Professional Documents
Culture Documents
Materi I Merajut Pakaian Taqwa Pada hakekatnya, pakaian adalah segala yang melekat di badan ini; entah baju, celana, segala aksesoris yang melekat lainnya, termasuk perhiasan. Selaras dengan pengertian ini, bahkan Allah membahasakan suami sebagai pakaian dari istri; dan istri adalah pakaian dari suami (Q.S. Al-Baqarah: 187: hunna libaasul lakum wa antum libaasun lahunna). Mungkin karena suami dan istri pun melekat satu sama lain, hingga mereka tak ubahnya seperti pakaian. Setidaknya ada 3 macam fungsi pakaian yang disebut di dalam AlQuran. Pertama, pakaian sebagai penutup aurat (Q.S. An-Nuur: 58 dan Al-Araf: 26). Kedua, pakaian sebagai perhiasan (Q.S. Al-Araf: 26). Dan ketiga, pakaian sebagai pelindung, yakni dari panas dan hujan, juga dari serangan musuh (Q.S. An-Nahl:81). Tak kurang dari 20 ayat ditemukan di dalam Al-Quran yang berbicara tentang pakaian. Entah memakai bahasa libaasun, kiswatun, saraabil, maupun tsiyab. Namun, semuanya berbicara tentang pakaian lahiriah. Pakaian dunia. Hanya ada satu yang menyebutkan tentang pakaian ruhani. Pakaian ruhani adalah sebenar-benar pakaian, yang menunjukkan baik buruknya seseorang. Meski seseorang mengenakan pakaian lahiriah yang mewah dan mahal, tetapi jika pakaian ruhaninya rusak, jelek, terhina, maka dirinya akan terhina pula. Pakaian lahiriahnya tidak bermanfaat apa-apa. Pakaian lahiriahnya tak bisa melindungi kejelekannya. Mungkin ia akan mulia dalam pandangan manusia, tetapi tidak dalam pandangan Allah. Apakah pakaian ruhani yang dimaksud? sebagai pakaian taqwa (libaasut taqwa). Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan mereka selalu ingat. (Q.S. Al-Araf: 26). Al-Quran menyebutnya Sebagaimana firmannya, Yang demikian itu adalah Allah, mudah-mudahan
Tentang taqwa, imam Ali karramallahu wajhah berkata: (Takut kepada Zat Yang Mahaagung; mengamalkan apa yang diturunkan (al-Quran); dan menyiapkan diri untuk menyambut datangnya hari yang kekal [akhirat]).
Materi 3 Ramadhan Bulan Jihad (Bagian Pertama): Memahami Makna Jihad Rasulullah SAW. selalu memotivasi para sahabat dengan kabar gembira akan datangnya Ramadhan, sebagaimana sabdanya, Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, rajanya bulan, sambut dan hormatilah Ramadhan. Lintasan sejarah Islam berbicara, terdapat hubungan yang penting antara jihad dan Ramadhan. Selama kehidupan Rasulullah saw., dua buah peperangan terjadi di bulan Ramadhan, yang pertama adalah Perang Badar yang terjadi di tahun kedua setelah hijrah, dan yang kedua Penaklukan Mekkah (futuh Makkah) sekitar 6 tahun kemudian. Bahkan, setelah kehidupan Rasulullah SAW, bulan Ramadhan tetap menjadi bulan konfrontasi militer penting bagi kaum muslimin. Beberapa kejadian penting yang berhubungan antara bulan Ramadhan dan jihad terus terjadi dalam kehidupan bersejarah kaum muslimin. Tentunya, Allah SWT yang paling mengetahui hikmah yang besar mengapa bulan Ramadhan begitu memiliki kaitan erat dengan jihad. Pastinya, Allah SWT sajalah yang mengetahui hikmah itu semua dan memberikan indikasi dan tanda-tanda tersebut, yakni kaitan antara Ramadhan dan jihad kepada kaum muslimin. Untuk memahami lebih dalam hubungan ini maka seseorang haruslah memahami esensi jihad sebaik dia memahami esensi shaum. Jihad adalah aktualisasi dari ibadah seorang muslim untuk membuktikan tidak ada kecintaan baginya kecuali hanya Allah SWT saja, Rasulullah SAW, dengan upaya sekuat tenaga untuk menggapai Ridho Ilahi. Seorang Mujahid dengan bersungguh-sungguh memberikan semua apa pun miliknya di dunia, termasuk hidupnya, ini merupakan bukti bahwa dia sungguhsungguh ikhlas beribadah hanya kepada Allah SWT. semata. Dia tidak memiliki keinginan lain, selain Allah SWT. Dia tidak menyembah materi apa pun dalam kehidupannya, keinginannya, dan semua semata-mata ditujukan untuk menggapai keridloan-Nya. Inilah tujuan seorang Mujahid dan tidak ada selain itu. Untuk beberapa alasan, banyak muslim tidak mampu melakukan keikhlasan dalam beribadah tersebut. Mereka masih membutuhkan atau mengharapkan sesuatu yang lain meskipun mereka tahu bahwa mereka adalah hamba Allah SWT, mereka masih lebih mementingkan pekerjaan, keluarga, kesehatan, dan segala sesuatu yang merupakan kenikmatan dunia. Salah satu jalan untuk mencapai tingkat ketulusan ibadah tersebut adalah taqwa, sebagaimana firman Allah SWT.
