhan yang maha Esa karna berkat rahmat dan hidayah nya kami dapat menyelesaikan dalam pembuatan makalah ini. kami mengucapkan banyak trimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam pembutan makalah ini. kami sadar bahwa dalam kami membuat makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karna itu kami sangat membutuh kan kritik dan saran dari semua pihak sehinga kelak dalam pembuatan makalah yang selanjut nya menjadi lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan yang jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan. Secara umum terhadap dua alas an terhadap pentingnya para perawat tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hukum. Kedua, untuk melindungi perawat dari liabilitas Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang etik dan hukum dalam keperawatan.

TUJUAN Setelah membaca makalah ini, diharapkan mampu memahami :


Pengertian etika profesi keperawatan Tujuan etika keperawatan Kode Etik Keperawatan Hukum Keperawatan Fungsi Hukum dalam Keperawatan Undang-Undang Praktek Keperawatan

BAB II TINJAUAN TEORI ETIK KEPERAWATAN A. Pengertian Etika dan Etiket Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :
o o

baik dan buruk kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).

Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat). Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan standar perilaku dan nilai-nilai yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.

B. Kode Etik Keperawatan Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar kesempurnaan dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan oleh semua anggota kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang waktu, dan berfungsi sebagai standar untuk tindakan profesional mereka. Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di jakarta pada tanggal 29 November 1989. Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.
o o o o o

Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat. Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air. Dengan penjabarannya sebagai berikut:

Tanggung jawab Perawat terhadap klein Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut : Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat. Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat. Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan. Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

b.

Tanggung jawab Perawat terhadap tugas i. Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat. ii. Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. iii. Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan. iv. Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial. v. Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

c. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain sebagai berikut : i. Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru. ii.Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

i.

ii. iii. iv.

b. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendirisendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan. Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur. Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

c. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara i. Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan. ii. Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

d. Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses Code for Nurses) ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Squar, London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini diuraikan sebagai berikut : a. Tanggung Jawab Utama Perawat

Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatnya kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, perawat harus meyakini bahwa: i. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama. ii. Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia. iii. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan institusi terkait. b. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan inidividu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien atau klien. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan. c. Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.

d.

Perawat dan lingkungan Masyarakat

Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. e. Perawat dan Sejawat

Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam. f. Perawat dan Profesi Keperawatan

Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktek keperawatan.

e.

Tujuan Kode Etik Keperawatan

Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan. b. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya. c. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat. d. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan. e. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.

2. HUKUM KEPERAWATAN A. Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan

Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan : 1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum. 2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain. 3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri. 4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier, Erb, 1990)

B. 1. a.

Undang-Undang Praktek Keperawatan Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. b. Pasal 1 ayat 4

Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000) a. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 :

Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan : Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia. Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.

BAB III perizinan, Pasal 8, ayat 1, 2, & 3 : Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan atau kelompok. perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus memiliki SIK Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP

Pasal 9, ayat 1 SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Pasal 10

SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan

kesehatan. Pasal 12 SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi yang lebih tinggi. Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.

Pasal 13 Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.

Pasal 15

Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan

berwenang untuk : Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan. ii. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi: intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan. iii. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksudhuruf (i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi. iv. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan tertulis dari dokter. Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 : Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

i.

Pasal 21 Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di ruang prakteknya. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang papan praktek.

Pasal 31

Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP

sdilarang : Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut. ii. Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a. i.

Dalam Undang-Undang RI No. 23 / Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 53 ayat 2 disebutkan bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standard an menghormati hak-hak pasien. Namun

pada kenyataannya masih banyak keluhan-keluhan masyarakat sehubungan dengan pemenuhan hak-hak pasien dan yang lebih parah lagi ada yang diberitakan dimedia massa. Pada Undang-Undang RI No.8 / Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen Bab I Ketentuan Umum Pasal l ayat 2. menyebutkan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai harang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Ayat 5. menyebutkan bahwa jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Bab II Asas dan Tujuan Pasal 2 Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.Bab III Hak dan Kewajiban. Hak konsumen adalah: a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai c. tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; d. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; e. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; f. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen g. secara patut; h. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; i. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; j. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima

k. tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; l. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya. Sebenarnya apa itu hak-hak pasien ? Hak-hak pasien pada dasarnya yaitu mendapatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk pemenuhan kebutuhan kesehatannya dan yang dimaksud hak-hak pasien pada UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 53 ayat 2 adalah : a. Hak informasi b. Hak untuk mendapatkan persetujuan.

c. Hak atas rahasia kedokteran d. Hak atas pendapat kedua (second opinion).

