Professional Documents
Culture Documents
Pembukuan fiskal
Dengan adanya self assesment, pemerintah memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk menghitung dan melaporkan sendiri pajaknya dan diharapkan masyarakat menjadi mitra untuk pemasukan uang ke kas negara WP dan pemerintah dengan fungsinya masingmasing mempunyai media yaitu berupa pembukuan
Akuntansi
Akuntansi adalah suatu sistem informasi Proses akuntansi adalah proses pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi Akuntansi dibutuhkan oleh berbagai pihak baik pihak internal maupun pihak eksternal
Kewajiban
Selain dapat dihitung besarnya PPh, pajak-pajak lainnya juga harus dapat dihitung dari pembukuan tersebut. Agar PPN dan PPnBM dapat dihitung dengan benar, pembukuan harus mencatat juga jumlah harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan PPnBM, jumlah pembayaran atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, jumlah PM yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia misalnya berdasarkan SAK, kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain
7
Syarat pembukuan
Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan
1. 2. 3. 4.
Stelsel akrual
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai
11
Stelsel kas
suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan, bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periode tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu. Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa misalnya transportasi, hiburan, restoran, yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama
12
13
Hubungan Akuntansi Pajak dengan Akuntansi Komersial Akuntansi komersial menyajikan informasi tentang keadaan yang terjadi selama periode tertentu. Dari informasi tersebut, manajemen atau pihak lain yang berkepentingan dapat mengambil suatu penilaian dan kesimpulan mengenai kondisi dan kinerja perusahaan.
14
Hubungan
Secara umum, akuntansi komersial disusun dan disajikan berdasarkan Standar yang berlaku, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun, untuk kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus disesuaikan dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, apabila terjadi perbedaan antara ketentuan akuntansi dengan ketentuan pajak, untuk keperluan pelaporan dan pembayaran pajak maka Undang-Undang Perpajakan memiliki prioritas untuk dipatuhi sehingga tidak menimbulkan kerugian material bagi wajib pajak yang bersangkutan
15
16
Dapat dipahami oleh petugas/pemeriksa pajak. Sensitivitas informasi, bukan materialitas. Laporan Keuangan Fiskal disajikan secara jujur, dengan itikad baik, substansi penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, substansi beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expenses) adalah beban untuk mendapatkan, menagih, dan menerima penghasilan yang merupakan obyek pajak yang dihitung dari penghasilan neto. Dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya, terutama untuk kompensasi kerugian, utang-piutang antar periode, dan perbandingan pengakuan laba atau rugi yang menuntut konsistensi kebijakan akuntansi pajak. Perubahan kebijakan akuntansi pajak dimungkinkan dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak dengan mengajukan permohonan dilengkapi alasan.
17
Ciri
Laporan keuangan fiskal harus tepat waktu, paling lambat akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku. Akuntansi Pajak harus independen terhadap akuntansi komersial. Apabila akuntansi komersial tidak mampu menerbitkan laporan keuangan tepat waktu, akuntansi pajak harus mampu menerbitkan laporan keuangan fiskal sendiri. Koreksi fiskal merupakan salah satu cara praktis dalam penyusunan laporan keuangan fiskal.
18
19
Pendekatan
Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi. Pada pendekatan terakhir, laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi. Namun, preferensi diberikan kepada ketentuan pajak apabila terdapat pengaturan yang tidak sejalan dengan standar akuntansi
20
Penyusunan
Pada akhir periode, dari buku besar disusun neraca saldo sebelum penyesuaian. Dengan penyesuaian terhadap keadaan yang sebenarnya terjadi pada akhir tahun dan catatan penutup (closing entries), disusunlah sebuah neraca saldo setelah penyesuaian Dari neraca saldo setelah penyesuaian tersebut, diperoleh sebuah laporan keuangan komersial Untuk kepentingan pajak, laporan keuangan komersial disesuaikan dengan ketentuan pajak yang berlaku sehingga diperoleh sebuah laporan keuangan fiskal. Penyesuaian laporan keuangan komersial dengan ketentuan pajak lebih dikenal dengan sebutan rekonsiliasi fiskal
22
PPh pasal 21
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri Apabila kegiatan dilakukan Orang Pribadi Subjek Pajak Luar Negeri, Pajak Penghasilan pasal 26.