Materi 4 Ramadhan Bulan Jihad (Bagian Kedua) 1. Ramadhan Bulan Istimewa, Ramadhan adalah bulan kesempatan umat Islam untuk membakar dosa lebih intensif dibandingkan dengan bulan lain. Mengapa membakar dosa? Pertama, amalan puasa adalah ibadah istimewa dan berpahala istimewa yang mampu meningkatkan ketakwaan dan menepis semua bentuk kemunkaran dan maksiat. Kedua, pada bulan ini umat Islam mendapatkan panen pahala karena ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu lailatul qadar, dan ketiga, dilipatgandakannya pahala semua amalan muslim dan muslimah. Yang wajib dilipatgandakan 70 kali dan yang sunnah disamakan dengan pahala amalan wajib. Dengan keistimewaan ini, dosa umat Islam terbakar oleh banyaknya pahala amalan kebajikan yang diraih pada bulan Ramadhan. Barangkali, di sinilah rahasianya mengapa Rasulullah senantiasa menanti bulan Ramadhan, sehingga berdoa, Allahumma baarik lanaa fi Rajaba wa Syabaan wa ballighnaa Ramadlan (Ya Allah berkati kami pada bulan Rajab dan bulan Syaban dan antarkan kami sampai ke bulan Ramadhan.). Selain dari pada itu, Beliau senantiasa berkhutbah ketika menyambut awal Ramadhan. Di antara isi khutbahnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan An Nasai adalah sebagai berikut: Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penuh berkah. Allah mewajibkan atas kamu puasa di bulan itu. Pada bulan itu semua pintu neraka terbuka lebar dan semua pintu neraka Jahim tertutup rapat serta syetan-syetanpun dibelenggu. Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya, maka sesungguhnya orang yang tidak beramal kebaikan pada bulan ini sungguh amat merugi. Konotasi pintu-pintu surga terbuka lebar dan pintu neraka tertutup rapat dan syetan-syetanpun dibelenggu, maksudnya bahwa orang yang berpuasa berkesempatan besar untuk masuk surga dan jauh dari
Materi 5 Akhlak Mulia Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu: 1. Akhlak kepada Allah, Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist. 2. Akhlak kepada Ciptaan Allah, Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati. Mengingat sangat luasnya cakupan akhlak ini karena menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, maka secara garis besar struktur akhlak mulia terhadap seluruh ciptaan Allah itu dapat digambarkan seperti struktur sederhana berikut ini. Yang pertama yaitu ciptaan Allah yang gaib, meliputi gaib dalam arti positif dan gaib dalam arti negatif. Gaib dalam arti positif di antaranya malaikat, qada dan qadar, kiamat, alam kubur, padang mashar, sorga dan neraka beserta penghuninya, dan lain sebagainya. Sedangkan gaib dalam arti negatif di antaranya iblis, jin, syetan, dan benda serta alam gaib lainnya. Yang kedua yaitu ciptaan Allah yang nyata. Ciptaan Allah yang nyata meliputi sesama manusia (nabi dan rasul, diri sendiri, orang tua, kerabat dekat, kerabat jauh, tetangga dekat dan tetangga jauh, sesama muslim, non muslim), selain manusia (tumbuhan dan hewan), serta benda mati (bumi dan segalanya serta benda angkasa). Walau struktur yang disampaikan masih sangat jauh dari lengkap dan sempurna, namun diharapkan akan bisa memberikan gambaran cakupan akhlak mulia yang sudah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. Seluruh sikap dan perilaku serta adab sopan santun terhadap semua ciptaan Allah sudah termuat dan tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Tinggal bagaimana kita bisa mempelajarinya secara benar dan teliti serta mengamalkannya.
