You are on page 1of 91

PERTOLONGAN PERTAMA

I. PENGERTIAN PERTOLONGAN PERTAMA. Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegahan cacat atau mati. II. TUJUAN PERTOLONGAN PERTAMA. 1. Menyelematkan Jiwa Penderita 2. Mencegah Cacad 3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan III. PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA. Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian ( TKP ) yang memiliki kemampuan penanganan kasus gawat darurat dan terlatih untuk memberikan pertolongan pertama. IV. KEWAJIBAN PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA. 1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya 2. Menjangkau penderita dalam khasus kecelakaan atau musibah kemungkinan pelaku harus memindahkan penderita lain untuk dapat menjangkau penderita yang lebih parah 3. Dapat mengenali dan mengatasi masalah masalah yang mengancam nyawa 4. Meminta bantuan/rujukan 5. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat 6. Membantu pelaku lainnya 7. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita 8. Berkomunikasi dengan petugas lainnya yang terlibat 9. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi V. KUALIFIKASI PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA 1. Jujur dan bertanggung jawab 2. Berlaku profesional 3. Kematangan emosi VI. ALAT PELINDUNG DIRI (APD).

1. Sarung Tangan Lateks 2. Kacamata Pelindung 3. Baju Pelindung 4. Masker Penolong 5. Masker Resusitasi 6. H e l m VII. PERALATAN PERTOLONGAN PERTAMA. 1. Penutup Luka, misalnya Kasa Steril 2. Pembalut Luka, misalnya Pembalut Segitiga/Mitella 3. Cairan Pembersih Luka, misalnya Boorwater, Rivanol dan Lodinepovidone 4. Peralatan Stabilisasi Korban, misalnya : a. Bidai Leher b. Bidai Alat Gerak (Bidai Kayu) 5. Mitella 6. Plester 7. Gunting 8. Pingset 9. Kapas 10. Senter 11. Selimut 12. Kartu Penderita 13. Alat Tulis 14. Oksigen (Bila Perlu) 15. Tensimeter dan Stetoskop (Bila Perlu) 16. Alat Angkut, misalnya tandu VIII. LANGKAH - LANGKAH PENILAIAN DINI. I. Kesan Umum : Tentukan terlebih dahulu penderita adalah kasus trauma atau kasus medis. A. Kasus Trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh suatu yang mempunyai tanda - tanda yang jelas terlihat atau teraba, misalnya : 1. Kasus Perdarahan 2. Kasus Patah Tulang 3. Kasus Penurunan Kesadaran

.C. Kasus Medis adalah kasus yang diderita seseorang tanpa adariwayat, kasus ini penolong harus lebih berupaya mencari gangguannya, misalnya : 1. Sesak Napas 2. Nyeri Dada dll

II. Periksa Respon : Respon yang diberikan penderita merupakan gambaran sederhana dan cepat mengenai berat ringannya gangguan yang terjadi dalam otak. Untuk menentukan tingkat respon seorang penderita berdasarkan rangsangan yang diberikan penolong, dikenal ada 4 tingkat yaitu AWAS, SUARA, NYERI, TIDAK respon (ASNT). A = AWAS Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungan S = SUARA Penderita hanya menjawab/beraksi bila dipanggil atau mendengar suara. N = NYERI Pnderita hanya beraksi terhadap rangsangan nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit T = TIDAK Respon Penderita tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun yang diberikan oleh penolong KERACUNAN GEJALA DAN TANDA KERACUNAN MELALUI PERNAFASAN. Nafas sasak atau pendek Batuk-batuk disertai sakit kepala Kulit berwarna kebiruan Nafas berbau TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA.

Pindahan korban ke udara segar Beri nafas buatan atau pijat jantung bila perlu Jika korban bernafas, jaga agar sirkulasi udara lancar GEJALA KERACUNAN MELALUI MULUT ATAU ALAT PENCERNAAN. Mual disertai muntah muntah Nyeri pada perut, diare Nafas mulut berbau Mungkin ada luka di mulut bila ada racun korosif TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA 1. Beri minum susu atau air sebanyak banyaknya kepada korban atauberi anti racun (norits , putih telut 2. Jangan dirangsang muntah pada kasus : menelan minyak, korban kejang, atau ada bakat kejang, korban berpenyakit jantung, korban tidak sadar atau pada gangguan kesadara 3. Segera bawa ke RS PERDARAHAN Macam macam perdarahan dilihat dari sudut keluarnya darah : 1. Perdarahan Keluar 2. Perdarahan Didalam Perdarahan dilihat dari sudut macam pembulu darah yang putus 1. Perdarahan pembuluh Nadi ( Arterie ) 2. Perdarahan pembuluh Balik ( Vena ) 3. Perdarahan Pembuluh Rambut ( Capiler ) Tanda Perdarahan Perdarahan Pembuluh Nadi (Arterie) 1. Darah keluar memancar menurut gerakan denyut jantung 2. Warna darah merah muda (karena mengandung Zat Asam)

Perdarahan Pembuluh Balik (Vena) 1. Darah keluar tidak memancar hanya mengalir 2. Warna darah merah tua (karena mengandung zat asam arang Perdarahan Pembuluh Rambut (Capiler) 1. Darah keluar sedikit-sedikit seperti titik embun 2. Ini tidak berbahaya karena pembuluh darahnya sangat kecil PENGERTIAN DARI LUKA Luka adalah putus atau robek jaringan kulit yang tembus kedalam dikarenakan benda tajam, seperti : Luka Memar ( karena pukulan ) Luka Gores Luka Tusuk Luka Potong Luka Bacok Luka Robek Luka Tembak Luka Bakar Luka Iris Luka Lecet A. Tindakan Pertolongan 1. Menghentikan Perdarahan 2. Mencegah Infeksi 3. Mencegah kerusakan lebih lanjut dari pada jaringan B. Pencegaran infeksi dapat dilakukan dengan 1. Menberikan betadin 2. Tepung sulfa steril 3. Luka di tutup dengan pembalut steril C. Tidakan untuk mengatasi perdarahan (Ingat 5 T)

T 1 = Tekan bagian yang berdarah selama 5-15 menit T 2 = Tinggikan anggota badan yang luka T 3 = Tidurkan korban dengan kepala lebih rendah T - 4 = Tekan pembuluh madi (antara tempat perdarahan dengan jantung T 5 = Tenangkan Korban GEJALA DAN TANDA KERACUNAN ZAT KIMIA MELALUI KULIT ATAU KONTAK DENGAN KULIT 1. Gatal dan bengkak meliputi kulit yang terkena 2. rasa terbakar 3. kulit kadang kemerahan PERTOLONGAN PERTAMA YANG DAPAT DILAKUKAN 1. Lepaskan pakaian, cincin. jam tangan dan sesuatu yang melekat atau bahan yang terkena 2. Sisa zat kimia yang masih tersisa pada kulit siram dengan air sekurang kurangnya selama 20 menit 3. Zat kimia berbentuk bubuk, disapu dulu dengan kuas/sikat lembut, baru disiram dengan air sebanyak banyaknya GEJALA DAN TANDA KERACUNAN MELALUI SUNTIKAN ATAU GIGITAN BINATANG 1. Mual disertai dengan muntah 2. Nadi lemah dan cepat 3. Sulit untuk bernafas 4. Badan terasa lemah 5. Bengkak dan nyeri didaerah gigitanS TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA 1. Jaga korban agar tetap tenang dan istirahat 2. Cuci luka gigitan dengan air sabun 3. Posisi luka lebih rendah dari jantung 4. Immobilisasi daerah gigitan dengan pembalutan 5. Bawa segera ke RS PEMBALUTAN

1. KEGUNAAN PEMBALUT 1. Menutup Luka 2. Melakukan penekanan 3. Mengurangi/mencegah pembengkakan 4. Membatasi pergerakan 5. Mengikat Bidai 2. APA YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA SAAT MEMBALUT 1. Awasi muka korban 2. Balutan jangan kendor, karena dapat tergeser 3. Balutan jangan terlalu erat, karena dapat menghalangi perdarahan 4. Pada saat membalut posisi korban berbaring atau duduk 3. TUJUAN DARI PEMBALUTAN 1. Mengurangi resiko kerusakan jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut 2. Mengurangi rasa nyeri/sakit 3. Mencegah cacat dan infeksi 4. MACAM-MACAM PEMBALUT 1. Pembalut Segi Tiga (Mitela) 2. Pembalut Plester 3. Pembalut Pita/Gulung/Perband 4. Pembalut Cepat 5. INDIKASI PEMBALUT 1. Dalam membalut ada hubungan dengan pemasangan bidai/spalek pada pertolongan pertama (PP) 2. Untuk menutup luka supaya tidak kena cahaya, debu, atau kotoran, untuk menekan, menarik,menahan dan untuk imobilisasi (agar anggota tubuh tidak bergerak) 3. Menghentikan perdarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka dan mengurangi rasa nyeri pada luka dll KEJADIAN KHUSUS 6. KEMASUKAN BENDA ASING 7. KECELAKAAN LISTRIK 8. K E J A N G 9. SENGATAN PANAS 10. TERKILIR 11. KESELAK/TERSEDAK 12. KERACUNAN 13. TENGGELAM 14. KEDINGINAN

PENGANGKUTAN 1. PENGANGKUTAN ORANG SAKIT/LUKA 2. PENGANGKUTAN OLEH SATU ORANG 3. PENGANGKUTAN OLEH DUA ORANG 4. PENGANGKUTAN OLEH TIGA ORANG 5. PENGANGKUTAN OLEH EMPAT ORANG 6. PENGANGKUTAN MENGGUNAKAN ALAT/TANDU 7. PEMBUATAN TANDU DARURAT

HIV/AIDS
1. Pengertian AIDS (Acquid Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh, sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain yang mematikan. AIDS disebabkan oleh virus (jasad sub Renik) yang disebut dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus). 2. Cara HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh Sasaran penyerangan HIV adalah Sistem Kekebalan Tubuh, terutama adalah sel-sel limfosit T4. Selama terinfeksi, limfosit menjadi wahana pengembangbiakan virus. Bila sel-sel Limfosit T4 nya mati, virus akan dengan bebas menyerang sel-sel Limfosit T4 lainnya yang masih sehat. Akibatnya, daya tahan tubuh menurun. Akhirnya sistem kekebalan tak mampu melindungi tubuh, maka kuman penyakit infeksi lain (kadang disebut Infeksi Oportunistik-Infeksi mumpung) akan masuk dan menyerang tubuh orang tersebut. Bahkan kuman-kuman lain yang jinak tiba-tiba menjaddi ganas. Kumannya bisa virus lain, bakteri, mikroba, jamur, maupun mikroorganisme patogen lainnya. Penderita bisa meninggal karna TBC, diare, kanker kulit, infeksi jamur, dll. 3. Cara mengetahui seseorang mengidap HIV Sejak tertular sampai dengan mendapat Infeksi oportunisik, tidak mudah menyatakan seseorang mengidap HIV, hanya dengan melihat fisiknya, tetapi secara dini seseorang dapat diketahuio mengidap HIV/AIDS dengan uji HIV di labratorium untuk mengetahui adanya zat anti (anti body) dalam darahnya. Seseorang yang tertular HIV melampaui tahapan (atau stadium) sebagai berikut : a. Stadium Inkubasi : Virus menginfeksi tubuh dan bersembunyi dalam sel darah putih. Umumnya, belum menunjukan gejala apa-apa. Sebagian orang mungkin merasa lelah, kehilangan selera makan, sedikit pembengkakan pada kelanjar getah bening (diketiak, dileher dan paha). Pada masa ini, HIV dalam darah belum dapat ditentukan, namun ia telah mampu menularkan HIV pada orang lain. b. Stadium Awal : Sesudah 2-6 bulan, baru pemeriksaan darah tersebut akan menunjukan tanda HIV positif atau disebut SEROPOSITI, artinya dalam tubuh orang tersebut telah terbentuk zat anti

(anti body) terhadap virus HIV. Seseorang yang seropositif HIV, kemungkinan akan tetap sehat, atau menderita tanda atau gejala pesakitan biasa antara lain : pembengkakan kelenjar getah bening, berkurangnya berat badan, berkeringat, diare dan beberapa infeksi ringan. c. Stadium Tenang (Window Period) : Masa ini umumnya berjalan 3-15 tahun, rata-rata 5 tahun. Pada masa ini orang yang seropositif terhadap HIV secara fisik mungkin kelihatan sehat dan normal atau sakit ringan yang umum. Namun secara perlahan-lahan, HIV akan menghancurkan sistem kekebalannya. d. Stadium AIDS (Full Blown) : Pada masa ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau seluruh sistem kekebalan tubuh, sehingga mulai nampak adanya infeksi oportunistik, antara lain : radang paru-paru, kanker kulit, TBC, penyakit syaraf, penyakit saluran cerna dan berbagai kanker lainnya. Penyakit-penyakit ini sulit disembuhkan, dan umumnya bila keadaan umum penderita kian memburuk, penyakit tersebut menyebabkan kematiannya. 4. HIV dapat ditularkan Bila seseorang telah seropositif terhadap HIV. Dalam jumlah besar HIV terdapat dalam darah, cairan vagina, air mani serta produk darah lainnya. Apabila sedikit, darah atau cairan tubuh lain dari pengidap HIV berpindah secara langsung ke tubuh orang lain yang sehat, maka ada kemungkinan orang lain tersebut tertular AIDS. Cara penularan yang paling umum ialah : senggama, tranfusi darah, jarum suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah, kotoran, keringat, dll secara teoritis mungkin bisa terjadi, namun risikonya sangat kecil. a. Penularan lewat senggama Pemindahan yang paling umum dan paling sering terjadi ialah melalui senggama, dimana HIV dipindahkan melalui cairan sperma atau cairan vagina. Adanya luka pada pihak penerima akan memperbesar kemungkinan penularan. Itulah sebabnya pelaku senggama yang tidak wajar (lewat dubur terutama), yang cenderung lebih mudah menimbulkan luka, memiliki kemungkinan lebih besar untuk tertular HIV. b. Penularan lewat transfusi darah Jika darah yang ditransfusikan telah terinfeksi oleh HIV, maka virus HIV akan ditularkan kepada orang yang menerima darah, sehingga orang itupun akan terinfeksi virus HIV. Risiko penularan melalui transfusi darah ini hampir 100%. c. Penularan lewat jarum suntik Model penularan lain secara teoritis dapat terjadi antara lain melalui : penggunaan akupuntur/tusuk jarum, tato, tindik. Penggunaan alat suntik atau Injeksi yang tidak steril, yang seringkali dipraktekkan para pengguna narkoba suntikan, juga suntikan oleh petugas kesehatan secara ilegal. d. Penularan lewat kehamilan Jika ibu hamil yang dalam tubuhnya terinfeksi HIV, maka virus HIV dapat ditularkan ke janin yang dikandungnya melalui darah dengan melewati plasenta. Risiko penularan ibu hamil ke janin yang dikandungnya berkisar 20 % - 40 %. Risiko ini mungkin lebih besar kalau ibu telah menderita kesakitan AIDS (full blown). HIV tidak ditularkan

Dengan demikian jelas pula bahwa semua hal yang tidak berkait dengan model penularan langsung seperti di atas, kemungkinan sangat besar tidak akan menularkan HIV. Misalnya : a. Berjabat tangan dengan para penderita AIDS. b. Memberikan P3K dengan prosedur yang benar. c. Bermain-main dengan para pengidap HIV. d. Berciuman tanpa kontak cairan mulut atau darah dari luka. e. Tidur bersama dengan penderita AIDS. f. Digigit nyamuk atau serangga. g. Bertukar pakaian atau barang lain milik pengidap HIV. h. Berak atau kencing di WC Umum. i. Berenang bersama dengan penderita AIDS. j. Anak yang digendong oleh Pengidap AIDS. k. Naik bis yang penuh sesak dengan para penderita AIDS. l. Percikan ludah, batuk atau bersin dari penderita AIDS. m. Merawat pengidap AIDS sesuai prosedur. n. Makan dan minum bersama dengan pengidap AIDS. Cara remaja melindungi diri dari penularan HIV Kita semua, khususnya remaja harus melindungi diri dari AIDS. Karena kalau seorang remaja tertular HIV, maka keseluruhan cita-cita dan masa depan remaja tersebut hancur lebur. Secara mudah, perlindungan dari AIDS dilakukan dengan cara ABC, ialah : a. [A] : Abstinence alias P u a s a bagi remaja lajang belum menikah. Jangan dekat-dekat senggama, jauhkan diri dari zina. Onani atau masturbasi, merangsang diri sendiri sehingga puas (orgasmus) sebenarnya kurang baik. Namun risikonya paling kecil. Jadi dalam keadaan yang benar-banar tidak kuasa menahan diri dan tidak mampu berpuasa, onani dapat dijadikan jalan keluar. Asal jangan menjadi kebiasaan. Jangan terlalu sering. b. [B] : Be Faithful alias Setia Pasangan Hidup bagi mereka yang sudah menikah. Hanya bersenggama dengan pasangan setianya. Sebagian besar satu suami dengan satu istri. Dalam keadaan khusus satu suami dengan 2-4 istri, namun yang penting kesetiaan dari semua pihak, baik istri maupun suami. Di sinipun, bila suami istri berpisah dalam waktu lama, onani merupakan jalan keluar sementara yang risikonya paling kecil. c. [C]Condom alias Kondom bagi mereka yang berada dalam keadaan-keadaan khusus, antara lain ialah para suami atau remaja bermoral rendah yang tidak kuat puasa atau setia (atau onani), dan masih terdorong melakukan zina. Pemakaian kondom akan melindungi mereka dari penularan PHS dan AIDS (diluar dosa masing-masing), dan melindungi istri atau pacar mereka dari penularan penyakit. Bagi para pelacur, patut ditumbuhkan motivasi memakaikan kondom pada pasangan kencan mereka. Dalam keadaan darurat, misalnya pasangan suami-istri di mana salah satu menderita PHS, juga AIDS, pemakaian kondom amat dianjurkan untuk mencegah penularan AIDS lebih lanjut kepada pasangannya. Yang penting dalam pemakaian kondom ialah melindungi keseluruhan penis dan dipakai sepanjang proses senggama untuk menghindari sentuhan antara penis dan vagina.

Tambahan perlindungan yang sangat penting ialah : a. Hindari transfusi, dengan selalu berhati-hati. Bila terpaksa ditransfusi, yakinkan bahwa darah yang ditransfusi adalah darah yang telah diperiksa oleh Unit Kesehatan Transfusi Darah PMI (UKTD PMI0 sebagai darah bebas HIV (juga bekas Hepatitis, Malaria dan Sifilis dsb). b. Hindari suntik menyuntik. Sebagian besar obat berdampak sama atau labih efektif diminum daripada disuntikan. Bila terpaksa disuntik, yakinkan jarum dan tabung suntiknya baru dan belum dipakai untuk orang lain. c. Berhati-hati dalam menolong orang luka dan berdarah. Gunakan prosedur P3K yang baku dan aman. d. Bila ada sesuatu tanda atau gejala yang meragukan, secepatnya diperiksa ke dokter. e. Sikap kita terhadap pengidap HIV/penderita AIDS Semua harus bersikap biasa (tanpa membedakan) seperti sikap kita terhadap orang sehat atau penderita penyakit lain. Semua hal dapat dilaksanakan dengan orang tersebut, kecuali kegiatan yang memindahkan darah (atau cairan tubuh lain) dari orang tersebut kepada orang lain, misalnya : senggama tanpa kondom, transfusi darah, suntik dengan alat yang sama, dll. Sikap membedakan, apalagi sikap memusuhi, akan membuat penderita tertekan. Akibatnya, dapat mendorong mereka menularkan penyakitnya secara tak bertanggungjawab. Sebaliknya penderita HIV/AIDS membutuhkan dukungan agar mereka memiliki kepercayaan diri dan mampu berbuat banyak bagi masyarakat. Untuk membantu penderita AIDS : a. Bangkitkan kepercayaan mereka, dan berilah dukungan dan kasih sayang. Katakan bahwa mereka masih bisa berbuat apa saja seperti sebelumnya. Satu-satunya beda ialah bahwa mereka harus memakai kondom kalau melakukan senggama. b. Berilah pemahaman terhadap masalah yang akan mereka hadapi dan cara mengatasinya. c. Jangan merasa tertekan secara berlebihan, karena semua orang pasti diberi cobaan. d. Harus pasrah kehadirat Allah dan tabah menghadapinya, tak perlu menyesali diri berlebihan. e. Lebih mendekatkan diri pada Tuhan dengan memperbanyak doa dan ibadah. f. Tak perlu merasa kehilangan hak mndapat pelayanan dan perawatan dari orang lain. g. Jalinlah komunikasi untuk berbagi rasa secara terbuka dan jujur. Untuk membantu keluarganya : a. Terimalah anggota yang menderita AIDS secara wajar. b. Jangan dibedakan, jangan ditakuti, jangan disingkiri. Tapi juga jangan dilebihlebihkan. c. Dalam semua hal, berbuatlah seperti biasa. Satu-satunya perkecualian ialah dalam bersenggama dengan pasangannya, harus selalu memakai kondom. d. Besarkan jiwanya. e. Ajak untuk meningkatkan ibadah dan melakukan lebih banyak kegiatan yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. 7. Cara merawat penderita HIV/AIDS Untuk bisa merawat para penderita HIV/AIDS, maka pertama-tama kita coba untuk membayangkan diri kita sendiri sebagai pengidap HIV/AIDS. Dengan mengetahui mana

aktivitas yang berisiko menularkan HIV/AIDS dan mana yang tidak, kita siap memperlakukan para penderita tersebut, secara wajar-wajar saja. Yang perlu diperhatikan, kita harus tetap memperhatikan prosedur P3K maupun perawatan penderita yang memenuhi keselamatan penolongnya. Penderita AIDS dalam stadium berat perlu dirawat oleh Tenaga Kesehatan yang berpengalaman. Sedang perawatan dirumah bagi penderita yang tidak berat, perlu hatihati untuk memutuskan risiko penularan. Penggunaan prosedur P3K yang aman ialah sebagai berikut : a. Gunakan sarung tangan dan celemek untuk tugas perawatan b. Cucilah tangan setiap bertugas dalam peawatan c. Pakaian kotor dan berdarah harus dicuci dengan air panas d. Sikat gigi dan alat cukur jangan digunakan bergantian e. Hindai kontak langsung, bila anda punya luka ROKOK 1. Manfaat dan mudzarat rokok Sebagaimana halnya berbagai aktivitas,merokok ada manfaat dan mudzaratnya. Namun, merokok mengandung lebih banyak mudzaratnya daripada manfaatnya. Manfaatnya antara lain ialah : a. Mengurangi stres, tekanan, atau perasaan yang kurang enak, sehingga secara tidak langsung menyebabkan remaja menjadi lebih berani. b. Menimbulkan perasaan nikmat. c. Mempererat pergaulan antar kawan, terutama bila semua kawan merokok. d. Meningkatkan keberanian dan perasaan jantan, jagoan, atau macho. e. Mengurangi nafsu makan, sehingga bisa mencegah kegemukan Mudzaratnya antara lain ialah : a. Rokok mengandung sekitar 700 jenis racun yang berbahaya bagi kesehatan, antara lain yang telah dikenal dengan baik ialah karbon monoksida (CO) yang bisa mematikan, nikotin yang mendorong pengkapuran jantung dan pembuluh darah, tar yang dapat menyumbat dan mengurangi fungsi saluran nafas dan menyebabkan kanker, serta berbagai bahan kimia yang dapat menimbulkan racun pada hati, otak, dan pembentuk kanker. b. Rokok menurunkan konsentrasi, misalnya sewaktu mengemudi, berfikir, dll. c. Rokok menurunkan kebugaran tubuh. d. Rokok bukan hanya meracuni para perokok sendiri, namun juga orang-orang yang disekitarnya (sebagai perokok pasif) dengan bahaya yang sama. e. Rokok menimbulkan ketergantungan dan perasaan kehilangan sesuatu kalau rokok tidak tersedia, yang berakibat pada penurunan prestasi belajar dan bekerja. f. Rokok memboroskan. g. Sekarang rokok bukan lagi tanda jagoan tapi cenderung pada tanda kampungan. h. Rokok dapat menyulut kebakaran. 2. Faktor yang mendorong remaja mulai dan terus merokok Hal-hal di bawah ini, sendiri-sendiri atau bersama-sama bisa mendorong remaja mulai merokok dan terus merokok :