23
Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan atau PPh pasal 26
Pegawai tetap Penerima uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua termasuk ahli warisnya Bukan pegawai yang menerima penghasilan dengan upah harian/mingguan/satuan/borongan Bukan pegawai termasjuk tenaga ahli yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang bersifat berkesinambungan atau tidak Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaan dalam kegiatan
24
25
Kasus 1
Tn. Ibadurrahman dengan status TK/0 bekerja pada PT. Pow-Pow sejak tahun 1999. Pada tahun 2009, setiap bulan PT. Pow-Pow membayar gaji pokok sebesar Rp4.000.000, tunjangan transport Rp400.000, dan tunjangan makan sebesar Rp400.000. PT. Pow-Pow mengikuti program jamsostek dan Dana Pensiun yang sudah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan dengan perincian sebagai berikut : Premi asuransi kecelakaan kerja 0,24% dari gaji pokok Premi asuransi kematian 0,3% dari gaji pokok Iuran JHT 3.7% dari gaji pokok Iuran pensiun Rp100.000 Pembayaran yang dilakukan sendiri oleh Tn. Ibadurrahman adalah : Iuran JHT 2% dari gaji pokok Iuran pensiun Rp50.000 Berapa PPh pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan diterima Tn. Ibadurrahman setiap bulannya
26
Penghitungan PPh pasal 21 setiap bulan Gaji Tunjangan transport Tunjangan makan Premi JKK Premi JKM Penghasilan Bruto Pengurang Biaya Jabatan (5% x Rp4.821.600) Maksimum Rp241.080 Iuran JHT Rp 80.000 Iuran Pensiun Rp 50.000 Jumlah pengurang Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto setahun PTKP (TK/-) Penghasilan Kena Pajak PPh terutang 5% x Rp37.566.000 PPh pasal 21 terutang sebulan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Jurnal
Biaya gaji 4.939.600 Utang PPh ps 21 156.525 Utang premi jamsostek 21.600 Utang iuran pensiun 100.000 Utang iuran THT 148.000 Utang gaji 4.513.475
28
Kasus 2
Azizan, status belum kawin, dalam bulan januari 2009 bekerja pada PT. Rizqi selama 10 hari kerja dengan menerima upah yg dibayar secara harian sebesar Rp. 200.000/hari untuk 10 hari kerja tersebut
29
Upah sehari Rp200.000 Batasan TKP Rp150.000 Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000 PPh terutang 5%x50.000 Rp 2.500 Pemotongan PPh tersebut dilakukan sampai dengan hari ke-6 Pada hari ke-7 dihitung PPh Pasal 21 sbb: Penghasilan selama 7 hari Rp1.400.000 PTKP 7 hari Rp 308.000 PKP Rp1.092.000 PPh terutang Rp1.092.000 x 5% Rp 54.600 Yang telah dipotong 6 x Rp2.500 Rp 15.000 PPh yang kurang bayar Rp 39.600 PPh yang dibayar hari ke 8, 9 dan 10 masing-masing adalah : Rp 200.000 Rp44.000 = Rp156.000 x 5% Rp 7.800
30
Jurnal
Biaya Upah Utang PPh ps 21 Kas atau Bank 2.000.000 78.000 1.922.000
31
Kasus 3
