You are on page 1of 23

Suku Minahasa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Untuk kawasan, lihat Minahasa.

Suku Minahasa

Jumlah populasi Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan Sulawesi Utara: 1 juta Bahasa Bahasa Minahasa, Bahasa Manado Agama Kristen Protestan (89%), Katolik Roma (10,5%), Islam (0,5%) Kelompok etnis terdekat Dayak, Toraja?.

Suku Minahasa adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Sulawesi Utara, Indonesia. Suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi Sulawesi Utara. Suku Minahasa terbagi atas beberapa subsuku:
1. Tontemboan 2. Tombulu

3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tonsea Toulour (Tondano) Tonsawang (Tombatu/Tondanow) Ponosakan Pasan (Ratahan) Bantik

Daftar isi
[sembunyikan]
y y y y y

1 Asal Nenek Moyang 2 Huruf 3 Galeri gambar 4 Lihat pula 5 Pranala luar

[sunting] Asal Nenek Moyang


Dari pendapat Tandean, seorang ahli bahasa dan huruf Tionghoa Kuno, 1997 datang meneliti di Watu Pinawetengan. Melalui tulisan Min Nan Tou yang terdapat di batu itu, ia mengungkapkan, tou Minahasa merupakan turunan Raja Ming dari tanah Mongolia yang datang berimigrasi ke Minahasa. Arti dari Min Nan Tou adalah orang turunan Raja Ming dari pulau itu. Berdasarkan pendapat para ahli diantaranya A.L.C Baekman dan M.B Van Der Jack yaitu berasal dari ras Mongolscheplooi yang sama dengan pertalian Jepang dan Mongol ialah memiki lipit Mongolia dan kesamaan Warna Kulit, yaitu Kuning Langsat. Persamaan dengan Mongol dalam sistem kepercayaan dapat dilihat pada agama asli Minahasa Shamanisme sama seperti Mongol. Dan juga dipimpin oleh Walian yang langsung dimasuki oleh opo. Agama Shamanisme ini memang dipegang teguh secara turun temurun oleh suku Mongol. Dapat dilihat juga di Kalimantan Dayak, dan Korea.

[sunting] Huruf
Tulisan Kuno Minahasa disebut Aksara Malesung terdapat di beberapa batu prasasti diantaranya di Watu Pinabetengan. Aksara Malesung merupakan tulisan Hieroglif, yang hingga kini masih sulit diterjemahkan.

[sunting] Galeri gambar

Rumah tradisional Minahasa di TMII

Kubur batu leluhur orang Minahasa pra-Kristen. Foto:KITLV (sebelum 1920)

Batu Pinawetengan

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minahasa Asal usul suku Minahasa


October 28, 2007 by Gracia

Asal Usul SUKU MINAHASA anak suku TONSEA Menurut fakta- fakta penyelidikan kebudayaan dunia dan benda- benda purbakala yang terdapat di Eropa, Afrika, Asia, Amerika, maka manusia diperkirakan mulai menyebar hingga ke pelosok di muka bumi sejak 35 ribu tahun lalu. Di tanah Minahasa sendiri kaum pendatang mempunyai ciri seperti: Kaum Kuritis yang berambut keriting, Kaum Lawangirung (berhidung pesek) Kaum Malesung/ Minahasa yang menurunkan suku-suku :Tonsea, Tombulu, Tompakewa, Tolour, Suku Bantenan (Pasan,Ratahan),Tonsawang, Suku Bantik masuk tanah minahasa sekitar tahun 1590 . Suku Minahasa atau Malesung mempunyai pertalian dengan suku bangsa Filipina dan Jepang, yang berakar pada bangsa Mongol didataran dekat Cina. Hal ini nyata tampak dalam bentuk fisik seperti mata, rambut, tulang paras, bentuk mata, dll. Dalam bahasa, Bahasa Minahasa termasuk rumpun bahasa Filipina Tetua- tetua Minahasa menurunkan sejarah kepada turunannya melalui cerita turun temurun (biasanya dilafalkan oleh Tonaas saat kegiatan upacara membersihkan daerah dari hal- hal yang tidak baik bagi masyarakat setempat saat memulai tahun yang baru dan dari hal kegiatan tersebut diketahui bahwa Opo Toar dan Opo Lumimuut adalah nenek moyang masyarakat Minahasa, meskipun banyak versi tentang riwayat kedua orang tersebut. Keluarga Toar Lumimuut sampai ketanah Minahasa dan berdiam disekitar gunung Wulur Mahatus, dan berpindah ke Watuniutakan (dekat Tompaso Baru sekarang dan dengan kehidupan pertanian yang sarat dengan usaha bersama dengan saudara sekeluarga/ taranak tampak dari berbagai versi tarian Maengket) Sampai pada suatu saat keluarga bertambah jumlahnya maka perlu diatur mengenai interaksi sosial didalam komunitas tersebut, yang melalui kebiasaan peraturan dalam keturunannya nantinya menjadi kebudayaan Minahasa. Demikian juga dengan isme atau kepercayaan akan sesuatu yang lebih berkuasa atas manusia sudah dijalankan diMinahasa sejak awal. Tingkatan atau status sosial diatur sbb : Golongan Makasiow (pengatur ibadah yang disebut Walian/ Tonaas) hingga saat ini istilah yang dipakai adalah 2 X 9 ( 9 orang tonaas yang menempati posisi antara Sang penguasa dengan Surga dan Bumi, Baik tidak Baik, dan semua hal tentang keseimbangan Golongan Makatelu pitu (pengatur/ pemerintah dengan gelar Patu an atau 3 X 7 Teterusan/ kepala desa dan pengawal desa disebut Waranei ( 7 orang pengatur/ pemerintah) Golongan Makasiow Telu 9 x 9 Seiring waktu, jumlah penduduk bertambah, tempat tinggal mulai padat dan lahan terbatas, maka keturunan Toarlumimuut berpencar tumani (membuka lahan baru)untuk kelangsungan taranak mereka serta Golongan Pasiyowan Telu (rakyat)

