You are on page 1of 7

B.

Proses dan Komponen Sikap Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif, afektif, dan kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975;Krech dan Ballacy, 1963, Howard dan Kendler 1974, Gerungan, 2000). 1. Komponen kognitif Aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu. 2. komponen afektif Aspek ini Dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek atau subyek, yang sejalan dengan hasil penilaiannya. 3. komponen kecenderungan bertindak Berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinandan keinginannya. Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat positif atau negatif. Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap obyek atau subyek. Komponen sikap berkaitan satu dengan yang lainnya. Dari manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu sistem. komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap dan Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak secara bersama- sama membentuk sikap.

Sikap Sikap adalah determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan persepsi kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap adalah perasaan positif atau negative atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap obyek-obyek dan keadaan. Definisi sikap memiliki implikasi tertentu pada manajer. Pertama, sikap dapat dipelajari. Kedua, sikap mendifinisikan predisposisi kita terhadap aspek-aspek yang diberikan dunia. Ketiiga, sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antarpribadi kita dan identifiikasi dengan orang lain. Dan keempat, sikap diatur dan dekat dengan inti kepribadian. Beberapa sikap selalu berulang dan bertahan; bahkan, seperti setiap variabel psikologi, sikap adalah subyek perubahan. Teori menyatakan bahwa afeksi, kognisi, dan perilaku menentukan sikap, dan sebaliknya.

Afeksi adalah emosi atau perasaan, komponen sikap dipelajari dari orang tua, guru, anggota kelompok sebayanya. Komponen afektif dapat diukur melalui kuesioner.

Kognisi adalah suatu komponen sikap yang terdiri dari persepsi, pendapat, dan kepercayaan seseorang. Ini mengacu kepada proses berpikir, dengan penekanan khusus pada rasionalitas dan logika. Elemen penting dari kognisi adalah kepercayaan yang bersifat penilaian yang dilakukan seseorang.

Perilaku, komponen perilaku dari sebuah sikap mengacu kepada kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau sesuatu dengan cara tertentu misalnya ramah, hangat, agresif, tidak ramah atau apatis. Ketiga teori ini mempunyai implikasi yang nyata kepada manajer. Manajer harus dapat mennjukkan bahwa aspek positif lebih penting dibanding aspek negative dalam kontribusinya kepada perusahaan. Hubungan ketiga teori di atas, digambarkan sebagai berikut: Tiga komponen sikap

Rangsangan Factor-faktor kerja Rancangan kerja

Sikap Komponen Afeksi

Hasil Respon Emosional: pernyataan mengenai kesukaan

Gaya manajer Kebijakan perusahaanTeknologiGajiKeuntungan Sampingan

Kognisi Perilaku

Persepsi: pernyataan mengenai kepercayaan Tindakan: pernyataan mengenai perilaku

Sikap mempunyai banyak sumber: keluarga, kelompok teman sebaya, masyarakat dan pengalaman kerja membentuk sikap individu. Kebudayaan,moral, dan bahasa mempengaruhi sikap. Melalui pengalaman kerja, pekerja mengembangkan sikap mengenai keadilan, penggajian, tinjauan prestasi, kemampuan manajerial, rancangan kerja, dan afiliasi kelompok kerja. Pengalaman terdahulu menyebabkan beberapa perbedaan sikap individu terhadap kinerja, loyalitas, dan komitmen. Disonansi Kognitif adalah suatu kondisi mental yang menunjukkan kegelisahan yang terjadi karena adanya konflik di antara berbagai komponen kesadaran individu (contohnya, sikap dan kepercayaan) sesudah sesuatu keputusan dibuat. Istilah disonansi kognitif menjelaskan keadaan dimana ada perbedaan antara komponen kognitif dan perilaku dari suatu sikap. Disonansi, kemudian adalah seperti yang dipandang sebagai keadaan dalam diri seseorang yang ketika muncul tindakan yang ddirancang untuk mengembalikan seseorang ke keadaan keseimbangan. Disonansi Kognitif mempunyai implikasi organisasi yang penting. Pertama, membantu menerangkan piliihan yang dibuat oleh individu akan sikap yang tidak konsisten. Kedua, dapat membantu meramalkan kemungkinan seseorang untuk mengubah sikap.

