Professional Documents
Culture Documents
PENILAIAN KELAS
Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 Penilaian Kelas, - Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003 iv, 64 hal. ISBN
KATA PENGANTAR
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Dalam pada itu, kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek substantif yang mendukungnya, yakni kurikulum. Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas telah menyiapkan seperangkat kurikulum yang disebut dengan Kurikulum 2004. Sebelum kurikulum ini diberlakukan secara nasional telah dilakukan rintisan pelaksanaan (pilot mini) di beberapa sekolah kemudian dilanjutkan dengan perluasan rintisan pelaksanaan di sejumlah sekolah yang lebih banyak. Rintisan dan perluasan rintisan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan tentang kekuatan dan kelemahan perangkat yang telah disusun sebagai bahan penyempurnaan. Perangkat kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar, Standar Kompetensi Bahan Kajian, dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Perangkat Kurikulum 2004 juga didukung oleh perangkat layanan profesional yang terdiri atas (1) Pemahaman terhadap Kurikulum 2004, (2) Model Sistem Penyampaian Kurikulum, (3) Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif, (4) Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah, (5) Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus.
Dr. H. Siskandar, MA
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang .................................................................. B. Orientasi Penilaian Kelas ................................................. C. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas ........................................ D. Peranan Penilaian Kelas ................................................... 5 5 6 8 9 11 11 11 12 16 16 18 19
BAB II. KONSEP PENILAIAN KELAS ................................................ A. Pengertian Penilaian Kelas ............................................... B. Pengertian Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes ....... C. Hubungan antara Penilaian Kelas dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi ........................................................ BAB III. PELAKSANAAN PENILAIAN KELAS .................................... A. Penilaian Eksternal dan Internal ...................................... B. Persyaratan Pelaksanaan Penilaian Kelas ......................... C. Penilaian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran .................... BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGELOLAAN INFORMASI HASIL BELAJAR ................................................................................ A. Pendekatan Penilaian ....................................................... B. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar ............................ C. Pengumpulan Informasi Hasil Belajar .............................. 1. Pengumpulan Informasi ............................................. 2. Cara Pengumpulan Informasi ................................... 3. Bentuk Tagihan ............................................................ 4. Contoh Cara Penilaian .............................................. BAB V. PENCAPAIAN KOMPETENSI DAN PELAPORAN ................ A. Pencapaian Kompetensi ................................................... B. Laporan sebagai Akuntabilitas Publik .............................. C. Bentuk Laporan ...............................................................
22 22 27 34 34 36 48 49 55 55 56 57
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyempurnaan kurikulum adalah salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola kegiatan pembelajaran, dari yang berpusat pada guru kepada yang berpusat pada siswa, serta orientasi penilaian dari yang berorientasi diskriminasi siswa kepada yang berorientasi diferensiasi siswa. Keseluruhan perubahan itu akan menentukan hasil pendidikan. Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah, terutama yang berkaitan dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian tersebut mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang mampu menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa. Hasil evaluasi pelaksanaan Kurikulum 1994 menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan di kelas kurang mampu memperlihatkan tuntutan hasil belajar siswa, yaitu: a. mengungkapkan pemahamannya dengan kalimat sendiri secara lisan dan tertulis; b. mengekspresi gagasan, khususnya dalam bentuk gambar, grafik, diagram, atau simbol lainnya; c. mengembangkan keterampilan fungsional sebagai hasil interaksi dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya; d. menggunakan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) sebagai sumber dan media belajar;
5
Penilaian Kelas
e. membuat laporan penelitian dan membuat sinopsis; dan f. mengembangkan kemampuan bereksporasi dan mengaktualisasi diri. Di samping itu, penilaian dilakukan tidak hanya untuk mengungkapkan hasil belajar ranah kognitif, tetapi juga diharapkan mampu mengungkapkan hasil belajar siswa dalam lingkup ranah afektif dan psikomotor. Diharapkan penilaian kelas mampu mengatasi permasalahan penilaian yang ada sehingga hasil belajar siswa dapat dinilai sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Pendahuluan
informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan dan memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Prestasi belajar siswa terutama tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok, tetapi dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya; dengan demikian siswa tidak didiskriminasi (lulus atau tidak lulus, pintar atau bodoh (masuk ranking berapa), tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan. Pengumpulan informasi dilakukan dengan berbagai cara agar gambaran kemampuan siswa dapat lebih lengkap terdeteksi atau terungkap. Siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi lebih dituntut mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri. Pengumpulan informasi menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan, berdasarkan fakta dan bukti yang memadai. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses). Hasil kerja atau karya siswa yang berbentuk 2 dimensi yang dapat dikumpulkan dalam portofolio dan yang berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui PBM. Karya tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan lomba antar sekolah, bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan demikian, penilaian kelas mengurangi dikhotomi antara PBM dan kegiatan penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas guru dengan para siswa sebelum karya itu dikerjakan; dengan demikian siswa mengetahui patokan penilaian yang akan digunakan atau secara tidak langsung terdorong agar berusaha mencapai harapan (expectations) (standar yang dituntut) guru.
Penilaian Kelas
Y : Reading Comprehension
Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan adalah X, penilaian ini valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X, dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B, penilaian ini tidak valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X, dalam kenyataan yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian ini tidak valid. 2. Reliabilitas Penilaian yang reliable (terpercaya) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misalnya, guru menilai kompetensi siswa dalam melakukan eksperimen kimia dalam laboratorium. Tiga puluh siswa melakukan eksperimen dan masing-masing menulis laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf penguasaan 30 siswa itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya ternyata sama. Kondisi yang sama misalnya: Tidak ada siswa yang sakit Penerangan/pencahayaan dalam laboratorium sama
Pendahuluan
Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3 siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan ternyata hasilnya berbeda. 3. Terfokus pada kompetensi Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). 4. Keseluruhan Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan siswa, sehingga tergambar profil kemampuan siswa. 5. Objektivitas Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor). 6. Mendidik Penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya.
Penilaian Kelas
1. Sebagai grading, penilaian berperan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan siswa lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan siswa dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment). 2. Sebagai alat seleksi, penilaian berperan untuk memisahkan antara siswa yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Siswa yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu. 3. Peranan penilaian untuk menggambarkan sejauh mana seorang siswa telah menguasai kompetensi. 4. Sebagai bimbingan, penilaian berperan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan. 5. Sebagai alat diagnosis, penilaian berperan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami siswa dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan. 6. Sebagai alat prediksi, penilaian berperan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja siswa pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik. Dari keenam peranan penilaian tersebut, peranan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian kelas. Sesuai dengan peranan tersebut, penilaian kelas menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Jadi, peran penilaian kelas adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai siswa.
10
11
Penilaian Kelas
pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Penilaian kelas merupakan penilaian yang dilakukan guru baik yang mencakup aktivitas penilaian untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun aktivitas pengukuran untuk mendapatkan nilai kuantitatif (angka). Perlu diingat bahwa penilaian kelas dilakukan terutama untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang dapat digunakan sebagai diagnosis dan masukan dalam membimbing siswa dan untuk menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan guru dalam rangka meningkatkan pencapaian kompetensi siswa.
