You are on page 1of 10

PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA MASA ORDE BARU

I.

Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Pemerintahan Orde Baru

Orde baru lahir sebagai upaya untuk :     Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia. Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa. A. Bidang Politik 1. Merintis stabilitas politik nasional (1996-1997) a. Pengukuhan Surat Perintah Sebelas Maret 1996 menjadi TAP MPRS No. IX/MPRS/1966 b. Pelaksanaan sidang MPRS tanggal 5 Juli 1966 yang menghasilkan TAP MPRS No. XI/MPRS/1966 tentang Pemilu c. Keluarnya TAP MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang pambentukan Kabinet Ampera d. TAP MPRS No. XII/MPRS/1968 tentang pemberian otonomi luas kepada daerah e. Keluarnya TAP MPRS tentang Kepartaian, Keormasan, dan Kekaryaan f. Keluarnya Resolusi MPRS No. III/MPRS/1966 tentang penerapan sistem pendidikan Pancasila g. Peninjauan kembali oleh MPRS terhadap ketetapan-ketetapan MPRS sebelum tahun 1965. 2. Melaksanakan Konsolidasi (sejak tahun1968) Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Menghadapi pemilu tanggal 23 Mei 1970, telah ditetapkan organisasi organisasi yang dapat mengikuti pemilu. Ada 9 partai politik yang berhak mengikuti pemilu, yaitu : 1. IPKI 2. Perkindo 3. Parmusi 4. Partai Khatolik 5. Murba 6. NU 7. PNI 8. PI. Perti 9. PSII

Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu : 1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam) 2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis). 3. Golongan Karya (Golkar)

4. Menata Hubungan Luar Negeri 5. Masuknya Kembali Indonesia Menjadi Anggota PBB 6. Membekukan Hubungan Diplomatik dengan Republik Rakyak Cina (RRC) 7. Penghentian Politik Konfrontasi dengan Malaysia 8. Berperan dalam pembentukan ASEAN 9. Pemulihan hubungan dengan Singapura

B. Bidang Ekonomi,Sosial dan Budaya




Membentuk pola dasar pembangunan nasional yang dilaksanakan dengan bertumpu pada Trilogi Pembangunan

Pemerintah menyusun pola umum pembangunan jangka waktu meliputi ku 25-30 tahun. Setiap tahap berjangka waktu lima tahun. Sesuai jangka waktu itu, maka setiap tahap disebut Pembangunan Lima Tahun atau Pelita 1. Pelita I Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru. Tujuan : untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bag pembangunan dalam tahap berikutnya. Sasaran : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Titik Berat : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan mengejar keterbelakangan ekonomi melalui bidang pertanian, sebab mayoritas penduduk Indonesia hasil pertanian 2. Pelita II Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%. 3. Pelita III Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu: perumahan

tujuan untuk proses pembaharuan hidup dari

1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan. 2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. 3. Pemerataan pembagian pendapatan 4. Pemerataan kesempatan kerja 5. Pemerataan kesempatan berusaha 6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi gen erasi muda dan kaum perempuan 7. Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air 8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. 4. Pelita IV Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan. 5. Pelita V Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya. 6. Pelita VI Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya Sektor . ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh. 2. Indonesia memiliki ekonomi berbasis pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting dan dominan 3. Besarnya proyek-proyek pembangunan ng dibiayai melalui bantuan asing, seperti : IMF, World Bank, CGI, IDA, dan ADB

B. Dampak Kuatnya Peran Negara Masa Pemerintahan Orde Baru 1. Dimensi Politik a) Dampak Positif : 1. Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekusaan lembaga kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran negara dalam masyarakat. 2. Situasi keamanan pada masa Orde Baru relatif aman dan terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap yang dian ggap bertentangan dengan Pancasila. 3. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol. b) Dampak Negatif 1. Orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralistis 2. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan 3. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 partai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai negara demokrasi. 4. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilhan presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih. 5. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya. 6. Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN. 7. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri 8. Hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerintah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat. 2. Dimensi Ekonomi, Sosial dan Budaya Dampak Positif : 1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat terlihat secara konkrit. 2. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras). 3. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.

4. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan meningkat.

dasar yang

semakin

Dampak Negatif : 1. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam 2. Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam. 3. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial) 4. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) 5. Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata. 6. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. 7. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh. 8. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilahh yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997.

II.

Proses Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk Indonesia A. Dinamika Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Sejak berkuasanya orde baru, pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang pembatasan jumlah kelahiran melalui program keluarga Berencana (KB). Tujuan utama adalah mengatur jumlah penduduk dan kualitasnya, sehingga kemakmuran meningkat. Untuk itu, KB yang dilakukan adalah fertility control, yaitu pengendalian kesuburan melalui beberapa tahapan tertentu. Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi tingkat kematian. Sejak program KB dilaksanakan, telah terjadi penurunan laju pertumbuhan penduduk yang terutama disebabkan oleh penurunan tingkat kelahiran. Penurunan laju pertumbugan ini juga diikuti dengan peningkatan kualitas sumber Daya manusia yang antara lain tercermin dari meningkatnya derajat kesehatan dan gizi serta pendidikan masyarakat. Hal ini ditandai dari : Usia harapan hidup meningkat Angka kematian bayi menurun Angka buta huruf pada penduduk dewasa menurun Akan tetapi masalah SDM yang dihadapi bangIndonesia adalah beban hidup jumlah beban penduduk yan besar. Julah penduduk indonesia menempati urutan ke empat didunia seteh China, India dan AS. Apabila dibandingkan dengan negara di ASEAN, kualitas SDM di indonesia masih sangat tertinggal. Terlihat dari rendahnya peringkat Indeks Pembangunan Manusia yang mencangkup angka harapan hidup, angka melek hidup, angka pertisipasi murid sekolah, dan pengeluaran per kapita.

B. Mobilitas Penduduk Indonesia


Masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang berkaitan masalah mobilitas dan persebaran penduduk. Jumlah penduduk yang semakin besar mengakibatkan kepa datan penduduk yang terus meningkat, yang justru terjadi di tempat yang telah padat penduduknya, terutama puau Jawa. Dan daerah perkotaan. Tidak meratanya persebaran penduduk dan kurang terarahnya mobilitas penduduk terkait erat dengan ketidakseimbangan persebaran sumber daya dan hasil pembangunan. Terkit dengan masalah ini, salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan melaksanakan program trasmigrasi. Tujuan resmi program ini adalah untuk mengurangi kemiskinan dan kepadatan penduduk di pulau Jawa memberikan kesempatan bagi orang yang mau bekerja, dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya di pulau -pulau lain seperti Papua, Kalimantan, Sumatra, dan Suawesi. Dasar hukum yang digunakan untuk program ini adalah Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (sebelumnya UU Nomor 3 Tahun 1972)dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi (Sebelumnya PP Nomor 42 Tahun 1973), ditambah beberapa Keppes dan Inpres pendukung. Transmigrasi menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1972 berhubugan dengan : Pemindahan atau perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain yang masih wilayah indonesia. Perpindahan penduduk ke daerah transmigrasi yang dilakuka secara s karela dan u diatur oleh pemerintah.

III.

Proses Perkembangan Masyarakat Intelektual Indonesia Proses Perkembangan Masyarakat Intelektual Indonesia
Perkembangan intelektual (golongan masyarakat terpelajar) di Indonesia mengalami pasang surut. Masa pencerahan intelektual baru terjadi pada awal abad ke-20 di Indonesia. Ditandai dengan: 1. Munculnya organisasi-organisasi pergerakan nasional 2. Perkembangan IPTEK 3. Munculnya Revolusi Industri perhimpunan Indonesia dan diteruskan dengan bangkitnya kelompok pelajar dari seluruh Indonesia yang berani menggagas dan mendeklarasikan satu Indonesia dalam satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air (sumpah pemuda 28 Oktober 1928)

Tokoh Pada Periode Proses Perkembangan Masyarakat Intelektual


Cipto Mangunkusumo Suwardi Suryaningrat (KH Dewantara) M. Yamin Soekarno Hatta

IV.

Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisasi di Indonesia A. Pengertian Revolusi Hijau


Revolusi hijau dapat diartikan sebagai berikut :  Revolusi Hijau merupakan perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern. Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan suatu revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai varietas, gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan tingginya hasil panen komoditas tersebut. Perubahan dramatis dalam produksi pertanian yang dimulai pada tahun 1960an dengan dikembangkannya biji padi dan gandum unggul yang dapat memberi hasil panen yang berlipat ganda dan penerapan air serta pupuk dalam jumlah besar.

B. Sejarah Revolusi Hijau Dunia




Revolusi hijau tahap pertama


Kesuksesan awal revolusi hijau telah menjadikan produksi pangan berlipat ganda di hampir semua negara Asia dan Afrika pada akhir tahun 1960an. Tetap antara tahun 1970-1980, i besarnya biaya dan tenaga untuk memproduksi pupuk dan teknik pemompaan air telah mengakibatkan produksi pangan berkurang kembali. Kemudian terjadi bencana kekeringan di negara-negara asia dan afrika yang mengakibatkan produksi pertanian semakin berkurang.

Revolusi hijau tahap kedua


Akibat kegagalan dalam revolusi hijau tahap pertama, para ilmuwan seluruh dunia berusaha menyelenggarakan Revolusi tahap kedua, yaitu pengembangan jenis biji-bijian baru yang bisa dipanen dua kali setahun, serta berusaha menemukan jenis rumput-rumputan serta tanaman lain yang dapat ditanam secara tumpang sari dengan padi dan gandum.

V. Respon masyarakat Indonesia terhadap Perubahan Dunia Ke arah Globalisasi di Bidang Teknologi A. Makna dan Dinamika Globalisasi Globalisasi pertama kali diperkenalkan oleh Theodore Levitt pada tahun 1985. Levitt pada waktu itu mencermti adanya perubahan yang cepat dalam dimensi ekonomi dan keuangan, terutama yang berkaitan dengan sektor produksi, konsumsi dan investasi. Apa yang dikemukan Theodore Levitt, sebenarnya hanya salah satu dimensi saja dari makna globalisasi. Karena secara lebih luas globalisasi juga mencakup aspek-aspek lain kehidupan manusia selain ekonomi, yaitu budaya, politik, sosial, dan teknologi. Khusus bidang teknologi, terutama teknologi informasi, adalah yang paling pesat perkembangannya. Globalisasi membawa manusia pada suatu dunia tanpa batas Karena itu, wajar jika pemerintah negara-negara Asia, negara yang dianggap kurang maju, kini mulai secara resmi mendukung perkembangan TI setelah sekian lama diam-kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan perkembangan teknologi yang demikian cepat ini.

Bagi Asia, yang saat ini sedang bekerja keras mengejar ketinggalan dari negara-negara maju dan pada saat yang sama mengalami perubahan sosial politik, keberadaan internet khususnya merupakan masalah yang pelik. Lebih buruk lagi, krisis ekonomi yang dialami Asia pada akhir tahun 90an menunda perkembangan TI di saat AS dan negara -negara Eropa sedang berkembang pesat dalam penggunaan teknologi itu.