a. Rasa ingin tahu sampai menjadi ketergantungan. b. Untuk meningkatkan kejagoannya. c. Hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya. d. Adanya stres atau konflik batin atau masalah yang sulit diselesaikan. e. Dorongan dari lingkungan sosial yang mendesak remaja untuk merokok atau kalau tidak dianggap tidak solider dengan lingkungan sosialnya. f. Ketidaktahuan akan bahaya merokok. 3. Cara menghentikan kebiasaan merokok Beberapa hal dapat kita lakukan untuk menghentikan kebiasaan merokok secara bertahap : a. Yakin dan optimis, bahwa kita dapat berhenti merokok. b. Tanamkan rasa benci pada rokok (hindari rokok). c. Kurangi kumpul-kumpul tanpa tujuan dengan perokok. d. Menjaga makanan sehari-hari. e. Cukup olah raga, tidur dan istirahat. f. Jangan menahan lapar lama-lama. g. Menjauhkan makanan yang banyak sekali bumbunya dan menjauhi alkohol. h. Jika ada keinginan merokok, alihkan perhatian pada hal lain, dalam hal ini permen karet atau permen lain dapat dipakai sebagai pengganti rokok sementara. i. Berniat serius berhenti merokok dan berserah diri pada Tuhan. Yang terpenting dari semuanya ialah pengendalian diri dan kepercayaan diri bahwa remaja yang berhasil ialah remaja yang mandiri, tidak bergantung pada hal-hal yang diluar dirinya, apalagi hanya rokok. ALKOHOL 1. Pengertian alkohol dan minuman keras (miras) ALKOHOL merupakan cairan yang bening, tak berwarna, mudah menguap dan mudah terbakar. Diperoleh dari hasil fermentasi karbohidrat. Alkohol mudah dimetabolisme oleh tubuh, sehingga cepat memenuhi kebutuhan kalori. Minuman keras (MIRAS) ialah minuman yang secara sengaja diberi alkohol. 2. Manfaat dan mudzarat alkohol bagi manusia Alkohol memberi beberapa manfaat antara lain ialah : a. Dalam kehidupan sehari-hari alkohol berperan penting sebagai campuran makanan dan minuman, disinfektan (pencuci hama), bahan bakar, dan bahan dasar sebagai obat dan kosmetika. b. Setelah minum alkohol, badan terasa hangat, terutama untuk daerah-daerah berhawa dingin. c. Alkohol dapat menurunkan kesadaran, sehingga dapat mengurangi stres. d. Minum miras sering dianggap sebagai tanda dari kejantanan, kedewasaan, dan kehidupan modern, termasuk juga dikalangan remaja. Namun alkohol memiliki banyak mudzarat yang lebih besar daripada mafaatnya, antara lain ialah :

a. Segera setelah diminum, alkohol menurunkan kesadaran, sehingga menimbulkan penurunan kemampuan untuk berbuat baik, belajar dan bekerja. Bila berkendaraan mudah menimbulkan kecelakaan lalu lintas karena menurunnya konsentrasi akibat minum alkohol. b. Menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, antara lain : gangguan metabolisme yang bisa berdampak pada kelainan jantung sampai gagal jantung. hambatan pembentukan trombosit, merusak sumsum tulang, sehingga dapat menyebabkan pendarahan, anemia dan kekurangan sel darah putih. Dapat merusak hati, dalam jangka panjang mengakibatkan kegagalan fungsi hati dan kanker. Meningkatan kerentanan infeksi karena kerusakan saluran nafas, hati, atau kurang makan. Dapat menyebabkan kerusakan susunan syaraf. c. Menimbulkan ketergantungan fisik, yakni untuk mendapatkan rasa nyaman, yang dalam jangka panjang menyebabkan ketergantungan psikis (jiwa), yaitu menimbulkan rasa gembira dan rasa optimis kepada pemakainya secara berlebihan, berakhir dengan peningkatan toleransi, yakni memerlukan dosis alkohol yang semakin lama semakin tinggi. 3. Faktor-faktor yang mendorong remaja terjerumus dalam ketergantungan alkohol/miras Pengenalan pada alkohol atau miras hampir sama kejadiannya dengan pengenalan pada rokok, ialah : a. Rasa ingin tahu sampai ketergantungan. b. Untuk meningkatkan kejagoannya, kelaki-lakian dan modernisasi. c. Hasrat berkelompok dengan kawan senasib dan sebaya. d. Adanya stres atau konflik batin atau masalah yang sulit diselesaikan. e. Keinginan dianggap perkasa/jantan dan disegani. f. Dorongan dari lingkungan sosial yang mendesak remaja untuk mencoba minum miras atau kalau tidak dianggap tidak solider dengan lingkungan sosialnya. 4. Cara remaja agar tidak terjerumus dalam ketergantungan alkohol/miras Bila terlanjur kenal dengan miras, usaha penghentiannya yang terpenting ialah pengendalian diri dan kepercayaan diri bahwa remaja yang berhasil menghentikan miras ialah remaja yang mandiri, tidak bergantung pada hal-hal lain diluar dirinya, apalagi hanya alkohol, dan berkembang menjadi remaja berprestsi. PENYALAHGUNAAN OBAT 1. Pengertian obat Obat ialah racun yang dibuat dari bahan kimia. Racun tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit (obat luar), mulut (per oral), dubur (per anal), vagina dan semua lubang tubuh yang ada, serta disuntikan ke dalam otot atau pembuluh darah. Apabila digunakan dengan alasan tepat dengan dosis tepat, obat akan bermanaat. Namun bila disalahgunakan artinya digunakan tanpa alasan yang tepat, dalam cara yang tidak

tepat, dan dosis yang tidak tepat, maka obat akan meracuni tubuh, mulai dari ketergantungan sampai pada perusakan alat-alat tubuh dan dapat menimbulkan kematian. 2. Jenis-jenis obat yang ada dilingkungan masyarakat Ada 4 golongan obat berdasarkan bahaya dan cara mendapatkannya : a. Obat Bebas, yang dapat dibeli dan diminum secara bebas. b. Obat Bebas Terbatas, hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. c. Obat Berbahaya, seperti Obat Anti Depresansia (penekanan kesedihan), Stimulansia (perangsang), dan Halusinogen (pembentuk mimpi palsu yang indah), Pil BK, Mandrax (Mx), Ekstasi, dll, termasuk ke dalam golongan Obat Berbahaya ini. d. Narkotika, antara lain : candu, ganja, heroin, kokain, morfin dan turunannya. Dalam kenyataannya, di beberapa kota besar, Obat-obat Bebas Terbatas, Berbahaya dan Narkotika kadang dapat dibeli secara bebas, bahkan kadang-kadang ditawarkan secara langsung oleh penjualnya kepada remaja secara gelap/sembunyi-sembunyi. 3. Alasan remaja menyalahgunakan obat Remaja menyalahgunakan obat dengan dua cara, yaitu Ngepil (bila lewat mulut) dan nyuntik (bila lewat suntikan). Remaja ngepil kebanyakan mulai dengan coba-coba, yang akhirnya menjadi ketergantungan. Coba-coba ini dipengaruhi beberapa hal antara lain : a. Adanya sikap individu yang berpotensi coba-coba, misalnya : mudah frustasi, tidak senang diatur, sulit bergaul, ingin dianggap hebat, agresif, eksperimental, mudah bosan, malas, dll. Atau sebaliknya sikap solider terhadap kawan yang berlebihan tanpa pikir panjang. b. Adanya trend (kecenderungan) penggunaan obat tertentu sebagai citra remaja modern (contoh : penggunaan ekstasi akhir-akhir ini). c. Hampir semua obat memiliki efek toleransi, makin lama dosis yang berefek makin besar. d. Mudahnya obat didapat disekitar tmpat tinggal emaja, sementara pengawasan obat kurang efektif. 4. Tahapan penyalahgunaan obat dikalangan remaja Biasanya, remaja ngepil melalui tahap-tahap berikut : a. Tahap pemakaian coba-coba. b. Tahap pemakaian Indental (kadang-kadang). c. Tahap penyalahgunaan. d. Tahap ketergantungan. 5. Bahaya ngepil Pengaruh obat secara umum ialah : a. Ketergantungan (kejiwaan, tanpa kerusakan tubuh) : di mana tanpa minum obat tertentu, remaja yang bersangkutan sudah tidak mampu lagi berprestasi sama sekali. b. Kecanduan : tubuhnya sudah terganggu, sehingga selalu memerlukan obat tersebut, umumnya remaja menjadi kurang peduli terhadap lingkungan, gangguan kepribadian dan mental, rasa percaya yang berlebihan, dll. c. Kesehatan : pengaruhnya tergantung pada bahan kimia yang terkandung dalam obat

tersebut : pada penggunaan obat bebas dan bebas terbatas (catatan : sebenarnya sebagian besar remaja ditipu untuk ngepil obat jenis ini) terjadi toleransi (obat tidak manju bila dosisnya tidaktinggi). Sedang pada beberapa obat berbahaya dan narkotika bisa menimbulkan tidak normalnya koordinasi motorik, bicara cedal/bertele-tele, merusak jantung, ginjal, hati, syaraf dan organ-organ tubuh lainnya; sekarang sering terjadi kematian mendadak akibat gagal jantung atau keracunan otak akibat dosis obat yang terlalu tinggi. 6. Bahaya nyuntik NYUNTIK memiliki bahaya sama dengan ngepil dalam tingkatan yang lebih parah, karena : a. Penyuntikan hampir selalu narkotika yang memiliki bahaya paling besar. b. Penyuntikan memiliki akibat yang lebih langsung ke dalam tubuh manusia. c. Penyuntikan umumnya lebih disukai bila penggunaan alat suntik dan jarum yang sama untuk beberapa remaja, karena sisa darah yang ada di alat suntik meningkatkan efek alat yang disuntikkan; dengan akibat nyuntik berisiko penularan berbagai penyakit lewat darah, antara lain : Hepatitis B dan AIDS. 7. Cara kita menduga seorang remaja berada di bawah pengaruh obat berbahaya Remaja yang sedang ngepil, secara umum terlihat : a. Lesu dan gelisah. b. Banyak keluar keringat. c. Kurang konsentrasi. d. Gerakan bergetar. e. Kelihatan ketakutan. f. Banyak minum air. Tanda-tanda tersebut sangat nyata pada penggunaan ekstasi. 8. Cara membantu remaja mencegah diri dari ngepil/nyuntik Kalau masih coba-coba atau Indental, bantulah agar : a. Memiliki rasa malu, karena ngepil/nyuntik itu perilaku memalukan. b. Meninggalkan lingkungan ngepil/nyuntik. c. Aktif dalam berbagai kegiatan. d. Meningkatkan ibadah. e. Yang terpenting ialah mengembangkan sikap percaya diri dan pengendalian diri yang kuat. Untuk remaja yang sudah tergantung atau mencandu, seyogianya berkonsultasi dengan petugas kesehatan. HEPATITIS B 1. Pengertian Hepatitis B, yang disebabkan oleh sejenis virus, yang memiliki karakter mirip dengan HIV penyebab AIDS. Hepatitis B merupakan penyakit peradangan hati yang berbahaya yang dapat berkembang menjadi penyakit kronis serta menjadi salah satu penyebab timbulnya kanker hati dan sirosis (matinya sel-sel hati).

Awalnya, penyakit ini menunjukan gejala ringan serupa flu : tubuh lemas, cepat lelah, demam, sampai pada gejala berat, seperti : muntah-muntah, demam sangat tinggi dan kemudian warma kulit menjadi kakuning-uningan. Pada keadaan berat terdapat gejala-gejala menurunnya fungsi hati, yang bisa berakhir dengan kanker, atau bila sembuh, sel-sel hati mati dan menjadi siosis, yang bila meluas menyebabkan gangguan penurunan fungsi hati, seperti : edema, pendarahan lambung, dll. Selain Hepatitis B, berkembang pula jenis baru, yaitu Hepatitis c dan Hepatitis D yang memiliki keganasan lebih tinggi darpada Hepatitis B. 2. Proses penularan Penularan Virus Hepatitis B terjadi persis sama dengan penularan HIV, ialah berupa penularan langsung melalui darah atau produk-produk darah, mencakup : a. Senggama. b. Tranfusi darah dan penggunaan alat kedokteran yang kurang bersih. c. Dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya. Yang patut diwaspadai ialah kegemaran suntik di kalangan masyarakat Indonesia. 3. Cara pencegahan dan pengobatan Hepatitis B dapat dicegah dengan vaksinasi. Dengan cara ini, tubuh akan menghasikan zat anti terhadap Hepatitis B yang disebut anti HBs. Tidak semua orang perlu divaksinasi. Seseorang yang telah terlanjur terkena Virus Hepatitis B atau yang secara alamiah telah memiliki anti HBs tidak perlu mendapat vaksinasi. Selain itu, pencegahan yang sama juga harus dilakukan sebagaimana halnya dengan pencegahan AIDS. Pola ABC, Abstinance bagi yang belum menikah Be Faithful, dan Condom dalam keadaan darurat juga diterapkan dalam pencegahan Hepatitis B. Ada beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk melumpuhkan virus Hepatitis B pada stadium awal penyakit, yang hanya bisa didapat dengan resep dokter. Bila sudah lanjut, yang lebih penting ialah memelihara sel-sel hati yang masih baik, agar dapat berfungsi normal. Makanan sehat membantu usaha tersebut. TUBERCULOSIS (TBC) 1. Pengertian TBC merupakan penyakit menahun dan menular yang disebabkan oleh bekteri Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan lewat dahak yang menyebar ke udara. TBC dapat menyerang setiap orang. Namun, paling sering pada usia 15 35 tahun, khususnya yang bertubuh lemah, kurang gizi atau tinggal dengan penderita TBC. TBC paling banyak menyerang paru-paru (saluran pernafasan). Namun TBC kemudian juga bisa menyerang alat tubuh yang lain. Pada anak, TBC dapat menyebabkan peradangan pada selaput otak dan gangguan kulit. TBC menjadi kian pening karena semula semua orang mengira penyakit ini sudah mulai menghilang, ternyata akhir-akhir ini penderita TBC menjadi kian banyak. Para penderita AIDS di beberapa negara Asia ternyata banyak meninggal karena TBC, akibat menurunnya daya tahan tubuh orang yang diserang AIDS tersebut.

2. Tanda dan gejala seseorang mengidap Tuberculosis (TBC) Seseorang mengidap TBC menunjukan tanda dan gejala sebagai berikut : a. Batuk lebih dari 4 minggu, walau telah minum obat biasa. b. Batuk menahun dan berlendir, pada stadium lanjut berdarah. c. Panas ringan pada sore hari dan berkeringat pada malam hari. d. Terasa nyeri pada dada dan punggung atas. e. Menjadi kurus. f. Kulit pucat. g. Suara menjadi parau/serak. h. Dalam stadium lanjut berbagai infeksi dapat disebabkan karena kuman TBC, termasuk infeksi kulit, selaput paru, otak, jantung dan berbagai organ tubuh penting lain. 3. Cara pencegahan dan pengobatan TBC Cara pencegahan : a. Vaksinasi BCG bagi bayi sedini mungkin. b. Makan makanan yang banyak mengandung protein dan vitamin. c. Makan dan istirahat yang teratur. d. Jaga kebersihan lingkungan. e. Pemeriksaan kesehatan secara teratur. f. Menghingdari berdekatan nafas dengan penderita TBC. Cara pengobatan : Sebenarnya berbagai obat sudah ditemukan sebagai obat TBC yang manjur. Termasuk INH, Streptomisin, Etambutol, PAS, dan Ripamfisin. Masalahnya obat-obat tersebut harus diminum dalam jangka panjang secara terus-menerus tanpa berhenti. Ini biasanya yang tidak dilakukan orang dengan benar. Disamping itu, makanan yang baik dan sehat, istirahat yang cukup membantu penyembuhan penyakit ini. KELUARGA 1. Rasa cinta keluarga sangat diperlukan bagi remaja Keluarga merupakan masyarakat terkecil dimana seorang remaja hidup. Dibandingkan dengan masyarakat lain, khususnya masyarakat sekolah dan kelompok bermain, maka dalam keadaan normal remaja tinggal paling lama dalam keluarga. Oleh karenanya keberhasilan remaja dalam belajar dan mempersiapkan masa depan sangat bergantung pada keterdekatan remaja tersebut dengan keluarganya. Rasa cinta kepada keluarga (bagaimanapun keadaan keluarga kita masing-masing) menjadi perekat bagi tumbuhnya rasa tanggung jawab, kematangan, dan kedewasaan seseorang. Rasa cinta antara anggota keluarga ditunjukan dengan adanya rasa saling percaya, saling menghargai, saling bersikap jujur dan saling terbuka diantara anggota-anggota keluarga. Rasa cinta juga dicerminkan pada cara-cara berkomunikasi antar anggota keluarga. 2. Cara remaja dalam membina komunikasi dalam keluarga Masing-masing anggota keluarga memiliki pendidikan dan pengalaman sendri-sendiri. Pendidikan dan pengalaman tersebut disampaikan dalam pendapat dan sikap dalam

menghadapi suatu hal atau masalah. Perbedaan-perbedaan pendapat dan sikap tersebut sebenarnya wajar saja. Asalkan semuaanggota keluarga saling menghargai pendapat dan sikap anggota keluarga yang lain. Masalah muncul bila orang tua cenderung menganggap mereka sudah lebih dulu dewasa dan kaya pengalaman, sedang anak-anak, juga dalam kurun remaja, belum cukup matang untuk berpendapat dan bersikap dalam suatu hal. Sebaliknya di kalangan remaja juga sering timbul pendapat bahwa merekalah yang lebih tahu masalah-masalah kehidupan kini, sedang orang tua mereka sudah kuno, ketinggalan jaman, dan pendapatnya sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang. Komunikasi antara remaja perempuan dengan orang tua dan anggota keluarga lain seringkali lebih sulit. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan pendapat yang banyak dilakukan remaja perempuan. Bila perbedaan tersebut menjadi tajam pada hal-hal yang penting, dari pihak remaja seyogyanya jangan bertindak keras dan kasar. Sikap terpuji ialah diam atau mengiyakan (walau tidak setuju dengan pendapat atau sikap orang tuanya), sementara ia mencari waktu dan situasi yang tepat untuk secara perlahan-lahan memberitahukan (atau merayu) kepada orang tuanya tentang pendapat dan sikapnya yang berbeda. Bila masalahnya sangat serius, sedang rayuan tidak mempan , hadirnya orang ketiga mungkin membantu. Kakek, saudara tua yang lain, kadang bisa berperan sangat baik dalam menjembatani perbedaan yang ada. Dalam situasi seperti itu, tindakan remaja yang paling fatal ialah meninggalkan keluarga baik terang-terangan maupun diam-diam, dan mengalihkan kepercayaan pada orang lain. TEMAN SEBAYA 1. Pengertian teman Teman sejati ialah orang yang hadir di hadapan kita dan siap menolong kita pada saat kita memerlukannya (a friend indeed is a friend in need). Orang yang tanpa diminta siap menolong kita. Dalam bahasa sajak yang siap menyediakan bahu tempat kita menangis (shoulder to cry on). Persis seperti yang terjadi dalam permainan bujur sangkar pecah. Teman ialah orang yang memperhatikan kebutuhan orang lain, yang tahu persis kebutuhan orang lain, dan dengan ikhlas memberikan miliknya kepada orang lain agar orang lain dapat menyelesaikan tugasnya. 2. Pengertian teman sebaya Teman sebaya ialah teman yang sangat akrab dengan kita, karena jenis kelamin yang sama, atau usia berdekatan, atau rumah berdekatan, atau bersekolah di sekolah yang sama, atau seminat dan seterusnya. Sehingga diantara teman sebaya hampir tidak ada rahasia lagi. Karena keterdekatannya, teman sebaya bisa saling mempengaruhi untuk sesuatu menuju kebaikan. Sebaliknya kesetiakawanan antara teman sebaya bisa pula saling menjerumuskan ke dalam hal-hal yang berisiko merugikan. Dalam kerangka pengertian tersebut, maka dalam keluarga sebenarnya remaja memerlukan teman sebaya, baik antara remaja dengan kakak yang sudah dewasa, maupun remaja dengan kedua orang tua. Dari pihak remaja, yang terpenting ialah sikap menjadi friend in need dalam keluarga.

Demikian pula seyogyanya kedua orang tua dan saudara-saudara yang lain siap untuk menjadi teman sebaya bagi remaja dalam keluarga. 3. Cara kita menempatkan diri sebagai teman sebaya bagi remaja lainnya Tantangan bagi setiap remaja sebagai teman bagi remaja lainnya ialah : a. Mencari dan mendapatkan teman sebaya yang bisa saling mengajak pada kebaikan, dan bukannya mengajak pada hal-hal yang kurang baik, lebih-lebih perilaku beresiko. b. Menjadi suri tauladan baik sikap maupun kepribadian bagi remaja-remaja sebaya lain. c. Bagaimana menempatkan dirinya sebagai teman sebaya kawan-kawan di lingkungan sekolah atau lingkungan bermainnya, yang dipercaya akan dapat membantu mereka memecahkan segala macam persoalan mereka, tanpa diminta. Juga dalam keluarga masing-masing. PENDIDIKAN REMAJA SEBAYA (PRS) 1. Makna dari Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) adalah penjabaran dari rasa kesetiakawanan, perasaan senasib sepenanggungan. Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) juga sebagai bukti bahwa seorang teman adalah teman sejati. Dalam kehidupan kita sehari-hari, sebenarnya kita sudah melakukan Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) dalam bentuk berkomunikasi dua arah dengan teman sebaya. Kadang-kadang kita menasehati teman kita, diwaktu lain teman kita menasihati kita tentang sesuatu. Yang semata-mata dilakukan karena saling menyayangi dengan teman sebaya kita tersebut. Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) yang kirta pelajari disini tidak lain ialah melaksanakan segala sesuatu yang sudah biasa kita lakukan, hanya kali ini menyangkut pada kesehatan dan kesejahteraan remaja. Demi kecemerlangan masa depan bersama. Sesuai cita-cita masing-masing. Para Pendidik Remaja Sebaya, yang sudah dilatih, didorong untuk terpanggil menyebarluaskan pengetahuannya kepada teman-teman sebayanya, disekolah dan dikelompok bermainnya, sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi oleh teman-teman sebayanya. Tentu saja, para Pendidik sendiri diharapkan menjadi contoh tauladan bagi teman-teman sebayanya dalam berperilaku. Sikap menjaga rahasia teman merupakan prasyarat yang utama pula. 2. Cara kita melaksanakan Program Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) Karena PRS dikemas dalam bentuk komunikasi tidak resmi antar teman sebaya, maka tidak ada cara baku untuk melaksanakan PRS. Tempatnya bisa dimana saja. Waktunya bisa kapan saja. Yang paling penting ialah menciptakan suasana saling percaya. Usahakan dijaga kerahasiaan teman. Seyogyanya Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) dilakukan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Tahap Penerimaan Pada tahap ini yang penting ialah mendengarkan keluhan atau masalah yang dialami teman. Tunjukan rasa tertarik anda. Bantu ia untuk mengungkapkan keseluruhan permasalahan yang dideritanya. Jangan beri nasehat apapun dalam tahap ini. Dengan menceritakan permasalahan kepada orang yang dipercaya, ia sebenarnya telah

menyelesaikan 50 % dari permasalan yang mengganjalnya. Beberapa teman yang berperilaku beresiko kadang tidak mengerti sama sekali risikonya. Menghadapi teman yang demikian, diperlukan pertanyaan-pertanyaan pancingan, agar sedikit demi sedikit ia memahami risiko yang sedang dihadapinya. Ingat, jangan beri nasehat dalam tahap ini. b. Tahap pemasukan ide Pada tahap ini, pelan-pelan ide anda dimasukan kedalam benak dan hati teman anda. Usahakan untuk tidak tergesa-gesa, dan jangan banyak ide dimasukan sekaligus. Sebaiknya sedikit demi sedikit. Secara berulang-ulang dan berurutan. Juga diharapkan agar pemasukan ide jangan dikemas dalam suasana menggurui atau mendikte. Kalau bisa diusahakan agar dibuat suasana sedemikian sehingga seakan-akan ide itu bukan datang dari anda, tetapi dari teman anda sendiri. Dengan kata lain, pada tahap ini anda membimbing teman anda untuk siap menolong diri sendiri. Sekali lagi ditekankan, bahwa pada tahap ini anda harus membuktikan bahwa anda sendiri konsekuen dengan sikap anda. Anda adalah contoh remaja yang sehat sejahtera. Hal paling penting ialah untuk mengimbangi keseluruhan upaya pemasukan ide dengan doa kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. c. Tahap pemeliharaan Ide yang sudah dimasukan, harus dipelihara. Karena pembentukan atau perubahan perilaku memerlukan waktu yang lama. Untuk keperluan pemeliharaan ini, diperlukan upaya terus menerus, berulang-ulang mengajak teman menuju arah dan cita-cita yang telah disepakati bersama. Usahakan agar tahap pemeliharaan ini disamarkan dalam bentuk silaturahmibiasa. Sehingga tidak kelihatan bahwa anda memaksakan keinginan anda untuk diikuti teman anda. Yang penting keseringan berkomunikasi dan membahas masalah-masalah yang ada. Yang tidak kalah penting ialah agar keseluruhan PRS selalu diimbangi dengan doa kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

PELAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH


PENDAHULUAN Usaha transfusi darah merupakan salah satu kegiatan pokok yang penting di PMI. Usaha transfusi darah dilakukan dengan maksud untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang mencakup masalah pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan penyampaian darah kepada seorang penderita. Pelayanan usaha transfusi darah PMI telah dikuatkan dengan: a. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 24/Birhub/1972, tentang palang Merah Indonesia di bidang transfusi darah. b. Peraturan Pemerintah RI No. 18 tahun 1980, tentang transfusi darah. PMI adalah organisasi sosial yang berhak melaksanakan kegiatan transfusi darah berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas. Strategi Palang Merah Indonesia (PMI) dalam visinya menetapkan agar dikenall secara luas sebagai organisasi kepalangmerahan dalam memberikan pelayanan kepada yang

membutuhkan secara efektif dan tepat waktu dengan semangat kenetralan dan kemandirian. Meskipun kegiatan transfusi darah sudah dirintis sejak masa perjuangan revolusi oleh PMI, namun baru melalui Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, pemerintah menetapkan peran PMI sebagai satu-satunya organisasi yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan transfusi darah di Indonesia.. Tugas ini ditegaskan pula melalui SK.Dirjen Yan Med No. 1147/ YANMED/RSKS/1991, tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Menteri Kesehatan No. 478/Menkes/Per/1990 tentang upaya kesehatan di bidang Transfusi Darah. Target pelayanan transfusi darah adalah berupaya memenuhi kebutuhan darah yang bermutu, aman dan mencukupi serta dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau. Kini, kegiatan tersebut dapat dilayani di 165 Unit Transfusi Darah Pembina Darah dan Cabang tingkat Propinsi dan Daerah Tingkat II, yang tersebar di seluruh Indonesia. Hingga sekarang jumlah darah yang terkumpul baru sekitar 0,47% dari jumlah penduduk Indonesia, idealnya jumlah darah yang tersedia adalah berkisar 1% dari jumlah penduduk Indonesia. Darah diperoleh dari sumbangan darah para donor darah sukarela maupun donor darah pengganti. PROSEDUR TEKNIS PELAYANAN TRANSFUSI DARAH Dalam melakukan pelayanan transfusi darah kepada masyarakat, PMI tidak hanya memfokuskan perhatiannya pada pendonor darah tetapi juga ke masyarakat yang pengguna darah. Karenanya menjadi penting untuk melakukan sosialisasi informasi mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan masalah transfusi darah kepada masyarakat luas, seperti " Bagaimana menjadi donor darah; Prosedur permintaan Darah; Pengelolaan Darah dan "service cost" (lengkapnya lihat "Serba-Serbi Transfusi Darah" ) BLOOD SCREENING ( Pemeriksaan uji saring darah) Blood screening (pemeriksaan uji saring darah) merupakan salah satu tahap di dalam pengelolaan darah yang dilakukan PMI untuk mendapatkan darah yang betul-betul aman bagi pengguna darah (orang sakit). Bahkan, untuk menghindari tercemarnya darah dari HIV, pemerintah mengeluarkan surat keputusan Menkes RI No.622/Menkes/SK/VII/1992 tentang kewajiban pemeriksaan HIV pada darah yang disumbangkan donor. Pemeriksaan ini bersifat "mandatory", namun tidak bertentangan dengan resolusi Komisi HAM PBB, karena yang diperiksa bukan orang yang menyumbangkan darah melainkan darah yang akan ditransfusikan (prinsip unlinked Anonymous). Saat ini tiap Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) telah melakukan uji saring terhadap 4 penyakit menular berbahaya yaitu syphilis, hepatitis B & C dan HIV/AIDS. Apabila ada donor darah yang dicurigai terinfeksi dengan hasil test yang mendukung, maka dirujuk ke UTDP untuk dilakukan test ulang darah donor tersebut. Hasilnya dikembalikan ke UTDC yang bersangkutan. Berhubung tindakan selanjutnya masih di bawah wewenang Depkes, maka PMI bekerjasama dengan RSCM untuk melakukan test Western Blot yaitu pemeriksaan untuk memastikan seseorang tersebeut reaktif atau tidak. Di UTDD DKI Jakarta apabila dicurigai adanya infeksi HIV/AIDS maka dilakukan rujukan pasien ke LSM Yayasan Pelita Ilmu yang menangani Konseling dan Terapi.

Konseling Donor Darah Khusus mengenai konseling sebenarnya UTD PMI telah mencoba untuk melakukan pre dan post konseling untuk hasil pemeriksaan darah yang positif terjangkit Sifilis, Hepatitis B & C. Dalam tahap pre konseling, sebelum pemeriksaan para donor diberitahu disertai penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan dari yang bersangkutan melalui lembar Inform Consent, bahwa jika hasil darahnya reaktif atau positif maka darah tersebut tidak akan digunakan untuk transfusi. Sedangkan pada tahap Post Konseling, setelah hasil pemeriksaan darah donor dinyatakan positif, maka diadakan pemanggilan kepada yang bersangkutan melalui pos. Namun untuk kasus HIV dipanggil langsung. Kemudian diberitahukan kepada yang bersangkutan untuk tidak menjadi donor darah: + sampai hasil pemeriksaan darahnya negative pada sifilis , + atau tidak menjadi donor darah untuk selamanya bagi pengidap HIV dan Hepatitis B&C. Khusus untuk HIV, konseling belum dapat dilakukan karena: + Prinsip Unlinked Anonymous + Belum siapnya seluruh UTDC dan Pemerintah untuk melakukan konseling dan terapinya DONOR DARAH Donor darah adalah penyumbangan darah. Darah dibagi menjadi dua macam, yaitu donor darah sukarela dan donor darah pengganti atau disebut dengan donor darah keluarga. Donor darah sukarela adalah seseorang yang menyumbangkan darahnya secara sukarela untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan tanpa memandang perbedaan agama, kepercayaan, bangsa, golongan, warna kulit, ataupun jenis kelamin. Sedangkan donor darah pengganti /keluarga adalah seseorang yang meyumbangkan darahnya untuk mengganti darah yang telah dipakai oleh anggota keluarga atau kerabatnya. Tetapi donor darah pengganti/keluarga akan ditiadakan bila persediaan darah di PMI telah tercukupi. Syarat-syarat menjadi donor darah a. Berusia antara 17 sampai 60 tahun b. Memiliki berat badan minimal 45 Kg c. Mempunyai tekanan darah 100/60 sampai 180/100 mmhg. Dan kadar HB sekurang kurangnya 12 gram % d. Tidak mempunyai penyakit kuning (Hepatitis), Penyakit paru-paru (TBC), HIV, AIDS dan penyakit-penyakit berat lainnya. e. Tidak mempunyai luka atau infeksi f. Tidak sedang menjalankan pengobatan suatu penyakit g. Tidak sedang hamil, baru melahirkan atau menyusui h. Dalam keadaan sehat menurut pemeriksaan dokter atau petugas i. Tidak mempunyai perilaku sek menyimpang seperti lesbi atau homo. Cara menyumbangkan darah a. Pendaftaran b. Pemeriksaan darah

c. Pelaksanaan pengambilan darah d. Istirahat e. Pemberian kartu f. Menerima makanan

Dasar-dasar Perawatan Keluarga


1. Pengertian Perawatan Keluarga Perawatan keluarga adalah perawatan yang dilakukan di rumah dengan menggunakan peralatan yang sederhana yang ada di rumah yang dilakukan oleh anggota keluarga. 2. Maksud dan Tujuan Perawatan Keluarga a. Pada dasarnya si sakit lebih senang tinggal di rumah serta dirawat oleh keluarga. b. Demi untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya rumah sakit c. Untuk meningkatkan kemandirian orang sakit dan keluarga secara optimal. 3. Pelaku-pelaku perawatan keluarga, yaitu: a. Pada dasarnya siapa saja dapat melakukan PK asal sebelumnya diberi pengetahuan berupa pendidikan PK dan dilatih secukupnya. b. Sejak tahun 1950 PMI telah menyelenggarakan pendidikan dan latihan PK c. Sifat pribadi yang tepat untuk menerima pendidikan PK adalah: 1. Mempunyai sifat kasih yang tulus 2. Menaruh minat dan memiliki rasa kemanusiaan yang dalam. 3. Ingin belajar dan berbakat dalam bidang keperawatan. B. Perawatan sehari-hari 1. Mencuci tangan. Suatu keharusan bagi setiap perawat termasuk pelaku PK untuk mencuci tangan : Sebelum dan sesudah merawat orang sakit Sebelum menyiapkan makanan dan minuman Sesudah memegang barang-barang kotor dan binatang Sesudah buang air besar dan buang air kecil Tujuan: Membersihkan tangan dari segala kotoran Menjaga kesehatan pelaku Mencegah penularan penyakit Melatih suatu kebiasaan baik 2. Memakai Celemek Celemek adalah bentuk pakaian untuk menutup pakaian pelaku PK waktu menolong merawat si sakit tanpa mengganggu gerak si pelaku. Tujuan: Melindungi pakaian pelaku dari kotoran Mencegah penularan Cara menggantung celemek : Tanpa memegang bagian luar celemek

Didalam ruangan orang sakit bagian luar berada di luar Di luar ruangan si sakit bagian luar berada di dalam 3. Penataan tempat tidur si sakit Maksud dan tujuan: Mempercepat penyembuhan Mencegah penyakit bertambah berat Memperkecil bahaya penularan Syarat tempat tidur si sakit: Panjang tempat tidur harus sepadan dengan panjang badan si sakit Ditempatkan pada bagian kamar yang tak banyak kena hembusan angin Terhindar dari cahaya yang menyilaukan, bau yang merangsang dan keributan. Barang tenun (Seprei, sarung bantal dll) hendaknya diganti paling sedikit dua kali seminggu, kecuali bila kotor atau basah, maka harus segera diganti. Peralatan : Yang mampu Kurang mampu 1. Tempat tidur, kasur , bantal 2. Kain seprei, sarung bantal 3. Kain perlak, kain alas perlak 4. Selimut 1. Balai-balai, bantal 2. Tikar, kain, sarung bantal 3. daun pisang yang setengah tua bungkus dengan kain (sarung) 4. Selimut 4. Pengukuran suhu denyut nadi dan pernapasan Alat mengukur suhu disebut termometer, yang lazim dipakai di Indonesia adalah termometer Celcius sedangkan di Amerika Fahrenheit. Bagian-bagian termometer: Tabung gas panjang berbentuk persegi gepeng bundar atau persegi Pipa gelas tempat naik turun air raksa Skala yang menunjukkan derajat suhu Reservoir tempat air raksa Tujuan mengukur suhu : Untuk mengetahui suhu badan si sakit Untuk mengetahui adanya kelainan pada tubuh si sakit Untuk mengetahui perkembangan penyakit Sebagai salah satu penyokong dalam membantu dokter menentukan diagnosa Tempat mengukur suhu : Di ketiak Di dubur Di mulut Tujuan mengukur denyut nadi: Mengetahui keadaan umum si sakit Mengetahui keadaan jantung si sakit Mengikuti perkembangan jalannya si sakit

Membantu menentukan diagnosa Tempat mengukur denyut nadi: Leher Muka telinga Dekat ujung tulang selangkang Sisi dalam dari lengan atas Lipatan paha Pergelangan tangan Pada bayi sampai umur 1 tahun dapat diraba pada ubun-ubun Jumlah denyut nadi rata-rat permenit Bayi yang baru lahir 130 160 = Bayi 110 130 = Anak umur 4-7 tahun 80 120 = Anak umur >7 tahun 80 90 = Pria dewasa 60 80 = Wanita dewasa lebih banyak 10 15 denyutan. Umumnya kecepatan denyut C,nadi meningkat bila suhu badan meningkat. Tiap kenaikan suhu badan 1 denyut nadi akan bertambah 10 15 denyutan. Tujuan menghitung pernapasan: Membantu menentukan diagnosa Mengetahui keadaan umum si sakit

DAPUR UMUM LAPANGAN PMI


Penyelenggaraan Dapur umum untuk melayani kebutuhan makan para penderita atau korban bencana adalah bukan monopoli organisasi PMI. Penyelenggaraan Dapur Umum tersebut dapat diselenggarakan oleh siapa saja yang dating pertama dan dapat menyelenggarakannya. Berdasarkan pengalaman selain PMI adalah TNI, Karang taruna/SATGASOS, Perangkat Pemda tingkat bawah dan lain-lain. Penyelenggaraan dapu umum yang diselenggarakan oleh PMI menjadi tanggung jawab penuh pengurus cabang PMI yang dalampelaksanaannya dilakukkan oleh regu yang ditugaskan oleh pengurus cabang, regu disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah korban yang harus dilayani. Pengertian Dapur lapangan yang diselenggarakan untuk menyediakan/menyiapkan makanan yang sederhana dan layak serta higenis juga cukup bergizi dan dapat didistribusikan secara cepat. Penyelenggaraan dapur umum yang diselenggarakan PMI Cab menjadi tanggung jawab penuh pengurus PMI Cab. Yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh suatu tim yang ditunjuk oleh pengurus cabang, tim ini disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah korban. Dalam satu regu dapur umum terdiri dari: Seorang ketua regu

Seorang wakil ketua regu Seorang penanggung jawab tata usaha Seorang penanggung jawab peralatan dan perlengkapan Seorang penanggung jawab memasak Seorang penanggung jawab distribusi Beberapa tenaga yang membantu terdiri dari unsur masyarakat di daerah bencana dan sekitarnya Pembagian tugas 1. Ketua regu a. Mengatur pembagian tugas anggota, mengawasi, membimbing dan bertanggungjawab atas kelancaran tugas pelaksanaan dapur umum. b. Bertanggung jawaab secaara langsung kepada ketua tim penyelenggara dapur umum yang ditunjuk oleh pengurus cabang atau melalui ketua kelompok apabila ada. 2. Wakil ketua regu a. Mewakili ketua regu bila berhalangan b. Membantu kelancaran ketua regu (tugasnya) c. Bertanggung jawab atas pelayanan makanan dan memelihara ketertiban serta kebersihan lingkungan wilayah kerjanya 3. Petugas tata usaha Menyelenggarakan tata usaha dapur umum dengan baik meliputi : a. Pembuatan daftar nama para korban yang ada dalam wilayah kerjanya lengkap dengan tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat rumah. b. Pendataan barang dan keperluan dapur baik yang masuk maupun yang keluar c. Pertanggungan jawab keuangan d. Pembuatan/penyusunan laporan 4. Petugas peralatan atau perlengkapan a. Menyiapkan dan melengkapi peralatan dan perlengkapan dapur b. Mengatur penyimpanan logistik bahan-bahan kebutuhan dan peralatan serta kelengkapan dapur c. Membuat daftar infentaris peralatan dan perlengkapan d. Bertanggung jawab atas penerimaan atau pengeluaran logistik bahan pangan 5. Petugas memasak a. Menentukan jumlah penyediaan makanan yang harus dimasak. b. Memelihara ketetapan waktu memasak dan makan c. Dengan bantuan tenaga lokal (pembantu umum), menentukan menu makanan setiap harinya dan memelihara citra rasa sedemikian rupa sesuai dengan selera yang dibutuhkan para korban 6. Petugas pendistribusian Melaksanakan pembagian makanan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dengan cara yang baik dan tertib. 7. Pembantu umum Membantu pelaksanaan berjalannya dapur umum. Misalnya : - Membantu mengambilkan air dari mata air - Membantu memompa kompor, dll Tenaga Dapur Umum

1. Anggota KSR sebagai tenaga inti dibantu TSR dan PMR. 2. Para korban, baik pria maupun wanita yang memenuhi syarat untuk membantu dan bersedia dengan sukarela. 3. Bila perlu bekerja sama dengan organisasi sosial lainnya Lokasi Dapur Umum 2. Harus dekat dengan posko dan mudah dijangkau oleh korban 3. Higenis lingkungan cukup memadai 4. Aman dari bencana susulan 5. Dekat dengan transportasi umum 6. Dekat dengan sumber air Pendistribusian 1. Menggunakan kartu distribusi 2. Dilakukan sehari-hari, untuk makan pagi dilakukan pukul 9-10 dan makan malam dilakukan pada pukul 4-5 sore 3. Pengambilan jatah dilakukan oleh kepala keluarga/wakil sesuai dengan kartu distribusi 4. makanan harus siap 15 menit sebelum waktu pendistribusian 5. Petugas sudah siap dengan perlengkapan administrasi (daftar absensi korban, jumlah yang akan diberi, dll) 6. penambahan jiwa dari para korban harus diberitahukan kepada petugas, sehari sebelum pelaksanaan pendistribusian. Contoh kartu distribusi KARTU DISTRIBUSI Nomor dapur : . Nomor kode DU : . Nama kepala keluarga : . Jumlah jiwa : . Alamat : . Tanggal Pagi Siang/malam Keterangan

Contoh rekapitulasi distribusi REKAPITULASI DISTRIBUSI Alamat/lokasi/pos : . Nomor Dapur : . Tanggal : . No Nama KK Jumlah Jiwa Makan Pagi/Siang Makan Sore/Malam Keterangan DAB *** Jumlah Catatan : D = Dewasa Petugas Distribusi

A = Anak-anak B = Bayi .. Peralatan dan Perlengkapan 1. Peralatan memasak a. 2 buah langseng ukuran 100 liter b. 1 buah drum air ukuran 100 liter c. 2 buah panci ukuran 50 cm d. 2 buah wajan no. 48 e. 2 buah serok penggorengan besar f. 2 buah susukan wajan g. 3 buah sendok takaran h. 2 buah sendok sayur i. besar 2. Peralatan penunjang a. 2 buah ember plastik beserta tutup b. 2 buah ember plastik untuk mengambil air c. 2 buah bakul nasi besar d. 2 buah cobek besar e. 2 buah pisau rajang f. 2 buah pisau pengiris g. 1 buah drum besar untuk menyimpan air h. 2 buah talenan daging i. 1 buah gayung air j. 2 buah ayakan bambu k. 2 meter slang plastik l. 2 buah corong minyak 3. Kompor gas Satu unit kompor dengan tangki berkapasitas 20 liter 3 kepala/semawar dan sebuah pompa atau 2 unit kompor dengan tangki ukuran 15 liter 2 kepala semawar dan sebuah pompa kompor. Jika keadaan darurat dapat juga mempergunakan tungku dari batu bata dengan bahan kayu bakar atau menggunakan kompor minyak tanah

KEPALANG MERAHAN (DASAR)


A. LATAR BELAKANG SEJARAH PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH TAHUN 1859 S0LFERINO - JOHN HENDRY DUNANT TAHUN 1863 Komite Internasional untuk bantuan tentara yang luka (Komite Lima) Internasional Of The Red Cross (ICRC)

TAHUN 1864 KONVENSI JENEVA TAHUN 1867 Konferensi Palang Merah Internasional ( 9 Pemerintah dari 16 Perhimpunan Nasional dan ICRC) TAHUN 1899 Penyesuaian terhadap cara perang Angkatan Laut sesuai dengan Prinsip Prinsip Konvensi Jenewa tahun 1864 (Konvensi Hague III) TAHUN 1806 Revisi dan Pengembangan Konvensi Jenewa tahun 1864 TAHUN 1807 Penyesuaian terhadap cara perang Angkatan bersenjata sesuai dengan Prinsip - Prinsip Konvensi Jenewa tahun 1806 (Konvensi Hague X) TAHUN 1919 LIGA PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT NASIONAL TAHUN 1928 Status Palang Merah Internasional TAHUN 1929 Konvensi - Konvensi Jenewa Revisi dan pengembangan Konvensi Jenewa tahun 1906 berkaitan dengan Pengesahan Konvensi Jenewa berkaitan dengan perlakuan terhadap tawanan perang TAHUN 1949 KONVENSI - KONVENSI JENEWA 1. Perbaikan kondisi bagi Angkatan Perang yang terluka dan sakit di medan perang ( revisi dan pengembangan konvensi Jenewa tahun 1929) KONVENSI I 2. Perbaikan kondisi Angkatan Perang yang terluka dan sakit di Laut dan Perahu karam ( revisi dan pengembangan konvensi Hague X tahun 1907) KONVENSI II 3. Berkaitan dengan perlakuan terhadap tawanan perang (revisi dan pengembangan konvensi Jenewa tahun 1929) KONVENSI III 4. Berkaitan dengan perlindungan terhadap penduduk sipil pada waktu perang KONVENSI IV TAHUN 1952 Revisi Status Palang Merah Internasional TAHUN 1967 Proklamasi Prinsip - Prinsip Dasar Palang Merah (Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan, Kesemestaan) TAHUN 1977 PROTOKOL TAMBAHAN KONVENSI JENEWA 1949

Dalam keempat Konvensi tersebut telah dicantumkan mengenai pertolongan, namun dalam pengembangannya dilengkapi dengan dua buah ketentuan tambahan yang isinya lebih luas daripada konvensi Jenewa tahun 1949 yang disebut dengan dua Protokol Tambahan yaitu : PROTOKOL I Pertolongan diterapkan pada pertikaian bersenjata Internasional PROTOKOL II Pertolongan yang diterapkan pada pertikaian bersenjata yang tidak Internasional Kedua Protokol Tambahan ini disahkan dalam satu Konvensi diplomat pada tanggal 8 Juni 1977 yang diprakarsai oleh Komite Internasional Palang Merah. B. PALANG MERAH Palang Merah secara umum dikenal sejak tahun 1863 sebagai Pergerakan Internasional dari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang merupakan sebuah Organisasi Internasional yang bersifat Kemanusiaan dan berdiri sendiri di banyak negara di dunia. Dengan pelayanan sukarela untuk menolong sesama, Palang Merah berkembang untuk melayani korban perang dan melaksanakan Konvensi Geneva. Kegiatan Palang Merah ini meluas termasuk pelayananmasa damai seperti mendirikan bank darah, memberikan pendidikan pertolongan peratama dan perlindungan di air dan di darat, serta merawat korban bencana seperti banjir, longsor,kebakaran dll. selain itu Palang Merah juga menolong para tawanan perang Jean Henry Dunant dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1828 di Jenewa Swiss, Ayahnya bernama Jean Jacques Dunant dan Ibunya bernama Antoinette Colladon, Tahun 1859 Henry Dunant pergi ke Italia menuju Solferino, di Solferino sedang terjadi perang antar Perancis dan Sardinia melawan tentara Austria. Dari pengalaman tersebut ia mengarang buku dengan judul Un Souvenir De Solferino ( Kenangan di Solferino ) Dan buku tersebut menarik perhatian dunia dan beberapa orang terkenal yang akhirnya membentuk Panitia 5 yang terdiri dari : 1. Jendral Dufour 2. Mr. Maunior 3. Dr. Appia 4. Gustave Moyneier 5. Jean Henry Dunant Mereka membentuk lembaga sosial yang bernama PALANG MERAH tahun 1899, Henry Dunant mendapat perhargaan dan tahun 1901 mendapat hadiah Nobel di bidang Kemanusiaan dan Perdamaian. Panitia lima tersebut merintis terbentuknya Palang Merah Lambang Palang Merah di atas dasar putih. Lambang tersebut berarti Perlindungan bagi para petugas, penolong di medan

perang. Panitia lima menjadi Komite Internasional Palang Merah (KIPM) yang dalam bahasa Inggrisnya yaitu International Commitee Of The Red Drocc (ICRC). C. FLORENCE NIGHTINGALE Florence Nightingale dilahirkan di Amostad Inggris pada tanggal 12 Mei 1820 ia putri bangsawan yang berkecukupan, tapi itu tidak memberikan kepuasan baginya. Akhirnya ia memilih jalan penghidupan yang menpunyai tujuan tapi harus dikejar dengan segala tenaga. Ia ingin menolong yang miskin, orang-orang sakit dan menderita sehingga ia ingin menjadi perawat, dengan segala rintangan dan hambatan ia lalui dan rintangan tersebut menjadi dorongan yang kuat baginya. Florence Nightingale menjadi perawat karena bantuan Elisabeth Fry dan ia ingin pergi ke paris depan perang Krim ternyata ia mendapat surat untuk dikirim ke Scutari untuk merawat orang - orang sakit types, colera. Sisentri yang mengakibatkan banyak kematian, lebih dari korban perang. Ia mendapat julukan Putri yang membawa Lampu (The Lady With The Lamp), karena pada waktu malam dengan membawa sebuah lampu ia mengunjungi yang sakit dan menghibur mereka yang terjaga tidurnya. Setelah dari Scutari ia pergi ke Krim dan ia disana sakit dengan sebutan Crimean Fever (deman Krim). Dan setelah sembuh ia kembali ke Scutari untuk bekerja. Setelah pulang ia mendirikan sekolah perawat yang dicita - citakannya yang disebut Nightingale Found tahun 1888 ia mendapat anugrah The Royal Red Cross dan tahun 1907 mendapat Ordre Of Mert ia meninggal pada tanggal 3 Agustus 1910 di Inggris D. ORGANISASI PALANG MERAH INTERNASIONAL 1. KIPM/ICRC. Komite Internasional Palang Merah = Intermational Commite Of The Red Crocc, merupakan perkembangan dari panitia lima/komite lima. Didirikan pada tahun 1863 sebagai lembaga netral pelindung Prinsip _ Prinsip Palang Merah. KIPM juga sebagai penggerak Palang Merah dan peleta dasar konvensi Genewa, KIPM berkedudukan di Jenewa - Swiss dan beranggotakan 25 orang warga Negara Swiss. 2. LIGA Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Liga adalah gabungan Internasional Palang Merah yang menangani masalah kesehatan, mencegah penyakit dan mengurangi penderitaan manusia. Liga didirikan pada tanggal 5 Mei 1919 dengan diadakannya Konferensi Kesehatan Internasional di Cammer Pancis dan berdirinya Liga diprakarsai oleh seorang bankir Amerika bernama Mr.Henry P. Davidson. Motto Liga Inter Arma Caritas ( Bantuan diantara pertikaian) Per- Humanitatem Ad Pacem ( Perdamaian Melalui Kemanusiaan ) Palang Merah Indonesia diterima sebagai anggota LIGA yang ke 68 pada tanggal 16

Oktober 1950 3. Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional ( PPM dan BSMN ) adalah perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang diakui oleh ICRC dan Liga sesuai dengan ketentuan yang berlaku 4. Konfenrensi Internasional Palang Merah, KIPM adalah pertemuan tertinggi yang biasanya diselenggarakan 4 tahun sekali terdiri dari delegasi - delegasi Palang Merah Internasional dan Negara - Negara yang ikut menandatangani.