12
Kurikulum berbasis materi Alat, bahan, dan sumber belajar Kegiatan belajar -
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) Outcome (hasil/ belajar yang berdampak) dan indikator penilaian
Dari segi input proses belajar-mengajar (PBM), alat, bahan, dan sumber belajar dicantumkan dalam dokumen kurikulum berbasis materi (secara eksplisit dicantumkan dalam Kurikulum 1975 dan 1984 dan secara implisit dalam Kurikulum 1994). Hal ini tidak dicantumkan dalam dokumen KBK. Dari segi proses, daftar kegiatan belajar dicantumkan dalam Kurikulum 1984 dan 1994. Dalam KBK, kegiatan belajar ini tidak dicantumkan. Dari segi output, hasil belajar yang diharapkan tidak dicantumkan dalam Kurikulum 1975, 1984, dan 1994. Dalam KBK yang dicantumkan hanyalah output berupa outcome atau hasil belajar yang berdampak. Hafalan yang tidak relevan, pengetahuan yang sederhana, dan pemahaman tingkatan rendah merupakan hasil belajar, tetapi bukan hasil belajar yang berdampak. Yang dimaksudkan adalah dampak terhadap kegiatan belajar selanjutnya pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain, kegiatan belajar pada jenjang pendidikan lebih tinggi, atau terhadap aktivitas dalam dunia kerja dan dalam kehidupan di masyarakat. Contoh hasil belajar yang berdampak adalah: membaca peta membuat peta menulis puisi menulis karangan menyusun naskah drama menghitung mengukur
13
Penilaian Kelas
mengendalikan variabel melakukan eksperimen menabung membuat model menggambar rancang bangun menyelesaikan konflik membuat tabel, grafik, diagram menafsirkan tabel, grafik, diagram
Rumusan hasil belajar yang berdampak sebaiknya dapat ditunjukkan atau didemonstrasikan siswa (demonstrable), dapat diamati (observable), dan spesifik (khusus). Dalam KBK hasil belajar yang berdampak dirumuskan pada tingkat yang paling umum sampai dengan tingkat yang paling khusus, mulai dari rumusan kompetensi tamatan, kompetensi lintas kurikulum, standar kompetensi rumpun bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran sampai dengan rumusan kompetensi dasar atau hasil belajarnya. Selain itu, dalam KBK dicantumkan indikator penilaian atau indikator pencapaian hasil belajar siswa. Indikator merupakan penunjuk sampel hasil belajar siswa atau pencapaian kompetensi dasar. Indikator tersebut dapat membantu guru dalam merancang penilaian. Dengan demikian, dalam KBK hanya dicantumkan outcome (hasil belajar yang berdampak) dan indikator penilaian. Apa pun input yang akan digunakan guru dan apa pun proses yang hendak dilakukan guru, yang penting kurikulum telah menetapkan standar atau hasil belajar yang berdampak yang dituntut secara nasional. Karena itu, di lapangan hendaknya disusun silabus sebagai jembatan antara tuntutan kurikulum dan proses belajar-mengajar (PBM). Adapun unsur-unsur penting yang seyogianya dicantumkan dalam silabus adalah: Alat, bahan, dan sumber belajar Pengalaman/kegiatan belajar Penilaian: alat penilaian (jika perlu)
14
Penilaian tersebut terutama disusun berdasarkan indikator yang tercantum dalam kurikulum. Jika silabus per mata pelajaran telah disusun, guru dapat menggunakan silabus tersebut untuk merencanakan dan melaksanakan penilaian kelas.
15
16
berhak melanjutkan pendidikannya dan mengikuti seleksi masuk di sekolah mana pun di Indonesia. Siswa yang memperoleh sertifikat tingkat nasional bisa juga menggunakan sertifikat tersebut untuk keperluan yang berkaitan dengan jenjang pendidikan di tingkat nasional dan dunia kerja. Pada tingkat SD dapat diterapkan tes terstandar, misalnya untuk Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, dan Pengetahuan Sosial. c. Penilaian lokal Penilaian stingkat lokal adalah penilaian yang diterapkan dinas pendidikan provinsi atau kabupaten/kota atau lembaga swasta yang ditunjuk oleh Dewan Pendidikan. Penilaian lokal dapat dilakukan secara terbatas pada sekolah-sekolah sampel, misalnya untuk mendapatkan gambaran kemampuan baca-tulis-hitung siswa SD kelas II, gambaran kemampuan Matematika siswa SMP kelas II, atau gambaran kemampuan Biologi siswa kelas I SMA, pada suatu provinsi atau kabupaten/kota. Hasil penilaian lokal dapat digunakan untuk menentukan kebijakan peningkatan mutu pendidikan pada tingkat provinsi atau kabupaten/kota. 2. Penilaian Internal Penilaian internal adalah penilaian terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru atas nama sekolah untuk menilai kompetensi siswa pada tingkat tertentu. Penilaian dilakukan pada saat dan akhir pembelajaran. Keuntungan penilaian yang dilakukan pada saat proses dan akhir masing-masing kompetensi adalah penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi yang dituju, dengan menggunakan berbagai alternatif cara penilaian , yaitu portofolio, produk, kinerja, dan tes tertulis. Sedangkan penilaian kompetensi yang lebih menekankan pada hasil belajar melalui cara penilaian tertulis pilihan ganda sebaiknya dikurangi. Pilihan ganda hanya cocok digunakan untuk menilai pengetahuan dan pemahaman tingkat rendah dalam ruang lingkup materi yang cukup luas. Pilihan ganda cenderung tidak mampu menilai kemampuan aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi dalam ranah kognitif.
17
Penilaian Kelas
18
19
Penilaian Kelas
acuan menilai hasil belajar. Karena pada umumnya hasil belajar cenderung luas, tidak semua aspek atau dimensi hasil belajar dinilai. Yang dinilai hanyalah sampel hasil belajar yang menggambarkan seluruh hasil belajar. Sebagai analogi dapat disajikan ilustrasi berikut ini. Seorang pembeli hendak menilai kacang tanah yang berada dalam satu keranjang. Jika ia menilai kacang tanah satu per satu, dibutuhkan waktu terlalu lama. Untuk menghemat waktu, ia memilih sampel kacang tanah secara acak. Karena dalam keranjang itu ada kacang tanah satu polong, dua polong, dan tiga polong, secara acak ia hanya memilih dan menilai 15 kacang tanah, yang masing-masing terdiri dari 5 kacang tanah 1 polong, 5 kacang tanah 2 polong, dan 5 kacang tanah 3 polong. Dengan hanya menilai 15 kacang tanah, ia dapat memperoleh gambaran kualitas semua kacang tanah dalam keranjang tersebut. Dengan kata lain, jika misalnya hasil belajar terdiri dari kumpulan A, B, dan C, tidak perlu semua A, B, dan C dinilai. Yang dinilai hanyalah indikator kumpulan A, B, dan C tersebut. Sebagai indikator dipilih hanya sampel misalnya satu A, satu B, dan satu C. Dengan menilai hanya tiga percontoh, dapat diperoleh gambaran hasil/penilaian seluruh kumpulan A, B, dan C tersebut. Uraian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
A B A C A C B C B A B C
Indikator Gambar ini menunjukkan bahwa hasil belajar lebih luas dari indikator. Seluruh hasil belajar terdiri dari 4 A, 4B, dan 4C, sedangkan indikator hanya terdiri dari 1A, 1B, dan 1C. Misalnya, satu hasil belajar disertai tiga indikator dalam kurikulum. Implikasinya dalam proses belajar-mengajar adalah guru harus menciptakan lebih dari tiga kegiatan belajar, misalnya 5 atau 6 kegiatan belajar, sehingga siswa mencapai hasil belajar yang dituntut dalam kurikulum. Guru hendaknya tidak hanya mengembangkan tiga kegiatan
20
belajar yang merujuk kepada tiga indikator. Kalau siswa hanya melakukan tiga kegiatan belajar tersebut, hasil belajar yang diperoleh lebih kurang daripada yang dituntut kurikulum. Perlu dicamkan, indikator bukanlah kegiatan belajar walaupun redaksinya mirip rumusan kegiatan belajar. Indikator adalah penunjuk sampel hasil belajar. Dengan demikian, indikator adalah istilah atau konsep penilaian (assessment). Indikator bukanlah istilah atau konsep proses belajar-mengajar, walaupun secara implisit indikator dapat menggambarkan kegiatan belajar yang dapat dikembangkan guru.