Materi 6 Meraih Ampunan Di Bulan Ramadhan Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala Allah semata maka diampunilah dosanya yang telah berlalu. (HR al-Bukhari dan Muslim). Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, melalui sabda Nabi saw. tersebut, telah menegaskan kepada kaum Muslim tentang berita pengampunan pada bulan Ramadhan. Sungguh, ini adalah bentuk kebesaran dan kasih sayang Sang Pencipta kepada makhlukNya. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan pengampunan. Oleh sebab itu, pada bulan Ramadhan umat Islam diperintahkan untuk banyak memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun. Dosa merupakan konsekuensi dari perbuatan maksiat kepada Allah SWT, baik karena mengabaikan kewajiban ataupun melakukan keharaman. Manusia sering berbuat dosa, siang maupun malam hari. Di rumah, di masjid, di kantor, di angkot, di bis, di kendaraan pribadi, di kereta api, di terminal, di stasiun, di bandara, di sekolah, di kampus, di pabrik dan dimana saja seseorang sangat mungkin berbuat kesalahan. Berbuat salah memang sudah sunnatullah. Sebab, Rasul sendiri telah menyatakan bahwa manusia itu tempat salah dan lupa. Untuk itu, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk sering meminta ampunan kepada-Nya. Allah SWT berfirman: Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa merekadan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. (QS Ali Imran [3]: 135).
11
Dari Jabir r.a., ia berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam. (HR. Muslim dan Ahmad) Qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba dengan Rabbnya. Sang hamba merasa lezat di kala munajat dengan Penciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji Sang Pencipta. Dan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesuai dengan janjinya, akan mencintai hamba yang mendekat kepadanya. Kalau Allah swt. mencintai seorang hamba, maka Ia akan mempermudah semua aspek kehidupan hambaNya. Dan memberi berkah atas semua aktivitas sang hamba, baik aktivitas di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Sang hamba akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati oleh sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya. Seorang muslim yang kontinu mengerjakan qiyamullail, pasti dicintai dan dekat dengan Allah swt. Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita, Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa. (HR. Ahmad) Jika Anda ingin mendapat kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia, amalkanlah qiyamullail secara kontinu. Dari Sahal bin Saad r.a., ia Menuju Kembali Kepada Fitrah 13
Kenapa bulan Ramadhan disebut dengan syahrut Tarbiyah (bulan pembinaan dan pendidikan)?? Karena pada bulan ini umat Islam dididik langsung oleh Allah SWT. dan diajarkan oleh-Nya supaya bisa mengatur waktu dalam kehidupan secara baik; Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah. Tarbiyah adalah sarana yang sangat urgen bagi kehidupan insan dan umat, karena dengan tarbiyah akan lahir Syakhshiyah islamiyah mutakamilah mutawazinah (kepribadian islami yang utuh dan seimbang) yang siap menjawab tantangan zaman dengan segala problematika, ujian dan cobaannya. Dalam kontek tarbiyah itu sendiri; untuk menghasilkan kader-kader yang memiliki Syakhshiyah islamiyah mutakamilah mutawazinah (kepribadian islami yang utuh dan seimbang), maka pembinaan dalam Islam harus mampu merealisasikan tujuan-tujuan berikut ini: (1) Memahami Islam sebagai manhaj atau pedoman hidup bagi Manusia yang bersifat syumiliyah (universal), mutawazinah (seimbang), mutakamilah (integral), alamiyah (global), murunah (fleksibel) dan waqiiyyah (realistis) serta robbaniyyah (bersumber dari Allah).