B. Respon Masyarakat Atas Globalisasi Teknologi Respon Positif


Masyarakat atas globalisasi teknologi ditunjukkan dalam bentuk pemanfaatan dan pengembangan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Baik pemerintah, dunia bisnis maupun individu-individu telah memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi dunia. Pertemuan Asian Regional Conference of the Global Information Infrastructure Commission (GIIC) di Manila pada bulan Juli 2000 menghasilkan rencana untuk membangun jaringan komunikasi, menyediakan perangkat pengakses informasi dari internet untuk masyarakat, menyusun framework penggunaan TI, membangun jaringan online -pemerintah, serta mengembangkan pendidikan untuk meningkatkan daya saing Asia. Menurut Tabloid Kontan On-line tanggal 9 Oktober 2000 yang mengutip IDC (Information Data Corporation), dana yang sudah dibelanjakan untuk kepentingan TI di Indonesia cukup besar. Tahun 2000 ini diperkirakan US$ 772,9 juta, naik dari US$ 638,4 juta tahun lalu. Jumlah ini belum termasuk investasi dotcom yang sempat bergairah dalam dua tahun terakhir.

Respon Negatif
Perkembangan teknologi informasi di Indonesia pernah menimbulkan dilema bagi pemerintah. Di jaman Orde Baru berkuasa dulu, TI disikapi dengan penuh kebingungan, seperti misalnya dalam kasus penggerebekan salah satu Internet Service Provider (ISP) di Jakarta saat Kudatuli (kerusuhan dua puluh tujuh juli) yang menghebohkan itu. Kasus ini layaknya menghadapkan kemajuan TI dengan alat perang dan kekuasaan. Dan seperti biasanya, senjata lebih berkuasa daripada teknologi. Namun, kekuatan TI yang ditekan itu kemudian tampil jumawa dalam episode jatuhnya Orde Baru. Konon, dipercaya bahwa gerakan mahasiswa dan bantuan logistiknya dikoordinasikan dengan memanfaatkan kecanggihan TI ini. Bahkan, komunikasi militer pun disadap dan semua sandi militer diterjemahkan oleh para aktivis dan dibagikan lewat pager, telepon gengam dan email pada para koordinator lapangan untuk mengantisipasi blokade militer yang menyapu Jakarta dan kota-kota lainnya saat itu, 1998 dan 1999. TI, secara langsung atau tidak, berkontribusi atas terjadinya suatu perubahan sosial yang bermakna di Indonesia yaitu jatuhnya rejim militeristik yang sudah berkuasa 32 tahun lamanya. Sikap pemerintah orde baru yang cenderung curiga dan khawatir ini disebabkan pemerintah khawatir hal itu akan dimanfaatkan bagi pihak-pihak tertentu dalam negara untuk bersikap kritir terhadap setiap kebijakan pemerintahan. Tapi, entah dimana salahnya, pemerintah baru yang terpilih secara relatif demokratis pasca rejim Orde Baru ini juga gagap menanggapi kemajuan TI. Keputusan Presiden (Kepres) No. 96 tahun 2000 yang garis besarnya berisi larangan masuknya investor asing di bidan g industri multimedia di Indonesia, menunjukkan dengan jelas kebingungan pemerintah dalam merespon perkembangan bisnis multimedia, yang tentu ada dalam mainstream TI.

Dengan Kepres itu, tersirat inferioritas yang luar biasa dalam diri pemerintah. Pemerintah beranggapan bahwa proteksi itu diberikan dengan asumsi tidak mungkin pemain pemain lokal mampu bersaing dengan investor asing dalam dunia TI. Padahal, justru banyak pemain lokal yang berteriak dan menentang kepres ini. Satu -satunya pemain lokal yang terlihat paling getol mendukung dikeluarkannya keppres tersebut hanyalah PT. Telkom. Kebingungan ini juga terlihat jelas dalam perumusan UU Telekomunikasi beserta PP yang menyertainya. Dalam PP No. 52 tahun 2000 misalnya, apabila seseorang ingin mendirikan warung internet, untuk mengurus ijin pendirian warnet, harus meminta ijin yang ditandatangani oleh menteri. Jelas bahwa kebijakan pemerintah saat ini menimbulkan semakin banyak masalah yang timbul dalam pengembangan TI.

You might also like