21
A. Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterionreferenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian siswa dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh siswa yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh siswa digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang siswa mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi. Alur pengembangan kedua pendekatan dapat dilihat pada bagan berikut.
22
Kriteria (PAK)
Penyesuaian perSeleksi lakuan perlakuan terhadap untuk individu mencapai agar KD mencapai KD
Kriteria mutlak
Diagnosis Kemampuan
Acuan Penilaian
Tujuan
Fungsi
Sifat
Standar
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi siswa ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Dengan kata lain, penilaian mengacu kepada kurikulum. Meskipun demikian, kadangkadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih siswa masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan siswa dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi siswa yagn mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.
23
Penilaian Kelas
2.
Contoh
Hasil penilaian peta yang dibuat seorang siswa dibandingkan dengan prestasi membuat peta sekelompok siswa, tanpa memperhatikan kriteria/kompetensi membuat peta yang ditetapkan dalam kurikulum nasional. Prestasi kelompok normatif tersebut dijadikan acuan dalam menilai peta yang dibuat seorang siswa.
24
No.
Aspek
PAN (Norma)
PAK (Kriteria)
Persyaratan Persyaratan mengikuti kelas mengikuti kelas renang adalah renang adalah kemampuan siswa kemampuan berenang sepanjang kelompok siswa 25 m. Yang mampu terbaik yang diizinkan mengikuti mampu berenang kelas renang, sepanjang 15 m. sedangkan yang (Padahal syarat belum mampu harus standar yang berlatih dulu sampai berlaku di manaia mampu berenang mana adalah 25 m). 25 m. Kemampuan siswa A berenang 7 m, sedangkan B 10 m, dibandingkan dengan kemampuan sekelompok siswa terbaik (15 m). 3. Kegunaan PAN dipakai untuk: Menentukan ranking prestasi siswa dalam 1 kelas. Mengelompokkan siswa dalam satu kelas berdasarkan prestasi belajar. Menentukan/ menyeleksi siswa ke dalam kelas unggul dan kelas normal. Membandingkan antar-siswa. Menentukan/ menyeleksi siswa yang mewakili lomba antar-sekolah. Menyeleksi siswa yang hendak ke jenjang sekolah lebih tinggi atau ke PT. PAK dipakai untuk: Menentukan sejauh mana siswa telah mencapai target/ kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Memberikan remidi atau pengayaan bagi siswa-siswa tertentu berdasarkan hasil penilaian diagnostik. Memperkirakan mutu suatu sekolah berdasarkan standar mutu nasional yang tergambar dalam daftar kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
25
Penilaian Kelas
No. 4.
PAN (Norma) Seleksi elemen penilaian bertujuan mendiskriminasi siswa, siapa yang lolos dan siapa yang tidak lolos. Karena itu, taraf kesulitan elemenelemen penilaian cenderung ditingkatkan. Daftar indikator penilaian dalam kurikulum tidaklah penting: Kepada siswa biasanya tidak disampaikan lebih dulu patokan penilaian yang akan digunakan. Berusaha meningkatkan prestasi untuk mencapai ranking lebih tinggi di atas pengorbanan siswasiswa lain. Para siswa yang berada pada ranking di bawah atau tidak masuk ranking dianggap gagal. Sekor-sekor dalam urutan ranking Pencatuman ranking dalam rapor Umumnya berupa angka: 0 - 10 0 - 100 A-D Persentase
PAK (Kriteria) Seleksi elemen penilaian bertujuan mendiferensiasi siswa untuk melihat kedudukan (posisi) masing-masing siswa terhadap kompetensi mata pelajaran yang dituntut dalam kurikulum. Kepada siswa dapat disampaikan/dibahas lebih dulu patokan penilaian yang hendak digunakan guru.
Semua siswa didorong meningkatkan diri agar mendekati atau mencapai kompetensi yang dituntut dalam kurikulum.
Pernyataan lulus Pernyataan kriteria yang dicapai Pernyataan kriteria yang dicapai dalam batas-batas yang ditentukan sebelumnya Pernyataan unjuk kerja (penampilan)
26
Data ini menunjukkan bahwa sukses seseorang baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan amat ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) atau kemampuan afektif (sekitar 80%). Sumbangan kecerdasankecerdasan yang tergolong kemampuan psikomotor terhadap sukses tersebut hanya sekitar 15% dan kercerdasan-kecerdasan yang tergolong kemampuan kognitif hanya sekitar 5%. Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam matamata pelajaran agama dan kewarganegaraan.
27
Penilaian Kelas
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi sumbangan masing-maisng domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian. Sehubungan dengan hal itu, berikut ini dikemukakan arti tiap tingkatan dan contoh kegiatan belajar pada domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Tingkatan Domain Kognitif
Tingkat I. Pengetahuan Deskripsi Arti : Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, dan kesimpulan. Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti menamakan membuat daftar menentukan lokasi mendeskripsikan sesuatu menceritakan apa yang terjadi menguraikan apa yang terjadi Arti : Pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar-data, hubungan sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan gagasan/pendapat dengan katakata sendiri membedakan, membandingkan mengintepretasi data mendiskripsi dengan kata-kata sendiri menjelaskan gagasan pokok menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri Arti : Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah Menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan melakukan percobaan
II. Pemahaman
III. Aplikasi
28
Tingkat
IV. Analisis
Arti : Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut. Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor penyebab merumuskan masalah mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi membuat grafik mengkaji ulang Arti : Menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep Meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru Contoh kegiatan belajar: membuat desain mengarang komposisi lagu menemukan solusi masalah memprediksi merancang model mobil-mobilan, pesawat sederhana menciptakan produk baru Arti : Mempertimbangkan dan menilai benarsalah, baik-buruk, bermanfaat-tak bermanfaat Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat beradu argumentasi memilih solusi yang lebih baik menyusun kriteria penilaian menyarankan perubahan menulis laporan membahas suatu kasus menyarankan strategi baru.
