You are on page 1of 20

1.

Metode Ceramah Metode ceramah merupakan suatu metode yang digunakan untuk menjelaskan materi secara verbal, dan biasanya memiliki alat bantu visual. Menurut Sagala (2003) semua metode memiliki kebaikan dan kelemahan, termasuk metode ceramah. Tahukah Anda kelebihan dan kelemahan metode ceramah? 2. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik agar lebih terpusat kepada proses pembelajaran. Apabila peserta didik kurang konsentrasi, guru dapat melontarkan pertanyaan sebagai salah satu upaya membangkitkan konsentrasi peserta didik. Dengan demikian peserta didik menjadi lebih konsentrasi karena terpaksa harus mencari jawaban atas pertanyaan guru. 3. Metode Diskusi Metode diskusi cocok digunakan untuk kelompok kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi lebih tepat digunakan untuk mempelajari keterampilan yang kompleks, berpikir kritis, dan untuk memecahkan kasus. Oleh karena itu metode diskusi sangat tepat untuk dibiasakan pada anak agar lebih membiasakan anak dalam memecahkan masalahnya. 4. Metode Simulasi Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada peserta didik, agar peserta didik dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu. Penggunaan metode tersebut memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi sehingga dapat mengurangi rasa takut. Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi gejala fisik dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah peserta didik melakukan hal-hal yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan, seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya. 5. Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas adalah metode yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik, yang biasanya lebih banyak dikerjakan di rumah atau di luar sekolah karena penyelesaiannya

memerlukan waktu yang lebih panjang. Metode ini biasa dilakukan guru apabila pembelajaran telah selesai, supaya apa yang telah dijelaskan guru dalam pembelajaran semakin diresapi peserta didik. Selanjutnya, tugas laporan ditanggapi bersama supaya dicapai hasil yang lebih baik. 6. Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah suatu metode yang mengajak peserta didik ke suasana di luar kelas. Peserta didik di bawah bimbingan guru diajak menuju ke tempat-tempat yang kongkret, misalnya tempat rekreasi untuk belajar. Karyawisata berbeda dengan rekreasi. Karyawisata menghasilkan sesuatu yang dicari, sedangkan rekreasi tidak menghasilkan sesuatu yang dilaporkan selain hanya pengalaman-pengalaman. 7. Metode Laboratorium Metode laboratorium adalah suatu metode yang mengaitkan teori dengan pengalaman. Metode ini mungkin digunakan untuk menyelidiki berbagai hal, termasuk tingkah peserta didik. 8. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama (role playing) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mendramasisasikan tingkah laku dalam hubungan social dengan suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan masalah sosial. Metode sosiodrama bertujuan untuk mempertunjukkan suatu perbuatan dari suatu pesan yang ingin disampaikan dari peristiwa yang pernah dilihat. Metode ini juga menjadikan peserta didik menjadi senang, sedih, dan tertawa jika pemerannya dapat menjiwai dengan baik. 9. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa, sampai pada penampilan tinkah laku yang di contohkan agar dapat dipahami oleh peserta didik, baik secara nyata maupun secara tiruan. Metode ini pertama kali digunakan oleh manusia purba, sewaktu akan menambah kayu bakar agar dapat memperbesar nyala api unggun, akhirnya anak-anaknya ikut menirunya. Hal ini lebih cocok untuk gerakan yang sifatnya ke arah gerakan motorik di samping moral.

Dengan demikian metode domonstrasi adalah metode yang digunakan guru untuk mempertunjukkan gerakan dengan prosedur yang benar. 10. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) Untuk kelas tinggi kiranya tidak ada masalah, lebih-lebih jika sering dilakukan. Metode problem solving adalah suatu metode berpikir, dan memecahkan masalah. Dalam hal ini peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diminta untuk memecahkannya. 11. Metode Individual Metode individual adalah suatu metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar yang berkembang sesuai dengan waktu dan kecepatan masing- masing individu. Metode ini biasanya digunakan untuk kepentingan pribadi (privat) atau apabila ditemui ada kelainan pada diri peserta didik. Kebaikan metode individual adalah peserta didik dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya dan tidak merasa rendah dibanding temannya. Kelemahan metode individual adalah peserta didik menjadi kurang berkembang karena mereka belajar tanpa ada motivasi lain dari teman sebayanya. Anda dapat mengklik link tautan dibawah ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode-metode di atas. Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2116322-macam-macam-metodepembelajaran/#ixzz1SkJErqty