Hubungan pemenuhan hak-hak pasien dan undang-undang perlindungan konsumen cukup jelas bahwa pelayanan kesehatan merupakan jasa yang dibutuhkan konsumen dalam hal ini adalah pasien. Hak-hak pasien yang harusnya dipenuhi bersesuaian juga dengan hak-hak konsumen.. Sebagai contoh hak informasi bagi pasien seharusnya yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa (pelayanan kesehatan). Informasi yang kadang kurang jelas dan benar sering kita temukan mulai dari loket kartu, misalnya petugas lupa menyampaikan tentang pelayanan poli apa yang akan dituju. Pasien akan kebingungan kemana dia harus memeriksakan kesehatannya, poli umum atau poli penyakit dalam. Hak untuk mendapatkan persetujuan bersesuaian dengan hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai dan hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan. Ketika kita akan melakukan tindakan apa saja kadang kita lupa memintakan persetujuan pasien dan keluarga. Contoh sederhana tindakan memberikan bantuan memadikan pasien, kita seenaknya saja memandikan padahal disana ada keluarga pasien yang mungkin lebih berhak dan lebih disukai oleh pasien. Hak atas rahasia kedokteran sepadan dengan hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Artinya setiap hal yang bersifat rahasia seharusnya dijaga keamanannya tidak dibeberkan kepada orang lain. Misalnya tentang penaykit yang diderita pasien yang harus dirahasiakan dari orang lain selain tim kesehatan yang melayaninya.. Kenapa harus dirahasiakan ? Ada kemungkinan rasa privasi pasien dan keluarga akan terganggu. Petugas kesehatan kadang tidak sadar kalau menyampaikan sesuatu yang sifatnya rahasia kepada teman atau tim kesehatan didepan orang lain yang mungkin tidak seprofesi atau yang tidak berkompeten. Hak atas pendapat kedua (second opinion) pada undang-undang perliindungan kumsumen diantaranya hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan, hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. Setiap tindakan atau pelayanan kesehatan ada pilihan-pilihan yang dapat disampaikan pada pasien dan pasien berhak untuk memilih yang mana atau sekiranya tindakan pertama belum memberi kepuasan pada pasien selaku konsumen maka perlu pilihan kedua. Sebagai contoh pada pemberian obat. Pada obat-obat yang sama fungsinya (obat generik dan paten) kadang petugas lupa menyampaikan tentang pilihan tersebut. Sekiranya pasien tidak mempunyai kemampuan untuk membeli obat paten maka piliha kedua yang dianjurkan. Dari semua hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan yang dialkukan m,erupakan jasa yang memandang pasien selaku konsumen yang hak-haknya haruslaha dipenuhi baik hak sebagai pasien atau hak sebagai konsumen pengguna jasa.

KASUS 3 Tn M dirawat di ICCU karena penyakit IMA. Peraturan di Rumah Sakit tersebut menyatakan bahwa pada perawatan di Ruang ICCU tidak diperkenankan keluarga menunggu pasien dengan jaminan perawat yang akan membantu memenuhi kebutuhan pasien. Pada suatu malam sekitar jam 01.00 wib Tn. M ingin BAK, Anda sebagai seorang perawat ICCU saat itu sedang berjaga. Kondisi anda sangat lelah dan hendak pergi tidur, dan kebetulan saat itu anda sendirian. Apa yang harus dilakukan oleh anda sebagai perawat tersebut.. Telaah kasus 3 a. Idefinisikan dilemma etis yang ada!
Dilema kasus di atas seorang perawat yang mendapat sift malam di ruang ICCU dengan kondisi sangat lelah, sendiri, disisi lain ada seorang klien di ruang ICCU yang menderita IMA sedang ingin BAK.dilema perawat pada saat itu apakah membantu pasien untuk BAK atau tidur karna pada saat itu kondisi perawat dalam keadaan lelah. b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan! Perawat yang sangat lelah dan hendak pergi tidur tetapi di ruang ICCU ada seorang pasien yang ingin BAK Perawat yang pada saat itu berjaga sendirian.