V. Sintesis
VI. Evaluasi
29
Penilaian Kelas
30
Tingkat
Deskripsi menunjukkan alasan perasaan jengkel mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM menjelaskan alasan senang membaca novel
IV. Organisasi
Arti: Mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam satu sistem. Menentukan saling hubungan antar nilai Memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana Tingkatan : - Konseptualisasi suatu nilai - Organisasi suatu sistem nilai Contoh kegiatan belajar: bertanggung jawab terhadap perilaku menerima kelebihan dan kekurangan pribadi membuat rancangan hidup masa depan merefleksi pengalaman dalam hal tertentu membahas cara melestarikan lingkungan hidup merenungkan makna ayat kitab suci bagi kehidupan
V. Karakterisasi Arti : Suatu nilai/sistem nilai telah menjadi (menjadi karakter) karakter Nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam hirarki nilai individu, diorganisasi secara konsisten, dan telah mampu mengontrol tingkah laku individu. Contoh kegiatan belajar: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri mandiri dalam bekerja secara independen objektif dalam memecahkan masalah mempertahankan pola hidup sehat menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan menyarankan pemecahan masalah HAM menilai kebiasaan konsumsi mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar-teman
31
Penilaian Kelas
32
Deskripsi melihat terbangnya bola pingpong melihat gerak pendulun menggambar simbol geometri menulis alfabet mengulangi pola gerak tarian memukul bola tenis, pingpong membedakan bunyi beragam alat musik membedakan suara berbagai binatang mengulangi ritme lagu yang pernah didengar membedakan berbagai tekstur dengan meraba
Arti : Gerak lebih efisien Berkembang melalui kematangan dan belajar Contoh kegiatan belajar: menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu berlari jauh mengangkat beban, menarik-mendorong, melakukan push-ups, kegiatan memperkuat lengan, kaki, dan perut menari melakukan senam melakukan gerak pesenam, pemain biola, pemain bola Arti : Dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak Terampil, tangkas, cekatan melalukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks) Contoh kegiatan belajar: melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga menari, berdansa membuat kerajinan tangan menggergaji mengetik bermain piano memanah skating melakukan gerak akrobatik melakukan koprol yang sulit
33
Penilaian Kelas
Tingkat
Deskripsi
VI. Gerakan indah dan Arti : Mengkomunikasikan perasaan melalui kreatif (Nongerakan discursive communi Gerak estetik: gerakan-gerakan terampil cation) yang efisien dan indah Gerak kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran Contoh kegiatan belajar: kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari balet, melakukan senam tingkat tinggi, bermain drama (acting) keterampilan olahraga tingkat tinggi
Untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa, pemilihan cara dan alat penilaian harus dilakukan dengan hati-hati, karena tidak semuanya mampu mengumpulkan informasi yang tepat tentang hasil belajar siswa. Pemilihan cara penilaian dapat mempengaruhi pemikiran siswa mengenai apa yang bernilai. Sebagai contoh: bagi pelajaran Sains keterampilan yang diperoleh waktu praktik di laboratorium sangatlah penting, tetapi hasil belajar dinilai dengan tes tertulis. Akibatnya, siswa - bahkan guru sendiri - akan memusatkan perhatian dan usahanya hanya kepada hasil belajar yang dapat dinilai berdasarkan tes tertulis. Pengumpulan informasi hasil belajar biasanya memerlukan cara dan alat penilaian yang beragam. Informasi tentang hasil belajar tertentu mungkin diperoleh melalui observasi, sedangkan informasi tentang hasil belajar lainnya mungkin diperoleh melalui tugas tertulis, seperti tes, kuis, dan pekerjaan rumah. Informasi hasil belajar lainnya mungkin hanya dapat diperoleh melalui penilaian karya siswa.
Kompetensi, Indikator dan Kriteria Penilaian
Bukti Kinerja, dari: Pengamatan di tempat kegiatan Kumpulan contoh hasil Simulasi (tes kompetensi, tes keterampilan, proyek/tugas
Bukti/informasi dari hasil belajar sebelumnya. (laporan, rancangan, hasil karya siswa, dokumen dari sumber lain.
Bukti tambahan, dari Pertanyaan lisan Tulisan terbuka (ringkas, panjang, esai, dsb.) Tes pilihan ganda, dsb.
35
Penilaian Kelas
2. Cara pengumpulan informasi Ada beragam cara mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Cara mengumpulkan informasi pada prinsipnya merupakan cara menilai kemajuan belajar siswa. Dari segi apa yang dimiliki, minimal ada 7 cara penilaian. Amatilah tabel berikut ini: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Cara penilaian Tertulis tipe objektif Tertulis tipe subjektif Lisan Unjuk kerja Produk Portofolio Tingkah laku Apa yang dinilai Jawaban tertulis Jawaban tertulis Suara Penampilan/perbuatan/tindakan Karya 3 dimensi Karya 2 dimensi Tingkah laku
Tabel ini menunjukkan bahwa semakin beragam cara penilaian yang diterapkan guru, semakin lengkap entitas (apa) yang dinilai dalam diri siswa. Selanjutnya berikut ini dikemukakan daftar contoh alat penilaian pada masing-masing cara penilaian. I. TERTULIS TIPE OBJEKTIF 1. Jawaban benar-salah 2. Isian singkat 3. Pilihan ganda 4. Menjodohkan II. TERTULIS TIPE SUBJEKTIF 1. Pengerjaan soal 2. Latihan (exercise) 3. Reading comprehension 4. Data-pertanyaan 5. Esai berstruktur 6. Esai bebas III. LISAN 1. Tanya-jawab singkat 2. Pelafalan
36
3. Membaca nyaring 4. Mendengarkan (listening) 5. Instruksi lisan 6. Kuis 7. Percakapan (speaking) IV. UNJUK KERJA 1. Permainan (game) 2. Permainan peran 3. Drama 4. Demonstrasi 5. Olahraga 6. Senam 7. Permainan musik 8. Bernyanyi 9. Pantomim 10. Menari 11. Dinamika kelompok 12. Berdoa 13. Memelihara tanaman 14. Memelihara ternak 15. Membaca puisi/deklamasi 16. Berpidato/berkhotbah 17. Diskusi 18. Wawancara 19. Debat 20. Bercerita (story telling) V. PRODUK 1. Patung 2. Kerajinan tangan 3. Model 4. Pesawat sederhana 5. Alat 6. Ternak 7. Tanaman 8. Simpul tali-temali 9. Janur 10. Hiasan buah-buahan
37
Penilaian Kelas
VI. PORTOFOLIO 1. Puisi 2. Karangan 3. Gambar/tulisan 4. Peta/denah 5. Desain 6. Paper 7. Laporan observasi 8. Laporan penyelidikan 9. Laporan penelitian 10. Laporan eksperimen 11. Sinopsis 12. Naskah pidato/kotbah 13. Naskah drama 14. Doa 15. Rumus 16. Kartu ucapan 17. Surat 18. Komposisi musik 19. Teks lagu 20. Resep masakan VII. TINGKAH LAKU 1. Skala sikap 2. Catatan anekdot 3. Penilaian diri 4. Sosiogram 5. Kuesioner 6. Buku harian (diary) 7. Ungkapan perasaan 8. Pengamatan perilaku Pertanyaan yang relevan diajukan adalah: Sejauh mana pola mengajar tradisional mampu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa? Dibandingkan dengan pola belajar aktif, sejauh mana pola ini mampu mengembangkan kemampuan tersebut? Sejauh mana ke-7 cara penilaian beserta alat-alat
38
penilaiannya mampu menilai kemajuan belajar siswa, dari segi tingkatan domain kognitif, afektif, dan psikomotor? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, amatilah tabel berikut ini:
Pola mengajar Cara penilaian
Tulis Sobjektif
Tulis Objektif
Tradisional
Ujuk kerja
KOGNITIF VI Evaluasi V. Sintesis IV. Analisis III. Aplikasi II. Pemahaman I. Pengetahuan AFEKTIF V. Karakterisasi IV. Organisasi III. Acuan nilai II. Responsi I. Penerimaan PSIKOMOTOR VI Gerakan indah dan kreatif V. Gerakan terampil IV. Gerakan kemampuan fisik III. Gerakan persepsi II. Gerakan dasar I. Gerakan refleks Jumlah Persentase
v v v v
v v v v v v v v v v v
v v -
v v v v v v -
v v v -
v v v v v v v v v v
v v v v v v
Portofolio
v v v v v v v v v v v -
No.