PT. Jujur melakukan pembayaran penghasilan atas jasa penyusunan laporan keuangan yang dilakukan oleh akuntan Subarkah Ak. Pembayaran dilakukan 2 kali yaitu pada bulan April dan Desember 2009 masing-masing sebesar Rp56.000.000 dan Rp67.000.000. Subarkah mempunyai NPWP dan ada penghasilan dari pemberi kerja yang lain
32
Jawaban
Penghitungan PPh Pasal 21 Bulan April 50% x Rp56.000.000 = Rp28.000.000 PPh terutang Rp28.000.000 x 5% = Rp1.400.000 Bulan Desember 50% x Rp67.000.000 = Rp33.500.000 PPh terutang Rp22.000.000 x 5% = Rp1.100.000 Rp11.500.000 x 15% = Rp1.725.000 Jumlah PPh pasal 21 Rp2.825.000
33
Jurnal
April 2009 Biaya Honor 56.000.000 Utang PPh ps 21 1.400.000 Kas atau Bank 54.600.000 Desember 2009 Biaya Honor 67.000.000 Utang PPh ps 21 2.825.000 Kas atau Bank 64.175.000
34
Kasus 4
PT. Akhlak Baik memberikan upah kepada Wendy atas jasa pembersihan ac sebesar Rp40.000. Wendy tidak berNPWP Penghitungan PPh pasal 21 50% x Rp40.000 = Rp20.000 Rp20.000 x 5% x 120% = Rp1.200 Karena tidak berNPWP maka penghitungan PPh pasal 21 dikenakan tambahan 20% lebih besar
35
Jurnal
Biaya upah 40.000 Utang PPh ps 21 1.200 Kas atau Bank 38.800
36
PPh Pasal 22 Merupakan penjualan atau pembelian barang, impor barang, kegiatan usaha tertentu dan penjualan barang tergolong sangat mewah yang terkait dengan Badan pemungut PPh pasal 22 yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan
37
Sifat
2,5% dari nilai Impor 7,5% dari nilai Impor 7,5% dari harga jual lelang
Tidak Final
41
Pembelian bahan untuk 0,25% dari harga beli keperluan industri atau ekspor sebelum PPN dari pedagang pengumpul Penjualan barang yang tergolong sangat mewah **) 5% dari harga jual tidak termasuk PPN
Kasus 1
PT. Jujur Makmur menjual beras sebanyak 100 kuintal kepada Departemen keuangan dengan harga Rp50.000.000 PT. Jujur Selalu menjual seperangkat komputer kepada Pemda DKI seharga Rp11.000.000 sudah termasuk PPN
43
Jawaban
Jurnal yang dilakukan PT. Jujur Makmur Kas 49.250.000 UM Pajak ps22 750.000 Penjualan 50.000.000 Jurnal yang dilakukan PT. Jujur Selalu Kas 9.850.000 UM pajak Ps22 150.000 Penjualan 10.000.000
44
Kasus 2
PT. Amanah mengimpor bahan baku dengan harga Rp100.000.000. Bahan baku dibebaskan dari PPN dan menggunakan API PT. Istiqomah membeli baja sebagai bahan baku sebesar Rp. 100 juta (belum termasuk PPN) ke PT Krakatau Steel
45
Jawaban
Jurnal yang dilakukan PT. Amanah Persd bhn baku 100.000.000 UM pajak ps 22 2.500.000 Kas/bank 102.500.000 Jurnal yang dilakukan PT. Istiqomah Persd bhn baku 100.000.000 UM pajak ps22 300.000 UM PPN 10.000.000 Kas/bank 110.300.000
46
Kasus 3
Tn. Sugih (non Wajib Pajak) membeli sebuah mobil mewah 5000 cc dengan harga Rp6.000.000.000 belum termasuk PPN dari PT. Mobilan Mewah yang ditunjuk sebagai pemungut PPh pasal 22 Penghitungan PPh pasal 22 Rp6.000.000.000 x 5% x 200% = Rp600.000.000 Penghitungan PPh pasal 22 atas pihak yang tidak berNPWP akan dikenakan tarif 100% lebih besar.