Sejak awal bangsa Minahasa tiada pernah terbentuk kerajaan atau mengangkat seorang raja sebagai kepala pemerintahan Kepala pemerintah adalah kepala keluarga yang gelarnya adalah Paedon Tu a atau Patu an yang sekarang kita kenal dengan sebutan Hukum Tua. Kata ini berasal dari Ukung Tua yang berarti Orang tua yang melindungi. Ukung artinya kungkung = lindung = jaga. Tua : dewasa dalam usia, berpikir, serta didalam mengambil Kehidupan demokrasi dan kerakyatan terjamin Ukung Tua tidak boleh memerintah rakyat dengan sewenang-wenang karena rakyat itu adalah anak-anak dan cucu-cucunya, keluarganya sendiri Sebelum membuka perkebunan, berunding dahulu dan setelah itu dilakukan harus dengan mapalus Didalam bekerja terdapat pengatur atau pengawas yang di Tonsea disebut Mopongkol atau Rumarantong, di Tolour disebut Sumesuweng. Di Minahasa tidak dikenal sistim perbudakan, sebagaimana lasimnya di daerah lain pada saman itu, seperti di kerajaan Bolaang,Sangir, Tobelo, Tidore dll. Hal ini membuat beberapa dari golongan Walian Makaruwa Siyow (eksekutif ingin diperlakukan sebagai raja. seperti raja Bolaang, raja Ternate, raja Sanger yang mereka dengar dan temui disaat barter bahan bahan keperluan rumah tangga. Setelah cara tersebut dicoba diterapkan dimasyarakat Minahasa oleh beberapa walian/hukum tua timbul perlawanan yang memicu terjadinya pemberontakan serentak di seluruh Minahasa oleh golongan rakyat /Pasiyowan Telu, Alasannya karena, bukanlah adat pemerintahan yang diturunkan Opo Toar Lumimuut, dimana kekuasaan dijalankan dengan sewenang-wenang. Akibat pemberontakkan itu, Tatanan kehidupan di Minahasa menjadi tidak menentu, peraturan tidak diindahkan Adat istiadat rusak, Perebutan tanah pertanian antar keluarga Hal ini membuat golongan makarua/makadua siow (tonaas) merasa perlu mengambil tindakan pencegahan dengan mengupayakan musyawarah raya yang dimotori oleh Tonaastonaas senior dari seluruh Minahasa di Watu Pinabetengan. Luas Minahasa pada jaman ini adalah dari pantai likupang, Bitung sampai ke muara sungai Ranoyapo ke gunung Soputan, gunung Kawatak dan sungai Rumbia Wilayah setelah sungai Ranoyapo dan Poigar, Tonsawang, Ratahan, Ponosakan adalah termasuk wilayah kerajaan Bolaang Mongondow, sampai kira-kira abad ke 14. Dalam musyawarah yang dihadiri oleh seluruh keturunan Toar Lumimuut, memilihTonaas Kopero dari Tompakewa sebagai ketua yang dibantu anggota Tonaas Muntuuntu dari Tombulu dan Tonaas Mandey dari Tonsea.mereka bertugas untuk konsolidasi ketiga golongan Minahasa tsb. Hasil-hasil musyawarah tsb, pada sebagian orang dikaitkan dengan nama tempat berlangsung musyawarah yang dikenal saat sekarang dengan Watu Pinawetengan ( batu tempat dimana mereka bersatu untuk kemudian membagi) bertujuan untuk mengembalikan adat yang diwariskan Toar Lumimuut. 9 pokok hasil musyawarah yaitu:

Kepala pemerintahan dipilih dari yang tua, jujur, berani, wibawa, kuat dan berani maju dalam segala hal, segala usaha harus dimusyawarahkan. Dewan tua-tua (Patuosan) yang mengawasi jalannya pemerintahan oleh Hukum Tua, Mempertahankan kebiasaan yang sudah baik. (Kenaramen memperketat wibawa orang tua kepada anak-anak perempuan dan laki-laki sama kedudukannya, Pesan tua-tua jangan diremehkan. Sejak saat itu pemerintahan di Minahasa dipegang oleh Rakyat (Pasiowan Telu) karena demokrasi mulai diterapkan Keputusan penting yang lain adalah membagai wilayah Minahasa menjadi 4 wilayah Tontewoh, Tombulu, Tompakewa, Tolour. Istilah Tontewoh diganti Tonsea pada tahun 1679 sedangkan istilah Tompakewa diganti Tontemboan pada tahun 1875. Setelah selesai musyawarah di Watu Pinabetengan, setiap anak suku Tanah Malesung/ Minahasa yaitu 4 anak suku yang merdeka dan dipimpin tonaas masing masing kembali dengan para walak( pemerintahan otonom) kumpulan beberapa desa/ wanua. Suku Tonsea dipimpin Tonaas Walalangi dan Tonaas Rogi berangkat menuju ke arah Timur Laut disebelah Timur Tenggari. Suku Tombulu ke Utara dipimpin Tonaas Walian Mapumpun, Tonaas Belung dan Tonaas Kekeman ke Majesu. Suku Tolour berangkat ke Timur ke Atep dipimpin Tonaas Singal. Suku Tontemboan berangkat ke Barat Laut menempati Kaiwasian sekitar Tombasian. Anak suku Tonsea dari Niaranan, suku Tonsea pindah ke Kembuan. Di daerah tersebut banyak tumbuh kayu sea yang digunakan sebagai obat. Itulah sebabnya mereka menyebut suku mereka Tou un sea atau Tonsea. Keluarga dari Kembuan sebagai berikut: Keluarga Tonaas Rurugala menempati daerah Walantakan Keluarga Tonaas Wenas menempati daerah Sinalahan. Keluarga Tonaas Roringtudus menempati daerah Tiwoho. Keluarga Tonaas Maramis menempati daerah Kinarepuan Keluarga Tonaas Roringwailan menempati daerah Kuhun. Keluarga Tonaas Sigarlaki dan Tonaas Maidangkai menempati daerah Maandon. Keluarga Tonaas Runtukahu, menempati daerah Kumelembuai. Keluarga Tonaas Kapongoan dan Tonaas Dotulung menempati daerah Kema.

Abad ke-15 Tonaas Dotulung, Tonaas Tidajoh, Tonaas Koagou menguasai daerah Dimembe. Salah satu hal yang menonjol di Tonsea adalah tetap adanya satu walak/ anak suku Tonsea. Tonsea tetap utuh satu dibawah Tonaas Dotulung yang kemudian namanya dirubah menjadi Dotulong.

http://sigarlaki.wordpress.com/2007/10/28/asal-usul-suku-minahasa/

PAKAIAN DAN FUNGSINYA Definisi pakaian adalah: segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Adapun pakaian yang dipakai setiap hari mempunyai dua fungsi besar yaitu pertama pakaian sebagai penutup tubuh dari gangguan cuaca, kedua pakaian untuk menunjukkan status sipemakai (status sosial). Pada fungsi kedua yaitu pakaian menunjukan status sosial juga dapat dikembangkan kepada dua bahagian besar yaitu pakaian Nasional dan pakaian Tradisional (atau pakaian daerah). Pakaian Nasional dapat diartikan sebagai pakaian yang mencirikan suatu Negara, sebagaimana pakaian Nasional Indonesia telah disepakati secara nasional untuk wanita adalah Kain batik dan kebaya, atau kain batik dengan baju kurung. Pakaian nasional wanita India adalah Sari. Sedangkan pakaian Tradisional adalah pakaian yang menunjukkan ciri dari satu daerah, dan pakaian ini biasanya dipakai pada upacara-upaca adat setempat. Di Indonesia pada saat ini terdapat 33 pasang bentuk pakaian tradisional, dan setiap pakaian daerah tersebut dapat lagi berkembang dengan berbagai bentuk sesuai dengan upacara adat yang dilaksanakan. Misalnya pakaian untuk upacara kelahiran, pernikahan dan kematian. Sebagaimana yang diuraikan di atas bahwa pakaian yang digunakan untuk adat istiadat dan ritual lainnya agak bertahan lama, tidak dapat diganti dengan mudah karena ia mempunyai fungsi dan makna lain iaitu tidak untuk utiliti saja. Pada peralatan seperti itu, ia mempunyai makna dan nilai estetik yang difahami oleh anggota budaya setempat. Keadaan demikian