E. SEJARAH PALANG MERAH REMAJA Pada Perang Dunia I di Australia yang melatar belakangi terbentuknya Palang Merah Remaja (PMR) yang bernama The Young Red Cross yang melibatkan anak - anak sekolah untuk membantu korban perang. Palang Merah Indonesia membentuk Palang Merah Remaja pada tanggal 1 Maret 1950 yang dipimpin oleh Nn. Siti Dasimah dan Nn. Paramita Abdurachman. TUJUAN PALANG MERAH REMAJA 1. Membangun manusia seutuhnya 2. Mendidik dan melatih generasi muda dalam kegiatan positif 3. Menumbuhkan minat para remaja di bidang kemanusiaan dan sosial KEGIATAN PALANG MERAH REMAJA 1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 2. Perawatan Keluarga 3. Dapur Umum 4. Bongkar Pasang Tenda 5. Tekhnik Hidup di Alam Bebas 6. Jumpa Bhakti Gembira (Jumbara) 7. Kemping, Heking dan Cross Country 8. Pengenalan obat - obatan 9. Pembinaan fisik dan mental 10. Keterampilan organisasi/kepemimpinan

TRI BHAKTI PALANG MERAH REMAJA 1. Berbhakti kepada masyarakat 2. Mempertinggi mutu keterampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan

3. Mempererat persahabatan Nasional dan Internasional TUGAS/KEGIATAN KHUSUS YANG SESUAI DENGAN KEMAMPUAN 1. Berbhakti terhadap masyarakat dari lingkungan rumah tangga sampai dengan lingkungan masyarakat 2. Kebersihan, kesehatan dan kelestarian lingkungan hidung dan gigi 3. Persahabatan Nasional dan Internasional antar anggota Palang Merah/masyarakat ( di dalan / di luar negeri )

KURIKULUM KEPALANG MERAHAN PMR MADYA


Bidang Study : Kepalangmerahan Jenjang : Palang Merah Remaja (PMR) Tingkat : Madya (SMP) Bahasan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Sub Bahasan : 1. Sejarah Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional 2. Komponen Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta fungsi dan kegiatannya Waktu : 2 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran: 1. Mengetahui sejarah terbentuknya Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional 2. Mampu menyebutkan riwayat pendiri Komite Internasional Palang Merah (ICRC) 3. Mampu Menyebutkan riwayat pendiri Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) 4. Mengetahui dan mampu menyebutkan Komponen Gerakan dan ruang lingkup kerjanya. B. Media: 1. Film (The Story of an idea) 2. Poster (Lambang Palang Merah dan Sejarah) 3. Transparansi OHP C. Metode: 1. Cerita 2. Tanya jawab 3. Pemutaran film B. Proses Pembelajaran:

Pelatih membuka proses pembelajaran dengan : 1. Memberikan pengantar mengenai materi yang akan disampaikan 2. Melakukan tanya jawab awal (Pretest) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik jika diperlukan Pelatih menyampaikan materi dengan metode yang sesuai. 1. Pelatih menyampaikan materi mengenai Sejarah lahirnya Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional, diantaranya : a. Pertempuran Solferino b. Henry Dunant c. Buku Kenangan dari Solferino (gagasan Henry Dunant) Komite Internasional untuk pertolongan bagi yang terluka Konferesi internasional d. Komite Lima e. Pelatih bertanya kepada 2 s.d. 3 peserta mengenai : Siapa tokoh pendiri organisasi Palang Merah Mengapa Henry Dunant mendirikan organisasi Palang Merah. 3. Pelatih memutar film The Story of an Idea . 4. Pelatih meminta kepada peserta untuk menceritakan kembali secara singkat isi film tersebut. a. Pelatih memutar film yang sesuai dengan topik. b. Peserta diminta untuk menonton film secara seksama c. Peserta diminta untuk menceritakan kembali secara singkat isi film tersebut sesuai dengan yang mereka tangkap. 5. Pelatih memberikan penjelasan mengenai Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, diantaranya : a. Definisi Gerakan b. Komponen Gerakan Komite Internasional Palang Merah (KIPM) Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. 6. Pelatih memberikan penjelasan mengenai Konferensi Internasional Palang Merah dan Badan-Badan dalam Gerakan, diantaranya : a. Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah b. Peran Konferensi Interansional c. Badan-badan dalam Gerakan Komisi Tetap Dewan Delegasi 7. Pelatih memberikan intisari dari penjelasan yang telah disampaikan sebagai penutup. 8. Tanya Jawa / pelatih Catatan : 1. Proses pembelajaran di atas menggunakan bantuan media OHP atau Digital Projector, VCD Player, dan poster. 2. Jika pelatih tidak mempunyai sarana di atas, maka minimal bisa menggunakan media poster dibantu dengan sarana yang tersedia, misalnya ; flipchart, whiteboard, papan tulis,

atau yang lainnya sesuai kreasi dari pelatih. E. Evaluasi dan Pembahasan 1. Peserta diminta menceritakan kembali mengenai sejarah terbentuknya organisasi palang merah. 2. Mampu menyebutkan riwayat pendiri Komite Internasional Palang Merah (ICRC) 3. Mampu Menyebutkan riwayat pendiri Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) 4. Mengetahui dan mampu menyebutkan Komponen Gerakan dan ruang lingkup kerjanya F. Pustaka 1. Buku Panduan Diseminasi Kepalangmerahan dan HPI (Buku Kedua) Bab I halaman 3 s.d. 11 tentang Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Bab VI halaman 78 s.d. 88 tentang Komite Internasional Palang Merah (ICRC) Bab VII halaman 93 s.d. 101 tentang Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. 2. ----G. Rangkuman Materi

Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI)


Bidang Studi : Kepalangmerahan Jenjang : Palang Merah Remaja (PMR) Tingkat : Madya (SMP) Bahasan : Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) Sub Bahasan : Sejarah dan aturan dasar Hukum Perikemanusiaan Internasional Waktu : 3 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran: 1. Mengetahui dua gagasan J. Henry Dunant yang tertang dalam buku Memory of Solferino. 2. Mengetahui dan dapat menyebutkan perangkat utama Hukum Perikemanusiaan Internasional. 3. Menjelaskan aturan dasar Hukum Perikemanusiaan Internasional B. Media: 1. Poster 2. Film (The Story of an Idea) 3. Transparansi OHP C. Metode: 1. Ceramah 2. Tanya jawab

3. Pemutaran Film 4. Transparansi OHP D. Proses Pembelajaran: Pelatih membuka proses pembelajaran dengan : 1. Memberikan pengantar mengenai materi yang akan disampaikan 2. Melakukan tanya jawab awal (Pretest) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik jika diperlukan Pelatih menyampaikan materi dengan metode yang sesuai : 1. Pelatih memberikan penjelasan awal mengenai Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI), diantaranya: (Waktu 15 menit, gunakan poster/OHP) a. Definisi b. Intisari HPI c. Istilah d. Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag 2. Pelatih meminta kepada peserta untuk menceritakan kembali tentang : a. Definisi HPI b. Dua cabang Hukum HPI 3. Pelatih menjelaskan Asal-usul Hukum Perikemanusiaan Internasional , diantaranya : (waktu 20 menit, gunakan poster/OHP) a. Dua gagasan J.H. Dunant yang tercantum pada buku Memory of Solferino. b. Pelopor dari Hukum perikemanusiaan modern c. Pelatih bertanya kepada peserta : Gagasan apa yang disampaikan oleh J. H. Dunant yang ditulis pada buku Uraikan gagasan tersebut secara sederhana. 4. Pelatih menjelaskan Aturan Dasar dan prinsip HPI, diantaranya : a. Prinsip b. Aturan Dasar 5. Pelatih memberikan pertanyaan kembali mengenai : a. Prinsip b. Aturan Dasar 6. Pelatih menjelaskan Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan a. Konvensi Jenewa 1949 b. Protokol Tambahan 1977 7. Pelatih memutar film The Story of An Idea atau Fighting by the Rule . Setelah selesai, pelatih meminta kepada peserta : a. Peserta diminta untuk menceritakan kembali secara singkat isi film tersebut sesuai dengan yang mereka tangkap. b. Tujuan dari dipergunakannya HPI c. Siapa yang dilindungi HPI. 8. Pelatih menjelaskan Penerapan Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI), diantaranya : a. Ukuran untuk melaksanakan HPI b. Peran ICRC dalam menjamin penghormatan terhadap HPI 9. Pelatih menjelaskan mengenai Pelanggaran HPI

a. Kejahatan perang b. Penuntutan penjahat perdasarkan HPI 10. Pelatih memberikan pengertian bahwa betapa pentingnya HPI untuk mempertahankan harkat dan martabat manusia. 11. Tanya jawab Catatan : 1. Proses pembelajaran di atas menggunakan bantuan media OHP atau Digital Projector, VCD Player, dan poster. 2. Jika pelatih tidak mempunyai sarana di atas, maka minimal bisa menggunakan media poster dibantu dengan sarana yang tersedia, misalnya ; flipchart, whiteboard, papan tulis, atau yang lainnya sesuai kreasi dari pelatih. E. Evaluasi dan Pembahasan 1. Menjelaskan dua gagasan J. Henry Dunant yang tertang dalam buku Memory of Solferino. 2. Menyebutkan dan menjelaskan perangkat utama Hukum Perikemanusiaan Internasional. 3. Menyebutkan dan menjelaskan aturan dasar Hukum Perikemanusiaan Internasional F. Pustaka 1. Buku Panduan Diseminasi Kepalangmerahan dan HPI (Buku Kedua), Bab IV halaman 33 s.d. 58 tentang Hukum Perikemanusiaan Internasional. 2. --G. Rangkuman Materi

Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
Bidang Study : Kepalang Merahan Jenjang : Palang Merah Remaja (PMR) Tingkat : Madya (SMP) Bahasan Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Sub Bahasan : 1. Tujuh Prinsip Dasar 2. Pengertian Tujuh Prinsip Dasar Waktu : 2 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran a. Dapat menyebutkan tujuh Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

International, b. Dapat menjelaskan pengertian Tujuh Prinsip Dasar c. Dapat menyebutkan contoh-contoh aplikasi Tujuh Prinsip Dasar. B. Media a. Kertas flipchart dan spidol b. Gambar (poster), C. Contoh kasus (contoh : "Panic attack".) a. Film (Helpman of the Red Cross and Red Crescent) D. Metode a. Ceramah b. Pemutaran Film c. Studi kasus 7 Prinsip Dasar d. Pementasan drama yang berisi pesan pengamalan 7 Prinsip Dasar Gerakan. E. Proses Pembelajaran Pelatih membuka proses pembelajaran dengan : 1. Memberikan pengantar mengenai materi yang akan disampaikan, diantaranya memperkenalkan Prinsip-prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dan menyebutkan prinsip-prinsip tersebut satu persatu untuk dihapalkan peserta ajar. 2. Melakukan tanya jawab awal (Pretest) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik jika diperlukan. Misalnya apakah peserta ajar sudah mengetahui mengenai Prinsipprinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Pelatih menyampaikan materi dengan metode yang sesuai. 1. Pelatih menyampaikan materi : a. Melalui metode cerita pelatih menyampaikan materi 7 (tujuh) Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional meliputi penyebutan, arti, dan makna. b. Pelatih menunjukkan poster/gambar yang mengilustrasikan 7 (tujuh) Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. c. Pelatih meminta kepada peserta : Menyebutkan kembali 7 (tujuh) prinsip dasar gerakan satu persatu. Menyebutkan kembali arti dari 7 (tujuh) prinsip dasar gerakan satu persatu b. Pelatih memberikan penjelasan kembali mengenai perlunya mengetahui 7 (tujuh) Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. 2. Pelatih mememutar film Helpman dan meminta peserta untuk memperhatikan dengan seksama. 3. Pelatih meminta kepada peserta untuk menceritakan kembali isi dari film tersebut secara singkat sesuai yang mereka tangkap. 4. Pelatih menjelaskan secara sederhana makna yang dapat diambil dari film tersebut. 5. Pelatih mengajak peserta untuk melakukan permainan, pelatih bisa memilih antara : a. Bermain peran b. Bermain cocok. 6. Sebagai penutup pelatih memberikan penjelasan betapa pentingnya kita sebagai

anggota PMR untuk mengerti dan dapat melaksanakan Prinsip-prinsip Gerakan dalam kehidupan sehari-hari. Catatan : 1. Proses pembelajaran di atas menggunakan bantuan media OHP atau Digital Projector, VCD Player, dan poster. 2. Jika pelatih tidak mempunyai sarana di atas, maka minimal bisa menggunakan media poster dibantu dengan sarana yang tersedia, misalnya ; flipchart, whiteboard, papan tulis, atau yang lainnya sesuai kreasi dari pelatih. A. Evaluasi dan Pembahasan 1. Peserta diminta kembali menyebutkan 7 (tujuh) Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah secara benar sesuai urutan. 2. Peserta diminta kembali menyebutkan arti dari ke 7 (tujuh) Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. F. Pustaka 1. Panduan Diseminasi Kepalangmerahan dan HPI (Buku Kedua), Bab I halaman 15 s.d. 23 tentang Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, PMI. 2. Prinsip-Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Terjemahan), ICRC, Jakarta, 2005. 3. Contoh-contoh studi kasus G. Rangkuman Materi

lambang PALANG MERAH

LAMBANG BULAN SABIT MERAH

Pengenalan dan Arti Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

Bidang Studi : Kepalang Merahan Jenjang : Palang Merah Remaja (PMR) Tingkat : Madya (SMP) Bahasan : Lambang Sub Bahasan : Pengenalan dan Arti Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Waktu : 2 x 45 menit. A. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta mengenal lambang-lambang palang merah dan bulan sabit merah 2. Peserta dapat menceritakan sejarah perkembangan lambang 3. Peserta dapat menjelaskan arti dari lambang 4. Peserta dapat menjelaskan penggunaan lambang B. Media 1. Flipchart 2. Poster 3. Foto C. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Diskusi D. Proses Pembelajaran Pelatih membuka proses pembelajaran dengan : 1. Memberikan pengantar mengenai materi yang akan disampaikan 2. Melakukan tanya jawab awal (Pretest) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik jika diperlukan. Penyampaikan materi dengan metode yang sesuai. 1. Pelatih menyampaikan materi mengenai sejarah lambang, diantaranya: a. Ciri lambang b. Asal-usul mengapa perlu lambang yang sama c. Adopsi Lambang Palang Merah d. Alasan pemilihan Lambang Palang Merah 2. Pelatih memperlihatkan beberapa gambar lambang palang merah dan bulan sabit merah kepada peserta ajar. Kemudian, pelatih mengajukan beberapa pertanyaan singkat, diantaranya: a. Apakah para peserta sudah pernah melihat gambar palang merah atau bulan sabit merah? b. Apabila pernah, di mana? c. Apa artinya apabila seseorang atau sebuah objek menggunakan lambang tersebut. 3. Pelatih menjelaskan lambang-lambang perhimpunan nasional yang diakui atau tercantum dalam oleh Konvensi Jenewa 1949.

4. Pelatih menjelaskan tentang fungsi lambang, diantaranya: a. Perlindungan b. Pengenal Berikan contoh melalui poster, photo, dan contoh nyata. 5. Pelatih memberikan penjelasan mengenai penyalahgunaan lambang a. Peniruan b. Penggunaan yang tidak tepat c. Penggunaan yang melanggar ketentuan 6. Pelatih mempersiapkan permainan berupa poster gambar situasi yang mengilustrasikan suasana penanggulangan bencana. Pada poster terdapat gambar yang diantaranya adalah ; tenda, ambulans, gedung sekolah, petugas/relawan, pengungsi, rumah sakit, dan komponen lain yang mendukung situasi penanggulangan bencana. a. Pelatih menyiapkan model lambang palang merah berbagai ukuran yang terbuat dari spon. b. Pelatih menempelkan beberapa poster tersebut pada dinding. c. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan melakukan permainan yang berhubungan dengan lambang. Peraturan permainan tersebut adalah : Pelatih membagi peserta menjadi beberapa regu, setiap regu beranggotakan 3 (tiga) orang. Pelatih memberikan 9 (sembilan) model lambang berbeda kepada masing-masing regu. 3 (tiga) regu (atau lebih) pada jarak tertentu dalam waktu yang bersamaan ditugaskan untuk menempelkan model-model lambang tersebut pada poster yang ditempel pada dinding. Pada saat menempelkan model lambang tersebut harus dilakukan secara bergilir dari setiap anggota regu sehingga setiap peserta mendapat tugas 3 (tiga) kali menempel. Evaluasi dari permainanan ini adalah : (1) ketepatan menempelkan lambang pada gambar-gambar yang terdapat pada poster tersebut sesuai materi yang telah disampaikan oleh pelatih sebelumnya. (2) Kecepatan dan kerjasama regu. a. Pelatih memberikan penjelasan makna dari permainan tersebut. 7. Pelatih menyampaikan intisari dari materi yang telah disampaikan. 8. Tanya jawab Catatan: 1. Penggunaan media pembelajaran disesuaikan ketersediaan media tersebut beserta alat bantunya. Diantaranya VCD Player dan televisi untuk pemutaran film, serta Over Head Projector untuk presentasi menggunakan transparansi. 2. Pelatih bisa menggunakan minimal salah satu media pembelajaran (poster, film, dan OHP), namun diharapkan bisa menggunakan gabungan antara media poster dan film. E. Evaluasi dan Pembahasan 1. Peserta diminta untuk menunjukkan kedua lambang palang merah dan bulan sabit merah 2. Peserta diminta untuk menceritakan kembali sejarah perkembangan lambang (dalam tulisan, secara oral atau dalam gambar) 3. Peserta diminta untuk menjelaskan apa arti dari penggunaan lambang oleh objek atau orang 4. Peserta diminta menunjukkan bagaimana penggunaan lambang yang benar dan salah

F. Pustaka 1. Buku Panduan halaman 26 31 tentang Lambang 2. Leaflet lambang 3. Cerita sejarah lambang khusus anak-anak 4. Peraturan Penggunaan Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah oleh Perhimpunan Nasional (ICRC)

LAMBANG IFRC

LOGO PMR MADYA

Kurikulum Kesiapsiagaan Bencana untuk PMR MADYA


Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran Metodologi Alokasi Waktu Media Sumber Belajar / Referensi Pengetahuan Dasar Kesiapsiagaan Bencana Jenis-jenis bencana & penyebabnya Setelah selesai pembelajaran pokok bahasan ini peserta diharapkan dapat: Memahami jenis-jenis bencana dan penyebabnya

Ceramah Tanya jawab Simulasi 2 x 45 Flipchart Spidol Alat peraga Buku Penanggulangan Bencana PMI dan referensi terkait Dampak yang ditimbulkan oleh bencana Memahami dampak yang ditimbulkan oleh bencana Ceramah Tanya jawab Diskusi Simulasi 2 x 45 Flipchart Spidol Alat peraga Buku Penanggulangan Bencana PMI dan referensi terkait Upaya kesiapsiagaan bencana Memahami upaya-upaya dalam mengurangi bahaya bencana Memahami aktivitas yang memungkinkan dapat dilakukan dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana Ceramah Tanya jawab Study Kasus Simulasi 3 x 45 Flipchart Spidol Alat peraga Buku Penanggulangan Bencana PMI dan referensi terkait Peran PMR Madya dalam program Kesiapsiagaan Bencana Memahami kepedulian terhadap upaya kesiapsiagaan bencana dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat Memahami kepedulian terhadap masyarakat yang terkena dampak bencana Mendukung program kesiapsiagaan bencana PMI Ceramah Tanya jawab Study Kasus Simulasi 3 x 45 Buku Pedoman PMR Madya dan referensi terkait TOTAL 10 x 45 Draft Kurikulum GENDER untuk PMR MADYA Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran Metodologi Alokasi Waktu Media Sumber Belajar / Referensi Pengetahuan Tentang Gender Pengertian Gender Perbedaan Peran Kodrati dan Peran Gender Dapat menjelaskan pengertian Gender Dapat menjelaskan perbedaan peran gender dan peran kodrati Ceramah Tanya jawab Study Kasus Simulasi/Permainan 4 x 45 Flipchart Spidol

Alat peraga permainan Modul Gender dan referensi terkait Pembagian Peran Laki-laki dan Perempuan Dapat menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan Dapat menjelaskan pentingnya kerjasama dan saling bantu membantu dan tidak membedakan peran antara laki-laki dan perempuan Dapat menyebutkan dan menjelaskan contoh hal-hal yang dapat dikerjakan oleh lakilaki, perempuan maupun keduanya dalam kehidupan. Tidak membeda-bedakan peran dalam kehidupn sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan nya Ceramah Tanya jawab Praktek 6 x 45 Flipchart Spidol Alat peraga permainan Modul Gender dan referensi terkait TOTAL 10 x 45

JOB DESCRIPTION DEWAN KERJA UNIT PMR SMPN 18 BOGOR DEWAN KERJA UNIT
SMP NEGERI 18 BOGOR KETUA UMUM KETUA I Membawahi : 1. Sie Humas dan Media Kreasi 2. Sie Logistik 3. Sie Kesekretariatan dan Dokumentasi KETUA II Membawahi : 1. Sie Kesehatan dan Kebersihan 2. Sie Dana dan Usaha 3. Sie Upacara dan Kegiatan SEKRETARIS BENDAHARA

JOB DESCRIPTION DEWAN KERJA UNIT 1. KETUA UMUM A. FUNGSI ; 1) Pembuat kebijakan organisasi dengan berkoordinasi dengan pembina dan pelatih PMR 2) Pemegang dan pengarah kebijakan organisasi

3) Sebagai dewan kerja harian (DKH) 4) Bertanggung jawab kepada Pembina & Pelatih PMR B. HAK DAN WEWENANG : 1) Berwenang bertindak untuk dan atas nama organisasi ke dalam sedangkan ke luar atas koordinasi Pmenina & Pelatih 2) Berhak dan berwenang menegur, mengingatkan DKU bawahnnya yang tidak menjalankan atau menyimpang dari tugasnnya. 3) Memberhentikan atau memutasikan DKU dari jabatannya dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Pembina & Pelatih. 4) Meminta pertangung jawaban berupa laporan secara ertulis atau lisan kepada semua DKU secara berkala sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. 5) Menentukan kebijakan secara insidental (sewaktu-waktu) karena dirasa perlu kepada semua bawahannya. 6) Menandatangani Surat Resmi ke dalam, untuk ke luar sepengetahuan Pembina/ pelatih C. TUGAS DAN KEWAJIBAN : 1) Mengkoordinir jalannya roda organisasi yag bergerak dinamis 2) Menyusun strategi tatakerja yang efesien dan efektif dengan membuat Program Kerja Secara bersama-sama secara berkala 3) Membuat ketentuan dan tatatertib organisasi demi terciptanya kedisiplinan dan keharmonisan jalannya organisasi. 4) Memimpin Musyawarah untuk menyusun Program Kerja dan membuat laporan pertanggung jawaban secara berkala yaitu bulaan, triwulan, semester dan tahunan. 5) Memimpin Rapat koordinasi dan Evaluasi 2 minggu sekali dengan DKH 6) Memimpin Rapat koordinasi dan Evaluasi Bulanan triwulan, semester dan tahunan dengan DKU 7) Mempertanggung jawabkan semua kebijakan dan pelaksanaan kegiatan organisasi yang dilaksanakan bersama-sama DKU lainnya kepada Pembina, Pelatih Secara Berkala, dan kepada Kepala Sekolah, PKS Kesiswaan/ Pembina OSIS dan PMI Cabang pada akhir kepebgurusan 2. KETUA I ( INTERN ) A. FUNGSI : 1) Anggota Dewan Harian 2) Berkedudukan dibawah Ketua Umum 3) Membawahi dan mengkoordinir DKU yang di bawahinya yaitu : 1. Sie Humas dan Media Kreasi 2. Sie Logistik 3. Sie Kesekretariatan dan Dokumentasi 4) Mewakili Ketua Umum untuk urusan ke dalam bila Ketua Umum berhalangan B. HAK DAN WEWENANG 1) Membuat garis-garis kebijaksanaan organisasi bersama anggota Dewan Harian lainnya. 2) Membantu Ketua Umum dalam melaksanakan tugas keorganisasian.khususnya pada sie yang dibawahinya.