47
Jurnal
Kas 7.200.000.000 Utang PPh ps 22 600.000.000 PPN Keluaran 600.000.000 Penjualan 6.000.000.000
48
PPh pasal 23
Dikenakan atas pembayaran atau pembebanan jasa, sewa, bunga, dividen, royalti, dan hadiah yang telah diterimanya Dikenakan tarif 15% x penghasilan bruto yaitu atas deviden, bunga, royalti dan hadiah/penghargaan Dikenakan tarif 2% x penghasilan bruto yaitu atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta serta imbalan sehubungan dengan jasa Kecuali telah dikenakan PPh pasal 4(2)
49
Kasus 1
PT. Bijak melakukan pembayaran atas jasa konsultasi kepada PT. Baik (pengusaha kecil non PKP) sebesar Rp10.000.000. PT. Segar melakukan pembayaran atas jasa catering kepada PT. Seger (PKP) atas jasa catering sebesar Rp50.000.000 (belum termasuk PPN)
50
Jawaban
Jurnal PT. Bijak Biaya konsultan 10.000.000 Kas 9.800.000 Utang PPh pasal 23 200.000 Jurnal PT. Baik Kas 9.800.000 UM PPh ps 23 200.000 Penghasilan konsultan 10.000.000
51
jawaban
Jurnal PT. Segar Biaya jasa catering 50.000.000 UM PPN 5.000.000 Kas 54.000.000 Utang PPh pasal 23 1.000.000 Jurnal PT. Seger Kas 54.000.000 UM PPh ps 23 1.000.000 Penghasilan catering 50.000.000 Utang PPN 5.000.000
52
Kasus 2
PT. Xtra membayar dividen kepada pemegang saham dalam negeri sebesar Rp1.000.000 PT. Vita membayar bunga pinjaman kepada PT. Wita sebesar Rp1.000.000
53
Jawaban
Jurnal : Laba ditahan 1.000.000 Utang PPh pasal 23 150.000 Utang dividen 850.000
54
Jawaban
Jurnal PT. Vita Biaya bunga 1.000.000 Utang PPh 23 150.000 Kas 850.000 Jurnal PT. Wita Kas 850.000 UM PPh 23 150.000 Penghasilan bunga 1.000.000
55
Kasus 3
PT. A melakukan pembayaran sewa kendaraan pada Tn. Z (non Wajib Pajak) sebesar Rp2.000.000. Penghitungan PPh pasal 23 2.000.000 x 2% x 200% = Rp80.000 Penghitungan PPh pasal 23 atas pihak yang tidak berNPWP akan dikenakan tarif 100% lebih besar.
56
Jurnal
Biaya sewa 2.000.000 Utang PPh pasal 23 Kas atau bank 80.000 1.920.000
57
58
Kasus 1
PT. Adil menyewa sebuah gudang dari PT. Zahif (Wajib Pajak Non Pengusaha Kena Pajak) dengan nilai sewa sebesar Rp12.000.000
59
jawaban
Jurnal PT. Adil Biaya sewa gudang12.000.000 Kas 10.800.000 Utang PPh ps 4(2) 1.200.000 Jurnal PT. Zahif Kas 10.800.000 Beban PPh ps 4(2) 1.200.000 Penghasilan sewa gdg 12.000.000
60
Kasus 2
PT. Bangun Negeriku, Wajib Pajak sekaligus PKP yang mempunyai kualifikasi usaha konstruksi besar memberikan jasa pelaksanaan konstruksi pembagunan gudang sebesar Rp2.400.000.000 belum termasuk PPN kepada PT. Ibu Pertiwi (PKP)
61
Jawaban
Jurnal PT. Ibu Pertiwi Gudang 2.400.000.000 PPN Masukan 240.000.000 Kas 2.568.000.000 Utang PPh ps 4(2) 72.000.000 Jurnal PT. Bangun Negeriku Kas 2.568.000.000 Beban PPh ps 4(2) 72.000.000 PPN Keluaran 240.000.000 Penghasilan jasa kons 2.400.000.000
62
Kasus 3
PT. Sukadana membeli tanah seharga Rp 300.000.000,-dan bangunan permanen seharga Rp 800.000.000,-dari Bapak Salim. NJOP tanah & bangunan tersebut sesuai SPPT PBB adalah sebesar Rp 1.000.000.000,-dan dibuatkan akta AJB-nya. Sesuai kesepakatan pajak-pajak ditanggung oleh pembeli. Diketahui bahwa NPOPTKP sebesar Rp 30.000.000
63
Jawaban