masyarakat itu dapat di dalam semua masyarakat Nusantara termasuk masyarakat Minang. Masyarakat ini juga masih mengamalkan budaya tradisi nenek moyang mereka. Mengikut Yunus et.al (1997:257) bahwa kehidupan suatu suku di Indonesia sebahagian besar masih cenderung berpegang kepada budaya nenek moyang atau leluhurnya, meskipun terdapat juga sejumlah suku yang tidak lagi memakai warisan budaya leluhurnya, ataupun memakai sedikit saja. Ini menunjukkan budaya tradisi atau leluhur masih di warisi. Dalam bidang antropologi budaya, pakaian merupakan sebahagian dari unsur budaya benda yang berfungsi melengkapi keperluan hidup manusia. Mengikut Robert F.G (1970:4), budaya benda1 ialah, is the name given to the man-made physical products of human behavior patterns, including structures, clothing, other containes: the whole paraphernalia with man surrounds himself. Walaupun budaya benda lebih menampakkan bentuk visual (tampak) tetapi tetap berkaitan dengan masalah non-material. Melalui pendekatan antropologi-budaya kedua-dua unsur ini saling melengkapi inti budaya. Segala unsur budaya non-material yang meliputi masalah moral, adat istiadat, kepercayaan, undang-undang, eksperesi seni memerlukan peralatan yang berbentuk benda. Bentuk dan peralatan inilah yang perlu di ketahui simbol yang mempunyai makna dan fungsinya sebagai bahan budaya benda, sering juga bertindih lapis dalam berbagai-bagai sistem: wujud sebagai benda budaya, ekonomi ataupun teknologi. Dalam teknologi pembuatan, perkakas (tools) adalah alat, bahan buatan yang digunakan untuk mewujudkan dan mendukung pada penampilan dan status sosial sipemakai. Pakaian adalah salah satu benda budaya yang digunakan dalam kehidupan keseharian manusia, dicipatakan atau dibuat dari bahan tekstil, melalui proses atau teknik menjahit pakaian itu sendiri. Sebagai bahan peralatan seharian atau unsur benda budaya pakaian mempunyai dua fungsi, pertama pakaian sebagai mempermudah pergaulan (satatus sosial), kedua pakaian sebagai melindungi manusia dari cuaca sekitarnya (kesehatan). Lebih tepat lagi proses penciptaan atau pembuatan pakaian memerlukan keterampilan atau kemahiran yang melibatkan pengolahan bahan mentah, keterampilan dalam membentuk fungsi gunaan dan nilai estetis, unsur spiritual culture (istilah Antropologi) atau mental culture sebagai inti

daripada keseluruhan makna kebudayaan. Oleh itu pakaian tidak saja berfungsi untuk melindingi diri dari alam sekitar, tetapi juga membawa nilai kesopanan dan membawa nilai simbolis (spiritual culture).

http://senirupanusantara.blogspot.com/2009/10/hubungan-reka-bentuk-pakaian.html

PAKAIAN ADAT DAERAH DIWILAYAH PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA REM 141 PD VII WIRABUANA

PAKAIAN ADAT MINAHASA BUSANA WANITA MINAHASA. Pada mulanya disebut Karai Momo ada juga yang disebut wuyangpakaian pengantin wanita bagian atas disebut kebaya,dengan model lengan panjang dan lengannya sempit berwarna putih,dihiasi dengan sulaman sujiber bentuk bunga padi dan bunga kelapa dan pada dada sebelah kiri kebaya dilengkapi dengan kembang kaca piring dan bunga melati yang berbau harum.Pada bagian bawah berbentuk lipatan seperti ikan duyung dan agak melebar pada bagian bawah.
C

BUSANA PRIA MINAHASA. Terdiri atas dua potong bagian atas dan bagian bawah.Pakaian bagian atas disebut baniang,yaitu kemeja yang berlengan panjang memakai kerah ataupun tanpa kerah dan pada bagian bawah sebelah kiri dan kanan dan bagian atas sebelah kiri kemeja memakai saku.Pada bagian bawah dari lengan dan bagian depan kemeja dihiasi dengan sulaman tergantung dari keinginan pemakai.Motifnya padi,kelapa dan ular naga. Celana pada pengantin pria panjangnya sampai ketumit ,makin kebawah makin lebar.Berwarna hitam tidak dihias.Mempergunakan ikat pinggang dari kulit ular patola yang berbentuk mahkota pada bagian depannya.

PAKAIAN ADAT BOLAANG MONGONDOW BUSANA WANITA. Pakaiannya berupa salu semacam kebaya dan sarung berkotakkotak,tetapi ada pula yang menggunakan secara kombinasi. Baju salu tradisional yaitu kain yang panjangnya sama dengan 2 kali panjang baju,bagian depan dilipat namun saat ini baju salu bagian atas menggunakan kancing belakang.Kain sarung dilipat pada bagian depan. Pada bagian kepala dibuat sanggul/konde dengan perhiasan bulu burung, bunga, sunting dari emas atau perak,sehingga berbentuk rantai kembang. BUSANA PRIA. Pengantin laki-laki menggunakan kemeja model baju kurung dan celana bentuk piyama dengan warna warni mencolok.Tetapi ada juga yang menggunakan pakaian wanita maupun pria dengan warna yang sama tutup kepala menggunakan papodong, magilenso atau kopiah. Pada bagian pinggang menggunakan ikat pinggang,pending dan keris.

PAKAIAN ADAT SANGIHE TALAUD Pakaian adat suku bangsa Sangihe Talaud sejak dahuu menggunakan bahan serat kofo.Kofo atau fami manila adalah sejenis pohon pisang yang banyak tumbuh di daerah Sangihe talaud yang berikim tropis Seratnya diambil untuk menghasilkan benang kofo.Benang kofo ditenun dengan alat tenun yang disebut kahuwang.Pakaian adapt Sangihe Talaud disebut laku tepu.Laku artinya pakaian ,sedang tepu artinya agak sempit,maksudnya pakaian yang bagian lehernya agak sempit atau tidak terbuka. BUSANA WANITA. Laku tepu yang bentuknya memanjang dari leher sampai di betis ,merupakan baju terusan terbuat kain kofo.Pada bagian leher terdapat lipatan berbentuk segitiga atau huruf V,sebesar ukuran kepala agar mudah memakainya.