C. TUGAS DAN KEWAJIBAN 1) Mendampingi Ketua Umum dalam melaksanakan tugas organisasi. 2) Bertanggungjawab kepada Ketua Umum akan DKU yang di bawahinya yaitu : 1. Sie Humas dan Media Kreasi 2. Sie Logistik 3. Sie Kesekretariatan dan Dokumentasi 3) Meminta Pertanggungjawaban dari Koordinator DKU yang di bawahinya yaitu : 1. Sie Humas dan Media Kreasi 2. Sie Logistik 3. Sie Kesekretariatan dan Dokumentasi (Pertangungjawaban dalam bentuk laporan diserahkan dalam jangka waktu 1 bulan sekali pada akhir bulan). 4) Pemecah masalah intern dengan menerima saran, baik secara langsung maupun tidak langsung dari anggota aktif dan bertanggungjawab atas hasil yang diputuskan. 5) Mengawasi dan membantu jalannya program kerja DKU yang di bawahinya yaitu : 1. Sie Humas dan Media Kreasi 2. Sie Logistik 3. Sie Kesekretariatan dan Dokumentasi. (mengadakan rapat bersama sie dibawahnya setiap 1 minggu sekali) 6) Memimpin Rapat koordinasi dan Evaluasi 1 minggu sekali dengan sie yang di bawahinya 7) Mengadakan rapat 2 minggu sekali bersama Dewan Harian yang lainnya untuk membahas masalah intern. 8) Mengadakan rapat Dewan Harian 1 bulan sekali untuk mengevaluasi dan memberikan laporan tentang jalannya program kerja unit (yang bersifat intern) yang ditargetkan pada bulan itu, kepada Ketua Umum. 9) Membahas pelaksanaan program kerja unit untuk 1 bulan kedepan. 10) Mengawasi pelaksanaan pemakaian atribut PMR bersama Ketua Ekstern. 11) Ketua I (Intern) Bertanggungjawab atas Mandat yang diberikan Ketua Umum. 3. KETUA II ( EKSTERN ) A. FUNGSI 1) Anggota Dewan Harian 2) Berkedudukan dibawah Ketua Umum 3) Membawahi dan mengkoordinir DKU yang di bawahinya yaitu : 1. Sie Kesehatan dan Kebersihan 2. Sie Dana dan Usaha 3. Sie Upacara dan Kegiatan 4) Mewakili Ketua Umum untuk urusan ke luar bila Ketua Umum berhalangan dengan sepengetahuan Pembina/ Pelatih PMR B. HAK DAN WEWENANG 1) Membuat garis-garis kebijaksanaan organisasi bersama anggota Dewan Harian lainnya. 2) Membantu Ketua Umum dalam melaksanakan tugas keorganisasian.khususnya pada sie yang dibawahinya. C. TUGAS DAN KEWAJIBAN 1) Mendampingi Ketua Umum dalam melaksanakan tugas organisasi. 2) Bertanggungjawab kepada Ketua Umum akan DKU yang di bawahinya yaitu : 1. Sie

Kesehatan dan Kebersihan 2. Sie Dana dan Usaha 3. Sie Upacara dan Kegiatan 3) Meminta Pertanggungjawaban dari Koordinator DKU yang di bawahinya yaitu :. 1. Sie Kesehatan dan Kebersihan 2. Sie Dana dan Usaha 3. Sie Upacara dan Kegiatan 4) Pemecah masalah ekstern dengan menerima saran, baik secara langsung maupun tidak langsung dari anggota aktif dan bertanggungjawab atas hasil yang diputuskan. 5) Bertanggungjawab dan berhubungan dengan pihak-pihak diluar PMR (ekstern). 6) Mengawasi dan membantu jalannya program kerja unit yang bersifat ekstern. (mengadakan rapat bersama Koor setiap 1 minggu sekali) 7) Memimpin Rapat koordinasi dan Evaluasi 1 minggu sekali dengan sie yang di bawahinya 8) Mengadakan rapat 2 minggu sekali bersama Dewan Harian yang lainnya untuk membahas masalah intern. 9) Mengadakan rapat Dewan Harian 1 bulan sekali untuk :Mengevaluasi dan memberikan laporan tentang jalannya program kerja unit (yang bersifat ekstern) yang ditargetkan pada bulan itu, kepada Ketua Umum. 10) Membahas pelaksanaan program kerja unit untuk 1 bulan kedepan. 11) Mengawasi pelaksanaan pemakaian atribut PMR bersama Ketua I (intern.) 12) Ketua II (ekstern) Bertanggungjawab atas Mandat yang diberikan Ketua Umum 4. SEKRETARIS A. FUNGSI 1) Anggota Dewan Harian 2) Berkedudukan dibawah Ketua Umum B. HAK DAN WEWENANG 1) Membuat garis-garis kebijaksanaan organisasi bersama anggota Dewan Harian lainnya. 2) Membantu Ketua Umum dalam melaksanakan tugas keorganisasian. C. TUGAS DAN KEWAJIBAN 1) Bertanggungjawab kepada Ketua Umum mengenai administrasi, data, dan dokumen organisasi 2) Membuat Surat keluar dan menandatanganinya bersama ketua umum, untuk ke luar PMR SMPN 18 Bogor sepengetahuan Pembina dan mengagendakannya 3) Bertanggungjawab atas surat-surat baik ke dalam maupun ke luar. 4) Menerima surat masuk dari organisasi lain atau instansi lain yang berhubungan dengan PMR. dan mengagendakannya 5) Bertanggungjawab atas administrasi PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor. 6) Membuat data best anggota aktif PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor 7) Membuat absen untuk setiap acara yang diadakan oleh PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor. 8) Mengumpulkan semua laporan dari semua DKU pada rapat bidang maupun rapat pleno 9) Membuat LPJ dari semua acara yang pernah dilaksanakan oleh PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor bersama Panitia Kegiatan Membuat LPJ dari kegiatan yang dilaksanakan dalam jangka waktu 1 bulan sekali dan diserahkan kepada Ketua Umum

10) 11) Bekerjasama dengan sie Kesekretariatan. (Pertangungjawaban dalam bentuk laporan diserahkan dalam jangka waktu 1 bulan sekali). 12) Bekerjasama dengan sie Kesekretariatan dalam menjalankan program kerja sie kesekretariatan 13) Mengadakan rapat kordinasi 2 minggu sekali bersama Dewan Harian yang lainnya untuk membahas masalah intern. 14) Mengadakan rapat Dewan Harian 1 bulan sekali untuk :Mengevaluasi dan memberikan laporan tentang jalannya program kerja unit (yang bersifat ekstern) yang ditargetkan pada bulan itu, kepada Ketua Umum. 15) Membahas pelaksanaan program kerja unit untuk 1 bulan kedepan. 16) Bertanggungjawab atas Mandat yang diberikan Ketua Umum. 5. BENDAHARA A. FUNGSI 1) Anggota Dewan Harian 2) Berkedudukan dibawah Ketua Umum B. HAK DAN WEWENANG 1) Membuat garis-garis kebijaksanaan organisasi bersama anggota Dewan Harian lainnya. 2) Membantu Ketua Umum dalam melaksanakan tugas keorganisasian. 3) Membuat dan menandatangani surat-surat yang berkenaan dengan keuangan. C. TUGAS DAN KEWAJIBAN 1) Menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi dengan Ketua Umum. 2) Memegang, menyimpan dan bertanggungjawab atas kas PMR Unit 3) Mengatur sirkulasi keuangan dengan ketua umum dengan izin Pembina. 4) Mengkordinir pembayaran uang kas anggota setiap minggu 5) Membuat laporan Keuangan dalam jangka waktu tertentu. 6) Meminta laporan dan penyetoran uang dari sie dana usaha. (Pertangungjawaban dalam bentuk laporan diserahkan dalam jangka waktu 1 bulan sekali). 7) Mengkoordinir tabungan angota 8) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Ketua Umum. 9) Mengawasi dan membantu jalannya program kerja unit Dana usaha.(mengadakan rapat bersama setiap 1 minggu sekali) 10) Mengadakan rapat 2 minggu sekali bersama Dewan Harian yang lainnya untuk membahas masalah intern. 11) Mengadakan rapat Dewan Harian 2 minggu sekali untuk : Mengevaluasi dan memberikan laporan tentang jalannya program kerja unit (yang bersifat ekstern) yang ditargetkan pada bulan itu, kepada Ketua Umum. Membahas pelaksanaan program kerja unit untuk 1 bulan kedepan. 12) Bendahara bertanggungjawab atas Mandat yang diberikan Ketua Umum. 6. SIE HUMAS DAN MEDIA KREASI

1) Sebagai Pusat informasi mengenai kebijakan PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor baik secara langsung (lisan), tertulis, majalah dinding maupun media internet. 2) Menyampaikan informasi mengenai kebijakan PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor dan keberadaan PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor yang diperlukan baik untuk lingkungan sendiri (inern) maupun ke luar (ekstern). 3) Menyampaikan Pengumuman yang bersifat rutin maupun insidental (sewaktu-waktu) baik ke dalam maupun ke luar PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor dan melaporkan setelah selesai melaksanakan tugasnya 4) Mengkoordinir majalah dinding PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor (Mediakreasi) 1 minggu sekali dan menempelken informasi baik secara rutin maupun insidental (sewaktuwaktu) 5) Mengkoodinir informasi atau artikel lainnya melalui media internet 6) Mengadakan rapat dengan Ketua I setiap 1 minggu sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 mingu ke depan dan evaluasi 1 minggu yg telah dilaksanakan 7) Mengadakan rapat dengan Ketua Umum 1 bulan sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 bulan ke depan dan evaluasi 1 bulan yg telah dilaksanakan dan melaporkannya secara tertulis 8) Bertangung jawab kepada Ketua I 7. SIE LOGISTIK 1) Bertanggung jawab atas semua perlengkapan (inventaris) milik PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor 2) Mengklasifikasikan (mengelompokan) perlengkapan (inventaris) milik PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor dan mencatatnya pada buku inventaris. 3) Mendata, keberadaan perlengkapan (inventaris) milik PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor secara rutin 1 minggu sekali dan mencatat serta melaporkannya 4) Menyiapkan barang yang diperlukan untuk kegiatan latihan maupun kegiatan lainnya serta menyimpan kembali pada tempatnya setelah selesai di gunakan. 5) Menyiapkan barang yang dipinjam oleh pihak luar setelah ada izin dari Ketua umum dan Pembina serta meminta kembali sesuai perjanjian dan menyimpan kembali pada tempatnya setelah selesai di gunakan 6) Menata dan merawat perlengkapan (inventaris) milik PMR Unit SMP Negeri 18 Bogor 7) Mengadakan rapat dengan Ketua I setiap 1 minggu sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 mingu ke depan dan evaluasi 1 minggu yg telah dilaksanakan 8) Mengadakan rapat dengan Ketua Umum 1 bulan sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 bulan ke depan dan evaluasi 1 bulan yg telah dilaksanakan dan melaporkannya secara tertulis 9) Mengkoordinir pengadakan Perlengkapan yang belum ada, memperbaiki yang rusak (bila masih memungkinkan), dan menganti yang hilang atau rusak. 10) Bertanggung jawab kepada Ketua Umum melalui Ketua I 8. SIE KESEKRETARIATAN DAN DOKUMENTASI . 1) Membantu sekretaris dalam pelaksanaan administrasi unit

2) Bertanggungjawab dalam mengelola dan mengatur keperluan keseretariatan 3) Mengatur, mendata, dan merawat kelengkapan buku-buku administrasi dan arsip-arsip PMR Unit SMPN 18 Bogor 4) Mengagendakan Surat Keluar dan Surat Masuk bersama-sama sekretaris 5) Bertangungjawab atas kebersihan dan keamanan sekretariat 6) Mendata seluruh anggota PMR (anggota aktif dan anggota kehormatan), Pembina, Pelatih dan pihak-pihak penting lainnya dengan bekerjasama dengan Sekretaris. 7) Mencatat kehadiran angota PMR yang mengikuti latihan rutin maupun mengikuti kegiatan lainnya 8) Mendokumentasikan dengan cara mencatat Prestasi, Kegiatan PMR Unit SMPN 18 Bogor baik yang rutin, berkala maupun insdental (sewaktu-waktu) termasuk kegiatan yang bersifat partisipatif (undangan dari pihak luar PMR Unit SMPN 18 Bogor) 9) Mendokumentasikan photo-photo kegiatan 10) Mengadakan rapat dengan Ketua I setiap 1 minggu sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 mingu ke depan dan evaluasi 1 minggu yg telah dilaksanakan 11) Mengadakan rapat dengan Ketua Umum 1 bulan sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 bulan ke depan dan evaluasi 1 bulan yg telah dilaksanakan dan melaporkannya secara tertulis 12) Berhak meminta bantuan dan saran sekretaris untuk membantu melaksanakan program kerja unit. 13) Bekerja sama dengan Humas dalam mengkoordinir Majalah Dinding 14) Mengarsipkan/ menginvetarisir artikel, karya mading bersama-sama sie humas dan media kreasi 15) Bertanggung jawab kepada Ketua Umum melalui Ketua I 9. SIE KESEHATAN DAN KEBERSIHAN 1) Mengatur dan mendata obat-obatan serta kebutuhan UKS lainnya 2) Bertanggungjawab atas segala hal yang berhubungan dengan UKS bersama dengan anggota lainnya 3) Mengatur jadwal piket UKS dan piket upacara baik rutin (Upacara bendera maupun upacara lain yang diselenggerakan SMPN 18) 4) Mengatur Petugas Kesehatan bila di minta sekolah untuk kegiatan tertentu baik di dalam sekolah maupun ke luar sekolah SMPN 18 Bogor dengan koordinasi Pembina 5) Membuat buku piket UKS untuk tugas harian, minguan atau tugas insidental lainnya 6) Menjaga kebersihan dan ketertiban UKS SMPN 18 Bogor 7) Mencatat dan melaporkan Penggunaan obat, penanganan dan daftar yang sakit (buku sakit) setiap 1 minggu sekali 8) Mengadakan rapat dengan Ketua II 1 minggu sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 mingu ke depan dan evaluasi 1 minggu yg telah dilaksanakan 9) Mengadakan rapat dengan Ketua Umum 1 bulan sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 bulan ke depan dan evaluasi 1 bulan yg telah dilaksanakan dan melaporkannya secara tertulis 10) Berhak meminta bantuan dan saran Ketua II untuk membantu melaksanakan program kerja unit 11) Bertanggung jawab kepada Ketua Umum melalui Ketua II

10. SIE DANA DAN USAHA 1) Bertanggungjawab kepada Ketua Umum melalui Bendahara. 2) Membantu bendahara dalam pelaksanaan administrasi keuangan anggota.yang sifatnya temporer 3) Mengusahakan dana bagi penambahan keuangan unit dan pemasukan kas PMR diluar uang kas rutin dengan mengadakan kegiatan wirausaha secara rutin dan menyetorkan hasilnya kepada Bendahara.. 4) Mengkoordinir penjualan kebutuhan kelengkapan anggota 5) Mengadakan rapat dengan Ketua II setiap1 minggu sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 mingu ke depan dan evaluasi 1 minggu yg telah dilaksanakan 6) Mengadakan rapat dengan Ketua Umum 1 bulan sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 bulan ke depan dan evaluasi 1 bulan yg telah dilaksanakan dan melaporkannya secara tertulis 7) Berhak meminta bantuan dan saran Bendahara untuk membantu melaksanakan program kerja unit. 8) Bertanggung jawab kepada Ketua Umum melalui Ketua II 11. SIE UPACARA DAN KEGIATAN 1) Mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan Latihan baik secara rutin, berkala atau undangan (Lat Gab) 2) Mengkoordinir dan menyusun Petugas Apel Sebelum latihan 3) Mengkordinir anggota yang akan mengikuti kegiatan Upacara hari nasional atau upacara yang bersifat partisipatif (undangan) 4) Mengkoordinasikan kegiatan rutin latihan dengan pelatih 5) Mempogramkan kegiatan pelatihan PBB dan tata upacara dan apel siaga dengan berkoordinasi pada pelatih 6) Mengadakan pelatihan sebagai persiapan mengikuti lomba-lomba yang diadakan PMR Unit lain dan PMI Cabang Kota Bogor dibawah koordinasi Pelatih atau Pembina PMR 7) Mencatat semua kegiatan pada buku kegiatan bersama-sama sie kesekretariatan 8) Mengadakan rapat dengan Ketua II 1 minggu sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 mingu ke depan dan evaluasi 1 minggu yg telah dilaksanakan 9) Mengadakan rapat dengan Ketua Umum 1 bulan sekali untuk membahas masalah program kerja unit 1 bulan ke depan dan evaluasi 1 bulan yg telah dilaksanakan dan melaporkannya secara tertulis 10) Berhak meminta bantuan dan saran Ketua II untuk membantu melaksanakan program kerja unit. 11) Bertanggung jawab kepada Ketua Umum melalui Ketua II RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI BIDANG DAN DKH 1. Satu Minggu sekali : Rapat Bidang : Ketua I dengan sie yang di bawahinya dan Ketua II dengan sie yang di bawahinya

2. Dua Minggu Sekali : DKH dengan koordinator Sie RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI DKU 1. Bulanan :Satu Bulan sekali 2. Triwulan : Tiga Bulan Sekali 3. Semester : Enam Bulan Sekali 4. Tahunan : Penyusunan LPJ

PRINSIP-PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH


Prinsip-prinsip Dasar Palang Merah disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah XX di Wina tahun 1965. Teks yang diperbaharui ini tercantum dalam AD & ART Gerakan palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dan telah disahkan dalam konferensi internasional Palang Merah ke XXV di Jenewa tahun 1986. Ketujuh Prinsip ini disahkan dalam MUNAS XIV tahun 1986. KEMANUSIAAN Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah membutuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama, dan perdamaian abadi bagi sesama manusia. KESAMAAN Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan sesama manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah. KENETRALAN Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi. KEMANDIRIAN Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, juga jarus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini. KESUKARELAAN Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun. KESATUAN

Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. KESEMESTAAN Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai hak dan tanggungjawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

LAMBANG KRISTAL MERAH

HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ( H P I ) ( Internasional Humaniterian Law )


Apa yang dimaksud dengan Hukum Perikemanusiaan Internasional? Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah seperangkat aturan yang karena alasan kemanusiaan dibuat untuk membatasi akibat-akibat dari pertikaian bersenjata. Hukum ini melindungi mereka yang tidak atau tidak lagi terlibat dalam pertikaian dan membatasi cara-cara dan metode peperangan. Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah istilah yang digunakan oleh Palang Merah Indonesia untuk Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Istilah lain dari Hukum Humaniter Internasional ini adalah Hukum Perang (Law of War) dan Hukum Konflik Bersenjata (Law of Armed Conflict). Dari mana asalnya Hukum Perikemanusiaan Internasional? Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah bagian dari hukum internasional. Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara. Hukum internasional dapat ditemui dalam perjanjian-perjanjian yang disepakati antara negara-negara sering disebut traktat atau konvensi dan secara prinsip dan praktis negara menerimanya sebagai kewajiban hukum. Dalam sejarahnya hukum perikemanusiaan internasional dapat ditemukan dalam aturanaturan keagamaan dan kebudayaan di seluruh dunia. Perkembangan modern dari hukum tersebut dimulai pada abad ke-19. Sejak itu, negara-negara telah setuju untuk menyusun aturan-aturan praktis, berdasarkan pengalaman pahit atas peperangan modern. Hukum itu mewakili suatu keseimbangan antara tuntutan kemanusiaan dan kebutuhan militer dari negara-negara. Seiring dengan berkembangannya komunitas internasional sejumlah

negara di seluruh dunia telah memberikan sumbangan atas perkembangan hukum perikemanusiaan internasional. Dewasa ini hukum perikemanusiaan internasional diakui sebagai suatu sistem hukum yang benar-benar universal. Dimana Hukum Perikemanusiaan Internasional dapat ditemukan? Sebagian besar dari hukum perikemanusiaan internasional ditemukan dalam empat Konvensi Jenewa tahun 1949. Hampir setiap negara di dunia telah sepakat untuk mengikatkan diri pada Konvensi itu. Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 telah dikembangkan dan dilengkapi dengan dua perjanjian lanjutan yaitu Protokol-protokol Tambahan tahun 1977. Ada juga beberapa perjanjian internasional yang melarang penggunaan senjata-senjata tertentu dan taktik militer. Perjanjian ini termasuk Konvensi Den Haag tahun 1907, Konvensi Senjata Biologi tahun 1972, Konvensi Senjata Konvensional tahun 1980 dan Konvensi Senjata Kimia tahun 1993. Konvensi Den Haag tahun 1954 mengatur perlindungan bangunan dan benda sejarah selama pertikaian bersenjata. Banyak aturan hukum perikemanusiaan internasional yang sekarang diterima sebagai hukum kebiasaan internasional yang berarti telah menjadi aturan umum yang diterapkan di semua negara. Apa cakupan Hukum Perikemanusiaan Internasional? Ada dua bahasan yang menjadi cakupan hukum perikemanusiaan internasional, yaitu: Perlindungan atas mereka yang tidak dan tidak lagi mengambil bagian dan suatu pertikaian. Batasan-batasan atas sarana peperangan, khususnya persenjataan dan metode atau caracara peperangan seperti taktik-taktik militer. Apa yang dimaksud dengan Perlindungan? Hukum perikemanusiaan internasional melindungi mereka yang tidak ambil bagian atau tidak terlibat dalam pertikaian yaitu seperti warga sipil serta petugas medis dan rohani. Hukum perikemanusiaan juga melindungi mereka yang tidak lagi ambil bagian dalam pertikaian seperti mereka yang telah terluka atau korban kapal karam, mereka yang sakit atau yang telah dijadikan tawanan. Orang yang dilindungi tidak boleh diserang. Mereka harus bebas dari penyiksaan fisik dan perlakuan yang merendahkan martabat. Korban yang luka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat. Aturan-aturan yang terinci, termasuk penyediaan makanan serta tempat berteduh yang layak dan jaminan hukum, berlaku bagi mereka yang telah dijadikan tawanan atau mengalami penahanan. Tempat-tempat dan objek-objek tertentu seperti rumah sakit dan ambulans, juga dilindungi dan tidak boleh menjadi sasaran penyerangan. HPI menetapkan sejumlah

lambang-lambang yang dapat dikenali dengan jelas dan sinyal-sinyal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang dan tempat-tempat yang dilindungi. Lambang-lambang ini termasuk palang merah dan bulan sabit merah. Persenjataan dan taktik-taktik apa saja yang dibatasi? Hukum perikemanusiaan internasional melarang segala sarana dan cara-cara peperangan yang: gagal membedakan antara mereka yang terlibat dalam pertikaian dan mereka seperti warga sipil, yang tidak terlibat dalam pertikaian; menyebabkan luka-luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak semestinya; menyebabkan kerusakan lingkungan yang berkepanjangan atau sangat parah. Hukum perikemanusiaan internasional juga telah melarang penggunaan berbagai jenis persenjataan tertentu termasuk peluru ledak, senjata kimia dan biologi serta senjata laser-blinding weapon. Kapan Hukum Perikemanusiaan Internasional Berlaku? Hukum perikemanusiaan internasional hanya berlaku pada saat terjadi pertikaian bersenjata. Hukum tersebut tidak dapat diterapkan pada kekacauan dalam negeri seperti tindakan-tindakan kekerasan yang terisolasi. Hukum perikemanusiaan internasional juga tidak mengatur apakah suatu negara dapat menggunakan kekuatan (militernya) karena hal ini diatur oleh aturan berbeda (namun sama pentingnya) yaitu hukum internasional yang terdapat dalam Piagam PBB. Hukum perikemanusiaan internasional hanya berlaku pada saat suatu konflik dimulai dan berlaku sama kepada semua pihak tanpa memandang siapa yang memulai pertikaian. Hukum perikemanusiaan internasional membedakan antara pertikaian bersenjata internasional dan pertikaian bersenjata internal (dalam negeri). Pertikaian bersenjata internasional adalah pertikaian yang sedikitnya melibatkan dua negara. Pertikaian seperti itu tunduk pada aturan yang lebih luas termasuk diatur dalam empat Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan pertama. Aturan yang lebih terbatas berlaku bagi pertikaian bersenjata internal-khususnya yang ditetapkan dalam Pasal 3 dari setiap ke-empat Konvensi Jenewa dan Prokokol Tambahan kedua. Namun di dalam pertikaian bersenjata internal, seperti halnya dalam pertikaian bersenjata internasional, semua pihak harus mematuhi hukum perikemanusiaan internasional. Adalah penting untuk membedakan antara hukum perikemanusiaan internasional dengan hukum hak asasi manusia. Meski beberapa aturan dari keduanya ada yang sama, kedua hukum ini telah berkembang secara terpisah dan terdapat dalam perjanjian yang berbeda. Secara khusus hukum hak asasi manusia, tidak seperti hukum perikemanusiaan internasional, berlaku pada masa damai dan banyak aturannya mungkin ditangguhkan selama suatu pertikaian bersenjata berlangsung. Apakah Hukum Perikemanusiaan Internasional benar-benar berjalan?