Penghitungan BPHTB NPOP 1,100,000,000 NPOPTKP 30,000,000 Dasar Pengenaan 1,070,000,000 BPHTB (5%) 53,500,000 BPHTB Tanah 300jt/1.100jt x 53.500.000 = 14.590.909 BPHTB Bangunan 800jt/1.100jt x 53.500.000 = 38.909.091 PPHTB 5% x Rp1.100.000.000 = 55.000.000
64
Jawaban
Bangunan 800.000.000 Tanah 300.000.000 Kas 1.100.000.000 Bangunan 38.909.091 BPHTB Tanah 14.590.909 Beban PPh ps.4(2) 55.000.000 Kas 108.500.000
65
PPh pasal 26
Pemotongan PPh pasal 26 ditujukan terhadap jenis penghasilan yang diterima/diperoleh Subyek Pajak Luar Negeri Tidak semua penghasilan yang dibayarkan ke luar negeri akan di potong PPh pasal 26 namun dilihat apakah adan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty
66
Kasus 1
PT. Crista berusaha di bidang properti mengasuransikan bangunannya kepada perusahaan asuransi di luar negeri, dengan premi asuransi dibayar dimuka sebesar Rp1 milyar untuk 1 tahun
67
jawaban
Jurnal PT. Crista Biaya Premi asuransi 1.000.000.000 utang PPh ps 26 100.000.000 utang premi asuransi 900.000.000 Utang PPh ps 26 100.000.000 Utang Premi Asuransi 900.000.000 Kas atau bank 1.000.000.000
68
Kasus 2
Mekdi Indonesia membayar royalti kepada mekdi USA atas pemakaian merek dagang sebesar Rp250.000.000
69
jawaban
Jurnal : Biaya royalti 250.000.000 utang PPh ps 26 50.000.000 utang royalti 200.000.000
70
72
Kasus 1
PT. Sinam adalah PKP pada bulan Januari dan Februari 2009 mempunyai data sebagai berikut (dalam jutaan): Jan Feb Penjualan 250 250 Pembelian 300 200 PPN Keluaran 25 25 PPN Masukan 30 20
73
Jurnal
Januari Persediaan brg dgn 300.000.000 PPN masukan (UM PPN) 30.000.000 Utang dagang 330.000.000
Piutang dagang (kas) 275.000.000 Hasil penjualan 250.000.000 PPN Keluaran (utang PPN) 25.000.000 PPN Keluaran PPN Masukan 25.000.000 25.000.000
74
Jurnal
Februari Pers brg dggn PPN Masukan Utang dagang Piutang dagang Hasil penjualan PPN Keluaran PPN Keluaran PPN Masukan 200.000.000 20.000.000 220.000.000 275.000.000 250.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
75
Kasus 2
PT. QQ adalah eksportir, membeli barang untuk diekspor. Pada masa maret 2009, pembelian seluruhnya BKP sejumlah Rp175.000.000 sedang penjualan ekspor sebesar Rp.250.000.000. kelebihan pembayaran direstitusikan pada bulan maret 2009
76
Jurnal
Piutang dagang 250.000.000 HPP 175.000.000 Hasil penj eksp 250.000.000 pers brg dggan 175.000.000 Pers brg dggn 175.000.000 PPN masukan 17.500.000 utang dagang/kas 192.500.000 Piutang restitusi PPN 17.500.000 PPN masukan 17.500.000
77
Kasus 3
PT. Sejuk pada bulan Februari 2009 melakukan penjualan BKP YTM seharga Rp750.000.000 . Barang tersebut waktu diimpor dengan harga Rp500.000.000 (PPnBM 20%): DPP 750.000.000 PPN 75.000.000 jumlah 825.000.000
78
Jurnal
Persediaan PPN Masukan Kas/bank Piutang dagang Hasil penjualan PPN Keluaran PPN keluaran PPN Masukan kas /bank 600.000.000 50.000.000 650.000.000 825.000.000 750.000.000 75.000.000 75.000.000 50.000.000 25.000.000
79
80
Piutang Rata-rata
Fiskal
Syarat
81
Piutang Rata-rata
Fiskal
Syarat
82
FORMULA PENYISIHAN/PENCADANGAN
Piutang Rata-rata Dasar Saldo Piutang (Balance Sheet Approach) Umur Piutang
% penyisihan X (s. awal piut + s. akhir piut) 2 - Dibuat daftar umur piutang - Setiap kelompok umur dibuat % penyisih an masing-masing % Penyisihan X Jml piutang masing2 kelompok umur