Kahiwu atau kain sarung.Kahiwu juga dibuat dari kain kofo,merupakan pelapis bagian dalam yang diikat dipinggang.Kahiwu mempunyai lipatan seperti kain(wiron)terletak agak kekiri disebut leiwade.Lipatan untuk rakyat biasa berjumlah 5 lipatan dan untuk bangsawan 7 atau 9 lipatan. Bandang.Bandang ialah selembar kain kofo yang berukuran panjang 1,5 meter dengan lebar kira-kira 5 sentimeter.Pemakaiannya diletakkan di bahu kanan dan ujungnya diikat pada pinggang sebelah kiri.Bandang digunakan oleh wanita biasa,sedangkan wanita keturunan bangsawan menggunakankaduku atau animating ,adalah selembar kain kofo dengan ukuran yang sama seperti bandang,hanya perbedaannya tergantung dari cara mengikat.Kaduka atau animating kegunaannya untuk memperindah Laku Tepu dan melambangkan derajat sosial masyarakat. Boto Pusige (konde) atau sanggul Pusige artinya ubun-ubun kepala.Boto Pusige artinya sanggul yang terletak pada ubun-ubun kepala wanita.Sanggul ini biasanya dibuat dari rambut wanita sendiri diatas kepala.Semakin tinggi Boto Pusige semakin indah. Untuk menjaga agar Boto Pusige tetap kuat digunakan Sasusu Boto (tusuk Konde) yang ditusukkan dari sebelah kanan sampai kiri. BUSANA PRIA. Pakaian laki-laki juga disebut Laku Tepu,perbedaannya bagian lehernya berbentuk setengah lingkaran,berlengan panjang dan panjang pakain sampai ketumit.Laku tepu yang panjang berfungsi menutupi tubuh,melambangkan keagungan masyarakat Sangihe Talaud. Paporong atau pengikat kepala menggunakan bahan dari kain kofo dengan ukuran 1 kali 1 meter.Paporong dibentuk segitiga sama sisi,alasnya dilipat tiga kali dengan lebar 3 sampai 5 sentimeter.Paporong diikat pada bagian kepala menutupidahi.Paporong untuk laki-laki disebut paporong lingkaheng dan untuk keturunan bangsawan disebut paporong Kawawantuge. Popehe(pengikat pinggang), bahan dari kofo ukuran 1,5 sentimeter panjang dan lebar 5 cm.Popehe diikat pada pinggang pengantin pria pada sebelah kiri dan ujungnya terurai kebawah.Fungsinya memperindah laku tepu sekalgus mengatur Laku Tepu apabila kepanjangan dapat diatur dengan menarik keatas.Popehe juga memiliki makna membangkitkan semangat dalam melaksanakan tugas ataupun mengatasi berbagai rintangan.

PAKAIAN ADAT GORONTALO BUSANA WANITA. Pakaian adat suku Gorontalo yang digunakan oleh pengantin wanita terdiri atas 2 bagian yaitu bagian bawah yang disebut Biliqu dan bagian atas yang disebut Paluwala. Biliqu berupa busana (Blus dan Rok panjang).Biliqu berasal dari kata Biluato artinya diabgkat,yang memperlihatkan Ayuwa Popoli yakni sifat dan pembawaan dilingkungan keluarga.Paluwala berasal dari kata piloluala yang berarti sumber. Atribut Biliqu dan Paluwala :

- Baya lo boute : Berupa ikat kepala yang memberikan symbol bahwa wanita telah didiikat dengan suatu tanggung jawab - Tuhi-tuh : Artinya galak yang terdiri atas 7 buah ,mengibaratkan pada 2 kerajaan Hulontalo dan limutu (Gorontalo dan Limboto ) dan 5 kesatuan kerajaan yaitu Tuwawa, Limutu, Hulontalo Bulonga dan Atingola. - Lai-lai : Bulu unggas yang diletakkan diatas ubun-ubun,dikiaskan pada kehalusan budi pekerti dimana seseorang harus memiliki budi pekerti yang luhur sebagaimana kehalusan dari bulubulu unggas - Buohu Wulu wawu dehu : Kalung bersusun,menggambarkan ikatan kekeluargaan - Kecubu (lotidu) : Hiasan di dada yang menggambarkan suatu sifat taqwa, segala cobaan diterima dengan senang dan iman yang kuat - Etango : Ikat pinggang ,ini memberi isyarat makan jangan terlalu kenyang - Pateda : Gelang tangan,menggambarkan tindakan disesuaikan dengan hokum - Pe-tu : Yang membalut ujung lengan baju,memberi arti tangan harus dimanfaatkan pada karya yang berguna - Luobu : Hiasan kuku menggambarkan kecekatan dan ketelitian dalam melaksanaka suatu pekerjaan - Tambio : Hiasan dibaju yang menggambarkan kekeluargaan luas yang penuh dengan kedamaian BUSANA PRIA - Laapia-bantali-sibii : Tudung makuta.Letaknya menjulang keatas dan terkulai kebelakang berbentuk bulu unggas. Maknanya sang pria walaupun kedudukannya tinggi harus berperangai halus dan lembut seperti bulu unggas. - Bako : Hiasan yang melilit pada leher baju dengan 2 tali terurai, pengertiannya sama dengan kalung bersusun pada wanita - Pasimeni : Hiasan dibaju yang menggambarkan kekeluargaan luas yang penuh dengan kedamaian

http://www.persitkckviiwrb.org/index.php?option=com_content&view=article&id=126:pakaian-adat-rem131&catid=61:tata-busana-daerah&Itemid=100