A. METODA CERAMAH Cara penyajian pelajaran dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Hal-hal yang menguntungkan: 1. Dapat memberikan informasi pada sejumlah besar siswa. 2. Tidak memerlukan terlalu banyak persiapan 3. Dalam waktu singkat dapat menjelaskan lebih banyak topik pelajaran. 4. Tidak terlalu sulit untuk mengorganisasikan kelas. Kekurangan dari metoda ceramah diantaranya : 1. Siswa dimungkinkan kurang memahami informasi 2. Kurang mengembangkan kreatifitas 3. Sulit untuk mengetahui apakah setiap siswa memahami seluruh penjelasan. 4. Kurang melibatkan seluruh pancaindera siswa.

Beberapa langkah pelaksaaan metode ceramah 1. Gunakan teknik bertanya 2. Tunjukkan fakta nyata 3. Gunakan model 4. Gunakan analogi 5. Gunakan media mengajar yang bervariasi 6. Susunlah rencana pelajaran B. METODA DEMONSTRASI Cara penyajian pelajaran dengan memperagakan suatu proses, situasi atau benda tertentu baik sebenarnya atau tiruan,yang sering disertai penjelasan lisan. Keuntungan metoda ini : 1. Tidak memerlukan banyak peralatan 2. Keselamatan siswa 3. Mendorong siswa untuk lebih kreatif, kritis 4. Pengajar menjadi lebih menarik, jelas dan nyata Kekurangan metoda demonstrasi 1. Guru dituntut untuk trampil mengoperasikan peralatan serta bahan demonstrasi. 2. Memerlukan pengaturan alat dan ruang secara hati-hati 3. Biasanya memerlukan waktu yang cukup lama Langkah Demonstrasi 1. Demonstrasi hendaknya direncanakan 2. Seluruh kelas dapat melihat dengan jelas 3. Guru mempersiapkan pertanyaan khusus Waktu hendaknya diatur sehingga cukup untuk siswa bertanya, mengemukakan pendapat, menarik kesimpulan, menganalisa data, mengamati demonstrasi dan persiapan guru C. METODA DISKUSI KELOMPOK KECIL Diskusi kelompok kecil adalah metoda mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dan bekerja bersama. Kelebihan metoda diskusi 1. Mengembangkan sifat toleransi, kerjasama, menumbuhkan jiwa kepemimpinan, dan kemasyarakatan yang baik 2. Siswa bebas bertanya kepada rekannya 3. Siswa aktif secara kognitif maupun fisik 4. Mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat, menghargai dan menerima pendapat,serta menumbuhkan sifat demokratis 5. Dimungkinkan memperoleh jawaban yang berbeda

Kelemahan 1. Pembahasan meluas 2. Memerlukan waktu yang lama 3. Kadang menimbulkan emosi yang tidak terkontrol 4. Pembicaraan diborong beberapa siswa Langkah-langkah metode diskusi 1. Siapkanlah masalah 2. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok siswa 3. Aturlah tempat duduk mereka agar dapat bekerja sama 4. Berilah kesempatan kepada kelompok untuk mencari jawaban 5. Berilah kesempatan kepada kelompok untuk mengemukakan pendapat dalam forum kelas (diskusi kelas) 6. Tulislah rangkuman dari semua jawaban yang benar D. BELAJAR DI LUAR KELAS (FIELD TRIPS/OUTDOOR ACTIVITIES Belajar diluar kelas dapat dihanggap sebagai salah satu jenis kegiatan laboratorium. Keuntungan: 1. Menyediakan pengalaman nyata 2. Meningkatkan motivasi dan keberhasilan siswa belajar 3. Siswa menjadi aktif 4. Siswa lebih lama mengingat fakta 5. Siswa lebih senang dan bergairah E. METODA TUGAS Metoda tugas adalah memberikan tugas tertentu dalam selang waktu yang disesuaikan dengan bobot tugas. Keuntungan : 1. Siswa menjadi aktif 2. Siswa dapat menggunakan lebih banyak sumber belajar 3. Mengembangkan sikap mandiri 4. Melatih siswa menyatakan ide-idenya. Kelemahan: 1. Sulit diketahui apakah yang mengerjakan siswa sendiri 2. Jika tugas kelompok yang aktif hanya beberapa siswa 3. Tidak mudah memberi tugas dengan adanya perbedaan individu 4. Jika tugasnya monoton dapat menimbulkan kebosanan 5. Terlalu sering memberi metoda tugas akan menurunkan motivasi siswa Langkah-langkah pelaksanaan