Belajar aktif
TINGKATAN DOMAIN
v v
8 47 %
v v
v v
v v v v v v 6 17 2 35 100 12 % % %
v v v v v v v v 3 16 12 18 94 71 % % %
v v v v 14 10 82 59 % %
Tingkah laku
v v v v v v v v v 39
Produk
Lisan
Penilaian Kelas
Data pada tabel ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut: Pola mengajar tradisional hanya mampu mengembangkan 2 tingkat pada masing-masing domain. Jika ke-17 tingkat dari 3 domain ini mencerminkan ruang lingkup kompetensi siswa, pola mengajar tradisional hanya mampu mengembangkan maksimal 35% lingkup kompetensi siswa. Sedangkan, pola mengajar belajar aktif mampu mengembangkan semua tingkat domain (dengan kata lain 100% lingkup kompetensi siswa). Cara penilaian tertulis tipe objektif hanya menilai tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa dalam lingkup domain kognitif. Cara ini tidak dapat menilai domain afektif dan psikomotor. Cara penilaian lisan hanya mampu menilai 3 tingkat domain kognitif, tetapi tidak dapat menilai domain afektif dan psikomotor. Sebagian besar tingkat dari ketiga domain dapat dinilai dengan cara penilaian unjuk kerja (94%), produk (71%), portofolio (82%), dan tingkah laku (59%). Konsekuensinya, kurikulum berbasis kompetensi akan berhasil dilaksanakan jika diterapkan pola belajar aktif karena pola ini mampu mengembangkan seluruh kompetensi secara optimal. Jika pola ini diterapkan, beragam cara dan alat penilaian harus pula diterapkan, terutama cara-cara unjuk kerja, produk, portofolio, dan tingkah laku. Selanjutnya, dikemukakan penjelasan tentang cara-cara penilaian tertulis, unjuk kerja, produk, dan portofolio. a. Penilaian Tertulis Penilaian tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Dari berbagai alat penilaian tertulis, alat penilaian jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu
40
kemampuan mengingat (pengetahuan). Alat pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya menerka jawaban yang benar. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya karena tidak menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Esai adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas. Dalam melakukan pemeriksaan soal esai perlu diperhatikan halhal berikut: Siapkan pedoman penilaian atau penskoran segera setelah menulis soal untuk memeriksa jawaban siswa kelak. Bacalah jawaban siswa lalu bandingkan dengan jawaban yang ada pada pedoman. Berikan skor sesuai dengan tingkat kelengkapan dan kesempurnaan jawaban siswa. Semakin lengkap jawabannya semakin tinggi skornya dan sebaliknya semakin kurang lengkap jawabannya semakin kecil skornya. Periksalah seluruh lembar jawaban siswa pada nomor yang sama, baru kemudian dilanjutkan memeriksa jawaban nomor berikutnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi dan objektivitas pemberian skor. Hindarkan faktor-faktor yang tidak relevan dalam pemberian skor, seperti bagus tidaknya tulisan, kedekatan hubungan guru dengan siswa, dan perilaku siswa yang menyenangkan atau menjengkelkan.
41
Penilaian Kelas
b. Penilaian Unjuk Kerja (Performance) Pada dokumen kurikulum tercantum banyak hasil belajar yang menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Untuk menilai hasil belajar tersebut dibutuhkan pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin sering guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin terpercaya hasil penilaian kemampuan siswa. Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, dan diskusi, pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok kecil, menari, memainkan alat musik, dan melakukan aktivitas berbagai cabang olahraga, menggunakan peralatan laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks sebelum menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Contoh; untuk menilai kemampuan berbicara siswa, perlu dilakukan pengamatan berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan siswa akan lebih utuh. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat penilaian unjuk kerja adalah sebagai berikut: Identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir. Tuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Usahakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
42
Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati Bila menggunakan skala rentang, perlu disediakan kriteria untuk setiap pilihan ( kompeten bila siswa.., agak kompeten bila .. ).
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah cara mengamati dan memberi skor terhadap unjuk kerja siswa. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak) atau skala rentang (sangat kompeten kompeten - agak kompeten - tidak kompeten). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. c. Penilaian Produk Penilaian hasil kerja meliputi pula penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung), barangbarang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Penilaian produk ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga proses pembuatannya. Contoh, kemampuan siswa menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan peralatan dengan aman, membakar kue dengan hasil baik, bercita rasa enak, dan berpenampilan menarik.