. PAKAIAN ADAT Di masa lalu busana sehari-hari wanita Minahasa terdiri dari baju sejenis kebaya, disebut wuyang (pakaian kulit kayu). Selain itu, mereka pun memakai blus atau gaun yang disebut pasalongan rinegetan, yang bahannya terbuat dari tenunan bentenan. Sedangkan kaum pria memakai baju karai, baju tanpa lengan dan bentuknya lurus, berwarna hitam terbuat dari ijuk. Selain baju karai, ada juga bentuk baju yang berlengan panjang, memakai krah dan saku disebut baju baniang. Celana yang dipakai masih sederhana, yaitu mulai dari bentuk celana pendek sampai celana panjang seperti bentuk celana piyama.

Pada perkembangan selanjutnya busana Minahasa mendapatkan pengaruh dari bangsa Eropa dan Cina. Busana wanita yang memperoleh pengaruh kebudayaan Spanyol terdiri dari baju kebaya lengan panjang dengan rok yang bervariasi. Sedangkan pengaruh Cina adalah kebaya warna putih dengan kain batik Cina dengan motif burung dan bunga- bungaan. Busana pria pengaruh Spanyol adalah baju lengan panjang (baniang) yang modelnya berubah menyerupai jas tutup dengan celana panjang. Bahan baju ini terbuat dari kain blacu warna putih. Pada busana pria pengaruh Cina tidak begitu tampak.

Baju Ikan Duyung


Pada upacara perkawinan, pengantin wanita mengenakan busana yang terdiri dari baju kebaya warna putih dan kain sarong bersulam warna putih dengan sulaman motif sisik ikan. Model busana pengantin wanita ini dinamakan baju ikan duyung. Selain sarong yang bermotifkan ikan duyung, terdapat juga sarong motif sarang burung, disebut model salimburung, sarong motif kaki seribu, disebut model kaki seribu dan sarong motif bunga, disebut laborci-laborci. Aksesori yang dipakai dalam busana pengantin wanita adalah sanggul atau bentuk konde, mahkota (kronci), kalung leher (kelana), kalung mutiara (simban), anting dan gelang. Aksesori tersebut mempunyai
28

berbagai variasi bentuk dan motif. Konde yang menggunakan 9 bunga Manduru putih disebut konde lumalundung, sedangkan Konde yang memakai 5 tangkai kembang goyang disebut konde pinkan. Motif Mahkota pun bermacam-macam, seperti motif biasa, bintang, sayap burung cendrawasih dan motif ekor burung cendrawasih. Pengantin pria memakai busana yang terdiri dari baju jas tertutup atau terbuka, celana panjang, selendang pinggang dan topi (porong). Busana pengantin baju jas tertutup ini, disebut busana tatutu. Potongan baju tatutu adalah berlengan panjang, tidak memiliki krah dan saku. Motif dalam busana ini adalah motif bunga padi, yang terdapat pada hiasan topi, leher baju, selendang pinggang dan kedua lengan baju.

Busana Pemuka Adat

Busana Tonaas Wangko adalah baju kemeja lengan panjang berkerah tinggi, potongan baju lurus, berkancing tanpa saku. Warna baju hitam dengan hiasan motif bunga padi pada leher baju, ujung lengan dan sepanjang ujung baju bagian depan yang terbelah. Semua motif berwarna kuning keemasan. Sebagai kelengkapan baju dipakai topi warna merah yang dihiasi motif bunga padi warna kuning keemasan pula. Busana Walian Wangko pria merupakan modifikasi bentuk dari baju Tonaas Wangko, hanya saja lebih panjang seperti jubah. Warna baju putih dengan hiasan corak bunga padi. Dilengkapi topi porong nimiles, yang dibuat dari lilitan dua buah kain berwarna merahhitam dan kuning-emas, perlambang penyatuan 2 unsur alam, yaitu langit dan bumi, dunia dan alam baka. Sedangkan Walian Wangko wanita, memakai baju kebaya panjang warna putih atau ungu, kain sarong batik warna gelap dan topi mahkota (kronci). Potongan baju tanpa kerah dan kancing. Dilengkapi selempang warna kuning atau merah, selop, kalung leher dan sanggul. Hiasan yang dipakai adalah motif bunga terompet. http://www.scribd.com/doc/22740881/KEBUDAYAAN-MINAHASA

Kain Bentenan, Harta Karun Nusantara


Posted by: Fani Tags: corak kain bentenan, featured, harga kain tenun bentenan, YAYASAN KAREMA Posted date: October 27, 2010 | 2 Comments | Share :