Komponen kognitif mengandung kepercanyaan atau kenyakinan seseorang terhadap suatu objek (Krech et. Al. (1988:140). Sebagai adalah kepercanyaan atau kenyakinan mahasiswa terhadap rokok. Ada yang memiliki kepercanyaan atau kenyakinan mahasiswa bahwa rokok itu mahal dan berbahaya bagi paru-paru. Ada pula yang memiliki kenyakinan bahwa rokok itu dapat memudahkan belajar dan mengurangi kegelisahan. Kepercayaan atau keyakinan itu menimbulkan penilaian yang berbeda terhadap rokok. Komponen afektif menyangkut perasaan terhadap suatu objek (Krech et al. 1988: 141). Perasaan itu dapat berupa rasa senang atau tidak senang. Apabila seorang penutur memiliki perasaan senang terhadap suatu objek, maka ia dipandang memiliki sikap positif terhadap objek itu. Sebaliknya apabila ia memiliki perasaan tidak senang maka ia dikatakan memiliki sikap negatif terhadap objek itu. Sebagai contoh apabila seorang penutur memiliki perasaan senang terhadap bahasa ibunya, dan cenderung memakai bahasa itu, maka ia dianggap bersikap positif terhadap bahasa itu.

Komponen konotif menyangkut kesiapan untuk bereaksi (Krech et al. 1988: 141). Seseorang yang memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia mungkin akan menunjukkan kesiapanya untuk menggunakan bahasa itu

PERBEDAAN INDIVIDU : SIKAP KERJA


Posted on February 28, 2011 by teorionline A. Definisi Sikap Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Sementara Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu. Setyobroto (2004) merangkum batasan sikap dari berbagai ahli psikologi sosial diantaranya pendapat G.W. Alport, Guilford, Adiseshiah dan John Farry, serta Kerlinger yaitu : 1) Sikap bukan pembawaan sejak lahir 2) Dapat berubah melalui pengalaman 3) Merupakan organisasi keyakinan-keyakinan 4) Merupakan kesiapan untuk bereaksi 5) Relatif bersifat tetap 6) Hanya cocok untuk situasi tertentu 7) Selalu berhubungan dengan subjek dan objek tertentu 8) Merupakan penilaian dari penafsiran terhadap sesuatu 9) Bervariasi dalam kualitas dan intensitas

10) Meliputi sejumlah kecil atau banyak item 11) Mengandung komponen kognitif, afektif dan komatif Gibson (2003), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan pengertian sikap sebagai organisasi keyakinan-keyakinan yang mengandung aspek kognitif, konatif dan afektif yang merupakan kesiapan mental psikologis untuk mereaksi dan bertindak secara positif atau negatif terhadap objek tertentu. Sikap dapat berubah dan dapat dipengaruhi, dapat dibina dalam berbagai bidang kehidupan. Sikap negatif dapat dipengaruhi sehingga menjadi positif, yang tadinya tidak senang menjadi senang, yang semula antipati menjadi bersimpati, dan sebagainya. B. Komponen Pembentuk Sikap Berkaitan dengan komponen sikap, Walgito (2001) mengemukakan bahwa: Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen itu adalah komponen kognitif, afektif dan konatif dengan uraian sebagai berikut: 1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap. 2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif. 3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap Penjelasan di atas relevan dengan pendapat Robbins (2007) yang menyatakan bahwa sikap terbentuk dari tiga komponen (aspek) yaitu aspek evaluasi (komponen kognisi) dan perasaan yang kuat (komponen afektif) yang akan membimbing pada suatu tingkah laku (komponen kecenderungan untuk berbuat/konasi). Keyakinan bahwa diskriminasi salah merupakan sebuah pernyataan evaluatif. Opini semacam ini adalah komponen kognitif (cognitive component), yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap. Komponen afektif-nya (affective component). Perasaan adalah segmen emosional atau perasaan dari sebuah segmen emosional atau perasaan dari sebuah sikap, perasaan ini selanjutnya menimbulkan hasil akhir perilaku. Komponen perilaku (behavioral component) dari

sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Gambar yang ditampilkan berikut menunjukkan hubungan dari tiga komponen sikap. Contoh yang diberikan oleh Robbins ini menggambarkan bagaimana sikap negatif seorang karyawan terhadap pengawasnya.

Sumber : Komponen Sikap, Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat, hal. 94

Komponen Sikap Komponen kognitif : berisi ide-ide, anggapan-anggapan, pengetahuan keyakinan dari individu mengenai objek sikap. Komponen afektif : meliputi seluruh emosi/perasaan individu terhadap objek sikap (menyangkut perasaan menyenangkan/tidak, disukai atau tidak disukai) Komponen perilaku : merupakan predisposisi atau kesiapan individu untuk bertindak dalam menghadapi objek sikap (jika individu memiliki kognisi yang positif dan perasaan yang positif juga, maka individu mempunyai kecenderungan mendekati objek tersebut.

You might also like