c. Identifikasi factor-faktor bukan pemberi pelayanan seperti Pasien dan keluarga serta faktor eksternal. Pasien yang sakit IMA dengan dipasang alat-alat medis pada tubuh nya sehingga tidak bisa BAK sendiri. Keluarga tidak bisa menunggui pasien karena sudah peraturan dari rumah sakit. Pasien yang sakit IMA jika menahan untuk BAK akan merasa tidak nyaman atau cemas, hal ini tidak baik untuk jantung pasien, karena jika pasien merasakan cemas maka jantung pasien lebih banyak membutuhkan suplai oksigen, sedangkan pada penyakit ini suplai oksigen ke jantung terhambat.

e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi! Perawat dalam hal ini membutuhkan motivasi,kesadaran hati nurani,dan kemauan serta semangat untuk membantu pasien BAK dimalam hari dengan kondisi perawat yang lelah,ingin tidur,dan hanya berjaga sendirian. f. Identifikasi pengambil keputusan!

Keputusan dalam hal ini membutuhkan pertimbangan sesuai dengan hak pasien,kewajiban perawat serta peraturan rumah sakit yang ada.Yang pertama kita melihat dalam sisi hak pasien yang tercantum dalam UU No.8 tahun 1999 pasal 2 BAB III yang menyatakan bahwa pasien berhak mendapatkan keamanan,keselamatan dan kenyamanan.Yang ke dua kita melihat kode etik perawat sesuai dengan hasil musyawarah PPNI tanggal 29 November 1989 menyatakan dalam BAB I dan BAB II menjelaskan tentangtanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat dan juga tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya, sehingga keputusan yang dapat diambil itu merupakan keputusan yang terbaik. g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik! Pada kasus ini yang harus kita kaji dari prinsip-prinsip etik yaitu prinsip beneficence pada perawat dan prinsip otonomi pada pasien. Pada prinsip beneficence perawat harus bisa mencegah, mengatasi masalah pada pasien yang juga harus diterapkan pada kasus ini. Berhubungan dengan prinsip otonomi pada pasien yang mendapatkan kewenangan untuk mengatur dan menjaga dirinya serta juga mendapatkan pelayanan untuk keselamatan dirinya. h. Tentukan alternatif-alternatif untuk memecahkan massalah tersebut! Untuk kedepannya peraturan-peraturan rumah sakit harus diperbaiki atau ditingkatkan lagi, sehingga dapat mencegah agar kasus ini tidak terjadi, misal perawat yang menjaga diruang ICCU khususnya malam hari tidak hanya satu perawat, sehingga pelayanan pasien diruang ICCU lebih optimal. Dan juga peraturan-peraturan dalam rumah sakit lebih diperketat lagi, agar perawatperawat yang berjaga baik disiang maupun dimalam hari tidak semena-mena dalam tugasnya.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Pengendalian praktek keperawatan secara internal adalah Kode Etik sedangkan secara eksternal adalah hukum. Praktek keperawatan harus dilakukan secara benar dalam arti keilmuannya dan baik dalam arti aspek Etik dan legalnya. Praktek Keperawatan berkaitan erat dengan kehidupan manusia untuk itu praktik keperawatan harus dilakukan oleh perawat profesional yang berkompeten. Setiap perawat yang praktek wajib memiliki SIP, SIK, SIPP.dan kita sebagai perawat yang proposional dalam menagambil tindakan untuk mengatasi kasus-kasus yang ada harus melaluui pertimbangan-pertimbangan baik dalam sisi hak-hak pasien atau konsumen,kode etik perawat,serta juga pada uu keperawatan yang ada.

Daftar Pustaka :
Depkes, 1992, Undang-Undang RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Jakarta , 1999, Undang-Undang RI.No.8 Tahun 1999 Tentan Perlindungan Konsumen, Jakarta Carol taylor,carol lillies,priscilla le mone,1997,fundamental of nursing care,third edition, by lippicot philadelpia, New York. Shirley r jones, 1994, ethics in midwifery, by mosby-year book europe Ltd.

You might also like