15
Materi 9 Sarana-sarana Tarbiyah Ramadhan Secara garis besar dapat kita temui bahwa Ramadhan merupakan sarana tarbiyah yang meliputi :
1. Ramadhan merupakan sarana Tarbiyah Ruhiyah (pembinaan spiritual) Pada dasarnya setiap ibadah yang Allah perintahkan kepada hamba-hambaNya, selain merupakan kewajiban dan alasan diciptakannya manusia dan makhluk lainnya; juga merupakan sarana untuk membersihkan diri manusia itu sendiri dari kotoran dan dosa yang melumuri jiwa, sehingga tidak ada satu ibadahpun yang lepas dari arah tersebut; shalat misalnya merupakan sarana untuk mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. Zakat yang dikeluarkan oleh orang kaya merupakan sarana untuk membersihkan diri dan hartanya dari kotoran yang terdapat dalam hartanya, seperti yang tersirat dalam surat At-Taubah (9) ayat 103 dan Al-Lail (92) ayat 18. Begitupun dengan bulan ramadhan yang di dalamnya terdapat ibadah puasa, berfungsi sebagai sarana tazkiyatunnafs (perbersihan jiwa), dimana orang yang berpuasa selain menjaga diri untuk tidak makan dan minum, juga dituntut untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 2. Ramadhan merupakan sarana tarbiyah jasadiyah (pembinaan jasmani)
17
18
Materi 9 Kehidupan Jahiliyah (Bagian I): Gaya hidup Islami Vs Jahiliyah Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam hidup ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair), dan yang kedua ialah kebahagiaan (as saadah). Hanya saja masingmasing orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami hakikat keduanya. Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia. Dalam pandangan Islam gaya hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: 1) gaya hidup Islami, dan 2) gaya hidup jahiliyah.
Gaya hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu Tauhid. Inilah gaya hidup orang yang beriman. Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat relatif dan rapuh, yaitu syirik. Inilah gaya hidup orang kafir. Setiap Muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk memilih gaya hidup Islami dalam menjalani hidup dan kehidupan-nya. Hal ini sejalan dengan firman Allah: Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. (QS. Yusuf: 108).
19
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: .( . ) Artinya: Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu hasan).
Menurut hadits tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain (tasyabbuh) hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Lalu dalam hal apakah tasyabbuh itu?Al-Munawi
20
Materi 10 Pengertian Jahiliyah: Masa Sebelum Islam Masa Jahiliyah adalah era ketika kondisi dan situasi masyarakat belum terjamah oleh risalah dan dakwah Islam. Periode ini sering juga disebut dengan istilah Pra-Islam. Seiring dengan perkembangan dan akulturasi bahasa, istilah ini juga melekat erat pada sifat orang-orang yang tidak taat pada aturan agama yang telah diproyeksikan oleh Al-Quran dan AsSunnah. Kebiasaan-kebiasaan kaum jahiliyah yang realitasnya berseberangan dengan anjuran Rasulullah s.a.w tersebut disebabkan oleh sifat keras kepala, apriori dan taassub (fanatik yang berlebihan) terhadap
21
Allah SWT berfirman: Qul Innamaa Aidzhukum biwaahidatin. An taquumuu lillaahi matsnaa wa furaadaa tsumma tatafakkaruu. Maa bishaahibikum min jinnatin; Katakanlah: Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang
23
Lawan dari istilah at-taqlid al-amaa atau dalam istilah kita: fanatisme buta (blind obedience), yang tergolong dalam salah satu perangai kaum jahiliyah adalah at-taqlid fil khair, yakni mengikuti dalam ruang lingkup kebaikan, dalam istilah Islam disebut Ittiba dan Iqtida yakni mengikuti dan meneladani. Sebagaimana yang termaktub dalam (QS.Yusuf:38), Menuju Kembali Kepada Fitrah 25
Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, Menuju Kembali Kepada Fitrah 26
27
28
Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka (Bagian Ketiga): Penjagaan Rasulullah SAW terhadap Keluarganya
Materi 14
29
Materi 15
30
31