83
Metode Langsung
Tidak ada pencatatan
Mtd. Penyisihan/cadangan
D: B. Piutang Tdk Tertagih K: Cad. Piutang Tak Tertagih
D: B. Piutang Tak Tertagih K: Piutang Menimbulkan kembali piutang D: Piutang K: B. Piutang Tak Tertagih Mencatat pelunasan : D: Kas/Bank K: Piutang
D: Cadangan piutang tak tertagih K: Piutang Menimbulkan kembali piutang D: Piutang K: Cad. Piutang tak tetrtagih Mencatat pelunasan : D: Kas/Bank K: Piutang S. akhir CPTT < Pembentukan baru D: B. Piutang Tdk Tertagih K: Cad. Piutang Tak Tertagih S. Akhir CPTT > Pembentukan baru D: Cad. Piutang Tak Tertagih K: Laba Piutang Tak Tertagih
84
Jenis usaha yang menurut fiskal diperkenankan membentuk cadangan piutang tak tertagih
Usaha bank Usaha lain: Yang menyalurkan kredit Sewa guna usaha dengan hak opsi Perusahaan pembiayaan konsumen Perusahaan anjak piutang
86
87
Hubungan istimewa
WP mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% pada wp lain, atau hubungan antara wp dengan penyertaan paling rendah 25% pada dua wp atau lebih Wp menguasai wp lainnya atau dua atau lebih wp berada di bawah penguasaan yang sama, baik langsung maupun tidak langsung Terdapat hubungan keluarga, baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat
88
89
Pembelian aktiva tetap tidak ada hubungan istimewa Pembeli : harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta Penjual : harga penjualan adalah harga yang sesungguhnya diterima
90
Pembelian aktiva tetap apabila ada hubungan istimewa Pembeli : jumlah yang seharusnya dikeluarkan oleh pembeli Penjual : Harga penjualan adalah harga yang seharusnya (harga pasar wajar)
91
Pertukaran aktiva
Menggunakan harga pasar aktiva yang seharusnya diperoleh Diakui adanya gain/loss pertukaran aktiva Tidak mengenal sejenis atau tidak sejenis Gain/loss karena pertukaran aktiva dinilai dari selisih harga pasar dikurangi nilai buku
92
93
Membangun sendiri
Semua biaya yang dikeluarkan untuk membangun merupakan komponen harga perolehan aktiva tetap Sesuai dengan SE-20/PJ.42/1994, pengeluaran bunga pinjaman selama masa konstruksi merupakan komponen dari biaya langsung yang menjadi bagian pembentukan harga pokok atau harga perolehan aktiva seperti gedung. Jadi pengeluaran bunga pinjaman sampai dengan gedung selesai dan siap digunakan harus dikapitalisir menjadi komponen harga perolehan.
95
Penjualan
Periodik
Pembelian (D) Kas/bank/ htg usaha(K)
Perpetual
Retur :
Kas/bank/ htg usaha(D) Persediaan (K)
Retur :
Persediaan (D) HPP (K)
96
Pencatatan Persediaan
12 Maret 2008, CV Sakti membeli barang dagangan berupa tepung terigu sebanyak 2000 karung dengan harga Rp 50.000 perkarung secara kas. 13 Maret 2008, CV Sakti menjual 1000 karung tepung terigu @ Rp 60.000 secara kas 1. Sistem Periodik Pembelian Tanggal 12-0312-03-08 Akun Pembelian Kas Debet (Rp) 100.000.000 Kredit (Rp) 100.000.000
Penjualan Tanggal 12-0312-03-08 Akun Kas Penjualan Debet (Rp) 60.000.000 Kredit (Rp) 60.000.000
97
Tanggal 12-0312-03-08
Penjualan
Tanggal 12-0312-03-08
50.000.000 50.000.000
98
Hasil inventarisasi fisik akhir tahun diketahui jumlah persediaan sebanyak 110 unit.