Terdengar sayup-sayup suara dari sebuah pondok kecil di daerah Minahasa, dan itu ternyata berasal dari para pengrajin tenun yang menyanyikan lagu Ruata, yaitu lagu yang maknanya meminta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa agar diberi hikmah dalam pembuatan kain bentenan. Setelah melakukan ritual ini mereka mulai menjalin setiap helaian benang untuk menghasilkan corak kain tradisional bentenan yang etnik dan khas. Selama ini orang hanya mengenal batik sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia, namun selain itu sebenarnya terdapat karya cipta budaya Indonesia yang juga memiliki nilai tinggi yaitu, kain Bentenan yang sudah ada sejak abad ketujuh, tetapi keberadaannya sempat menghilang selama 200 tahun lamanya. Kini kain tersebut diperkenalkan kembali oleh Yayasan Karema (salah satu yayasan yang memberikan perhatian khusus kepada budaya adat Sulawesi Utara). Melalui Yayasan ini, kain bentenan diproduksi kembali dengan metode tenunan dan teknik cetak.

Motif Kaiwoe Patola ATBM

Makna dan Nilai Kebudayaan Kain bentenan memiliki nilai budaya yang tinggi karena tersirat cerita yang mencerminkan budaya Minahasa di zaman dahulu. Sehingga dianggap sebagai kain sakral, dan itu dapat dilihat dari proses pembuatannya yang dimulai dengan melakukan doa khusus terlebih dulu kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Konon, kain bentenan digunakan untuk acara pernikahan dan juga digunakan oleh para prajurit di zaman dahulu untuk meningkatkan kekebalan tubuh saat berperang, namun seiring waktu berjalan, kain ini lebih banyak digunakan untuk acara pernikahan dan busana umum seperti seragam dan pakaian pesta. Sebenarnya kain asli tenun bentenan dianggap bernilai mistis bagi orang Minahasa dan hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja. Perkembangan Busana Minahasa Kain asal Minahasa ini berasal dari nama pelabuhan utama yang terletak di Pantai Timur Minahasa Selatan. Pada awalnya, kain ini terbuat dari tanaman seperti serat kulit kayu, nanas dan pisang. Kemudian di abad ke-15 kain bentenan makin berkembang dengan tenunan yang terbuat dari benang katun. Di abad ke-21, kain tradisional bentenan mulai di cetak dan dikombinasi dengan bahan chiffon, brocade dan tulle, seperti yang didesain oleh Defrico Audy untuk koleksi Yayasan Karema.

Yayasan KAREMA berpartisipasi di pameran baju tradisional Indonesia (Oktober 2010)

Apresiasi terhadap Etnisitas Bentenan Kain bentenan sangat berpotensi untuk menjadi busana modern yang elegan tanpa meninggalkan nilai budaya dan citra Minahasa. Corak yang dimiliki kain bentenan sungguh unik sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Dari 28 kain tenun bentenan asli, hanya empat kain yang berada di Indonesia, sisanya berada di berbagai museum di Amsterdam, Jerman, Dresden, Delfi dan Rotterdam. Hal ini membuktikan bahwa kain tenun bentenan sangat dihargai oleh bangsa Eropa.

Kain Bentenan Ungu

Strategi dan Pemasaran Yayasan Karema bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Sulawesi Utara untuk memperkenalkan kain bentenan kepada masyarakat. Awalnya kain ini digunakan sebagai seragam pegawai negeri dan seragam sekolah. Hal ini mendapat respon positif dari masyarakat, sehingga pemerintah mewajibkan berbagai lembaga di Sulawesi Utara untuk mengenakan busana dari kain bentenan setiap hari kamis. Yayasan Karema juga mensponsori berbagai acara, seperti menyediakan gaun dari kain bentenan untuk dipakai Nona Sulawesi Utara dan busana untuk kegiatan kerohanian. Umumnya kain tenun memiliki harga sangat mahal, dikarenakan proses pembuatan yang relatif lama dan juga motifnya begitu banyak, sehingga harga juga tidak bisa dijangkau oleh semua masyarakat. Agar dapat memenuhi permintaan semua kalangan masyarakat, harga kain tenun bentenan yang mahal disiasati dengan kain print cetak yang membuat harganya jauh lebih murah

serta motifnya dapat lebih bervariasi. Di Karema Gallery, kain tenun bentenan dijual dengan harga Rp 800 ribu sampai Rp 1.2 juta per dua meter, sedangkan kain print cetak berkisar Rp 65 ribu sampai Rp 100 ribu per meter.