Tragisnya contoh-contoh pelanggaran hukum perikemanusiaan internasional tak terhitung telah terjadi dalam pertikaian bersenjata di seluruh dunia. Bahkan korban yang meningkat dalam peperangan adalah warga sipil. Namun, terdapat hal-hal penting dimana hukum perikemanusiaan internasional telah membuat suatu perbedaan dalam melindungi warga sipil, tawanan, korban luka dan sakit serta dalam membatasi penggunaan senjata yang semena-mena. Bahwa hukum itu berlaku selama masa-masa traumatik, penerapan hukum perikemanusiaan internasional akan selalu menghadapi kesulitan-kesulitan berat, penerapan efektif dari hukum itu selamanya akan tetap mendesak. Sejumlah tindakan telah diambil untuk mempromosikan penghormatan terhadap hukum perikemanusiaan internasional. Negara-negara berkewajiban untuk memberikan pendidikan tentang hukum perikemanusiaan internasional kepada angkatan bersenjata dan masyarakat umum negaranya. Mereka harus mencegah dan jika perlu menghukum semua pelanggaran hukum perikemanusiaan internasional. Utamanya mereka harus memberlakukan hukum untuk menghukum pelanggaran-pelanggaran paling serius Konvensi-Konvensi Jenewa dan Protokol-protokol Tambahan yang dianggap sebagai kejahatan perang. Beberapa tindakan juga telah dilakukan pada level internasional. Pengadilan-pengadilan ad hoc telah dibentuk untuk menghukum tindakan-tindakan yang dilakukan dalam dua pertikaian yang terjadi beberapa waktu lalu yaitu di bekas Yugoslavia dan Rwanda. Dewasa ini pengadilan permanen internasional yang akan dapat menghukum kejahatan perang sudah disepakati untuk didirikan. Dasar hukumnya adalah Statuta Roma 1998 tentang pendirian Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court). Pengadilan yang akan berkedudukan di Den Haag Belanda itu terbentuk bila Statuta tersebut sudah diratifikasi 60 negara, sementara saat ini baru 4 negara yang meratifikasinya. Apakah melalui pemerintah, melalui organisasi-organisasi atau sebagai perorangan, kita dapat memberikan suatu sumbangan penting bagi penerapan hukum perikemanusiaan internasional. ( Sumber: What is International Humanitarian Law - ICRC Advisory Service on International Humanitarian Law - http://www.icrc.org/

Pertolongan pertama
I. PENDAHULUAN P3K secara harfiah merupakan tindakan yang dapat diberikan / dilakukan oleh orang yang terlatih atau memahami tentang seluk-beluk anatomi-kesehatan dasar. Kemampuan dasar ini dapat diperoleh melalui pendidikan umum formal, pelatihan ataupun pengalaman. Pertolongan pertama mempunyai makna tindakan yang pertama sebelum korban dibawa ke fasilitas kesehatan yang lebih baik, sehingga tujuan dari P3K sesungguhnya adalah: mencegah agar cedera yang timbul tidak lebih parah, menghentikan perdarahan, mencegah nyeri dan menjamin fungsi saluran napas, sehingga korban dapat terselamatkan dari bahaya maut semaksimal mungkin. Ada juga korban tidak hanya

mengalami trauma sejenis, tetapi juga kompleks sehingga penolongpun diharuskan untuk mampu memberikan pertolongan sekaligus ataun sesuai prioritas yang mengancam nyawa. Dalam kesempatan ini akan dibahas P3K secara praktis pada kasus-kasus darurat yang sering kita amati dan alami di sekitar kita. II. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KASUS TENGGELAM Kasus tenggelam merupakan kasus yang sering terjadi pada wilayah perairan seperti di Indonesia, terutama daerah sungai atau pantai. Perlu diketahui adanya perbedaan media air sebagai sumber persoalan; air asin atau air tawar. Tetapi pada prinsipnya dalam P3K kasus tenggelam adalah sesegera mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air atau daratan. Hal ini tentu akan dilakukan oleh orang yang sangat terlatih dalam hal berenang, sehingga penolongpun tidak menjadi korban berikutnya. Setelah korban tenggelam ini dapat di keluarkan dari air maka mengusahakan untuk membebaskan fungsi pernapasan; dan mengeluarkan air yang sudah terminum dengan cara merangsang terjadinya refleks muntah (bagi pasien sadar), sedangkan bagi korban tak sadar/ koma kita harus menghindari terjadinya aspirasi( masuknya air dalam saluran napas) serta sesegera mungkin dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai. Kegawatan pada korban tenggelam adalah terjadinya kegagalan fungsi pernapasan akibat masuknya cairan(air tawar/ asin) ke dalam jaringan paru yang dapat menyebabkan gangguan fungsi respirasi. Semakin cepat diketahui/ ditolong korban tenggelam maka semakin lebih baik dan mudah untuk penanganan selanjutnya. III. PERTOLONGAN PADA LUKA BAKAR Terpenting dalam pertolongan pertama pada luka bakar adalah segera membebaskan korban dari sumber luka bakar kemudian mengatasi nyeri. Terbakarnya permukaan tubuh membuat sensasi nyeri yang sangat hebat, terutama pada luka bakar yang tidak terlalu dalam, sehingga syaraf-syaraf nyeri banyak mengalami rangsangan. Selain itu juga perlu mendapat perhatian sumber penyebab luka bakar itu apa? Api dan air/ uap panas sangat berbeda, begitu juga dengan lokasi tubuh yang terbakar. Sangat berbahaya adalah mengirup uap panas, hal ini akan segera menyebabkan udema jaringan saluran napas, sehingga terjadi obstruksi saluran napas. Mengurangi perasaan nyeri yang paling ideal adalah air bersih yang dingin. Seringkali terjadi kesalahan dalam penanganan luka bakar pada tahapan ini. Penggunaan bahan selain air bersih merupakan hal yang sangat tidak menguntungkan bagi korban, karena selain air yang bersih dapat menyebabkan semakin kotornya permukaan luka, mempersulit pembersihannya pada saatnya nanti dan dapat menambah rangsangan nyeri itu sendiri. Kalau memungkinkan berikanlah siraman air mengalir. IV. PERTOLONGAN PERTAMA PADA GIGITAN BINATANG Sebagai pedoman dasar pada setiap luka gigitan, maka yang utama dilakukan adalah mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari luka tersebut. Seringkali luka yang ditimbulkan tidak sampai mengeluarkan darah, seyogyanya

luka tersebut diperlebar secukupnya sampai penolong dapat mengeluarkan darah yang tercemar itu. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain. Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut. V. PERTOLONGAN PERTAMA PADA PATAH TULANG Dalam penanganan patah tulang (fraktur) yang penting diperhatikan adalah ; mencegah komplikasi lebih parah, mencegah perdarahan, mencegah infeksi. Secara teoritis patah tulang dibagi menjadi 2; patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup. Penanganan pertama pada patah tulang secara prinsipil adalah menghindari gerakan-gerakan/gesekangesekan pada bagian yang patah. Tindakan ini dapat dilakukan pembidaian/ pasang spalk dengan menggunakan kayu atau benda yang dapat menahan agar kedua fraksi yang patah tidak saling bergesekan. Selain itu, khusus pada patah tulang terbuka, maka penolong juga mencegah agar luka tersebut tidak terkontaminasi dengan kotoran/ infeksi. Pada patah tulang vertebra, yang perlu diperhatikan adalah saat pengangkatan korban harus dalam keadaan vertebranya lurus, artinya korban harus diletakkan pada alas kasur yang keras, untuk menghindari cedera saraf pada vertebra. Patah tulang vertebra termasuk yang sangat gawat apabila daerah frakturnya sekitar leher, karena dapat menyebabkan kelumpuhan total pada seluruh anggota badan. Fraktur pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kematian mendadak, sehingga seringkali pertolongan pertamapun tidak sempat dilakukan. VI. KOMPLEKSITAS PADA PERTOLONGAN PERTAMA Tidak jarang terjadi korban kecelakaan dengan multiple injury, sehingga mempersulit bagi penolong. Pada keadaan demikian ini berlaku skala prioritas. Terpenting adalah menjaga system saluran pernapasan dan detak jantung berfungsi dengan baik, sehingga kita masih dapat menyelamatkan nyawa korban. Pada kecelakaan massal seperti kecelakaan pesawat terbang, tanah longsor, kebanjiran dan sebagainya maka dikenal adanya Samaritan law, yaitu penolong berhak menilai korban yang masih layak untuk ditolong dengan kemungkinan harapan hidup masih tinggi, setelah meraka teratasi, barulah korban-korban yang berikutnya. Hal ini tergantung juga dari jumlah personil penolong. Setiap usaha pertolongan berarti diawali dengan niat yang baik, sehingga untuk menghasilkan hasil yang baik diperlukan ketrampilan serta pengetahuan yang cukup agar tidak terjadi kesalahan dalam bertindak. Tidak jarang di Emergency suatu Rumah Sakit tertentu para korban yang sudah kita tolong justru sudah meninggal, hal ini berarti kita tidak berhasil. Paling tidak usaha kita sudah maksimal disertai dengan kecermatan saatsaat kita menolong korban, tetapi tidak juga berhasil maka bukan berarti kita gagal, tetapi memang proses perjalanan kehidupan sudah sampai waktunya.

NAMA NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI


1. Ketua PMI ke 1 ( 1945 1946 ) : Drs. Moch. Hatta. 2. Ketua PMI ke 2 ( 1945 1948 ) : Soetarjo Kartohadikoesoemo. 3. Ketua PMI ke 3 ( 1948 1952 ) : BPH Bintoro. 4. Ketua PMI ke 4 ( 1952 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan. 5. Ketua PMI ke 5 ( 1954 1966 ) : P. A. A. Paku Alam VIII. 6. Ketua PMI ke 6 ( 1966 1969 ) : Letjen Basuki Rachmat. 7. Ketua PMI ke 7 ( 1970 1982 ) : Prof. Dr. Satrio. 8. Ketua PMI ke 8 ( 1982 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo. 9. Ketua PMI ke 9 ( 1986 1992 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo. 10. Ketua PMI ke 10 ( 1992 1998 ) : Hj. Siti Hardianti Rukmana. 11. Ketua PMI ke 11 ( 1998 - 2004 ) : Marie Muhammad. 12. Ketua PMI ke 12 (2004 - 2009 ) : Marie Muhammad 13. Ketua PMI ke 13 (2009 - sekarang) : M. Jusuf Kalla

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Palang Merah Indonesia berkomitmen untuk menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat, memberikan bantuan dalam bidang kesehatan yang berbasis masyarakat, berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA, serta menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan. Amanat ini menjadi bagian tugas anggota remaja PMI, yang tercakup dalam Tri Bhakti PMR: Untuk dapat melaksanakan Tri Bhakti PMR yang berkualitas, maka diperlukan anggota remaja PMI yang berkarakter kepalangmerahan yaitu mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Selain itu mereka juga berperan sebagai peer educator atau pelatih sebaya, yaitu yang dapat

berbagi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepada teman sebayanya, sehingga terjadi peningkatan ketrampilan hidup atau life skill untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku positif pada remaja. Hal ini telah tercemin dalam kebijakan PMI dan Federasi bahwa: 1. Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan 2. PMR berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan 3. PMR calon pemimpin Palang Merah masa depan 4. PMR adalah kader relawan Oleh karenanya anggota remaja PMI, yang terhimpun dalam PMR, perlu dibina. Dalam pembinaan PMR, tentu saja diperlukan persamaan persepsi dan komitmen oleh semua unsur yaitu pengurus, pegawai, pembina PMR, pelatih PMI, serta pihak terkait dalam pembinaan remaja atau anggota PMR. Untuk itu diperlukan suatu Pedoman Pembinaan PMR, yang menggambarkan proses pembinaan anggota PMR dan semua unsur yang terlibat didalamnya, serta peran dan tanggung jawab masing-masing pihak. B. TUJUAN Buku ini bertujuan sebagai pedoman pengurus dan pegawai PMI disemua tingkatan yang menangani PMR, pembina PMR, pelatih PMI, serta instansi terkait, untuk melaksanakan pembinaan PMR C. DASAR 1. AD/ART PMI hasil Munas PMI XVIII tahun 2005 2. Kebijakan IFRC tentang Remaja 3. Kebijakan PMI tentang PMR 4. Undang-undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 5. Perjanjian kerja sama PMI dengan Diknas RI tanggal 24 Mei 1995 No. 118/U/95 dan No. 0090-KEP/PP/V/95 tentang pembinaan dan pengembangan Kepalangmerahan di sekolah 6. Perjanjian kerja sama PMI dengan Depag RI tanggal 26 September 1995 No. 459 tahun 1995 dan No. 0185-KEP/PP/IX/95 tentang pembinaan dan pengembangan Kepalangmerahan di Madrasah D. PENGERTIAN 1. Pedoman PMR Adalah pedoman bagi pengurus dan pegawai PMI disemua tingkatan yang menangani PMR, pembina PMR, pelatih PMI, serta instansi terkait. Pembinaan PMR mencakup: perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri Bakti PMR, pelaporan, monitoring, dan evaluasi 2. PMR a. Anggota PMI terdiri dari anggota remaja, biasa, luar biasa, dan kehormatan (AD Bab VI, Pasal 11) b. Yang dapat diterima sebagai anggota remaja adalah mereka yang berusia 10 17 tahun atau mereka yang seusia sekolah lanjutan tingkat atas dan belum menikah (ART Bab VI,

Pasal 11, Ayat (1)) c. Hak dan kewajiban anggota remaja dilaksanakan melalui wadah Palang Merah Remaja, disingkat PMR (ART Bab VI, Pasal 13, Ayat (1)) d. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Palang Merah Remaja ditetapkan oleh Pengurus Pusat (ART Bab VI, Pasal 13, Ayat (2)) e. Anggota Remaja mendaftarkan diri kepada unit Palang Merah Remaja di wilayah domisili yang bersangkutan (ART Bab VI, Pasal 15) f. PMR adalah wadah pembinaan anggota remaja PMI g. PMR berada di sekolah atau luar sekolah, dan disebut kelompok PMR. Tiap kelompok PMR terdiri dari minimal 10 orang. h. Tingkatan dalam PMR: Mula, Madya, Wira i. Kelompok PMR terdiri dari: 1) Kelompok PMR berbasis sekolah, disebut kelompok PMR sekolah 2) Kelompok PMR berbasis masyarakat, disebut kelompok PMR luar sekolah j. Penjenjangan anggota PMR terdiri dari: 1) Anggota Remaja PMI berusia 10 12 tahun/setingkat SD/MI/sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Mula 2) Anggota Remaja PMI berusia 12 15 tahun/setingkat SMP/MTS/sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Madya 3) Anggota Remaja PMI berusia 15 17 tahun/setingkat SMU/SMK/MA/sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Wira 3. Penanggung jawab PMR a. Penanggung jawab Kelompok PMR Sekolah adalah Kepala Sekolah, yang mengatur, memonitor, dan mengevaluasi tugas Pembina PMR, dan Pelatih PMI di kelompok PMR tersebut b. Penanggung jawab kelompok PMR Luar Sekolah adalah seseorang yang ditunjuk oleh PMI Cabang/Ranting, yang mengatur, memonitor, dan mengevaluasi tugas Pembina PMR, dan Pelatih PMI di kelompok PMR tersebut c. Penanggung Jawab PMR, secara fungsional adalah anggota Tenaga Sukarela (TSR) PMI Cabang 4. Pembina PMR a. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, atau guru yang ditunjuk oleh sekolah untuk melakukan pembinaan kelompok dan anggota PMR di sekolah ybs b. Seseorang yang ditunjuk oleh PMI Cabang/Ranting untuk melakukan pembinaan kelompok dan anggota PMR luar sekolah c. Pembina PMR secara fungsional adalah anggota Tenaga Sukarela (TSR) PMI Cabang 5. Pelatih PMI Pelatih adalah individu (Pengurus/staff/relawan) yang memenuhi kualifikasi pelatih sesuai dengan Pedoman Pelatih PMI. Lihat pedoman pelatih dan pelatihan 6. Instansi terkait Pihak-pihak baik pemerintah, swasta, ataupun organisasi non pemerintah yang secara aktif mendukung pembinaan dan pengembangan PMR, a.l. departemen pendidikan,

departemen agama, departemen kesehatan, departemen sosial, komite sekolah, UNICEF, UNFPA 7. Pembinaan PMR a. Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan PMR, mencakup: perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri Bhakti PMR, pelaporan, monitoring, dan evaluasi b. Pembinaan PMR diarahkan pada pengembangan karakter kepalangmerahan c. Pengembangan karakter kepalangmerahan yaitu mengarahkan anggota PMR agar mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah d. Pembinaan berbasis pengembangan karakter dilaksanakan dengan pendekatan Ketrampilan Hidup, yaitu proses pembinaan interaktif yang bertujuan memaksimalkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (PKS) anggota PMR sehingga terjadi perubahan positif. Kemudian anggota PMR juga dapat berperan sebagai peer educator atau pelatih sebaya, yaitu yang dapat berbagi PKS kepada teman sebaya sehingga mendorong terjadinya perubahan perilaku positif pada remaja. Dengan demikian anggota PMR tidak hanya sebagai obyek, tetapi juga subyek yang terlibat aktif dalam siklus pembinaan PMR. 8. Orientasi a. Orientasi kepalangmerahan adalah proses pengenalan Gerakan Palang Merah/Bulan Sabit Merah dan PMI b. Orientasi kepalangmerahan diperuntukkan bagi setiap anggota PMI, termasuk anggota PMR dan Pembina PMR BAB II KEANGGOTAAN PMR A. PENGERTIAN B. SYARAT MENJADI ANGGOTA PMR 1. Warga Negara Indonoesia 2. Warga Negara Asing yang sedang berdomisili di wilayah Indonesia * 3. Berusia 10 tahun sampai dengan 17 tahun dan atau belum menikah atau seusia siswa SD/MI s/d SMU/MA atau yang sederajat 4. Mendapatkan persetujuan orang tua/wali 5. Bersedia mengikuti orientasi, pelatihan, dan pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan 6. Mengisi formulir pendaftaran dan mengembalikannya kepada Pembina PMR di kelompok PMR masing-masing, untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengurus Cabang Palang Merah Indonesia setempat. C. PENGESAHAN ANGGOTA Lihat Pelantikan Anggota PMR*. D. ANGGOTA PMR 1. PMR Mula : 10 12 tahun/setingkat SD/MI/sederajat 2. PMR Madya : 12 15 tahun/setingkat SMP/MTS/sederajat

3. PMR Wira : 15 17 tahun/setingkat SMA/SMK/MA/sederajat E. HAK DAN KEWAJIBAN 1. Hak dan Kewajiban Anggota PMR a. Hak Anggota PMR 1) Mendapatkan pembinaan dan pengembangan oleh PMI 2) Menyampaikan pendapat dalam forum/pertemuan resmi PMI 3) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR/PMI 4) Mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) 5) Menggunakan atribut sesuai ketentuan 6) Mendapat penghargaan 7) Mendapat asuransi b. Kewajiban Anggota PMR 1. Menjalankan dan membantu menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan kegiatan PMI 2. Mematuhi AD/ART 3. Melaksanakan Tri Bakti PMR 4. Menjaga nama baik PMI 5. Membayar uang iuran keaggotaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PMI Pusat. 2. Hak dan Kewajiban Pembina PMR a. Hak Pembina PMR 1) Mendapatkan pembinaan dan pengembangan kapasitas oleh PMI Cabang 2) Mengikuti musyawarah cabang dalam mengambil keputusan, dengan mekanisme: mengirimkan 1 orang Pembina PMR yang diputuskan melalui rapat forum komunikasi Pembina PMR (menyangkut jumlah perwakilan diserahkan ke PMI Cabang/Forum Komunikasi Pembina)* 3) Mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas partisipasi dan prestasi 4) Mendapatkan atribut sesuai dengan ketentuan PMI b. Kewajiban Pembina PMR 1) Mematuhi AD/ART PMI 2) Mematuhi ketentuan dalam TSR PMI 3) Mengikuti orientasi kepalangmerahan dan pelatihan, minimal ditingkat PMI Cabang 4) Menjaga nama baik PMI 5) Melaksanakan sosialisasi kepalangmerahan 6) Berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan PMR 3. Hak dan Kewajiban Penanggung Jawab PMR a. Hak Penanggung Jawab PMR 1) Mendapatkan pembinaan dan pengembangan kapasitas oleh PMI Cabang 2) Mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas partisipasi dan prestasi b. Kewajiban Penanggung Jawab PMR 1) Mematuhi AD/ART PMI 2) Mematuhi ketentuan dalam TSR PMI 3) Mengikuti orientasi kepalangmerahan dan pelatihan, minimal ditingkat PMI Cabang 4) Menjaga nama baik PMI

5) Melaksanakan sosialisasi kepalangmerahan 6) Berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan PMR 6. PERPINDAHAN ANGGOTA PMR Berhubung karena sesuatu hal, seorang anggota PMR pindah ketempat lain. Bagi mereka yang pindah maka diharapkan: 1) Membawa surat rekomendasi dari Pengurus PMI Cabang tempat semula mereka bergabung 2) Melaporkan/mendaftarkan kembali melalui kelompok PMR ditempat tinggalnya yang baru 7. BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN 1) Keanggotaan PMR dinyatakan berakhir jika yang bersangkutan: 2) Berakhir masa keanggotaan 3) Mohon berhenti 4) Diberhentikan 5) Meninggal dunia 6) Anggota PMR dapat diberhentikan oleh Pengurus PMI Cabang, apabila yang bersangkutan mencemarkan nama baik PMI dan atau dijatuhi hukuman pidana yang telah berkekuatan hukum tetap. 4. Mekanisme pemberhentian anggota PMR ditetapkan oleh kelompok PMR yang bersangkutan, yang dikoordinasikan dengan PMI Cabang. BAB III ORGANISASI PMR A. SEKOLAH 1. Tim Pembina Pengembangan Kepalangmerahan a. Sesuai perjanjian kerja sama PMI Depdikbud RI tanggal 24 Mei 1995 No. 0118/U/1995 dan No. 0090/KEP/PP/95, dibentuk Tim Pembina Pengembangan Kepalangmerahan di kalangan siswa, warga belajar, dan mahasiswa, disingkat TP PMI b. TP PMI dibentuk di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota c. TP PMI disetiap tingkatan terdiri dari unsur PMI, Departemen Agama, Departemen Sosial, dan Departemen Kesehatan d. TP PMI Pusat bertugas: 1) Menyiapkan program pembinaan dan pengembangan kepalangmerahan 2) di tingkat siswa, warga belajar, dan mahasiswa secara nasional 3) Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pembinaan kepada TP PMI Propinsi 4) Menerima laporan dari TP PMI Propinsi e. TP PMI Propinsi bertugas: 1) Menyiapkan program pembinaan dan pengembangan kepalangmerahan di kalangan siswa, warga belajar, dan mahasiswa di tingkat propinsi, secara terinci dan mengacu pada program nasional 2) Menyiapkan dan melaksanakan pembinaan TP PMI Kota/Kabupaten 3) Menerima laporan dari hasil TP PMI Kota/Kabupaten

f. TP PMI Kota/Kabupaten bertugas: 1) Menyiapkan program pembinaan dan pengembangan kepalangmerahan di kalangan siswa, warga belajar, dan mahasiswa di tingkat Kota/Kabupaten, secara rinci dan mengacu pada program Nasional dan Propinsi 2) Menyampaikan laporan dan hasil kerja kepada TP PMI Propinsi, dengan tembusan kepada PMI Pusat 2. Organisasi PMR di Sekolah a. Pembinaan PMR dilaksanakan oleh TP PMI b. Di lingkungan PMI Pusat/Daerah/Cabang, pembinaan PMR dilaksanakan oleh Bidang Pembinaan PMR c. PMR di sekolah disebut kelompok PMR, yang beranggotakan minimal 10 orang d. Kegiatan PMR di sekolah merupakan bagian dari kegiatan ekstra kurikuler, dibawah pembinaan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan e. Struktur organisasi PMR di sekolah Kelompok PMR disekolah secara struktural mempunyai struktur sendiri sebagai kelompok PMR, dan dalam kegiatannya secara fungsional termasuk seksi Kesegaran Jasmani dan Daya Kreasi OSIS f. Susunan Pengurus PMR di sekolah: 1) Pelindung adalah TP PMI Kabupaten/Kota 2) Penanggung jawab adalah Kepala Sekolah 3) Pembina PMR 4) Fasilitator dan Pelatih PMI Pengurus harian PMR terdiri dari siswa-siswi yang telah menjadi anggota PMR dengan masa bakti minimal 1 tahun, terdiri dari: a) Seorang ketua b) Seorang wakil ketua c) Seorang sekretaris d) Seorang bendahara e) Unit-unit: (1) Bakti Masyarakat (2) Ketrampilan, kebersihan, dan kesehatan (3) Persahabatan (4) Umum B. LUAR SEKOLAH 1. Pembinaan PMR luar sekolah dilaksanakan oleh TP PMI 2. Di lingkungan PMI Pusat/Daerah/Cabang, pembinaan PMR dilaksanakan oleh Staf yang membidangi PMR (SDM/PMR/Diklat)* 3. PMR luar sekolah disebut kelompok PMR, yang beranggotakan minimal 10 orang 4. Nama kelompok PMR disesuaikan dengan nama desa/kecamatan/instansi tempat kelompok PMR tersebut dibentuk, atau sebutan lain yang dapat meningkatkan pembinaan PMR, misalnya: Kelompok PMR Masjid Al Huda, Kelompok PMR SKB Temanggung,