99
Ayat jurnal penyesuaian HPP tgl 31-12-08 Tanggal 3131-12 Perkiraan Harga Pokok Penjualan Persediaan (akhir) Pembelian Persediaan (awal) Ref Debet (Rp) 3.750.000 1.490.000 4.240.000 1,000,000
100
Kredit (Rp)
Ayat jurnal penyesuaian HPP tgl 31-12-08 Tanggal 3131-12 Perkiraan Harga Pokok Penjualan Persediaan (akhir) Pembelian Persediaan awal Ref Debet (Rp) 4.120.000 1.120.000 4.240.000 1,000,000
101
Kredit (Rp)
Nilai persediaan = 110 X Rp 11.909 = Rp 1.310.000 HPP Th. 2008 Persediaan awal = Rp 1.000.000 Pembelian = Rp 4.240.000 Dikurang Persediaan akhir = (Rp 1.310.000) Harga Pokok Penjualan = Rp 3.930.000 Ayat jurnal penyesuaian HPP tgl 31-12-08 Tanggal Perkiraan Ref Debet (Rp) 3131-12 Harga Pokok Penjualan Persediaan (akhir) Pembelian Persediaan awal 3.930.000 1.310.000
Kredit (Rp)
120
12,000
60
11,000
100
13,000
6-Nov
5-Dec Jumlah
60 340
14,000
12,000
Unit 100 800,000 20 20 120 200,000 600,000 70 70 60 720,000 10 60 - 10 - 60 - 100 120,000 660,000 650,000 50 - 50 - 60 3,750,000 110
Saldo H./unit Jumlah harga 10,000 1,000,000 10,000 200,000 10,000 200,000 12,000 1,440,000 12,000 12,000 11,000 12,000 11,000 12,000 11,000 13,000 840,000 840,000 660,000 120,000 660,000 120,000 660,000 1,300,000 650,000 650,000 840,000 1,490,000
103
2. LIFO
Tgl Saldo 1515-Feb 1-Mar 4-Apr
1-Jun
60 11,000
660,000 -
1,300,000 -
100 20
5-Dec Jumlah
60 14,000 340
Tgl Saldo 1515-Feb 1-Mar 4-Apr 1-Jun 1212-Jul 2-Sep 6-Nov 5-Dec Jumlah
105
PSAK 14
NRV
Cost
NRV
Market Price
Harga pasar B.Penjualan Nilai relisasi perunit perunit bersih Perunit 9.000 16.000 15.500 9.000 500 1.000 1.000 300 8.500 15.000 14.500 8.700
Macam-macam kurs
Kurs menteri keuangan : kurs yg ditetapkan oleh Menkeu yg ditetapkan tiap minggu Kurs realisasi : kurs yg sebenarnya terjadi pada waktu perusahaan merupiahkan valas atau pada waktu perusahaan membeli valas Kurs Bank Indonesia : kurs untuk mencatat utang piutang serta transaksi dalam valuta asing. Yang digunakan adalah kurs tengah BI yang merupakan rata-rata antara kurs jual dan kurs beli
107
108
laba selisih kurs merupakan objek Pajak Penghasilan dan kerugian selisih kurs merupakan Biaya yang dapat dikurangkan sebagai Pengurang Penghasilan Bruto
109
110
Kasus 1
Tanggal 1 November 2009, PT Pondok Aren melakukan penjualan ekspor dengan nilai US$ 50.000. Kurs tengah BI yang berlaku tanggal tersebut 1 US$ = Rp 9.500 Pengakuan penjualan dan piutang dalam Rupiah = US$ 50.000 X 9.500 = Rp 475.000.000 Jurnal : Piutang 475.000.000 Penjualan 475.000.000
111
Kasus 2
Tanggal 15 November 2009 PT Pondok Aren melakukan impor mesin (Aset Tetap) dari Cina seharga US$ 100.000 secara kredit. Kurs tanggal tersebut 1US$ = 9.700 Pengakuan nilai Mesin dan Hutang ( PPN dan Bm diabaikan) :US$ 100.000 X 9.700 = Rp 970.000.000 Jurnal : Mesin 970.000.000 Hutang 970.000.000
112
113
114
Tran aksi
Pos (Accoun )
Pengakuan Awal
115
Transaction Date
Settlement Date
Settlement Date
1/6 09
1/9 09
Pengakuan Laba (Rugi) urs
31/12 09
1/6 10
Pengakuan Laba (Rugi) urs Satu periode akuntansi elewati satu periode akuntansi
116
Meningkatkan nilai perusahaan shg memudahkan perusahaan dalam proses pencarian dana, baik melalui pinjaman maupun penjualan saham Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap dimasa mendatang Meningkatkan keakuratan perhitungan penghasilan maupun biaya sehingga mencerminkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam menghasilkan laba Agar neraca perusahaan menunjukkan posisi kekayaan perusahaan yang sebenarnya
117