Seorang ayah bersama seorang ibu harus bekerja sama untuk menunaikan tanggung jawab bersama anak, baik di dalam maupun di luar rumah. Anak harus terus mendapatkan pengawasan di mana saja mereka berada, dijauhkan dari teman duduk yang jelek dan teman yang rusak. Anak diperintahkan untuk mengerjakan yang maruf dan dilarang dari mengerjakan yang munkar. Orangtua harus membersihkan rumah mereka dari sarana-sarana yang merusak berupa video, film, musik, gambar bernyawa, buku-buku yang menyimpang, surat kabar, dan majalah yang merusak. Hendaknya ia tahu bahwa neraka itu dekat dengan seorang hamba, sebagaimana surga pun dekat. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian daripada tali sandalnya dan neraka pun semisal itu. (HR. Al-Bukhari dari hadits Ibnu Masud radhiyallahu anhu) Maksud hadits di atas, siapa yang meninggal di atas ketaatan maka ia akan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya, siapa yang meninggal dalam keadaan bermaksiat maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka. (Al-Khuthab Al-Minbariyyah, 2/217) Bagaimana seseorang dapat menjaga keluarganya dari api neraka sementara ia membiarkan mereka bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Taala dan meninggalkan kewajiban? Maka, marilah kita berbenah diri untuk menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Bersegeralah sebelum datang akhir hidup kita, sebelum datang jemputan dari utusan Rabbul Izzah, sementara kita tak cukup bekal untuk bertameng dari api neraka, apatah lagi
32
33
34
Tidaklah dua orang muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum keduanya bepisah. (H.R. Abu Daud) Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatha dari abi Idris Al Khaulany rahimahullah bahwa ia berkata: Aku pernah masuk Masjid Damaskus. Tiba-tiba aku jumpai seorang pemuda yang murah senyum yang dikerumuni banyak orang. Jika Mereka berselisih tentang sesuatu maka mereka mengembalikan kepada pemuda tersebut dan meminta pendapatnya. Aku bertanya tentang dia, lalu dikatakan oleh mereka,Ini Muadz bin Jabal. Keesokan harinya , pagi-pagi sekali aku dating ke masjid itu lagi dan kudapati dia telah berada di sana tengah melakukan shalat. Kutunggu ampai dia selesai melakukan shalat kemudian aku temui dan kuucapkan salam kepadanya. Aku berkata,Demi Alloh aku mencintaimu. Lalu ia bertanya.Apakah Alloh tidak lebih kau cintai? Aku jawab,Ya Alloh aku cintai. Lalu ia memegang ujung selendangku dan menariknya seraya berkata,Bergembiralah karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw, berabda,Alloh berfirman, cinta-Ku pasti akan mereka peroleh bagi orang yang saling memadu cinta karena Aku, saling mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku. Makna Ukhuwah Islamiyah Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat akha fulanun shalihan, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah. Hakekat Ukhuwah Islamiyah: 1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103) 2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67) 3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63) 4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10) Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat Islam. Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer Menuju Kembali Kepada Fitrah 35
36
keberhasilan
Manfaat Ukhuwah Islamiyah 1. Merasakan lezatnya iman 2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi) 3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S. 15:45-48) Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab sebab permusuhan. Al-Quran menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang0orang yang kufur terhadap risalahNya dan menyimpang dari ayat-ayatNya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Maidah:14 Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada (Salamatus shadr)) dan cinta, yaitu itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya prang lain. Ia rela berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain. Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsure, warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbedabeda dalam harta dan kedudukan.
37
38
39
Setiap muslim pasti meyakini kebenaran Quran sebagai kitab suci yang tidak ada keraguan sedikitpun, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Namun kemukjizatan Quran tidak hanya dibuktikan lewat kesempurnaan kandungan, keindahan bahasa, ataupun kebenaran ilmiah yang sering mengejutkan para ahli. Suatu kode matematik yang terkandung di dalamnya misalnya, tak terungkap selama berabad-abad lamanya sampai seorang sarjana pertanian Mesir bernama Rashad Khalifa berhasil menyingkap tabir kerahasiaan tersebut. Hasil penelitiannya yang dilakukan selama bertahuntahun dengan bantuan komputer ternyata sangat mencengangkan. Betapa tidak, ternyata didapati bukti-bukti surat-surat/ayat-ayat dalam Quran serba berkelipatan angka 19. Penemuannya tersebut berkat penafsirannya pada surat ke-74 ayat : 30-31, yang artinya : " Di atasnya ada sembilanbelas (malaikat penjaga). (QS. 74:30)