dll.* 5. Anggota terdiri dari anggota remaja PMI yang berbasis masyarakat 6. Pembina PMR luar sekolah adalah tutor atau instruktur warga belajar. 7. Struktur organisasi PMR luar sekolah 8. Kelompok PMR luar sekolah secara struktural mempunyai struktur sendiri sebagai kelompok PMR. 9. Susunan Pengurus PMR luar sekolah: a. Pelindung adalah TP PMI Kabupaten/Kota b. Penanggung jawab adalah Kepala Desa/Kecamatan/Instansi/organisasi c. Pembina PMR d. Fasilitator/Relawan PMI e. Pengurus harian PMR terdiri dari warga belajar yang telah menjadi anggota PMR dengan masa bakti minimal 1 tahun, terdiri dari: 1) Seorang ketua 2) Seorang wakil ketua 3) Seorang sekretaris 4) Seorang bendahara 5) Unit-unit: a) Bakti Masyarakat b) Ketrampilan, kebersihan, dan kesehatan c) Persahabatan d) Umum C. PERAN MASING-MASING PIHAK 1. PMI Pusat yang membidangi pembinaan dan pengembangan PMR a. Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PMR (perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri Bakti PMR, pelaporan, monitoring, dan evaluasi) b. Mengeluarkan buku panduan pembinaan, kurikulum standard pelatihan anggota dan Pembina PMR, dan modul c. Memfasilitasi PMI Daerah melaksanakan kebijakan, buku panduan, kurikulum, dan modul d. Memfasilitasi/menyelenggarakan pelatihan, pengembangan kegiatan, dan pengembangan kapasitas individu untuk tingkat nasional maupun internasional e. Menyelenggarakan kegiatan nasional, misal Jumbara Nasional f. Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR g. Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Pusat (TP PMI, Diknas, Depkes, Depag, organisasi non pemerintah) untuk pengembangan pembinaan PMR h. Menyediakan informasi terkait dengan pengembangan pembinaan PMR, dan meneruskan informasi tersebut kepada PMI Daerah 2. PMI Daerah yang membidangi pembinaan dan pengembangan PMR a. Menerapkan kebijakan tentang pembinaan PMR b. Memfasilitasi PMI Cabang dalam melaksanakan kebijakan, buku panduan, kurikulum, dan modul c. Memfasilitasi/menyelenggarakan pelatihan, pengembangan kegiatan, dan

pengembangan kapasitas untuk tingkat daerah d. Menyelenggarakan kegiatan tingkat PMI Daerah, misal: Jumbara Daerah e. Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR f. Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Propinsi (TP PMI, Diknas, Depkes, Depag, organisasi non pemerintah) untuk pengembangan pembinaan PMR g. Menyediakan informasi terkait dengan pengembangan pembinaan PMR, dan meneruskan informasi tersebut kepada PMI Cabang h. Memfasilitasi PMI Cabang dalam menerapkan informasi-informasi tentang pembinaan PMR 3. PMI Cabang yang membidangi pembinaan dan pengembangan PMR a. Menerapkan kebijakan tentang pembinaan PMR b. Memfasilitasi kelompok PMR melaksanakan kebijakan, buku panduan, kurikulum, dan modul c. Memfasilitasi pelatihan, pengembangan kegiatan, dan pengembangan kapasitas untuk tingkat cabang dan kelompok PMR d. Menyelenggarakan kegiatan, misal: orientasi Pembina PMR, pelatihan gabungan anggota PMR, Jumbara Cabang e. Menugaskan pelatih PMI untuk melatih kelompok PMR f. Melibatkan Pembina PMR dalam proses pengambilan keputusan, khususnya terkait pembinaan PMR, baik dalam forum rapat, musyawarah kerja tahunan, maupun musyawarah tahunan g. Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR h. Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Kabupaten/Kota (TP PMI, Dinas Pendidikan, Dinas Keehatans, Kantor Depag, organisasi non pemerintah) untuk pengembangan pembinaan PMR i. Menyediakan informasi terkait dengan pengembangan pembinaan PMR dan meneruskan informasi tersebut kepada kelompok PMR j. Memfasilitasi Kelompok PMR dalam menerapkan informasi-informasi tentang pembinaan PMR 4. Penanggung Jawab PMR a. Bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan PMR b. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dikelompok PMR c. Bersama dengan PMI Cabang mengatur, memonitor, dan mengevaluasi tugas Pembina PMR, dan Pelatih PMI di kelompok PMR tersebut d. Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR e. Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Kota/Kabupaten /Kecamatan 5. Pembina PMR a. Melaksanakan pembinaan PMR di kelompok PMR masing-masing (lihat Manual Panduan bagi Pembina PMR) b. Mengembangkan kegiatan kepalangmerahan, antara lain melakukan sosialisasi dan advokasi ke sekolah/lembaga, memfasilitasi pembentukan kelompok PMR baru, meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi antar Pembina PMR maupun sekolah/lembaga

c. Membantu PMI Cabang memfasilitasi pembentukan kelompok PMR baru d. Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antara kelompok PMR dan PMI Cabang e. Memberikan masukan kepada PMI dan Pelatih PMI terkait pelaksanaan standarisasi pelatihan PMR, kualitas pelatih, perkembangan metode dan media pelatihan f. Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR 6. Fasilitator PMI a. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan PMR b. Mengembangkan kegiatan kepalangmerahan, antara lain melakukan sosialisasi dan advokasi ke sekolah/lembaga, memfasilitasi pembentukan kelompok PMR baru, meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi antar Pembina PMR maupun sekolah/lembaga c. Membantu PMI Cabang memfasilitasi pembentukan kelompok PMR baru d. Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antara kelompok PMR dan PMI Cabang e. Memberikan masukan kepada PMI dan Pelatih PMI terkait pelaksanaan standarisasi pelatihan PMR, kualitas pelatih, perkembangan metode dan media pelatihan 7. Instansi terkait a. Mendukung upaya pembinaan PMR, sesuai 7 Prinsip Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional b. Memfasilitasi penyediaan kebutuhan kegiatan operasional PMR ATRIBUT 1. SERAGAM * Terdiri dari 2 macam seragam: a. Seragam Harian 1) Baju kemeja lengan pendek (panjang untuk yang berjilbab) warna merah dipadu dengan warna putih (coorperate identity), celana panjang warna hitam (contoh desaign gambar seragam terlampir). 2) Pakaian seragam digunakan oleh anggota PMR Kelompok Sekolah (sesuai jenjang tingkatan Mula, Madya dan Wira) b. Seragam Lapangan 1) Pakaian seragam lapangan berupa kaos berlambang PMI dan bertuliskan Palang Merah Remaja di bagian punggung. 2) Pakaian seragam digunakan oleh anggota PMR kelompok Sekolah dan Luar Sekolah. 2. LENCANA a. Bertujuan memberikan penghargaan dan pengakuan atas peran serta anggota PMR dalam kegiatan Tri Bakti PMR b. Dipakai pada dada sebelah kiri/diatas saku kiri baju pakaian seragam PMR c. Anggota PMR yang berhak menerima lencana diusulkan oleh kelompok PMR, dan ditetapkan oleh PMI Cabang. d. Pedoman pemberian penghargaan mengacu pada PMI Pusat (contoh gambar lencana sebagaimana terlampir, mengacu kriteria PMI Pusat) 3. BADGE

a. Dibuat dari kain dengan disablon atau dibordir. Warna dasar sesuai pada warna jenjang PMR: Mula berwarna hijau, Madya berwarna biru, Wira berwarna kuning (contoh gambar badge terlampir). b. Dipakai sebagai tanda pengenal PMR dilengan kiri pada pakaian seragam PMR. Dapat juga dikenakan pada jas untuk acara-acara tertentu 4. TANDA PENGENAL JENJANG Tanda pengenal jenjang PMR dibuat dari kain warna dasar putih berbentuk empat persegi panjang bertuliskan Palang Merah Remaja. (disablon/dibordir) Lihat lampiran (gambar..) 5. TANDA LOKASI Dipakai sebagai tanda pengenal wilayah kota/kabupaten dan kelompok PMR yang bersangkutan, dijahit pada lengan kanan atas pakaian seragam PMR (contoh gambar tanda lokasi terlampir)* 6. TANDA JENJANG a. Disebut kalung leher (slayer), dibuat dari kain dengan warna dasar sesuai pada warna jenjang PMR: Mula berwarna hijau, Madya berwarna biru, Wira berwarna kuning (contoh gambar tanda jenjang terlampir).* b. Dipakai sebagai tanda pengenal jenjang Mula, Madya, Wira. Dikalungkan dileher dan diikat dengan ring 7. TOPI a. Dibuat dari kain katun berwarna hitam untuk seluruh jenjang anggota PMR (contoh gambar topi terlampir) b. Dipakai sebagai tanda pengenal PMR dan juga sebagai tutup kepala pada saat berada diluar ruangan misal: upacara, latihan, dan kegiatan lainnya. 8. TANDA KECAKAPAN a. Tujuan memberikan penghargaan dan pengakuan atas kemampuan dan pengabdian anggota PMR dalam melaksanakan kegiatan kepalangmerahan. b. Bentuk: 1) Diberikan kepada anggota PMR yang telah mengikuti dan lulus pelatihan Pertolongan Pertama, Perawatan Keluarga, Kesiapsiagaan Bencana dan Kesehatan Remaja (bentuk tanda kecakapan sebagaimana terlampir)* 2) Diberikan kepada anggota PMR yang telah mengikuti dan lulus pelatihan Kepemimpinan dan Kepalangmerahan (bentuk tanda kecakapan sebagaimana terlampir)* 3) Diberikan kepada anggota PMR yang telah mengikuti dan lulus pelatihan Kesehatan Remaja (bentuk tanda kecakapan sebagaimana terlampir)* 4) Diberikan kepada anggota PMR yang telah mengikuti dan lulus materi Usaha Kesehatan Tranfusi Darah: Donor darah siswa (bentuk tanda kecakapan sebagaimana terlampir)* c. Dipakai pada dada sebelah kiri/diatas saku kiri baju pakaian seragam PMR e) SUMBER DANA

PMI Daerah, PMI Cabang, Sekolah/lembaga, Kelompok PMR, dan instansi lain yang tidak mengikat. Sumber dana pembinaan dan pengembangan PMR dapat berasal dari PMI Pusat. BAB IV PEMBINAAN PMR A. PEREKRUTAN 1. Tujuan Meningkatkan kuantitas kelompok dan anggota PMR secara berkesinambungan 2. Sasaran Perekrutan a) Siswa-siswi SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA atau sederajat b) Remaja Luar Sekolah Usia 10-17 tahun yang belum menikah 3. Hasil yang diharapkan a) Adanya kelompok-kelompok PMR di dalam dan di luar sekolah b) Adanya anggota PMR pada setiap kelompok di dalam dan di luar sekolah. 4. Pelaksana Perekrutan Kegiatan perekrutan dilaksanakan oleh: a) kelompok PMR (sekolah maupun luar sekolah) b) PMI Cabang setempat yang selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Pendidikan/Departemen Agama Kota/Kabupaten dan PMI Cabang. 5. Mekanisme a. Pembentukan Kelompok PMR 1) PMI Cabang melakukan sosialisasi dan publikasi kepada Dinas Pendidikan, Departemen Agama, Aparat pemerintah setempat, Sekolah/ kelompok luar sekolah untuk membentuk kelompok PMR. 2) Pihak sekolah mengajukan surat permohonan pembentukan kelompok PMR disekolah 3) Penanggung jawab kelompok mengajukan surat permohonan pembentukan kelompok PMR diluar sekolah 4) PMI Cabang mengesahkan kelompok PMR setelah seluruh persyaratan pembentukan PMR terpenuhi: a. mempunyai jumlah calon anggota minimal 10 orang b. mengisi formulir pendaftaran pembentukan kelompok PMR 5) PMI Cabang memberikan nomor induk kelompok PMR berdasarkan Nomor kode daerah, nomor kode cabang, jenjang Mula/Madya/Wira, dan nomor urut pendaftaran 6) Pemberian nama kelompok diluar sekolah diambil dari nama desa/kecamatan atau disesuaikan dengan nama kelompok atau organisasi tersebut. b. Rekrutmen Anggota PMR Pendaftaran Anggota PMR 1. PMI Cabang bekerjasama dengan pihak sekolah atau pimpinan luar sekolah dan anggota PMR melakukan penyebaran formulir pendaftaran kepada remaja, tanpa membedakan ras, jenis kelamin, agama 2. Calon Anggota PMR melakukan pengisian dan pengumpulan kembali formulir

pendaftaran dan syarat-syarat pendaftaran lainnya 3. Syarat pendaftaran calon anggota baru PMR a) Memenuhi syarat keanggotaan b) Mengisi formulir pendaftaran calon anggota PMR c) Mengumpukan Foto 3 x 4 dan 2 x 3 masing-masing 2 lembar, untuk formulir pendaftaran, Buku Induk Kelompok PMR, Buku system data base PMI Cabang, Piagam Orientasi, dan KTA d) Bersedia dan mengikuti orientasi 4. Calon anggota PMR mengikuti orientasi kepalangmerahan. Sosilisasi dan Publikasi 1) Tujuan kegiatan Sosialisasi dan Publikasi a) Memperkenalkan kegiatan PMR sebagai wadah pembinaan kepalangmerahan bagi generasi muda b) Mensosialisasikan peranan PMR dalam mendukung kegiatan kepalangmerahan c) Menarik minat generasi muda untuk bergabung dalam kegiatan PMR d) Memotifasi anggota PMR untuk tetap bergabung dalam kegiatan kepalangmerahan 2) Waktu Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi dan Publikasi Kegiatan Sosialisasi dan Publikasi dilaksanakan minimal 1 tahun sekali sebelum dilaksanakan perekrutan. 3) Media dan Metode Sosialisasi dan Publikasi Media: a) Majalah Dinding b) Foto/Dokumentasi kegiatan PMR c) Leaflet d) Poster e) Buletin f) Merchandise Metode: a) Presentasi, audiensi b) Demonstrasi/Peragaan kegiatan PMR c) Pemasangan Promosi Majalah dinding d) Pameran foto kegiatan PMR e) Pembagian Merchandise f) Penyebaran leaflet g) Pemasangan poster 4) Sasaran: a) Siswa b) Orang Tua murid c) Sekolah/luar sekolah (panti asuhan, kejar paket) dan management d) Masyarakat e) Instansi terkait

- Dinas Pendidikan - Department Agama dan Dinas Pendidikan Agama - Dinas Kesehatan - Pemerintah Daerah (desa,kecamatan, kabupaten/kota, propinsi) - Swasta dan organisasi non pemerintahan 5) Strategi: a) Media presentasi dan dialog melalui forum pertemuan siswa baru atau orang tua siswa b) Memanfaatkan masa penirimaan siswabaru sebagai tempat memperkenalkan dan mempromosikan kegiatan PMR dan kepalangmerahan c. Orientasi Kepalangmerahan Calon anggota PMR mengikuti orientasi kepalangmerahan a) Metode Metode orientasi ditetapkan dalam Kurikulum Standard Pelatihan untuk anggota dan pembina PMR b) Pelaksana Pelaksana orientasi adalah kelompok PMR c) Waktu Pelaksanaan Orientasi diberikan bagi calon anggota PMR sebelum pelaksanaan pelatihan. d) Materi 1) Materi yang diberikan: 2) Sejarah dan tujuh prinsip Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional 3) Struktur dan kedudukan PMR di PMI, Sekolah dan luar sekolah 4) Kegiatan-kegiatan PMR 5) Kepemimpinan, sub topik baris-berbaris dan motivasi. d. Pelantikan Anggota dan Penetapan Nomor Anggota 1) Syarat Pelantikan Seorang calon anggota PMR dinyatakan berhak untuk mengikuti pelantikan dan dinyatakan secara resmi sebagai anggota PMR setelah mengikuti orientasi sesuai dengan kurikulum standar Pelatihan untuk anggota PMR dan Pembina PMR. 2) Pelaksana Pelantikan Pelantikan anggota baru PMR dilaksanakan oleh PMI Cabang bekerjasama dengan pihak Sekolah/Luar sekolah 3) Penetapan Nomor Anggota a) Nomor anggota diberikan oleh PMI Cabang b) Penomoran anggota: Nomor kode daerah, nomor kode cabang, jenjang Mula/Madya/Wira, dan nomor urut pendaftaran anggota PMR. e. Pendataan 1. PMI Cabang melakukan pendataan anggota baru dalam sebuah system data base PMR 2. System data base anggota PMR sama dengan penomoran anggota (format pendataan sterlampir). 8. Alur Pembentukan Kelompok dan Perekrutan Lihat lampiran*

B. PELATIHAN 1. Tujuan Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap anggota PMR sehingga dapat melaksanakan kegiatan sesuai Tri Bakti PMR 2. Sasaran 1.2.1.1.1.1.1.1 Anggota PMR Sekolah 1.2.1.1.1.1.1.2 Anggota PMR Luar Sekolah 3. Pelaksana 1.3.1.1.1.1.1.1 Fasilitator Fasilitaor adalah orang yang membantu berjalannya proses belajar didalam suatu kelompok PMR, yang berasal dari Pembina PMR, Relawan PMI, Alumni Kelompok PMR tersebut 1.3.1.1.1.1.1.2 Pelatih Pelatih PMI adalah orang yang memiliki kompetensi dengan spesialisasi tertentu sesuai standarisasi PMI, yang direkomendasikan oleh PMI Cabang untuk memberikan materi kepalangmerahan. 4. Materi dan Durasi Pelatihan a) Pelatihan yang dilaksanakan secara rutin oleh kelompok PMR, minimal 1 x dalam 1 minggu, sesuai dengan program b) Diikuti oleh anggota PMR setelah dilantik menjadi anggota PMR c) Dilaksanakan dengan mengacu pada kurikulum yang ditetapkan PMI Pusat, dengan materi: NO MATERI MULA MADYA WIRA 1. Kepalangmerahan 9 14 15 2. Pertolongan Pertama 10 15 22 3. Perawatan Keluarga 12 16 18 4. Kesehatan Remaja 8 8 8 5. Kesiapsiagaan Bencana 7 10 15 6. Kepemimpinan Kepalangmerahan 12 19 35 7. Donor Darah 0 0 4 TOTAL 58 82 117 Durasi per jam pelajaran @45 menit d) Materi dan proses pelatihan lihat analisa kompetensi, silabus dan pedoman Fasilitator 5. Metode Pelatihan Metode yang dapat dipakai dalam Pelatihan PMR adalah dengan menggunakan metode partisipatif dengan bentuk antara lain : a. Ceramah dan tanya jawab b. Brainstorming c. Studi kasus d. Role play e. Diskusi

f. Praktek g. Outbound h. Penugasan i. Presentasi j. Simulasi lapangan 6. Media Pelatihan a. Non Projected Aids (Materi Pelatihan): paket Diklat, buku , brosur, gambar dan lainlain b. Projected Visual Aids (Media Visual): OHP, film, slide, dan lain-lain c. Audio Aids (Media Audio): radio, tape recorder, dll d. Perlengkapan Pelatihan untuk materi teknis (PP, PK, DU, Tenda, PRS, dan lain-lain). 7. Sertifikasi Calon anggota yang telah lulus dalam kegiatan Pelatihan berhak mendapatkan sertifikat dan KTA dari PMI Cabang. C. TRI BAKTI PMR 1. Tri Bakti PMR terdiri dari: a. Berbakti pada masyarakat b. Mempertinggi ketrampilan serta memelihara kebersihan dan kesehatan c. Mempererat persahabatan nasional dan internasional 2. Tujuan a. Mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional b. Mensosialisasikan Perhimpunan PMI di tengah-tengah masyarakat 3. Sasaran a. Anggota PMR b. Lingkungan Sekolah c. Lingkungan Keluarga d. Masyarakat 4. Jenis kegiatan dalam Tri Bakti PMR antara lain: a. PMR Mula 1) Membantu orang tua menyelesaikan pekerjaan rumah 2) Tahu cara gosok gigi, mencuci tangan dan kaki 3) Saling berkunjung untuk latihan bersama b. PMR Madya 1) Ikut serta dalam kegiatan gotong royong 2) Dapat melakukan pertolongan pertama kepada teman sebayanya 3) Saling berkirim surat atau album persahabatan c. PMR Wira 1) Menyumbangkan tenaga/materi kepada korban bencana 2) Mengenal oabt-obatan ringan dan manfaatnya 3) Berkirim hasil kerajinan daerah, informasi pariwisata sesama anggota PMR di daerah lain5. Pelaksana Tri Bakti PMR: Anggota PMR, yang difasilitasi oleh Pembina PMR, Relawan PMI, dan PMI di semua

tingkatan (Cabang, Daerah, Pusat) 6. Pelaksanaan Tri Bakti PMR: a. Kegiatan Tri Bakti PMR dilakukan sesuai program kelompok PMR, yang terintegrasi dengan bidang Pelayanan Sosial dan Kesehatan, serta Kesiapsiagaan Bencana b. Kegiatan Tri Bakti PMR dapat diselenggarakan oleh kelompok PMR, PMI Cabang, PMI Daerah, maupun PMI Pusat. c. Pelaksanaan Tri Bakti PMR ditingkat Pusat, harus melibatkan PMI Daerah dan Cabang d. Kelompok dan Anggota PMR yang telah melaksanakan dan mengikuti Tri Bakti PMR, diberikan penghargaan. e. Pengembangan kegiatan yang berkaitan dengan Tri Bakti PMR dapat disesuaikan dengan kelompok PMR lainnya . (Lihat manual pengelolaan dan pengembangan program pembinaan PMR PMI dengan pendekatan Youth Centre)* D. PENGEMBANGAN KAPASITAS 1. Pengembangan Kapasitas Pribadi a. Tujuan: Meningkatkan kualitas PMR b. Sasaran: a. Anggota PMR b. Pembina PMR c. Relawan PMI d. Staf PMI yang membidangi PMR e. Pengurus PMI yang membidangi PMR c. Cara mengembangkan kapasitas: 1) Anggota PMR a) Pelatihan untuk anggota PMR b) Mengikutsertakan dalam kegiatan kepalangmerahan sesuai Tri Bakti PMR, baik di tingkat Kelompok PMR, PMI Cabang, Daerah, Pusat, atau Internasional (misal: pertukaran PMR, lomba, pemilihan PMR berprestasi, Jumbara tingkat Cabang, Daerah, atau Pusat). Jumbara disetiap tingkatan dilaksanakan minimal 1 x setiap periode kepengurusan. c) Mendapatkan akses menerapkan hasil pelatihan d) Terlibat dalam kegiatan Youth Center e) Mendapatkan penghargaan dari sekolah, PMI, atau lembaga lainnya 2) Pembina PMR 1) Orientasi pembinaan PMR 2) Mengikutsertakan dalam kegiatan kepalangmerahan ditingkat PMI Cabang, Daerah, Pusat, atau Internasional (misal: pelatihan, lokakarya) 3) Mengikutsertakan dalam pelatihan teknis PMI 4) Mendapatkan akses menerapkan hasil pelatihan dan lokakarya 5) Mendapatkan penghargaan dari sekolah, PMI, atau lembaga lainnya