43
Penilaian Kelas
Pengembangan produk meliputi tiga tahap. Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan siswa membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan. Untuk produk penilaian biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. Cara holistik yang berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. Cara analitik terhadap aspek-aspek produk yang berbeda, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. Contoh penilaian untuk produk teknologi pada tahap perencanaan termasuk kriteria yang berkaitan dengan desain dan pemilihan bahan pada tahap produksi termasuk kriteria yang berkaitan dengan aplikasi proses dan kemampuan menggunakan alat dan pada tahap appraisal termasuk kriteria berkaitan dengan pencapaian tujuan yang diinginkan. d. Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan karya (hasil kerja) seorang siswa dalam satu periode. Kumpulan karya ini menggambarkan taraf kemampuan/kompetensi yang telah dicapai seorang siswa. Hal penting yang menjadi ciri portofolio adalah karya tersebut dapat diperbaiki jika siswa menghendakinya. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa. Perkembangan tersebut tidak dapat terlihat dari hasil pengujian. Kumpulan karya siswa itu merupakan refleksi perkembangan berbagai kompetensi. Di samping itu, kumpulan karya yang berkelanjutan lebih memperkuat hubungan pembelajaran dan penilaian. Pengumpulan dan penilaian karya siswa yang terus-menerus sebaiknya dijadikan titik sentral program pengajaran, karena penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran. Karya
44
tersebut harus selalu diberi tanggal sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. Yang menjadi pertimbangan utama adalah guru seyogianya menggunakan penilaian portofolio sebagai bagian integral dari proses pembelajaran karena nilai diagnostik portofolio sangat berarti bagi guru. Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan siswa dalam ilmu-ilmu sosial, seperti menganalisis masalah-masalah sosial, bahasa, seperti menulis karangan, dan matematika, seperti pemecahan masalah matematika. Guru bahasa asing dapat menggunakan portofolio audio untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berbicara. Rekaman contoh-contoh berbicara siswa yang dikumpulkan secara terus- menerus dalam waktu tertentu dapat dimasukkan dalam portofolio berbicara. Untuk melihat dan mendiagnosis kesulitan siswa dalam mengarang, guru dapat mengumpulkan tulisan-tulisan siswa. Untuk mendapatkan hasil terbaik pada pertunjukan mendatang, seorang guru drama dapat menggunakan videotape untuk merekam latihan-latihan. Berikut ini dikemukakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam membuat portofolio di dalam kelas. Pastikan bahwa tiap siswa merasa memiliki portofolio. Dalam hal ini siswa perlu diberi penjelasan maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan kumpulan hasil kerja sementara siswa yang digunakan hanya oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
45
Penilaian Kelas
Tentukan bersama siswa sampel-sampel karya apa saja yang akan dikumpulkan. Kemungkinan karya yang dikumpulkan tidak sama antara siswa yang satu dan yang lain. Misalnya, untuk kemampuan menulis karangan karya yang dikumpulkan adalah karangan-karangan siswa. Untuk kemampuan menggambar, karya yang dikumpulkan adalah gambar-gambar buatan siswa. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder. Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel karya siswa beserta pembobotannya bersama para siswa agar dicapai kesepakatan. Diskusikan dengan para siswa bagaimana menilai kualitas karya mereka. Contoh; untuk kemampuan menulis karangan, kriteria penilaiannya misalnya: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Sebaiknya kriteria penilaian suatu karya dibahas dan disepakati bersama siswa sebelum siswa membuat karya tersebut. Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai harapan atau standar itu. Mintalah siswa menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing siswa tentang bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan atau kekurangan karya tersebut dan bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio. Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya jelek atau belum memuaskan siswa, kepada siswa dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi. Namun, antara siswa dan guru perlu dibuat kontrak atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya setelah 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika dianggap perlu, undanglah orang tua siswa. Orang tua perlu diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan portofolio sehingga mereka dapat membantu dan memotivasi anaknya.
46
Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat mengumpulkan informasi prestasi dan kemajuan belajar siswa secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula, interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya. Alat penilaian tertulis seperti pilihan ganda yang mengarah kepada hanya satu jawaban yang benar (convergent thinking), tidak mampu menilai keterampilan/kemampuan lain yang dimiliki siswa. Hal ini amat menghambat penguasaan beragam kompetensi yang tercantum pada kurikulum secara utuh. Alat penilaian pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan-balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu, guru hendaknya mengembangkan alat-alat penilaian yang membedakan antara jenis-jenis kompetensi yang berbeda dari tiap tingkat pencapaian. Hasil penilaian dapat menghasilkan rujukan terhadap pencapaian siswa dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga hasil tersebut dapat menggambarkan profil siswa secara lengkap. Penilaian kemajuan belajar siswa pada kurikulum berbasis kompetensi menghendaki ciri-ciri berikut ini. - Tujuan penilaian bergeser dari keperluan untuk klasifikasi siswa (diskriminasi) ke pelayanan individual siswa dalam mengembangkan kemampuannya (diferensiasi). - Lebih cenderung menggunakan penilaian acuan kriteria (criterion referenced assessment) daripada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment). - Tujuan-tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum lebih terjamin dicapai karena kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum menjadi acuan utama. - Tidak sekedar menerapkan penilaian tertulis dan lisan tetapi juga penilaian unjuk kerja, produk, portofolio dan tingkah laku untuk menjamin validitas penilaian, objektivitas
47
Penilaian Kelas
penilaian, dan keanekaragaman kompetensi yang dinilai agar kemampuan siswa lebih rinci terpapar dan tergambarkan. Profil kompetensi siswa sebagai hasil belajar memberikan informasi yang lebih lengkap dan mudah dipahami baik oleh siswa, orang tua, guru lain maupun pengguna lulusan, sehingga prinsip akuntabilitas publik lebih terjamin. Pemanfaatan berbagai cara dan alat penilaian mendorong penerapan pendekatan belajar aktif sehingga mengoptimalkan pengembangan kepribadian serta kemampuan bernalar dan bertindak siswa.
Pengumpulan informasi hasil belajar siswa dapat dilakukan dalam suasana formal dan informal, dengan berbagai cara penilaian. 3. Bentuk Tagihan Ulangan harian: dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kompetensi. Nilai setiap kompetensi dikumpulkan dan akan dilaporkan pada akhir tiap semester. Tes pada akhir semester hanya dilakukan untuk menilai kompetensi yang relevan yang belum dinilai melalui ulangan harian. Penilaian akhir tahun: dilakukan untuk memberi sumbangan nilai untuk menentukan kenaikan kelas. Rujukan untuk penilaian akhir tahun adalah indikator terpenting dari masingmasing kompetensi. Ada indikator yang telah dinilai melalui observasi, penyelidikan, atau eksperimen (praktikum). Indikator seperti ini tak perlu dinilai pada aktivitas penilaian akhir tahun.