Secara Bahasa (Etimologi) Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-a ( )yang bermakna Talaa ([ )keduanya bererti: membaca], atau bermakna Jamaa (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-a Qoran Wa Quraanan ( ) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( .) Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Mafuul, ertinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jamaa) maka ia adalah mashdar dari Ism Faail, ertinya Jaami (Pengumpul, Pengoleksi) kerana ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.* Secara Syariat (Terminologi) Adalah Kalam Allah taala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Allah taala berfirman, Sesungguhnya Kami telah menurunkan alQuran kepadamu (hai Muhammad) dengan beransur-ansur. (alInsaan:23)
40
41
42
Dan firman-Nya, Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran:31)
Materi 21 Manfaat Membaca Al Quran Sebagai wahyu yang Allah turunkan kepada nabi-Nya, tentu al-Qur'an memiliki keutamaan dan keistimewaan tersendiri bagi para pembaca dan penggemarnya. Ayat-ayat al-qur'an yang kita baca sehari-sehari tidak lepas dari karunia Allah untuk setiap muslim yang demikian besar. Karena saking istimewanya al-Qur'an ini dari kitab-kitab samawi lainnya, Allah memberikan tempat istimewa bagi para pecintanya. Oleh karena bagi anda yang ingin memaksimalkan peran al-Qur'an dalam kehidupan, nampaknya harus lebih banyak lagi mengetahui manfaat dan perannya, terutama untuk kehidupan. Di antara manfaat itu adalah: 1. Ayat-ayat al-Qur'an yang dibaca setiap hari akan memberikan motivasi dan penyemangat bagi si pembacanya. 2. Ketika membaca al-Qur'an, Allah menegur diri kita pada setiap ayat-ayat Nya. 3. Bacaan al-Qur'an yang melibatkan emosi akan memberikan kedamaian dan ketenangan yang tidak bisa dilukiskan, seperti yang dialami dan dirasakan oleh Sayyid Quthb Rahimahullah. 4. Orang yang membaca al-Qur'an akan senantiasa ingat Allah dan kembali kepada-Nya. 5. Orang yang membaca al-Qur'an akan selalu berada dalam kecukupan dan nikmat Allah meski ia merasakan serba kurang di dunia. 6. Ayat-ayat Alloh akan menjadi penjaganya selama ia hidup di dunia, karena ia telah menjaga ayat-ayat-Nya. 7. Orang yang paham al-Qur'an adalah orang yang memiliki banyak ilmu.
43
Materi 22 Al Quran Mujizat (Bagian Pertama): Membaguskan Bacaan Al Quran Al Qur'an Al Karim merupakan mu'jizat Rasul yang agung termasuk mu'jizat yang indah selain juga mu'jizat yang logis. Ia telah membuat bangsa Arab tidak mampu berkutik, yaitu dengan keindahan bayannya, kerapian susunan dan uslubnya, dan keunikan suaranya apabila dibaca, sehingga sebagian mereka menamakannya "Sihir." Para ulama balaghah dan para sastrawan bangsa Arab sejak masa Abdul Qahir sampai Ar-Raf"i dan Sayyid Quthb dan selain mereka pada zaman kita ini telah menjelaskan sisi I'jaz bayani (kejelasan mu'jizat) atau sisi keindahan dalam kitab ini. Yang dituntut di dalam membaca Al Qur'an adalah bertemunya antara keindahan suara dan tajwidnya sampai keindahan bayan dan susunannya, oleh karena itu Allah SWT berfirman: "Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (Al Muzzammil:4) Rasulullah SAW bersabda "Bukanlah termasuk ummatku orang yang tidak melagukan Al Qur'an." (HR. Bukhari) Tetapi dengan lagu yang khusyu' bukan main-main atau merubah. "Hiasilah Al Qur'an itu dengan suaramu." (HR. Muslim) Dalam riwayat lainnya disebutkan "Sesungguhnya suara yang baik itu menambah Al Qur'an menjadi baik." (HR. Ahmad, Abu Dawud dan AnNasa'i)
44
Materi 23 Al Quran Mujizat (Bagian Kedua): Kalamullah Bagaimanakah kita membuktikan Al-Quran itu adalah Kalam Allah? Pertama, Al-Quran merupakan mujizat ( tidak ada seorangpun yang bisa mendatangkan sepertinya, atau seperti surah di antara surahsurahnya ). Mujizat ini hanya diberikan oleh Allah, kepada seorang rasulNya, sebagai bukti yang membenarkan bahwa ia benar-benar utusan Allah. Sebagai Mu'jizat Al-Qur'an tentu dari Allah. Dan memang sampai sekarang tidak ada seorangpun yang bisa mengarang sepertinya, sampai seperti surah yang paling pendek pun masih belum ada yang bisa mendatangkannya. Pada waktu Al-Qur'an diturunkan, orang-orang Arab berada di puncak kefasihan berbahasa.Tapi ternyata tidak seorang pun dari mereka yang bisa membuat seperti Al-Qur'an. Berbagai usaha telah dilakukan oleh sebagian penyair mereka. Tapi usaha mereka gagal. Bahkan mereka sendiri mengakui bahwa Al-Qur'an memang bukan karangan manusia. Imam Az Zarkasyi menyebutkan bahwa mujizat Al-Qur'an nampak dari segala sisi ( lihat Al Burhan fi ulumil Qur'an, oleh Az Zarkasyi :Jilid:2,hal:237, Darul Ma'rifah, Bairut1990) : dari rangkaian katanya yang indah " balaghah ", susunan ayat-ayat dan surahsurahnya, kebenaran isinya, kesesuaian informasinya dengan penemuan final ilmu pengetahuan.