3) Relawan PMI 1) Pelatihan yang mendukung tugas sebagai fasilitator dalam pembinaan PMR (misal: pelatihan kepemimpinan) 2) Mengikutsertakan dalam kegiatan kepalangmerahan ditingkat PMI Cabang, Daerah, Pusat, atau Internasional (misal: pelatihan, lokakarya) 3) Mendapatkan akses menerapkan hasil pelatihan dan lokakarya 4) Mendapatkan penghargaan dari sekolah, PMI, atau lembaga lainnya 4) Staf yang membidangi pembinaan dan pengembangan PMR 1) Pelatihan pembinaan PMR 2) Pelatihan lain yang mendukung tugas sebagai staf yang membidangi PMR (Misal: pelatihan monitoring-evaluasi, Proses Perencanaan Proyek, Kepemimpinan) 3) Mengikutsertakan dalam pelatihan teknis PMI. 4) Mengikutsertakan dalam kegiatan kepalangmerahan ditingkat PMI Cabang, Daerah, Pusat, atau Internasional (misal: pelatihan, lokakarya) 5) Mendapatkan penghargaan dari PMI atau lembaga lainnya 5) Pengurus yang membidangi pembinaan dan pengembangan PMR 1) Pelatihan pembinaan PMR 2) Berperan aktif dalam kegiatan kepalangmerahan di tingkat PMI Cabang, Daerah, Pusat, atau Internasional (misal: lokakarya) 3) Mendapatkan penghargaan dari PMI atau lembaga lainnya 2. Pengembangan Kapasitas Organisasi a. Tujuan: Meningkatkan kualitas kegiatan dan organisasi PMR b. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak: 1) Sekolah/Luar Sekolah a) Berperan aktif dalam kegiatan PMI tingkat Cabang, Daerah, Pusat, Internasional b) Memasukkan kegiatan pembinaan PMR kedalam program tahunan sekolah/luar sekolah c) Sosialisasi dan publikasi 2) PMI Cabang: a) Advokasi, sosialisasi, kerja sama dengan sekolah dan diknas/depag tingkat Kabupaten/Kota, organisasi non pemerintah b) Menyelenggarakan kegiatan ditingkat Cabang, antara lain: jumbara, pelatihan, bakti masyarakat, kunjungan persahabatan, kelompok PMR berprestasi c) Memfasilitasi pembentukan Youth Centre, Forum Komunikasi PMR (Youth Council), forum komunikasi Pembina PMR (Advisor Council). d) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan dan pengembangan PMR di sekolah/luar sekolah 3) PMI Daerah:

1) Advokasi, sosialisasi, kerja sama dengan diknas/depag tingkat propinsi, organisasi non pemerintah 2) Menyelenggarakan kegiatan tingkat PMI Daerah, antara lain: jumbara, pelatihan, bakti masyarakat, kunjungan persahabatan 3) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan dan pengembangan kegiatan di tingkat Cabang 4) PMI Pusat 1) Advokasi, sosialisasi, kerja sama dengan diknas/depag tingkat Pusat, organisasi non pemerintah 2) Menyelenggarakan kegiatan Tingkat Nasional antara lain: jumbara, pelatihan, bakti masyarakat, kunjungan persahabatan, kelompok PMR berprestasi 3) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan dan pengembangan kegiatan di Tingkat Daerah BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PENGHARGAAN A. MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pembinaan PMR, melalui sebuah kerangka hubungan yang jelas antara hal yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan dan masukan-masukan yang ada serta harapan kedepan. Monitoring dan evaluasi dapat membantu mengkaitkan antara apa yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan di dimasa yang akan datang. Tanpa dilakukannya monitoring dan evaluasi, kita tidak bisa mengatakan bahwa pembinaan yang kita laksanakan telah berjalan lancar sebagaimana mestinya, telah mengalami perkembangan, berhasil, efektif dan efisien atau dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. 1. Monitoring a. Pengertian 1) Monitoring adalah penilaian yang terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan program di dalam hal jadwal pelaksanaan dan penggunaan input/masukan oleh kelompok sasaran berkaitan dengan harapan-harapan yang telah direncanakan. 2) Monitoring merupakan kegiatan program yang terintegrasi, bagian penting dari praktek manajemen yang baik dan karena itu merupakan bagian yang integral dari manajemen sehari-hari (Casely & Kumar 1987) 3) Monitoring dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengukur, mencatat, mengumpulkan, memproses dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen program/proyek (Calyton & Petry 1983) 4) Monitoring adalah mekanisme yang sudah menyatu untuk memeriksa bahwa semua berjalan untuk direncanakan dan memberi kesempatan agar penyesuaian dapat dilakukan secara metodologis (Oxfam 1995) 5) Monitoring adalah penilaian yang sistematis dan terus menerus terhadap kemajuan suatu pekerjaan (SCF 1995) b. Monitoring yang baik1) Monitoring yang baik dilakukan secara berkelanjutan,

melibatkan instansi terkait, dan fokus pada perkembangan pencapaian tujuan. 2) Monitoring pada pembinaan PMR sebaiknya bukan hanya sekedar melihat bagaimana pelaksanaan pembinaan, namun juga perkembangan pembinaan, program pembinaan dan kerjasama. Dalam hal ini monitoring memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, pembelajaran dan sebagai bahan evaluasi 3) Monitoring yang baik juga tergantung pada kualitas perencanaan pembinaan. 4) Monitoring yang baik menuntut kunjungan secara berkala didukung dengan analisis perkembangan dan laporan c. Waktu Monitoring Monitoring dapat dilakukan kapan saja baik secara formal maupun informal yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Monitoring merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam keseluruhan tahapan manajemen pembinaan. Minimal monitoring dilakukan pada saat proses penyusunan rencana, pelaksanaan pembinaan dan proses penyusunan laporan. d. Pelaksana Pelaksana monitoring adalah 1) Penanggung jawab PMR, Pembina PMR, pelatih PMI 2) Staf PMI yang membidangi pada semua tingkatan (Cabang, Daerah dan Pusat) 3) Pengurus PMI pada semua tingkatan (Cabang, Daerah dan Pusat) 4) Instansi/pihak terkait lainnya Monitoring pembinaan PMR dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok. Dalam hal ini tiap individu memiliki kewajiban untuk memastikan tiap komponenkomponen diatas menjalankan monitoring pembinaan PMR. e. Bagaimana melakukan Monitoring 1) Pastikan bahwa pelaksana monitoring pembinaan PMR telah membaca, mengerti dan memahami rencana strategi dan rencana kerja tahunan dan atau 5 tahunan pembinaan PMR baik tingkat pusat, daerah maupun cabang. 2) Pastikan bahwa pelaksana monitoring pembinaan PMR telah membaca, mengerti dan memahami panduan pembinaan PMR 3) Susunlah kerangka acuan pelaksanaan monitoring, tetapkan hasil yang diharapkan, rumuskan system dan metode monitoring yang sesuai beserta perlengkapannya, pelaksana dan jadwal pelaksanaan dan strategi monitoring berkala. 4) Lakukan kunjungan berkala sebagaimana direncanakan 5) Lakukan pencatatan terhadap perkembangan, kendala dan pencapaian target bandingkan dengan rencana pembinaan PMR dan kerangka waktu yang telah ditentukan 6) Jika ditemukan kendala dan atau penyimpangan lakukan penggalian dan pencarian data sebagai penunjang, lakukan tindakan pemecahan masalah dan kendala, pastikan pembinaan kembali ke jalur pembinaan sebagaimana telah ditentukan 7) Penyusunan laporan monitoring 8) Informasikan kepada pihak manajemen dan pengambil kebijakan untuk tindak lanjut. f. Alat dan Metode Monitoring

1) Alat Monitoring a) Kerangka Acuan / Rencana kerja b) Laporan perkembangan kegiatan (laporan situasi) c) Laporan kegiatan, semester, tahunan dan atau 5 tahunan d) Dokumetasi kegiatan e) Data based keanggotaan 2) Metode Monitoring a) Penyampaian laporan - dokumentasi dan koordinasi rutin b) Kunjungan lapangan berkala c) Pengamatan kerja sehari-hari melalui Kunjungan mendadak (spot chek) d) Assesment eksternal e) Wawancara f) Diskusi kelompok g) Survey pengumpulan data dan perbandingan kondisi sebelum dan sesuadah intervensi h) Pengamatan Kinerja 2. Evaluasi a. Pengertian1) Evaluasi adalah penilaian berkala terhadap relevansi, penampilan, efisiensi dan dampak dari program/proyek didalam konteks tujuan yang sudah ditetapkan. Evaluasi biasanya menggunakan perbandingan yang membutuhkan informasi dari luar program/proyek tentang waktu, daerah atau populasi (Casely & Kumar 1987) 2) Evaluasi adalah penilaian pada waktu tertentu terhadap dampak dari sebuah pekerjaan dan sejauh mana tujuan yang sudah ditetapkan telah dicapai (SCF 1995) b. Waktu Evaluasi dapat dilakukan kapan saja baik secara formal maupun informal yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Sebagaimana monitoring, evaluasi merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam keseluruhan tahapan manajemen pembinaan. dilakukan pada saat proses penyusunan rencana, pelaksanaan pembinaan dan pasca Pembinaan. c. Pelaksana 1) Kelompok PMR (Anggota, Pembina dan Sekolah) 2) Fasilitator PMR 3) PMI Cabang 4) PMI Daerah 5) PMI Pusat d. Alat dan Metode Evaluasi: Alat : 1) Rencana kerja 2) Angket 3) Format Penilaian. Metode: 1) Ujian 2) Lomba 3) Jumbara

4) Pelatihan Penyegaran. e. Bagaimana Melakukan Evaluasi Untuk melaksanakan evaluasi yang terstruktur dan terdokumentasi diperlukan pengalokasian waktu dan pemikiran untuk persiapan. Hal ini dikarenakan tujuannya bukan semata-mata untuk evaluasi jalannya pembinaan melainkan lebih pada prioritas hasil pembinaan. 1) Pastikan bahwa pelaksana evaluasi pembinaan PMR telah membaca, mengerti dan memahami rencana strategi dan rencana kerja tahunan pembinaan PMR baik tingkat pusat, daerah maupun cabang. 2) Pastikan bahwa pelaksana evaluasi pembinaan PMR telah membaca, mengerti dan memahami panduan pembinaan PMR 3) Tentukan sasaran evaluasi. Pada dasarnya sasaran evaluasi pembinaan PMR adalah sebagai berikut: a) Pencapaian Tujuan Apakah Tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan jika tidak, apakah ada perkembanganperubahan dari kondisi awal, sekaligus dilakukan analisa mengapa tidak tercapai dan alternatif solusi pencapaian lebih baik. b) Faktor-faktor penunjang dan penghambat Faktor-faktor penunjang dan penghambat apa saja yang dihadapi selama pembinaan yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan, sebagai bahan analisa pemecahan hambatan dan penguatan faktor penunjang. c) Kontribusi PMI dan pihak terkait dalam pencapaian tujuan d) Strategi kerjasama dan dukungan dengan pihak terkait 4) Susunlah kerangka acuan pelaksanaan evaluasi, tetapkan tujuan/hasil yang diharapkan, rumuskan system dan metode evaluasi yang sesuai beserta perlengkapannya, dan strategi monitoring 5) Pengorganisasian Dokumen yang dibutuhkan 6) Pembentukan Pelaksana Evaluasi 7) Pelaksanaan Evaluasi a. Pelibatan pihak terkait b. Pengumpulan dan analisa data c. Kunjungan untuk melihat hasil pembinaan kualitatif dan kuantitatif d. Umpan Balik dan pemecahan masalah e. Penyusunan Laporan Evaluasi f. Tindak Lanjut 3. Sasaran dan aspek Monitoring-Evaluasia. Sasaran Monitoring-Evaluasi 1) Pelaksanaan Pembinaan 2) Dampak/pengaruh/manfaat kegiatan dan pembinaan 3) Perkembangan pencapaian tujuan kegiatan dan Pembinaan PMR 4) Kontribusi faktor-faktor terkait terhadap pencapaian tujuan Pembinaan PMR 5) Kontribusi PMI dalam usaha pencapaian tujuan kegiatan dan pembinaan PMR 6) Strategi kerjasama dengan pihak terkait b. Aspek Monitoring-Evaluasi 1) Rencana Kegiatan awal

2) Apakah tujuan kegiatan dan pembinaan PMR secara kuantitas dan kualitas yang diharapkan telah tercapai 3) Apakah Indicator keberhasilan yang ditetapkan tercapai 4) Apakah kegiatan dan pembinaan PMR yang dilakukan telah memberi manfaat 5) Apakah muncul perubahan terhadap pengembangan karakter 6) Strategi kerjasama dan dukungan dengan pihak terkait 7) Apakah ada hal-hal lain baik berupa hambatan atau kondisi yang mengakibatkan harus dirubahnya rencana kegiatan dan atau pembinaan PMR 8) Rencana anggaran, apakah penetapan rencana anggaran sudah tepat dan pengeluaran sesuai dengan perencanaan 4. Langkah melakukan Monitoring dan Evaluasi a. Pastikan bahwa pelaksana monitoring dan evaluasi pembinaan PMR telah membaca, mengerti dan memahami kebijakan/ rencana strategi dan rencana kerja tahunan dan pembinaan PMR tiap Unit. b. Pastikan bahwa pelaksana monitoring dan evaluasi pembinaan PMR telah membaca, mengerti dan memahami panduan pembinaan PMR c. Susunlah kerangka acuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi, tetapkan hasil yang diharapkan, rumuskan system dan metode monitoring dan evaluasi yang sesuai kepada perlengkapannya, pelaksana dan jadwal pelaksanaan dan strategi monev berkala. d. Lakukan kunjungan berkala sebagaimana direncanakan e. Lakukan pencatatan terhadap perkembangan, kendala dan pencapaian target bandingkan dengan rencana pembinaan PMR dan kerangka waktu yang telah ditentukan f. Jika ditemukan kendala dan atau penyimpangan lakukan penggalian dan pencarian data sebagai penunjang, lakukan tindakan pemecahan masalah dan kendala, pastikan pembinaan kembali ke jalur pembinaan sebagaimana telah ditentukan g. Penyusunan hasil monev h. Informasikan kepada pihak manajemen dan pengambil kebijakan untuk kegiatan tindak lanjut 5. Alur monitoring evaluasi 6. Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi Setelah dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi, maka pelaksana Monev wajib melakukan analisa yang hasilnya dapat digunakan untuk : a. sebagai pedoman/acuan pelaksanaan kegiatan pada waktu yang akan datang. b. Mengadakan perbaikan-perbaikan pada suatu kegiatan Penyusunan rencana kegiatan berikutnya, dll. i. PENGHARGAAN 1. Tujuan Pemberian penghargaan bertujuan untuk meningkatkan prestasi, motivasi dan daya kreatifitas anggota PMR

2. Jenis Jenis penghargaan yang diberikan berupa: 1. Medali 2. Piagam 3. Sertifikat 4. PIN 5. Lencana 6. Badge tanda kecakapan 3. Penghargaan diberikan/dikeluarkan oleh: a) Kelompok PMR b) Sekolah c) PMI Cabang, Daerah dan Pusat d) Instansi/Lembaga lain 4. Mekanisme Tata cara dan kriteria pemberian/penerimaan penghargaan melalui: 1. Pendidikan dan pelatihan 2. Lokakarya 3. Lomba 4. Bhakti Sosial 5. Penugasan 6. Dan lain lain. Tata cara pemberian penghargaan berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PMI Pusat.* 5. Gambar Bentuk dan gambar penghargaan disesuaikan dengan bidang kegiatan. Contoh-contoh bentuk gambar terlampir.* ii. JEJARING DAN KERJASAMA 1. Tujuan Jejaring dan kerjasama bertujuan untuk mendukung pembinaan dan pengembangan PMR, sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. 2. Pelaksana a. Kelompok PMR b. Fasilitator PMR c. Penanggung Jawab dan Pembina PMR d. PMI Cabang e. PMI Daerah f. PMI Pusat 3. Pihak-pihak terkait

Pihak-pihak terkait yang dapat mendukung dan memfaslitasi dalam pembinaan dan pengembangan PMR, diantaranya: a. Badan Dunia, : UNICEF, UNFPA, UNESCO, WHO b. Instansi Pemerintah DEPKES, DEPDIKNAS, DEPAG, DEPSOS, DEPDAGRI, Kementrian Pemuda dan Olahraga c. Perusahaan /Instansi d. LSM/ Organisasi Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan e. Dan lain lain. 4. Bagaimana Membangun Jejaring dan Kerjasama Untuk melakukan pengembangan dan pembinaan PMR kita dapat membangun jejaring dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait didasarkan pada kesamaan program dan kegiatan, yang tidak bertentangan dengan prinsip dasar gerakan palangmerah dan bulan sabit merah internasional, melalui pendekatan dan pemaparan jenis kegiatan yang kita miliki. BAB VI KETENTUAN LAIN 1. PENDATAAN 1. Tujuan: a. mengetahui jumlah anggota PMR b. mengetahui identitas anggota PMR 2. sedang dikembangkan oleh tim IT PMI Pusat, terintegrasi dengan bidang lain Proses 2. PELAPORAN 1. Tujuan dan manfaat laporan a. Bentuk Pertanggungjawaban tertulis secara naratif dan keuangan b. Informasi atas kualitas pelaksanaan kegiatan c. Bahan informasi Monitoring evaluasi terkait kinerja manajemen, operasional serta proses informasi dan koordinasi pihak-pihak terkait d. Bahan perbaikan kualitas kegiatan dan kinerja e. Bahan pengambilan keputusan 2) Jenis Laporan a. Laporan Perkembangan 1) Laporan Semester 2) Laporan Tahunan b. Laporan kegiatan 3) Bentuk laporan

a. Naratif b. Finansial 4) Pelaksana a. PMI Pusat b. PMI Daerah c. PMI Cabang d. Kelompok PMR 5) Isi laporan a. Pendahuluan b. Nama kegiatan c. Waktu dan tempat d. Proses pelaksanaan kegiatan/program/proyek (sebelum dan selama pelaksanaan), termasuk hambatan yang dihadapi e. Hasil yang dicapai f. Rekomendasi tindak lanjut (setelah kegiatan/program/proyek) g. Pelaksana h. Anggaran i. Foto-foto kegiatan j. Penutup Contoh bentuk laporan terlampir* 6) Waktu (a) Laporan Perkembangan: 1) Laporan Semester : per enam bulan 2) Laporan tahunan : pertahun (b) Laporan Kegiatan : dengan tujuan untuk memudahkan proses tindak lanjut hendaknya laporan kegiatan disampaikan maksimal 1 bulan setelah tanggal pelaksanaan kegiatan 7) Alur Pelaporan 3. FORUM KOMUNIKASI 1. FORUM KOMUNIKASI PMR (YOUTH COUNCIL) a. Pengertian Forum komunikasi Palang Merah Remaja (PMR) adalah suatu Forum yang terdiri dari perwakilan Pengurus PMR dari masing-masing kelompok PMR di tingkat PMI Cabang, Daerah dan Pusat. b. Tujuan Sebagai sarana tempat bermusyawarah, saling bertukar informasi untuk kemajuan kelompok-kelompok PMR yang diarahkan dalam mengembangkan potensi diri sebagai relawan masa depan.

c. Keanggotaannya 1). Tingkat Cabang Keanggotaan terdiri dari perwakilan masing-masing kelompok PMR Madya, Wira PMI Cabang. 2). Tingkat Daerah Keanggotaan terdiri dari pimpinan perwakilan masing-masing forum komunikasi PMR PMI Cabang. 3). Tingkat Pusat Keanggotaan terdiri dari pimpinan perwakilan masing-masing forum komunikasi PMR PMI Daerah. d. Tugas Forum Komunikasi PMR 1). Tingkat Cabang Menjalin silaturahmi, mempererat persahabatan dan saling tukar informasi 2). Tingkat Daerah Membantu pelaksanaan kegiatan pengembangan pelaksanaan tri bhakti Sebagai media persahabatan PMR di daerah 3). Tingkat Pusat Media pengamalan kegiatan tri bhakti dalam peningkatan persahabatan PMR dalam dan luar negeri Mediasi kebutuhan PMR ke Pengurus Pusat e. Mekanisme Pembentukan Tata cara pembentukan forum komunikasi PMR difasilitasi oleh pengurus PMI Cabang, Daerah dan Pusat yang membidangi PMR dan relawan. Penentuan pimpinan forum komunikasi PMR sepenuhnya diserahkan pada hasil musyawarah mufakat diantara perwakilan kelompok PMR Wira pada tingkat cabang. Untuk tingkat daerah dari hasil musyawarah mufakat pimpinan perwakilan forum komunikasi PMR PMI Cabang, dan untuk tingkat pusat dari hasil musyawarah mufakat pimpinan perwakilan forum komunikasi PMR PMI Daerah. 2. FORUM KOMUNIKASI PEMBINA PMR (ADVISOR COUNCIL). a. Pengertian Forum komunikasi Pembina Palang Merah Remaja (PMR) adalah suastu Forum yang terdiri dari perwakilan pembina PMR di tingkat cabang, daerah dan pusat. b. Tujuan Sebagai sarana tempat bermusyawarah, saling bertukar informasi untuk kemajuan kelompok PMR yang diarahkan dalam mengembangkan potensi diri. c. Keanggotaannya

1). Tingkat Cabang Keanggotaan terdiri dari pembina masing-masing kelompok PMR PMI Cabang. 2). Tingkat Daerah Keanggotaan terdiri dari pimpinan perwakilan masing-masing forum komunikasi pembina PMR PMI Cabang. 3). Tingkat Pusat Keanggotaan terdiri dari pimpinan perwakilan masing-masing forum komunikasi pembina PMR PMI Daerah. d. Tugas Forum Komunikasi Pembina 1). Tingkat Cabang Memfasilitasi Pelatihan Melakukan aplikasi kegiatan tri bhakti dan pengembangan kapasitas Membantu PMI Cabang dalam hal pembinaan dan pengembangan PMR Sarana memilih perwakilan pembina PMR dalam musyawarah PMI Cabang. 2). Tingkat Daerah Dapat memberikan masukan ke Pengurus daerah dalam pengembangan dan pembinaan PMR Membantu pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pelaksanaan tri bhakti. 3). Tingkat Pusat Mediasi kebutuhan PMR ke Pengurus Pusat Memberi masukan bagi pengurus pusat. e. Mekanisme pembentukan Tata cara pembentukan forum komunikasi pembina PMR difasilitasi oleh pengurus PMI Cabang, Daerah dan Pusat yang membidangi PMR dan relawan. Penentuan pimpinan forum komunikasi pembina PMR sepenuhnya diserahkan pada hasil musyawarah mufakat diantara pembina kelompok PMR pada tingkat cabang. Untuk tingkat daerah dari hasil musyawarah mufakat pimpinan perwakilan forum komunikasi pembina PMR PMI Cabang, dan untuk tingkat pusat dari hasil musyawarah mufakat pimpinan perwakilan forum komunikasi pembina PMR PMI Daerah. Keputusan hasil musyawarah Forum Pembina PMR merupakan keputusan tertinggi terhadap koordinator terpilih. D. Penghargaan dan Pengakuan 1) Penghargaan dan Pengakuan perlu diberikan kepada Anggota PMR yang berprestasi. 2) Diberikan oleh Pengurus PMI di semua tingkatan dan instansi/ lembaga terkait 3) Diberikan pada hari hari tertentu, misalnya HUT Palang Merah, Hari Relawan, Hari Hari Raya, dll. 4) Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk Piagam.

E. Asuransi Pengurus PMI Cabang mengupayakan adanya asuransi jiwa. BAB VII PENUTUP Buku ini merupakan pedoman bagi Pengurus, Staf PMI, Pembina PMR dan Fasilitator PMI dalam mengembangkan pembinaan PMR disekolah maupun luar sekolah. Titik berat pembentukan PMR di sekolah dan luar sekolah adalah pembentukan karakter generasi muda dan kaderisasi di lingkungan PMI. Keberhasilan pembentukan dan pengembangan PMR di sekolah dan luar sekolah mempunyai nilai strategis dalam pengembangan organisasi PMI dimasa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita. Amin. LAMPIRAN KOP SURAT SEKOLAH/LEMBAGA Kota, tanggal, bulan, tahun Nomor : Perihal : Pembentukan Kelompok PMR Kepada Yth Pengurus Palang Merah Indonesia PMI Cabang . Jl. Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Jabatan : Dengan ini mengajukan permohonan pendaftaran Kelompok PMR: Nama Sekolah/Lembaga : Alamat : Penanggung Jawab PMR : Pembina PMR : Demikian permohonan kami, atas perhatian Ibu/Bapak, kami ucapkan terima kasih. Kepala Sekolah/Ketua Lembaga,

--------------------------------------NIP. Tembusan: 1. Kepala Dinas Pendidikan 2. Kepala Kantor Departemen Agama FORMULIR PENDAFTARAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PMR SMA NEGERI 5 MALANG 1. NAMA SEKOLAH/LEMBAGA : 2. NOMOR KELOMPOK PMR : II.06.27 Wira. No Registrasi Kelompok PMR 3. ALAMAT SEKOLAH/LEMBAGA : 4. PENANGGUNG JAWAB PMR : 5. PEMBINA PMR : 6. JUMLAH CALON ANGGOTA PMR : 7. JUMLAH SISWA :

Pengurus PMI Cabang Kepala Sekolah/Lembaga

--------------------------- -----------------------------Keterangan: II : kode Regional (Jawa) 02 : kode PMI Daerah Jatim 03 : Kode PMI Cabang Kota Malang Wira : Kode Jenjang PMR PALANG MERAH REMAJA KELOMPOK SMA NEGERI 5 MALANG

FORMULIR PENDAFTARAN ANGGOTA PMR A. IDENTITAS CALON ANGGOTA 1. Nama Lengkap : 2. Tempat/Tanggal Lahir : 3. Jenis Kelamin :... 4. Agama : 5. Alamat Lengkap : No Telpon...... Email:............................................................................ 6. Alamat Kelompok PMR : ..................................................................................... ............................. No. Telpon...................................... 7. Tinggi Badan : 8. Bera

You might also like