48
Contoh cara/alat penilaian untuk masing-masing mata pelajaran Contoh-contoh penilaian kompetensi dasar beberapa mata pelajaran secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Mata Pelajaran Agama Islam Kompetensi Dasar Indikator Cara/Alat Penilaian
Performans. Siswa mampu Siswa dapat Membaca nyaring membaca, - Membaca surat Al Quran surat mengartikan, dan Ad Dhuha Ad Dhuha (ketemenyalin surat Ad - Mengartikan patan tajwid) Dhuha surat Ad Dhuha - Menyalin surat Tes tertulis. Mengartikan ayat Ad Dhuha per ayat surat Ad Dhuha (ketepatan arti dengan suratnya) Tes tertulis. Menyalin surat Ad Dhuha (ketepatan kaidah huruf) Merancang model benda yang menggunakan roda - Membuat model siswa dapat: - Membuat sketsa model benda yang menggunakan roda - Membuat sketsa komponenkomponen model benda yang menggunakan roda - Membuat spesifikasi bahan pada sketsa - Membuat ukuran-ukuran model yang akan dibuat
Keterampilan
49
Penilaian Kelas
Kompetensi Dasar Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme berdasarkan interpretasi hasil kegiatan
Indikator
Cara/Alat Penilaian
- Mendeskripsikan - Performance keragaman ting(unjuk kerja) kat sel berdasarmenggunakan kan hasil pengamikroskop untuk matan menggumemperkirakan nakan mikroskop ukuran benda - Mendeskripsikan aslinya keragaman tingberdasarkan skala kat jaringan - Proyek menurut sel-sel (penugasan), penyusunnya membuat karya berdasar pengatulis mengenai matan menggusel, jaringan dan nakan mikroskop orang serta - Mendeskripsikan keterkaitannya keragaman tingdalam menyusun kat organ dan tubuh organisme sistem organ - Tes tertulis, berdasar hasil mengerjakan pengamatan berbagai soal - Mengkaitkan mengenai hubungan antaorganisasi ra sel, jaringan, kehidupan untuk organ, dan memahami sistem organ konsepnya. penyusun tubuh organisme
Fisika
Menerapkan Siswa dapat: - Performans konsep massa - Meghitung massa (unjuk kerja), jenis dalam jenis suatu zat mengukur massa kehidupan sehari- - Menyimpulkan dan volum juga hari dari percobaan ketelitian dan bahwa massa ketepatan menggujenis adalah nakan alat ukur. salah satu ciri - Proyek khas suatu zat (penugasan), - Menggunakan menyelidiki jenis konsep massa bahan sebuah jenis untuk berbenda bagai penyele- Tes tertulis, saian masalah menghitung untuk dalam kehidupan pemahaman konsehari-hari sep massa jenis
50
Kompetensi Dasar Kemampuan untuk mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi
Cara/Alat Penilaian - Performance test (diskusi konsep kreativitas dan kemandirian) - Proyek Identifikasi contoh-contoh hasil kreativitas
Pendidikan Jasmani
Menerapkan unjuk - Menendang dan - Performan melakukan menghentikan kerja keterampilan gerakan bola dengan lokomotor dan menggiring, kontrol baik manipulatif dalam menendang dan - Menggiring salah satu nomor menghentikan bola dengan olahraga beregu bola menggunakan besar (sepak bola, berbagai bagian bola voli, bola kaki basket) dengan - dst. kontrol yang baik Tertulis: Memahami bahwa - Menjelaskan - esai memberi pandangan manusia pandangan masyarakat tendiciptakan sebagai terhadap tang kedudukan perempuan atau kedudukan perempuan dan laki-laki dan perempuan dan laki-laki dipanggil untuk laki-laki mengembangkan - Memberikan contoh kasus kesederajatan yang memperlidalam hidup hatkan pandangan sehari-hari keliru tentang kedudukan perempuan dan laki-laki - Performance - Menjelaskan test:Siswa kakekat otonomi melakukan daerah diskusi - Menguraikan pentingnya partisipasi dan proaktif masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah
Agama Katolik
51
Penilaian Kelas
Kompetensi Dasar
Indikator
Cara/Alat Penilaian
Membedakan sifat - Menjelaskan - Performance aturan penuunsur senyawa (unjuk kerja), lisan lambang dan campuran memban-dingkan unsur sifat unsur, - Menuliskan senyawa dan nama dan campuran lambang unsur berdasarkan - Menuliskan pengamatan yang nama dan rumus tepat dan benar kimia sederhana - Proyek - Menentukan (penugasan), nama senyawa membuat bagan, dan rumus klasifikasi materi kimia sederhana - Tertulis, - Membandingkan mengerjakan sifat unsur, berbagai soal senyawa dan untuk memahami campuran sifat unsur, berdasarkan senyawa dan pengamatan campuran - Membuat bagan klasifikasi materi secara sederhana - Menggolongkan beberapa campuran dalam kehidupan sehari-hari ke dalam campuran homogen dan heterogen Menceritakan kembali secara lisan isi cerpen - Mampu mence- - Unjuk kerja, ritakan kembali Menceritakan isi cerpen, terkembali isi masuk hal-hal cerpen dan yang menarik menjelaskan atau berkesan maksud - Mampu mencaungkapan tat dan menePortofolio: rangkan maksud Catatan ungkapan yang mengenai terdapat dalam ungkapan cerpen
Bahasa Indonesia
52
Kompetensi Dasar
Indikator
Cara/Alat Penilaian - Tes unjuk kerja, memainkan melodi - Penilaian produk, membuat pola irama
- Membuat Berkreasi dan melodi menampilkan berdasarkan karya musik gagasan dari dengan mengemmusik bangkan gagasan - Menyusun pola kreatif dengan irama menggali keragaberdasarkan man proses, tekmusik nik, media, materi nusantara dari seni Nusantara Menggunakan operasi bentuk aljabar dalam kegiatan ekonomi
Matematika
Tes Tertulis - Melakukan - Mengerjakan soal simulasi esai tentang laba, unikinetik rugi, neto, pajak sosial tentang dalam kegiatan kegiatan ekonojual beli mi sehari-hari Test Proyek - Menghitung Melakukan nilai pengamatan/studi keseluruhan, kegiatan jual beli nilai perunit, di toko koperasi dan nilai atau warung sebagian Mencatat data - Menentukan penjualan barang besar dan kemudian melapersentase bila porkan hasilnya rugi, harga jual, pada forum teruharga beli, tama mengenai: rabat, neto, - harga barang pojok, harga - penjualan per tunggal dalam bulan kegiatan - keuntungan/ ekonomi pajak - Mengidentifikasi Tes tertulis mendengarkan: unkapanMenentukan ungkapan gambar yang perintah, sesuai dengan ajakan, atau teks yang larangan dalam diperdengarkan teks yang diperdengarkan
Bahasa Inggris
Mendengarkan: Memahami wacana transaksional dan interpersonal ringan (perintah, ajakan, dan larangan)
53
Penilaian Kelas
Mata Pelajaran
Kompetensi Dasar
Indikator - Merespon perintah, ajakan, dan larangan dengan tindakan/ perbuatan yang sesuai
Cara/Alat Penilaian
Berbicara: Mengungkapkan makna dalam bentuk wacana transaksional dan interpersonel ringan (ajakan, perintah, dan larangan) Agama Buddha Mendeskripsikan hakekat sila
Tes performans: - Melakukan bermain peran tidak tutur sesuai situasi memerintah atau melarang yang diberikan - Mengajak orang lain melakukan sesuatu
54
A. Pencapaian Kompetensi
Penilaian yang dilakukan untuk menentukan apakah siswa telah berhasil memiliki suatu kompetensi mengacu ke indikator-indikator yang telah ditentukan. Tidak semuai indikator harus dinilai guru. Guru hendaknya menetapkan indikator-inikator yang akan dinilai. Untuk mengumpulkan informasi apakah suatu indikator telah muncul tertampilkan pada diri siswa, dilakukan penilaian sewaktu kegiatan belajar-mengajar berlangsung atau setelah tercapai hasil belajar. Alat penilaian disusun dalam rangka menciptakan kesempatan bagi siswa untuk memperlihatkan kemampuan mereka dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Selain itu, sebuah soal/tugas dapat dirancang untuk menjaring informasi tentang ketercapaian beberapa indikator. Kompetensi dasar Kompetensi I Hasil Belajar Kompetensi A Indikator Indikator 1 Indikator 2 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Kompetensi B
Kompetensi II
Kompetensi B
Kompetensi B
55
Penilaian Kelas
Kompetensi B
Sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator suatu kompetensi, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti kemampuan siswa dan guru serta ketersediaan prasarana dan sarana. Namun, kualitas sekolah akan dinilai oleh pihak luar secara berkala, misalnya melalui ujian akhir nasional. Hasil penilaian ini akan menunjukkan peringkat sekolah dibandingkan dengan sekolah lain (benchmarking). Melalui pemeringkatan sekolah ini diharapkan sekolah terpacu untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator. Bagi siswa yang belum berhasil mencapai kriteria tersebut dapat diberi kesempatan mengikuti kegiatan remidial, seperti menjawab pertanyaan sesuai dengan topiknya, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data.