1. Pernyataan tugas harus jelas dan menarik 2. Organisasi siswa sesuai dengan bobot tugas 3. Tenggang waktu pengumpulan tugas disesuaikan dengan bobot tugas 4. Setiap tugas dikoreksi dan dinilai 5. Berilah kesempatan berdiskusi dengan guru F. METODA PERCOBAAN Metoda percobaan adalah cara penyajian pelajaran dimana biasanya siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, dan diberi kesempatan untuk mengelola bahan maupun peralatan serta mengamati gejala alam. Kelebihan lain dari metoda percobaan 1. Mengembangkan daya nalar juga melatih ketrampilan mengelola bahan dan peralatan. 2. Hasil belajar menjadi permanen (sulit untuk lupa) 3. Meningkatkan rasa ingin tahu. 4. Mengembangkan sikap ilmiah 5. Mengembangkan jiwa kerjasama Kekurangan metoda ini antara lain: 1. Memerlukan waktu yang cukup lama. 2. Mmerlukan peralatan dan bahan untuk sejumlah siswa. 3. Memerlukan guru yang menguasai konsep, terampil,teliti,ulet,dan tabah. 4. Siswa jenuh untuk menghapal seluruh nama dan cara kerja peralatan laboratorium. Pelaksanaan percobaan: 1. Susunlah lembar kerja siswa (LKS) 2. Bagilah siswa dalam kelompok kecil tidak lebih dari 5 orang tiap kelompok. 3. Siapkan peralatan 4. Demonstrasikan cara kerja peralatan yang sekiranya berbahaya 5. Beri kesempatan kelompok melaksanakan percobaan dan melakukan diskusi 6. Rencanakan waktu sebaik mungkin dan konsisten. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2104398-macam-macam-metodepembelajaran-kelebihan/#ixzz1SkJX8KF0

4. Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Mengatasi Masalah Pendidikan IPS di SD Sejumlah model pendekatan pembelajaran tersebut diatas, masing-masing mengedepankan keunggulan dalam mengupayakan pencapaian sasaran yang diyakini oleh setiap

pengembangannya, namun untuk penerapan praktis di tempat yang sangat mungkin berbeda, harus dikalkulasikan dengan berbagai aspek kondisional yang tentu tidak sama. Sekurangkurangnya dimana, oleh, atau dengan dan terutama untuk siapa proses pembelajaran dilakukan. Khusus berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran pada anak usia pertumbuhan, dari sejumlah model tersebut tentunya dapat dirujuk model pendekatan yang menjadi rujukan di atas dengan sebutan model Cognitive Emotion and Social Development. Dasar pandangannya adalah anak merupakan produk berbagai pengaruh, mulai dari keluarganya, kesehatan, kondisi sosial ekonomi dan sekolah. Bahwa masing-masing pendekatan pada pandangan teoritis berkenaan dengan stressingnya, dalam praktisnya dapat terjadi saling berkait antara satu pendekatan dengan pendekatan lain secara bersamaan. Untuk itu, memenuhi keperluan teknis operasional dalam mengembangkan pembelajaran Pengetahuan Sosial berbasis pendekatan nilai khususnya, berikut dipetikan langkah teknis sejumlah model pilihan yang dipandang mewakili tuntutan karakteristik materil, peserta didik dan setting sosial yang menjadi lingkungan kultur dan belajar SD/MI umumnya di tanah air. Beberapa dari sejumlah pendekatan yang menjadi rujukan tersebut, secara parsial terliput dalam kerangka teknis model pilihan berikut, antara lain: Model Inkuiri, VCT, Bermain Peta, ITM (STS), Role Playing, dan Portofolio. 1) Model Inkuiri a) Makna Pembelajaran Inkuiri Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dirasionalisasi pada pandangan dasar bahwa dalam model pembelajaran tersebut, siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar mandiri. Model inkuiri pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan bahwa model tersebut secara luas dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies (Savage and Amstrong, 1996). Pengembangan strategi

pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sanagt sesuai dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara. b) Langkah-langkah Inkuiri Langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam model inkuiri pada hakekatnya tidak berbeda jauh dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan oleh John Dewey dalam bukunya How We Think. Langkah-langkah tersebut antara lain: Langkah pertama, adalah orientation, siswa mengidentifikasi masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari. Langkah kedua hypothesis, yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan. Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesa tersebut. Langkah keenam generalization, pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980). 2) Model Pembelajaran VCT a) Makna Pembelajaran VCT

VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat. b) Langkah Pembelajaran Model VCT Berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa cara, antara lain: a. Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation) Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan untuk perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri: 1) Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik 2) Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik 3) Peserta didik merespon pernyataan guru 4) Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada tujuan yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam materi tersebut.

b. Teknik Lecturing Teknik lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain: 1) Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat guru. 2) Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb. 3) Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut. c. Teknik menarik dan memberikan percontohan Dalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior), guru membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan. d. Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik dituntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus, dilarang, dan sebagainya. e. Teknik tanya-jawab Teknik tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan pendapat pikirannya. f. Teknik menilai suatu bahan tulisan Teknik menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode (misal: baik

- buruk, benar tidak-benar, adil tidak-adil dll). Cara ini dapat dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap penilaian. g. Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri. 3) Model Bermain Peta Keterampilan menggunakan dan menafsirkan peta dan globe merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial. Keterampilan menginterpretasi peta maupun globe perlu dilakukan peserta didik secara fungsional. Peta dan globe memberikan manfaat, yaitu: a) siswa dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar, batas-batas suatu daerah; b) memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-istilah geografi seperti: pulau, selat, semnanjung, samudera, benua dan sebagainya; c) memahami peta dan globe, diperlukan beberapa syarat yaitu : (a) arah, siswa mengerti tentang cara menentukan tempat di bumi seperti arah mata angin, meridian, paralel, belahan timur dan barat; (b) skala, merupakan model atau gambar yang lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya; (c) lambanglambang, merupakan simbo-simbol yang mudah dibaca tanpa ada keterangan lain; (d) warna, menggunakan berbagai warna untuk menyatakan hal-hal tertentu misalnya: laut, beda tinggi daratan, daerah, negara tertentu dsb. 4) Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat) a) Kebermaknaan Model Pendekatan ITM Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS (ScienceTechnology-Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik terhadap pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional (texbook), yakni berkisar masih pada pengajaran tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa menghubungkannya dengan dunia nyata yang integral. ITM dikembangkan kemudian sebagai sebuah pendekatan guna mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan cara melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari

informasi untuk meemcahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan kesehariannya. Pendekatan ITM menekankan pad aktivitas peserta didik melalui penggunaan keterampilanproses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, seperti; melakukan kegiatan pengumpulan data, menganalisis data, melakukan survey observasi, wawancara dengan masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dsb. Oleh karena itu, permasalahan tentang kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak terlepas dari perkembangan ilmu dan teknologi, dapat dijawab melalui inkuiri. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih aktif dalam menggali permasalahan berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga mampu melahirkan kerangka pemecahan masalah dan tindakan yang dapat dilakukan secara nyata. Karena itu, pendekatan ITM dipandang dapat memberi kontribusi langsung terhadap misi pokok pembelajaran pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan warga negara agar memiliki kemampuan: a) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, b) mengambil keputusan sebagai warga negara, c) membuat hubungan antar pengetahuan, dan d) mengingat sejarah perjuangan dan peradaban luhur bangsanya. b) Langkah Pendekatan ITM Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran pendekatan ITM antara lain: 1. Menekankan pada paham kontruktivisme, bahwa setiap individu peserta didik, telah memiliki sejumlah pengetahuan dari pengalamannya sendiri dalam kehidupan faktual di lingkungan keluarga dan masyarakat. 2. Peserta didik dituntut untuk belajar dalam memecahkan permasalahan dan dapat menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan lainnya) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah. 3. Pola pembelajaran bersifat kooperatif (kerja sama) dalam setiap kegiatan pembelajaran serta menekankan pada keterampilan proses dalam rangka melatih peserta didik berfikir tingkat tinggi.

4. Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses pembelajaran yang ditempuh dengan cara pengamatan (observasi) terhadap objek-objek yang dipelajarinya. 5. Masalah-masalah aktual sebagai objek kajian, dibahas bersama guru dan peserta didik guna menghindari terjadi kesalahan konsep. 6. Pemilihan tema-tema didasarakan urutan integratif. 7. Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah isu dan masalah sosial yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. c) Tahapan Metode Pendekatan ITM (1) Tahap Eksplorasi Kegiatan eksplorasi merupakan tahap pengumpulan data lapangan dan data yang berkaitan dengan nilai. Peserta didik dengan bantuan LKS secara berkelompok melakukan pengamatan langsung. Eksplorasi dilakukan guna membuktikan konsep awal yang mereka miliki dengan konsep ilmiah. (2) Tahap Penjelasan dan Solusi Dari data yang telah terkumpul berdasarkan hasil pengamatan, diharapkan peserta didik mampu memberikan solusi sebagai alternatif jawaban tentang persoalan lingkungan. Peserta didik didorong untuk menyampaikan gagasan, menyimpulkan, memberikan argumen dengan tepat, membuat model, membuat poster yang berkenaan dengan pesan lingkungan, membuat puisi, menggambar, membuat karangan, serta membuat karya seni lainnya. (3) Tahap Pengambilan Tindakan Peserta didik dapat membuat keputusan atau mempertimbangkan alternatif tindakan dan akibat-akibatnya dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehnya. Berdasar pengenalan masalah dan pengembangan gagasan

pemecahannya, mereka dapat bermain peran (Role Playing) membuat kebijakan strategis yang diperlukan untuk mempengaruhi publik dalam mengatasi permasalahan lingkungan tersebut. (4) Diskusi dan Penjelasan Berikutnya guru dan peserta didik melakukan diskusi kelas dan penjelasan konsep melalui tahapan sebagai berikut: Masing-masing kelompok melaporkan hasil temuan pengamatan lingkungannya. Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelas lainnya untuk memberikan tanggapan atau informasi yang relevan terhadap laporan kelompok temannya. Guru bersama peserta didik menyimpulkan konsep baru yang diperoleh kemudian mereka diminta melihat kembali jawaban yang telah disampaikan sebelum kegiatan eksplorasi. Guru membimbing peserta didik merkonstruksi kembali pengetahuan langsung dari objek yang dipelajari tentang alam lingkungannya. (5) Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep Guru bertanya pada peserta didik tentang hal-hal yang diliahat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan aplikasi konsep baru yang telah ditemukan. Guru dan peserta didik mendiskusikan sikap dan kepedulian yang dapat mereka tumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan konsep baru yang telah ditemukan. (6) Tahap Evaluasi Pada tahapan evaluasi, guru memperlihatkan gambar suasana lingkungan yang berbeda yaitu lingkungan yang terpelihara dan yang tidak terpelihara. Kemudian

menggunakan pertanyaan pancingan pada peserta didik sehingga mampu memberikan penilaian sendiri tentang keadaan kedua lingkungan tersebut. (7) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup merupakan kegiatan penyimpulan yang dilakukan guru dan peserta didik dari seluruh rangkaian pembelajaran. Sebagai bagian penutup, guru menyampaikan pesan moral. 5) Model Role Playing a) Kebermaknaan Penggunaan Model Role Playing Role Playing adalah salah satu model pembelajaran yang perlu menjadi pengalaman belajar peserta didik, terutama dalam konteks pembelajaran Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan didalamnya. Sebagai langkah teknis, role playing sendiri tidak jarang menjadi pelengkap kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dengan stressing model pendekatan lainnya, seperti inkuiri, ITM, Portofolio, dan lainnya. Secara komprehensif makna penggunaan role playing dikemukakan George Shaftel (Djahiri, 1978: 109) antara lain: 1) untuk menghayati sesuatu/hal/kejadian sebenarnya dalam realitas kehidupan; 2) agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya; 3) untuk mempertajam indera dan perasaan siswa terhadap sesuatu; 4) sebagai penyaluran/pelepasan tensi (kelebihan energi psykhis) dan perasaan-perasaan; 5) sebagai alat diagnosa keadaan; 6) ke arah pembentukan konsep secara mandiri; 7) menggali peran-peran dari pada dalam suatu kehidupan/kejadian/keadaan; menggali dan meneliti nilai-nilai (norma) dan peranan budaya dalam kehidupan; 9) membantu siswa dalam mengklarifikasikan (memperinci) pola berpikir, berbuat dan keterampilannya dalam membuat/ mengambil keputusan menurut caranya sendiri; 10) membina siswa dalam kemampuan memecahakan masalah. b) Langkah-langkah Role Playing