Subyek revaluasi
WP Badan dalam negeri termasuk BUT yang menggunakan pembukuan setelah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum dilakukan revaluasi WP Orang Pribadi dalam negeri walaupun menggunakan pembukuan, tidak berhak melakukan revaluasi karena tidak terjadi pemisahan harta antara harta pribadi dan harta perusahaan. Termasuk WP Badan yang menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dollar amerika serikat
118
Obyek Revaluasi
Semua aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan atau Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk 3M penghasilan yang merupakan objek pajak Penilaian kembali dapat dilakukan setelah lewat jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang dilakukan berdasarkan peraturan Menteri Keuangan
119
Pengajuan permohonan
Wajib pajak mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak Dirjen Pajak diberi wewenang untuk menerbitkan surat keputusan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan atas permohonan Wajib Pajak tersebut
120
1000 8000
Jawaban
PPh revaluasi akt tetap 10% x 7750 juta = 775 juta (final) Jumlah tersebut dapat diangsur oleh wajib pajak paling lama 12 bulan dengan mengajukan permohonan sesuai dengan pasal 9 ayat (4) UU KUP
124
Pengecualian pengalihan .
Pengalihan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau kebijakan pemerintah atau keputusan pengadilan Pengalihan aktiva tetap perusahaan dalam rangka penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha yang mendapat persetujuan Penarikan aktiva tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki lagi.
126
127
128
Perlakuan Perpajakan
Lessor Seluruh pembayaran sewa yg diterima obyek PPh pasal 23 Menyusutkan aktiva yg di SGU karena kepemilikan Memungut PPN jasa sewa yang diberikan Lesse Biaya sewa yg dibayar/ terutang boleh menjadi pengurang Tidak boleh menyusutkan karena milik lessor Memotong PPh ps 23 sesuai tarif
130
Kasus
PT. X (lessor) meng-SGU-kan mesin gol II dg harga Rp200jt kepada PT. Z(lessee) jangka waktu leasing 24 bulan dan nilai sisa barang setelah periode leasing adalah nihil. Pembayaran perbulan Rp8.000.000. Jumlah pembayaran adalah Rp192 jt lebih kecil dari 200jt, karena tidak klausul untuk memiliki maka termasuk operating lease
131
Jawaban
Lessor Terimasew a Pungut PPN Dipotong PPh ps 23 Diterima PT. X 8.000.000 800.000 160.000 8.640.000 Lessee PT. Z Bayarsew 8.000.000 a Bayar PPN 800.000 Memotong 160.000 PPh ps 23 Dibayar 8.640.000 Penyusuta Tidak ada n
132
2. 3. 4.
133
Perlakuan perpajakan
Lessor Ph yg menjadi obyek PPh adl seluruh pembayaran Tidak ada penyusutan Dapat membentuk cad piutang ragu-ragu raguKerugian dibebankan pd akm.cad.piutang ragu2 Besarnya PPh pasal 25 triwulanan Jasa pembiayaan tdk terutang PPN. Penyerahan terutang PPN Lessee Seluruh pembayaran boleh menjadi pengurang Tidak ada penyusutan Tidak memotong PPh pasal 23 atas angsuran Tidak dipungut PPN
134
Kasus
PT. X (lessor) meng-SGU-kan mesin gol II dg harga Rp200jt kepada PT. Z(lessee) jangka waktu leasing 36 bulan dan nilai sisa barang setelah periode leasing adalah nihil. Pembayaran perbulan Rp8.000.000. pembayaran terdiri dari pokok Rp.5.555.555 dan bunga Rp.2.444.445 Ada klausul opsi bagi lessee untuk membeli
135
jawaban
Lessor PT X Lessee PT Y Mencatat 288 juta piutang Terima 2.444.445 bunga Terimapokok 5.555.555 Jumlah 8.000.000 Byr sewa 8.000.000 Tidak memungut
136
Penyusutan Tidak ada Penyusut Tidak ada Debet biaya 2.5% x PPh pnyisihan saldo piut pasal 23 piut