Kain Bentenan Merah

Aplikasi Desain Motif Kain Bentenan Corak kain bentenan sangat bervariasi, ada yang bercorak garis-garis berwarna- warni, gambar motif manusia yang etnik, jala-jala dengan motif segi enam, bunga warna-warni dengan sulaman manik manik, motif Patola India. hingga tenunan polos dengan memakai benang putih. Desain motif dari kain bentenan ini dapat dijadikan rok kebaya, syal, kemeja, bahkan gaun modern. Selain itu kain Bentenan juga memiliki latar belakang ritual yang unik dan menjadi daya tarik tersendiri bagi budaya internasional, sehingga kain tersebut dapat diperkenalkan sebagai desain mode Indonesia yang original dan khas. Para desainer Indonesia dapat menggunakan kain bentenan sebagai salah satu alternatif desain mereka, sehingga kain tersebut dapat lebih dikenal di mancanegara. Melihat kreatifitas para leluhur, sepatutnya kita bangga akan setiap budaya dan produk dalam negeri. Fakta: 1. Kain bentenan ditemukan oleh Keluarga Markadi di Sonder dan mereka juga yang mendirikan yayasan Karema. 2. Keluarga Markadi mengembangkan kain tersebut melalui bantuan seorang guru tenun yang sangat berpengalaman dalam bidang ini. Karema Galery Jakarta : Jl. Biduri Blok I2 No.24 Permata Hijau, Jakarta Selatan. +62215482765 Manado : Jl. Achmad Yani No.8, Sario Manado +62431862193
http://www.sahutbaju.com/daily-news/kain-bentenan-harta-karun-nusantara/

Mengenal Bentenan; Kain Tenun Tradisonal Minahasa, Sulawesi Utara BENTENAN [SIZE="4"]Hallo agan-agan sekalian. Kali ini, ane akan membahas tentang kain tenun tradisional dari Sulawesi Utara; Bentenan. Cekidot gan.[/SIZE]
Spoiler for Sejarah Bentenan

Kain tenun Bentenan merupakan karya Suku Minahasa yang sekitar abad ke-7 membuat busana

dengan menggunakan bahan dari serat kulit kayu yang disebut fuya, diambil dari pohon lahendong dan pohon sawukouw, serta nenas serta pisang, disebut koffo dan serat bambu disebut wau. Sekitar abad ke-15, orang Minahasa mulai menenun dengan benang katun dan hasil tenunan inilah yang dinamakan Kain Tenun Bentenan. Dari Desa Bentenan yang terletak di Pantai Timur Minahasa Selatan (distrik Pasan, Ratahan, Ponosakan dan Tonsawang) inilah, kain tenun Bentenan pertama. Ditemukan dan terakhir ditenun di daerah Ratahan pada tahun 1900.

Spoiler for Pasolongan Rinetegan

Pada massanya, kain tenun Bentenan adalah salah satu kain yang sangat tinggi mutunya di dunia. Bukan saja karena teknik pembuatannya (bentuk kain lingkaran tanpa guntingan, sambungan kain dan menggunakan bel, lonceng kecil di sekeliling kain, sehingga disebut Pasolongan Rinegetan, namun juga karena di saat sebelum menenun dilaksanakan, ritual pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa dilantunkan.

Spoiler for Motif Bentenan

Kain Bentenan memiliki tujuh motif yaitu tonilama (tenun dari benang putih, tidak berwarna dan merupakan kain putih), sinoi (tenun dengan benang warna warni dan berbentuk garis-garis), pinatikan (tenun dengan garis-garis motif jala dan bentuk segi enam, merupakan yang pertama

ditenun di Minahasa. Juga tinompak kuda (tenun dengan aneka motif berulang), tononton mata (tenun dengan gambar manusia), kalwu patola (tenun dengan motif tenun Patola India) dan kokera (tenun dengan motif bunga warna-warni bersulam manik-manik). Kain Bentenan ini bisa dilihat di di Museum Nasional, Jakarta, Museum Tropenmuseum, Amsterdam, Museum voor Land-en Volkenkunde, Rotterdam, Museum fur Volkenkunde, Frankfurt-am-Main, Jerman, Ethnographical Museum, Dresden, dan Indonesisch Ethografisch Museum.

Spoiler for Bentenan; Fashion, uniform dan style

Pada Fashion Tendance 2008, salah satu perancang busana; Defrico Audy atau Audy biasa dia dipanggil, bekerja sama dengan Yayasan Karema (Yayasan Pelestarian Bentenan) mengangkat kain tenun Bentenan dari Minahasa menjadi gaun-gaun malam yang indah.

Bahkan KAREMA (salah satu yayasan pelestarian bentenan), meluncurkan produk fashion berbahan dasar bentenan

Selain itu, di Sulawesi Utara, untuk melestarikan bentenan, maka setiap PNS di Sulawesi Utara pada hari-hari tertentu diwajibkan memakai Bentenan. Dan beberapa waktu lalu juga

diterapkan pada beberapa sekolah.

Spoiler for SBY juga suka pakai Bentenan Gan !!!

Sinyo Harry Sarundajang (Tengah-Gubernur SULUT), bersama yayasan KAREMA

Nah kalau ini Presiden SBY ma Freddy Numberi waktu WOC

Demikianlah agan-agan sekalian. Jangan segan-segan berkomentar. Kalau bagus, bantu rate dong. Kalau dah ISO, jangan ragu-ragu kasih cendol. Terima kasih.
http://www.google.co.id/search?q=busana+adat+minahasa&hl=id&biw=1280&bih=696&prmd=ivns&tb m=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=iqU0Tr2AJtHymAWdrOzwCg&ved=0CCUQsAQ

You might also like