Adapun langkah-langkahnya, Djahiri (1978: 109) mengangkat urutan teknis yang dikembangkan Shaftel yang terdiri dari 9 langkah dalam tabel berikut. No. Urutan Langkah 1. Penjelasan umum Kegiatan dan Pelakunya 1.1. Mencari atau mengemukakan permasalahan (oleh guru atau bersama siswa). 1.2. Memperjelas masalah/ topik tersebut (guru). 1.3. Mencari bahan-bahan, keterangan atau penjelasan lebih lanjut, dengan menunjukan sumbernya (guru & siswa). 1.4. Menjelaskan tujuan, makna dari role 2. Memilih para pelaku playing. 2.1. Menganalisis peran yang harus dimainkan (guru bersama siswa). 2.2. Memilih para pelakunya (dibantu guru). 3. 4. Menentukan Observer Menentukan jalan cerita 3.1. Menentukan observer dan menjelaskan tugas dan peranannya (guru & siswa). 4.1. gariskan jalan ceritanya. 4.2. tegaskan peran-peran yang ada didalamnya. 4.3. berikut gambaran situasi keadaan cerita 5. Pelaksanaan (bermain) tersebut (guru + siswa). 5.1. Mulai melakonkan permainan tersebut 5.2. Menjaga agar setiap peran berjalan. 5.3. Jagalah agar babakan-babakan terlihat jelas. Kegiatan dan Pelakunya 6.1. Telaah setiap peran, posisi, dan permainan.

No. Urutan Langkah 6. Diskusi dan permainan

6.2. diskusikan hal tersebut berikut saran perbaikannya. 6.3. Siapkan permainan ulangan. dan7.1. Seperti sub 5 dan sub 6

7. 8.

Permainan

ulang

diskusi serta penelaahan Mempertukarkan pikiran,8.1. Setiap pelaku mengemukakan pengalaman, pengalaman dan membuat kesimpulan 8.2. Observer mengemukakan penilaian pendapatnya. 8.3. Siswa dan guru membuat kesimpulan dan merangkainya dengan topik / konsep yang sedang dipelajarinya. perasaan dan pendapatnya.

6) Model Portofolio a) Makna Pembelajaran Portofolio Protofolio dalam pendidikan mulai dipergunakan sebagai salah satu jenis model penilaian (Assesment) yang berbasis produk, yakni penilaian yang didasarkan pada segala hasil yang dapat dibuat atau ditunjukan peserta didik, kemudian dihimpun dalam sebuah map jepit (portofolio) untuk dijadikan bahan pertimbangan guru dalam memberikan asesmen otentik terhadap kinerja peserta didik. Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: portofolio merupakan karya terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan. Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan mereka pada metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik kewarganegaraan/kemasyarakatan.

b) Langkah-langkah Penbelajaran Portofolio Secara teknis pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam kelas ke dalam beberapa kelompok, lajimnya dilakukan menjadi 4 atau sesuai menurut keadaan dan keperluannya. Berdasarkan urutannya, setiap kelompok membidangi tugas dan tanggungjawab masing-masing, antara lain: (1) Kelompok portofolio-satu; Menjelaskan masalah, dalam tugasnya kelompokini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah mereka pilih untuk dikaji dalam kelas. (2) Kelompok portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk memecahkan masalah, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk memecahkan masalah. (3) Kelompok portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelas, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta memberikan pembenaran terhadap kebijakan tersebut. (4) Kelompok portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah (setempat) dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang menujukkan bagaimana warganegara dapat mempengaruhi pemerintah (setempat) untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan

Pendidikan IPS adalah disiplin ilmu-ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalahmasalah sosial. Dalam proses pendidikan IPS di SD, pembelajarannya kurang memperhatikan karakteristik anak usia sekolah dasar, yakni terkait dengan perkembangan psikologis siswa. Anak dalam kelompok usia SD (6-12 tahun) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, lingkungan, ritual, akulturasi, demokrasi, nilai, peranan merupakan konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. Jika hal ini dibiarkan terus, maka pembelajaran IPS dapat menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukanlah model pembelajaran yang sesuai untuk materi IPS di SD dan memperhatikan karakteristik anak usia SD. Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pendidikan IPS di SD adalah : a. Model Inkuiri b. Model Pembelajaran VCT c. Model Bermain Peta d. Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat) e. Model Role Playing f. Model Portofolio 2. Saran

Dalam mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, kita harus memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, programprogram pelajaran IPS di sekolah haruslah diorganisasikan secara baik. Sejumlah model pendekatan pembelajaran yang telah dijelaskan diatas, masing-masing mengedepankan keunggulan dalam mengupayakan pencapaian sasaran yang diyakini oleh setiap pengembangannya, namun untuk penerapan praktis di tempat yang sangat mungkin berbeda. Oleh karena itu harus dikalkulasikan dengan berbagai aspek kondisional yang tentu tidak sama.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like