45
46
47
48
Allah menurunkan Al Qur'an untuk memberikan kepada manusia tujuan yang paling mulia, dan jalan yang paling lurus."Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus."(Al Israa: 9) "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." ( Al Maaidah: 15-16) Al Qur'an adalah "cahaya" yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, di samping cahaya fithrah dan akal: "Cahaya di 49
Sebagai seorang Muslim kita berkewajiban untuk berlaku baik dan benar terhadap Al Quran dalam memahami dan menafsirkannya. Tidak ada yang lebih baik dari usaha kita untuk mengetahui kehendak Allah SWT terhadap kita. Dan Allah SWT menurunkan kitab-Nya agar kita mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya, serta mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap orang berusaha sesuai dengan kadar kemampuannya. Namun yang disayangkan, dalam bidang ini telah terjadi kerancuan yang berbahaya, yaitu dalam memahami dan menafsirkan Al Qur'an. Oleh karena itu harus dibuat rambu-rambu dan petunjuk yang mampu Menuju Kembali Kepada Fitrah 51
Materi 27 Bahaya Rumor/Ghibah (Bagian Pertama): Pengertian Ghibah Islam merupakan agama sempurna yang Allah Subhanahu wa Taala anugerahkan kepada umat Nabi Muhammad Shallallahualaihi wasallam. Kesempurnaan Islam ini menunjukkan bahwa syariat yang dibawa Rasulullah Shallallahualaihi wasallam itu adalah rahmatal lilalamin. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala telah mengkhabarkan di dalam firman-Nya (artinya): Tidaklah Aku mengutusmu melainkan sebagai rahmatal lilalamin. (Al Anbiya: 107) Diantara wujud kesempurnaan agama Islam sebagai rahmatal lilalamin, adalah Islam benar-benar agama yang dapat menjaga, memelihara dan menjunjung tinggi kehormatan, harga diri, harkat dan
53
54
Materi 28 Bahaya Ghibah (Bagian Kedua): Kriteria Ghibah 1. Menggambarkan keburukan bentuk tubuh seseorang
Suatu hari Aisyah radhiyallahuanha pernah berkata kepada Rasulullah Shallallahualaihi wasallam tentang Shafiyyah bahwa dia adalah wanita yang pendek. Maka beliau Shallallahualaihi wasallam bersabda: Sungguh engkau telah berkata dengan suatu kalimat yang kalau seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan merubah air laut itu. (H.R. Abu Dawud 4875 dan lainnya) Asy Syaikh Salim bin Ied Al Hilali berkata: Dapat merubah rasa dan aroma air laut, disebabkan betapa busuk dan kotornya perbutan ghibah. Hal ini menunjukkan suatu peringatan keras dari perbuatan tersebut. (Lihat Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin 3/25) 2. Membicarakan keburukan orang lain Dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahuanhu, bahwa Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda: Ketika aku miraj (naik di langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga dalam keadaan
55
56
57
58
59
Materi Tambahan Halal Bi Halal Sebenarnyalah istilah Halalbihalal tidak dikenal oleh kalangan bangsa Arab, tidak pula ada pada zaman Nabi saw. dan para sahabat. Karenanya, kamus bahasa Arab juga tak mengenal istilah itu. Justru halalbihalal masuk dan diserap Bahasa Indonesia dan diartikan sebagai hal maaf-memaafkan
60
Artinya: Barangsiapa yang berbuat kezhaliman (kesalahan) kepada saudaranya sehingga merendahkan derajatnya, maka hendaklah ia meminta halal hal tersebut dari saudaranya itu pada hari ini. Ada dua hal yang perlu digarisbawahi di sini:
61