56
Pelaporan dan pelaksanaan hasil belajar hendaknya: Merinci hasil belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan siswa Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat. Menjamin orang tua akan diberitahu secepatnya bilamana anaknya bermasalah dalam belajar
C. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan siswa (rapor) selama ini disajikan secara kuantitatif sehingga sulit dipahami. Misalnya, seorang siswa mendapat nilai 6 pada mata pelajaran matematika. Baik siswa maupun orang tua kurang memahami makna angka tersebut karena terlalu umum. Hal ini membuat orang tua sulit menindaklanjuti apakah anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmetika, aljabar, geometri, statistika, atau hal lain. Agar peran serta masyarakat semakin meningkat, bentuk laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif sehingga profil atau tingkat kemajuan belajar siswa mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak yang berkepentingan (stakeholder) lainnya. Dengan demikian dari laporan tersebut, orangtua dapat mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dimiliki anaknya. Berdasarkan laporan tersebut, orangtua/wali dapat menentukan jenis bantuan apa yang diperlukan untuk membantu anaknya, sedangkan di pihak anak, yang bersangkutan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu ditingkatkan. Isi Laporan Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai berikut; Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial dan emosional? Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah? Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik?
57
Penilaian Kelas
Apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan anak lebih lanjut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada orang tua hendaknya; Menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak. Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak. Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum. Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil penilaian yang sahih dan ajek.
Laporan harian tidak memerlukan format khusus. Laporan dapat berupa penyerahan hasil tes, tugas atau hasil kerja siswa yang sudah diberi nilai dan komentar tertulis sebagai umpan-balik kepada siswa dan orangtua atau walinya. Hasil tes, laporan, atau karya siswa setelah ditandatangani oleh orang tua dikembalikan kepada guru untuk diadministrasi sebagai bukti dan bahan pertimbangan dalam mengisi rapor. Rapor adalah laporan kemajuan belajar siswa dalam kurun waktu satu semester. Laporan prestasi matapelajaran, berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Laporan disajikan dalam bentuk yang lebih rinci agar orang tua dapat mengetahui hasil belajar anaknya dalam menguasai kompetensi matapelajaran. Di samping itu, ada catatan guru tentang pencapaian kompetensi tertentu sebagai masukan kepada anak dan orang tuanya untuk membantu meningkatkan kinerjanya.
58
Model 1. Contoh bentuk gabungan matapelajaran: (dapat dipertimbangkan penggunaan dan modifikasinya) SD Negeri X Semarang Laporan Pencapaian Hasil Belajar Nama : Endang A. Mata Pelajaran
No. 1 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kewarganegaraan Substansi Pengamalan Menyimak Berbicara Membaca Menulis Bilangan Geometri dan pengukuran Pengelolaan data Pemecahan masalah Penalaran dan komunikasi Penguasaan substansi Keterampilan sains (proses) Sikap ilmiah Keterampilan bernalar Keterampilan sosial Aktivitas berkarya seni Aktivitas merespon seni Aspek Nilai Keterangan
Matematika
Sains
6 7
59
Penilaian Kelas
No. 8
Aspek Gagasan dasar Menggambar Merancang Pembuatan Penyajian Pengujian Aktivitas permainan dan olahraga Aktivitas pengembangan Aktivitas ujidiri Aktivitas ritmik Aktivitas air Aktivitas luar sekolah
Nilai
Keterangan
Pendidikan Jasmani
........................................
Kepala Sekolah
Wali kelas
........................................
........................................
60
Model 2 Laporan Prestasi Mata Pelajaran SD Negeri : Beringin Raya, Bandar Lampung Nama : Rosianty Kelas : IV I. Mata Pelajaran
No. Kompetensi Dasar Prestasi
A. Kemampuan Berbahasa 1. Mendengarkan: - Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk - Mendengarkan pengumuman 2. Berbicara - Menceritakan kegemaran - Membahas masalah aktual - Mendeskripsi benda/seseorang - Menjelaskan petunjuk penggunaan - Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon 3. Membaca - Membaca memindai - Membaca sekilas teks agak panjang - Membaca intensif - Membaca bersuara 4. Menulis - Melengkapi percakapan - Menulis deskripsi - Mengisi formulir sederhana - Melanjutkan cerita narasi - Menulis surat - Menyusun paragraf - Menulis pengumuman B. Kemampuan Bersastra 1. Mendengarkan pembacaan pantun anak 2. Berbicara - Menceritakan kembali isi dongeng - Bermain peran 3. Membaca - dongeng/cerita rakyat dan menjelaskan isinya - pantun secara berpasangan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
61
Penilaian Kelas
2. Kegiatan Spontan Adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, tanpa dibatasi oleh ruang. Bertujuan untuk memberikan pendidikan pada saat itu juga, terutama dalam disiplin dan sopan santun dan kebiasaan baik yang lain. 3. Kegiatan Teladan Adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja yang lebih mengutamakan pemberian contoh dari guru dan pengelola pendidikan yang lain kepada muridnya. Bertujuan memberikan contoh tentang kebiasaan yang baik.
62
Pengertian
Contoh kegiatan
Seminar dan workshop: Adalah kegiatan yang Aids, hemat energi, diprogramkan dan HAM/hak anak dan laindirencanakan baik pada lain tingkat kelas maupun Kunjungan: panti sekolah yang bertujuan asuhan, tempat/orang memberikan wawasan yang terkena musibah, tambahan pada anak tempat-tempat penting tentang unsur-unsur baru dan lain-lain dalam kehidupan bermasyarakat yang penting Proyek: lomba, pentas, bazar dan lain-lain. untuk perkembangan anak.
Kegiatan terprogram kelas ini adalah pelatihan kepemimpinan, seminar tentang pendidikan sex, dan kunjungan ke panti asuhan (diisi sesuai dengan program yang ada di sekolah). A (nama anak) mengikuti semua kegiatan tersebut dengan sangat aktif/aktif/kurang aktif. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah pergi ke perpustakaan, senam, upacara, , A aktif ikut terlibat dalam kegiatan upacara, aktif dalam senam dan senang membaca novel, A mudah bergaul dengan teman-temannya, banyak menolong, dan menjadi teladan tentang kerajinan serta berpakaian rapi.
63
Penilaian Kelas
CONTOH: LAPORAN PENILAIAN SISWA NAMA SISWA KELAS SEMESTER TAHUN AJARAN : : : :
2. Matematika
3. Sains
4. Pengetahuan Sosial
5. dst.
B. PERILAKU PEMBIASAAN
64